Momotaro dengan gamelan

22 Agu

Salah satu cerita rakyat Jepang adalah Momotaro, yaitu seorang anak laki-laki yang lahir dari buah Persik. Nah kebetulan ada info ini, kalau ada yang berminat menonton paduan Jepang-Jawa boleh juga tuh. (dari Milis Japan Foundation Jakarta)

Teatre Gamelan Momotaro The Peach Boy

(Cerita seorang anak laki-laki dan Raksasa)

Karya “Momotaro” digarap oleh grup gamelan Marga Sari di Jepang, bekerjasama dengan komponis, Makoto Nomura, dan banyak seniman-seniman lainnya selama 5 tahun. Karya ini merupakan karya kolaborasi antara gamelan, tari, teatre dan seni rupa dan pertama kali dipentaskan di luar negeri pertama. Karya ini dibuat berdasarkan dongeng anak-anak di Jepang yang mempunyai kemiripan dengan cerita Ramayana. Khusus adegan terakhir “Momotaro” Marga Sari telah menghebohkan penonton di Jepang dengan berbagai tema filsafat. Pementasan Marga Sari di Jepang mendapat sambutan luar biasa dan dinilai cukup tinggi khususnya untuk dunia seni kontemporer.

Dalam pementasan ini Margasari tidak menggunakan sutradara, naskah, dan notasi. Mereka menggarap cerita, sandiwara, musik, dan tari bersama-sama. Mereka berharap karya ini akan bermanfaat untuk perkembangan seni gamelan sendiri. Mereka beranggapan jika menggunakan gamelan sebagai media ekspresi yang universal mungkin lebih mudah dilakukan oleh non-orang Indonesia.

Penanggung-jawab

Supervisor: Shin Nakagawa

Musik: Makoto Nomura

Tari: Shin Sakuma

Artistik : Machiko Harada, Yuyu Tsuboi, Mutsumi Oku

Kostum: Yumiko Mizutani

Tata Cahaya: Sachiko Sakamoto

Pemain, Penari, dan Aktor

Shin Nakagawa, Makoto Nomura, Shin Sakuma, Naoki Homma, Hiroshi Ietaka, Manami Nishi, Kana Hayashi, Wiyantari Sakuma, Rofit Ibrahim, Hiromi Sasaki, Mami Oishi, Ozaki Kun, Mikuri Nakajima, Mio Nishioka

Kru

Machiko Harada, Miha Haneda, Manami Toyama, Kaori Okado, Takako Ijiri


Pentas di Jakarta

Theatre Gamelan Momotaro The Peach Boy

23 Agustus 2008 pukul 20:00 WIB –> mohon datang tepat waktu

Tempat: Bentara Budaya Jakarta

Tiket: Gratis

Pentas di Yogyakarta

Teatre Gamelan Momotaro The Peach Boy

26 Agustus 2008 pukul 19:00 WIB

Taman Budaya Yogyakarta

Tiket: Gratis

Karawitan dan tari Jawa – kolaborasi dengan Irama Tjitra Yogyakarta

27 Agustus 2008 pukul 19:00 WIB

Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Tiket: Gratis

Pentas di Surabaya

Teatre Gamelan Momotaro The Peach Boy

30 Agustus 2008 pukul 19:00 WIB

Cak Durasim Surabaya

Tiket: Gratis

Penyelenggara: Marga Sari

Kerja Sama:

Bentara Budaya Jakarta, Yayasan Kelola, Masyarakat

Karawitan Jawa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Ong Hari Wahyu

Sponsor:

Japan Foundation

Asahi Beer Arts Foundation

Pendukung

Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Osaka

Perusahaan Pendukung :

Naru Naxeba, Blue Way Comp. Ltd.

Tak selamanya jatuh itu sakit….

22 Agu

Jatuh sakit? pasti sakit sih….

Jatuh cinta/Jatuh hati? sakitnya jika tidak bersambut atau putus…

Jatuh tempo? Kalau deposito sih enak tapi kalau hutang…sakit euy.

Nah saya pernah mengalami jatuh yang tidak sakit…. Malah kepengen jatuh lagi soalnya empuk sih heheheh..  Makanya fotonya saya kasih judul “JATUH BAHAGIA” hihihi

huh posting yang ini bener narsis ihhh. gomen ne.

pertama kali dan mungkin terakhir kali belajar main ski di Sapporo, Hokkaido. Yang ngajarin kakek-kakek umur 70 tahun. Asal bisa jaga keseimbangan tubuh sih, sebetulnya olahraga ini tidak sulit. Yang sulit adalah biasanya harus start dari puncak bukit. Untuk ke bukitnya musti naik sky lift. Dan…. no way untuk saya, karena saya takut ketinggian. So, mungkin kalau ada kesempatan Riku dan Kai belajar main ski (bapaknya gen berasal dari Niigata, yukiguni, negara salju sehingga jago main ski), saya mungkin akan ikut dan naik sori saja, semacam kereta salju yang biasa dipakai anak-anak di tempat ski… biar deh malu, daripada saya mati berdiri untuk meluncur dari ketinggian. So…. saya juga tidak akan pernah bisa mencoba paraglider, parachutte, bunge jump etc etc….soalnya nyalinya kecil sih. And I am not a sport person.

(sapporo march 93)

Belajar kebudayaan sendiri

22 Agu

Pada waktu masih sering menjadi penerjemah (baca interpreter: penerjemah lisan) untuk kunjungan rombongan pemuda Indonesia ke Jepang, saya sering merasa bangga dengan pemuda Indonesia. Rata-rata di antara mereka ada yang bisa menarikan tarian daerah untuk dipertunjukkan dalam malam pertukaran budaya atau resepsi (Mungkin sebelum dikirim juga ada seleksi soal kesenian ….tidak tahu juga). Dan jika tiba giliran pemuda Jepang yang harus mempertunjukkan kebolehan mereka, biasanya mereka akan “kebingungan”. Jangankan menari, menyanyi lagu yang dapat diterima orang asing pun kadangkala sulit (paling-paling sukiyaki….. padahal sebetulnya sukiyaki yang sebenarnya itu lagu sedih loh) Kalau menanyakan pemuda Jepang, kebudayaan apa yang bisa kalian perkenalkan pada orang asing? paling-paling menjawab origami (seni melipat kertas), dan tentu saja ini tidak bisa dipertunjukkan di atas panggung.

Goo, sebuah search engine bahasa jepang mengadakan survei dengan pertanyaan “Sebagai orang Jepang, kebudayaan apa yang ingin dipelajari?” Dan dijawab dengan nomor satu : Memakai Kimono (seni memakai Kimono memang butuh keahlian tersendiri yang cukup sulit), kemudian Kemampuan Penggunaan Kanji (seperti TOIEC atau test bahasa lainnya tapi khusus Kanji Jepang), dan yang ke tiga adalah Kaligrafi.

漢検と書道で美しい日本語を 日本のアニメやゲームといったポップカルチャー、寿司などの食文化が海外で注目され「クールジャパン」という言葉が広まっています。そこで、今回は「一度は学んでみたい日本の文化」について調査を行ったところ、1位に《着物の着付》、2位に《漢字能力検定》、3位に《書道》がそれぞれランク・インしました。

Hmmm berarti tidak ada ya yang bisa dipertunjukkan di atas panggung…..(kok saya jadi terbayang Swara Mahardika ya?)

Hanya ada satu kali saya bertemu dengan pemuda Jepang yang bisa mempertunjukkan kebolehannya memainkan Nanking Tamasudare. Seni membuat bentuk-bentuk tertentu dari batangan bambu kecil seukuran yang diikat dengan tali. Dengan menggerakkan kumpulan batangan bambu itu, Dia membuat bentuk Tokyo Tower, atau Kail dll. Dan saya diminta untuk belajar sebentar (cuman 5 menit loh…) kemudian bersama-sama membentuk Hati  sebagai lambang persaudaraan. Kira-kira apa lagi ya kebudayaan Jepang yang dengan mudah bisa dipertunjukkan?

Berbahagialah kita orang Indonesia yang kaya dengan tarian tradisional yang bisa dipakai untuk menghibur orang asing…..

Rombongan biasanya terdiri dari 20 lebih pemuda….saya sendiri tidak bisa menari, tapi kalo disuruh nyanyi bareng pasti bisa. Dan pengalaman waktu pertukaran abad 21 Yuai, kebetulan penerjemahnya orang Indonesia semua dan masih mahasiswa (baca masih muda) , sehingga penerjemah sendiri jadinya buat acara…. Agung, Andre, dan Kus…..kemana ya mereka itu?

uuuh fotonya jadul euy…. tulisan ini pernah dimuat di multiply kemudian direvisi.