Sabtu dengan pertentangan batin

11 Agu

aneh sekali judulnya ya… Tapi emang sepertinya Sabtu ini (9 Agustus) banyak pertentangan batinnya. Antara ingin maju ke depan, tapi seakan-akan ditarik mundur dan ingin mengenang masa lalu. Bermula dari pernyataan seorang teman di MP, “Mel, aku juga belakangan ini jadi agak males step back in time.” Kita termasuk orang-orang pencinta lagu-lagu 80-an dan selalu hunting musik lama yang langka. Sampai cari di toko loak, dan kalau ada satu yang sudah dapat akan upload di MP share dengan contactnya saja. Well, aku juga tidak sampai segitunya, ubek-ubek Aquarius saja sudah cukup. Dan sampai detik ini saya belum membeli CD jadul satu lembarpun.

step back in time…. perlukah? hanya untuk nostalgia….tapi juga membangkitkan kenangan lama. Untungnya saya tidak mempunyai lagu-lagu lama yang bisa dikaitkan dengan sebuah memori tertentu, yang bila mendengarnya bisa membuat menangis terharu-biru. Atau memang saya sudah mati rasa.
Well, seperti kata teman saya itu…step back in time mungkin tidak boleh sering-sering, dan dilakukan dalam kondisi hati yang sedang riang saja.

Sesudah menulis posting tentang pergi ke Cafe Pisa, lalu saya online di YM sebentar, dan bang Hery buzz saya tanya apakah hari ini ada reuni dengan sastra Jepang. Well, sebetulnya memang kita berencana untuk bertemu lagi makan siang. Tapi satu-per-satu anggotanya menyatakan tidak bisa. Untung saya belum pesan tempat juga, so… tidak jadi reunian nya. Kosong hari ini. Karena kebetulan Mbak Yuli bisa dan mau bertemu, Saya janjian dengan bang Hery bertemu di Starbuck Senayan City, jam 4 sore. Untung saja kita bertiga jadi bertemu, sehingga hari Sabtu ini bisa saya pakai dengan efisien (baca ngga bete di rumah). Dengan badan yang segar sudah dipijit Yu Tum, 20 menit ke Senayan City (lamaan cari taksinya deh). Dan memang jalanan macet.

Ngalor ngidul bercerita (maaf ya Bang dan si mbak yang cantikdan pintar …kebanyakan saya yang bicara) sambil makan es krim lewat jam 6:30. Karena si abang sudah capek nyetir, kita berpisah di lantai 3 tanpa makan malam bersama (ngga jadi deh makan di Ootoya). Hmmm lalu ada waktu banyak untuk jalan sendirian dan window shopping. Terus terang, window shopping bukan sifat saya. Ngga betah. Tapi waktu saya lihat ada toko buku internasional, saya masuki toko itu. Siapa tahu ada novel bagus, pikir saya. Sambil melihat-lihat buku-buku yang dipajang…. saya merasa kok saya berbeda dengan dulu. Tidak ada buku yang menarik untuk saya ambil dan paling sedikit baca sinopsisnya. Buku-buku yang dipajang berwarna pastel, kebanyakan bercerita soal cinta, anak muda dan backpacker, perjalanan…. (Kalau trilogynya Andrea Hirata sudah dibelikan Melati san jadi saya tidak usah beli lagi). Huh… kenapa tidak ada satu judulpun yang menarik sih? Sempat terpegang buku tentang Tarot yang pasti dibeli si Lala, seharga Rp100.000…. tapi masak aku saingan sih belajar Tarot sama Lala heheheh.

Ada deretan bukunya Agatha Christie…. sudah punya dan sudah baca semua. Ada buku2 komputer, ….tidak menarik (bagaimana cara Hacking…. buat apa coba?). Ada ceritanya Marga T, tapi cuman ada buku 4-5 nya saja…. Hmmm bete bener deh. Lalu saya kembali ke bagian pintu masuk dan bertemu dengan novel bahasa Inggris dengan judul Twilight. Wow judul blog saya…. The twilight saga…. Cerita tentang cinta seorang wanita dengan vampire. Cinta lagi…huh saya pikir but karena gaya cerita di sinopsisnya kelihatan bagus… ingin aku beli. Lihat harganya Rp169.000 dengan ketebalan seperti kamus Inggris heheheh. Satu buku tuh (mungkin sekitar 10 $ ya….) Dan saya ingin beli semua seri…berarti itu bisa menyita seperempat koper. So…hasilnya… saya batalkan beli, dan akan pesan melalui amazon saja sekembali di Tokyo. Memang lebih murah sedikit jika membeli di Indonesia, dibanding di Jepang. Tapi beratnya itu loh. Saya masih ada satu novel untuk persediaan baca di dalam pesawat, jadi cukuplah itu.

Sesudah dari toko buku, masuk toko CD dan beli DVD film Indonesia yang saya belum punya untuk koleksi. (Paling nanti Melati san yang nonton ya hehehhe)…. Dan pulang dengan rasa ingin tahu buku Twilight tadi. Cari-cari di web dan ketemu web pengarangnya Stephenie Meyer. Ada yang pernah baca? Kelihatannya novel ini akan difilmkan juga ya. Hmmm horor tapi romance… trus bacanya malam-malam hihihihi. terus bayangin vampirenya datang…terus …. ahh aku bayangin si Zorro aja deh (my hero when i was 7 y.o)

Softly he brushed my cheek, then held my face between his marble hands.’Be very still,’ he whispered, as if I wasn’t already frozen. Slowly, never moving his eyes from mine, he leaned toward me. Then abruptly, but very gently, he rested his cold cheek against  the hollow at the base of my throat.

As Shakespeare knew, love burns high when thwarted by obstacles. In Twilight, an exquisite fantasy by Stephenie Meyer, readers discover a pair of lovers who are supremely star-crossed. Bella adores beautiful Edward, and he returns her love. But Edward is having a hard time controlling the blood lust she arouses in him, because–he’s a vampire. At any moment, the intensity of their passion could drive him to kill her, and he agonizes over the danger. But, Bella would rather be dead than part from Edward, so she risks her life to stay near him, and the novel burns with the erotic tension of their dangerous and necessarily chaste relationship.

Meyer has achieved quite a feat by making this scenario completely  human and believable. She begins with a familiar YA premise (the new kid in school), and lulls us into thinking this will be just another realistic young adult novel. Bella has come to the small town of Forks on the gloomy Olympic Peninsula to be with her father. At school, she wonders about a group of five remarkably beautiful teens, who sit together in the cafeteria but never eat. As she grows to know, and then love, Edward, she learns their secret. They are all rescued vampires, part of a family headed by saintly Carlisle, who has inspired them to renounce human prey. For Edward’s sake they welcome Bella, but when a roving group of tracker vampires fixates on her,the family
is drawn into a desperate pursuit to protect the fragile human in their midst. The precision and delicacy of Meyer’s writing lifts this wonderful novel beyond the limitations of the horror genre to a place among the best of YA fiction. (Ages 12 and up) –Patty Campbell

Treasure every encounter, for it will never recur.

10 Agu

itu bahasa Inggrisnya 一期一会 Ichigo-ichie yang pernah juga saya tulis dalam topik [Idiom4 huruf]. Artinya menghargai setiap pertemuan (deai 出会い) karena mungkin itu tidak akan pernah terjadi lagi. Pertemuan itu hanya ada satu kali dalam kehidupan kita. Perkataan ini merupakan inti pemikiran Sado (茶道) The way of tea, yang diucapkan pertama kali oleh Yamanoue Souji, yang merupakan murid Sen no Rikkyu. Master of Tea Ceremony. Karena menganggap pertemuan itu untuk pertama dan terakhir, maka dengan penuh perasaan dia akan melayani tamu yang datang untuk minum teh.

Kalau saya menoleh dan mengenang kembali, Saya pernah mengalami Ichigo Ichie ini. Di sebuah perjalanan kereta, bersama seorang wanita China yang bekas pelajar asing di Jepang. Kalau tidak salah waktu itu dia sudah bekerja, sedangkan saya masih mengurus wisuda master. Kami berdua naik kereta, saya sendiri lupa dari mana sampai mana, tapi yang saya ingat, kami berdua berdiri dan perjalanan cukup jauh….. Mungkin dari Yokohama menuju Tokyo. Terus terang waktu itu saya dalam keadaan bingung, bimbang apa keputusan saya selanjutnya. Ada 3 pilihan yaitu melanjutkan program Doktor, atau pulang ke Indonesia, atau tetap bekerja di Jepang. Program Doktor saya hapus dari pilihan karena saya sudah lelah waktu itu, lahir batin… sesudah menyelesaikan thesis yang tidak mudah dalam bahasa Jepang. Dalam satu tahun saya harus membaca Kanji kuno (tidak kuno-kuno banget sih), lalu harus menyusun apa yang mau saya tulis di thesis, berdasarkan pustaka yang ada. Sampai dengan seminggu sebelum penyerahan thesis, saya mengubah susunan chapter…. sampai dosen pembimbing saya geleng-geleng kepala, meskipun dia lebih suka dengan susunan yang baru. But …1 minggu… seperti orang antara mati dan hidup.  Capek!! jadi melanjutkan bukan merupakan pilihan bagi saya saat itu.

Jika saya pulang ke Indonesia, saya akan kehilangan kehidupan saya dan berarti putus dengan pacar saya (sekarang mantan pacar)… tapi saya tahu bahwa saya belum tentu menikah dengannya waktu itu. Jika saya tinggal di Jepang, saya senang karena bisa bersama dia terus, tapi apakah saya akan terus bekerja sambilan sebagai dosen/guru honorer saja?  Bingung….

Tapi apa sebetulnya yang dilakukan si wanita China itu pada saya waktu itu?  Dia hanya bercerita tentang dia. Seorang wanita yang meninggalkan segala-galanya, juga pacarnya demi bekerja di tempat yang sekarang. Women Power!! Saya tidak ingat wajahnya…tidak pula tahu dimana dia tinggal, bahkan namanya. Yang saya ingat dia bertubuh kecil, bersetelan jas biru khas karyawan, begitu feminin tapi begitu kuat. Dia hanya berkata, “Apapun pilihan kamu, pasti bisa kok. Saya yakin kamu bisa. Kita wanita yang kuat, bukan? Gambatte ne“. Bukan suatu jawaban A atau B, tapi hanya sebuah sentilan bahwa apa saja yang saya pilih saya pasti bisa. Jangan dengarkan orang lain. Saya yang biasanya tidak suka pada orang China yang begitu egois, saat itu hanya terpana, dan turun di stasiun tujuan saya, sementara dia melambaikan tangan dari dalam kereta. OMG Saya lupa tanya teleponnya. Namanya…. tinggal di mana…. Bahkan saya tidak ingat mukanya. Tapi hari itu saya melangkah keluar pintu stasiun berjalan ke rumah saya dengan yakin bahwa saya harus tinggal di Jepang. Apapun yang saya akan lakukan. Itu pilihan saya. Satu episode hidup yang mungkin tidak akan terulang kembali. Ichigo-ichie.

Dengan pengalaman bertemu banyak orang sebagai guru bahasa Indonesia, saya menghargai setiap pertemuan dengan orang lain. Setiap orang membawa suatu pemikiran yang baru bagi saya. Dan mungkin itu  sedikit banyak mengubah pandangan hidup saya.

Ada satu episode kecil dalam sebuah taksi. Saya akan pergi rekaman di studio Radio InterFM suatu malam. Studio biasanya kosong di atas jam 10 malam sampai kira-kira jam 5 pagi sebelum dipakai untuk siaran pagi hari. Karena waktu saya siang hari juga sibuk dengan mengajar, saya sering mengambil jadwal studio pukul 10 sampai 3 pagi, dan pulang-pergi naik taxi dari/ke rumah. Seperti biasa saya sering bercakap-cakap dengan supir taksi dan dia bertanya,

“jam segini ke daerah sini, apakah kamu bekerja di Hakuhoudou?” (Hakuhoudou adalah sebuah perusahaan advertising Jepang terkenal yang berkantor dekat studio saya. Dan perusahaan advertisement biasanya tidak mengenal jam kerja)

“Bukan…saya bekerja di Japan Times, tepatnya di Radio nya.”

“InterFM? 76,1 MHz?”

“Ya…. saya bekerja sebagai DJ di situ”

“Pantas saya pernah dengar suara Anda. Saya dari tadi mendengar suara Anda, tapi tidak ingat di mana. Siaran dini hari dalam bahasa asing kan?”

“Ya setiap sabtu dini hari jam 2, bahasa Indonesia”

“Ya…. saya selalu dengar kata-kata “Indoensia”…. Saya tidak mengerti tapi saya senang mendengar suara Anda seperti bernyanyi dan lagu-lagu yang diputar juga enak-enak”

“Wah terima kasih ….. Hari ini saya akan rekaman untuk Sabtu besok. Karena itu saya ke sini malam ini”

“Gambatte…nanti saya akan dengarkan lagi. Senang sekali bisa bertemu dengan DJ nya”

Dan dia menurunkan saya di depan gedung Japan Times. Dalam siaran malam itu, Saya putarkan satu lagu khusus untuk dia, whereever he will hear me.

出会い本当に不思議ね DEAI hontouni Fushigi ne. Pertemuan itu memang aneh. Dari pertemuan dengan si supir taksi, saya sadar waktu itu bahwa suara saya bisa didengar oleh siapa saja. Dan mungkin ada seseorang entah dimana yang terhibur dengan acara saya. Itu membuat saya semakin bersemangat lagi dalam bekerja.

Si wanita China dan Si supir Taksi… ichigo ichie…..

Pijat =Tuna Netra

10 Agu

Sebetulnya kita tidak boleh mengkotak-kotakkan jenis pekerjaan dengan pelakunya. Entah kenapa ada saja pemikiran itu. Misalnya berbicara soal pijat, langsung timbul kata tuna netra.  Tukang kain = orang India. Salon rambut = “banci” (maaf, saya sendiri merasa enggan menuliskan kata ini sebenarnya). Banyak sekali pemikiran orang Indonesia yang sekarang saya merasa aneh dan kasar. Dalam bahasa Jepang ada kata HENKEN (prejudiced opinion) SABETSU (discrimination) dan kata-kata ini sekarang populer, dalam arti, bahasa Jepang giat sekali menghapus kata-kata yang pernah ada, yang mengandung prejudiced opinion /discrimination ini…. dan jumlahnya amat banyak. Memang di dalam bahasa Indonesia juga pernah terlihat usaha ini, yaitu misalnya mengganti kata “orang buta” menjadi tuna netra, “bisu-tuli” menjadi tuna rungu-tuna wicara, atau “pembantu” menjadi pramu wisma dll. Namun menurut saya masih banyak sekali ungkapan yang mengandung HENKEN/sabetsu  tadi itu.

Topik posting saya kali ini memang berhubungan dengan tuna netra, yang bernama Yu Tum. Pagi hari ketika membuka laptop saya, terbaca oleh saya tentang ramalan bintang (horoskop) saya hari ini. Hmmm hari ini bintang saya menduduki ranking satu, dengan lima bintang bernyala untuk urusan keuangan, cinta dan keseluruhan. Dan terdapat kata-kata….. jika merasa lelah minta dipijat. Hmmm saya tidak begitu suka dipijat. Kenapa? Karena merasa geli dan pernah juga merasa badan justru lebih sakit setelah dipijat (kayaknya dukun pijatnya waktu itu dukun beranak mungkin hheheh). Namun hari ini dengan berbekal kata-kata di ramalan itu, dan kekakuan pundak dan leher yang semakin menjadi-jadi, saya berkata di meja makan pagi tadi,

“Saya mau pergi massage/pijat!”.

“kemana mel? Bersih-sehat? (nama tempat pijat di Mayestik yang sering dikunjungi adik-adik saya termasuk Kimiyo)

“kemana ya? kok aku jadinya takut juga ya?” (saya mulai membayangkan saya justru akan stress berada dalam bilik itu….phobianya keluar nih)

“Kamu maunya 1 jam atau 1,5 jam mel?”

“Wahhh emang segitu lama??? ngga bisa cuman 30 menit?” (tambah mikir)

“panggil aja pemijatnya ke rumah….” usul Chris

“wah kalau bisa panggil ok sekali…(so aku bisa merasa nyaman dibanding berada dalam bilik itu) ”

Alhasil, seorang Yu Tum yang tuna netra datang ke rumah saya jam 13:45, saat hampir semua orang keluar rumah, ada yang pergi ke seminar, ada yang pergi ke pameran furniture di JCC…termasuk Riku. Yu Tum mulai memijat saya dengan pijatan yang tidak keras dan tidak geli. Dan sambil bercakap-cakap saya menikmati otot-otot yang tadinya kaku mulai mengendur. (entah kenapa saya itu hampir selalu mengajak bicara supir taksi, pelayan toko, dan sekarang Yu Tum….cerewet benar saya ini)

Dari percakapan itu saya mengetahui bahwa Yu Tum ini sudah tidak bisa melihat sejak bayi. Tapi sampai dengan 1986 dia masih bisa melihat sedikit cahaya, warna dan gerakan dengan mata kanannya. Ketika tiba-tiba mata kanannya itu menjadi gelap sama sekali. Dia menjadi panik dan pergi memeriksakan ke RS Aini, dan memang dia harus menerima kenyataan bahwa dia tidak bisa melihat seberkas cahaya tadi. Hhhh saya tak bisa membayangkan seandainya saya terbangun dalam gelap. Saya yang phobia gelap juga pasti tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan.

Dan pernahkah kita membayangkan bagaimana Tuna netra itu memilih baju? Mencocokkan warna? Memadukan warna baju dan rok sehingga pantas juga dipakainya? bukankah dia tidak bisa melihat? Yu Tum masih bisa meminta si penjahit bajunya untuk membuat rok atau baju dengan warna merah, karena dia belum punya. Dan meminta si penjahit memadukan warna dan model sehingga pantas dipakainya. Yu Tum pernah mengenal warna “merah” itu seperti apa meskipun sebentar. Bagaimana kalau dia sama sekali tidak pernah mengenal warna? Warna itu tidak penting lagi dan tidak berarti.

Sama halnya juga pada penderita buta warna…. bagaimana dia bisa membedakan warna? Kebetulan Chris,adik ipar saya juga merupakan pengidap buta warna ini. Pernah saya tanyakan ….”jadi kamu melihat seperti apa?” Jawabnya “Ya sulit untuk membedakan biru dengan ungu, warna dasar masih bisa dilihat tapi perpaduannya sulit. Jadi misalnya lampu lalulintas itu ya saya tahu kalau itu terdiri dari 3 warna… yang orang katakan sebagai Merah, kuning dan hijau”  Tapi apakah sebenarnya itu benar hijau yang saya lihat atau biru…saya tidak tahu. Memang ada beberapa macam jenis buta warna. Yang terparah adalah melihat dunia ini sebagai Black and White.

Cahaya, terang, gelap, warna, rasa, bentuk….. merupakan hal-hal lumrah yang mungkin tidak lagi perlu dipikirkan oleh kita, tapi sambil bercakap-cakap dengan Yu Tum ini, saya mengucap syukur bahwa saya boleh mempunyai indera penglihatan yang baik. Yu Tum yang dulunya pesinden, kemudian ganti profesi menjadi pemijat. Yang mempunyai cucu di Solo yang mengharapkan dia pulang lebaran ini… berhasil membuat pikiran dan otot saya yang tegang menjadi kendur dengan cerita dan pijatannya. Dan tanpa sadar 1,5 jam saya dipijat… yang tadinya menawar 30 menit saja…. dan mungkin akan disela oleh adik-adik saya “habis yang dipijat gede sih” hehehe. (Tapi Chris membela saya dengan berkata,”aku dipijat bisa 2 jam loh…padahal aku kurus ceking gini) thanks Chris.

Hari ini terjadi lagi sebuah DEAI (pertemuan) yang memberikan kesan pada seorang Imelda. Terima kasih Tuhan.

(tadinya mau foto si Yu Tum…apalagi pas mijit…tapi berhubung ngga ada yang bisa dimintain motret …ngga ada deh potretnya Yu Tum bersama pasiennya hihihi)

Meniti Kenangan #3 Pisa Cafe

9 Agu

Kamis malam ini (7 Agustus) aku pergi ke Pisa Cafe, Mahakam dengan Ira. Begitu aku mendarat di Jakarta, Ira adalah satu-satunya orang yang langsung kukabari kedatanganku. Karena aku pernah dimarahi waktu datang ke Jakarta dan memberitahu dia tiga hari sebelum kepulangan ke Jepang. Waktu itu aku beralasan, “Ra, aku kan tahu kamu sibuk….”. Lalu dia jawab,”Ehhh sama temen tuh ngga ada kata sibuk…awas loh lain kali ke Jakarta lagi harus kasih tahu. ” Ahhh baik sekali temanku ini. Biarpun dia sudah terkenal, tetap bersahaja, sama seperti suaminya. Tahun sebelumnya juga aku terpaksa membatalkan janji makan malam dengan mereka karena Riku demam, beberapa hari sebelum kembali ke Jakarta.

Di Pisa Cafe itu ternyata tiap malam ada pertunjukan music livenya, dan hari ini Kamis, yang main adalah Beda Band membawakan lagu-lagu eighties. Hmmm suaranya bagus, ambiencenya bagus, lagu-lagu yang direkues juga bagus-bagus.
—together forever —Just once — Have I told you lately that I love you– careless whisper– against all odds–hotel california–Overjoyed….. and seperate life (Phil Collins)…

You have no right to ask me how I feel 

You have no right to speak to me so kind 

We can't go on just holding on to time 

Now that we're living separate lives

lagunya sih enak tapi sedih amat…. Untung aku pergi dengan Ira, bisa sambil ngobrol, dan menikmati pizza dan ice cream yang enak. Kalau misal sendiri bisa nangis deh…(mana ada sih cewe ke Cafe sendirian mel?) Tapi kata Ira kelompok Band yang main Rabu, Romantic Four juga bagus. Sayangnya Rabu depan dia ada acara jadi tidak bisa menemani. So, aku akan pergi sendiri…hihihi kok dibela-belain banget sih? Seandainya ngga ada yang perlu dipikirin (anak-anak dan jam malam) mungkin cuek aja juga pergi sendiri. Nangis… nangis deh sana. Sometimes we need to let the feelings flow…..

Ngomong-ngomong soal nangis, tadi sore aku pergi ke Carrefour untuk mulai nyicil belanja barang-barang yang mau dibawa pulang. Kopi, bumbu-bumbu, Nutrisari (ngga ada sih di sana) dll. Sebetulnya begitu masuk carrefour permata hijau itu, aku langsung pusing dan mual. Ntah karena emosi atau karena warna. Warna barang-barang, kemudian terletak di lantai basement, membuat aku teringat kembali phobiaku. Dan aku harus menahan airmata yang ingin keluar tiba-tiba. Akhir-akhir ini penyakit ini mulai menghantuiku lagi. Psikis memang. Setiap menaruh barang ke kereta dorong, aku teringat bahwa aku harus kembali ke kenyataan, back to normal life dan yang sebenarnya melelahkan. (Hey, Wonder Woman juga bisa capek kan? and I have right to feel exhausted also)

Tapi ada satu hasil “panenan” belanja kali ini, yaitu aku bisa menemukan kopi yang “pas” buat aku. Dan ternyata si adikku Lala juga suka hehehe (aku ngga sadar bahwa kopi merek ini yang suka dia tulis di blognya). Biasanya aku tidak suka coffe campuran yang dijual di Indonesia. Terlalu manis, atau terlalu banyak creamnya. Biasanya aku campur 1 sachet kopi mix berbagai merek dengan kopi instant 1 sendok teh sehingga pahitnya kopi akan menutupi manisnya. Tapi untuk yang satu ini, aku bisa minum begitu saja (airnya dikurangi tapi). Hmmm karena aku cuma beli 1 kotak, dan langsung habis…kayaknya musti beli lagi deh kalau mau bawa ke Jepang.

Ada lagi ngga tempat-tempat Cafe yang tidak ramai, ada music live tapi jangan disco-discoan, makanan enak dan suasananya enak…. Maunya sih nonton Katon yang akan ngadain show tanggal 21 nanti, tapi aku sudah di Jepang tuh…. Dulu aku sering ke Fashion Cafe karena sepupu saya, Arbian sering nyanyi di sana. Tapi dia sekarang katanya sih di Surabaya….jadi ngga bisa dengar dia nyanyi deh…. (hmm telpon dia dulu ahhh)

Thank you Ira for a great evening. Padahal keesokan harinya Ira harus pergi ke Yogyakarta untuk 3 hari…. Kita dulu di SMA tidak begitu dekat ya…tapi aku senang sekarang kita bisa ngobrol santai, bicara masa lalu dan masa sekarang even for once a year. Dan siapa tahu tahun ini bisa ketemu di Jepang ya…..

Personality

7 Agu

Duluuu banget pernah liat di blognya mas trainer tentang test personality. Waktu itu mau coba tapi tidak ada waktu yang cukup. So kemarin iseng-iseng kerjain testnya dan ternyata hasilnya seperti ini:

Click to view my Personality Profile page

ternyata saya itu begitu ya? Musical yang tidak bisa main instrument dan baca not balok….

Ok what should I do next? Plan for 5 years ahead?

1. Besarin anak-anak

2. Jadi ibu RT yang baik

3. Jadi ibu Dosen yang baik (sambil belajar dari Mas Trainer)

4. Jadi webmaster yang baik (Sambil minta bantuan Marten)

5. Jadi editor yang baik (sambil ngelirik MY)

6. Jadi penulis yang baik (sambil ngelirik Bang Hery)

7. Jadi Wonder Woman dengan pakaian yang pantas dipake (diet…diet… sambil kedipin mata ke Lala)…. dan siapin rok mini (or baju minim) untuk hadir di kawinannya my sister di sby hehehe.

8. Launching proyek besar dengan dana kecil tapi konsentrasi besar…. yang sudah tertunda hampir 7 tahun …. apa tuh ya?

hmmmm apa lagi ya?

Pujian kepada wanita

7 Agu

Kebetulan ada sebuah survey di Jepang yang membuat ranking yang mungkin bisa menjadi masukan bagi para pria yang sedang mencari pendamping. Ceritanya kalau mau merayu, perlu juga mengetahui, wanita itu sebetulnya senang dipuji apanya. Jangan sampai salah muji dan akibatnya malah dibenci. Dan ternyata wanita Jepang paling suka dipuji dalam hal:

1. Pintar memasak
2. Kulitnya halus
3. cepat tanggap
4. bersihan
5. wajahnya manis kalau tersenyum
6. tulisannya (huruf) bagus
7. kelihatan muda
8. rambutnya bagus
9. gayanya chic
10. Baik
11. Tutur bahasa yang halus
12. jujur
13.pandai beberes
14. postur tubuh yang indah
15 sense of fashion
16. pintar
17. tangannya halus
18. pendengar ulung
19. gerak tubuh gemulai
20. bisa bekerja
21. berbau harum
22. pandai berbicara
23. tata cara (manner) waktu bersantap
24.  cara menuang teh/kopi
25. pandai berhemat
26. matanya bagus
27. pandai belanja (yang murah gitu)
28. suaranya merdu
29. kosmetik
30. transparan

Hmmm saya rasa wanita Indonesia juga sama ya, senang kalau dipuji, “Wah kamu masakannya enak”. Birapun masakannya mungkin biasa-biasa saja, tapi dnegan dipuji akan berusaha memasak yang lebih enak lagi”. Di ranking kedua senang jika dipuji, “Kulitnya halus” atau “kelihatan muda”, “Rambutnya bagus”, segala yang kasat mata namun harus hati-hati jangan mengatakan “Pintar bermake-up ya”, karena seakan-akan secara tidak langsung berkata “tanpa make up kamu jelek” hehehe.

Memang setiap orang akan berbeda, misalnya sudah pasti dia tidak bisa masak, lalu dikatakan “Masakannya enak ya”….marah lah ya…. Nah, untuk yang pria-pria silakan coba untuk memuji wanita yang disukai dengan berpatokan pada daftar tadi…. Tapi kalau saya pribadi terus terang akan lebih suka jika dipuji dengan nomor 16 daripada yang lainnya. (hayoooo siapa yang mau muji saya???)

Have a good day….

Hana = hidung

7 Agu

Mulai deh posting isengnya. Gara-gara baca di display widget laptop aku bahwa hari ini adalah Hari Hidung. Kalau mengucapkan bahasa Jepang “hana” saja memang tidak bisa langsung mengerti apakah yang dimaksud itu Hana yang berarti Hidung atau Hana yang berarti bunga. Tapi yang jadi peringatan hari ini adalah yang Hidung, karena hari ini tanggal 7 Agustus (8-7 dibaca HAchi –NAna) dan ditetapkan oleh Asosiasi Dokter THT Jepang.

Ada hidung mancung, ada hidung pesek, hidung bangir. Apapun bentuk hidung Anda, kita memang mesti bersyukur bahwa kita masih bisa mempunyai hidung, indra penciuman yang memungkinkan kita membaui sesuatu. Membaui makanan yang enak, parfum yang harum, atau bahkan bau tanah basah karena hujan (saya merasa ini adalah Aroma Terapi bagi saya…tanah basahnya Indonesia karena di Jepang sudah pavement semua). Coba bayangkan kalau tiba-tiba kita tidak bisa membaui sesuatu… betapa tsumaranai (membosankan)nya hidup kita. Tapi jangan sampai menjadi hidung belang ya….

asal-usul hidung belang menurut Remy Sylado : (Kompas 17 November 2001):

pada abad 17 di Batavia, seorang serdadu Pieter Cortenhoeff menjalin cinta dengan anak  GUbernur Jendral Belanda Jan Pieterzoon Coen yang bernama Saartje Specx. Rahasia cinta mereka diketahui sang GubJend, dan murkalah dia, ditangkapnya pemuda Cortenhoeff itu dan dicorengnya hidungnya dengan arang sebelum dihukum mati. Sejak itu orang yang ketahuan ‘bermain’ dengan wanita lain dicoreng dengan arang mukanya. Sekarang hidung belang dipakai sebagai sebutan laki-laki “playboy”. Satu lagi kata yang sering dipakai yaitu mata keranjang, yang artinya setali tiga uang, alias sami mawon. Dari mata…pikirannya langsung ke ranjang (tempat tidur) saja  alias ngeres deh…hehehe.

Keterangan berbahasa Jepang bisa dibaca di webnya Bapak Sasaki:


Kala satu ditambah satu sama dengan satu

5 Agu

Pasti saya akan dimarahi ahli matematika, karena sudah pasti 1+1 =2, bukan satu. Tapi jika Anda pernah mengikuti upacara pernikahan dengan cara agama katolik, maka pasti Anda pernah mendengar “sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.”(Markus 10:7)”

Bertambah lagi pasangan suami-istri di dalam keluarga besar Mutter, karena keponakan saya, Imma menikah dengan Ryggo, hari Minggu tanggal 3 Agustus yang lalu. Sudah lama saya tidak hadir dalam upacara pernikahan dalam keluarga besar kami karena saya berdiam di negeri lain. Dan dalam kesempatan ini, saya bisa menyegarkan kembali hubungan akrab yang pernah ada dalam keluarga kami. Memang biasanya pertemuan keluarga besar secara lengkap terjadi dalam dua “peristiwa” besar, yaitu kematian dan perkawinan. Hal ini sama juga dengan masyarakat Jepang, namun bedanya, jumlah anggota keluarganya berbeda. Sehingga terasa lebih cepat kita berjumpa dengan keluarga di Indonesia daripada dengan keluarga di Jepang.

Misa pernikahan dilaksanakan di gereja St Monika, BSD. Untung saja jalan menuju BSD dari rumah tidak macet, sehingga otomatis dalam 45 menit kami bisa sampai di sana (tentu saja dengan bertanya kanan-kiri untuk kepastian letak gereja). Misa dimulai pukul 1 siang, dan terus terang…. panas. Gereja ini tidak ber-AC, sehingga setelah sepuluh menit mengikuti misa, Riku menjadi gerah dan mulai merayuku untuk diperbolehkan pergi ke luar (sabar nak, di luar lebih panas daripada dalam ruangan!). Misa selama 2 jam ini dimeriahkan dengan alunan lagu-lagu dari paduan suara yang katanya sering menjuarai festival choir. Bagus… tapi menurut saya terkadang lagu yang dinyanyikan tidak cocok untuk dinyanyikan dalam gereja. Teringat akan Oma Poel F, pemimpin paduan suara Cavido, yang boleh dikatakan “cerewet” dalam pemilihan lagu. Misalnya lagu “Tonight I celebrate my love” rasanya tidak pantas dinyanyikan dalam misa…. entahlah, mungkin saya ini oldefo. Tapi memang perlu memikirkan juga kepantasan suatu lagu, untuk dinyanyikan pada suasana yang sakral itu.

Tapi ada satu lagu pop yang saya suka, dan karena dinyanyikan pada akhir misa, saya rasa tidak menjadi masalah. Berjudul “Congratulation” (dan ternyata berkat bantuan Mas Google ku…lagu dari Cliff Richard)

Congratulations and celebrations
When I tell everyone that you’re in love With me
Congratulations and jubilations
I want the world to know I’m happy as can be.

Who could believe that I could be happy and contented
I used to think that happiness hadn’t been invented
But that was in the bad old days before I met you
When I let you walk into my heart

Congratulations…

I was afraid that maybe you thought you were above me
That I was only fooling myself to think you loved me
But then tonight you said you couldn’t live without me
That round about me you wanted to stay

Congratulations…

Tak terasa badan ingin ikut bergoyang menyanyikan lagu ini. Hey, memang upacara pernikahan itu haruslah menggembirakan. Tapi….. jangan sampai mengikuti misa tanpa makan deh. Aku sendiri baru sadar bahwa aku belum makan apa-apa sejak pagi dalam misa, karena merasa pusing. Tapi dasar anak-anak, Riku terus-terusan berkata,”Mama kapan pulang? aku lapar…” Dan celakanya aku tidak bawa apa-apa dalam tas. Repot deh membujuk dia untuk bisa sabar. Dan memang misa 2 jam lama untuk dia, yang masih anak-anak, dan yang otomatis tidak mengerti apa-apa karena semuanya bahasa Indonesia.

Tapi laparnya seketika hilang, ketika dia bertemu misan-nya (katanya tidak boleh pakai istilah sepupu untuk anak-anak dari dua saudara sepupu, hmmm bahasa Indonesia ribet juga yah) bernama Timmy. Lalu dia tanya,

” Mama aku punya banyak misan?”

“Iya dong, kan mama punya banyak sepupu. Itu kakak-kakak yang dududk di situ semua misan-nya Riku.”

“E……. Yatta…. Aku punya banyak misan…. ”

Hmmm kalau dipikir, senang ngga sih punya banyak misan, banyak saudara? Kalau di Jepang memang ‘jumlah’ saudara itu sedikit, dan jaraaaaaaang sekali bisa bertemu. Kalau di Indonesia, keluarga dekat saja setiap ada pesta keluarga minimum datang 50 orang -100 orang. Jadi saya juga terbiasa masak untuk 100 orang (hmmm dulu pertama nikah sulit sekali masak “sedikit”) . Untuk Riku, punya misan/saudara banyak menggembirakan karena bisa bermain.

Riku senang sekali waktu keluar dari gereja mendapatkan “bekal” dalam kotak yang apik. Dia bilang,

“Mama, nanti di jepang, aku mau bawa bento pake ini aja”

“Ok,nanti mama taruh di situ ya makanannya Riku.”

“Tapi aku mau minta satu lagi untuk Kai”

Opanya dengar jadi jatah Opanya dikasih ke dia…. Lucu juga dengarnya. Tapi memang kemasannya apik sih, aku juga suka lihatnya.

Karena Opa masuk angin dan Oma kecapekan dua hari berturut-turut ikut acara, jadi malamnya Aku, Riku, Novi dan Chris saja yang pergi ke resepsinya. Di situ bertemu dengan Kepala Clan Mutter, Om Lody, opanya pengantin wanita. Dari Keluarga Mutter yang sepuh tinggal Om Lody, mama, Tante Dina dan tante Reny yang di USA. Terasa banget sepinya….soalnya biasanya kalau keluarga Mutter kumpul pasti ramai oleh canda tawa, meskipun dalam upacara kematian. Tinggal generasi aku yang boleh dibilang jarang ngumpul juga yang harus menjaga kerukunan keluarga besar Mutter ini.

Yang mngejutkan aku adalah aku tidak bisa mengenali beberapa saudara yang memang sudah lebih dari 20 th pindah ke luar negeri. Sesudah acara foto-foto bersama keluarga selesai aku heran juga ada seorang pemuda bule ganteng yang dikerubuti cewe-cewe pager ayu…hmmm coba masih muda akunya, pastilah aku ikutan ngerubutin hehehe. Wah ternyata si pemuda bule itu adalah keponakan jeh…. ngga jadi lah…. hehehe.

Berhubung bapaknya sang manten wanita bekerja di Bir Bintang, tersedialah stand BIr Bintang dan Green Sands. So Mama kampai dengan Riku deh. Tentu saja Riku tidak boleh minum bir ya (kalau mama boleh karena sudah 20th ke atas….–di Jepang merokok dan minuman keras baru boleh setelah 20 th ke atas)

Entah kapan kita bisa bertemu lagi, tapi yang penting sekarang saya harus menghafal nama keponakan-keponakan dan bersiap dipanggil “Oma” huh.