Hadiah Kata-kata

18 Mar

Menjelang akhir bulan Maret…. Di mana-mana di Tokyo bisa terlihat mahasiswa yang memakai hakama dan jas untuk menghadiri upacara kelulusan. Memang hakama untuk wanita seringnya dipakai untuk acara lulusan sotsugyou shiki 卒業式, meskipun tidak dilarang untuk memakai kimono atau baju biasa. Dan biasanya malamnya diadakan pesta “terima kasih” shaonkai 謝恩会, acara bagi para mahasiswa mengucapkan terima kasih atas bimbingan dosen-dosennya.

Pagi ini, Gen memakai dasi putih dan jas hitam karena ada acara wisuda di universitasnya yang diadakan di hotel terkenal di Yotsuya. Begitu Gen mengikat dasinya, Riku mengatakan, “hari ini ada apa pa? pesta?” Rupanya dia mulai mengamati bahwa baju yang lain berarti ada sesuatu. Yang praktis memang untuk pria, cukup mempunyai jas hitam untuk acara formal. Dasi putih jika itu perayaan, dan dasi hitam jika upacara kematian.

Ada sebuah lagu yang selalu dinyanyikan pada waktu perpisahan selain lagu “Omoide no Album” (Album Kenangan) yang pernah aku tulis di postingan tentang wisudanya Riku di TK, yaitu  Okuru Kotoba 贈ることば yang arti harafiahnya Hadiah (berupa) Kata-kata.

(1)  Senja hari, kota berada dalam cahaya dan bayangan
kata-kata ini kuhantarkan untuk kamu yang akan pergi
daripada kau tekan rasa sedih dan tersenyum
lebih baik kau menangis sampai kering airmatamu
karena semakin banyak bersedih
manusia menjadi semakin lembut
terlalu menyedihkan jika kuucapkan sayonara saja
kupersembahkan hadiah kata-kata  untukmu yang kucinta

(2) Meskipun kata-kataku terpotong angin senja
dengarkanlah hadiah kata-kataku ini sampai selesai
daripada kamu mengeluh tak bisa percaya orang
lebih baik percayai manusia dan  terluka
jangan kejar sebuah kebaikan
karena itu hanyalah alasan seorang pengecut
kupersembahkan hadiah kata-kata  tanpa hiasan ini
untukmu yang kamu yang pertama kucinta

(3) Dalam kehidupan yang akan dimulai sekarang
pasti akan ada seseorang yang mencintaimu
akan tetapi pasti tidak akan ada
orang yang mencintaimu sedalam aku
bayang itu semakin jauh, tenggelam dalam lautan manusia
dan hadiah kata-kataku tak tersampaikan
hadiah kata-kataku …tak tersampaikan

(translated by imelda, dengan banyak modifikasi)

(1) 暮れなずむ町の 光と影の中
去りゆくあなたへ 贈る言葉

悲しみこらえて 微笑むよりも

涙かれるまで 泣くほうがいい

人は悲しみが 多いほど

人には優しく できるのだから

さよならだけでは さびしすぎるから

愛するあなたへ 贈る言葉

(2) 夕暮れの風に 途切れたけれど
終わりまで聞いて 贈る言葉

信じられぬと 嘆くよりも

人を信じて 傷つくほうがいい

求めないで 優しさなんか

臆病者の 言いわけだから

はじめて愛した あなたのために

飾りもつけずに 贈る言葉

(3) これから始まる 暮らしの中で
誰かがあなたを 愛するでしょう

だけど私ほど あなたのことを

深く愛した ヤツはいない

遠ざかる影が 人混みに消えた

もう届かない 贈る言葉
もう届かない 贈る言葉

Lagu ini dinyanyikan oleh grup musik Kaientai 海援隊 dengan vokalnya Takeda Tetsuya 武田鉄矢 . Dia terkenal sebagai Sakamoto Kinpachi sensei dalam film “Kinpachi sensei, guru kelas3B” Sannen B gumi kinpachi sensei 3年B組金八先生 sebuah film pendidikan tentang lika-liku guru mengajar kelas 3 SMP. Merupakan film drama seri oleh chanel TV swasta Jepang TBS, yang dimulai tahun 1979 sampai 8 seri, dan seri ke delapan disiarkan s/d Maret 2008. Aku pernah beberapa kali mengikuti film drama ini, dan aku rasa bagus sekali bagi mereka yang berminat pada pendidikan, serta masalah-masalah pendidikan di Jepang. Meskipun memang banyak yang menyindir film ini sebagai “kotbah”, karena pada kenyataannya masalahnya lebih sulit dan kompleks. Mungkin kalau Riku SMP, aku harus melihat ulang semua filmnya.

Bagi yang mau mendengar lagunya silakan lihat link dari Youtube di bawah ini:

Kalau Orang Jepang Wisata ke LN

17 Mar

(Ini posting kedua untuk hari ini…mumpung rajin hihihi)

Kemarin aku menemukan sebuah angket yang menarik, yaitu pandangan orang Jepang terhadap luar negeri (LN nya Jepang, jadi termasuk Indonesia juga), waktu mereka mengunjungi negara tersebut. Memang luar negeri yang dimaksud bermacam-macam, jadi pemikiran mereka bisa bermacam-macam. Tapi yang pasti menurut ranking yang menempati nomor pertama adalah : KEAMANAN. Segi keamanan di luar negeri yang buruk itu menjadi pendapat pertama dari orang Jepang yang berwisata ke LN. Jadi boleh dikatakan sebaliknya yaitu keamanan di Jepang itu baik.

Waktu aku bersepeda pagi-pagi ke arah stasiun mengantar Kai ke  penitipan, aku smepat mendengar dua ibu-ibu yang berkata di depan sebuah toko bunga:
“Lihat bunga-bunganya semua dibiarkan begitu saja di luar, tidak dimasukkan dalam toko, tanpa rantai atau terpal.”
“Itu menunjukkan bahwa aman kan?”

Well, yes…. kalau di negara saya bu, itu pasti udah diambilin, lalu dibawa ke tempat lain untuk dijual lagi. Apalagi kalau ada palem botol (ngga tau sih sekarang trend nya apa….).

Sering sekali, kami meninggalkan barang belanjaan di keranjang sepeda, lalu pergi masuk toko lain, atau restoran, berlama-lama di dalam dan tidak perlu khawatir belanjaan kami ada yang ambil atau isengin. Tidak tahu di daerah lain bagaimana, tapi meskipun aku tinggal di Tokyo, di daerahku ini memang masih termasuk aman.

Jadi wajar sekali jika orang Jepang menganggap keamanan di luar negeri itu buruk. Selanjutnya bisa lihat pemikiran/pandangan orang Jepang terhadap luar negeri berdasarkan ranking sbb:

  1. Keamanan buruk
  2. Perbedaan etiket di toilet (FYI; orang Jepang pasti selalu cuci tangan sebelum keluar WC, bisa juga baca postinganku tentang otohime)
  3. Harus bayar kalau pergi ke toilet  (hmmm ini sih udah biasa di negeriku)
  4. Sikap pelayanan penjaga toko yang asal-asalan (di negeriku juga gitu asal-asalan, apalagi kalau pembelinya berbaju lusuh/sandal)
  5. Perbedaan etiket makan (orang Jepang pasti kaget disuruh makan pakai tangan hihihi)
  6. Kereta api tidak datang sesuai jadwalnya (tuh tuh negarakuu)
  7. Ternyata banyak  juga yang mengerti bahasa Jepang (jelaslah…demi pariwisata)
  8. Air minum biasa di restoran harus bayar! (hihihi untuk amannya bayar aja deh Sir, Madam…. kalau tidak nanti ente sakit perut. Memang di Jepang air minum itu gratis)
  9. Manner menyetir mobil yang berbeda (bilang aja ugal-ugalan bu, pak…)
  10. Apa saja MURAH (nahhhh gitu dong positif sedikit hihihi)
  11. Ditagih TIP (nah ini baca deh di tulisan aku yang ini)
  12. Mineral water = air berkarbonat (Nahhhh ini aku juga pernah, waktu di Italia minta mineral water dapatnya air berkarbonat… yieks ngga enak deh)
  13. Bisa makan apa yang tidak bisa dimakan di Jepang (yah kalo terpaksa apa boleh buat kan? )
  14. Tidak mengerti bahasa Inggris (ya kalau ke Prancis atau ke kampung-kampung di Indonesia ngga ngerti lah ...)
  15. Toko cepat tutup (Nah di Eropa banyak yang begini nih, baru jam 6-7 udah pada tutup….. Kalau di Jepang toko tutup jam 9-10 an)
  16. Dijual baju TShirt bertuliskan kanji yang aneh-aneh (asal kanji apa saja asti dibeli soalnya, padahal artinya bisa macam-macam hihihi)
  17. Ditagih pembayaran taksi yang lebih besar dari argo (di negaraku juga banyak loh, jadi hati-hati ya…)
  18. Tidak ada orang pada jam berkumpul a.k.a telat semua (hahaha rubber time itu sih… yahhh selama belum 60 menit namanya belum terlambat. Mohon dimengerti hihihi)
  19. Makan yang sama teruuuus (hihihi aku juga punya pengalaman begitu gara-gara takut coba yang lain)
  20. Ternyata banyak juga yang bisa pakai sumpit (iya lah…. pengaruh kebudayaan cina dong, makan bakmi lebih enak pakai sumpit)

Kalau orang Jepang saja pergi ke luar negeri punya pendapat sebanyak ini, bagaimana kita yang orang Indonesia ya?

Angket diambil dari sini.

Nombok

17 Mar

Pasti semua pernah mengatakan kata ini, atau berada pada situasi ini ya? Kalau belum, hebat deh (atau pelit hahaha)! Menurut kamus KBBI tom·bok 1 v terpaksa menambah uang (krn belum cukup, masih kurang); 2 n uang yg ditambahkan (krn kekurangan);

Nah kemarin Senin, kata itu keluar deh dari mulutku.  Meskipun akhirnya aku sadar sesudahnya, bahwa uang bukanlah segala-galanya.

Seperti biasa hari Senin aku mengajar bahasa Indonesia di Sekolah RI di Tokyo. Kelas ini tinggal dua kali lagi, tapi karena guru yang semestinya mengajar tidak bisa, aku lagi yang menjadi substitute, guru penggantinya.

Jam 4 sore naik mobil dari rumah. Sebelum berangkat, begitu Riku pulang sekolah, aku menyuruh dia mengerjakan PR dulu. Dan dia menggerutu karena PR nya matematika dan buanyak sekali. 100 soal. Lalu aku berkata, “Ayo cepet kerjain, nanti mama belikan Mc Donald sebelum pergi ke Meguro”. Langsung semangat deh…

Jadi sebelum mengarahkan mobil ke Meguro, aku mampir dulu ke Mc D dan membeli Happy Set.. itu tuh, yang ada mainannya.Keluar duit dong….

Di tengah jalan (perjalanan biasanya memakan waktu 1 jam), aku ingin ke WC, jadi terpaksa deh berhenti di toko konbini (semacam Circle K). Kemudian aku teringat untuk membeli roti, telur dan susu untuk keesokan harinya. Memang bisa juga beli waktu pulang, tapi mumpung sudah ada di dalam toko, sekalian saja. Belanja deh jadinya, termasuk membeli snack untuk anak-anak di mobil. Keluar duit ke dua deh….

Sesampai di sekolah, masih ada waktu 1 jam 20 menit sebelum mengajar. Karena sekolah sedang dalam perbaikan, maka lobby tepat biasa kami duduk menunggu dalam keadaan kosong, tidak ada tempat duduk dan kotor berdebu. Kami harus menunggu di luar atau di dalam kelas. Bisa juga sih menunggu di mobil di lapangan parkir, tapi 1 jam??? hmmm.

Karena aku memang berniat membeli makanan jadi untuk makan malam Gen nanti di restoran Cabe yang dekat sekolah, jadi aku ajak anak-anak ke sana saja, sambil menunggu waktu mengajar, dan menunggu pesanan, nasi goreng dan kwetiau goreng. Duduk di meja restoran, anak-anak minta teh kotak dan akhirnya aku membeli mie bakso untuk Kai (Kai suka sekali mie dan hamburger bagiannya dia sudah dimakan Riku hihihi). Jadi deh makan di restoran juga… dan… keluar duit lagi deh….

Karena sudah waktunya aku mengajar, ya cepat-cepat pergi kembali ke sekolah, menaruh makanan di mobil, lalu menitipkan anak-anak pada mbak Ayu untuk dijaga. Nah… masalahnya, biasanya mereka bermain di lobby. Sedangkan lobby tidak bisa dipakai. Jadi terpaksa dibawa ke koperasi sekolah yang berada di lantai dua. And you know, koperasi sekolah itu adalah salah satu toko di Tokyo yang menjual bahan makanan dari Indonesia…. dari daging-dagingan halal, indomie, bumbu, sampai snack dari Indonesia. Tapi terus terang…. harganya relatif lebih mahal dibanding toko lain yang menjual bahan masakan dari Indonesia. Yah kalau mau belanja, hitung menghemat ongkos transport dan sedikit memberi sumbangan kelangsungan pengelolaan sekolah Indonesia di Tokyo.

Wahh tentu saja anak-anak senang sekali disuruh bermain di dalam koperasi selama 2 jam mamanya ngajar. Kai dengan seenaknya “membeli” (meminta pada mbak Ayu, yang memang sudah pernah aku katakan kalau mereka mau, ya dikasih saja, nanti aku bayar semuanya) snack berupa jelly stick. Dan mau tahu harga jelly sticknya berapa? 300 yen satu batang! waaahhh Kai kok milih yang mahal? Riku langsung marah-marah karena dia tahu harganya mahal. Tapi Kai hanya tahu jelly stick itu berwarna-warna dan dia suka! Dan ngga tanggung-tanggung deh, dia makan sampai dua, belum lagi coklat silver queen, krupuk dsb dsb.

Waktu jam istirahat, aku menjenguk keadaan mereka dalam koperasi. Langsung Riku melaporkan perbuatan Kai yang makan dan beli seenaknya.
“Mama, Kai beli jelly itu. Itu kan mahal! Riku sama sekali ngga beli apa-apa loh! Kai curang… Lihat ma, dia juga makan coklat. Aku kan juga mau…”
“Ya sudah, Riku kalau mau jelly itu juga boleh kok. Ambil saja satu ya.”
“Tapi mama nanti uangnya habis…..”
Aku menahan haru, dan peluk Riku…. “Ngga papa, kalau satu aja ngga papa kok, ambil saja Riku.”
“Makasih ya Ma…. Aku juga mau keripik ini”
“Ya sudah…ambil”

Setelah pelajaran selesai, aku menjemput anak-anak di toko koperasi dan membayar segala macam yang dibeli. Dan jumlah semua pengeluaranku hari ini bisa dibilang pak-pok (apa ya istilahnya kalau sama besarnya pengeluaran dan pendapatan? kalau mama bilang “pak-pok =equal”, bahasa Indonesianya apa ya? )Waah kalau begini setiap ngajar, bisa-bisa nombok. Dan aku harus cari jalan lain untuk menitipkan anak-anak selama aku ngajar tgl 29 nanti… mungkin terpaksa aku titipkan ke ibu mertua. Bukan karena nomboknya, tapi tidak baik juga untuk kesehatan anak-anakku, di ruang sempit begitu dan makan segala rupa snack.

Dan waktu aku menghidupkan mesin mobil, kedua anakku mengatakan:
“Ma, hari ini terima kasih ya. Menyenangkan!”
(Iya senang…karena bisa makan snack sepuasnya hihihi) “Mama juga terima kasih mau menemani mama ngajar ya…”
dan Riku berkata,”Maaf ya mama, uang mama habis…”
“Ngga papa untuk hari ini, tapi lain kali harus hemat ya”
Sambil menyetir aku juga teringat perkataan seseorang yang “menyindirku”, bahwa tidak boleh membicarakan masalah kesulitan ekonomi keluarga sebelum anak berusia 7 tahun. Lah, anak-anak juga punya mata dan telinga dong, di rumah yang sempit begini kalau papanya Riku bicara:  Pengen beli kamera ya… paling aku bilang: Ngga ada uang! Mau menghilangkan semua pembicaraan soal uang dari anak-anak? mana bisa?  Tapi ahhh… sudahlah semua keluarga (atau psikolog) punya pandangannya sendiri-sendiri.

Sambil pikir macam-macam aku melarikan mobil pulang ke rumah, dan melihat mereka berdua sudah tertidur di belakang. Setelah sampai di rumah, ketika aku menidurkan Kai di tempat tidur, dia masih tersenyum sambil memelukku berkata, “Mama arigatou”. Maniiiisss sekali……

Hari ini sebetulnya apa ya? kerja atau piknik? atau jalan-jalan bersama kedua anakku. Well…. kalaupun aku harus nombok, jika aku bisa melihat senyum dan muka ceria mereka, alangkah bahagianya aku.

Pemakan segala?

16 Mar

Aku jadi terpikir, apa betul orang Jepang pemakan segala? Yang bukan hanya “biasa” dimakan oleh manusia, tapi juga segala macam yang “tidak terpikirkan” bahwa itu bisa dimakan?

Dari dulu kita tahu bahwa orang Cina pemakan segala…. tapi kalau menurutku “segala” di sini berkisar pada “semua bagian tubuh makhluk hidup yang bergerak atau tepatnya binatang”. Konon, otak monyet bisa dimakan dan bahkan menjadi obat kuat. Aku sendiri pernah shock melihat sup kodok utuh di televisi… hmmm aku menganggap diriku sebagai pemakan segala, tapi kalau kodoknya masih berbentuk kodok begitu? tunggu dulu deh. Kalau sweekee kan cuma kakinya aja, jadi anggap saja makan burung dara.

Nah, aku berpikir apakah pantas orang Jepang dianggap sebagai pemakan segala? Umumnya mereka tidak mau makan “jerohan” sapi, meskipun ada masakan “motsu nikomi” yang berarti rebusan usus dengan bumbu miso. Kalau kangen dengan soto babat dulu, jaman aku mahasiswa (belum punya dapur sendiri) , beli deh motsu nikomi ini di resto/ tempat minum nomiya yang murah bernama “Tengu”. Kasih bubuk cabe banyak-banyak, dan terhibur deh kerinduan akan masakan Indonesia.

Memang orang Jepang baru-baru saja berkenalan dengan masakan yang terbuat dari daging setelah jaman Meiji. Kebiasaan makan daging yang dihasilkan dari peternakan dibawa oleh warga asing, dan Kaisar Meiji sendiri yang menghapus “Pelarangan Makan Daging” yang dikeluarkan Kaisar Tenmu tahun 675.  (Sumber : http://detail.chiebukuro.yahoo.co.jp/qa/question_detail/q1219644977) Karena berabad-abad orang Jepang tidak mengenal “daging” (hasil peternakan) maka masakan Jepang menggunakan bahan yang ada disekelilingnya yaitu dari tanaman dan laut (ikan dan tumbuhan laut).

Nah di situlah aku bisa berkata, bahwa memang Jepang “ahli” dalam mengolah apa yang ada kemungkinan untuk bisa diolah. Aku sudah pernah tulis tentang akar bunga teratai RENKON yang bisa dimakan dan enak! Akar yang keliatannya tidak menarik, kasat dan mungkin orang Indonesia bilang, “duuuh kok manusia makan akar gituan sih” bernama GOBOU, sering nangkring di meja makan orang Jepang.

lihat tuh, akar kayak gini dimakan! Ini namanya Gobou

Atau tidak usah jauh-jauh, rumput laut dan ganggang laut saja, yang pasti tidak terbayangnya masuk ke dalam perut orang, merupakan bahan makanan terpenting dalam kehidupan orang Jepang. Sushi Roll (makisushi) tidak afdol tanpa dibalut “sesuatu berwarna hitam seperti kertas” yaitu NORI. Sup Miso juga lebih lezat rasanya jika dimasukkan ganggang laut yang bernama WAKAME. Dan tumbuhan dari laut ini banyak mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh. Aku pernah dengar bahwa zat besinya saja 40 kali lipat bayam!!! Yang aku heran kenapa di Indonesia, yang juga merupakan negara bahari tidak ada makanan atau bahan makanan yang terbuat dari rumput/ganggang laut kecuali agar-agar? Salada dari berbagai jenis rumput laut itu yummy sekali loh!

Tulisan hari ini aku potong di sini karena sebetulnya dengan judul ini saja bisa menjadi thesis. Aku tergerak untuk menulis ini karena komentar dari Mas Goenoeng pada foto yang saya upload di facebook: “daun sakura bisa dimakan, Mbak Imel? *melongo*”

Sakura mochi (kiri) dan Doumyouji (kanan). Daunnya daun sakura yang bisa dimakan.

Ya, daun sakura bisa dimakan. Tentu saja tidak semua jenis, waktu aku cari katanya Sakura jenis Oshima, daunnya dibubuhkan garam (mungkin diperam lebih tepat untuk pengolahan ini ya?) . Jangankan daunnya, bunganya pun bisa dimakan kok. Dicuci, diberi garam, seperti diasinkan, lalu masukkan dalam teh hijau, atau sup bening, atas nasi, atau….. berbagai jenis masakan sampai menjadi hiasan untuk kue. Dan bisa dimakan! Silakan lihat sajian foto makanan dengan tema sakura yang aku dapat di website sebuah restoran (http://www.villa.co.jp/cook/2009/04/28.html)

semua PINK…. cocok untuk Pink lover!

Hidangan lengkap memakai sakura dan nuansa sakura  dari sebuah restoran

Lalu minumnya bir SAKURA!!! dari asahi. Kalau ini sih bukan terbuat dari sakura, tapi seasonal aja.

limited edition

Pancasila dan Buntut Bersambung

13 Mar

Aku tidak tahu apa mainan anak sekarang. Yang pasti dulu waktu aku kecil ada permainan “Pancasila”. Pancasila ada lima… lalu masing-masing peserta mengeluarkan tangan (jarinya) yang kemudian dihitung sesuai alfabet. Jadi kalau jumlah jari ada 12 berarti “L”. Kemudian di kertas kami menuliskan nama-nama yang berawalan L dengan perjanjian kategori dalam 5 kolom.

Nama buah, Nama orang, Nama binatang, Nama Jalan, Nama Kota  Jumlah
Lemon            Lina                   Lipan                      Limau            Lima                 50

Satu kategori nilainya 10, sehingga kalau benar semua mendapat jumlah 50. Kalau ada dua orang yang menulis sama berarti harus berbagi, dan nilainya menjadi 5. Jadi kami sedapat mungkin mencari kata-kata yang aneh dan sedikit kemungkinannya  ditulis orang lain. Ini melatih perbendaharaan kata/pengetahuan umum kami. Aku berharap masih ada anak-anak yang memainkan “Pancasila” ini….

Nah, kalau di Jepang, kami sering memainkan “Shiritori” yang arti harafiahnya “ambil pant*t”. Diawali dengan kata apa saja, lalu kami meneruskan dengan suku kata yang paling belakang. Misalnya sa-ka-na (ikan), diambil na -nya dan lanjutkan dengan kata berawalan na, misalnya na-be (panci) —-> be-ro (lidah) —> rou-so-ku (lilin) dan seterusnya. Tapi tidak boleh dilanjutkan dengan kata yang berakhir dengan “n” karena tentu saja tidak ada kata berawalan n. Mati deh….

Permainan ini juga merangsang otak menemukan kata-kata baru dalam waktu cepat. Sudah sejak Riku berumur 4 tahun kami membiasakan bermain shiritori ini di mana saja. Kadang sebelum tidur, kadang di mobil dalam kemacetan, atau sambil nunggu giliran di dokter dll.

Tapi pikir punya pikir, orang Indonesia kan juga sering menyanyikan lagu “sedang apa….sekarang” dan dicari kelanjutan kata yang disebutkan sebelumnya…. sedang makan…makan apa? makan nasi…. nasi apa? dst dst. Masih pada menyanyikan lagu ini ngga sih? apa sudah terlalu jadul? hihihi

Permainan yang tanpa menggunakan alat, murah meriah dan memakai otak seperti Pancasila dan Buntut Bersambung (Shiritori) ini semestinya dilestarikan dan dimainkan. Bagaimana menurut teman-teman? Ada lagi permainan tanpa alat dan mendidik seperti ini?

Purnabakti

12 Mar

Di awal tahun fiskal 2009, April lalu, aku sudah pernah menulis bahwa aku menjadi pengurus Parent Teacher Association (PTA) di SD nya Riku. Dari setiap kelas dipilih 3 orang, dan dari 3 orang ada satu yang menjadi wakil kelas yang harus duduk di kepengurusan inti (un-ei運営). Aku bukan wakil kelas, sehingga aku hanya menjadi pengurus biasa (sewanin 世話人).

Biasa? Memang tugas wakil kelas lebih banyak, dan mereka menjadi ketua atau wakil seksi di kepengurusan inti. Sedangkan kami-kami menjadi anggotanya. Dan aku menjadi anggota seksi kegiatan murid (Jidoubu 児童部). Kerjanya? Well, yang sudah aku tulis di TE  adalah membuat kumis eh origami udang seperti yang aku posting di Gara-gara Kumis untuk dipakai dalam acara Tsuri Land (Memancing tidak harus di air) ………. Lalu mengadakan kegiatan pengumpulan bellmark serta ecocap dan membantu kegiatan sekolah seperti pertandingan olahraga Undokai (Merah, Putih dan kebersamaan).  Dan ternyata kegiatan-kegiatan ini membuat pengurus yang termasuk dalam Jidoubu ini cukup sibuk (dibandingkan dengan seksi lain), karena paling sedikit dua kali sebulan harus mengadakan rapat dan kegiatan.

Dan secara tidak langsung aku merasa bahwa aku lebih sibuk mengurus ecocap dibanding yang lain. Tutup botol plastik dari botol minuman itu terbuat dari plastik yang kuat dan jika dikumpulkan oleh pabrik pengolah, tutup botol ini diolah lagi menjadi barang-barang plastik lain misalnya pot tanaman, serokan sampah, palet cat air, dan lain-lain. Pabrik pengolah ini “membeli” tutup botol bekas ini dan uang hasil penjualannya dibelikan vaksin (terutama polio) untuk anak-anak di dunia ketiga. Kalau dihitung 800 tutup botol dihargai 20 yen dan itu sama dengan vaksin polio satu orang. Betapa mulia  kegiatan ini, bukan?

Memangnya cukup hanya mengumpulkan tutup botol plastik? Sesudah itu bagaimana?

Tempat sampah khusus untuk ecocap

Di sekolah Riku tempat sampah khusus untuk mengumpulkan ecocap diletakkan di pintu masuk (dua tempat). Murid-murid atau siapa saja yang membawa tutup botol plastik itu memasukkannya ke dalam tong sampah khusus itu. Kemudian setelah banyak terkumpul barulah kami dari jidoubu ini bekerja. Aku juga baru tahu bahwa ternyata sebelum menyerahkan tutup-tutup botol ini perlu diperiksa dulu sebelumnya. Pertama jenisnya harus merupakan tutup botol plastik minuman, tidak boleh bekas tutup botol minyak atau bumbu dapur lainnya (besarnya tidak sama). Kedua, biasanya perusahaan minuman menyelenggarakan sayembara dengan menempelkan seal/sticker di atas tutup botol. Seal biasanya dikumpulkan untuk mendapat hadiah. Nah seal ini harus diambil sebelum diberikan ke pabrik pengolah, jadi kami harus memeriksa satu-per-satu apakah masih ada seal semacam itu di tutup botol yang terkumpul. Selain itu yang ketiga, kami juga harus memilah tutup botol yang kotor. Karena tutup botol yang terkena minuman jus atau kopi atau teh, jika disimpan maka akan menjadi jamuran atau mengundang serangga bertelur. Satu saja tutup botol kotor, akan membuat satu kantong tutup botol-tutup botol itu berjamur dan berserangga (berulat—terutama di musim panas).

satu per satu seal yang menempel di tutup botol dibuang

Nah, kami biasanya berkumpul dua minggu sekali secara bergantian, satu grup 4 orang, untuk memilah tutup botol ini. Tutup botol yang tidak sesuai besarnya dibuang, seal di”keletek“in (diapain sih bahasa Indonesia yang baku? dilepas?) dan yang kotor ? terpaksa kami bawa pulang untuk kemudian dicuci di rumah masing-masing. Kadang kami harus memakai bleach untuk melepaskan kotoran yang menempel di tutup botol itu, karena merendam di bleach lebih menyingkat waktu daripada mencuci satu-per-satu. (dan hasilnya juga bagus…jadi putih mengkilap loh hihihi). Perusahaan pengelola hanya mau menerima tutup botol yang bersih karena jika tidak akan merusak mesin pengolahnya.

tutup botol yang tidak memenuhi persyaratan

Kadang aku juga mikir, duh tutup botol  ini kan sebetulnya sampah loh, tapi orang Jepang selain aktif memikirkan “recycle” dengan kesadaran lingkungan, kalau sudah menetapkan untuk melaksanakan satu kegiatan mereka akan benar-benar melakukannya dengan sepenuh hati. Sebetulnya kegiatan ecocap ini baru pertama kali dilakukan di SDnya Riku, dan kami dari seksi jidoubu ini yang kebagian tugas. Tapi kami melaksanakannya dengan rajin. Mungkin kalau kegiatan ini dilaksanakan orang Indonesia, tidak akan segitu rajinnya membawa pulang dan mencucinya di rumah. Buang saja toh tidak ada yang tahu kan? (Masa bodo dengan kegiatan ecology, tidak mau memikirkan generasi mendatang toh nanti aku juga mati…. dsb dsb)

Tutup botol yang sudah diperiksa kebersihannya itu dimasukkan dalam kantong sampah plastik berukuran 45 kg, lalu kami bawa ke gudang sekolah. Ya, kami tidak bisa meminta perusahaan pengelola ecocap ini mengambil ke sekolah kalau belum berjumlah 7 kantong plastik 45 kg. Padahal satu kali kami memilah tutup botol-tutup botol itu maximum menjadi 2 kantong (2-3 minggu pengumpulan).

satu kali pengambilan oleh perusahaan pengelola, 10 kantong menunggu diangkut

Hari Selasa lalu, aku sibuk mondar-mandir ke sekolah untuk membuat buletin tahunan laporan ecocap ini yang akan dibagikan kepada seluruh murid. Ini merupakan buletin kedua yang aku buat tentang ecocap. Dan karena dua orang temanku yang bertugas membuat buletin ini tidak bisa membuat layout dengan komputer, jadi akulah yang “ketiban” tugas layout sedangkan dua yang lain menyusun kalimat dan mengeceknya. Senang juga sih melihat hasil karyaku dibaca 600 murid (dan orang tuanya tentu).

Buletin ecocap terakhir yang aku buat layoutnya

SDnya Riku selama setahun (empat kali pengambilan oleh pengelola ecocap) berhasil mengumpulkan 121.280 tutup botol dan itu setara dengan vaksin untuk 151 orang. selain itu bisa mengurangi CO2 sebanyak 955 kg. Mungkin dibandingkan dengan sekolah atau organisasi lain masih sedikit, tapi untuk kegiatan pertama aku rasa sudah hebat hasilnya. Dihitung dari uangnya memang jauuuuh hasilnya dengan pengumpulan bellmark, bayangin CUMA 151×20 yen = 3020 yen dan hasilnya tidak kelihatan, karena langsung menjadi vaksin. Pekerjaan susah payah yang dilakukan ibu-ibu di jidoubu juga rasanya tidak seimbang dengan hasilnya. Karena itu kami akhirnya meminta kepada pengurus inti untuk mengubah cara-cara pengumpulan ecocap dalam kepengurusan tahun depan.

Satu lagi yang aku juga merasa hebat dengan organisasi di Jepang, yaitu kami meninggalkan dokumen dengan rapi dalam bentuk hard copy dan file, tapi selain itu kami memikirkan juga bagaimana jika cara-cara kami ini nanti dilanjutkan. Kami mencari cara yang lebih mudah dan tidak memberatkan ibu-ibu yang nanti akan mengemban tugas jidoubu ini. Wahhh kepengurusan di Indonesia mana mau susah-susah memikirkan kepengurusan selanjutnya. File dan dokumen saja belum tentu lengkap (maaf, aku juga sering begitu sebagai sekretaris hihihi meskipun kalau diminta pasti akan aku berikan filenya semua)

Tugas kami di jidoubu secara de jure sudah selesai bulan Maret ini sesuai dengan selesainya tahun fiskal 2009. Tapi de facto kami masih harus membimbing dan membantu pengurus baru dalam masa peralihan sampai bulan Mei. Tanggal 28 April akan diadakan serah terima dalam sidang pleno PTA. Aku merasa agak sedih dan sepi  juga karena dengan bergabung dalam seksi bidang kegiatan anak, jidoubu ini aku bisa banyak belajar mengenai berorganisasi di kalangan sekolah Jepang. Selain itu komposisi ibu-ibu yang tergabung memang baik-baik dan membuat suasana bersahabat yang dibawa juga di luar kegiatan kami. Aku juga bisa mendengar banyak gossip internal yang berguna dalam mendidik anak. Bagaimanapun juga aku kan masih kohai (yunior karena anakku masih kelas 1) dibanding mereka yang sudah sempai (senior karena anak-anaknya sudah kelas atas).

Musim Bunga

8 Mar

Seharusnya aku senang menyambut musim bunga yang mulai datang ke Jepang. Hari hangat bertambah banyak, yang kadang disertai hujan, walaupun memang belum bisa menyimpan coat tebal karena tiba-tiba cuaca bisa berubah dan kita masih perlu memakai coat.

Tapi ada satu yang benar-benar membuatku  menderita di awal musim semi ini yaitu Kafun atau serbuk bunga. Hari Rabu minggu lalu, aku bersepeda ke sana ke mari memakai masker untuk mengurangi serbuk bunga terhirup, meskipun masih juga bersin-bersin. Tapi yang paling menyeramkan waktu aku melihat mata aku di cermin lift. MERAH! dan gatal. Waaaahhh. Mungkin karena ketahanan tubuh kurang akibat kurang tidur menyelesaikan terjemahan, alergi aku terhadap serbuk bunga/pollen tahun ini amat sangat mengganggu.

Memang dari kecil aku punya alergi terhadap house dust, yang menyebabkan kamar kami selalu harus pakai AC dan tidak boleh memakai karpet atau tirai dari wool. Pilek dan bersin-bersin sudah biasa, sehingga kami sering berkata. “Pabrik tissue harus berterima kasih pada kami”.

Tapi waktu aku datang ke Jepang, sangat jarang aku bersin-bersin. Mungkin Tokyo udaranya lebih bersih dari Jakarta ya? Entahlah. Sampai pada suatu hari, kira-kira 5 tahun setelah tinggal di Jepang, waktu aku mengajar di rumah murid nun jauh di dekat bandara Narita sana. Tiba-tiba aku bersin-bersin pilek, sampai aku minta maaf pada tuan rumah. Baru pas pulang, dia berkata,
“Sensei kafunshou?”
“Tidak”
“Soalnya di belakang rumah ini adalah hutan pinus (pohon sugi) yang mengeluarkan serbuk bunga”
“Waaahhhh mungkin mulai hari ini saya kafun”
Sambil aku melihat deretan pohon pinus itu mengeluarkan serbuk bunganya yang ditiup angin. Gambarnya kira-kira seperti ini.

Serbuk bunga pinus yang beterbangan di awal musim semi

Ya memang selain pohon sugi atau pinus, ada beberapa jenis pohon yang menyebabkan kafunsho. Tapi pohon sugi ini yang paling banyak penderitanya. Menurut data dari Weather News tanggal 4 Maret lalu, lebih dari 30% orang Jepang menderita kafunshou. Daerah Kanto-Tokai (Tokyo dan sekitarnya) paling banyak , dan paling sedikit di daerah Kyushu (selatan Jepang). Daerah Shizuoka dianggap yang paling banyak menderita alergi serbuk bunga ini.

Jadi meskipun dikatakan alergi serbuk bunga, bukanlah akibat bunga-bunga cantik yang saya pasang di sini. Bunga Plum ini mekar di halaman belakang parkiran di apartemen kami. Satu lahan terbagi dua, sebelah kiri berwarna putih dan sebelah kanan berwarna pink. Cantik ya?

Nah, kebetulan ada teman yang bertanya mengenai apa bedanya bunga Momo (peach), bunga Ume (plum) dan bunga Sakura (cherry). Setelah cari-cari ke sana kemari ketemu deh perbedaan bunga tiga jenis, yang memang kalau sekilas mirip semua (dan waktu mekarnya sebenarnya berlainan)

Bunga Plum (Ume):

– tidak mempunyai tangkai bunga, sehingga seakan menempel pada batang
– satu kuntum satu bunga
– ujung kelopak bunga berbentuk bundar

Bunga Peach (Momo):

– tangkai bunganya amat pendek, sehingga terlihat keluar dari batang
– satu kuntum  dua bunga yang diapit bakal daun
– ujung kelopak bunga tajam

Bunga Cherry  (Sakura):

– tangkai bunganya panjang sehingga seakan menjuntai dari batang
– bunganya berumpun seperti anggur
– ujung kelopak bunga terpecah dua

Penjelasan dan gambar didapat dari sini.

Sekarang masih musim bunga Plum, sekitar akhir Maret/awal April baru bunga Sakura bermekaran.

Memang keluarga yang terbaik…

4 Mar

Setidaknya itu kata Riku di akhir pekan lalu. Pada hari ulang tahunnya, Kamis lalu, dia mengundang 6 orang temannya untuk bermain di rumah. Sengaja bukan aku yang mengundang, karena sebetulnya tidak ada kebiasaan di Jepang untuk membuat pesta ulang tahun. Apalagi membagikan kue-kue bingkisan ulang tahun di sekolah (kebiasaan membagikan “berkat” begitu idi sekolah ternyata masih ada, karena waktu aku pulkam tahun lalu, adikku sempat bingung akan membagikan apa waktu anaknya ultah) sama sekali tidak ada. Well orang Jepang jarang memperingati ulang tahun deh.

Jika aku menuliskan undangan, ibu anak-anak itu akan kewalahan untuk mencari kado. M-E-R-E-P-O-T-K-A-N. Kita orang Indonesia bisa bilang, “Tidak usah bawa apa-apa….datang saja”. Tapi orang Jepang TIDAK AKAN PERNAH BISA DATANG TANPA MEMBAWA APA-APA. Pernah beberapa kali teman Riku main ke rumah, mereka pasti membawa (dibawain ibunya sih) satu bungkus snack untuk dibagi/makan bersama (OMG Riku pernah bermain ke rumah temannya ngga ya? Aku kudu siapkan snack nih untuk membawakan Riku kalau dia bermain ke rumah temannya).

Jadi aku menyuruh Riku memanggil temannya, dan karena aku sedang sibuk mengerjakan terjemahan aku sediakan pizza dan kue ultah dari Baskin aja. Undangan disampaikan hari Senin. Hari Selasa Riku mendapat jawaban bahwa hanya 3 orang yang bisa datang. Lalu aku bilang, biar saja, lebih sedikit kan lebih banyak jatah makannya hihihi (dasar pikirannya makan mulu). Tapi hari Rabunya dia pulang dengan sedih dan berkata bahwa cuma 2 orang yang bisa datang esoknya.

Pas hari H, sesudah pulang sekolah, Riku menjemput temannya ke bawah. Ternyata hanya ada satu orang yang datang, dan ….. mereka bermain di bawah. Temannya ini membawa semacam permainan dengan tali. Tapi mungkin Riku mengikat salah atau bagaimana, tali itu tidak bisa diurai lagi. Oleh temannya itu, Riku harus memperbaiki (mengurai) tali itu dan jika tidak bisa game DS nya untuk dia. Wah Riku kan panik, karena dia tahu DS itu mahal. Akhirnya Riku minta maaf dan lari ke rumah.

Begitu masuk ke dalam rumah, dia menangis. Wah aku kan panik, ada apa nih… Mendengar ceritanya ternyata dia di”ancam” harus memberikan barangnya jika tidak bisa begini begitu. Aku ikut sedih, karena kok anak kelas 1 SD sudah bisa main palak-memalak begini. “Hari ulang tahun aku yang paling buruk!”… Ya kenapa mesti terjadi pas di hari ulang tahun. Kasihan Riku. Untuk sementara aku peluk dia, dan mengajak dia makan Pizza berdua. “Hari Sabtu, Minggu dan Senin kan papa libur, nanti Riku pergi saja sama papa ya. Kasih tahu papa, Riku mau ke mana”
“Cuma mama yang baik sama Riku…”
“LOH Riku… Riku kan anak mama. Masak mama mau jahat sama Riku. Riku nangis ya mama juga ikut nangis dong.”
“Iya ya…. hihihihi”

merayakan ultah Riku dengan sederhana

Setelah Gen pulang kantor (yang lebih cepat dari biasanya yaitu jam 7:30 malam) kami makan pizza dan kue yang tadinya diperuntukkan pesta kecilnya Riku. Padahal tadinya mau makan di luar tuh, soalnya aku ngga ada waktu untuk masak.

bergaya dengan sepeda barunya

Baru hari Sabtunya, Riku pergi bersama papanya untuk membeli kado ulang tahunnya, sementara aku di rumah bersama Kai dan mengerjakan pekerjaan terjemahan yang belum selesai. Sebuah sepeda baru karena sepedanya yang lama sudah “kekecilan”. Anakku sudah bertambah tinggi, sehingga sepeda “masa kanak-kanak”nya sudah terlalu pendek untuk kakinya. Jadi kami sepakat untuk memberikan sepeda dengan jari-jari 22 cm (tadinya 18 cm).

bedanya ternyata cukup banyak ya, Ban dengan jari-jari 18 cm dan 22 cm

Sepeda yang lama nanti akan diberikan ke Kai kalau dia sudah mau, karena sebetulnya kami masih menyimpan roda bantuan sehingga tinggal dipasang saja lagi. Kasihan si Kai jarang dapet barang yang baru, selalu lungsuran.

Untuk berlatih memakai sepedanya yang baru, Gen mengajak Riku ke stasiun dekat rumah kami. Dan ternyata di pos pemadam api dekat stasiun itu sedang mengadakan “open house”. Jadi deh Riku belajar mematikan api, dipakaikan baju pemadam, diperbolehkan naik mobil pemadam, dan juga belajar tali temali serta pernafasan buatan untuk bayi. wow! Aku melihat foto-fotonya saja jadi iri, dan juga iri untuk Kai karena dia tidak ikut. Tapi Kai juga masih terlalu kecil, bisa-bisa dia nggerecokin saja, Pasti ada waktunya juga untuk Kai.

Well, terobati sudah kekecewaan Riku di hari ulang tahunnya. Memang melewatkan waktu bersama keluarga adalah yang terbaik….

Riku dengan baju petugas pemadam ... pipoooo pipoooo

Happy Milad Bouya

25 Feb

Di sebuah iklan Disney Channel, ada sebuah pernyataan hati seorang ibu:

kemarin kamu tidak bisa apa-apa, sekarang sudah bisa…
tapi jangan cepat-cepat menjadi besar ya……

Tujuh tahun yang lalu kamu lahir, kecil dan tidak mampu apa-apa. Bahkan hari-hari  pertama harus kamu lewati di dalam inkubator.

Karena prematur, pertumbuhan motorik kamu juga tidak secepat teman-teman seangkatan kamu.

Meskipun badan kamu besar, kadang hati kamu masih kecil. Karena teman sekelasmu  berbeda usia hampir satu tahun.

Tapi mama tahu kamu selalu mau berusaha, menjadi murid yang baik. Anak yang baik, dan kakak yang baik.

Terima kasih ya sayang, kamu tidak pernah menolak satu kalipun kalau mama minta tolong sesuatu. Meskipun kamu sering menolak kalau mama suruh tunggu sendirian di rumah, karena takut.

Maafkan mama ya kalau akhir-akhir ini mama sering marah dan bersuara keras sehingga kamu pikir mama bentak kamu. Bukan maksud mama memojokkan kamu di depan Kai, hanya ingin tahu mengapa kalian bertengkar. Itu saja.

Dan satu lagi Riku… Mama senang sekali waktu tadi malam kamu merapat ke mama karena takut waktu mama bacakan buku yang diminta Kai.

Jam berdentang…. dong…dong…dong….
Siapa yang masih bangun jam segini?
Burung Hantu? Kucing hitam? Tikus yang nakal? Atau… pencuri?
Bukan….bukan…. tengah malam adalah waktunya HANTU
Ehh… ada yang masih bermain tengah malam begini?
Jadilah kamu hantu dan terbang ke dunia hantu….

Sesekali manja ya Riku… mama kangen peluk kamu. Mama tahu kamu sering kecewa karena Kai merebut mama dan minta dipeluk begitu kamu peluk mama. Tapi percayalah, mama sayang kamu sama besarnya dengan Kai.
Apalagi kamu sudah menemani mama 7 tahun … jauh lebih lama dari Kai yang baru 2,5 tahun kan?

Kamu….

Paulus Riku Miyashita

kamu istimewa…

Jadi… di hari jadi kamu hari ini 25 Februari 2010, mama mau mengucapkan selamat ulang tahun. Selamat menjadi lebih besar 1 tahun lagi. Tapi…. jangan cepat-cepat ya besarnya.

Mama mau menikmati hari-hari kita bersepeda bersama menjemput Kai.
Masih mau mendengar, “Mama lapar, ada snack apa?”.
Masih ingin menggandeng tangan kamu dan pulang bersama dari sekolah, karena kamu mau pulang sama-sama. Bahkan kamu pamer ke teman-teman, “Ini mama gue…”
Masih mau date bersama, makan es krim dan takoyaki…
Masih mau ini dan itu bersama-sama…sebelum kamu bosan dengan mama (semoga tidak ya)

Kado ulang tahun? Tunggu hari Minggu ya? Nanti kita cari sama-sama papa dan Kai…..