Gudbai, Masuk dan Mask

13 Okt

Topik kali ini memang si Kai. Anakku yang berusia 4 tahun. Setelah dia membuat “malu” kami dengan tangisan sekencang mobil pemadam kebakaran sehingga bisa didengar satu TK, kami berdua, aku dan Gen merasa perlu lebih memperhatikan dia. Berbicara dengannya. Karena itu, jika aku di rumah meskipun bukan waktu tidur, aku mengajak dia membaca buku bersama (biasanya hanya mendongeng sebelum tidur saja). Beberapa kali aku terharu mendengar dia membuat cerita bebas dari buku-buku cerita bergambar yang kami punyai.

Kemarin aku flu berat. Pilek dan sakit kepala, juga tenggorokan sakit. Jadi aku mengatakan padanya bahwa malam ini mama hanya bisa bacakan satu cerita saja (biasanya 2-3 cerita). Dia memilih cerita tentang Kacang Babi dan Kacang Panjang (Soramame kun to nagai-nagai mame). Dan waktu aku membaca karena pilek dan sakit kepala, aku baca tersendat-sendat. Dia tidak sabaran sehingga sering berkata, “Terus?…terus?…ayo dong baca yang cepat”. Akhirnya aku marah dan aku bilang, “Kai mau mama masuk Rumah Sakit ya? Mungkin lebih baik mama masuk RS supaya mama bisa tidur yang enak, ngga usah bacain Kai. Mama sedang sakit ini…. jangan paksa paksa.” Tapi namanya anak kecil, dia pikir mamanya superman superwoman kali ya? Sampai akhirnya Riku bilang, “Kai…kasian mama dong. Kalau mama tidak bisa lanjut, besok aja ya lanjutnya…..” uh My dear Riku memang selalu membantu aku dalam menghadapi Kai.

Akhirnya satu buku selesai. Riku sudah lama tertidur. Tapi Kai masih segar bugar. Salah juga sih aku mengajak dia tidur siang bersama, jadi meskipun sudah jam 10 malam dia masih melek. Kasihan juga melihat dia bolak balik di sebelahku (dia tidur di sampingku), jadi aku ajak dia bicara pelan-pelan… tadi belajar apa…. bla bla. Dan terdengar papa Gen membuka pintu rumah. “Papa pulang…..!” Dan dia keluar kamar menyambut papanya (tentu saja papanya senang sekali dan memeluknya), dan aku juga keluar kamar persiapkan makan malam.

“Pa, aku bobo duluan ya. Ngga tahan. Tolong temani Kai”, aku masuk ke kamar dan bersiap tidur lagi. Eh, tak lama aku dengar, “Pa, aku temani mama bobo ya….” Kai masuk kamar dan tidur di sampingku. Karena dia tidak pakai selimut, aku menawarkan dia masuk ke dalam selimutku. “Masuk sini!” (pakai bahasa Indonesia)
“Iya masuk” (pakai bahasa Indonesia)
“Emang Kai tahu artinya “masuk” apa? (dalam bahasa  Jepang)
“Tahu…. hairu deshou? ” (Hmmm hebat juga anakku, aku baru sadar dia tahu kata masuk) Tapi Mama kan ada lagi satu lagi arti yang lain? (Tentu saja dalam bahasa Jepang)
“Eh…. kata masuk?”
“Iya….. itu tuh. Kalau ada kebakaran kan disemprot air…. keluar asap…. susah nafas…..” (bahasa Jepang) Aku bingung awalnya… untung aku pintar (siapa lagi yang muji kalau bukan diri sendiri hahaha), aku langsung bilang….”Oooooooh MASK”
“Iyaaaaaa….. MASUK! マスク” Doooooh anakku emang pintar deh. Bahasa Jepangnya mask memang dilafalkan MA-SU-KU. Memang mirip dengan Masuk bahasa Indonesia. Langsung aku jelaskan padanya.
“BENAR KAI, tapi masuk yang hairu itu bahasa Indonesia, dan masuk yang mask itu bahasa Inggris. Tidak sama bahasanya, tapi sama lafalnya”
“Ooooo gitu…” (bahasa Indonesia…. untung dia tidak bilang oh gitu doang, karena akhir-akhir ini dia getol banget bilang doang hahaha)

Aku akhirnya tidak tahan, keluar kamar dan menceritakan kejadian ini ke Gen. Gen sendiri bingung kok Kai bisa ingat kedua kata itu. Kai memang akhir-akhir sering menyebutkan kata-kata bahasa Inggris yang dia dengar mungkin dari TV… aku tidak tahu dia tahu kata-kata itu dari mana, karena aku tidak pakai bahasa Inggris di rumah. Hanya bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Termasuk kata Goodbye. Never…aku tidak pernah pakai kata itu, tapi ada program TV NHK yang mengakhiri acara dengan “goodbye”. Jadilah dia setiap pagi mengantar papa ke kantor dan kakak Riku ke sekolah sambil berkata “Goodbye” dilengkapi senyum manisnya dan lambaian tangan depan pintu apartemenku. Dan jangan coba-coba tidak balas dengan “Goodbye” juga. Karena dia akan teruuuuuuuus berkata “Goodbyeeeeee” hahaha.

Krayon Kuning Kecil

16 Apr

Ada sebuah dongeng yang ditampilkan berbentuk gambar animasi di chanel anak-anak NHK. Cerita itu berjudul Chiisana Kureyon ちいさなくれよん Krayon Kecil. Ceritanya begitu sederhana dan menarik, dan aku tak sadar aku menangis di akhir cerita. Hanya satu kali aku melihatnya tapi langsung terpateri dalam ingatanku. Setelah aku cari-cari ternyata cerita yang ditayangkan di televisi itu bersumber dari sebuah Picture Book berjudul Krayon Kecil itu.

cover picture book ini

Aku ingin sekali membacakannya untuk anak-anakku, jadi aku mencarinya di Amazon. Karena budget buku sedang diperketat, aku mencari buku bekasnya saja, dan ada! Setengah harga aslinya yang 1260 yen dan masih dalam kondisi bagus!

Sepotong krayon kuning yang sudah kecil terpakai, dibuang ke dalam tong sampah.
“Aku masih bisa dipakai loh! Masih bisa mewarnai!”…. dia  berteriak tapi tak ada yang mendengar.

“Baiklah, aku akan pergi sendiri. Aku masih…masih bisa berguna!”

Dalam perjalanannya, dia bertemu dengan sepasang sepatu kanvas yang bergambarkan anak ayam. Saking sering dicuci, gambar anak ayam itu terlihat kusam.

“Sini, biar aku membuat kalian lebih cerah lagi” dan si Krayon mewarnai gambar anak ayam di sepatu itu.

“Terima kasih Krayon. Kami menjadi bagus kembali”

Dan Krayon pergi menjauh lagi dengan badan yang semakin kecil.

Di depan pintu pagar, Krayon bertemu mobil-mobilan kuning yang sudah pudar warnanya.

“Hai, kenapa kamu di sini?”
“Aku sudah tidak baru dan tidak menarik lagi, jadi majikanku tak lagi bermain bersamaku”

Krayon kemudian mewarnai mobil-mobilan itu dengan badannya sehingga menjadi seperti baru kembali.

“Terima kasih Krayon” kata mobil-mobilan pada Krayon yang menjadi semakin kecil.

Krayon sampai di pinggir jalan di bawah pohon rindang. Karena matahari bersinar terik, dia berteduh di bawah pohon. Tak lama seorang anak laki-laki lewat dan melihatnya.

“Wah ada krayon!” diambilnya krayon itu…”Yah sudah kecil sekali” sambil membuang krayon itu kembali. Krayon itu membentur sebuah batu dan dia menangis.

“Krayon, sakit ya?” tanya batu kecil.
“Ya, abisnya dia mengatakan aku chibi (kecil) dan membuangku”
“Tapi kamu bagus. Warnamu bagus begitu. Aku ingin punya warna seperti kamu.”kata batu kecil yang warnanya entah putih, entah abu-abu…sungguh warna yang aneh.

“Kalau begitu, biar aku mewarnaimu” dan dengan sekuat tenaga Krayon mewarnai batu itu sehingga menjadi batu kuning. Dan Krayon kecil itu menjadi sebesar butir nasi 🙁

“Terima kasih Krayon. Tapi kamu jadi sedemikian kecil….. Maaf ya”
“Tidak apa-apa. Aku biarpun kecil masih berguna. Aku senang. Aku pergi dulu ya….”

Krayon berjalan lagi….

Senja menjelang dan di langit bertaburan bintang.

“Bintang itu indah ya. Majikanku dulu selalu memakaiku waktu menggambar bintang. Karena itu rasanya aku dna bintang begitu akrab.”

Dan saat itu Krayon melihat ada satu bintang yang kurang terang cahayanya.

“Ah, aku ingin mewarnai bintang itu. Meskipun aku sudah kecil begini, jika kupakai seluruh badanku pasti bintang itu bisa lebih cerah bersinar”

Dalam badan Krayon yang begitu kecil,  semangatnya meluap-lupa begitu besar.

“Aku akan pergi ke bintang sana” Dipandanginya bintang pudar itu, dan dia terbang lurus pesat menuju bintang itu…..

Chiisana Kureyon
Karangan : Shinozuka Kaori Gambar : Yasui Tan
Cetakan pertama Januari 1979. Cetakan ke 26 Juni 2001
Kin no Hoshisha

diceritakan kembali oleh Imelda Coutrier

 

Krayon dan sepatu bergambar anak ayam

 

Ahhhhh…. kalian harus melihat sendiri anime itu! Benar-benar mengharukan. Krayon memakai seluruh badannya untuk menerangi bintang itu!

Untuk bisa berguna memang kita harus merelakan semuanya, tanpa ragu.

Bisakah aku seperti krayon itu? Atau seringkah aku membuang “krayon-krayon kecil” dalam hidupku?

11 PB and Twilight

5 Apr

Hari ini adalah hari terakhir Riku libur musim semi. Besok dia akan ke SDnya untuk ikut upacara pembukaan sebagai kelas 3. Teman-teman sekelasnya selama kelas 1 dan 2 yang 33 orang itu akan diacak, sehingga kelas 3 Riku benar-benar dalam suasana baru. Gurunya juga akan ganti, bukan Chiaki sensei yang masih muda dan gaul dan atlit basket itu lagi (terus terang aku merasa kehilangan).

Jadi hari ini aku ingin mengajak Riku keluar rumah. Selama liburan musim semi ini boleh dikatakan kami tidak pergi ke tempat jauh. Selain masih takut dengan gempa susulan, transport yang belum pasti, juga lagi bokek 😀 . Gara-gara gempa, pengeluaran memang bertambah, karena tiba-tiba merasa harus punya senter besar, harus punya persediaan makanan kaleng, dsb dsb, yang biasanya tidak masuk dalam perhitungan. Tambah lagi Gen terlalu sibuk, sehingga hari libur yang cuma hari Minggu dipakai untuk bayar tidur.

Karena mau membeli sepatu baru, kami pergi ke toko sepatu dekat rumah. Mau dibilang dekat, memang dekat kalau naik mobil. 10 menitan. Tapi kalau naik sepeda lumayan juga. Ada sekitar 2km. Lagipula aku harus membonceng Kai di kursi depan, jadi tambah terasa berat deh. Tapi biarpun agak jauh dijabanin juga, karena toko sepatu ini murah-murah. Jadi di sini aku membelikan sepatu untuk Riku dan Kai.

Riku paling suka makan ramen di sini, karena pulangnya bisa membuat gulali sendiri dengan bayar 50 yen

Karena sudah jam 2 aku ajak mereka makan ramen di sebelah toko sepatu itu. Kebanyakan restoran dan toko sudah mulai beroperasi seperti biasa, tidak dipercepat tutupnya meskipun malam. Hanya memang irit listrik, tanpa billboard dan penerangan separuh. Remang-remang deh hihihi.

Nah, dari resto ramen ini, kami bermaksud untuk pergi ke Perpustakaan Pemda yang terletak di pinggir Taman Shakujii. Kalau lihat dari GPS jaraknya secara garis lurus hanya 4 km tapi….. jalannya banyak yang menanjak. Aduuuh betis gue deh…hihihi. Akhirnya aku ambil jalan yang sudah biasa kami lewati meskipun harus kembali dulu ke arah rumah. Yang hebat, Kai sekecil itu sering sekali mengetahui arah. “Mama, katanya mau ke perpustakaan. Kok malah pulang sih?” Dan cerewetnya aduuuuh deh. Kalau aku tidak jelaskan dia akan bertanya terus. 🙁

sakura di sekitar danau Taman Shakujii

Dengan mengurangi kecepatan, akhirnya kami sampai di Taman Shakujii. Wah bunga sakura sudah mulai terllihat di mana-mana, tapi belum mekar semua. Justru yang mekar berada di dalam lapangan baseball, jadi sulit untuk difoto. Kami lewati pohon-pohon sakura itu begitu saja, untuk langsung menuju ke perpustakaan.

Begitu sampai di perpustakaan itu, Riku langsung mencari buku-buku kesukaannya, sedangkan aku dan Kai masuk ke ruangan khusus untuk anak-anak yang sekeliling ruangan itu berisi rak pendek berisi Picture Book (PB) karangan orang Jepang asli, PB dari karangan orang asing, Kami shibai (Tonil dari kertas bergambar), dan buku yang terbuat dari kain. Aku langsung mencari PB yang kira-kira menarik untuk didongengkan pada anak-anak.

11 buku Picture Book yang kami pinjam hari ini

 

Kira-kira sejam kami berada di situ, aku mengurus pembuatan kartu anggota perpustakaan karena selama ini baru Gen dan Riku yang punya. Tapi mungkin aku akan sering datang ke sini, jadi aku buat saja atas namaku sendiri. Satu orang bisa meminjam 10 buku, CD/ kaset 5 lembar selama 3 minggu. Selain itu kami bisa memesan buku yang ingin dipinjam, kalau sudah ada kami akan dihubungi untuk mengambilnya. Yang tidak ada di Indonesia mungkin sistem “deposit box” yang ditempatkan di depan perpustakaan di luar jam buka. Sehingga kalau mau mengembalikan buku tinggal masukkan ke deposit box itu saja (kecuali untuk CD dan Video).

Jadi kami pulang membawa 11 picture book untuk dibaca sebelum tidur. Aku memang suka picture book, dan Jepang surganya picture book. Bisa bangkrut deh kalau mau beli semua hehehe. Ada satu Picture Book yang cukup menarik yang ingin aku bahas di posting yang lain. Tunggu ya 🙂

Dan kami mampir sebentar untuk menikmati senja di Taman Shakujii sebelum pulang ke rumah. Indah!

twilight di Taman Shakujii dan sekitar rumah

Bertemu Tokoh

10 Nov

Kamu ingin bertemu tokoh? Ingin berfoto dengannya? Siapa dia? Penyanyi, pemain film atau bahkan presiden negara adikuasa yang baru datang itu?

Aku terus terang tidak punya keinginan untuk berfoto dengan tokoh semacam itu. Meskipun karena urusan kerjaan dulu sebagai DJ Radio punya kesempatan untuk berfoto dengan penyanyi/ musisi dan bahkan mantan-mantan  presiden yang pernah datang ke KBRI Tokyo. Tapi sebetulnya aku tidak punya “idola” yang sampai aku ingin mengejar-ngejar untuk berfoto atau minta tanda tangan segala. Kalau bisa ya syukur, kalau tidak, juga tidak ngoyo hehehe. (Aku pernah menolak Gen yang mau memotret aku dengan penyanyi R.S. yang datang ke Tokyo. Padahal ngga sampai 5 langkah jaraknya loh, karena aku jadi MC. Malas hehehe)

Tapi hari Sabtu lalu (6 November 2010) aku berkesempatan bertemu seorang “tokoh” di Jepang. Tokoh berkewarganegaraan Vietnam itu adalah tamu pembicara di Universitas tempat Gen bekerja. Gen yang menjadi penanggung jawab mendatangkan dia dari Vietnam. Kata Gen, semua orang Jepang tahu tentang tokoh dari Vietnam ini. Tapi…orang Indonesia pasti tidak tahu, bahkan katanya orang Vietnam pun belum tentu tahu.

Berfoto bersama Doku-san dari Vietnam

Dia dikenal dengan nama Doku-san (Nguyen Duc, 29 th ) dan menjadi tokoh dalam sebuah Picture Book yang berjudul, “Surat dari Beto-chan dan Doku-chan”, ベトちゃんドクちゃんからのてがみ karangan Matsutani Miyoko, gambar Iguchi Bunshuu (Doshinsha/1991).

Duc dilahirkan sebagai kembar siam tanggal 25 Februari 1981 (ulang tahunnya sama dengan Riku). Dia hidup “bersatu” di bagian perut bersama kakaknya Nguyen Viet sampai dipisahkan dengan operasi tahun 1988.

Kami lahir di sebuah desa dataran tinggi bagian tengah Vietnam. Ayah dan ibu kami pindah ke desa itu segera setelah perang dengan Amerika selesai. Kami lahir beberapa tahun setelah itu.

Waktu melihat dua anaknya menjadi satu badan, ibu kami pingsan. Kami memang tidak tahu tapi ternyata waktu itu di seluruh Vietnam banyak sekali bayi yang lahir dengan badan cacat. Tanpa tangan dan kaki, tanpa otak, buta dan bayi-bayi seperti kami.

Kenapa bisa tahu?
10 tahun setelah 1961… tidak… mungkin lebih lama lagi. Amerika menghujani racun yang disebut Agent Orange ke seluruh Vietnam, dengan pesawat. Seperti hujan, seperti embun, membasahi seluruh Vietnam. Juga manusia.

Eh, kenapa? Kenapa mereka melakukan hal itu?
Ya jika hutan, ladang dan sawah semua kering, maka Vietnam akan menyerah… mereka pikir.

Kalau menyebarkan Agent Orange (karehazai 枯葉剤 harafiah dari bahasa Jepang adalah obat membuat daun layu) , pohon dan rumput di hutan akan kering dan menjadi dunia kematian. Macan pun tidak bisa hidup. Kelinci pun tidak bisa hidup.

Agent Orange itu menakutkan! Dan diantara Agent Orange ada racun yang bernama Dioksin. Katanya 85 gram dioksin dalam membunuh 1o juta orang!
Tapi… ibu dan ayah kami tidak tahu hal itu…
mengolah tanah yang sudah dikotori dioksin,
minum air yang dusah dikotori dioksin,
membakar pohon yang mengandung dioksin…
kemudian….. anak seperti kami lahir.

Bukan hanya kami, tapi di seluruh Vietnam
Bayi-bayi cacat lahir, tapi kebanyakan mereka langsung mati….
Kami beruntung dirawat di rumah sakit, sehingga bisa hidup terus. (dari Picture book hal 3-10, diterjemahkan oleh Imelda)

Picture Book berjudul Betochan Dokuchan karano Tegami

Ya, Duc dan Viet dirawat di Rumah Sakit bernama Viet-Duc Hospital sejak berusia 1 tahun, sehingga diberi nama Duc yang berarti Jerman, dan Viet yang berarti Vietnam. RS itu adalah RS persahabatan Vietnam dan Jerman. Di sanalah mereka hidup terus, bahkan sampai Viet meninggal tahun 2007 dan sekarang Duc tetap bekerja di RS itu. Duc sendiri sudah menikah th 2006, dan bulan Oktober tahun lalu menjadi ayah bagi sepasang bayi laki-laki dan perempuan kembar, yang dia namakan Fuji dan Sakura.

Memang Duc (masih) beruntung karena mereka mendapat bantuan dari Jepang dan negara lain sehingga dapat menjalani operasi pemisahan dan dapat terus hidup. Tapi masih banyak anak-anak lain yang cacat sebagai korban pemakaian senjata kimia. Itulah sebabnya nama Duc tidak terkenal di Vietnam, karena dia sebetulnya hanyalah salah satu dari sekian banyak korban. Duc juga bisa menjadi “tokoh” di Jepang karena “kemurahan” hati orang Jepang yang membantu pembiayaan sampai keperluan medis. Dan orang Jepang kalau sudah melakukan satu kegiatan biasanya akan terus dimonitor (ingat saja dengan perkumpulan Gesang, perkumpulan orang Jepang ini terus-terus memperhatikan Gesang, bahkan sampai sesudah meninggalnya) , tidak “panas-panas tahi ayam”. Tapi memang dalam picture book itu juga disebutkan kenapa orang Jepang mau menolong, tidak lain karena ada rasa bersalah waktu perang, serdadu Jepang menyerang dan mengambil beras yang mengakibatkan 2 juta orang mati kelaparan.(p.22)

PERANG yang menyebabkan semuanya. Duc sudah sering datang ke Jepang, tak kurang dari 30 kali, dan setiap kali juga membawa pesan perdamaian. Jangan sampai ada bayi-bayi yang lahir seperti dia….

Kembar dempet Duc dan Viet sebelum dioperasi. Foto dari mainichi shimbun. http://mainichi.jp/select/wadai/graph/2007Requiem/24.html

NB:  Sebetulnya Gen mengatakan bahwa Duc datang ke universitasnya bukan dalam misi perdamaian, tapi ingin menggalang kerjasama internasional di bidang keperawatan/medis karena memang universitasnya memang bidang hospitality. Tapi aku juga yakin apapun tujuan Duc datang ke Jepang atau ke mana saja di dunia ini, dia menjadi semacam “cermin” keganasan perang, dan perlunya perdamaian internasional. Sulit dielakkan bahwa orang biasanya baru “melek” jika ada contoh nyata.

Si Hitam dan Hantu

8 Nov

Sebetulnya buku ini sudah lama nangkring di rak buku Riku, tapi baru aku baca 3 hari lalu, karena Kai mengambil buku ini dan minta dibacakan sebelum tidur. Dan terus terang aku amat terkejut mendapatkan aku menangis di halaman-halaman akhir picture book ini. Oh Nakaya Miwa, aku cinta kamu deh! (Jarang-jarang loh aku memuji orang …hahaha)

“Kuro kun to nazo no obake” くろくんとなぞのおばけ adalah picture book lanjutan seri crayon yang dikarang/gambar oleh Nakaya Miwa, lanjutan dari Story of  Black Crayon yang pernah aku tulis di sini.

Kureyon kun to nazo no obake

Sekotak crayon. Cerita diawali waktu pagi hari, mereka menemukan bahwa si Kuning tidak ada di tempatnya. Padahal semalam masih ada. Mereka mencari kuning ke mana-mana tapi tidak bertemu. Terpaksa mereka menghentikan pencarian dan tidur karena sudah malam.

Tapi keesokan paginya, Si kuning chrome dan Si coklat tidak ada! Wah, ada apa ini? Mereka sibuk mencari ke 3 temannya tapi tetap tidak bertemu. Dan di pagi ke3 giliran Si Merah dan Si Pink tidak ada. Wahhhh semua ketakutan, dan menyangka ada hantu yang menyembunyikan teman-teman mereka ini.

Si Hijau menangis, tapi si Biru dan Biru Muda berkata,”Kami tidak takut pada hantu!”. Malamnya mereka berniat tidak tidur dan berjaga, untuk mengetahui siapa yang mengambil teman-temannya. Mereka menahan kantuk, tapi akhirnya tidak tahan, dan tertidur.

Pagi harinya yang ada hanya si Hitam. Semua temannya tidak ada. Hitam panik dan mencari temannya, dan menemukan jejak kaki. Supaya dia tidak tersesat, dia membuat garis dengan badannya, supaya bisa kembali ke tempatnya nanti.

Dan…akhirnya dia sampai di depan sebuah lubang di dinding. Rupanya itu rumah si Tikus. Hitam menemukan teman-temannya di dalam lubang tikus itu. Mereka senang sekali dapat berkumpul bersama. Tapi…

Muka mereka sangat khawatir. Dan satu per satu mereka menerangkan bahwa mereka sekarang berada di rumah keluarga tikus. Dan di pojok kamar, Kakek Tikus sedang sakit. Cucu Tikus lah yang mengambil crayon dari tempatnya di malam hari, untuk membuat gambar bagi Kakeknya. Mereka ingin menyenangkan kakeknya dan berharap dengan gambar yang dibuat Kakeknya dapat sembuh. Awalnya dengan warna Kuning saja, tapi tidak bisa. Sesudah itu dengan warna Kuning Chrome dan Coklat, juga tidak menarik. Semua warna dan gambar sudah dicoba tapi tidak ada yang bisa menghibur sang Kakek.

Kemudian Crayon berkata pada Cucu tikus: “Karena kami semua warna sudah berkumpul di sini, maka kami akan membuat gambar yang bisa menghibur. “Apalagi ada si Hitam, mari kita pakai Hitam” Kata si Kuning. Teman-teman si Hitam melihat si Hitam dan bertanya apakah hitam ada ide untuk membuat gambar yang bisa menghibur sang Kakek?

Voila! sebuah gambar tercipta dan sang Kakek yang melihat gambar itu tersenyum!

Gambar yang dapat menghibur si Kakek Tikus....

Ya sebuah gambar langit penuh bintang dengan Bintang Jatuh (nagareboshi 流れ星). Dan Sang Kakek bergumam, “Bintang. Semoga…semoga… aku bisa bertemu sekali lagi dengan Nenek….”

(siapa yang tidak mau nangis membaca seperti ini? …atau…cuma aku saja ya? ahhh… baca Picture Book aja menangis hihihi )

Keesokan harinya si Kakek meninggal. Semua menangis, tapi wajah Kakek tersenyum. “Pasti Kakek sudah bertemu Nenek di surga…..”

Judul: Kurokun to Nazo no Obake
Doshinsha/2009 /1260 yen

Oh Dewi Sri

30 Apr

Aku rasa tidak ada seorangpun orang Indonesia yang tidak tahu bahwa Dewi Sri adalah Dewi padi. Itu merupakan pengetahuan umum, sama saja seperti Ganecha, yang menjadi lambang ITB  adalah dewa pengetahuan. Tapi kali ini aku memang merasa agak malu karena pengetahuanku hanya sekadar pada Dewi Sri adalah dewi padi. titik…. Dan aku mempelajari cerita asal muasalnya justru dari Picture Book yang ditulis oleh Kako Satoshi, yang karangannya “Anda Tahu PLTA Cirata” atau “Hahaha no hanashi” yang sudah pernah aku bahas juga. Kata Gen, tidak ada seorang Jepangpun yang tidak mengetahui Kako Satoshi, pengarang beberapa buku PB yang terkenal. Memang dia hebat, bisa menjelaskan yang sulit-sulit melalui gambar yang menarik!

Buku yang menceritakan Dewi Sri ini berjudul “Fushigina ine to ohimesama” (Padi yang Ajaib dan Putri Raja).

halaman depan picture book Fushigina ine to ohimesama

Dahulu kala masih banyak terdapat dewa-dewa baik yang berbentuk manusia maupun yang berbentuk binatang. Dan Maha Dewa menyerukan pada semua dewa-dewa untuk membangun sebuah gedung yang besar. Mereka semua berkumpul dan menyetujui untuk mendirikan gedung tersebut. Dewa Timur membawa batu, Dewa Angin membawa tanah liat, Dewa Obat membawa pasir, Dewa Hutan membawa pohon. Semua dewa membawa barang yang diperlukan dalam pembangunan, kecuali satu Dewa, yaitu Dewa Ular. Karena dia tidak berkaki dan bertangan, dia tidak bisa membawa apa-apa ke tempat Maha Dewa.

Dewa Ular melihat dewa-dewa lain membawa menjadi sedih, sehingga menangis.. Satu tetes, dua tetes, tiga tetes air mata mengalir…dan begitu mencapai tanah menjadi tiga butir telur. Lalu Dewa Ular berpikir, daripada tidak membawa apa-dia ingin membawa telur itu kepada Maha Dewa. Lalu dibawanya satu telur dengan cara menggigitnya. Di tengah jalan Dewa Ular bertemu dengan Dewa Ayam, dan Dewa Ayam bertanya, “Ular kamu buru-buru begitu, ada apa sih?”. Tapi karena Dewa Ular menggigit telur, jadi dia tidak bisa menjawab pertanyaan Dewa Ayam. Dewa Ayam marah karena dipikir Dewa Ular sombong, dan dia mematuk ekor ular. Tanpa sadar Dewa Ular berteriak “Aduh…” dan Akibatnya telur itu jatuh dari mulut Dewa Ular, mengenai batu dan pecah.

Dewa Ular kesal dan kembali mengambil satu lagi telur yang dia sembunyikan di lubang batu. Dan kembali dia dia bergegas pergi sambil membawa telur dalam mulutnya. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan Dewa Merak. Dewa Merak bertanya kepada Dewa Ular, tetapi karena didiamkan, Dewa Merak mematuk peurt Dewa Ular. Dan telur yang di mulut Dewa Ularpun jatuh ke jurang setelah Dewa Ular berteriak, “Aduuuh”.

Dewa Ular kemudian kembali untuk mengambil telur yang tersisa. Dan di tengah jalan dia bertemu dewa Kelelawar. Dewa kelelawar juga bertanya, dan karena Dewa Ular tidak menjawab, Dewa Kelelawar mematuki kepala dan mencakar muka Dewa Ular. Namun kali ini Dewa Ular bertahan untuk tidak teriak, sehingga dia berhasil membawa telur itu kepada Maha Dewa.

Maha Dewa sangat gembira menerima persembahan telur dari Dewa Ular, dan membeli telur tersebut. Dengan ajaib telur itu menetaskan seorang anak perempuan cantik, dan diberi nama Sang Hyang Sri. Dan pada waktu bangunan besar itu selesai, Sang Hyang Sri sudah menjadi putri yang cantik.

Ternyata telur kedua yang jatuh ke jurang, tidak pecah malah terbawa aliran sungai, dan ditemukan oleh Dewa Kerbau. Dari telur itu lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Anita. Anita menjadi pemuda yang pandai dan gagah.

Saatnya tiba untuk merayakan selesainya pembangunan gedung. Anita datang bersama Dewa Kerbau, dan pertama kali dia melihat Sang Hyang Sri di sana. Anita langsung menyukai Sri dan demikian pula dengan Sri. Tetapi Maha Dewa tidak menyetujui pernikahan Anita dan Sri, karena dia mengetahui bahwa keduanya sebenarnya kakak-beradik, yang berasal dari telur Dewa Ular.Tetapi mereka berdua Anita dan Sri tidak tahu. Malahan Maha Dewa membuang Anita ke pulau yang jauh.

Sri yang bersedih terus menerus menjadi kurus dan akhirnya meninggal. Maha Dewa membuat makan di sebelah barat Bangunan, dan yang aneh di sekitar makam Sang Hyang Sri tumbuh rerumputan yang berbiji. Hingga suatu hari di makam Sri sampailah seorang yang kurus kering. Dialah Anita yang melalui jalan yang berat dari pulau terpencil dan akhirnya sampai ke makam Sri. Anita menangisi makam tanpa suara. Dan setelah berhenti menangis, dia memunguti biji dari rerumputan dis ekitar makam, dan menyebarkannya ke mana-mana. Bahkan setelah Anita meninggal, biji rerumputan menjadi besar dan enak. Inilah permulaan dari padi.

halaman belakang

Dalam kata penutupnya Kako Satoshi mengatakan bahwa beliau tinggal di Bandung pada tahun 1986 (waaah persis waktu aku masuk UI nih) untuk membantu UNESCO dalam program pemberantasan buta huruf. Dari penerjemahnya Hariyana, beliau  mengetahui cerita ini, dan setelah pulang kembali ke Jepang melakukan riset lebih detil lagi. Memang ceritanya bervariasi tapi beliau menyatukan cerita-cerita ini menjadi satu cerita mengenai permulaan panenan padi, dengan harapan dapat menceritakan keadaan negara di selatan (minami no kuni, sering dipakai untuk menunjuk negara-negara di sebelah selatan Jepang, seperti Asia Tenggara dan termasuk Indonesia)

Kako Satoshi,84 tahun, pengarang lebih dari 500 buku. Foto diambil dari http://www.pref.kanagawa.jp/osirase/bunka/bunspo/bunka-profile.html

Diterbitkan oleh penerbit Kaiseisha pertama kali bulan Mei 1989 seharga 890 yen, tapi sekarang sudah tidak terbit lagi, dan jika mau membeli harganya minimum 5000 yen saja. Kami meminjam buku ini dari perpustakaan Pemerintah Daerah Nerima.

Sebagai penutup aku mau mengutip lagi tulisanku di postingan lalu “how JAWA are you”:

Saya percaya, jika manusia keluar dari “sarang”nya bukan hanya bisa melihat pemandangan indah di luar, dan terlebih dapat melihat ke dalam sarangnya sendiri dengan lebih obyektif dan bahkan mendalaminya. Meskipun kadang saya –sebagai manusia tak bersuku– merasa gamang dalam menentukan dimanakah sebetulnya sarangku itu. Yang saya tahu, hutanku adalah Indonesia!

Si Biru dan si Kuning

25 Mar

Kali ini aku ingin mendongeng!….. Alkisah di sebuah negeri ada si Biru dan si Kuning… (Bohong… bukan begini awalnya).
Coba simak cerita berikut ini:

Si Biru, Ayah dan Ibu si Biru.
Si Kuning, Ayah dan Ibu si Kuning.
Banyak temannya.
Si Biru dan si Kuning, bersahabat baik…. dan saking gembiranya mereka berdua berpelukan!
Keduanya menjadi HIJAU, dan tetap menjadi hijau mereka bermain bersama.
Setelah bermain mereka pulang ke rumah….
tapi…
di rumah si Biru, mereka tidak dikenali … di rumah si Kuning pun begitu.
Mereka menjadi sedih sekali dan menangis….
airmata biru dan airmata kuning!!!

Tetes air mata itu menjadi si Biru dan si Kuning seperti semula.
Dan mereka menceritakan kejadian itu pada keluarganya.
Melihat keakraban anak-anak mereka, orang tua si Biru dan si Kuning pun bersahabat.

Biru ditambah kuning menjadi hijau.
Jika menjadi hijau maka bukan lagi biru dan kuning.
Tapi mereka tetap biru dan kuning. Yang jika mendekat menjadi hijau.

Pelajaran tentang warna!

Waktu pertama kali membaca buku Picture Book ini, aku tidak merasakan apa-apa.
Meskipun buku ini dikatakan bagus oleh suamiku!
Apa sih bagusnya?

Tapi beberapa kali membacakan untuk Riku dan Kai, aku malah bisa melihat pelajaran lebih dalam daripada sekedar perpaduan warna saja.

Ini juga tentang persahabatan dan pemikiran!!!!
Bersahabat tidak HARUS menjadikan SATU! Ada kalanya menjadi sesuatu yang BARU, tapi tetap unsur INDIVIDU itu ada.
Demikian pula dengan pemikiran… bukan berarti tidak bisa dijadikan sesuatu yang baru juga, atau harus menghilangkan pemikiran yang lain dengan pemikiran dirinya.

Semoga anak-anak yang membaca Picture Book ini bisa memahami apa yang terkandung dalam buku yang aku rasa memang HEBAT ini. Sederhana sekali…. sampai awalnya aku pikir… ahhh itu kan biasa, semua sudah tahu! Tapi, aku salah.

Jangan pernah memandang rendah pada buku anak-anak!

Aokun to Kiirochan (Little Blue and Little Yellow)
Leo Lionni,  pengarang yang juga menulis buku “Swimmy”, yang pernah aku posting di sini.

あおくんと、あおくんのおとうさんとおかあさん。
きいろちゃんと、きいろちゃんのおとうさんとおかあさん。
いろんないろのおともだち。
なかよしのあおくんときいろちゃんは嬉しくって抱き合ってみどりになっちゃった。
みどりになった二人はみどりのまま遊んで、遊んで、それからおうちにかえります。
そんな二人をお父さんもお母さんも気づいてくれなくて、あおくんときいろちゃんはそれぞれ哀しくて、
あおときいろの涙を流したら、元のあおくんときいろちゃんに戻っていた。
なかよしの子どもたちをみておとうさんたちとおかあさんたちもなかよしに。

o.b.a.k.e

1 Nov

Tadi dini hari, Kai terbangun menangis dan mencari aku di kamar studioku. Begitu bertemu denganku, dia langsung berkata…..”obake….”
Aku menentramkan hatinya, “Tidak ada obake, yang ada mama”.
Entah sudah beberapa hari ini dia sibuk dengan kata “obake”. Pasti dia dengar di penitipan, karena kami tidak pernah mengatakan hal itu.Dan waktu Kai mengatakan “Obake”, Riku pasti mengatakan “Obake tidak ada!” (karena….dia juga takut …hihihi)

Obake adalah setan atau hantu… Dan terus terang saya tidak suka cerita setan/hantu di Jepang karena mereka banyak bermain dengan penggalan kepala berdarah-darah, tangan juga terpotong, wajah hancur. Mungkin ini disebabkan karena cara bunuh diri di Jepang itu lebih memakai pedang yang merobek perut. Atau terjun dari gedung tinggi. Jarang yang memakai cara bunuh diri yang “manis” seperti minum baygon, atau gantung diri.

aku bukannya ngeri karena hantunya, tapi malah eneg liat darah-darahnya
aku bukannya ngeri karena hantunya, tapi malah eneg liat darah-darahnya

Satu lagi yang perlu saya informasikan, kalau di Disneyland atau atraksi rumah hantu lainnya (dulu sekali pernah masuk di Dufan, sekarang masih ada ngga ya?)  kita menaiki kendaraan, lalu dibawa masuk melewati course yang ada. Nah, kebanyakan atraksi rumah hantu di Jepang itu kita harus BERJALAN sendiri dalam gelap. Jadi kalau terpaku tidak bisa bergerak, ya tidak maju-maju. Karena itu cocok sekali sebagai tempat nge-datenya pasangan-pasangan remaja (asal yang cowonya berani aja, kalo ngga ya …malu-maluin hahahaha)

Nah kembali ke Kai…. ternyata dia cukup takut dengan obake, dan tidak mau dibacakan sebuah buku Picture Book, yang paling terkenal di Jepang, yang menceritakan tentang obake. Judulnya “Nenai ko dareda”, “Mana anak yang tidak tidur?”… jadi ceritanya kalau tidak tidur, anak-anak akan dibawa pergi oleh obake…. yang lucu sih gambarnya hehehe.

Nenai ko wa dareda..... dibaca dengan suara bergetar, di tempat tidur, sambil matikan lampu hihihihi, yang ada anak-anak malah tidak bisa tidur :-)
Nenai ko wa dareda….. dibaca dengan suara bergetar, di tempat tidur, sambil matikan lampu hihihihi, yang ada anak-anak malah tidak bisa tidur 🙂

Jam berdentang…. dong…dong…dong….

Siapa yang masih bangun jam segini?

Burung Hantu?

Kucing hitam?

Tikus yang nakal?

Atau… pencuri?

Bukan….bukan…. tengah malam adalah waktunya HANTU

Ehh… ada yang masih bermain tengah malam begini?

Jadilah hantu

dan terbang ke dunia hantu….

Dulu Riku waktu kecil juga tidak mau membaca buku ini, tapi begitu berumur 4 tahun, dia justru mau menunjukkan keberaniannya dengan minta dibacakan.

(Terus terang aku juga suka takut kalau anak-anak, terutama balita bilang, “obake”, karena konon mereka masih murni sehingga bisa melihat apa yang tidak kita lihat…. Seperti keponakanku yang berkata, “Ma, itu om kok duduk di kamar tamu terus sih….?” hiiiiiiiiiiiiiiiii)

Kamu takut hantu? Ibuku selalu berkata, “Jangan takut pada orang yang sudah mati, justru kita harus takut pada mereka yang hidup, karena yang hidup lebih jahat…. bisa berbuat apa saja”. Dan… Ibuku termasuk yang bisa melihat hihihihi.

di Jepang perayaan halloween tidak semeriah di Amerika/Eropa

BTW, ada ngga ya Picture Book, atau cerita tentang hantu untuk anak-anak dalam bahasa Indonesia?

Oleh-oleh dari Rumah Sakit

23 Okt

Weleh emang selain obat dan penyakit, Rumah Sakit bisa kasih oleh-oleh apa? Ya, hari ini  saya mau menuliskan sesuatu yang saya dapatkan dari Rumah Sakit.

Setiap Rumah Sakit (bahkan Puskesmas) di sini, untuk bagian anak pasti menyediakan sebuah rak buku. Kadang ada yang menyediakan ruang untuk bermain, kalau memungkinkan, tapi kalau Rumah Sakit yang sempit paling sedikit ada satu rak buku berisi bermacam-macam picture book. Nah, saya senang membacakan bermacam-macam Picture Book kepada anak-anak saya, sambil melihat judul-judul yang ada. Wahhh memang Jepang surganya Picture Book deh, segala topik bisa dijadikan buku bergambar.

Saya memang pernah membaca dari jurnal mengenai Picture Book, tentang macam-macam  tema PB dari untuk anak-anak sampai orang dewasa. Dan saya rasa tema-tema yang amat sederhana untuk anak-anak itu menarik sekali. Sesuatu yang jorok atau tabu dibicarakan di Indonesia bisa dikemas menjadi menarik, dan di dalamnya diselipkan “pengetahuan” yang pasti tidak akan bisa masuk kepala jika diberikan di kelas. Karena diberikan dalam PB, bisa langsung dimengerti. Misalnya karena pernah membaca buku Kasabuta, Riku tahu kenapa keropeng itu terbentuk dan menjelaskannya pada saya setiap dia jatuh.

Inilah buku-buku Picture Book yang pernah saya temukan di Rumah Sakit selama menunggu giliran.(Baik yang kemarin waktu ke RS maupun yang dulu-dulu yang pernah saya rekam dalam kamera HP saya)

PB berjudul Hana no ana no hanashi, Cerita tentang Lubang Hidung, karangan Yagyu Genichiro. Dipenuhi dengan gambar yang lucu dan menarik, dan juga dijelaskan bagaimana terjadinya kotoran hidung atau upil.

PB hahaha no hanashi, “Cerita mengenai Gigi“, karangan Kako Satoshi. Seorang penulis Picture Book, yang pernah saya bahas dalam postingan “Anda Tahu PLTA Cirata“. Apa yang menyebabkan gigi berlubang dan sakit dijelaskan dalam gambar sehingga mudah dicerna oleh anak-anak.

Kedua Picture Book di atas mungkin masih “sopan”. Nah berikut tema yang mungkin akan dibilang…. iiiih imelda jorooookkk. hehhee Tapi manusiawi sekali, dan dengan bantuan PB ini malah orang tua akan mudah menjelaskan pada anak-anak.

Picture Book terjemahan dari bahasa Jerman, judul bahasa Jepangnya, Unchi shitanowa dareyo, “Siapa yang Berak”. Dengan buku ini, anak-anak bisa tahu bagaimana bentuk kotoran binatang yang berbeda-beda tentunya. Karena biasanya anak-anak tidak ada kesempatan melihat kotoran hewan secara langsung kan? Saya ingat dulu kalau minum jamu pil yang harus diminum 10 biji sekaligus, pasti ingat kotorannya kambing deh.

Buku ini masih membicarakan soal kotoran, tapi digambar asli oleh orang Jepang yang bernama Gomi Taro, seorang penulis PB yang terkenal. Buku yang berjudul Minna Unchi (1977), “Semua berak” itu sudah diterjemahkan dalam banyak bahasa. Ya, buang air memang wajar dilakukan semua orang dan binatang.

Sebuah Picture Book lagi dengan tema ‘jorok’ karangan Cho Shinta berjudul ONARA, “Kentut”. Saya sudah lupa isinya bagaimana tapi cukup menarik.

Sayang saya belum bertemu PB tentang “kencing” karena ternyata waktu saya browsing, ada sekitar 60 buku yang menceritakan tentang membuang kotoran, tapi terbanyak memang mengenai buang air besar. BAK nya sedikit. Padahal saya pikir perlu sekali. Saya ingat, waktu toilet training untuk Riku, amat sulit. Karena dia melihat saya ke WC duduk…jadi sampai umur 3 tahun dia selalu duduk di wc rumah. Nah karena akan masuk TK di usia 4, saya buru-buru memberitahukan dia bahwa laki-laki harus berdiri, dan sambil memarahi papanya, menyuruh papanya mengajarkan cara kencing ala laki-laki yang benar. Kelihatannya sepele, tapi hal ini penting loh.

Jadi hampir tidak ada tabu dalam picture book di Jepang, semua bisa menjadi  bahan untuk menulis PB. Saya tidak tahu apakah di Indonesia ada pengarang PB yang berani menulis hal-hal seperti ini. Kalau terjemahan mungkin ada ya….

Jadi bumi diciptakan Tuhan dan manusia pertama adalah Adam dan Hawa....
Jadi bumi diciptakan Tuhan dan manusia pertama adalah Adam dan Hawa....

Nah, posting hari ini saya tutup dengan foto Kai yang membacakan buku untuk Riku. Biasanya kebalikan kan? Tapi tadi pagi waktu saya menyuruh Riku ke sekolah, dia masih mengeluh persendian sakit, dan sempat muntah karena batuk. Yah terpaksa saya meliburkan dia lagi, daripada dia belum sembuh benar ke sekolah dan menerima virus influenza. Malah lebih gawat lagi deh. Dan dengan demikian saya juga terpaksa minta ijin tidak mengajar hari ini (untung kemarin universitasnya yang libur karena ulang tahun pendirian Univ Waseda, jadi tidak perlu minta ijin). Saya kasih tahu Kai, “Kakak sakit, musti bobo”. Lalu dia mengambil buku (dan lucunya kenapa ambil Bible bergambar dan tebal hihihi) lalu dia membacakan untuk Riku. Bunyinya, ” Aaa u u u aa ooo ….. ” Jelas saja, dia belum bisa baca kok. Lagaknya aja tuh ….hihihihi.

Riku juga baik mau mendengarkan celoteh Kai yang tidak keruan
Riku juga baik mau mendengarkan celoteh Kai yang tidak keruan