4L4Y di J3P4N9

12 Nov

Hmmm jangan-jangan aku tulis judul seperti itu lalu tidak ada sahabat blogger yang mau membaca postingan ini. Mungkin ada yang bilang, “Itu si Imelda pasti lagi rada-rada”…hehehe.

Aku sudah pernah menulis tentang tulisan yang disingkat-singkat di posting yang ini. Dalam tulisan itu aku memberikan informasi tentang penyingkatan bahasa Jepang. Karena satu kanji bahasa Jepang sudah memiliki arti, maka seandainyapun dipakai hanya satu kanji saja, kita masih bisa tetap mengerti arah pembicaraan. (Untuk lengkapnya silakan baca postingan itu).

Memang yang menjadi masalah dalam tulisan aku itu adalah singkatan atau penulisan yang memakai campuran huruf dan angka. Nah waktu itu memang belum ada istilah ALAY, jadi kami yang merasa sebal dengan penulisan campur-campur seperti itu hanya bisa ngedumel saja.

Baru-baru ini aku mendapat komentar dari Nila seperti ini:

hehe..info mba Imelda keren, komen2nya apalagi..seruuu..tp saya salah seorang pengguna singkatan. terutama memang ‘krn’ (ini satu contoh) suka merasa capek kalo (ini lagi) harus berlengkap2 mengetik kalimat (di hp atau laptop). ‘tp’ (yaaahhh..ini juga) saya sering menyingkat hanya pada kata2 ‘yg’ (terus aja…’lg’) umum disingkat orang. seperti ‘tp’, ‘yg’, ‘utk’, ‘jg’, ‘ga’, ‘dlm’, atau ‘btw’, ‘thx’ dan…’bbrp’ kata lain.tp suer, ga bermaksud melecehkan b.indonesia 🙂
tp saya setuju bahwa penggunaan kata2 yg disingkat dlm satu kalimat itu membingungkan, apalagi dicampur angka & huruf besar/kecil. aaaarrggghhh…jg…!krn saya mengalami sendiri waktu baca sms dari adik saya yg beda usia 8 th.terus terang mba, baca tulisan ini saya jd inget tulisan mba yg judulnya “kapan kamu merasa tua?”. saya udh dapat jawabnya: waktu kesulitan baca sms dari adik saya!
tp saya pernah baca bahwa trend menyingkat dan menggunakan bahasa sok imut ini adalah salah satu tren anak2 al4y yg lagi ‘in’ di indonesia skrg ini. OMG..

Tepat sekali apa yang dikatakan Nila bahwa trend penulisan campur atau ALAY ini memperjelas perbedaan usia dan merupakan “mode” kaum muda di Indonesia. Dan sebetulnya tidak hanya di Indonesia saja, setiap lapisan/kelompok “remaja” setiap negara, pasti mempunyai “bahasa”nya sendiri yang ingin sekali membedakan dirinya dengan masyarakat biasa. Rasanya mereka akan senang jika bisa berkomunikasi antar remaja yang isinya TIDAK diketahui orang lain. Rahasia-rahasiaan deh. Dulu jaman aku muda juga ada bahasa slang yang menggunakan partikel “ok” di tengah kata, seperti bokap, nyokap dsb. Sekarang ada bahasa alay. Yang lucunya remaja INGIN dimengerti kaum dewasa tapi dirinya sendiri MENJAUHKAN diri dari kebiasaan umum.

Nah kali ini aku mau menyinggung sedikit tentang bahasa alay di Jepang. Agak sulit menjelaskannya karena berhubungan dengan penulisan kanji, Jika tidak bisa menulis/membaca kanji pasti akan sulit mengerti.

Bahasa yang setara dengan bahasa alay Indonesia di Jepang dinamakan GYARU MOJI (ギャル文字)gyaru adalah pengucapan girl-nya bahasa Inggris yang artinya tentu cewe muda (dalam hal ini siswa SMP-SMA). Moji = huruf. Nah gyaru moji ini memang berkembang sejajar dengan perkembangan kecanggihan telepon genggam di Jepang.

Penulisan sms atau email di HP Indonesia tidak bisa memakai emoticon. Maksudnya langsung keluar gambarnya seperti di fungsi chat (atau blog), sehingga memakai kode saja, semisal : D (untuk nyengir) : ) (untuk senyum) dll. tapi di HP Jepang kami dapat langsung memilih “emoticon” yang tepat. Dulu setiap perusahaan (provider) HP mempunyai gambar tersendiri yang hanya bisa terbaca oleh perusahaan (provider)  yang sama, tapi sekarang sudah bisa dibaca di semua perusahaan (provider). Deretan gambar-gambar itu amat banyak dan memang dapat menyingkat penulisan huruf selain menjadi hiasan sms/email.

sedikit contoh emoticon dalam HP bahasa Jepang

Tapi tetap saja untuk penulisan kata-kata yang tidak ada emoticonnya, kami harus menulis lengkap misalnya ohayo おはよう。 Tapi sekarang para remaja ini mengganti huruf-huruf hiragana dengan simbol-simbol lain.

おはよう     (hiragana) ぉレ£ょ  (katakana)   ォ八∋

こんにちは  (hiragana)  こωL=ちレ£  (katakana)  ⊃冫二千ハ

おやすみ (hiragana)        ぉゃ§α   (katakana)       才ャス彡

Jika menerima email semacam itu pastilah kami-kami akan menganggap itu mojibake (文字化け) atau kesalahan pengubahan huruf/kanji. Tapi ternyata di kalangan remaja sekarang sudah ada “kamus”nya sendiri untuk merubah masing-masing tulisan hiragana dengan kode-kode atau simbol-simbol yang sebetulnya jaraaaaang sekali dipakai. Yang pastinya jika kita mau mengikuti trend anak muda tersebut, kita pasti butuh waktu 5 kali atau 10 kali lebih lama daripada menulis dengan huruf biasa. Ya sama deh seperti jika kita mau menulis dengan bahasa alay di Indonesia. Tapi yang penting buat mereka kan justru gaya/mode dan cap modern/tidak ketinggalan jaman. Dan bahasa-bahasa seperti ini biasanya tidak akan bertahan lama, sampai ada kode-kode yang lebih baru lagi yang bisa menggeser bahasa anak muda yang ada sekarang. Kita tunggu saja ya bagaimana 10 tahun mendatang.

Coba saja klik link di bawah dan Anda akan bisa mengubah kalimat bahasa Jepang yang benar menjadi gyaru moji

Bagi yang mau coba menulis gyaru moji bisa loh sebetulnya tulis kalimat yang benar dan masukkan ke dalam “mesin pengubah” menjadi gyaru moji di link ini. Silakan coba sendiri ya (aku sih malas hihihi)

 


Gudbai, Masuk dan Mask

13 Okt

Topik kali ini memang si Kai. Anakku yang berusia 4 tahun. Setelah dia membuat “malu” kami dengan tangisan sekencang mobil pemadam kebakaran sehingga bisa didengar satu TK, kami berdua, aku dan Gen merasa perlu lebih memperhatikan dia. Berbicara dengannya. Karena itu, jika aku di rumah meskipun bukan waktu tidur, aku mengajak dia membaca buku bersama (biasanya hanya mendongeng sebelum tidur saja). Beberapa kali aku terharu mendengar dia membuat cerita bebas dari buku-buku cerita bergambar yang kami punyai.

Kemarin aku flu berat. Pilek dan sakit kepala, juga tenggorokan sakit. Jadi aku mengatakan padanya bahwa malam ini mama hanya bisa bacakan satu cerita saja (biasanya 2-3 cerita). Dia memilih cerita tentang Kacang Babi dan Kacang Panjang (Soramame kun to nagai-nagai mame). Dan waktu aku membaca karena pilek dan sakit kepala, aku baca tersendat-sendat. Dia tidak sabaran sehingga sering berkata, “Terus?…terus?…ayo dong baca yang cepat”. Akhirnya aku marah dan aku bilang, “Kai mau mama masuk Rumah Sakit ya? Mungkin lebih baik mama masuk RS supaya mama bisa tidur yang enak, ngga usah bacain Kai. Mama sedang sakit ini…. jangan paksa paksa.” Tapi namanya anak kecil, dia pikir mamanya superman superwoman kali ya? Sampai akhirnya Riku bilang, “Kai…kasian mama dong. Kalau mama tidak bisa lanjut, besok aja ya lanjutnya…..” uh My dear Riku memang selalu membantu aku dalam menghadapi Kai.

Akhirnya satu buku selesai. Riku sudah lama tertidur. Tapi Kai masih segar bugar. Salah juga sih aku mengajak dia tidur siang bersama, jadi meskipun sudah jam 10 malam dia masih melek. Kasihan juga melihat dia bolak balik di sebelahku (dia tidur di sampingku), jadi aku ajak dia bicara pelan-pelan… tadi belajar apa…. bla bla. Dan terdengar papa Gen membuka pintu rumah. “Papa pulang…..!” Dan dia keluar kamar menyambut papanya (tentu saja papanya senang sekali dan memeluknya), dan aku juga keluar kamar persiapkan makan malam.

“Pa, aku bobo duluan ya. Ngga tahan. Tolong temani Kai”, aku masuk ke kamar dan bersiap tidur lagi. Eh, tak lama aku dengar, “Pa, aku temani mama bobo ya….” Kai masuk kamar dan tidur di sampingku. Karena dia tidak pakai selimut, aku menawarkan dia masuk ke dalam selimutku. “Masuk sini!” (pakai bahasa Indonesia)
“Iya masuk” (pakai bahasa Indonesia)
“Emang Kai tahu artinya “masuk” apa? (dalam bahasa  Jepang)
“Tahu…. hairu deshou? ” (Hmmm hebat juga anakku, aku baru sadar dia tahu kata masuk) Tapi Mama kan ada lagi satu lagi arti yang lain? (Tentu saja dalam bahasa Jepang)
“Eh…. kata masuk?”
“Iya….. itu tuh. Kalau ada kebakaran kan disemprot air…. keluar asap…. susah nafas…..” (bahasa Jepang) Aku bingung awalnya… untung aku pintar (siapa lagi yang muji kalau bukan diri sendiri hahaha), aku langsung bilang….”Oooooooh MASK”
“Iyaaaaaa….. MASUK! マスク” Doooooh anakku emang pintar deh. Bahasa Jepangnya mask memang dilafalkan MA-SU-KU. Memang mirip dengan Masuk bahasa Indonesia. Langsung aku jelaskan padanya.
“BENAR KAI, tapi masuk yang hairu itu bahasa Indonesia, dan masuk yang mask itu bahasa Inggris. Tidak sama bahasanya, tapi sama lafalnya”
“Ooooo gitu…” (bahasa Indonesia…. untung dia tidak bilang oh gitu doang, karena akhir-akhir ini dia getol banget bilang doang hahaha)

Aku akhirnya tidak tahan, keluar kamar dan menceritakan kejadian ini ke Gen. Gen sendiri bingung kok Kai bisa ingat kedua kata itu. Kai memang akhir-akhir sering menyebutkan kata-kata bahasa Inggris yang dia dengar mungkin dari TV… aku tidak tahu dia tahu kata-kata itu dari mana, karena aku tidak pakai bahasa Inggris di rumah. Hanya bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Termasuk kata Goodbye. Never…aku tidak pernah pakai kata itu, tapi ada program TV NHK yang mengakhiri acara dengan “goodbye”. Jadilah dia setiap pagi mengantar papa ke kantor dan kakak Riku ke sekolah sambil berkata “Goodbye” dilengkapi senyum manisnya dan lambaian tangan depan pintu apartemenku. Dan jangan coba-coba tidak balas dengan “Goodbye” juga. Karena dia akan teruuuuuuuus berkata “Goodbyeeeeee” hahaha.

Pancasila dan Buntut Bersambung

13 Mar

Aku tidak tahu apa mainan anak sekarang. Yang pasti dulu waktu aku kecil ada permainan “Pancasila”. Pancasila ada lima… lalu masing-masing peserta mengeluarkan tangan (jarinya) yang kemudian dihitung sesuai alfabet. Jadi kalau jumlah jari ada 12 berarti “L”. Kemudian di kertas kami menuliskan nama-nama yang berawalan L dengan perjanjian kategori dalam 5 kolom.

Nama buah, Nama orang, Nama binatang, Nama Jalan, Nama Kota  Jumlah
Lemon            Lina                   Lipan                      Limau            Lima                 50

Satu kategori nilainya 10, sehingga kalau benar semua mendapat jumlah 50. Kalau ada dua orang yang menulis sama berarti harus berbagi, dan nilainya menjadi 5. Jadi kami sedapat mungkin mencari kata-kata yang aneh dan sedikit kemungkinannya  ditulis orang lain. Ini melatih perbendaharaan kata/pengetahuan umum kami. Aku berharap masih ada anak-anak yang memainkan “Pancasila” ini….

Nah, kalau di Jepang, kami sering memainkan “Shiritori” yang arti harafiahnya “ambil pant*t”. Diawali dengan kata apa saja, lalu kami meneruskan dengan suku kata yang paling belakang. Misalnya sa-ka-na (ikan), diambil na -nya dan lanjutkan dengan kata berawalan na, misalnya na-be (panci) —-> be-ro (lidah) —> rou-so-ku (lilin) dan seterusnya. Tapi tidak boleh dilanjutkan dengan kata yang berakhir dengan “n” karena tentu saja tidak ada kata berawalan n. Mati deh….

Permainan ini juga merangsang otak menemukan kata-kata baru dalam waktu cepat. Sudah sejak Riku berumur 4 tahun kami membiasakan bermain shiritori ini di mana saja. Kadang sebelum tidur, kadang di mobil dalam kemacetan, atau sambil nunggu giliran di dokter dll.

Tapi pikir punya pikir, orang Indonesia kan juga sering menyanyikan lagu “sedang apa….sekarang” dan dicari kelanjutan kata yang disebutkan sebelumnya…. sedang makan…makan apa? makan nasi…. nasi apa? dst dst. Masih pada menyanyikan lagu ini ngga sih? apa sudah terlalu jadul? hihihi

Permainan yang tanpa menggunakan alat, murah meriah dan memakai otak seperti Pancasila dan Buntut Bersambung (Shiritori) ini semestinya dilestarikan dan dimainkan. Bagaimana menurut teman-teman? Ada lagi permainan tanpa alat dan mendidik seperti ini?

Tabu atau pamali

16 Feb

(hari ini rajin euy… ini posting ke dua hari ini setelah Celana Buruh hihihi)

Pagi dini hari tadi, sebuah truk menabrak kereta servis dari Line Seibu Shinjuku. Kejadian pada pukul 3 dini hari menyebabkan jadwal kereta terganggu, dan baru bisa teratasi pukul setengah 11 pagi. Ya, memindahkan kereta yang terguling tidaklah mudah. Aku juga pernah mengalami berada dalam kereta sesudah kereta yang mengalami kecelakaan tertabrak truk di lintasan kereta, dan untuk pulih butuh waktu 9 jam! Aku sendiri terpaksa cari jalan lain, termasuk naik taksi untuk bisa pulang kemudian menjemput Riku yang waktu itu kutitipkan di penitipan bayi dekat stasiun rumah kami.

Jalur kereta itu harus digunakan Gen untuk pergi ke kantor. Dan untung saja kejadiannya hari ini, karena kebetulan kemarin dia naik kereta (biasanya naik mobil, tapi sekarang aku pinjam mobilnya setiap hari Senin untuk mengajar). Coba seandainya Gen naik kereta pasti akan terlambat sekali sampai ke universitas. Dan aku baca juga kebetulan ada beberapa sekolah di jalur kereta Seibu Shinjuku Line ini ada yang mengadakan ujian masuk, sehingga tentu saja kasihan anak-anak yang akan ujian tapi terlambat. Dan untuk mengantisipasinya sekolah-sekolah itu memperlambat jam mulai ujian.

Waktu membaca soal ujian ini, saya teringat dengan percakapan induk semang saya pada anaknya yang akan ujian masuk universitas waktu itu.
“Hati-hati di jalan (waktu itu bersalju) dan selamat ujian ya Nak”
“Terima kasih bu”
Kemudian nenek bercerita, “Iya kasian ya, saya pernah baca banyak kejadian anak-anak yang akan ujian menjadi gagal karena mereka sakit, atau jatuh di jalan yang bersalju”
Mendengar itu si Ibu (anak si nenek ini) marah dan berkata:
“Nenek jangan cerita yang begitu dong. Menurunkan semangat saja. Kalau hal-hal buruk itu terjadi pada anakku bagaimana. Sebelum ujian lagi bicaranya…. bla bla bla”
“Loh saya kan tidak bilang hati-hati jangan terpeleset! Saya hanya cerita saja kok”
Bertengkarlah mereka.

Memang dalam bahasa Jepang,  jangan terpeleset (suberanaiyouni) 滑らないように, Jangan jatuh (ochinaiyouni) 落ちないように tidak pantas atau tabu digunakan dalam percakapan orang yang akan ujian. Karena ada pemikiran kalau berkata “Jangan begini begitu”, biasanya JUSTRU akan terjadi. Kalau berkata “Jangan terpeleset/ Jangan jatuh” nanti akan terjadi, dan ujiannya gagal.

Dalam upacara pernikahan juga dilarang menggunakan kata-kata seperti potong (kiru) 切る, berpisah (wakareru/hanareru) 別れる, 離れる Kata-kata yang negatif seperti itu tabu digunakan di Jepang. Tabu dalam berbahasa seperti ini apakah ada di Indonesia ya? Mungkin saja ada karena tiap daerah yang memakai bahasa daerah, mungkin melarang pemakaian kata-kata tertentu dalam suatu tindakan. Hanya saja biasanya tabu juga menjadi banyak jika mengaitkan dengan pakaian atau sikap, faktor-faktor di luar bahasa.

Tapi mungkin sebagai sharing pengalaman mengenai tabu bahasa ini, aku ingin menuliskan tentang “sakit hati” mama terhadap orang Makassar. Waktu aku berusia 6 bulan, mama membawaku ke Bantaeng (Sulsel) bertemu dengan mertua (kakek dan nenekku) yang kebetulan berada di sana. Setiap orang makassar yang melihat bayi imut (ehm ehm) Imelda ini berkata:
Aduh busukna!” sambil cium-cium dan cubit-cubit diriku.
Semua orang yang mendekat pasti berkata “busukna”, padahal mama yakin aku tidak sedang beol, atau belum mandi atau bau muntah. Kenapa mereka semua bilang busuk? Sakit hati deh mama. Baru setelah bertanya pada papa, baru tahu bahwa orang Makassar itu berbicara KEBALIKANNYA. Mungkin buat mereka pamali menyebutkan yang bagus, dan menjadikan mama atau aku besar kepala nantinya. Aku sendiri tidak tahu apakah semua aspek disebut kebalikannya atau tidak. Kalau ya, wahhh sulit sekali untuk mengerti orang Makassar ya.

Tabu atau pamali…. pasti banyak deh dalam kehidupan kita. Tapi aku rasa unik saja jika di Jepang yang sudah maju begini, masih memperhatikan tabu dan pamali terutama pada mahasiswa yang akan ujian, atau pasangan yang akan menikah. Dan aku sendiri belum pernah mendengar orang tua Indonesia tidak mengatakan “Jangan lupa bukunya/nomor ujian/pensil” dan lain-lain hanya untuk menghindari anaknya nanti akan JUSTRU LUPA hihihi.

Di Jepang tabu untuk memberikan bunga dalam pot untuk pasien RS, karena takutnya penyakitnya akan "mengakar" dan tidak sembuh-sembuh. Jadi kalau jenguk orang Jepang bawa bunga potong ya....

(foto oleh Tadashi Miyashita – bapak mertuaku – Nikon D80)