Dakko chan atau Dakocan

29 Mar

Ada yang pernah dengar kata ini? Aku terus terang sering mendengar tapi tidak tahu apa sebenarnya”dakko-chan” itu. Kalau di Indonesia mungkin anak-anak pernah tahu lagu berjudul “dakocan”….hihihi.

Dakocan (by Pak Kasur)

Kulihat ada boneka baru

dari karet amat lucu

dakocan namanya bukan sarinah

sayang sayang mahal harganya

Nah… berarti jaman pak Kasur menciptakan lagu ini, paling sedikit beliau pernah melihat wujud dakkochan, yang memang merupakan boneka dari Jepang. Dan terbuat dari karet… sebenarnya sih bukan karet tapi dari plastik yang diisi udara seperti balon berbentuk. Bentuknya? Setelah cari di mbah gugle akhirnya aku ketemu deh wujudnya seperti ini:

Hmmm aku juga heran kenapa kok jadi boneka hitam begini ya?

Konon boneka Dakkochan ini dibuat tahun 1960, di sebuah pabrik plastik di daerah Yokohama, sebagai mainan anak-anak. Nama awalnya “Kinobori Wink (Si Kedip Pemanjat Pohon)” atau “Kuronbo Burachan (Si Hitam yang Menggantung)”. Gayanya memang seperti Koala yang sedang bergantung di pohon kan? Pada waktu itu dijual dengan harga 180 yen (Rp. 18000). Dan sejak dikeluarkan bulan Juli 1960, langsung menjadi populer dikalangan gadis-gadis, dan mendapat nama kesayangan menjadi “Dakko-chan”. Pada tahun itu saja terjual 5.500.000 buah dengan omzet 100 juta yen! Dan ternyata kepopuleran boneka dakkochan juga sampai ke telinga Pak Kasur sehingga beliau menciptakan lagu tersebut ya. Dan memang kalau lihat liriknya, waktu itu di Indonesia sedang marak boneka “Sarinah” (terus terang aku cari gambarnya tapi tidak ketemu… seperti apa ya boneka sarinah itu?),  dan tidak bisa membeli boneka “dakkochan” a.k.a dakocan karena mahal harganya. Jelas saja 18.000 rupiah, jaman itu…. wong jaman sekarang saja 18 ribu itu MAHAL kok (menurutku loh). Bagaimana teman-teman, mau ngga keluarin duit 18.000 rupiah untuk boneka dakochan itu? hihihi

Nah, “dakko” itu dalam bahasa Jepang berasal dari kata “daku (peluk)”, “dakko shite…. (peluk dong)”! Aku tidak perlu membeli boneka dakkochan, karena setiap saat, 24 jam sehari selalu mendengar kata “DAKKO SHITE...” PELUK DONG” dari anakku, si Koala  KAI-chan. Dia sepertinya sedang dalam masa GANKO (Keras Kepala) dan minta perhatian terus dari mamanya. Dia akan marah dan berteriak jika terbangun, dan mamanya tidak ada di sebelahnya. Juga berteriak dan menangis meraung-raung jika permintaannya tidak dikabulkan…. terus terang akhir-akhir ini aku mulai capek melayani dia. Tapi setiap kali aku ingatkan diri sendiri bahwa memang ada masanya, dan masa ini akan berlalu…dan tidak akan kembali. Itu juga yang dikatakan Gen waktu kemarin pagi Kai minta peluk, dan setelah aku peluk, dia mencium aku, “Belum tentu 5 tahun lagi, dia mau cium-cium kamu loh…”. Atau waktu pagi hari tadi, dia terbangun dengan senyum dan berkata, “Mama maaf ya…” (Karena sebelum tidur, dia sempat berteriak, nangis-nangis tidak mau tidur).

Karena si Kai-dakko-chan, juga karena Riku juga sudah masuk spring vacation, karena aku harus mengurus macam-macam sementara tenaga serasa semakin berkurang (akibat umur nih hihihi), jadi aku tidak bisa meluangkan waktu untuk menulis posting. Sepertinya performance TE untuk bulan Maret akan menjadi yang terendah dalam sejarah, kecuali jika tiba-tiba aku bisa posting 4-5 tulisan sehari dalam sisa-sisa hari di bulan Maret 2010 ini ….hahaha.

Well, have a nice MONDAY to all my friends. Salam dari kami di Nerima.

Kalau tidak sedang berantem, mereka berdua bisa semanis ini. Duduk bersama sambil berpelukan menonton tv.

Si Biru dan si Kuning

25 Mar

Kali ini aku ingin mendongeng!….. Alkisah di sebuah negeri ada si Biru dan si Kuning… (Bohong… bukan begini awalnya).
Coba simak cerita berikut ini:

Si Biru, Ayah dan Ibu si Biru.
Si Kuning, Ayah dan Ibu si Kuning.
Banyak temannya.
Si Biru dan si Kuning, bersahabat baik…. dan saking gembiranya mereka berdua berpelukan!
Keduanya menjadi HIJAU, dan tetap menjadi hijau mereka bermain bersama.
Setelah bermain mereka pulang ke rumah….
tapi…
di rumah si Biru, mereka tidak dikenali … di rumah si Kuning pun begitu.
Mereka menjadi sedih sekali dan menangis….
airmata biru dan airmata kuning!!!

Tetes air mata itu menjadi si Biru dan si Kuning seperti semula.
Dan mereka menceritakan kejadian itu pada keluarganya.
Melihat keakraban anak-anak mereka, orang tua si Biru dan si Kuning pun bersahabat.

Biru ditambah kuning menjadi hijau.
Jika menjadi hijau maka bukan lagi biru dan kuning.
Tapi mereka tetap biru dan kuning. Yang jika mendekat menjadi hijau.

Pelajaran tentang warna!

Waktu pertama kali membaca buku Picture Book ini, aku tidak merasakan apa-apa.
Meskipun buku ini dikatakan bagus oleh suamiku!
Apa sih bagusnya?

Tapi beberapa kali membacakan untuk Riku dan Kai, aku malah bisa melihat pelajaran lebih dalam daripada sekedar perpaduan warna saja.

Ini juga tentang persahabatan dan pemikiran!!!!
Bersahabat tidak HARUS menjadikan SATU! Ada kalanya menjadi sesuatu yang BARU, tapi tetap unsur INDIVIDU itu ada.
Demikian pula dengan pemikiran… bukan berarti tidak bisa dijadikan sesuatu yang baru juga, atau harus menghilangkan pemikiran yang lain dengan pemikiran dirinya.

Semoga anak-anak yang membaca Picture Book ini bisa memahami apa yang terkandung dalam buku yang aku rasa memang HEBAT ini. Sederhana sekali…. sampai awalnya aku pikir… ahhh itu kan biasa, semua sudah tahu! Tapi, aku salah.

Jangan pernah memandang rendah pada buku anak-anak!

Aokun to Kiirochan (Little Blue and Little Yellow)
Leo Lionni,  pengarang yang juga menulis buku “Swimmy”, yang pernah aku posting di sini.

あおくんと、あおくんのおとうさんとおかあさん。
きいろちゃんと、きいろちゃんのおとうさんとおかあさん。
いろんないろのおともだち。
なかよしのあおくんときいろちゃんは嬉しくって抱き合ってみどりになっちゃった。
みどりになった二人はみどりのまま遊んで、遊んで、それからおうちにかえります。
そんな二人をお父さんもお母さんも気づいてくれなくて、あおくんときいろちゃんはそれぞれ哀しくて、
あおときいろの涙を流したら、元のあおくんときいろちゃんに戻っていた。
なかよしの子どもたちをみておとうさんたちとおかあさんたちもなかよしに。

Kejutan dari Sahabat

19 Mar

Hari ini aku sibuk, tiba-tiba saja ingin membongkar kamar kerjaku, studio, kamar tempat komputer dan sofa bed berada. Kamar itu seharusnya dipakai untuk kerja tapi sekarang sudah mulai berubah menjadi “gudang”. Rasanya perlu membuang barang-barang yang tidak perlu, dan memindahkan ini itu, supaya menjadi nyaman.

Sedang sibuk-sibuknya membongkar, betapa terkejutnya aku, pak pos membawa surat cinta untukku!!!! Waaaah dari jauh lagi, dari Yogyakarta. Ngga tanggung-tanggung langsung paket cinta! Begitu aku baca tulisan yang begitu apik… langsung deg-deg an deh. Aku kenal tulisan itu sebagai tulisan tangannya Mbak Tuti Nonka. What a surprise! Terima kasih banyak ya mbak… benar-benar kaget dan terharu menerimanya. (Hmmm aku musti interogasi nih, siapa yang kasih tahu alamatku hihihi)

menghiasi meja komputerku yang sudah rapih deh...

Aku memang sudah baca laporan tentang buku kumpulan tulisan 24 wanita pengarang di blog mbak Tuti. Tapi tidak sangka secepat ini aku bisa mendapatkan dan …..tentu saja aku langsung baca halaman 145 dong! Karangannya mbak Tuti dan di situ aku berkenalan dengan POLY….  Aku terhanyut pada cerita yang hanya 4 halaman dan merasa kurang…. (maunya nambah sih). Mau tau ceritanya? Beli deh…. ngga afdol kalo aku ceritakan di sini ….hihihi

Hadiah Kata-kata

18 Mar

Menjelang akhir bulan Maret…. Di mana-mana di Tokyo bisa terlihat mahasiswa yang memakai hakama dan jas untuk menghadiri upacara kelulusan. Memang hakama untuk wanita seringnya dipakai untuk acara lulusan sotsugyou shiki 卒業式, meskipun tidak dilarang untuk memakai kimono atau baju biasa. Dan biasanya malamnya diadakan pesta “terima kasih” shaonkai 謝恩会, acara bagi para mahasiswa mengucapkan terima kasih atas bimbingan dosen-dosennya.

Pagi ini, Gen memakai dasi putih dan jas hitam karena ada acara wisuda di universitasnya yang diadakan di hotel terkenal di Yotsuya. Begitu Gen mengikat dasinya, Riku mengatakan, “hari ini ada apa pa? pesta?” Rupanya dia mulai mengamati bahwa baju yang lain berarti ada sesuatu. Yang praktis memang untuk pria, cukup mempunyai jas hitam untuk acara formal. Dasi putih jika itu perayaan, dan dasi hitam jika upacara kematian.

Ada sebuah lagu yang selalu dinyanyikan pada waktu perpisahan selain lagu “Omoide no Album” (Album Kenangan) yang pernah aku tulis di postingan tentang wisudanya Riku di TK, yaitu  Okuru Kotoba 贈ることば yang arti harafiahnya Hadiah (berupa) Kata-kata.

(1)  Senja hari, kota berada dalam cahaya dan bayangan
kata-kata ini kuhantarkan untuk kamu yang akan pergi
daripada kau tekan rasa sedih dan tersenyum
lebih baik kau menangis sampai kering airmatamu
karena semakin banyak bersedih
manusia menjadi semakin lembut
terlalu menyedihkan jika kuucapkan sayonara saja
kupersembahkan hadiah kata-kata  untukmu yang kucinta

(2) Meskipun kata-kataku terpotong angin senja
dengarkanlah hadiah kata-kataku ini sampai selesai
daripada kamu mengeluh tak bisa percaya orang
lebih baik percayai manusia dan  terluka
jangan kejar sebuah kebaikan
karena itu hanyalah alasan seorang pengecut
kupersembahkan hadiah kata-kata  tanpa hiasan ini
untukmu yang kamu yang pertama kucinta

(3) Dalam kehidupan yang akan dimulai sekarang
pasti akan ada seseorang yang mencintaimu
akan tetapi pasti tidak akan ada
orang yang mencintaimu sedalam aku
bayang itu semakin jauh, tenggelam dalam lautan manusia
dan hadiah kata-kataku tak tersampaikan
hadiah kata-kataku …tak tersampaikan

(translated by imelda, dengan banyak modifikasi)

(1) 暮れなずむ町の 光と影の中
去りゆくあなたへ 贈る言葉

悲しみこらえて 微笑むよりも

涙かれるまで 泣くほうがいい

人は悲しみが 多いほど

人には優しく できるのだから

さよならだけでは さびしすぎるから

愛するあなたへ 贈る言葉

(2) 夕暮れの風に 途切れたけれど
終わりまで聞いて 贈る言葉

信じられぬと 嘆くよりも

人を信じて 傷つくほうがいい

求めないで 優しさなんか

臆病者の 言いわけだから

はじめて愛した あなたのために

飾りもつけずに 贈る言葉

(3) これから始まる 暮らしの中で
誰かがあなたを 愛するでしょう

だけど私ほど あなたのことを

深く愛した ヤツはいない

遠ざかる影が 人混みに消えた

もう届かない 贈る言葉
もう届かない 贈る言葉

Lagu ini dinyanyikan oleh grup musik Kaientai 海援隊 dengan vokalnya Takeda Tetsuya 武田鉄矢 . Dia terkenal sebagai Sakamoto Kinpachi sensei dalam film “Kinpachi sensei, guru kelas3B” Sannen B gumi kinpachi sensei 3年B組金八先生 sebuah film pendidikan tentang lika-liku guru mengajar kelas 3 SMP. Merupakan film drama seri oleh chanel TV swasta Jepang TBS, yang dimulai tahun 1979 sampai 8 seri, dan seri ke delapan disiarkan s/d Maret 2008. Aku pernah beberapa kali mengikuti film drama ini, dan aku rasa bagus sekali bagi mereka yang berminat pada pendidikan, serta masalah-masalah pendidikan di Jepang. Meskipun memang banyak yang menyindir film ini sebagai “kotbah”, karena pada kenyataannya masalahnya lebih sulit dan kompleks. Mungkin kalau Riku SMP, aku harus melihat ulang semua filmnya.

Bagi yang mau mendengar lagunya silakan lihat link dari Youtube di bawah ini:

Pancasila dan Buntut Bersambung

13 Mar

Aku tidak tahu apa mainan anak sekarang. Yang pasti dulu waktu aku kecil ada permainan “Pancasila”. Pancasila ada lima… lalu masing-masing peserta mengeluarkan tangan (jarinya) yang kemudian dihitung sesuai alfabet. Jadi kalau jumlah jari ada 12 berarti “L”. Kemudian di kertas kami menuliskan nama-nama yang berawalan L dengan perjanjian kategori dalam 5 kolom.

Nama buah, Nama orang, Nama binatang, Nama Jalan, Nama Kota  Jumlah
Lemon            Lina                   Lipan                      Limau            Lima                 50

Satu kategori nilainya 10, sehingga kalau benar semua mendapat jumlah 50. Kalau ada dua orang yang menulis sama berarti harus berbagi, dan nilainya menjadi 5. Jadi kami sedapat mungkin mencari kata-kata yang aneh dan sedikit kemungkinannya  ditulis orang lain. Ini melatih perbendaharaan kata/pengetahuan umum kami. Aku berharap masih ada anak-anak yang memainkan “Pancasila” ini….

Nah, kalau di Jepang, kami sering memainkan “Shiritori” yang arti harafiahnya “ambil pant*t”. Diawali dengan kata apa saja, lalu kami meneruskan dengan suku kata yang paling belakang. Misalnya sa-ka-na (ikan), diambil na -nya dan lanjutkan dengan kata berawalan na, misalnya na-be (panci) —-> be-ro (lidah) —> rou-so-ku (lilin) dan seterusnya. Tapi tidak boleh dilanjutkan dengan kata yang berakhir dengan “n” karena tentu saja tidak ada kata berawalan n. Mati deh….

Permainan ini juga merangsang otak menemukan kata-kata baru dalam waktu cepat. Sudah sejak Riku berumur 4 tahun kami membiasakan bermain shiritori ini di mana saja. Kadang sebelum tidur, kadang di mobil dalam kemacetan, atau sambil nunggu giliran di dokter dll.

Tapi pikir punya pikir, orang Indonesia kan juga sering menyanyikan lagu “sedang apa….sekarang” dan dicari kelanjutan kata yang disebutkan sebelumnya…. sedang makan…makan apa? makan nasi…. nasi apa? dst dst. Masih pada menyanyikan lagu ini ngga sih? apa sudah terlalu jadul? hihihi

Permainan yang tanpa menggunakan alat, murah meriah dan memakai otak seperti Pancasila dan Buntut Bersambung (Shiritori) ini semestinya dilestarikan dan dimainkan. Bagaimana menurut teman-teman? Ada lagi permainan tanpa alat dan mendidik seperti ini?

Tabu atau pamali

16 Feb

(hari ini rajin euy… ini posting ke dua hari ini setelah Celana Buruh hihihi)

Pagi dini hari tadi, sebuah truk menabrak kereta servis dari Line Seibu Shinjuku. Kejadian pada pukul 3 dini hari menyebabkan jadwal kereta terganggu, dan baru bisa teratasi pukul setengah 11 pagi. Ya, memindahkan kereta yang terguling tidaklah mudah. Aku juga pernah mengalami berada dalam kereta sesudah kereta yang mengalami kecelakaan tertabrak truk di lintasan kereta, dan untuk pulih butuh waktu 9 jam! Aku sendiri terpaksa cari jalan lain, termasuk naik taksi untuk bisa pulang kemudian menjemput Riku yang waktu itu kutitipkan di penitipan bayi dekat stasiun rumah kami.

Jalur kereta itu harus digunakan Gen untuk pergi ke kantor. Dan untung saja kejadiannya hari ini, karena kebetulan kemarin dia naik kereta (biasanya naik mobil, tapi sekarang aku pinjam mobilnya setiap hari Senin untuk mengajar). Coba seandainya Gen naik kereta pasti akan terlambat sekali sampai ke universitas. Dan aku baca juga kebetulan ada beberapa sekolah di jalur kereta Seibu Shinjuku Line ini ada yang mengadakan ujian masuk, sehingga tentu saja kasihan anak-anak yang akan ujian tapi terlambat. Dan untuk mengantisipasinya sekolah-sekolah itu memperlambat jam mulai ujian.

Waktu membaca soal ujian ini, saya teringat dengan percakapan induk semang saya pada anaknya yang akan ujian masuk universitas waktu itu.
“Hati-hati di jalan (waktu itu bersalju) dan selamat ujian ya Nak”
“Terima kasih bu”
Kemudian nenek bercerita, “Iya kasian ya, saya pernah baca banyak kejadian anak-anak yang akan ujian menjadi gagal karena mereka sakit, atau jatuh di jalan yang bersalju”
Mendengar itu si Ibu (anak si nenek ini) marah dan berkata:
“Nenek jangan cerita yang begitu dong. Menurunkan semangat saja. Kalau hal-hal buruk itu terjadi pada anakku bagaimana. Sebelum ujian lagi bicaranya…. bla bla bla”
“Loh saya kan tidak bilang hati-hati jangan terpeleset! Saya hanya cerita saja kok”
Bertengkarlah mereka.

Memang dalam bahasa Jepang,  jangan terpeleset (suberanaiyouni) 滑らないように, Jangan jatuh (ochinaiyouni) 落ちないように tidak pantas atau tabu digunakan dalam percakapan orang yang akan ujian. Karena ada pemikiran kalau berkata “Jangan begini begitu”, biasanya JUSTRU akan terjadi. Kalau berkata “Jangan terpeleset/ Jangan jatuh” nanti akan terjadi, dan ujiannya gagal.

Dalam upacara pernikahan juga dilarang menggunakan kata-kata seperti potong (kiru) 切る, berpisah (wakareru/hanareru) 別れる, 離れる Kata-kata yang negatif seperti itu tabu digunakan di Jepang. Tabu dalam berbahasa seperti ini apakah ada di Indonesia ya? Mungkin saja ada karena tiap daerah yang memakai bahasa daerah, mungkin melarang pemakaian kata-kata tertentu dalam suatu tindakan. Hanya saja biasanya tabu juga menjadi banyak jika mengaitkan dengan pakaian atau sikap, faktor-faktor di luar bahasa.

Tapi mungkin sebagai sharing pengalaman mengenai tabu bahasa ini, aku ingin menuliskan tentang “sakit hati” mama terhadap orang Makassar. Waktu aku berusia 6 bulan, mama membawaku ke Bantaeng (Sulsel) bertemu dengan mertua (kakek dan nenekku) yang kebetulan berada di sana. Setiap orang makassar yang melihat bayi imut (ehm ehm) Imelda ini berkata:
Aduh busukna!” sambil cium-cium dan cubit-cubit diriku.
Semua orang yang mendekat pasti berkata “busukna”, padahal mama yakin aku tidak sedang beol, atau belum mandi atau bau muntah. Kenapa mereka semua bilang busuk? Sakit hati deh mama. Baru setelah bertanya pada papa, baru tahu bahwa orang Makassar itu berbicara KEBALIKANNYA. Mungkin buat mereka pamali menyebutkan yang bagus, dan menjadikan mama atau aku besar kepala nantinya. Aku sendiri tidak tahu apakah semua aspek disebut kebalikannya atau tidak. Kalau ya, wahhh sulit sekali untuk mengerti orang Makassar ya.

Tabu atau pamali…. pasti banyak deh dalam kehidupan kita. Tapi aku rasa unik saja jika di Jepang yang sudah maju begini, masih memperhatikan tabu dan pamali terutama pada mahasiswa yang akan ujian, atau pasangan yang akan menikah. Dan aku sendiri belum pernah mendengar orang tua Indonesia tidak mengatakan “Jangan lupa bukunya/nomor ujian/pensil” dan lain-lain hanya untuk menghindari anaknya nanti akan JUSTRU LUPA hihihi.

Di Jepang tabu untuk memberikan bunga dalam pot untuk pasien RS, karena takutnya penyakitnya akan "mengakar" dan tidak sembuh-sembuh. Jadi kalau jenguk orang Jepang bawa bunga potong ya....

(foto oleh Tadashi Miyashita – bapak mertuaku – Nikon D80)

Makan sushi malu-malu

4 Feb

Kemarin ada kebiasaan di sini untuk makan sushi gulung malu-malu. Loh kok malu-malu? Sebetulnya sih bukan malu tapi maru. Tapi bagi orang Jepang kan pengucapan “malu” dan “maru” itu sama, jadi ya saya pilihkan kata malu-malu untuk judul.

Maru itu adalah bulat. Jadi kalau yang pernah pergi ke Jepang dan mengenal sebuah departemen store yang bernama Daimaru, ya artinya Bulat Besar. Saya juga pernah bingung melihat nama toko di Shibuya yang hanya bertuliskan OIOI kok dibaca Marui. Ternyata O nya itu Maru = bulat dan I nya ya dibaca i. Memang membaca tulisan di Jepang perlu putar otak untuk bisa mengerti artinya, meskipun kamu sudah bisa bahasa Jepang.

Tapi dengan adanya kata maru yang berarti bulat itu juga, bisa membuat orang Jepang yang belajar bahasa Indonesia cepat hafal kata Malu. Biasanya saya mengajarkan “Maru hadaka de Malu” (Telanjang bulat jadi Malu). Biasanya sih tokcer tuh untuk menghafal kata malu.

Lalu apa hubungannya dengan makan sushi malu-malu? Ya kemarin itu adalah hari SETSUBUN, yang merupakan hari peringatan (tidak libur), sehari sebelum RISSHUN, hari dimana mulai mempersiapkan kedatangan musim semi, meskipun tidak berarti bahwa musim dingin sudah berlalu dan menjadi hangat.  Dan pada peringatan SETSUBUN ini ada kebiasaan untuk makan sushi bulat-bulat, sushi yang berbentuk gulung, yang memang juga “bulat padat” berisi 7 macam “lauk”. Namanya “Marukaburi” まるかぶり atau “Ehomaki” 恵方まき. Dan ternyata waktu aku mencari informasi, eho berarti lucky direction, arah mujur.

Marukaburi atau ehomaki, sushi gulung berisi 7 lauk, untuk perayaan SETSUBUN

Aku membeli satu batang ehomaki ini, dan dibungkusnya terdapat cara makan sushi gulung ini. Di situ tertulis bahwa arah mujur tahun ini adalah barat-barat daya. Jadi sambil menghadap ke arah barat daya dan makan bulat-bulat satu batang sushi gulung ini. Dan sembari makan membatinkan keinginan untuk tahun ini. Misalnya supaya lulus ujian, dapat pacar, sehat dll. Wah memang kalau makan sushi satu batang seperti begini ditanggung badannya kuat dan sehat, dan siap menghadapi dinginnya hari-hari yang masih harus dilalui… sampai musim semi nanti.

kertas berisi cara makan ehomaki

Cerita lainnya mengenai perayaan SETSUBUN ini bisa dibaca di postingan saya tahun lalu yang berjudul Pergilah Kesialan, Datanglah Keberuntungan.

Paten(i) Seni

1 Feb

Masih ingat tanggal 2 Oktober lalu, kita warga Indonesia beramai-ramai memakai batik? Sekarang kemana ya gaungnya? Itu “hanya” karena UNESCO menentukan batik sebagai sebagai Warisan Budaya Dunia, tanggal itu. Lalu ini membuat aku berpikir jauh, yaitu kenapa Indonesia tidak mempunyai “hak paten budaya” seperti yang dilakukan Jepang dengan penunjukkan “Harta Negara/ Kekayaan Budaya” (Kokuhou 国宝/Bunkazai 文化財). Memang katanya “Menteri Kebudayaan dan Pariwisata sudah meminta pelaku kebudayaan dan pemerintah daerah untuk segera mempatenkan karya budaya asal Indonesia. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) juga telah bekerja sama dengan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk memproteksi karya budaya asal Indonesia.” “Contohnya rumah Toraja. Itu karya kolektif masyarakat Toraja. Pemda cepat-cepat daftarkan itu sebagai karya kolektif,” ucap Jero Wacik. Hmmm tapi selain itu bukankah seharusnya pemerintah yang “menunjuk” apa yang patut menjadi “Kekayaan Nasional” itu. Misalnya Borobudur, diakui sedunia tapi aku tidak tahu apakah ada “penunjukkan resmi” dari negara Indonesia bahwa Borobudur itu memang “Hartanya Indonesia” seperti layaknya Kokuho di Jepang. Huh, jadi ingin menulis tentang Kokuhou dan Bunkazai di Jepang, tapi nanti-nanti deh. Banyak yang musti diterjemahkan…. hiks.

Nah selain ada istilah Kokuho 国宝(Harta Negara) dan Bunkazai 文化財 (Kekayaan Budaya) , di Jepang ada istilah Dentoteki Kogeihin 伝統的工芸品 (Kerajinan Tangan Tradisional). Kalau Kokuhou dan Bunkazai diatur oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maka Kerajinan Tangan Tradisional diatur oleh Departemen Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang. Jadi kerajinan tangan tradisional suatu daerah di Jepang harus didaftar dan terdaftar supaya bisa mencantumkan bahwa barangnya itu adalah Kerajinan Tangan Tradisional loh. Tidak bisa cuma ngaku-ngaku saja. Bisa dilihat di peta di bawah ini bahwa tiap daerah mempunyai “kerajinan khas” nya dan sebelah kanan adalah lambang “Kerajinan Tangan Tradisional”.

Nah tanggal 11 Januari lalu (wih udah baheula ya?) sebelum kami pergi ke Le Petite Prince Museum, kami pergi melihat cara pembuatan kerajinan tangan yang terbuat dari kayu, kerajinan khas Hakone. Namanya Hakone Yosegizaiku 箱根寄木細工. Kalau lihat dari kanjinya saja bisa diterjemahkan menjadi kerajinan merapatkan kayu yang halus dari Hakone. Seperti apa kerajinan itu?

Waktu kami melaju menaiki pegunungan menuju Lake Ashi sebagai tujuan utama hari itu, tiba-tiba Gen teringat bahwa Hakone memang mempunyai kerajinan khas Yosegizaiku ini. Dan terbaca papan “Bengkel dan Toko Yosegizaiku Hamamatsuya”. Kami sepakat untuk melihat kerajinan ini (padahal waktu itu aku ngga bawa uang tunai banyak, tapi cukup tenang melihat lambang kartu kredit deh) sehingga kami langsung masuk ke parkiran mereka. Toko ini sepi oleh pengunjung padahal sudah lewat pukul 11 waktu kami masuk.

Kami langsung disambut dengan beraneka ragam kerajinan kayu, mulai dari gasing, gantungan kunci sampai lemari dengan laci-laci yang harganya muahaaal sekali. Memang aku sudah pernah mengenal kerajinan ini, ya tidak lain dari pemberian oleh-oleh dari mantan pacar, sebuah kotak perhiasan. Tidak menyangka juga bahwa harganya cukup mahal lah untuk ukuran mahasiswa. Tapi setelah melihat cara pembuatannya, aku bisa mengerti mengapa harganya mahal.

kotak perhiasan yosegizaiku dengan laci sliding dari mantan pacar

Kami beruntung sekali karena ternyata toko itu juga memperbolehkan tamu untuk melihat cara pembuatan di lantai atas. Pengrajin yang ahli itu sudah menunggu kami di atas, dan mulai berbicara. Dan dari dia pertama kali aku mengetahui bahwa tidak setiap kerajinan tangan di Jepang bisa disebut sebagai Kerajinan Tangan Tradisional.

Si Bapak langsung mempraktekkan pembuatan kerajinan Yosegizaiku ini. Kayu yang berwarna alami, mulai dari yang putih sampai coklat tua mendekati hitam, dipotong halus-halus. Bentuknya bisa segitiga, atau persegi panjang, bisa dipotong sebagai batangan atau lempengan.

Jenis kayu yang dipakai, dari dalam dan luar negeri. Lihat warnanya berbeda kan!

Kemudian potongan kayu berbagai bentuk ini dipadukan sehingga bisa menghasilkan motif-motif mozaik yang unik. Perpaduannya tergantung rasa seni si pembuat, ada kalanya hanya memakai dua warna, ada kalanya beberapa warna sehingga hasilnya cukup meriah. Perpaduan berbagai bentuk juga menghasilkan motif yang unik sehingga tidak bosan rasanya. Dan perpaduan itu tanpa batas!

Kotak penyimpan surat

Oh ya, potongan kayu itu ditempel dengan memakai lem kayu biasa, tapi dulu katanya memakai nasi! Jadi ingat dulu waktu TK, jika lem habis mama juga mengajarkan kami memakai lem dari nasi. Riku kaget mengetahui bahwa nasi bisa menjadi lem…. hmmm anak-anak sekarang tahu ngga ya? Dan lem dari nasi ini cukup kuat karena hasil karya yang memakai lem nasi itu bisa berumur ratusan tahun!

Jika sudah menjadi suatu blok kayu bermotif tinggal menentukan akan dijadikan apa. Diserut menjadi lembaran kayu bermotif yang bisa dijadikan macam-macam, mulai dari pembatas buku, hiasan dinding sampai “kulit” dompet dan lain-lain.

berfoto dulu dengan sang ahli kerajinan yosegizaiku

Atau digerus, dibentuk lagi untuk menjadi piring/wadah kayu. Memang sayang kalau digerus, karena berarti cukup banyak bagian yang harus dibuang begitu saja. Dan ini yang menyebabkan harganya mahal! Ngga sanggup deh aku mengeluarkan minimum 8000 yen (Rp. 800.000) untuk wadah kayu yang cantik ini.

wadah kayu hasil gerusan blok kayu yang kanan, banyak yang terbuang...

Menurut si pengrajin, dia merupakan cucu dari pengrajin yang terkenal, salah satu pelopor kerajinan tradisional yosegizaiku didaerah itu. Dia sendiri sudah menerima penghargaan macam-macam. Yang aku senang, Riku menunjukkan perhatian cukup besar pada penjelasan si bapak. Dan aku tahu dia juga suka Riku bertanya. Aku sampai dikasih extra lembaran kerajinan berukuran A6. Asyiiik!

Si Bapak udah masuk majalah dan buku loh!

Yang benar-benar mengagumkan adalah sebuah “lukisan” Gunung Fuji yang semuanya (lukisannya) terbuat dari potongan kayu, bukan gambar! Si Bapak memperlihatkan sebuah gergaji halus yang dipakai untuk “membolongi” papan lukisan. Bisa lihat potongan puncak Gunung Fuji, yang bisa dicopot untuk kemudian diganti dengan potongan lain yang “bersalju”. Dan kami diberi tahu tekniknya supaya potongan itu tidak jatuh. Hebat bener nih kesenian!

Lukisan gunung Fuji yang bisa diganti puncaknya dengan yang bersalju

Setelah selesai melihat demontrasi sang pengrajin, kami turun ke bawah lagi, dan melihat barang-barang yang ingin kami beli. Bagusnya ada sebuah plastik berisi potongan kayu untuk membuat coaster (tatakan gelas) lengkap dengan lem berikut caranya. Langsung Riku membeli dua untuk mencoba. Setelah pulang Riku mencoba dan tentu saja sebagai seniman si Riku membuat seenak perutnya dewe hihihi. Mana mau dia ngikuti denah untuk membuat tatakan gelas. ( Aku biasanya membiarkan saja dia ikut keinginannya. Yang penting di sekolah harus ikut peraturan… gitu aja hihihi)

Riku memilih kantong berisi potongan kayu untuk dibuat menjadi tatakan gelas

Dan seperti biasa, toko yang tadinya kosong tiba-tiba jadi banyak tamu datang dan menyibukkan penjaga toko (gara-gara kamu sih mel hihihi). Jadi kami cepat-cepat pamit setelah menghirup teh sajian penjaga toko. Begitu keluar toko, kami melihat ternyata tempat itu dulunya merupakan tempat perhentian iring-iringan daimyo (tuan tanah) daimyo gyouretsu, sehingga menjadi tempat yang bersejarah. Jaman Edo dulu, para tuan tanah diwajibkan untuk berkumpul di pusat kota (kalau tidak salah dua kali setahun …musti liat catatan dulu) sehingga iring-iringan tuan tanah ini pasti akan terlihat. Peraturan yang dinamakan sankin kotai ini merupakan kebijakan pemerintah Tokugawa untuk menjaga keutuhan negeri. Karena jika tuan tanah pergi ke pusat kota, berarti dia tidak berkesempatan membangun kekuatan militer di daerahnya. Ini bagus untuk keamanan (tapi berdampak buruk untuk perekonomian). Well, I should stop here, karena kalau aku lanjutkan tentang sejarah Jepang ini, pembaca TE kabur semua. Nanti aku bahas di tulisan yang lain saja.

Di sini merupakan perhentian iringan tuan tanah jaman Tokugawa/Edo

Kerajinan Tangan Tradisional Jepang memang berkualitas tinggi, karena dijaga turun temurun, dan mutunya tidak dipengaruhi komersialisasi. Ini juga bisa terjaga karena adanya pengakuan dari pemerintah Jepangnya sendiri, selain dari kesadaran masyarakat Jepang untuk membeli produk dalam negeri.

(ssst judul postingan kali ini royaltinya Koelit Ketjil nih hihihi. Dan satu lagi…. ini merupakan posting ke 700 loh …. horeeeee)

Sesuai permintaan Nana, ini foto hasil karya Riku:

semestinya coaster (tatakan gelas) tapi oleh Riku dimodif jadi bentuk gitu deh

Terima kasihku

14 Jan

Tepat hari ini, Minggu Legi pukul delapan pagi, 42 tahun yang lalu, seorang bayi perempuan yang amat rapuh lahir di RS Carolus. Kata ibunya, besar kepalanya seperti mangga golek, badannya keriput seperti anak monyet, dan…. detak jantungnya tak terdengar. Amat lemah. Ketika kutanya berapa beratnya? Tak sampai 2000 gram, karena dia lahir prematur.

Semenjak mengandung bayi ini, ibunya berhenti bekerja sebagai sekretaris di perusahaan minyak. Mempersiapkan diri untuk menyambut kelahiran bayi pertamanya. Dan setelah itu dia tidak pernah lagi kembali bekerja, mempersembahkan hidupnya untuk si kecil, baretje donderkop (si kepala bulat) dan adik-adiknya yang lahir sesudah itu.

imelda usia 6 bulan di Bantaeng

Hari ini aku ingin mengucapkan terima kasih pada Tuhan yang telah memberikan aku nafas dan kehidupan sampai saat ini. Dia telah memberikan aku Mama dan Papa terbaik sedunia, yang membesarkan aku sampai saat ini, dan merelakan putri sulungnya tinggal di belahan dunia lain. Itu suatu “hadiah” terbesar yang diberikan mereka padaku. Terima kasih Mama, Papa, kalian tahu kan bahwa aku selalu rindu untuk bertemu, tapi meskipun aku tidak di depan mata kalian, hatiku selalu bersama kalian…. selamanya. (Dan aku tahu tadi pagi di telepon ada isak tangismu Ma… dan aku pun terisak dalam bis, dalam kereta setiap mengingatnya. Ma, jangan nangis ya…. nanti aku usahakan mudik agustus kok!)

Terima kasih Tuhan telah memberikan seorang suami Gen Miyashita, yang juga berulang tahun di hari ini (kami beda persis dua tahun). Memang Tuhan telah mengatur semuanya, mungkin bahkan sebelum aku lahir di dunia ini.  Terima kasih suamiku, dan semoga kita bisa terus menyambut hari lahir bersama…. selamanya.

Terima kasih Tuhan atas anugerah dua permata hati, Paulus Riku Miyashita dan Kai Miyashita. Kedua permata yang selalu mencerahkan hari-hari kami berdua, dengan gelak tawa, perkelahian bahkan penyakit. Karena semua itu aku yakin ada artinya bagi kehidupan kami. Terima kasih telah melindungi Riku dari penyakit yang menakutkan (hepatitis atau limpa) , dan dia boleh bersekolah lagi hari ini. Hadiah dari Riku berupa pelukan dan cerita karangan dia untuk mama papa, serta coklat untukku.

Terima kasih atas anugerah, mertua dan orang tua, Achan dan Tachan yang selalu membantu kami. Dan melindungi kami dalam perjalanan pernikahan kami.

Terima kasih atas  anugerah teman-teman, sahabat yang begitu baik. Sahabat yang memberikan suprises untukku, sejak masuk tahun yang baru ini. Baik berupa barang ataupun kata-kata-dukungan dan sapaan. Mereka adalah sahabat-sahabat  khusus yang engkau berikan untuk menemaniku menjalani kehidupan ini.

ucapan dari ketiga sahabatku

Terima kasih untuk tiga sahabat blogger yang dengan sengaja mengirimkan baju khusus untukku yang kuterima persis kemarin. Mereka selalu menemaniku setiap hari di internet,  dan meskipun sibuk, kami tetap bersapa menanyakan kabar masing-masing. Yessy, Ria dan Eka…. Terima kasih banyak. Juga untuk kartu dilengkapi foto kalian bertiga. Semoga persahabatan kita tetap langgeng dan harmonis. Terima kasih juga untuk Ria yang telah menuliskan khusus untukku di blognya.

Baju berwarna maroon hadiah dari Yessy, Ria dan Eka. Love you ladies...

Terima kasih untuk Bro Neo dan Nana, yang mengirimkan buku yang memang sudah dijanjikan sejak lama. Anak Bajang Mengiring Angin, yang kuterima tanggal 5 Januari lalu. Dikirimkan langsung ke rumahku di sini. Aku begitu terharu menerimanya. Terima kasih banyak. Kita baru bertemu agustus lalu, tapi serasa sudah lama bersahabat ya. Maaf aku terlambat menuliskannya di TE, karena aku menganggap itu adalah hadiah ulang tahunku dari Bro dan Nana…. Khusus ingin kutuliskan di sini.

sebuah buku "jawa" yang sudah sampai ke "japan"

Terima kasih untuk sahabatku yang bernama Daniel Mahendra, novelis yang baru saja mengadakan soft launching novel pertama Epitaph. Memang Danny mengirimkan paket berisi novel dan teman-temannya itu ke rumah di Jakarta, dan dibawakan oleh Tina ke Tokyo awal tahun lalu. Hadiah karya sendiri…. itu saja merupakan hadiah yang berharga, apalagi dia menuliskan pesan dan tanda tangan di dalamnya dengan TINTA EMAS, sesuai permintaanku di blognya. Bolehkan aku anggap itu kado ulang tahun juga Danny? (pesan sponsor: pemesanan Epitaph bisa melalui email epitaph@penganyamkata.net)

Buku karangan Daniel Mahendra, Epitaph (trilogi bagian pertama)

Terima kasih juga untuk Yoga, yang juga menitipkan sebuah buku karangan Dee, Perahu Kertas lengkap dengan tanda tangan dari Dee. Selain buku, dia membawakan juga tengteng mente 2 box, yang aku habiskan sendiri dalam 10 hari hihihi. Aku juga anggap buku ini hadiah ulang tahun dari Yoga. Terima kasih untuk buku, snack dan lagu “You make my world so colourful”nya Daniel Sahuleka.

Untuk semua teman, sahabat, saudara yang sudah menyampaikan selamat di FB, sms dan blog. Terima kasih banyak-banyak… Masing-masing teman mempunyai peran dalam hidupku, really appreciate.

Aku ingin menutup tulisanku hari ini dengan sebuah lagu “ I Can’t Smile without You” dari Barry Manilow. Sebuah lagu yang selalu mengingatkanku pada seorang sahabat khusus yang memintaku untuk tetap tersenyum, apapun yang terjadi, dimanapun aku berada (terima kasih atas kehadiranmu). Memang benar, aku tak bisa tersenyum tanpa kehadiran kalian semua, sahabat-sahabatku. Terima kasih untuk senyum kalian juga yang telah mewarnai hidupku.

You know I can’t smile without you
I can’t smile without you
I can’t laugh and I can’t sing
I’m finding it hard to do anything
You see I feel sad when you’re sad
I feel glad when you’re glad
If you only knew what I’m going through
I just can’t smile without you

You came along just like a song
And brightened my day
Who would have believed that you were part of a dream
Now it all seems light years away

And now you know I can’t smile without you
I can’t smile without you
I can’t laugh and I can’t sing
I’m finding it hard to do anything
You see I feel sad when you’re sad
I feel glad when you’re glad
If you only knew what I’m going through
I just can’t smile

Now some people say happiness takes so very long to find
Well, I’m finding it hard leaving your love behind me

And you see I can’t smile without you
I can’t smile without you
I can’t laugh and I can’t sing
I’m finding it hard to do anything
You see I feel glad when you’re glad
I feel sad when you’re sad
If you only knew what I’m going through
I just can’t smile without you