Sayang, seandainya saya tidak merencanakan pergi ke Yogya dari tanggal 5 Maret. Saya bisa menonton Jason Mraz jam 18:45 Jumat 6 Maret 2009 diExhibition Hall B hiks…. Jam 8 malamnya BUDJANA di Cendrawasih 3. Oh MY…. Matt Bianco jam 11 malam??? di Plenary Hall???? wah musti tahan ngantuk tuh.
Sayang, seandainya saya tidak bela-belain bertemu Lala, Mbak Tuti, Uda Vizon, dan Ibu Dyah jika available, maka Sabtu tgl 7 Maretnya saya bisa nonton Chaseiro di Cendrawasih jam 19:30. Sejam sesudahnya Glen Fredly di Plenary Hall dan jam 23:15 Maliq di Exhibition. Dan hari minggu nonton TOHPATI yess!!! di Cendrawasih jam 18:45, terus dengar penyanyinya Breakout, Swing Out Sister di Asembly 3….. hiks…
Sayang….sekali….. … hiks. Ternyata Tanggal 6-7-8 ada Java Jazz Festival 2009 di Jakarta. Tapi apa boleh buat saya ada acara penting sih di Yogya!. Untuk daftar lengkap bisa dilihat di http://www.javajazzfestival.com/2009/sched_festival_2009.php?action=all
Lucu ya bahasa Indonesia rancu begitu, Sayang bisa berarti LOVE, Darling tapi bisa berarti PITY juga.Saya sudah pernah cerita juga tentang murid saya lelaki Jepang, yang berubah warna mukanya, waktu saya jelaskan kata sayang itu mempunyai arti LOVE dan Darling. Ternyata yang dia tahu hanya PITY. Jadi rupanya ada seorang gadis yang selalu mengatakan sayang padanya waktu di Indonesia, dan dia sedih kenapa gadis ini tidak suka padanya, dan menyayangkan perjumpaan dnegan nya. TERNYATA….. hiks… Kasian ya dia, kehilangan kesempatan dicintai wanita Indonesia.
Jangan khawatir, di Tokyo belum turun salju. Meskipun udara di sini kering, sehingga berbahaya bagi tenggorokan dan juga kemungkinan kebakaran. Setiap pagi dalam siaran berita, pasti ada berita kebakaran. Dan yang menyebalkan bagiku adalah alergi serbuk bunga. Menjelang musim semi, pohon mulai menyebarkan serbuk sarinya dan itu membuat saya alergi. Bersin-bersin dan gatal-gatal. Susah deh. KAFUN 花粉,serbuk bunga menyebabkan penyakit modern baru yang disebut Kafunsho. Sebetulnya Kafunsho ini lebih disebabkan oleh serbuk pohon pinus.
Saya sendiri baru terserang penyakit ini kira-kira 10 tahun yang lalu. Waktu itu sekitar bulan Maret, saya harus pergi mengajar ke rumah murid yang letaknya dekat pelabuhan udara Narita. Karena agak desa, masih banyak salju yang tersisa, padahal di Tokyo sama sekali tidak ada. Nah, selama saya mengajar itulah saya bersin-bersin terus. Ternyata waktu pulang saya baru tahu, bahwa di belakang kompleks perumahan itu ada hutan pinus. Dan persis waktu itu angin bertiup…. waaahh sampai kelihatan itu serbuk menguning beterbangan. Itulah sumber dan penyebab saya sampai sekarang alergi serbuk bunga. Kalau bersin/pilek saja sih tidak apa-apa, karena saya sudah biasa. Sejak SD kelas 4 sudah langganan dokter alergi Dr. Karnen Baratawidjaja di RSPP dan disuntik 3 kali seminggu. Tapi alergi Kafun ini juga menyebabkan hidung, mata dan keseluruhan muka menjadi gatal. Mata berair juga. Menyebalkan sekali.
OK, back to SNOW. Hari ini adalah hari pembukaan Pesta Salju “Snow Festival” di Sapporo. Dan tahun ini adalah yang ke 60 kalinya. Memang festival ini selalu diadakan di awal Februari, di 3 lokasi tetapi yang paling terkenal adalah di Taman Odori. Taman ini terletak persis di bawah Menara TV Sapporo. Sayang sekali waktu saya berkunjung ke Sapporo beberapa tahun yang lalu, bukan pada awal bulan Februari. Tentu saja awal bulan februari ini yang terdingin di Sapporo, bahkan katanya siang hari bisa minus 11 derajat celsius.. Brrrrr. (Tapi ada kota di Hokkaido yang minimum suhunya minus 30 derajat! Bisa bayangkan tidak ya???Dingin tidak menghalangi wisatawan yang datang. Kabarnya paling sedikit 2 juta wisatawan dari luar dan dalam Jepang datang untuk melihat langsung bangunan-bangunan es ini.
Konon salju yang dibentuk menjadi patung-patung itu tingginya hanya 7 meter, tetapi sekarang seudah melebih 15 meter. Taman Odori ini dipenuhi oleh pahatan es yang menjadi bentuk yang indah-indah. Pemahat Es dari Indonesia pun sering memeriahkan festival Salju Sapporo ini. Jika tahun lalu dimeriahkan dengan bentuk bangunan megah, kastil jepang dan Cerita Narnia, saya belum melihat reportase tahun ini berbentuk apa.
Lihat perbandingan tinggi orang dengan bentuk yang dibuat. Tapi kenapa melihat gambar-gambar indah begini, saya tetap tidak mau pergi ke sana ya? Mungkin terlalu takut memikirkan untuk menghadapi temperatur dibawah 0 derajat? (Padahal waktu saya ke Munchen saat itu minus 15 derajat saja! dan tidak apa-apa, malah saya rasa lebih dingin Tokyo, karena Tokyo berangin). Jika Anda ingin menyaksikan pesta salju ini, masih diselenggarakan sampai dnegan tanggal 11 Februari nanti. Cuma, jangan berharap untuk mendapatkan hotel/penginapan karena sudah fully booked.
Sering kita jumpai kata ini untuk menggambarkan suatu kegiatan komunikasi dua negara atau lebih. Cross Cultural Program atau bahasa jepangnya 国際交流 kokusai kouryuu. Tapi saya ingat sekali ucapan Ibu Dr. Siti Dahsiar Anwar dalam kuliah Pengantar Kebudayaan Jepang, “Kok lucu budaya nya ditukar-tukar. Budayanya sini jadi budayanya situ. Emang semuanya digantiseperti barter barang saja. Jadi tidak cocok pakai terjemahan Pertukaran Kebudayaan!”
Memang benar sih, tapi juga memang sulit menemukan kata yang tepat. Kali ini saya mau pakai terjemahannya Pemahaman Lintas Budaya saja. Ya, di sekolah biasanya ada pelajaran yang disebut Kokusai Jugyou atau Kokusai Rikai, atau masuk ke Sougou saja. (Sougou itu semacam Pengetahuan Umum). Dalam pelajaran Pemahaman Lintas Budaya itu, biasanya disampaikan langsung oleh warga asing yang bermukim di Jepang. Saya pernah melaksanakan pelajaran “Pemahaman Lintas Budaya” itu di sebuah “Karang Taruna- tempat kegiatan pemuda-pemuda” di Isogo- Yokohama. Dan karena pesertanya remaja, waktu itu selain penjelasan mengenai Indonesia, kami masak soto ayam bersama, lalu makan bersama.
Tapi kemarin, saya harus menjelaskan tentang Indonesia kepada anak SD kelas 4 di SD Matsui 松井小学校, dalam mata pelajaran “Sougou”. Tanpa informasi yang lengkap seperti berapa banyak anak yang ikut, saya menerima permintaan teman saya Akemi. Saya pikir ad-lip saja tanpa harus persiapkan apa-apa. Tapi suami saya, sang perfeksionis, mulai menyantroni saya dengan…. kamu tidak bikin selembar ringkasan bla bla bla. Jadi deh saya cari-cari apa yang bisa saya tulis. Dan itu sulit! Karena saya tidak memprediksikan kemampuan seorang anak kelas 4 SD di Jepang. Saya tidak mau membuat sesuatu yang begitu serius dan kaku. Di kepala saya bahkan saya mau ajak bernyanyi “Topi saya bundar” atau bermain janken ala Indonesia (hompipah layung gambreng kek, suit kek).
Pagi hari akhirnya jadi dua lembar pointers, informasi umum tentang Indonesia dalam bahasa Jepang. Dan waktu itu saya teringat bahwa saya punya satu set angklung mainan, buah-buahan Indonesia dari kayu, batik-batik, buku foto mengenai Indonesia … jadi saya masukkan semua ke dalam satu kantong. Begitu lihat persiapan saya, Gen memberikan saya mainan “Bajaj-bajaj” an dan tukang bakso. Juga bendera Indonesia. Yosh! siap deh.
Jam 9:15, antar Riku ke TK naik sepeda, lalu kembali ke rumah. Persiapkan macam-macam dan jam 10 ke stasiun. Hari ini Gen libur, sebagai gantinya kerja Hari Sabtu Minggu 2 minggu yang lalu. Jadi aku tinggalkan Kai dengan tenang (Kai juga sama sekali tidak menangis! –sering-sering libur ya Gen hihihi). Sampai di stasiun Tokorozawa jam 10:45. Telepon dan sms sana sini, kemudian bertemu Akemi jam 11 di depan stasiun. Bersama kita menuju mobil yang menjemput untuk pergi ke SD.
SD Matsui ini ternyata sama tuanya dengan SD-nya Gen yang sudah berusia 134 tahun, didirikan tahun 1874, dua tahun sesudah adanya “Sistem Pendidikan Jepang”. Pada tahun 1875, jumlah SD di Jepang mencapai 24.000 sekolah, hampir sama jumlahnya dengan jumlah sekarang. Memasuki gerbang sekolah yang antik, kita bisa melihat sebuah bangunan baru yang tidak identik dengan Sekolah Dasar biasanya. Rupanya bangunan ini baru dirombak, dengan konsep kelak bisa dipakai sebagai tempat apa saja, entah itu panti jompo atau pusat rehabilitasi dan lain-lain. Kenapa musti sampai jauh-jauh berpikir demikian? Ya karena “kemungkinan besar” SD itu tidak diperlukan lagi, jika jumlah anak usia SD makin berkurang. Ini adalah kecenderungan yang mulai terjadi di Jepang. SD terpaksa ditutup karena kurang murid. (Kayaknya terbalik dnegan Indonesia ya, tapi inilah kenyataan. Jumlah bayi di Jepang makin sedikit, apalagi di kota besar)
Jam pelajaran sougou ini dimulai pukul 11:40 sampai 12:30. Saya lumayan kaget karena tidak menyangka harus mengajar di Aula dengan kehadiran 100 orang anak. Saya pikir hanya di kelas kecil dengan 30-40 anak saja, jadi bisa lebih banyak interaksi dengan murid-murid. Hmmm di kepala saya langsung berpikir, memutar otak bagaimana supaya murid-murid ini tidak bosan dan tidak tidur hehehe. (Tapi kalau murid SD kemungkinan tidur masih sedikit dibanding mahasiswa, karena gurunya 3 orang mengawasi terus). Saya awali dengan salam, langsung dengan pertanyaan,
“Tahu Indonesia?”…. serempak menjawab …”tidak!”
“Tahu Pulau Bali?”…. mulai kasak kusuk, dan ada yang menjawab, “Aku udah pernah ke sana!”
AHA….
dari situ perkenalan tentang Indonesia oleh Imelda Sensei dimulai hihihi. Dan tidak terasa waktu habis begitu saja, dengan minat yang besar dari murid-murid untuk menyentuh contoh Durian dan Angklung.
Setelah pelajaran selesai, murid kembali ke kelas masing-masing. Dan hari itu saya beserta Ibu Nishimura (dari PTA) ikut makan bersama murid-murid di kelas. Kebetulan ada 9 orang yang sakit flu, sehingga jatah makanan melimpah. Saya memang sengaja menerima tawaran mengajar di SD ini, untuk melihat suasana SD Jepang bagaimana. Siapa tahu bisa menjadi contoh jika Riku masuk SD nantinya.
Setiap murid diberi tanggung jawab. Makanan dibawa ke kelas dalam meja dorong. Ada yang bertugas membagi nasi, ada yang membagi sayur, dan ada yang membagi ikannya. Karena kemarin adalah setsubun, jadi menu makanannya spesial…. demikian kata gurunya. Meskipun saya tidak merasa itu spesial (biasa aja gituh). But kalau mau dipikir, makan di kelas bersama dengan menu yang sama, dengan perhatian pada balance gizi yang bagus, dengan harga tidak sampai 200 yen sekali makan, dan yang utama…. Ibu tidak usah pusing memikirkan mau bawakan bekal apa setiap harinya… Perfect!
:::::::::::::::::
Setelah selesai makan juga semua mempunyai tugasnya masing-masing. Ada yang mengumpulkan kotak susu, ada yang mengumpulkan plastik/sedotan, ada yang mengumpulkan piring sayur, mangkuk sup dan mangkuk nasi serta nampan. Semua bergerak… karena setelah acara makan ini mereka pulang ke rumah masing-masing. (Biasanya lebih lama)
Well, kemarin saya belajar untuk mengajar anak SD. Sempat terpikir untuk mengambil sertifikat guru, dan tanya ke Gen. Dia bilang musti belajar 4 tahun …. phew! ngga deh… mending aku meneliti yang lain. Jadi guru SD makan ati hihihi. Makanya saya kagum sama orang yang mau jadi guru SD. Wong dulu saya ditawari jadi guru SMP/SMA khusus laki-laki, saya tolak! Ngeriiii (Ngebayangin musti ngajar orang macam DV? hahahaha… eh De Britto itu cowo semua bukan sih?)
Sepulang ke rumah, saya menemukan rumah kosong. Rupanya Gen menjemput Riku dan setelah itu mengajak Riku dan Kai bermain di taman.
Dan pagi ini aku senang, karena Riku minta makan yang disediakan sekolahnya. Memang harus bayar 300 yen, tapi bisa istirahat buat bekal makan /bento (waktunya bisa untuk nulis hehehe. Kenapa kok 300 yen, lebih mahal dari yang SD. Itu karena makanan yang di TK dipesan ke perusahaan, bukan buat sendiri. Kalau yang SD itu dibuat di sekolahnya sendiri.)
Emangnya beda yah? Hmmm mustinya sih beda. Tapi saya lagi malas untuk mencari perbedaannya sekarang, karena sedang sakit kepala. NAH, sakit kepala tapi maksa tulis postingan baru, gimana sih?
Terus terang saya sakit kepala karena kebanyakan nangis. Menangis selalu membuat saya sakit kepala. Menonton film yang sedih pasti membuat saya menangis, dan kemudian sakit kepala. Karena alasan itu lah sebenarnya yang membuat saya tidak suka menonton film. Ya, saya tidak mau menangis!
Dan supaya saya tidak menangis, saya tidak mau membaca buku yang sedih juga. Kalau sudah tahu ceritanya sedih, biasanya saya sengaja tidak membaca. Kecuali ada tujuan lain, seperti menulis review. Tapi…. Minggu sore kemarin tidak sengaja saya memilih buku yang akhirnya membuat saya menangis… benar-benar menangis.
Kai tertidur sore, kira-kira jam 4. Tidak lama lagi saya lihat Gen juga sudah baring-baring di atas hot carpet dan ketiduran. Tinggal saya dan Riku yang masih terbangun. Riku seperti biasanya sibuk dnegan program tivinya. Well, saya mau membaca, pikir saya. Dan karena saya tahu, waktu saya tidak banyak apalagi kalau Kai terbangun, maka saya memilih buku itu. rectoverso.
Pikir saya .. tertulis ada 11 cerita, jadi kalau saya cuma sempat membaca 2-3 cerita, then tidak akan menggantung seperti kalau baca novel. Jadi saya buka lah halaman pertama, sambil memasang CD nya (yang sudah kerap aku pasang). Dan…. “Curhat buat sahabat” …. hmmm OK…. kadang memang mata kita buta terhadap cinta yang di dean mata. “Malaikat Juga Tahu” hmmm aku jadi mikir pada orang-orang yang kurang normal tapi punya hati. “Selamat Ulang Tahun” hmmm persis banget kejadian waktu ulang tahunku yang kemarin. Ingin memang memundurkan waktu. Sempat bingung dengan pronoun di “Aku Ada” . “Hanya Isyarat” juga indah. Kadang memang kita lebih baik hanya tahu sedikit dan cukup dengan pengetahuan itu. Ah pokoknya ceritanya bagus-bagus. Dan yang paling membuat aku menangis adalah “Firasat”. Sampai si Riku bilang, “Mama matanya merah… mama sakit?” Dan biasanya kalau sudah begini, dia akan datang dan mengatakan,”Mama jangan sedih, kan ada Riku”….
Dua jam menghabiskan 11 cerita, pakai menangis jadinya kepala sakit. Sebetulnya kalau ada banyak waktu lebih baik bacanya satu-satu diresapi. Dua cerita yang berbahasa Inggris mungkin perlu waktu lebih banyak. But bahasanya Dee enak dan pakai metafor yang bisa saya mengerti, sehingga membuat saya ingin baca lagi buku dia yang lain. Memang talented sekali ya dia, pantas ada seorang teman yang jatuh cinta padanya dan menulis di sms,”Seharusnya aku yang berdiri di sampingnya, bukan Reza!”. aih aih
Sempat kaget juga sih baca nama produsernya, persis pleg dengan nama adik laki-lakiku. Bukan kamu kan Ndy? Dan ngiri juga si Mang kumlod bisa foto sama Dee.
Nah, kenapa aku maksa posting dengan judul Sakit kepala? Karena hari ini tanggal 2 Februari di jepang ditandai sebagai hari Hari Sakit Kepala (tidak libur loh). Karena sakit kepala bahasa Jepangnya Zutsu, yang merupakan variasi pelafalan angka 2. Menurut saya, sakit kepala adalah keadaan nyeri, tegang, seperti dipukul-pukul, sakit di kepala, sedangkan untuk pusing lebih ke keadaan berputar-putar seperti vertigo. Kalau tidak salah dalam bahasa Malaysia, putar-putar (jalan-jalan) itu disebut pusing-pusing ya? Bagaimana dengan definisi ini menurut teman-teman?
Dalam kelembutan pagi
Buana berseri
Dibuai bayu dini hari
sejuk dihati
Kusambut pagi sendiri
Tanpa kau melati
Namun tak kulupakan dikau
satu denganku
Padamu angin kubertanya
Mungkinkah abadi
Bahagiaku kini
Kupasrah Illahi
(lirik oleh Baskoro – sebuah nama jawa yang saya suka tapi ada yang bilang Jockie Suprayogi… tidak tahu mana yang benar)
Pagi ini memang tidak bisa dibilang lembut. Karena sebetulnya amat sangat berangin…. dan dingin. Jam 6:30 aku keluar rumah dan berjalan dengan tergesa-gesa. Dan waktu aku lewat toko kelontong “Murata” tetangga rumahku, kulihat jam sudah menunjukkan 6:35. Tapi untung ketika tiba di halte bus, tertunjuk display digital bahwa bus akan sampai dalam 4 menit. Syukurlah aku tidak harus menunggu lama dalam dingin. Bahkan masih sempat memotret langit pakai kamera ponsel.
Sampai di Stasiun Kichijoji jam 6:59 … wah pasti terlambat untuk misa jam 7 pagi. Tapi biarlah, yang penting niat kan? Aku berjalan ke arah gereja. Masih pagi, belum ada toko yang buka. Tapi di beberapa toko yang akan buka jam 9 pagi, sudah terlihat pegawainya membersihkan dan menyiapkan etalase tokonya. Saya belum pernah bekerja di toko, tapi saya tahu kerja seperti itu juga berat. Pernah coba membawa nampan penuh berisi piring-piring? Itu memang membutuhkan ketrampilan sendiri. Yang saya pernah hanya mencuci piring untuk 400 orang…. dan itu memang menyakitkan tangan dan punggung (saya memang selalu bermasalah dengan punggung). Tapi kalau membayangkan arbaito mencuci piring, seperti yang saya dengar dari mahasiswa di Amerika? Uhhh betapa menyiksanya pekerjaan itu. Apalagi di musim dingin begini, tangan kering dan jika mencuci dengan air hangat, bisa menjadi luka-luka. Perih setiap terkena sabun. Saya selalu ngeri dan kasihan setiap melihat ibu temannya Riku. Seorang ibu rumah tangga yang anaknya 3 atau 4 deh. Tangannya hancur! Entah mungkin dia juga atopi, penyakit baru di Jepang semacam alergi kulit. Saya jadi teringat dulu waktu mahasiswa dan tinggal di keluarga orang Jepang, Nenek yang tinggal bersama selalu mengelus tangan saya dan berkata,”Tangan seorang putri… halus dan lihat kuku kamu masih bulat. Kalau bekerja keras, tangan tidak sehalus ini dan kuku pasti menjadi pipih.” Padahal tangan teman saya Ratih yang mungil itu masih jauuuh lebih bagus dan halus dari saya (Tangan gue gede bo!). Setelah menikah memang terjadi apa kata Nenek itu. Tangan menjadi kasar dan kuku tidak bulat lagi. Resiko menjadi seorang istri, ibu dan pembantu mungkin yah hehhehe. So teman-teman para suami, coba nanti dirasakan dan diperhatikan tangan istri-istrinya ya hehehe (tapi di Indonesia ada pembantu asisten sih yang kerja kan pembantu asisten… DAN JANGAN MEMBELAI TANGAN PEMBANTU ASISTEN UNTUK MENGETAHUI ITU YA… PLEASE hihihi)
Ternyata misa tidak diadakan di gereja, tapi di kapel kecil di sebelah altar. Agak ragu saya masuk, karena terlambat 8 menit. Tapi biarlah, toh belum sampai bacaan pertama. Jadi saya masuk dan duduk di sudut kapel. Umat semua setengah baya dan tidak sampai 20 orang. Pastor John, yang orang Indonesia berkotbah dengan bahasa Jepang yang fasih. Hebat! Saya sengaja tidak mau memperlihatkan muka saya sebelum kotbah, takut pastor grogi (Pastor grogi ngga ya? hehehe). Sayang saya lupa menanyakan pada pastor tentang hal ini. Padahal sesudah misa, kami sempat bercakap-cakap ngalor-ngidul mengenai politik segala. Saya diberitahu bahwa kemarin gereja komunitas Indonesia di Meguro kaya pastor, karena pastor yang datang sampai 3 orang hahahaha. Rupanya terjadi miskomunikasi. Tapi sedih juga mengetahui bahwa Pastor John akan dipindahkan ke Nagasaki akhir bulan Maret nanti.
Karena hari masih pagi, toko-toko belum buka, jadi saya langsung pulang ke rumah naik bus. Sampai di rumah teng jam 8:59. Membuka pintu dan melihat my three boys sudah bangun. The Big One lagi jemur pakaian… Wow thank you! Dan Riku tidak mau ketinggalan membuatkan toast untuk kita sarapan pagi. Well, hari cerah meskipun berangin, dan membuat orang ingin pergi ke luar, meskipun tidak cocok untuk berpiknik. Waktu saya selesai menuliskan posting ini, Riku, Kai dan papanya sedang pergi jalan-jalan. Riku naik sepeda, dan kai naik baby car. Itu anak juga senang sekali kalau tahu mau pergi keluar. Dia persiapkan sendiri sepatu dan tasnya!
Tadi malam tidak seperti biasanya, Kai tidur duluan. Dan tidak biasanya juga, saya tidak ikut tertidur. Waktu keluar dari kamar, saya lihat Riku sedang belajar menulis dengan papanya. Berkali-kali dia disuruh latihan tulis hiragana A. Memang hiragana A あdan O お hampir mirip (menurut orang Jepang sih ngga, menurut saya iya hehehe) . Rupanya dia disuruh gurunya untuk menuliskan kesan-kesan bersekolah di TK. Dan sebisa mungkin ditulis sendiri. Jadi papanya kasih latihan khusus. Saya juga sempat kena tegur karena salah urutan menulis hiragana. Karena setiap urutan ada maknanya yang membuat bentuk huruf itu balance. Ada 1-2 kata yang memang saya tahu salah karena urutannya salah. Pikir saya dulu, toh yang penting hasilnya sama! (tapi di Jepang ngga bisa loh punya pandangan seperti ini…. susah ya jadi orang Jepang — makanya gue ngga mau jadi orang jepang hihihi)
Setelah selesai menulis kesannya, Riku mau menggambar tapi sekali lagi dimarahi papanya. Buang kertas! Memang Riku boros kertas, karena hanya pakai satu sisi saja, dan tidak penuh. Dia tahu di mana saya simpan kertas untuk printer, sehingga dia suka ambil sendiri. Dan biasanya pas saya mau pake nge-print kertasnya sudah habis…. huh memang anak-anak! hehehe.Tapi saya tidak pernah marah soal kertas, kecuali kalau dia serakkan kertas di mana-mana. Saya tidak mau mematikan kreativitas dia menulis/menggambar. Tapi papanya tidak berpikiran seperti saya. Jadi saya beri Riku bekas kertas yang sisi satunya ada hasil cetakan print, supaya dia bisa pakai sisi yang masih kosong.
Tiba-tiba Gen panggil saya, dan bilang…. “LIhat Riku menggambar free-hand… hebat… aku dulu ngga bisa loh.” “Pasti anakku ini nanti masuk teknik” Anakmu? Anakku lah hehhehe. (iya…iya… anak berdua). Tapi Riku memang masih menggambar orang berupa kerangka, belum berbadan, padahal banyak temannya sudah bagus gambarnya. Well aku tidak mau membanding-bandingkan dengan anak lain, biar saja. Saat itu Riku menggambar sebuah bangunan dengan banyak kamar. Ada lift, ada tangga, lalu di setiap kamarnya ada kegiatan. Masing-masing kamar berbeda. Ada yang membeli jus di vending machine. Ada yang sedang melihat pameran lukisan, Ada yang duduk di meja dll. Dia jelaskan semua pada kami berdua.
Atau dia menggambar sebuah rumah sakit berbaling-baling. Katanya supaya jika ada orang yang tidak bisa pergi ke RS, RS nya yang terbang ke orang itu. Gen selalu kagum dengan kemampuan Riku mengingat sesuatu, baik itu film, tempat, perkataan atau peristiwa (Anakku hehhehe). Karena pagi harinya Gen menjelaskan mengenai Flying Doctor, Dokter helicopter yang menjadi topik dalam berita di TV. Jadi Dokter-dokter itu naik helicopter menuju tempat korban/pasien kemudian membawa pasien yang tinggal di tempat terpencil itu dengan helicopter. Penjelasan itu sekarang dia pakai untuk menjelaskan Rumah Sakit Terbang nya itu.
Kami bertiga mengelilingi meja makan. Melihat Riku yang enjoy menggambar, lalu sambil bercakap-cakap, sambil menghirup teh panas kemi melewatkan waktu bersama. Sambil menonton TV yang beritanya tentang PHK pabrik NEC yang sekian banyak itu. Lalu mengenai pesumo yang ditangkap karena membawa ganja. Dan dalam kehidupan nyata, saya juga tahu beberapa teman yang sedang berjuang melawan penyakit yang mengancam jiwanya. Atau teman yang kehilangan pekerjaannya…… Sedangkan kami di sini masih bisa mempunyai waktu nyaman ini bersama. Masih bisa makan makanan yang hangat tadi. Masih ada pemanas di dalam rumah yang menghangatkan musim dingin. Masih ada listrik yang menerangi sehingga Riku bisa menggambar, Gen bisa baca buku, dan aku bisa blogging. Kami mempunyai dua anak yang “manis” (kecuali kalau berkelahi dan berantakin rumah hehehe). Dan coba lihat anakku ini:
(Kiri Kai kemarin — Kanan Riku seumuran Kai di jkarta)
Kurang apa lagi coba?
Tuhan kusyukuri nikmat yang Engkau berikan pada keluarga kami.
Tadi pagi ada sesuatu di televisi yang membuat suami saya terlambat pergi kerja. Yaitu sebuah interview televisi Jepang dengan Merryl Streep, si pemain di film “Mamma Mia”. Wah memang dia sudah tua ya, sudah terlihat keriput di sana sini. Tapi ada satu kata-katanya yang cukup memberikan inspirasi (ah kata-kata ini aku tidak begitu suka… tapi ngetrend banget sih di Indonesia) yaitu, “Keep your spirit, jangan mau kalah dengan umur. Tapi jangan mengingkari umur juga. Yang penting jangan putus asa! ” 年に負けず Kira-kira begitulah kata-kata dia yang sudah diterjemahkan dengan subscript 字幕 di bagian bawah dalam tulisan bahasa Jepang (Dan saya selalu membaca script-script seperti itu, makanya saya benci jika terjemahannya salah)
Kenapa juga Merryl Streep diwawancarai hari ini? Ternyata hari ini , ya HARI INI tanggal 30 Januari 2009, FILM MAMMA MIA itu baru diputar di bioskop-bioskop di Jepang. WELL, coba baca ulasan adikku si Lala di sini. Postingannya di tanggal 13 Oktober jeh. Di Indonesia sudah main lama (udah kunoooo). Tapi di Jepang baru hari ini. Saya juga sudah bisa (sudah bisa bukan berarti sudah menonton loh… lain sekali… ) nonton di dalam pesawat SQ waktu pulkam akhir Oktober-November lalu. TAPI di bioskop Jepang, orang-orang Jepang baru bisa nonton HARI INI. Kenapa kok bisa begitu?
Ya, ini adalah sebuah masalah yang kelihatannya sulit untuk diatasi oleh masyarakat film di Jepang. Sudah pasti film-film dari Luar Negeri baik itu film hollywood atau film asing lainnya membutuhkan penerjemahan. Penerjemahan itu bisa berbentuk subscript (tulisan di bawah kalau di Indonesia dan di samping kanan kalau di Jepang — karena tulisan kanji itu dari atas ke bawah-kanan ke kiri) atau sulihsuara. Akhir-akhir ini lebih banyak film yang memakai sulih suara. Jadilah kita menonton film action di Swachi -chan ( Schwarzenegger) dengan suara om-om Jepang yang terus terang saja TIDAK MACHO sama sekali. Kalau sudah dipasang di televisi memang kita bisa switch ke bahasa asli atau bahasa Inggris, tapi kalau di bioskop kan tidak bisa seenak perut. Pasti yang dipasang yang bahasa Jepang.
Film Wall-e yang Riku tonton bulan Desember lalu juga sudah di-sulihsuarakan ke dalam bahasa Jepang! Oi oi… makanya orang Jepang sampai kapanpun akan sulit berbahasa Inggris karena tidak terlatih!. OK deh Karena Wall e adalah konsumsi anak-anak yang belum bisa bahasa Inggris, mau tidak mau memang harus memakai sulih suara. Saya katakan MAU TIDAK MAU!. kenapa? Ya karena sulit untuk memberlakukan penulisan subscript terjemahannya di dalam film. Nah! kenapa lagi tuh.
Untuk menerjemahkan pembicaraan bahasa Inggris ke dalam bahasa Jepang tentu saja memakai KANJI. Pengetahuan Kanji anak-anak SD- SMP tentu saja masih terbatas. Akan ada banyak tulisan yang mereka tidak bisa baca dan mengerti. Yah, kalau begitu pakai hiragana saja. Nah itu dia masalahnya, kalau pakai hiragana maka kalimat yang harus ditulis akan semakin panjang. Ternyata ada ketentuan bahwa panjangnya satu subscript film hanya boleh memakai 13 huruf dalam 2 baris. Alasannya manusia hanya bisa membaca 4 huruf dalam 1 detik. Dan ternyata sekarang pun jumlah huruf yang 13 itu menjadi semakin sulit. Banyak pemuda Jepang yang tidak keburu membaca 13 huruf itu. Ini berhubungan dengan menurunnya kemampuan pemuda Jepang menguasai Kanji, menurunnya berbagai pengetahuan umum, termasuk sejarah dan budaya. Misalnya Soviet dalam bahasa Jepang disebut ソ連(それん), dan banyak pemuda yang tidak tahu apa itu.
Jadi sekarang banyak pengimpor film asing yang berputar haluan membuat sulih suara untuk film-film yang akan diputar di bioskop maupun di video. Dan proses pembuatan sulih suara itu memang lebih memakan waktu daripada hanya menambahkan subscript pada film. Karena proses panjang itulah sering kali kami yang di Jepang harus menunggu film-film baru hollywood yang sudah diputar di Indonesia paling cepat 3 bulan sesudahnya. Ironis ya? Dan JUDUL FILM nya bisa berubah, disesuaikan dengan bahasa Jepang misalnya Basic Instinct jadi 氷の微笑 (harafiah nya senyum es). Karena itu saya paling benci kalau murid-murid saya memberitahukan judul film holywood yang sudah diterjemahkan. Pasti saya tanya, “Bahasa Inggrisnya apa?” hehehhe. Dan tentu saja mereka tidak tahu! Kalau sekarang enak, bisa tanya sama Paman Google. Dulu belum lahir tuh Pamannya.
Sebagai tambahan saya juga ingin menceritakan pengalaman nonton bioskop di Tokyo. Saya tidak tahu apakah akhir-akhir sudah berubah, tapi yang pasti jika kita mau nonton film di bioskop, kita membeli karcis secepat mungkin. Kalau film baru malah biasanya harus antri berjam-jam. Nah, kalau di Indonesia kan biasanya kita bisa memilih tempat duduk yang ada, sehingga kita bisa pergi dulu jalan-jalan dan sebelum film mulai kita kembali ke gedung bioskop itu. Nah, kalau di Jepang, tidak ada sistem memilih tempat duduk. Siapa cepat masuk dia bisa memilih mau duduk di mana. Karena itu, sesudah membeli karcis, semua akan antri lagi di depan pintu masuk. Bayangin deh, dengan tiket di tangan kita masih musti tunggu lagi 1 jam untuk berebut tempat! Bete bete deh. Pernah saya mau membeli tempat duduk VIP saja. Eeee ternyata tempat duduk VIP itu bedanya hanya berada persis di tengah-tengah bioskop dengan tanda alas duduk berwarna putih! Mending kalau kursinya kursi sofa empuk bisa selonjoran. No! sama seperti yang lain tapi ada alas sandaran bahu/leher berwarna putih. Harganya? dobel …. HuH! Mending nonton DVD di rumah saja. Tapi mungkin juga sistem ini sudah berubah, soalnya sudah lama tidak nonotn film di bioskop sih.
Tapi yang enak sih memang dulu pernah nonton film di bioskop di daerah Chiba (desa? …heheeh jangan marah ya untuk mereka yang tinggal di Chiba). Kita bayar satu film tapi bisa nonton berkali-kali asal tidak keluar dari bioskopnya. Jadi bisa juga masuk tengah-tengah film duduk, dan nonton lagi mulai awal (jadi bisa nonton satu setengah film hahahaha… bener-bener deh gaya mahasiswa. Kalo anak 80-an bilangnya BOKIS!!! (Yang pernah ngajak saya nonton di Chiba baca posting ini ngga ya hehehe)
So, apakah saya akan nonton Mamma Mia hari ini? TIDAK. Hari ini hujan terus, dan saya tidak suka menonton. Nanti saja kalau saya naik SQ ke Singapore mungkin bisa menonton film baru dalam pesawat (kalau Kai tidak rewel— Kalau Riku sih enjoy banget nonton film dia, waktu itu pp dia menonton Kungfu Panda dan terbahak-bahak sendirian. Dan film itu memakai sulih suara bahasa Jepang! )
(Tadi sempat lihat trailernya di http://www.mamma-mia-movie.jp/enter.html hmmm si Pierce Brosnan sudah tua ya —well saya juga sudah tua sih— padahal aku suka banget sama dia waktu main di Return of the Saint)
Seperti saya pernah tulis di posting yang ini, TK nya Riku mempunyai program “Pelajaran Terbuka” yang bisa dikunjungi oleh orang tua murid. Harinya berubah-ubah, dan hari ini juga diprogramkan untuk orang tua mengunjungi kelas Nenchou (5th). Kunjungan ini merupakan yang terakhir sebelum nanti bulan Maret dilakukan Wisuda TK. Jadi aku paksakan untuk menghadiri acara ini, meskipun lama-lama mengikuti acara seperti ini membosankan (lain halnya kalau aku tidak harus membawa Kai ya, biar bagaimanapun juga susah euy).
Acara dimulai jam 10 pagi, sedangkan Riku biasanya saya antar jam 9:20. Karena tanggung untuk pulang dan kembali lagi, jadi saya langsung tunggu sampai tiba pukul 10 di halaman sekolah. Kai yang sudah bisa berjalan kemana-mana merasa bebas. Dia memang lucu, selalu senang melihat banyak orang, apalagi kakak-kakak yang berpakaian seragam. Seakan dia ingin menjadi teman mereka, “Terima gue dong!”. Dan pagi tadi karena cuaca tidak hujan (mendung sedikit) maka anak-anak TK setelah menaruh tas mereka di lokernya, berhamburan ke halaman sekolah untuk bermain. Ada yang bermain bola, ada yang membawa tali dan bermain lompat tali sendiri atau bersama-sama, ada yang bermain di jungle jim, atau ada yang hanya berlari-lari saja. Duh anakku Riku, dia memang sulit untuk bermain bersama teman lain, sehingga dia mengambil bola dan bermain sendiri. Apalagi dia tahu aku ada di situ, jadi dia maunya dekat-dekat aku terus.
Kai yang melihat kakaknya bermain bola, juga ingin ikut bermain bola. Berusaha menangkap bola meskipun terjatuh beberapa kali. Karena aku berdiri dekat pintu masuk kelas, banyak teman-teman Riku yang mengenal aku, menyapa, “Riku Mama, ohayo gozaimasu”. Ah anak-anak ini memang angels. Ada beberapa anak perempuan yang datang menghampiri, lalu berkata, “Riku Mama, lihat gigi seri aku sudah copot dan sudah timbul gigi yang baru.” “Aku sudah 2 buah gigi loh”. “Kalau aku sudah 5 dong”. Aku jadi agak sedih, lupa mengingat gigi Riku sudah berapa yang tanggal ya? …..
Jam 10 kami masuk kelas, sebelumnya aku bawa Kai cuci tangan di depan kelas. Di depan setiap kelas ada sink untuk mencuci tangan yang tingginya disesuaikan dengan tinggi anak-anak TK itu. Jadi tempat itu merupakan tempat yang menarik bagi Kai, karena dia memang paling suka bermain air. Saat itu, ada seorang anak laki-laki yang datang, Kotaro kun.
“Riku mama, konnichiwa! Riku mama bijin ne (bijin = cantik)”.
Wah, menerima pujian dari anak TK !!!! Aku tertawa dan aku bilang padanya,
“Kotaro kun arigatou. Tapi mama kamu juga cantik loh”.
Ya, memang benar ibunya cantik, berbadan mungil dan baru melahirkan anak kedua. Mungkin tinggi ibunya hanya 150 cm, tapi Kotaro sendiri badannya tinggi. Pasti dia akan tumbuh lebih tinggi jauh dari ibunya. Kotaru kun adalah anak yang tertinggi di kelas.
Selama satu jam kami bisa melihat jalannya pelajaran di kelas Riku. Setelah bernyanyi-nyanyi dengan iringan piano (setiap kelas ada pianonya, dan guru TK wajib bisa bermain piano!) selama 30 menit. pelajaran dilanjutkan dengan bahasa Inggris. Pantas tadi pagi Riku bertanya pada saya, “Mama bahasa Inggrisnya doragon apa? ”
“Dragon!”
“Loh kok sama?”
“Ya sama, banyak loh bahasa Jepang yang memakai bahasa Inggris”
“Kalau tora apa?”
“Tiger”
Jadi waktu gurunya tanya, “What animal do you like?”, Riku menjawab Tiger. Waktu pulang aku tanya, kenapa Riku tidak jawab Dragon? Bisa tahu jawaban dia apa? “Kan aku tidak yakin apa dragon itu binatang atau bukan, jadi aku jawab tiger aja!”
Aku kaget…. dan aku bilang sama dia,
“Riku benar! karena pada kenyataan tidak ada dragon kan?”
Phew…..
Akhirnya satu jam melihat jalannya pelajaran di kelasnya Riku selesai. Satu jam yang pernuh perjuangan untuk menyeret Kai agar tidak mengganggu jalannya pelajaran. Kai serasa ingin jadi murid, langsung duduk di sebelah Riku. Kebetulan aja tempat duduk itu kosong, karena si empunya sakit tidak masuk. Waktu pelajaran bahasa Inggris, anak-anak duduk di lantai dan membentuk lingkaran. Kai langsung menghampiri dan ikut duduk dalam lingkaran!!!!! DUH DUH DUH… Karena kasihan jika mengganggu, saya langsung seret Kai keluar kelas dan membiarkan dia bermain air di tempat cuci tangan. Tapi kalau dipikir Kai tidak nakal. Dia hanya mau ikut belajar. Tidak seperti anak kecil lainnya yang lari ke sana ke mari berseliweran. Sayang sih masih harus menunggu 2 tahun lagi untuk memasukkan Kai ke TK. Karena TK di sini dimulai dari umur 3 tahun.
“Aku Ingin Pergi Jauh” Tooku e ikitai 遠くへ行きたい! adalah sebuah acara televisi yang menayangkan perjalanan orang-orang ke sebuah tempat. Program televisi ini sudah berjalan selama 35 tahun! Bayangkan 35 tahun setiap hari minggu pagi dari jam 7:30 sampai 8:00. Dimulai bulan Oktober 1970. Pasti ada Blogger yang bahkan masih menari-nari di awan alias belum lahir (Jeunglala aja belum lahir tuh). Program ini mengajak pemirsa pergi ke tepat-tempat di seluruh Jepang. Toko, Restoran, penginapan, wisata dan lain-lain. Pokoknya enjoy deh.
Tapi biasanya dalam program acara yang memperkenalkan suatu tempat, pasti akan diberitahukan cara untuk pergi ke sana, nama toko/penginapan atau restoran yang dituju, bahkan harga makanan/ tempatpun ditampilkan. Tapi khusus untuk program ini sama sekali tidak diberitahukan dimana, nama toko, harga dsb. Hanya diberitahu prefektur dan kotanya saja. Tapi tentu saja dari papan nama toko atau bentuk rumah dll ada tersirat hintsnya. Kata produsernya, biar acara kami seperti itu, karena jika orang bener-benar mau mengadakan perjalanan, maka mulai dari mencari informasi tempat dsbnya itulah perjalanan dimulai. Hari minggu lalu tgl 25 Januari 2009, program ini mengetengahkan prefektur Kanazawa yang terkenal dengan taman Kenroku yang tertutup salju. Saya belum pernah ke Kanazawa, padahal lumayan dekat dari Tokyo. Mungkin akan masuk dalam list perjalanan saya bersama dengan kota Nagasaki.
Anda ingin pergi jauh?
Well sebetulnya saya tidak ingin pergi jauh. Meskipun Belanda dan Spanyol ada dalam list saya. Saya justru ingin pergi mendalami tempat-tempat yang ada di sekitar saya. Masih banyak yang belum saya ketahui tentang Indonesia dan Jepang. Mungkin musim panas nanti kami tidak bisa pulang ke Indonesia dan akan berwisata di Jepang saja. Karena itu dalam kesempatan pulang kampung Februari nanti, saya berencana untuk pergi ke Yogyakarta. Paling tidak saya ingin memperlihatkan Borobudur yang termasuk World Heritage itu pada Riku sehingga dia bisa bercerita pada teman-temannya di SD nanti. Yang pasti dia bisa membanggakan diri karena dia sudah pernah pergi ke Yogyakarta, padahal papanya belum pernah.
Seperti tujuan program TV “Aku ingin pergi jauh”, perjalanan dimulai sejak mencari informasi. Kali ini saya dibantu oleh Uda Vizon, Wita, Lala juga Mbak Tuti dalam mengumpulkan informasi. Yang sudah pasti itienary perjalanan saya adalah:
Tgl 23 Februari, KOPDAR bersama writer dari Surabaya. Direncanakan sih makan siang, di daerah Sudirman/Thamrin, JAKARTA. Supaya banyak ibu-ibu seperti Jeng Rhainy dan calon ibu Reti juga bisa ngumpul. Jangan lupa bawa bukunya Lala + bolpen untuk tanda tangan (+amplop yang tebel juga boleh). Tadinya the famous Lala mau pulang ke SBY malamnya, tapi kayaknya bisa diundur, jadi mungkin bisa dilanjutkan sampai malam dengan karaoke dsb dsb. So, yang mau ikutan daftar ya (kirim email aja)… biar bisa dicarikan tempat yang enak nih.
Tanggal 7-8-9 Maret Kopdar+Wisata Yogya with Lala dan EM+Riku. Acara yang sudah pasti adalah tanggal 7 Maret pukul 15:00-17:00 “Bermain Bersama Bocah Kweni” yang diarrange Uda Vizon. Untuk latar belakang silakan baca postingan Uda yang ini. (Kalau ada yang mau titip sesuatu untuk anak-anak ini, saya bisa membawakannya)
Lalu tanggal 7 Maret pukul 18:00 Kopdar Yogya, makan malam bersama di Resto Taman Pring Sewu. (Kalo masih kuat mungkin karaoke sampai pagi hehehe). Tanggal 8-9 diplot untuk wisata, tapiiiii tergantung bangunnya jam berapa. SO… siapa saja yang mau ikut… baik ikut wisatanya, atau main bersamanya atau makan malamnya hubungin kami ya. (email saya atau Lala atau Uda Vizon). Nanti kami beritahukan lagi detilnya via sms)
Saya masih mengumpulkan bermacam informasi, tapi kalau di antara teman-teman ada usul (misalnya tempat yang jual bakwan malang enak di mana gitu — loh Yogya kok nyari bakwan malang hehehe). Maklum saya paliiiiing suka bakwan Malang (Tahun depan kudu ke tempat dewisang deh)
Ya, rencana saya pergi jauh kali ini adalah Yogyakarta tuh. (Padahal kalau lihat di peta ngga jauh juga ya)