Musim Gugur atau Musim Rontok?

9 Okt

Yah mungkin untuk orang Indonesia yang tinggal di Indonesia tidak bisa mengerti kenapa sih kami-kami yang tinggal di luar negeri seakan “mengagung-agungkan” 4 musim. Mungkin pada mikir, gaya amat deh mentang-mentang di LN…. sok tahu. Tapi percayalah tidak ada maksud begitu, malahan saya ingin menekankan bahwa kita menikmati 4 musim itu lebih karena kita rindu kampung halaman sehingga kita berusaha untuk bisa menyukai apa yang ada. Dan kebetulan itu memang indah. Prinsipnya ENJOY…. Dan kita akan terbawa dengan suasana dan pengaruh masyarakat sekitar kita. Terutama orang Jepang, amat sangat memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi di setiap musim dan menikmatinya. Wong rumput yang ada di sebuah bukit saja bisa menjadi obyek wisata. Daun-daun yang berguguran aja dilihat….

Pernah ada seorang murid orang Jepang yang sudah berumur bercerita pada saya. “Sensei saya pernah ke Indonesia, dan di sebuah desa saya pungut sehelai daun yang jatuh. Bentuknya bagus, jadi saya mau bawa pulang. Lalu orang Indonesia yang ada di situ bilang… “Sampah” saja diambil dan bawa pulang!”. Yah mungkin orang Indonesia itu practical, tidak melihat bahwa setiap benda yang ada di alam ini bisa dinikmati sebagai KARYA TUHAN. God’s masterpiece. Karenanya  saya suka membaca blog-blog yang menuliskan hal-hal yang lumrah tapi berkesan, yang ada di Indonesia.

Di sini, saya sudah memasuki musim gugur. Ya…saya lebih memilih kata musim gugur untuk mewakili autumn daripada kata musim rontok. Gugur itu kesannya indah…. daun jatuh sesudah paripurna menjalankan tugasnya, sama seperti pahlawan yang gugur di medan perang. Si Daun dan Pahlawan sudah mengorbankan “Jiwa” nya bagi sekelilingnya. Daripada kata rontok, yang kesannya “sakit”. Kita pasti akan berkata, rambut saya rontok… bukan rambut saya gugur kan? Kesannya rontok itu menyebabkan sesuatu yang tidak bagus. Yang sakit.

Tapi memang musim gugur itu selain indah karena warna warni daun, udara yang sejuk…. musim gugur juga membawa kesan “kesepian”. Bagaikan hidup manusia, musim semi adalah masa-masa anak-anak sampai remaja, musim panas adalah masa bekerja dan menikmati hidup, musim gugur pensiun dan bertanya-tanya untuk apa lagi saya hidup, dan musim dingin adalah masa dimana manusia lanjut usia yang merasa dingin karena tidak ada perhatian lagi dari sekelilingnya. Yah di musim gugur ini saya seakan mengalami post power syndrome, perasaan yang dimiliki orang yang memasuki masa pensiun. Dan anehnya bukan saya saja… teman-teman dari Indonesia pun banyak yang moody, have no idea, feel lost dll (baca postingannya Lala dan mas trainer deh… dan ada beberapa yang lain juga sih).

Tokyo beberapa hari ini hujan. Kemarin malam sekitar jam 1 malam sewaktu saya sedang menulis blog, terdengar suara “braaaak”. Saya pikir hmmm pasti ada mobil yang nabrak pagar. Tapi kok selang 10 menit ada mobil ambulans dan polisi datang di depan rumah saya. Memang tidak dengan sirine yang mengaung-ngaung, tapi saya jadi terpikir…ada apa? Lalu saya melongok ke luar dan melihat ke bawah lewat teras apartemen saya. Rupanya ada mobil yang miring, kelihatan habis mengelak atau menabrak sesuatu, dan mobil ambulans. Dari jauh terlihat di jalanan tidak ada “sisa-sisa” kecelakaan…. tapi ada sesuatu yang membuat saya tersentak. Tangisan anak kecil. Duuuh kenapa? Lalu saya melihat ada sebuah sepeda yang dipindahkan… OMG jangan sampai mobil itu menabrak sepeda dan anak yang sedang dibonceng ibunya mungkin …jatuh. Entah anak itu menangisi ibunya, atau dia sendiri menangis karena kesakitan. Langsung saya komat-kamit berdoa, Tuhan lindungi anak itu….

PhotobucketSatu email dari milis SMA saya yang saya terima sore tadi juga sempat membuat saya sedih. Sebuah pemberitahuan bahwa ada seseorang  yang merupakan suami teman saya yang saya kenal sejak SD meninggal dunia. Yang pasti dia mustinya masih muda …belum 50 tahun. Saya membayangkan teman saya itu yang menjadi janda. Duh….

Seketika saya merasa sulit bernafas, mulai stress dan sedih… mau menangis. Apalagi kebetulan saya itu saya sedang chatting dengan seseorang yang juga sedang stress. Kita sama-sama stress, dan akhirnya saya bilang… “jalan ke luar, take fresh air, atau bertemu teman-teman”. Huh mudah untuk menasehatkan tapi prakteknya? sulit. Apalagi waktu dia bilang, “adakah temanku?”. Ouw, saya juga jadi berpikir…. saya memang tidak punya teman akrab banyak. Dan menyadari bahwa belum tentu teman-teman saya mau membantu saya pada saat seperti ini. Si Lala aku telepon, dia lagi akan menonton Laskar Pelangi…. so jalan keluar dia adalah menonton film… Sedangkan aku bisa berbuat apa?. Akhirnya sesudah makan malam saya ajak anak-anak main air di bak mandi untuk berendam bersama. Escapism istilahnya mas trainer. Dan its feel good… Kebetulan papanya bisa pulang cepat (itupun sudah jam 9 sih) sehingga bisa main-main di tempat tidur, suatu hal yang langka sekali. Riku lompat-lompat di tempat tidur dan Kai juga ingin meniru tapi dia belum bisa berdiri… How cute is he…

So… musim gugur yang akan saya hadapi masih panjang… dan berlanjut ke musim dingin lagi… Akan banyak saat-saat saya akan merasa kesepian, ingin menangis tiba-tiba, moody dan kehilangan gairah hidup. Tapi untuk menghilangkannya hanya bisa kita sendiri, kita sendiri yang menentukannya. Tidak mudah memang, tapi akan saya coba…Mungkin ada saran-saran apa yang bisa dilakukan seorang ibu dengan bayi yang tidak bisa keluar rumah untuk menghilangkan stress???