My Little Prince’s Birthday

16 Jul

Dua tahun sudah berlalu sejak detik-detik menegangkan. Hmmm sebenarnya jam segini sih (pas menuliskan ini) masih menahan sakit, baru jam 10 pagi menantang maut di meja operasi. Cerita lengkapnya baca di sini aja ya.

Satu tahun berlalu dari ulangtahunmu yang pertama. Waktu usia satu tahun kamu masih belum bisa berjalan. Baru berdiri dengan labil. Masih belum bisa mengerti dan berinteraksi tentang suatu hal. Tapi sekarang? Sudah berlarian kemana-mana. Sudah bisa marah, dan merasa sedih kalau dimarahi. Sudah bisa memberitahukan kalau dirinya marah dengan ngambek, menempelkan tangan ke pipi kalau enak, atau menyiapkan sepatunya dan sepatu mama jika mau pergi ke luar rumah.

Bisa berkata, “Mau” jika ingin sesuatu. “Bau” jika merasa tidak nyaman dengan pampersnya yang penuh. “Nenne” kalau mau tidur sambil dibacakan, bahkan dengan memberitahukan judul buku yang dimaui. “baibai” jika mau membaca buku tentang kereta. “Kiko kiko” jika mau membaca buku tentang sepeda. Atau “Iyaiyaen” jika mau membaca pengalaman murid Pra sekolah yang memang judulnya “Iya-iyaen” (dan buku ini tebal…sampai sekarang belum habis membacanya).

Dua minggu terakhir ini Kai amat sangat rewel. Tengah malam dia sering berteriak menangis, dan baru bisa reda kalau saya bawa keluar kamar, lalu memeluknya erat-erat. Katanya memang ada masa-masa tertentu pada balita, yang tiba-tiba menangis tanpa sebab di malam hari yonaki. Tapi otomatis setelah saya jemput dia dari penitipan pukul 6 sore, saya tidak bisa berbuat apa-apa, sampai dia tertidur jam 10 malam. Juga tidak bisa mempersiapkan makan malam untuk Riku dan Papanya. Apalagi pada hari libur penitipan, setiap hari Rabu…. seharian menemani Kai saja.

Karena bapak dan ibu mertua saya ingin merayakan ulang tahun Kai,maka hari Sabtu kemarin kami pergi ke Yokohama untuk menginap dan merayakan ulang tahun Kai bersama mereka. Sebelum ke rumah di Yokohama, kami mampir dulu membeli kue ulangtahun di sebuah toko langganan kami di Tama Plaza yang namanya April de Berg. Top deh kue di sini, tidak manis dan rasanya “sophisticated”.

Untuk Kai, ini pertama kalinya mengikuti ritual memotong kue sambil menyanyikan lagu Happy Birthday. Dia langsung menangis begitu melihat lilin kue dinyalakan. Baru setelah beberapa saat bisa diam, dan “mempelajari” bagaimana meniup lilin dari kakaknya.

Setelah meniup lilin kami makan malam dengan sashimi, dan menemukan kenyataan bahwa Kai, mengikuti jejak Riku menyukai telur ikan (yang mahal) sehingga Riku harus merelakan sebagian telur ikannya untuk diberikan pada Kai.

Riku sudah belajar mengalah banyak… dia benar-benar kakak yang baik. Yang mau menggendong adiknya jika dimarahi mamanya, dan mengajak bermain. Saking sayangnya, sehari sebelum Kai ulang tahun (15 Juli), dia ingin menggendong Kai di pelataran parkir sepeda. Begitu saya selesai berkata, “Hati-hati nanti kamu jatuh, Kai juga jatuh”….. bruk…dia jatuh. Dan aku sempat melihat dia melindungi kepala Kai supaya tidak terkena aspal. Sayangnya hidung Kai tidak terselamatkan dan “menyenggol” aspal, sehingga berdarah. Mimisan cukup lama (meskipun tidak banyak), dan ketika darah berhenti baru kami menyadari bahwa hidungnya tergores. Kasihan deh si Prince yang mau ulang tahun, hidungnya bonyok dan mengurangi penampilan deh.

Hari ini aku sendiri tidak punya rencana apa-apa untuk ulang tahunnya Kai. Tapi memang sempat berkata pada Gen apa beli kue ice cream aja ya. Hari yang sibuk, karena aku harus menyelesaikan penilaian akhir semester mahasiswa, berbelanja dan mengantar Kai ke vaksinasi jam 3 siang. Sudah jam 5 ketika aku tulis status di FB, ingin bersiap-siap masak atau bikin kue. Akhirnya jadi deh kue buatanku sendiri. Kalau dulu black forrestnya untuk ulang tahun Riku ke 5 aku buat dengan bentuk mobil polisi, kali ini aku buat berbentuk bus (asal-asalan). Kai suka mobil-mobilan, sehingga dia senang sekali melihat kuenya (apalagi ada lilinnya…ketagihan dia heheheh).

buatan sendiri loh (iya udah ketahuan kok pletat pletotnya... yang penting kan rasa)

Karena sudah jam 8 malam, dan aku tahu Gen pulangnya lambat, jadi sebelum anak-anak mengantuk, kita menyanyi lagi deh Happy Birthday. Dan kali ini sukses … Kai tidak takut dan mau meniup lilinya sendiri (meskipun lilin itu mati karena ditiup Riku dan aku)

Tahu-tahu jam 9 Gen pulang…. aku pikir akan lebih laat dari jam 9 malam. Dan dia membawa kue es krim dari Baskin… Jadilah kita menyanyi lagi dan memotong kue eskrim nya duluan.

Well, Kai kamu sudah semakin besar, semakin bisa beekspresi, juga semakin manja pada mama. Apa yang dulu kamu tidak bisa, sekarang mulai bisa, dengan mencontoh kakak Riku. Tapi jangan cepat-cepat ya. Enjoy aja. Meskipun mama memang berencana memasukkan kamu ke TK umur 3 tahun nanti. Nikmati dulu usia muda kamu, supaya nanti ngga nyesel keburu gede seperti yang kakak kamu sering keluhkan… “Aku ingin kembali kecil lagi”.

Happy Birthday little Prince. Kai Miyashita.

Rumah Tradisional Jepang

15 Jul

Hari Minggu kemarin, 12 Juli, setelah nyekar ke makam keluarga, kami mampir di sebuah rumah tradisional Jepang yang dijadikan semacam museum oleh pemerintah daerah Yokohama. Namanya “Yokomizo Yashiki”  Misono Kouen, Tsurumi-ku (Yashiki = rumah besar/mewah…. biasanya milik petinggi atau bangsawan). Dan meskipun waktu itu udara cukup panas, kita bisa mengademkan diri dalam rumah, karena memang struktur rumah di Jepang itu sejuk waktu musim panas (dan dingin waktu musim dingin …brrrr)

Kami memasuki pintu gerbang yang disebut 長屋門 Nagayamon , sebuah bangunan yang berfungsi sebagai pintu gerbang memanjang, dengan gudang alat pertanian di kiri kanannya. Tapi sebelum itu kami melewati sebuah parit yang sedang ditanami padi….. Ah setiap melihat hamparan padi menghijau dengan capung beterbangan di atasnya, aku selalu rindu kampung halaman Indonesia (karena aku tinggal di kota Jakarta).

Begitu lewat pintu gerbang, kami bisa melihat bangunan rumah utama 主屋 Shuya yang bertingkat dua, di sebelah kiri adalah ruang tamu/keluarga, sedangkan di kanannya menuju ke dapur. Kami masuk melalui dapur. Pintu masuk masih berupa tanah dan untuk memasuki ruang tamu harus menaiki tangga 2 undakan yang berpelitur. Tinggi undakan itu pas cocok untuk manusia dewasa duduk dengan kaki menjuntai sedikit. Terbayangkan pada musim panas, wanita dan pria berkimono duduk di pelataran teras sambil mengayunkan kipas mereka, memandang langit, yang sesekali dihiasi kembang api. Hmmm musim panas = kembang api.

Dapurnya masih jaman baheula dengan memakai kayu. Mungkin saya tidak perlu lagi menerangkan dapurnya Jepang, cukup dengan foto ini. Karena saya tahu kebanyakan pasti sudah pernah menonton oshin. Oshin kecil yang harus meniup kayu, membuat api dan memasak. Ya …di dapur seperti ini.

Dari dapur kami mengelilingi ruang tamu yang “biasa” saja, dengan meja pendek dan hiasan-hiasan. Tapi saya sempat mampir ke wc yang terpisah di samping luar ruang tamu itu. Tadinya saya pikir harus siap-siap pakai wc jaman dulu… eeeeh ternyata wcnya sudah modern meskipun bangunannya kuno. Yang menambahkan kesan kuno hanya sandal wc yang terbuat dari jerami, dan tempat cuci tangan di luar yang terbuat dari batu, dengan cidukan kayu khas Jepang.

Dari WC, saya menyusul Gen dan anak-anak ke lantai dua. Di lantai dua dipamerkan barang-barang milik keluarga Yokomizo, pemilik rumah besar ini, seperti hiasan untuk matsuri (festival), cangkir-cangkir sake, baju kimono, gendang, boneka-boneka jepang….. (kayak di film ring hahahah, aku ngebayangin kalau datang ke sini malam-malam pasti takut ya, kalo semua bergerak hidup hahaha)

Menuruni tangga curam, kami bisa sambil melihat gudang beras di belakang rumah. Sayang tidak bisa difoto karena posisi yang jelek. Lalu kami keluar mengitari halaman di sebelah kanan. Banyak lansia yang sedang menggambar rumah utama di bawah Nagayamon. Hebat memang lansia Jepang, tidak berhenti beraktifitas meskipun sudah tua. Tidak mendekam di rumah, mereka tepat melanjutkan hobi mereka, sekaligus berkumpul dengan “teman-teman sehobi”.

Halaman dipenuhi tumbuhan beranekaragam, ada lavender, bunga ajisai, dan ada parit kecil yang airnya begitu bening, sehingga Riku bisa menemukan bahwa di situ ada sarigani, sejenis udang berkulit tebal. Didekat situ juga ada rumpun buah berry dan ichijiku. Berry saya rasa sudah banyak yang tahu, tapi ichijiku mungkin termasuk buah khas Jepang. Yang kalau dibelah bentuk dan warnanya seperti buah jambu klutuk versi kecil. Tapi kalau biji jambu klutuk keras, tidak bisa dimakan, maka ichijiku, bisa dimakan semua dengan biji-bijinya karena bijinyapun lembut.

Selesai menikmati kebun di sebelah kanan, kami pergi ke sayap kiri dari Nagayamon, dan mendapatkan gudang berisi alat pertanian, dan beras dalam karung jerami yang siap untuk diangkut (tentu saja bukan beras betulan). Satu karung itu biasa digendong buruh tani untuk dibawa ke pasar. Satuan yang dipakai untuk mengukur beras jaman dulu adalah ippyou 一俵 (satu karung itu kira-kira 60 kg). Waktu saya coba mengangkatnya…wahhh tidak bergerak sedikitpun. Mungkin kalau setengahnya masih bisa, karena setengah hyou itu = beratnya Riku hihihi.

Dan dipinggiran gudang beras itu tersedia engrang 竹馬 takeuma, dan potongan bambu yang diikat dengan tali. Gen dan saya coba pake enggrang, tapi tampaknya agak sulit karena badannya keberatan hihihi. Kemudian Riku dan Gen bertanding memakai potongan bambu tali itu (yang saya tidak tahu apa namanya). Kai hanya bisa menonton saja, karena belum bisa partisipasi.

Yang saya suka di bagian halaman kiri ini juga terdapat hutan bambu. Entah kenapa saya suka hutan bambu yang mistis dan berkesan Jepang sekali gitu. Sayang sekali musim ajisai sudah selesai, kalau tidak pasti bagus deh. Melihat “Yokomizo Yashiki” ini, saya jadi ingin pergi ke perumahan orang asing dan pemakaman orang asing di Yokohama. Well, we’ll keep it for September’s course. Hari minggu itu kita benar-benar enjoy menikmati rumah tradisional itu, mungkin disebabkan juga karena masuk ke sini gratis, tanpa tiket masuk hehehe.

Sepulang dari yokohama, malam harinya kami menyalakan kembang api di pelataran parkir. Untuk Kai, ini yang pertama melihat kembang api dari dekat.

Dan saya paling suka dengan senkou hanabi 線香花火, sinarnya tenang dan membuat bentuk-bentuk percikan yang indah yang bisa membuai khayalan ke mana-mana.

Obon – Ketika Nenek Moyang Pulang

13 Jul

Hari ini tanggal 13 Juli, adalah permulaan OBON (menurut kalender kuno) untuk Tokyo – Yokohama dan Tohoku, yaitu hari-hari menghormati arwah leluhur. Jadi hari ini menurut kebiasaan akan dipasang api di pintu masuk rumah untuk menyambut arwah nenek moyang yang pulang kembali ke rumah. Sedangkan untuk daerah selain perkotaan, OBON akan berlangsung sebulan lebih lambat, dimulai tanggal 13 Agustus. Dan selama tiga hari dikatakan bahwa arwah nenek moyang bisa pulang kembali ke rumah dan bercengkerama dengan anggota keluarga lainnya. Dalam menyambut obon ini, bagi yang “berduit” akan memanggil pendeta Buddha untuk datang ke rumah dan berdoa di depan Butsudan (altar buddha tempat bersemayam “jiwa” nenek moyang). Sang Pendeta berpakaian pendeta putih dengan kimono luar berwarna hitam dari bahan jala, dan dilengkapi dengan topi “caping” untuk melindungi kepala. (Saya pernah bertanya kira-kira berapa membayar pendeta datang waktu obon, dan dijawab sekitar 100.000 yen. Hmmm pantas hanya orang kaya yang tinggal di rumah besar saja yang “berani” memanggil pendeta untuk datang).

Dalam masa OBON ini, Butsudan atau altar Buddha di rumah akan dihias dengan lampion, makanan persembahan seperti buah-buahan dan kue manis, selain dupa dan batang incense, serta bunga houzuki yang aneh karena seperti bunga kertas melembung.

bunga houzuki yang berwarna oranye, bagaikan kertas ditiup
bunga houzuki yang berwarna oranye, bagaikan kertas ditiup

Adapula daerah yang menghanyutkan sesajen ini ke sungai atau laut. Sesajen akan ditaruh dalam sebuha perahu kecil dan dihanyutkan bersamaan dengan lilin. Konon ini mendoakan mereka yang kehilangan nyawanya ditelan air dan ombak.

Tetapi ini adalah tradisi yang lambat laun menghilang. Bagi warga jepang modern sekarang  OBON disambut gembira karena bisa meliburkan diri dari kesibukan pekerjaan dan terik matahari. Memang pertengahan Agustus itu merupakan puncak panas-panasnya udara di Jepang.

Bagi yang tidak mempunyai Butsudan (karena bukan anak pertama) maka cukup melakukan ziarah, nyekar ke makam keluarga, yang biasanya terletak di halaman kuil. Dan merupakan pengetahuan umum pula, bahwa makam dan kuil Buddha itu biasanya terletak di tempat yang tinggi,  berbukit, dan biasanya masih banyak “hijau” pepohonan.

Nah,  karena saya tidak bisa hadir pada Obon Agustus nanti, kemarin kami sekeluarga, Gen, saya, Riku dan Kai  nyekar ke makam nenek moyang dari bapak dan ibu mertua yang berada di kuil di daerah Yokohama.  Karena mendadak dan tanpa rencana sebelumnya, kami membeli bunga dan batang incense di kuil tersebut (jadi agak mahal daripada membeli di luaran). Setelah mengambil air dalam ember kayu, kami menghias makam dan membersihkan serta memberikan air di nisan dan epitaph yang didirikan di samping makam. Karena om dan kakek dari Gen suka merokok semasa hidupnya, maka Gen juga membakar rokok sebagai persembahan di atas dupa.

Riku sudah menunjukkan “saya sudah tahu cara-caranya” dengan membantu membersihkan makam, dan memberikan air. Sedangkan bagi Kai semuanya pertama kali, sehingga dia sibuk memperhatikan kegiatan kakaknya, sambil bermain air.

Setelah semua tata cara selesai, kami mengatupkan tangan di depan dada, dan berdoa untuk keselamatan semua saudara, dan kami semua dalam menjalani kehidupan ini. (Hmmm di Indonesia juga sebentar lagi masuk Ramadhan, dan diawali dengan acara nyekar juga kan?)

Ungu di mana-mana

13 Jul

Pecinta warna ungu pasti akan senang sekali melihat ladang Lavender. Bunga yang minyaknya sering dipakai sebagai parfum dengan baunya yang khas ini, ternyata bisa tumbuh di mana-mana. Saya belum pernah melihat di Jakarta, tapi banyak artikel koran Indonesia yang menyebutkan lavender jika ditanam bisa mengusir nyamuk.

rumpun lavender di Kuil
rumpun lavender di Kuil, Yokohama 12-07-09

Saya sendiri tidak begitu suka wangi lavender. Pernah suatu kali saya mendapat teh dengan aroma lavender. Bunga dan biji lavender begitu saja dimasukkan dalam daun teh sehingga begitu membuka kalengnya, akan tercium aroma lavender yang menyengat. Sayang sekali menurut saya baunya amat menusuk, sehingga meskipun teh itu pasti amat mahal karena berlabel “Marriage”, pembuat teh dari Perancis, saya terpaksa buang semua. Tentu saja saya sudah berusaha sebelumnya mengakali dengan menyisihkan kelopak dan biji bunga dari daun tehnya (yang melakukannya saja sudah membuat saya mabok) tapi baunya tetap tidak bisa hilang setelah diseduh air panas.

Padang Lavender di Tomita
Padang Lavender di Tomita (wikipedia)

Bulan-bulan ini banyak ditemukan bunga lavender bermekaran di halaman rumah di Jepang. Kemarin kami mengunjungi rumah tradisional Yokohama, “Yokohama Yashiki”, dan melihat kupu-kupu menari-nari di atas rumpun bunga lavender. Meskipun rumpun lavender tidak banyak, bisa tercium baunya sesekali menyebar tertiup angin.

Kupu-kupu dan lavender di Yokohama 12-07-09

Bahkan jika mau menikmati liburan musim panas di Hokkaido, Anda bisa  melihat hamparan bunga lavender bak permadani sekitar pertengahan Juli -awal Agustus. Indah memang meskipun saya tidak yakin saya tahan mencium baunya. Meskipun mungkin jika saya pergi ke sana, selain tidak akan diganggu oleh gigitan nyamuk, juga tidak akan sengsara dalam terik matahari yang menyengat seperti di Tokyo, karena tentu saja Sapporo lebih sejuk daripada Tokyo.

Padang Lavender di Nakafurano
Padang Lavender di Nakafurano

Tapi warna lavender, atau ungu ini dikatakan adalah warna khas untuk homosexual.  Ada juga yang bilang yang suka warna ungu itu cemburuan. Tapi yang pasti di Jepang, warna ungu adalah warna bangsawan/ elegan, dan sering dipakai dalam upacara-upacara di kuil agama Buddha.

sepuluh ribu

11 Jul

Tadi siang dalam perjalanan di mobil, Riku mulai menghitung dengan istilah “万  man, ban”  yang asal tempel dan tidak tahu artinya. Pokoknya setelah satu, dua, tiga bisa ditempel “ratus”, “ribu” dan “sepuluh ribu”.

Nah, bagi yang pernah belajar bahasa Jepang, pasti tahu sekali bahwa belajar angka dalam bahasa Jepang yang paling membingungkan adalah satuan “万 MAN” 10.000 ini. Karena lain sekali dengan sistem perhitungan dalam bahasa asing seperti bahasa Inggris atau bahasa Eropa yang lain, yang 3 digit itu (seratus, seribu, sejuta). Saya tahunya satuan man ini dari bahasa China, tapi meskipun sudah saya cari sejarahnya mengapa perlu ada satuan man, tidak saya temukan.

Ichiman yen, 一万円 adalah satuan uang kertas terbesar di Jepang, yang mungkin sekarang kursnya sekitar 1.000.000 rupiah. Karena merupakan satuan terbesar, 10.000 juga sering dipakai untuk menyatakan banyak. Mungkin yang sering Anda dengar adalah kata BANZAI, 万歳 berarti 100 tahun. Kemudian ada kata MANNENHITSU, 万年筆 yang berarti pulpen (mungkin dulu dianggap tulisan dengan pulpen akan tahan lama sampai 10000 tahun). MANPOKEI, 万歩計 adalah alat menghitung langkah untuk kesehatan. Diperkirakan jika manusia berjalan 10.000 langkah sehari maka kesehatannya akan terjaga. MANYOUSHUU, 万葉集 adalah kumpulan puisi tertua Jepang, yang dibuat sekitar pertengah abad 7 -8.

Kemudian ada kata MANGEKYOU 万華鏡 , teropong yang menghasilkan kaleidoscope seperti yang sudah pernah saya tulis di sini. BANKOKKI 万国旗, berarti internasional, atau banyak negara. Sehingga ada juga kata, MANKOKU HAKURANKAI, 万国博覧会, International Exhibition atau sering disingkat Expo.

Sepuluh ribu atau man ini juga bisa dibaca sebagai YOROZU, yang artinya bermacam-macam.  Sehingga ada kata YOROZUYA, 万屋 yang berarti toko kecil yang menjual apa saja. Mungkin ini adalah cikal bakalnya toko konbini (convinience store) yang sekarang. Arti “bermacam-macam” ini juga mungkin yang terkandung dalam kata MANBIKI, 万引き,  pencuri (agak berbeda dengan kleptomani karen kleptomani adalah penyakit) , bahasa Inggrisnya Shoplifter. Pencuri yang mencuri di waktu beroperasi, membawa barang, menyembunyikannya dan tidak melewati kasir waktu keluar toko. Bahasa Indonesianya yang paling cocok mungkin NILEP (tilap, menggelapkan) ya hihihi.

Sebagai lambang kemakmuran/ kesejahteraan di Jepang dipakai lambang Tsuru 鶴 , Burung bangau yang melambangkan seribu tahun, dan Kura-kura 亀 kame melambangkan sepuluh ribu tahun.  Sebagai penutup tulisan ini, saya mau mengingatkan supaya teman-teman menjaga kesehatan, jangan sampai masuk angin. Karena kata orang Jepang masuk angin adalah awal dari beragam penyakit. 万病の元 MANBYOU NO MOTO.

perlambang umur panjang
perlambang umur panjang

Sayap-sayap Tsubasa

10 Jul

Ada sebuah lagu Jepang yang pernah kami, mahasiswa Sastra Jepang UI pelajari dan nyanyikan di sebuah festival jepang. Lagunya sederhana tapi memang melambangkan kemerdekaan dan harapan.

Well, aku memang tidak pernah bermimpi untuk terbang, karena aku takut jatuh. Phobia di ketinggian, tapi aku suka melihat burung-burung terbang bebas di angkasa.

Lagu 翼を下さいTsubasa wo kudasai ini dirilis tahun 1971 oleh grup folk Akaitori dengan vokalnya Yamamoto Junko, dan sejak dimasukkan ke dalam buku teks pelajaran, akhir tahun 1970-an lagu ini sering dinyanyikan oleh kelompok paduan suara sekolah, sehingga lagu ini hampir pasti diketahui semua orang, semua lapisan, baik tua maupun muda.

Lagu ini kemudian sering dinyanyikan kembali oleh penyanyi-penyanyi terkenal seperti Tokunaga Hideaki dan Oda Kazumasa (penyanyi Tokyo Love Story)

Sayap-sayap

Jika permohonanku di penuhi
saat ini aku mau sayap
bagaikan burung tempelkanlah
sayap putih di punggung ini
kulebarkan sayap di langit luas
dan terbang….
kukepakkan sayap pergi
ke langit merdeka tanpa kesedihan

Sekarang, ku tak perlu kekayaan atau nama baik
yang kuinginkan hanya sayap
kini kulihat mimpi yang sama
dengan mimpi yang lihat waktu kukecil
kulebarkan sayap di langit luas
dan terbang….
kukepakkan sayap pergi
ke langit merdeka tanpa kesedihan


いま私の 願いごとが
かなうならば 翼(つばさ)がほしい
この背中に 鳥のように
白い翼 つけてください
この大空に 翼をひろげ
飛んで行(ゆ)きたいよ
悲しみのない 自由な空へ
翼はためかせ 行きたい

いま富とか 名誉ならば
いらないけれど 翼がほしい
子供の時 夢見たこと
今も同じ 夢に見ている
この大空に 翼をひろげ
飛んで行きたいよ
悲しみのない 自由な空へ
翼はためかせ 行きたい

Jika mau tahu lagunya silakan melihat clip ini

Semester dan persahabatan

9 Jul

Hari ini aku harus pergi ke sekolahnya Riku untuk bertemu dengan gurunya, Chiaki sensei. Setiap semester diberi kesempatan bagi orangtua untuk bertemu dengan guru wali kelas dalam “personal discussion” 個人面談 kojin mendan. Mungkin di Indonesia ya waktu pembagian rapor ya. Tapi di Jepang, semester untuk SD baru selesai tanggal 16 Oktober nanti. Dan kojin mendan ini diadakan sebelum summer vacation, mungkin supaya kalau perlu perbaikan nilai bisa “digeber” selama liburan musim panas. (Padahal nilai murid SD di Jepang sekarang tidak diberi nilai berupa angka atau huruf, hanya diberikan penilaian dengan 3 kategori, BIASA, BAGUS dan BAGUS SEKALI.)

Kami diberi jatah 15 menit satu orang, yang dibagi menjadi beberapa hari. Aku disuruh datang hari ini dari pukul 3:15 sampai 3:30. Jam 3:05 aku sudah sampai dan duduk di depan pintu kelas. Karena sebelum aku tidak ada orang, sensei memanggil aku masuk 5 menit sebelum waktunya…. yippie bisa 20 menit deh. Nah, begitu masuk aku mengatakan kekhawatiranku (terutama papanya) mengenai pelajaran Riku. Yaitu masalah membaca dan menulis hiragana yang belum lancar. Dan Chiaki sensei mengatakan Riku sama sekali tidak ada masalah dalam pelajaran di kelas.

“Seperti mamanya yang riang, dia selalu senyum-senyum dan aktif mengikuti pelajaran di sekolah. Berhitung, membaca, menulis …semua tidak ada masalah. ”

“Olahraga bagaimana sensei? Soalnya dia kadang merasa minder karena tidak bisa lari cepat, atau minder karena badannya lebih besar dari yang lain.

“Olahraga? Sama sekali ngga ada masalah. Riku benar-benar menikmati sekolah. Itu yang penting”

“Ya memang sensei, saya tidak mau membuat dia benci sekolah. Susah. Dulu di TK dia suka malas ke TK. Sekarang saya senang, karena Riku pulang sekolah dengan berseri-seri dan selalu membuat PR sendiri tanpa harus di suruh. Saya juga tidak mau memaksa dia menulis dan membaca, seperti papanya. Santai saja, pasti bisa kok. Meskipun kadang dia juga suka sebal sendiri kalau tidak bisa menulis dan membaca. Tapi saya selalu katakan padanya, menulis dan membaca butuh latihan yang banyak. Mama dulu juga tidak bisa menulis hiragana, dan teruuuus latihan. Kan Mama bukan orang Jepang, jadi hiraga juga susaaaah sekali buat mama.”

“Eh, ibu sama sekali tidak ada darah Jepangnya?”

“Tidak ada dong. Kan saya dari Indonesia. Bahasa Jepang juga baru tahu 23 tahun, hampir separuh hidup saya.”

“Bukan orang Jepang tapi pintar berbahasa Jepang. Sugoi. Papanya Riku asli Jepang?”

“Ya asli Jepang dong. Namanya saja Miyashita. Dia sih selalu khawatir mengenai pendidikannya Riku, karena dia dulu dituntut selalu belajar oleh ibunya yang Kyouiku Mama. hehehe” (Kyoiku Mama adalah istilah untuk ibu-ibu yang berusaha apa saja demi pendidikan anaknya, semua yang terbagus dari pendidikan diusahakan untuk anaknya, dan tidak mau kalah dengan orang lain. Sehingga biasanya anak menjadi tertekan, kurang bermain dan belajar terus)

“Kalau begitu bilang papanya Riku. Dont worry. Riku sama sekali tidak ada masalah. Tidak ada yang harus diperhatikan selama musim panas ini.”

So, Riku no problem, juga di bidang sosialnya, dia cukup terkenal di teman-teman karena banyak yang mengatakan teman baiknya adalah Riku. Wah aku senang, karena tahu Riku agak sulit bergaul. Dan aku dengan sensei sepakat bahwa Riku berbakat di berhitung dan prakarya/gambar.

“Mungkin dia akan menjadi artis nantinya ya?”

“Mungkin ya sensei, dan itu komarimasu. Karena artis biasanya tidak mau belajar hehehe. Makanya saya selalu berkata pada Riku, biarpun mau jadi artis, atau koki sekalipun harus belajar! Bagaimana kamu mau membuat lukisan atau patung yang bagus dan bisa berdiri tegak, kalau tidak bisa menghitung. Atau bagaimana mau menjadi animator kalau tidak belajar bahasa.”

“Betul… Ibu bijaksana sekali.”

Komik karya Riku. Hobi baru dia, menggambar komik.
Komik karya Riku. Hobi baru dia, menggambar komik.

Setelah selesai pertemuan dengan guru itu, aku menjemput Riku yang sedang les bahasa Inggris, pulang dan kemudian bersama-sama naik sepeda menjemput Kai. Dalam perjalanan pulang dari penitipan ke rumah, (di lift dan sambil bersepeda) tiba-tiba Riku berkata,

“Mama, temanku Ken (Ken adalah anak half, sama seperti Riku. Ibunya orang Filipina dan bapaknya orang Jepang) . Dia akan pergi ke negaranya dan tidak kembali.”

“Loh, iya mama tahu bahwa Ken akan liburan. Tapi sesudah liburan selesai, dia akan kembali ke Jepang kok.”

“Tapi tadi dia bilang, dia tidak kembali lagi”

“Ya sudah, nanti mama telepon mamanya dan cari tahu ya”

Aku pikir dia sudah tidak memikirkan temannya lagi. Ternyata aku salah. Dia mulai menangis… Wah bahaya dong bersepeda sambil menangis. Jadi aku pelan-pelan mengayuh sepeda, dan bertanya apa mau berhenti dulu. Tapi kalau kita pulang cepat-cepat, juga bisa cepat tahu apakah Ken terus pergi dan tidak kembali atau hanya liburan saja.

 Papa dan Riku, by Riku Miyashita
"Papa dan Riku", by Riku Miyashita

Lama sekali rasanya sampai di rumah. Sambil mendengarkan Riku menangis, aku peluk dia di dalam lift. Ahhh anakku ini merasakan indahnya persahabatan dan rasa sedih akan kehilangan seorang sahabat. Aku seakan bercermin dan melihat diriku di sana, yang sering menangisi kepergian teman atau kesedihan teman, tanpa diketahui siapa-siapa. Aku bangga pada anakku ini, meskipun tahu bahwa sifatnya yang begitu itu mungkin akan membuat susah dia kelak.

Aku tidak bisa langsung menelepon, karena Kai menuntut minta susu, dan dia juga ikut menangis mendengar kakaknya menangis. Bener-bener seperti paduan suara tangisan. Akhirnya begitu aku kasih susu ke Kai, aku ambil telepon dan langsung menelepon ibunya Ken.

“Hallo, sorry to bother you in such a busy time preparing dinner, but I want to ask you one question. Ken will go to Phillipine this summer?”
“Yes… ”
“Will he back to Japan after holiday or will stay for good there. Because now Riku is crying, thinking of loosing his friend.”
“Oh no… Of course we will be back to Japan, just visiting home for summer vacation”
“Ok then. I am relieved. Thank you”

Lalu aku katakan pada Riku…. “Kan, seperti mama bilang, Ken hanya berlibur saja bertemu opa omanya, sama seperti Riku. Dia akan kembali lagi ke Jepang, dan tentu saja bisa bermain bersama lagi.

Dan senyum mengembang di wajahnya…. ditambah pertanyaan-pertanyaan,

“Kapan dia pergi ke Filipin?”
“Filipin itu di mana? (Sambil membawa bola dunia)
“Kapan dia kembali?”
“Apa abis itu bisa main ?” ….. bla bla bla dan aku jawab sekenanya, sambil menunjukkan posisi Filipina yang berada di atas Indonesia….

“Wah dekat rumahnya opa. Kalau naik pesawat berapa lama?”
“Ya memang dekat Riku…. Kalau Riku sudah besar mungkin Riku bisa pergi ke Filipin dan melihat kampungnya Ken (Sambil berpikir betapa dunia itu kecil sekarang ya… dan betapa internasionalnya keluargaku)

Well, hari ini hari  yang berarti buatku. Mengetahui kemajuan pelajaran Riku dan yang lebih berarti, bahwa Riku sudah menemukan arti bersahabat.

Dan malam harinya, sebelum tidur kami membaca Picture Book yang Riku pinjam dari perpustakaan berjudul Curry Raja, Kunimatsu Erika, Kaiseisha Publishing. 「ラジャーのカレー」   国松エリカ 偕成社

Dunia penuh warna

8 Jul

Dulu theme aku di T.E.  berwarna-warni banget, pensil warna… sesuai dengan tujuan aku menulis bermacam-macam warna kehidupan di Tokyo sini. Aku juga suka smarties, suka pelangi, suka deh yang warna-warni (dulu sempet suka dengan merek  Be**tton) . Meskipun di antara warna-warna itu aku paling suka merah, hitam dan biru.

Dalam kehidupan kita, sebagai awal kita hanya tahu 3 warna dasar, yang kemudian berkembang waktu SD dengan mengetahui 12 warna. Senang ya membuka kotak pensil warna yang 12 warna itu. Tapi sebenarnya 12 warna saja kurang.  Dulu aku suka ngiler ingin beli kotak pensil warna yang 36 warna, atau 48 warna yang harganya tidak murah itu. Dan akhirnya beli juga pensil warna 36 warna,bahkan bisa diberi sapuan air sehingga menjadikan gambar seperti dilukis cat air. Padahal itu juga cuma beli dan disimpan saja, sayang mau dibuka, apalagi kalau ada Riku…pasti dia pakai dan hilangkan hehehe. Jadi kalau mau pakai harus sembunyi-sembunyi nih.(Waktu liat harga pensil semacam ini di Indonesia, ternyata lebih murah di Indonesia loh, emang buatan Jepang di mana-mana mahal jeh)

Pensil warnaku

Nah bisa bayangkan tidak, jika warna itu tidak hanya 36 warna tapi 500 warna? Yang pasti akan bingung untuk memberi namanya ya. Limaratus batang pensil warna ini satu setnya seharga 36.000 yen (3,6 juta rupiah) dijual oleh perusahaan catalog-shopping Fellissimo dan ternyata sangat populer di kalangan wanita dewasa. Katanya sudah ada 40000 pemesanan. Wow coba deh dihitung keuntungannya. Sampai perusahaan itu sendiri bingung kok, kenapa bisa laku keras di jaman resesi ini ya?

Mungkin orang-orang mulai melarikan diri dari stress dengan memandang warna-warna ini yang dia pakai sebagai interior, atau menyalurkan hobi dengan menggambar macam-macam menggunakan warna-warna ini. Tapi rupanya waktu dikirim tidak sekaligus 500 batang pensil, 25 batang setiap bulan, sehingga untuk melengkapinya perlu 20 bulan…. Heran deh aku orang Jepang kok sabar banget nungguinnya.

500 warna pemanis interior
500 warna pemanis interior

Untuk bidang fashion design di Jepang disediakan Sertifikasi Warna ( 色彩検定試験 shikisai kentei shiken), yang terdiri dari 3 tingkat. Tingkat 1 (ikkyu) yang paling tinggi, disusul tingkat 2 (nikyu) dan 3 (sankyu). Mau coba melongok soal testnya? Bisa dilihat di sini, tapi sayang semuanya dalam bahasa Jepang hehehe.

Meskipun aku  suka warna-warni, untuk beli 500 warna itu mikir dulu deh (kecuali kalo dikasih ya), apalagi untuk mengikuti ujian sertifikasi warna. Waktu saya cari keterangan biaya ujiannya, untuk level 3 seharga 7000 yen, level 2 seharga 10.000 yen dan level 1 seharga 15.000 yen…. Muahalllll. (Tapi kalau dengan sertifikat ini bisa dapat kerja ya bagus juga sih hehehe).

Jadi hari ini aku cukup bernyanyi saja deh bersama Sheila Majid…. Warna!

Warna by Sheila Majid

Lihat pada si pelangi
Seribusatu dimensi
Warna sari dalam sinar hidup kita
Menghiasi alam ini
Inspirasi dunia seni
Kusyukuri cindera mata Maha Esa

Dalam ku mencoba mengejari cita
Aneka warna nan menawan hidupku
Cinta teman setia menolong segala
Terima kasih kuucapkan padamu

Oh warna warna pada dunia
Ku terpesona, kau teristimewa
Oh warna warna bagai bicara
Menyeli hati sanubariku

Ada kalanya kelabu
Membuat hatiku pilu
Tersenyum ku bila warna ceria tiba
Berbagai cerita rupa
Emosi suka dan dunia
Mewarnai kehidupan alam maya

Warna sari pagi mendamaikan hati
Tergambar indah suasana di jiwa

bahan tulisan saya ambil dari sini.

Apa permohonanmu?

7 Jul

Hari ini adalah Festival Tanabata, keterangannya bisa dilihat di posting saya tahun lalu. Dan selalu setiap menjelang Tanabata ini, siapa saja, terutama anak-anak bisa menuliskan permohonannya di kertas yang diberi nama 短冊 tanzaku, untuk kemudian digantungkan di daun Sasa (seperti bambu halus). Jadi hari ini Riku dan Kai membawa pulang daun Sasa itu beserta permohonannya untuk ditaruh dan menjadi hiasan di rumah.

Permohonan Riku yang dia tulis sendiri adalah : “はやくはしれますように Hayaku Hashiremasuyouni Semoga bisa berlari cepat”. Sedangkan permohonan Kai, tentu saja saya yang tuliskan, “Semoga sehat selalu”.

Peringatan Tanabata yang terkenal di Jepang diadakan di Sendai, Tohoku (Jepang Utara). Bermacam hiasan tanabata yang besar-besar dapat ditemui di sana. Tahun 1994, saya pernah keliling Tohoku (Jepang Utara) untuk mengikuti 3 festival musim panas yang terkenal di Jepang, dan salah satunya adalah Tanabata ini.

Berfoto di Stasiun Sendai
Berfoto di Stasiun Sendai (jadul banget yak)

Ada satu lagu yang khusus dinyanyikan pada waktu tanabata yang berjudul “Tanabata sama”. Lagunya bisa dinikmati melalui clip dari Youtube.

1、ささの葉 さらさら  Sasa no ha sara sara
のきばにゆれる  nokiba ni yureru
お星さま きらきら ohoshisama kira-kira
金銀砂子(きんぎんすなご) kin gin sunago

2、五色(ごしき)の たんざく  goshiki no tanzaku
私が書いた  watashi ga kaita
お星さま きらきら  ohoshi sama kira-kira
空から見てる Sora kara miteru

So, di hari Tanabata ini, jika ditanya apa permohonan Anda? Anda akan menuliskan apa di Tanzaku itu? (Mungkin untuk tahun ini saya akan tulis, semoga pemilihan presiden RI esok hari bisa lancar dan aman)