Sebelum tulis laporan trip to sendai, saya mau posting ini ah yang ringan-ringan dulu …. “Silakan pakai saya”…. saya ada di depan pintu masuk sebuah Hotel besar di Sendai bernama Koyo Grande Hotel. Kami sendiri sih tidak menginap di situ karena muahaaall.(Dan actually Gen ngga suka pada komposisi benda-benda seni yang ada di sana… kesannya kok malah jadi kampungan …katanya hihihi) Yah kalo mau ngebayangi, tinggal dalam museum deh hehhehe.
Nah, si saya ini adalah
Alat Semir Sepatu otomatis.
Taruhlah kaki Anda di bawah bulu-bulu itu. Sepatu hitam di bulu hitam, dan sepatu coklat di bulu coklat. Tekan tombol “ON” dan goyangkan kaki Anda. Di jamin mengkilap deh….. Tapi tentu saja yang bisa pakai alat ini cuman yang bersepatu kulit. Kalau sepatu kets, sandal jepit dan sepatu sandal (hiiiii geli lah) apalagi safety shoes ( ada yang merasa ngga ya ) ya ngga bisa deh hihii.
Harga sekali pakai? GRATIS…. kapan saja bisa, sehari berapa kali juga OK…. cuman musti hati-hati nanti sepatunya bolong loh….
So? Semua di Jepang serba otomatis…tapi saya lebih senang yang tidka otomatis sebetulnya. Apalagi kalau ada seorang anak yang menawarkan untuk membersihkan sepatu kita…. mesipun masih bersih silakan dik. (meskipun dengan tidak tega, tapi kalau pikir dengan uang yang kita beri dia bisa membeli buku? harus ditega-tegain.
Masih cerita dari Hari Olahraganya Riku. Saya merasa lucu mendengar satu pengumuman pada waktu acara istirahat yang disampaikan lewat pengeras suara, “Telah ditemukan sebelah sepatu olahraga, berwarna biru dengan nama xYx san. Harap diambil di sekretariat”. Sambil saya membayangkan tentu anak itu sekarang sedang kebingungan mencari pasangan sepatunya, dan dengan berjingkat-jingkat mungkin . Dan untung saja di Jepang memang untuk anak TK/SD mempunyai kebiasaan menuliskan nama dan kelasnya di setiap barang miliknya. Jadi dengan mudah bisa mengenali dan mencari pasangan sepatunya yang hilang tadi.
Saya sendiri pernah mengalami “kehilangan pasangan” sepatu. Tentu saja setelah dewasa dan kejadiannya di Jepang. Tepatnya di stasiun. Jika Anda pernah naik kereta api, biasanya di antara badan kereta dan peron, pasti ada ruang space, dan terkadang cukup lebar. Saya memang penakut, sehingga saya selalu merasa gamang setiap turun dari kereta. Waktu itu saya sedang pergi dengan alm. Ratih dan terjadilah kecelakaan itu. Sepatu pantofel yang saya pakai, sebelah kanan jatuh di sela-sela kereta dan peron. Untung kejadiannya di terminal akhir di Shibuya. Tapi berarti juga paling sibuk dan paling banyak orang lalu lalang. Saya panik dan tentu saja malu… bagaimana nih saya pulang…atau bagaimana saya mengambil sepatu saya yang ada di dekat roda kereta itu. Sambil berjingkat-jingkat saya terpaksa menunggu di pinggiran setasiun, dan Ratih memanggil petugas stasiun, memberitahukan kejadian itu. Saya juga sempat berpikir, bagaimana ya petugas itu bisa ambil sepatu saya? Ternyata kejadian seperti ini sering terjadi, sehingga di setiap stasiun tersedia pencapit panjang, sehingga petugas tidak usah turun ke rel kereta. Sialnya saya harus menunggu kereta itu untuk pergi (berangkat) dari stasiun itu. Dan itu cukup lama…20 menit…. Manyun deh.
Akhirnya segera setelah kereta berangkat, petugas ambil sebelah sepatu saya, dan kita bisa melanjutkan perjalanan. Sambil saya bersyukur, sepatu itu tidak terlindas kereta, sehingga masih bisa dipakai. Kalau tidak???? terpaksa harus beli sepatu baru, yang sizenya belum tentu ada di toko sepatu biasa….hiks (dasar kaki gajah… ukuran max sepatu wanita di Jepang adalah 24,5). Dan sodara-sodara waktu saya cari gambar pencapit di sebelah kiri ini…. saya terkejut-kejut mengetahui bahwa barang ini yang disebut “Tangan Magic Petugas Stasiun” dijual dengan harga 31.290 YEN saja….. bueh sapa yang beli ya? dan apa ada yang mau beli?????
Dan sebetulnya saya juga punya koleksi sesuatu yang tidak berpasangan, jadi hanya ada sebelah saja… mau dibuang sayang sekali apalagi kalau mahal. Meskipun tidak bisa dipakai sebelah saja, kecuali mau dibilang nyentrik…. Nah, apalah benda itu? Saya mau kasih sayembara ah…. Nanti saya akan kirim hadiah kepada 3 penjawab yang benar hehehe.
Apakah teman-teman punya cerita “memalukan” seperti saya? Share dong hihihihi.
(diposting dari Sendai, Miyagi, Jepang Utara…yang belum berubah warna dedaunannya….)
Setiap tahun Jepang memperingati hari Olahraga 体育の日 pada bulan Oktober. Sampai beberapa tahun yang lalu selalu jatuh tanggal 10 Oktober, karena pada tanggal 10 Oktober tahun 1964, Olimpiade musim panas ke 18 dilaksanakan di Tokyo. Tokyo Olimpic 東京オリンピック 1964 ini selain menjadi yang pertama untuk Jepang juga yang pertama untuk Asia. Kemudian sejak tahun 1966 pemerintah menetapkan tanggal 10 Oktober ini sebagai Hari Olahraga. Dan sejak tahun 1966 sampai 1999, 34 tahun pelaksanaan hari olahraga ini, curah hujan lebih dari 1 mili hanya 5 kali saja. Berarti, setiap tanggal 10 Oktober PASTI cerah.
Nah salahnya sepertinya sejak tahun 2000 deh…. Karena sejak tahun 2000 ini dipindah tanggalnya, supaya hari Senin bisa libur, jadi bisa libur berturut-turut dari Sabtu-Minggu-Senin. Tanggal 10 yang lalu hari cerah (meskipun saya sakit) dan tanggal 11 yang rencananya dilaksanakan acara olahraga di TK nya Riku hujan dna diundur … Hari ini tanggal 12 akhirnya cuaca bersahabat. AKIBARE 秋晴れ (hari cerah di musim gugur). Lapangan tempat pertandingan hangat, tapi kami yang duduk di sekitar track di bawah pohon, benar-benar menggigil. Karena tidur cuman 2 jam, kepalanya saya kurang tajam, untuk mempersiapkan diri bahwa hari ini akan dingin, jadi cuma pakai baju satu lembar…. Brrrr. Untung saya selalu siapkan baju ganti untuk Kai, sehingga bisa didobel jadi dia tidak kedinginan.
Acara undokai (pertandingan olahraga) di TK Riku ini dimulai pukul 9:15, sesuai rencana, diawali dengan “mini marching band” yang disusul dengan “defile” peserta, 3×3 kelas TK… kelas Nensho 年少 (3 tahun), kelas Nenchu 年中 (4 tahun) dan kelas Nencho 年長 (5 tahun). Wahhh …. anakku pegang pianica dan katanya sih “No problem ma!”. Padahal sebetulnya aku harus melatih dia selama liburan musim panas lalu. Tapi …. wong mamanya ngga bisa alat musik, gimana musti ngajarin. Niatnya sih di jakarta beli pianica tapi ngga jadi. Dan setelah pulang dari mudik itu, sekitar 10 hari menjelang hari H, baru aku latih dia 1 kali hihihi. gomennasai.
Setelah pembukaan, untuk kelasnya RIku, ada pertandingan lari dengan satu kaki diikat dengan kaki papanya. Bahasa jepangnya Ninin sankyaku 二人三脚 (dua orang 3 kaki…bahasa Indonesia nya apa ya?). Kemudian ada parabaloon, memakai kain terpal berbentuk lingkaran membuat bentuk-bentuk balon, mengikuti irama lagu Dreams Come True…gaya deh. Yang menjadi neck (kendala) bagi Riku selama ini adalah relay (estafet) karena larinya lambat (maklum ndut sih)… but akhirnya bisa diselesaikan no problem. Dan terakhir adalah senam seluruh kelas Nencho… membuat bermacam bentuk seperti “suberidai” 滑り台(perosotan), Gunung Fuji, Pyramid, dll. Riku berada di tingkatan ke dua, padahal anak yang berdiri di atasnya kurang bisa menjaga balance. Dia selalu mengeluh…mama…tangan kaki aku skait loh…tapi aku akan berusaha.
Well son, you’ve done your best, and I am proud of you.
Foto di kanan adalah foto seorang teman Riku yang kakinya memakai alat bantu, karena terkena penyakit “moya-moyabyou” (semacam serangan stroke pada anak-anak dan biasanya anak perempuan…. saya pernah bahas di multiply tapi nanti detilnya kalau sudah terkumpul akan saya posting di kesempatan lain). Kami sebetulnya heran dia tetap datang dalam acara ini (mungkin kalau orang Idnoensia sudah “tahu diri” tidak akan hadir) Tapi…. semangatnya dan semangat IBUnya…. Kelas Riku tidak akan bisa menjadi juara, karena anak ini sudah tentu tidak bisa lari. Namun dia didampingi gurunya “gambaru” berusaha, berjalan sepanjang track dengan pandangan mata semua pengunjung….dan mau tidak mau kita semua bertepuk tangan memberi semangat, di setiap langkahnya.… saya tidak bisa menahan air mata… dan semua orang tua kelas Riku juga menangis melihat dia. Satu yang saya senang menyekolahkan Riku di sini, karena tahun lalu pun ada beberapa anak yang memang tidak mampu, tapi tidak ada satupun orang yang menghalangi keikutsertaan anak-anak yang kurang mampu begini. Saya tidak tahu apakah di sekolah (TK) lainnya begini atau tidak, tapi saya suka sekolah ini. Dan saya suka masyarakat Jepang, yang masih mau sabar mengahadapi orang yang lemah dan mempunyai kendala-kendala demikian. Semoga anak-anak Indonesia yang kurang mampu dan mempunyai kendala-kendala seperti ini bisa tetap menikmati pendidikan.
Ada yang masih ingat? semoga masih ada, karena berarti seumuran saya atau pernah menikmati buku yang sama. Ya, hubungan dari hantu ke hantu ada dalam cerita Trio Detektif, yang terdiri dari Jupe, Pete dan Bob. Yaitu hubungan telepon untuk mendapatkan informasi. Ketiga anggota akan menelepon lima temannya, dan jika kelima temannya tidak tahu, mereka diminta untuk menelepon lima temannya yang lain, berantai terus sehingga, nantinya akan ada seseorang yang mengetahui info tertentu yang akan menelepon ke markas mereka. (Hmmm sambil tulis begini kok saya jadi teringat MLM hehehe).
Tapi yang saya mau ketengahkan di sini bukan hubungan hantu ke hantu yang berfungsi untuk mendapatkan informasi. Lebih ke suatu jaringan antar orang tua murid (atau anggota suatu RT/RW) yang sudah disetting sebelumnya untuk memudahkan komunikasi. Saya tidak belum pernah mendengar ada jaringan yang teratur seperti ini di sekolah di Indonesia. Tapi di sekolah Jepang, TK dan SD (Saya belum tahu apakah SMP dan SMA) mempunyai suatu bagan jaringan hubungan telepon berantai yang dinamakan Renrakumou, yang sudah ditetapkan untuk menyampaikan pengumuman dari pihak sekolah atau suatu kegiatan dari sekolah. (Orang tua) ketua kelas misal A-san akan menghubungi B-san melalui telepon, lalu B-san akan menghubungi C-san, dst. Jika warganya banyak maka akan dibagi menjadi 3 regu, sehingga A-san akan menghubungi B, K, dan S san , baru kemudian menyebar, dan terakhirnya akan kembali ke A-san lagi. Saya tidak tahu, mungkin sudah ada yang mempraktekkannya di Indonesia. Tetapi ini suatu sistem yang amat sangat bagus menurut saya. Karena hemat biaya telepon, hemat waktu juga.
Nah ceritanya tadi pagi…. eh sudah berganti hari ya… kemarin pagi (Sabtu pagi), saya mendapat telepon dari orang tua murid yang sebelum saya di jaringan yaitu Kobayashi-san, dnegan satu kata… YARIMASU (dilaksanakan). Apa yang dilaksanakan? Sport meeting. Setiap tahun menjelang Hari Olahraga yang tahun ini jatuh tanggal 13 Oktober, di setiap sekolah , TK dan SD Jepang pasti diadakan pertandingan-pertandingan olahraga. Nah rencananya hari Sabtu ini, TK nya Riku akan mengadakan class meeting (istilahnya kami dulu).
Memang sudah perjanjian bahwa jika cuaca tidak pasti akan dihubungi lewat jaringan telepon sekitar jam 6:30. Sesudah menerima telepon, saya membuat bekal makanan untuk dibawa, dan sekitar jam 7 saya turun ke bawah untuk buang sampah. Ternyata… hujan…dan melihat langit saya punya perasaan bahwa hujan ini akan berlanjut terus. Jadi saya agak malas-malasan untuk bersiap-siap sambil berharap akan ada telepon lagi membatalkan acara. Eeeee ternyata jam 8 ada telepon, dan pengumumannya…diundur satu jam …weleh…kok tidak diundur besok aja sih?
Jadi kami berangkat dari rumah jam 9:30 ke TK nya Riku bersama Melati-san… Dan di TK nya Riku tentu saja sudah penuh dnegan keluarga dari murid-murid yang menunggu DALAM HUJAN!!!. Dan kita harus menunggu keputusan dilaksanakan atau tidaknya sampai dengan jam 10:30…. beteeeeee. Sambil ngomongin kejelekannya orang Jepang dnegan Melati, kami menunggu dna menunggu… sambil maki-maki, masak tidak bisa ambil keputusan sih… jalan atau ngga? Mending aku saja yang jadi kep seknya hihihi.
Akhirnya jam 10:30 diputuskan BATAL dan diundur besok …huh… dan sebagai pengobat capek, kami akhirnya makan di resto Royal Host dekat rumah padahal ada bekal makanan banyak hehehhe. Trus pulang ke rumah aku sempat buat puding mousse coklat dan PIZZA untuk makan malam… Melati san otsukaresama,terima kasih sudah mau menemani kami dalam hujan sejak jam 8:15 pagi.
Global Warning for Global Warming, istilah yang trend sekarang ini, dan sudah sepantasnya kita sebagai anggota planet bumi ini ikut memikirkan apa yang dapat kita lakukan demi masa depan anak cucu kita kelak. Waktu membaca tulisan Nepho tentang Global warming, saya juga jadi berpikir apa sih yang Jepang sudah lakukan untuk penghematan energi? Rasanya masih banyak yang “BOROS”, tapi memang ada usaha-usaha untuk lebih memikirkan lingkungan hidup kita.
Sebetulnya tidak usah terlalu ekstrim juga, sedikit demi sedikit kalau kita berusaha menghemat pemakaian sumber energi yang ada, juga sudah bagus. Dulu waktu saya ikut kursus bahasa Jepang di Japan Foundation, Matsushima sensei pernah menanyakan, ” Kalau sikat gigi, Anda buka keran terus?”… Hmmm itu saya tidak sadar bagaimana biasanya saya sikat gigi. Dan karena mendengar pertanyaan itu saya baru menyadari bahwa saya selalu membuka keran sambil sikat gigi, dan setelah selesai, pakai tangan untuk berkumur. (ketrampilan pake tangan untuk menampung air pernah dikagumi Kimiyo ya heheheh). Betapa banyak air yang terbuang selama kita gosok gigi….dan itu tidak disadari. Berkat sensei itu, saya berusaha menampung air berkumur dalam gelas sebelum sikat gigi. Penghematan air….
Pemakaian WC tradisionil di Indonesia, yang dengan menyiramkan air memakai gayung setelah selesai sangat “ramah lingkungan” (environmental friendly) menurut saya. Saya membaca bahwa satu kali kita ‘flush’ WC dengan tuas [besar 大] berarti kita membuang 16-17 liter air….. Wah banyak sekali. Padahal memang di Jepang hampir semua WC mempunyai dua tuas, [kecil 小] dan [besar 大] jadis ebenarnya kita bisa memilih ingin memakai volume air seberapa banyak. Untuk yang ‘kecil’ bisa menarik ke belakang, sedangkan yang ‘besar’ menarik ke depan….. byuuuurrrr… Meskipun pada kenyataannya masih sedikit yang membedakan pemakaian besar/kecil ini. Memang mendengar air yang mengalir jika kita menarik ke depan ini juga rasanya “aman” karena pasti semuanya tersapu bersih…. tapi berarti kita membuang 16-17 liter sekali flush.
Pernah ada suatu acara di TV jepang yang menanyakan apa yang paling banyak memakai air :
1. bak mandi untuk berendam (seperti foto Riku dan Kai di posting bawah)
2. WC
3. Cuci Piring
4. Mesin Cuci Pakaian
Dan ternyata jawabannya adalah WC itu. Sempat saya berpikir Bak mandi yang berkapasitas 200 liter itu, tapi memang orang Jepang hanya masuk berendam 1 kali sehari. Sedangkan WC, berkali-kali sehari dikalikan berapa orang….. wahhh memang jumlah yang banyak. Saya tidak perhatikan WC di Indonesia apakah sudah ada pembedaan besar/kecil seperti di sini, tapi seperti yang saya katakan di awal tulisan ini, WC tradisional yang jongkok dengan flush gayung itu memang yang paling hemat (selain mungkin buang air di kali ya…. tapi tidak hygienis)
Satu lagi yang saya mau tuliskan di sini, masih tentang pemakaian WC, terutama oleh wanita di Jepang. Mungkin banyak yang menganggap saya jorse tapi ini saya kaitkan dengan penghematan air. OK, begini… di tempat umum di Jepang, saya sering mendengar orang yang berada di bilik WC itu flush 2-3 kali. Langsung saya berpikir “kenapa sih? apa karena tidak bersih?”. Tapi ternyata saudara-saudara, ini hanya untuk menutupi rasa malu. Yup…. rasa malu kalau kedengaran “plung” nya itu. Jadi orang Jepang sering flush selama “proses” dan terakhir waktu selesai. Bayangkan saja 3 x 16-17 liter satu kali masuk WC umum loh….
Karena itu sebuah perusahaan sanitasi terkenal pada tahun 1985 mengembangkan suatu alat yang mengeluarkan bunyi air, dan dinamakan “Otohime 音姫”, jadi selama berada dalam bilik itu, bisa menekan tombol alat ini untuk menutupi “suara-suara” dan menghemat pemakaian air flush. Cukup sekali flush yang terakhir. Jadi jika ada di anatar teman-teman yang nanti akan ke Jepang dan melihat alat ini sudah tahu kegunaan alat ini. Suatu device …usaha untuk menghemat air yang saya rasa bagus sekali jika memikirkan kebiasaan wanita Jepang. Padahal saya pikir orang ke WC kan sudah tahu untuk apa…kenapa sih pake malu-malu. Dan saya tidak tahu apakah alat OTOHIME ini ada di WC laki-laki atau tidak, karena saya belum pernah masuk ke WC laki-laki (kalo saya masuk heboh kali ya heheheh).
Ada lagi penghematan air yang dilakukan oleh sebuah keluarga di Jepang yang mempunyai anak 5 orang. Biasanya memang jumlah anak di Jepang rata-rata 1-2 orang, tapi keluarga ini punya 5 anak…. Wah pengeluaran yang besar, bagaimana cukup gaji bapaknya untuk ber7. Dari acara TV itu saya lihat usaha-usaha yang mereka lakukan, yang mungkin sulit sekali untuk bisa saya praktekkan di keluarga saya. Usaha mereka misalnya:
– 5 anak bergiliran buang air kecil, tanpa flush…baru yang terakhir boleh flush (waaah kalau belum mau buang air kecil gimana coba?)
– Setiap anak hanya punya 2 pasang baju, satu yang dipakai, satu yang dijemur. Jadi tidak perlu lemari pakaian ( waaaahhh sulit deh)
– Kalau mau masuk ofuro (bak mandi) setiap anak bawa pet botol kosong 2 liter untuk pergi ke taman, dan mengambil air dari taman di bawa pulang. Bak mandi diisi setengah lalu 5x 2 liter pet botol dimasukkan sehingga tinggi air di bak bisa mencapai pundak…. (waaah ini sih mah memakai air umum… dianggap mencuri ngga ya?)
Akhirnya melihat acara TV tersebut membuat saya sadar….. jangan buat anak banyak-banyak di Jepang… susyah…. Cukup dua saja maximum hehehe… meskipun pemerintah memberikan tunjangan 10.000 yen untuk anak ke tiga dan selebihnya. Apa arti 10.000 yen untuk hidup di Tokyo??????
Saya sendiri berusaha menghemat air bak yang 200 liter itu dengan memakainya untuk mencuci pakaian. Karena sebetulnya air di bak itu masih bersih. Orang Jepang harus membersihkan badan dengan sabun dulu sebelum masuk berendam di bak. (baca Kei-chan dari Pemandian Fukunoyu)Sehingga air itu masih bisa dipakai untuk yang lain, misalnya mencuci pakaian, mencuci mobil, menyiram tanaman dll. (hmmm pergi ke pemandian umum (sento) juga merupakan salah satu usaha hemat air ya…. )
Banyak yang bisa kita lakukan sendiri untuk penghematan sumber air. Bagaimana dengan teman-teman, apakah secara sadar (environmental awareness)ikut mengadakan penghematan air ? Untuk listrik nanti di posting lainnya ya….
Yah mungkin untuk orang Indonesia yang tinggal di Indonesia tidak bisa mengerti kenapa sih kami-kami yang tinggal di luar negeri seakan “mengagung-agungkan” 4 musim. Mungkin pada mikir, gaya amat deh mentang-mentang di LN…. sok tahu. Tapi percayalah tidak ada maksud begitu, malahan saya ingin menekankan bahwa kita menikmati 4 musim itu lebih karena kita rindu kampung halaman sehingga kita berusaha untuk bisa menyukai apa yang ada. Dan kebetulan itu memang indah. Prinsipnya ENJOY…. Dan kita akan terbawa dengan suasana dan pengaruh masyarakat sekitar kita. Terutama orang Jepang, amat sangat memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi di setiap musim dan menikmatinya. Wong rumput yang ada di sebuah bukit saja bisa menjadi obyek wisata. Daun-daun yang berguguran aja dilihat….
Pernah ada seorang murid orang Jepang yang sudah berumur bercerita pada saya. “Sensei saya pernah ke Indonesia, dan di sebuah desa saya pungut sehelai daun yang jatuh. Bentuknya bagus, jadi saya mau bawa pulang. Lalu orang Indonesia yang ada di situ bilang… “Sampah” saja diambil dan bawa pulang!”. Yah mungkin orang Indonesia itu practical, tidak melihat bahwa setiap benda yang ada di alam ini bisa dinikmati sebagai KARYA TUHAN. God’s masterpiece. Karenanya saya suka membaca blog-blog yang menuliskan hal-hal yang lumrah tapi berkesan, yang ada di Indonesia.
Di sini, saya sudah memasuki musim gugur. Ya…saya lebih memilih kata musim gugur untuk mewakili autumn daripada kata musim rontok. Gugur itu kesannya indah…. daun jatuh sesudah paripurna menjalankan tugasnya, sama seperti pahlawan yang gugur di medan perang. Si Daun dan Pahlawan sudah mengorbankan “Jiwa” nya bagi sekelilingnya. Daripada kata rontok, yang kesannya “sakit”. Kita pasti akan berkata, rambut saya rontok… bukan rambut saya gugur kan? Kesannya rontok itu menyebabkan sesuatu yang tidak bagus. Yang sakit.
Tapi memang musim gugur itu selain indah karena warna warni daun, udara yang sejuk…. musim gugur juga membawa kesan “kesepian”. Bagaikan hidup manusia, musim semi adalah masa-masa anak-anak sampai remaja, musim panas adalah masa bekerja dan menikmati hidup, musim gugur pensiun dan bertanya-tanya untuk apa lagi saya hidup, dan musim dingin adalah masa dimana manusia lanjut usia yang merasa dingin karena tidak ada perhatian lagi dari sekelilingnya. Yah di musim gugur ini saya seakan mengalami post power syndrome, perasaan yang dimiliki orang yang memasuki masa pensiun. Dan anehnya bukan saya saja… teman-teman dari Indonesia pun banyak yang moody, have no idea, feel lost dll (baca postingannya Lala dan mas trainer deh… dan ada beberapa yang lain juga sih).
Tokyo beberapa hari ini hujan. Kemarin malam sekitar jam 1 malam sewaktu saya sedang menulis blog, terdengar suara “braaaak”. Saya pikir hmmm pasti ada mobil yang nabrak pagar. Tapi kok selang 10 menit ada mobil ambulans dan polisi datang di depan rumah saya. Memang tidak dengan sirine yang mengaung-ngaung, tapi saya jadi terpikir…ada apa? Lalu saya melongok ke luar dan melihat ke bawah lewat teras apartemen saya. Rupanya ada mobil yang miring, kelihatan habis mengelak atau menabrak sesuatu, dan mobil ambulans. Dari jauh terlihat di jalanan tidak ada “sisa-sisa” kecelakaan…. tapi ada sesuatu yang membuat saya tersentak. Tangisan anak kecil. Duuuh kenapa? Lalu saya melihat ada sebuah sepeda yang dipindahkan… OMG jangan sampai mobil itu menabrak sepeda dan anak yang sedang dibonceng ibunya mungkin …jatuh. Entah anak itu menangisi ibunya, atau dia sendiri menangis karena kesakitan. Langsung saya komat-kamit berdoa, Tuhan lindungi anak itu….
Satu email dari milis SMA saya yang saya terima sore tadi juga sempat membuat saya sedih. Sebuah pemberitahuan bahwa ada seseorang yang merupakan suami teman saya yang saya kenal sejak SD meninggal dunia. Yang pasti dia mustinya masih muda …belum 50 tahun. Saya membayangkan teman saya itu yang menjadi janda. Duh….
Seketika saya merasa sulit bernafas, mulai stress dan sedih… mau menangis. Apalagi kebetulan saya itu saya sedang chatting dengan seseorang yang juga sedang stress. Kita sama-sama stress, dan akhirnya saya bilang… “jalan ke luar, take fresh air, atau bertemu teman-teman”. Huh mudah untuk menasehatkan tapi prakteknya? sulit. Apalagi waktu dia bilang, “adakah temanku?”. Ouw, saya juga jadi berpikir…. saya memang tidak punya teman akrab banyak. Dan menyadari bahwa belum tentu teman-teman saya mau membantu saya pada saat seperti ini. Si Lala aku telepon, dia lagi akan menonton Laskar Pelangi…. so jalan keluar dia adalah menonton film… Sedangkan aku bisa berbuat apa?. Akhirnya sesudah makan malam saya ajak anak-anak main air di bak mandi untuk berendam bersama. Escapism istilahnya mas trainer. Dan its feel good… Kebetulan papanya bisa pulang cepat (itupun sudah jam 9 sih) sehingga bisa main-main di tempat tidur, suatu hal yang langka sekali. Riku lompat-lompat di tempat tidur dan Kai juga ingin meniru tapi dia belum bisa berdiri… How cute is he…
So… musim gugur yang akan saya hadapi masih panjang… dan berlanjut ke musim dingin lagi… Akan banyak saat-saat saya akan merasa kesepian, ingin menangis tiba-tiba, moody dan kehilangan gairah hidup. Tapi untuk menghilangkannya hanya bisa kita sendiri, kita sendiri yang menentukannya. Tidak mudah memang, tapi akan saya coba…Mungkin ada saran-saran apa yang bisa dilakukan seorang ibu dengan bayi yang tidak bisa keluar rumah untuk menghilangkan stress???
Berhubung banyak yang (mungkin) ingin coba buat… Saya memodifikasi resep okonomiyaki Jepang dengan bahan-bahan yang ada dan terjangkau di Indonesia. Kemarin bersama Melati san dan Riku kita makan malam Okonomiyaki ala saya… Paling bagus kalau ada hot plate, tapi kalau tidak bisa juga di frypan biasa. Tapi memang lebih enak jika makan sewaktu masih panas.
Resep untuk 6 potong (3 orang):
Kol 1/4 butir, diiris halus
Telur 3 butir, kocok
Daging yang mau dicampur seadanya, bisa daging sapi slice, atau ham atau seafood mix/udang
2 buah kentang, diparut/blender…. seharusnya memakai yamaimo, sejenis singkong yang mengeluarkan lendir/getah tapi pasti tidak ada di Indonesia, jadi saya coba ganti dengan kentang.
kaldu ayam secukupnya (paling bagus kalau ada dashi /kaldu ikan – bonito dari Jepang)
Tepung terigu 100-150 gram tergantung kondisi telur. Adonan tidak boleh terlalu kental lebih bagus berair seperti kita membuat telur dadar.
Bisa dimasukkan juga jagung manis, toge…apa saja…coba saja bereksperimen sendiri.
Kecap manis
Mayoneise
Sambal/chili sauce
Cara membuat : semua bahan dicampur/dikocok dan dituang ke atas hotplate atau frypan yang sudah panas dan diberi sedikit minyak goreng. Api sedang supaya bisa matang sampai ke dalam. Jangan sering dibalik karena akan hancur. Setelah berwarna kekuningan angkat dan dihidangkan dengan kecap manis + mayoneise. Tambahkan sambal sesuai selera. Karena mengandung terigu dan kentang, okonomiyaki ini cukup bagi wanita untuk dinner. Kalau mau bisa juga dipadukan dengan bakmi goreng.
Saya lihat Indira juga sudah bereksperimen dengan Okonomiyaki ala Aussienya. Silakan Anda coba yang mana saja, dan semoga bisa menambah repertoire menu masakan Anda.
Oh ya kemarin kami juga menikmati Puding Roti yang saya buat dari sisa-sisa roti + kopi….di sore hari ….yummy…
Kali ini saya bukan mau mendongeng tentang cosmos yang ada kaitannya dengan bumi dan antariksa. Juga bukan yang berhubungan dengan merek alat listrik yang banyak dijual di Indonesia, atau tempat penyimpan berasnya. Tapi saya mau memberikan keindahan bunga cosmos kepada teman-teman semua.
Musim gugur diawali dengan mekarnya bunga Cosmos ini. Dalam tulisan kanjinya saja コスモス秋桜 memakai kanji aki (musim gugur) dan sakura, sehingga menjadikan bunga cosmos ini sebagai bunga sakura di musim gugur. Memang indah, apalagi jika kita berada di padang rumput yang dipenuhi dengan cosmos yang lembut tertiup angin….
Ahhh musim gugur telah tiba. Entah kenapa aku juga menjadi sendu….
Ada satu lagu yang berjudul “Cosmos” yang sangat terkenal di Jepang. Biasanya sering dinyanyikan di karaoke atau di pesta perkawinan. Loh kok? Ya karena lagu cosmos ini menggambarkan perasaan hati seorang gadis yang keesokan harinya akan menikah. Liriknya begini (terjemahan bebas oleh Imelda)
(1)Bunga cosmos merah pucat berayun bermandikan mentari musim gugur
Bunda yang akhir-akhir ini sering terharu terbatuk di ujung kebun
Di beranda sambil membuka album foto masa kecilku
dengan suara lembut bergumam sendirian
Di hari musim gugur yang hangat ini kehalusanmu menembus hatiku
engkau berkata… meskipun sulit, waktu akan mengubah segalanya
Jangan khawatir … padaku yang besok akan melangkah ke pelaminan
(2) Jika kuingat bermacam kenangan indah
tak pernah aku sendirian selama ini
Dan aku yang begitu keras kepala hanya bisa menggigit bibir
Dan bunda yang membantuku membereskan koperku
mulanya senang tapi seiring waktu, tiba-tiba bunda menangis
dan mengatakan…. kau akan baik-baik saja nak…selamat jalan…
Sambil dengan sulit mengeluarkan ucapan terima kasih
saya katakan saya akan berusaha semampu saya
Akan tetapi pada sisa hari musim gugur yang hangat ini
biarlah aku sebentar saja tetap menjadi anakmu…..
Lagu ini dinyanyikan oleh penyanyi legendaris Jepang: Yamaguchi Momoe, pertama kali dirilis tanggal 1 Oktober 1977, yang menjadikan lagu ini album singlenya yang ke 19. Lagu yang diciptakan oleh Sada Masashi ini juga dinyanyikan terakhir kali oleh momoe waktu dia pensiun dari kegiatan menyanyi tahun 1980 karena menikah (tepat sekali ya liriknya). Ada siaran langsung dia menyanyikan lagu ini tapi tidka pake nangis-nangisan hehehe…jadi saya pilih sebuah clip yang suaranya lebih bagus. Silakan bagi yang mau tahu lagunya ini bisa klik di YouTube.
Aku akan mencoba menghafalkan lagu ini
dan aku ingin nyanyikan untuk seseorang yang tepat
kelak di hari bahagianya
dan semoga aku bisa menyelesaikan lagu ini
tanpa menangis di tengah jalan….
Salah satu arbaito (pekerjaan sambilan) yang pernah saya kerjakan selama di Jepang adalah menjadi model (waktu masih kurus sihh hihihi).
Nah kalo jadi model…. hmmm misalnya model kacamata…. ya ngga usah buka baju dong ya. Atau model jam tangan… Yang musti buka baju ya pasti model baju dalam ya. Untung aku baru coba jadi model kacamata aja. Jadi difoto bagian muka aja kan hehehe.
Tapi biasanya kalau bilang model lukisan…langsung orang berkonotasi modelnya harus telanjang. Sebetulnya wajar sih ya kalau punya persepsi gitu. Karena hampir di setiap adegan yang menunjukkan orang belajar melukis pasti modelnya berbugil-bugil ria ya.
Nah sebenarnya saya pernah menjadi model lukisan. BUT…. justru harus pake baju tuh. Udah gitu yang melukis ibu-ibu sudah tua lagi (kuciwa deh… hehehe). Ceritanya suatu hari, saya dapat telepon dari KBRI, apakah mau menjadi model lukisan, soalnya ada yang cari ke KBRI. Memang wanita Indonesia yang muda (taelah) waktu itu langka sih… dan kebetulan waktu itu saya masih ada waktu nganggur jadi saya ok-in aja. Dan rupanya setelah saya telepon si pelukis dia minta saya bawa baju tradisional indonesia, karena dia mau menggambar orang asing dan alangkah baiknya kalau pakai baju tradisionalnya. Rupanya dia harus menuliskan proses melukis orang, terutama yang non jepang. Buku itu terbitan NHK Publishing, yang disunting oleh pelukis kenamaan Jepang Hirayama Ikuo. Dan yang meminta saya untuk menjadi model adalah Shinozaki Mihoko, yang merupakan pelukis wanita anak-buah (desshi) dari Hirayama Ikuo.
Judul bukunya “Melukis Manusia” (人物を書く) dari seri teknik Kursus Melukis Lukisan Jepang (Nihonga). Nah sepertinya saya harus menjelaskan sedikit di sini bahwa Nihonga, Lukisan Jepang, itu memakai cat dan kanvas khusus. Bukan cat minyak, tapi cat yang terbuat dari serpihan mineral seperti emas, perak atau besi, tembaga lalu dicampur juga dengan kerang, tulang atau serangga malah sehingga kasat dan mempunyai warna yang terbatas. Yang pasti hasil lukisannya berat! Mungkin lebih tepat kalau Anda membayangkan lukisan relief di atas kanvas. Dan yang menarik, biasanya Nihonga ini memakai warna emas untuk point-point yang ingin ditonjolkan. Kalau ada kesempatan melihat Nihongga, coba sentuh dengan jari, dan akan dirasakan bahwa memang seret dan seperti relief.
Jadi, sekitar 3-4 kali saya harus datang ke atelier (studio) sang pelukis itu, dan pakai baju kebaya (untung ngga usah di sanggul) dan…. duduk jadi patung. Sumprit deh…(aku ngga biasa pake kata sumprit euy….) ngga dua kali deh aku mau lagi jadi model. Bayangin saja … musti diam tak bergerak. Orang kayak Imelda gini, di suruh duduk diam? mana bisa sih. Belum lagi kalo abis makan siang, rasanya pengen bobo aja. Dan aku juga tanya kenapa ngga difoto aja sih? Tapi memang lain sih ya, pencahayaan waktu melihat langsung dan dengan hasil foto. Perlu pengorbanan yang tidak sedikit baik dari model dan pelukis nya untuk mendapatkan hasil yang bagus dan maksimum.
Setelah buku itu selesai, saya membelinya untuk kenang-kenangan. (日本画技法講座「人物を書く」平山郁夫監修・NHK出版:2500円)
… dan ketika si pelukis itu menelepon lagi untuk minta saya kembali menjadi modelnya saya tidak tega untuk mengatakan tidak!. Untung kali ini karena dia harus bayar sendiri, saya cukup satu kali datang dan dia banyak memotret pose-pose saja, untuk kemudian dipadukan dalan selembar kanvas berukuran 2mx2m. Hasil lukisannya dipamerkan di Museum Ueno dalam pameran Nihonga.
So, ada juga pekerjaan menjadi model lukisan yang tidak harus berbugil ria….hehhehe.