Waaah karena mendapat pertanyaan/komentar dari Mascayo, saya jadinya dapat bahan untuk posting malam ini, sebelum hari berganti — dan sebelum bobo, capek euy hari ini (karena saya punya komitment pada diri sendiri untuk posting minimum 1 setiap hari). Pertanyaannya: “lho Tokyo baru tahun 1898 toh didirikan, lha sebelumnya apa ya Mbak?”
Heheheh, sebagai seorang sejarawan (gaya deh namain diri sendiri sejarawan) , jadi gatal deh kalau tidak menjelaskan sedikit tentang Tokyo, yaitu sejarah penamaan Tokyo. Memang Tokyo itu secara resmi didirikan tahun 1898, sebagai ibukota negara Jepang dan sebetulnya dinamakan Tokyo karena dilihat dari kanjinya juga bisa, yaitu TO =higashi artinya timur, dan Kyo dari kyoto. Karena kota ini berada di sebelah timur Kyoto, maka dinamakan sebagai Tokyo.
Nah Sebelum itu bagaimana, emangnya belum ada kotanya? Ada, dan namanya adalah EDO atau kadang ditulis dalam bahasa Inggris sebagai YEDO. Sampai dengan restorasi Meiji nama kota yang sekarang saya tinggali ini adalah Edo, baru kemudian berganti menjadi Tokyo. Pusatnya di wilayah Chiyoda, dengan istananya Edo Castle. Biasanya umum bisa masuk ke halaman Edo Castle ini waktu Kaisar berulang tahun yaitu tanggal 23 Desember. Terus terang saya belum pernah ke sini. (Tokyo Tower aja belum pernha masuk…. biasa lah kalau kita tinggal di kota itu, biasanya kita pergi ke tempat wisatanya sendiri paling akhir kan…pikirnya ntar aja lah… Saya mau tanya sekarang, ada yang sudah pernah naik MOnas? hehehe)
Nah, Edo itu merupakan ibukota pemerintahan Shogun (Jendral) keluarga Tokugawa yang menjadikan jaman pemerintahannya itu diberi nama Jaman Tokugawa 1603-1867. Saat ini Jepang menutup negeri dari bangsa lain, dan satu-satunya pintu masuk yang boleh dimasuki pedagang asing, dalam hal ini Belanda adalah Dejima. Selama hampir 300 tahun berkuasa, keluarga Tokugawa ini dianggap sukses menyatukan Jepang. Nah…. skripsi saya tentang sejarah pendidikan jaman Tokugawa ini, yaitu sekolah rakyat, mirip pesantren (tapi bukan) bernama Terakoya. Gitchuuu dehhh (ngga mau lebih detil ntar yang baca bosen).
Jadi Edo adanya mulai 1603? Ya nggak lah, sebelumnya juga ada tapi bukan sebagai ibukota pemerintahan. Kalau dilihat sejarahnya, Kota Edo bisa ditelusuri sampai akhir jaman Heian (704-1185). Jadi sebetulnya kota saya sekarang ini sudah tuaaaaaaaaaaa banget, tapi nama Tokyo nya itu masih muda…..
Yang saya mau katakan di sini bukanlah pelajarannya atau kurikulumnya… Tapi benar-benar beban yang harus dipikul setiap hari oleh seorang anak SD ke sekolahnya. Setiap anak SD di Jepang pasti mempunyai ransel bentuk demikian…semua seragam. Warna boleh macam2- tapi bentuk seragam semua. Dan sering saya kasihan melihat tubuh kecil itu harus membawa beban yang (kelihatannya) berat itu.
Beberapa hari terakhir ini selalu ada DM (Direct Mail bukan Daniel Mahendra loh) yang menawarkan ransel untuk anak SD. Masing-masing mempromosikan kehebatan ranselnya, dan yang biasanya ditekankan adalah bahwa ransel buatan mereka itu tahan selama 6 tahun, sampai lulus SD. Wahhh bisa bayangkan tidak ya? selama 6 tahun dari SD kelas 1 sampai kelas 6 ransel yang dipakai itu-itu saja. Dan ransel itu polos tak bergambar loh… kayaknya kok terlalu serius untuk anak-anak. Saya bayangkan sepupunya Riku yang bersekolah SD, ranselnya beraneka warna dengan tokoh-tokoh karakter yang mereka sukai. Dan biasanya besarnya disesuaikan dengan jenjang kelasnya. Semakin tinggi kelasnya, semakin besar ranselnya.
Tapi saya juga mendengar bahwa perlengkapan masuk SD ini biasanya diberkan oleh kakak-neneknya, sekaligus biasanya keluarga terdekat akan memberikan angpao, selamat memasuki SD. dan menjadi pika-pika ichinensei (Kelas satu yang berseri-seri). Hmm mudah-mudahan kakek-neneknya Riku mau membelikan ransel ini, yang saya lihat harganya cukup amat mahal bayangkan 40.000 yen euy, kalau dikurskan ke rupiah menjadi 3,2 juta rupiah… duhhh…. kenapa harus segitu mahal sih? Sayang anak?
Wiiiiihhhh judulnya aneh amat. OK kenapa saya pilih judul begitu. Tidak lain dan tidak bukan karena hari ini tanggal 29 September , ada 2 peringatan (ada 3 sebetulnya) yaitu peringatan untuk KUCING dan IKAN.
Pertama Ikannya dulu ya. Hari ini tanggal 29 dibaca sebagai FUGU. Ikan Fugu adalah ikan beracun… nama latinnyaTetraodontidae. Dan ternyata Ikan Fugu ini ada 185 jenis, dan diantaranya masih ada beberapa jenis yang bisa dimakan seperti Tora Fugu dan Mafufugu. Sedangkan yang bernama Kusafugu, racunnya berada di seluruh bagian tubuh sehingga tidak tepat dijadikan hidangan (kecuali yang mau bunuh diri kali ya). Ikan ini kalau kita ganggu maka perutnya akan mengembang dan duri-duri yang tidak kelihatan akan beridir menjadi seperti landak. Karena itu ikan ini dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Pufferfish”.
Ikan yang mengandung racun ini biasanya dikonsumsi pada musim dingin dan dimakan sebagai sashimi. Tahun lalu pada waktu tahun baru, keluarga Miyashita menikmati ikan mewah itu sebagai sashimi, dan siripnya biasanya dimasukkan lagi ke dalam sake, dan diminum bersama sake sehingga sake akan beraroma fugu. Tidak sembarang orang bisa memotong Fugu ini, hanya mereka yang mempunyai sertifikat saja yang berhak menjual Ikan Fugu ini. Rasanya? Saya sendiri tidak merasakan keistimewaan pada rasanya, tapi memang ikan Fugu ini muahaaaaal sekali. Saya tidak mau membuang uang hanya untuk makan ikan Fugu. Memang Orang Jepang suka bercanda dengan maut!
Nah, Kucingnya bagaimana? Mungkin Anda pernah melihat ada patung Kucing dengan salah satu tangan (kaki) terangkat, berwarna putih yang dihias di rumah orang Jepang, atau toko Jepang? Atau mungkin pernah mendapatkannya sebagai oleh-oleh? Kucing itu disebut sebagai Maneki-Neko. Maneki = mengundang… wah mengundang apa ya? Yang pasti dia mengundang keselamatan dan keberuntungan.Katanya kalau kaki kanan yang diangkat berarti mengundang keberuntungan (uang), sedangkan kalau kaki kiri yang diangkat mengundang tamu. Kalau dua-duanya? RAKUS hehhee, sehingga dikatakan sebagai BANZAI saja. Biasanya memang berwarna putih, tapi ada pula Kucingnya berwarna hitam dan dianggap sebagai Kucing Rejeki dan pengusir bala. Karena sekarang banyak yang memberikan hadiah kepada orang asing maka patung kucing ini disebut sebagai Dollar Cat atau Welcome Cat. (Teman-teman jangan minta saya bawakan patung kucing ini ya…karena semakin besar patungnya semakin mahal…nanti sayanya tidak beruntung malah buntung hihihi) Saya sih lebih suka memiliki patung kucing yang sederhana terbuat dari tanah liat yang ada lubang di bagian belakangnya…. Dulu banyak tuh berbentuk ayam jago atau malah kendi…iihhh kangen deh…nanti kalo pulang ke Jakarta mau cari ahhh.
Yang pasti Kucing ini tidak bisa makan ikan Fugu begitu saja, karena duri-duri dan juga racunnya. Kali ini Si Ikan menang dari Kucing deh.
NB: ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk sepupu kami, Amelia… yang berulang tahun hari ini. Mel…kapan ke Tokyo? aku tunggu loh.
Pernah tahu teppanyaki? Itu adalah semua jenis makanan yang digoreng di atas selembar wajan datar. Biasanya di restoran Jepang, koki akan masak tepat di depan para tamunya. Apa saja di goreng/dibakar di situ, mulai dari daging, seafood sampai crepes mungkin. Tapi ada satu jenis makanan yang juga dimasak di atas wajan datar itu yang diberi nama OKONOMIYAKI. Kalau Anda perhatikan, teppanyaki dan okonomiyaki, mengandung satu kata yang sama yaitu yaki. Yaki sebetulnya artinya membakar, seperti Yakitori (Ayam bakar =satenya Jepang). Tapi kalau berurusan dengan Yakisoba (bakmi goreng) atau Yakimeshi (nasi goreng), yaki menjadi rancu sekali…. karena tidak mungkin bakmi bakar atau nasi bakar…. meskipun juga sebetulnya tidak tepat disebut goreng karena minyaknya yang dipakai sedikit…paling tepat dikatakan ditumis.
OK biarlah ahli masak yang berargumentasi soal penamaan masakan-masakan itu. Kita lihat saja dulu, apa sih Okonomiyaki itu. O-konomi, o itu sebutan hormat (perhatikan saja kebanyakan kata bahasa Jepang memakai o- ) konomi = yang disukai/kegemaran. Jadi sebetulnya kalau mau ditanya, okonomiyaki itu terbuat dari apa? Maka akan sulit. Karena Anda bisa memasukkan apa saja ke dalam adonan. Bisa daging, bisa seafood, bisa ayam, bisa urat, bisa kerang ….apa saja. Tapi adonan itu yang penting. Adonan itu adalah cabbage (kol)yang diiris halus dan diberi telur serta tepung. Itu saja. Jadi mudahnya, kita bayangkan saja DADAR TELOR, yang kemudian diisi macam-macam sesuai selera. Setelah adonan dicampur, dituangkan ke atas lempeng besi panas itu. Setelah jadi, diberi saus bulldog (seperti saus Inggris) dan mayoneisse. BOleh ditambah irisan bonito (katsuobushi) dan nori bubuk (nori = gagang laut). Dan bagi orang Indoensia tentu saja bisa menaruh sambal di atasnya…hmmm pasti yummy. Karena itu saya sendiri pikir bahwa masakan Jepang yang satu ini pasti akan laku di Indonesia. Saya tidak tahu apakah sudah ada restoran okonomiyaki atau tidak …tapi ini sebetulnya sebuah kesempatan bisnis yang bagus.
Okonomiyaki yang terkenal adalah dari Hiroshima. Ciri khasnya, di antara dua dadar diisi dengan bakmi goreng. Jadi seperti sandwich dadar isi bakmi goreng.
Hari ini kami pergi ke toko jas AOKI, untuk membeli jas bagi Gen… bukan karena mau lebaranan tapi karena dalam minggu ini ada akreditasi di universitas tempat dia bekerja. Jadi harus tampil rapi…. cieee… Dan kebetulan hari ini kami mau mengajak Riku pergi ke toko okonomiyaki, karena dia belum pernah makan itu. Ehhh kok kebetulan sekali persis di depan toko jas itu ada sebuah restoran okonomiyaki. Jadi sembari kami menunggu celana disesuaikan panjangnya, kami pergi ke restoran tersebut. Kamarnya tatami, sehingga ada bagusnya dan ada jeleknya. Bagusnya Kai bisa lihat apa yang dia makan, tapi jeleknya…amat sangat berbahaya karena dia bisa tempelkan tangannya juga di besi panas itu. Belum lagi dia bisa langsung ambil makanan yang mentah atau matang itu dan langsung masukkan mulutnya. Akhirnya saya sih biarkan saja…. sehingga lantai jadi kotor … Dan gen yang orang Jepang itu jadi senewen, maunya bersihkan terus… padahal saya bilang, nanti kan bisa sekalian sebelum pulang. Susah deh memang kalau bawa bayi/anak kecil ke restoran. Jadi akhirnya kami cepat-cepat pulang deh.
Mulai kemarin malam saya merasa badan tidak enak… akan flu kelihatannya. Dan ternyata dari tadi pagi Riku juga mulai batuk dan … muntah-muntah. Memang saya dan Riku punya kebiasaan kalau batuk pasti muntah. Tapi saya tidak menyangka bahwa akhirnya malamnya Riku terkena demam dan sempat mengigau dalam tidurnya. Kelihatannya besok saya harus liburkan dia. Sementara saya minum obat saja supaya masih bisa bertahan menjaga orang sakit + Kai yang sehat minta ampun dan sudah mulai kelihatan nakalnya.
Hari ini juga hari bersejarah untuk Riku karena pertama kali gigi susu dia copot dan berganti menjadi gigi dewasa. Rupanya dia juga mendengar cerita bahwa gigi yang tanggal itu jika disimpan di bawah bantal maka akan ada peri yang datang. Dan seperti kebiasaan kita, di Jepang jika yang tanggal gigi atas maka dilempar ke bawah, sedangkan gigi bawah, dilempar ke atas. Tapi akhirnya dua-duanya (taruh di bawah bantal atau dilempar) tidak dilakukan, karena saya yang suruh simpan saja….
Oh ya, satu hari ini saya sudah menyelesaikan page INDEX, yang berisi judul2 semua postingan saya sejak awal sampai hari ini. Sehingga dengan melihat judul saja, mungkin akan tertarik untuk membaca postingan yang dulu-dulu… Mungkin ada yang terlewat belum dibaca, karena kadang saya bisa posting 3-4 postingan sehari. Paling sedikit memudahkan saya dalam pemberian judul, sehingga jangan sampai ada judul postingan yang sama. Selamat membaca.
(menulis posting sambil mendengar lagunya Marcell yang Firasat… enak-enak juga lagunya dia ya)
Kemarin (24 September) adalah hari Tatami. Mungkin ada yang sudah tahu arti tatami, tapi ada juga yang belum. Bagi yang pernah ke Jepang sih, pasti sudah tahu…atau bagi yang pernah ke restoran Jepang tradisional , yang duduknya di lantai. Itu pasti memakai tatami (mungkin di Indonesia sudah di modifikasi ya). Nah kalau mau diterjemahkan saya sih pikir lebih baik dengan kata: tikar empuk. Karena prinsipnya memang seperti tikar yang diisi dengan rerumputan sehingga seperti kasur tipis.
Tatami itu sudah ada di Jepang sejak jaman Heian 794-1185, asli dari Jepang bukan dari China (banyak kebudayaan Jepang memang yang diserap dari China tapi untuk tatami ini khusus dari Jepang. Ukurannya sudah pasti perbandingan 2:1 (empat persegi) dengan ukuran Jepang Shaku yaitu 1 tatami = 3 shaku x 6 shaku (910mm×1820mm). Yah kalau mau dikira-kira bisa dengan 1m x 2 m. Ukuran ini memang akan bervariasi kelak dengan daerahnya. Misalnya untuk daerah Kanto (Tokyo dan sekitarnya) atau untuk perumahan susun… ada perbedaannya sedikit.
Ruang tatami yang terkecil adalah yang memuat 4,5 tatami. yaitu mungkin sekitar 3x 3 meter kalau mau membayangkan kamar di Indonesia. Rumah Jepang sekarang biasanya mempunyai satu kamar tatami yang diperuntukkan untuk menyambut tamu pada siang harinya, dan jika malamnya tinggal menggelar kasur futon untuk berubah fungsi menjadi kamar tidur. Tapi tentu saja jika malas untuk mengeluarkan futon ini, atau untuk tidur-tidur ayam…. kamar tatami ini memang cocok sekali. Kamar tidur saya sekarang adalah kamar tatami seukuran 8 jo (8 tatami) tapi saya taruh tempat tidur di atasnya, karena terus terang saja, saya belum bisa menjadi orang Jepang yang tidur di atas futon di atas tatami. Kalau bukan spring bed, badan bisa kaku waktu bangun paginya. (kegedean sih badan kamu mel hihihihi)
Yah, kali ini saya ingin bercerita mengenai saya. …taelah… Sebetulnya bukan mengenai saya tapi mengenai Ikkyu san (seharusnya saya tulis sesuai pengucapan adalah IKKYUU san – u nya diperpanjang, dalam bahasa Jepang panjang -pendeknya vokal menentukan, tidak seperti dalam bahasa Indonesia karena tidak mengubah arti). Saya terdorong menulis tentang si Ikkyu san ini akibat pertanyaan Daffa yang ingin tahu siapa sih yang suka nampang dan berkomentar di blognya dia (avatarnya saya). Seorang pendeta Buddha tanpa rambut tetapi memukau hati seorang Imelda, sehingga Imelda, yang pake cybername sebagai Ikkyu_san ini, jadinya terdampar di negara matahari terbit.
Mereka yang hidup di jaman kejayaan tahun 80-an (kalau mau tahu trend tahun seginian tanya mas NH18 yang jauh lebih sering JJS daripada saya) tahu anime Jepang yang beredar saat itu yaitu Voltus V, dan Ikkyu san (mungkin juga Megaloman saya tidak yakin karena saya tidak pinjam videonya). Masih dalam format video betamax, serial Ikkyu san ini kabarnya hanya ada 5 jilid. (sebetulnya memang cuman dari 5 jilid itu yang kebanyakan orang Jepang kenal). Saya sendiri lupa menontonnya dalam bahasa Jepang dengan subtitle Inggris atau di dub Ingris dengan subtittle Jepang (setahu saya setelah saya bisa baca hiragana, saya masih sempat sewa 1 video untuk latihan baca hiragana). Lagu pembukanya, “Suki suki suki suki Ikkyu san…. ” (Suki artinya suka) itu selalu terngiang di telinga saya, tapi saya tidak bisa menghafal keseluruhannya karena terlalu cepat.
Ikkyu san adalah seorang pendeta Buddha yang amat terkenal di Jepang yang sangat cerdik dan bijaksana sejak dia kecil. Image pendeta Buddha ini menjadi lebih kuat melekat di dalam kepala orang Jepang dengan adanya film kartun Ikkyu san dengan beberapa episode-episode yang merupakan penggambaran dari kenyataan yang pernah tercatat. Film kartun Ikkyu san ini diputar selama 7 tahun, dari tanggal 15 Oktober 1975 sampai 28 Juni 1982 setiap hari Rabu dengan waktu tayang 30 menit. Keseluruhan cerita ada 296 episode dan merupakan film kartun yang terpanjang dengan rate pemirsa yang tinggi dan stabil selama 7 tahun. Setahu saya sekarang kita dapat membeli DVDnya satu series yang terdiri dari 10/11 DVD seharga 40.000 yen. (Nanti nabung ahhh beli, masukin wishlist) But of course semuanyanya bahasa Jepang tanpa subtittle. —- ada production house yang berminat? hehhehe—
Ikkyu san adalah nama sebagai pendeta Buddha, yang ditulis dengan kanji sebagai 一休さん hito yasumi (istirahat sebentar artinya) mungkin sekarang namanya jadi hiatus -san ya hihihi. Nama sebenarnya adalah Senggiku Maru, seorang anak bangsawan yang berkhianat terhadap shogun, sehingga perlu disembunyikan identitasnya. Ibunya Iyono Tsubone, menyerahkan Ikkyu ke dalam pengasuhan pendeta Osho, untuk ditempa menjadi pendeta Buddha. Ikkyu yang seharusnya hidup mewah dan bisa bersama ibunya, harus berpisah dengan ibunya dan itu yang paling membuatnya sedih. Oleh ibunya dia diberi omamori (jimat) berupa teru-teru bozu (dipakai sebagai penghalau hujan). Sehingga setiap ada masalah, Ikkyu akan berlari ke hadapan Teru teru bozu itu untuk berkeluh kesah.
Sebagai pendeta Buddha yang terkecil (waktu itu katanya berusia 6 tahun), Ikkyu sering dikerjain. Disuruh ini itu oleh sempainya terutama yang bernama Shuunen san. Cerita pada episode pertama menggambarkan betapa Ikkyu yang mungil itu harus pontang panting melaksanakan perintah Shuunen dan teman-temannya. Dia disuruh mencuci lobak di sungai. Dan waktu itulah dia bertemu dengan seorang samurai, bernama Ninagawa Shin-en-mon, yang diperintah Shogun (Jendral) untuk mengawasi Ikkyu. Oleh di Ninagawa, Ikkyu dipanggil Kozo san (Pendeta cilik), dan di situ Ikkyu mengatakan, “Anda panggil saya?”
Tentu saja si Samurai ini marah dan bilang, “Tentu saja, mana ada pendeta cilik yang lain di sini”
Lalu Ikkyu bertanya, “OK, ini apa? (sambil menunjuk lobak besar)”
Samurai,”Lobak”
“Lalu ini apa? (sambul menunjuk lobak kecil)
Samurai,”Ya, lobak….”
“Karena itu, lobak biarpun besar atau kecil…sama-sama namanya Lobak. Pendeta pun besar atau kecil, sama-sama Pendeta. Jangan panggil saya Pendeta Cilik. Lagipula saya punya nama, yaitu Ikkyu….”
Samurai itu tidak bisa berkata-kata lagi, dan mengakui bahwa korban intaiannya ini memang pandai.
Ikkyu san menjalani kehidupan di biara dengan senang, dan dia selalu membantu atau dekat/akrab dengan seorang gadis cilik yatim piatu bernama Sayo-chan. Ikkyu san selalu bersyukur bila melihat Sayo chan, karena dia tahu, dia masih mempunyai ibu, meskipun tidak bisa bertemu. Sedangkan Sayo chan, orang tuanya sudah meninggal dan tinggal bersama kakeknya saja. Dengan pemikiran ini Ikkyu san merasa kuat untuk menjalani “pengasingan”nya.
Dalam kehidupan berbiara ini, gangguan yang sering datang adalah dari sepasang bapak-anak perempuan yang bernama Kikyouya Rihei dan Yayoi, seorang pedagang yang sering bertandang ke Kuil. Yayoi san yang manja dan usil sering mengganggu ketentraman biara. Sedangkan bapaknya Rihei, tidak mau tahu kesopanan, dengan seringnya datang ke Kuil untuk bermain Igo dnegan Osho-san. Hingga suatu hari, pendeta-pendeta di biara itu ingin mengusir Rihei dengan cara memasang peringatan, “Barang siapa yang membawa atau mengenakan pakaian dari kulit binatang dilarang masuk Kuil”. Rihei san selalu memakai bolero dari kulit kelinci, tapi dia dengan cueknya memasuki kuil. Di pintu gerbang Ikkyu sudah menunggu dan berkata;
“Apakah Anda tidak melihat pengumuman itu?”
“Ohhh itu, ya saya baca. tapi di Kuil kan banyak yang terbuat dari kulit binatang. Buktinya ada gendang (drum) di dalam Kuil kan? Kenapa boleh ada gendang yang sudah pasti terbuat dari kulit itu di dalam Kuil?”
“Ya memang gendang itu terbuat dari kulit, karena itu terpaksa kami memukulnya setiap kali. Jadi kalau Anda mau tetap masuk ke dalam Kuil, saya terpaksa harus memukul kamu…”
Rihei san lalu melarikan diri takut kena pukulan Ikkyu.
Kepintaran Ikkyu yang termasyur adalah mengenai sebuah papan yang terdapat di jalan masuk sebuah jembatan. Cerita ini agak sulit diterjemahkan, tapi akan saya coba. Tulisannya begini,”Kono hashi wo wataru na” (Dilarang menyeberangi jembatan ini) Disini HASHI yang waktu itu tertulis dengan hiragana, berarti jembatan… tapi selain itu juga bisa berarti pinggiran. Karena itu Ikkyu san dengan gagahnya menyeberangi jembatan itu, dan tidak mengabaikan peringatan yang tertulis. Alasan ikkyu, “Saya tidak menyeberang di pinggiran kok, saya jalan di tengah-tengah jembatan” Jadi Ikkyu memakai sinonim kata hashi untuk menjelaskan tindakannya. Peristiwa ini sangat terkenal dan sering keluar di soal-soal ujian masuk SD…katanya.
Waktu membaca pertanyaan Daffa siapa sih Ikkyusan itu saya mencari lewat google dan ternyata ada beberapa cuplikan film Ikkyu san yang bisa ditonton di YouTube. Jika Anda mau melihatnya silakan ketik 一休さん atau monk Ikkyuu. Dan tadi pagi saya dibuat menangis terus karena saya menemukan sebuah episode terakhir dari Ikkyusan yang terbagi dalam 3 parts. Cerita yang 296 ini, memang harus diakhiri dan cerita penghabisan adalah dengan keluarnya Ikkyu san dari Kuil Angoku-ji untuk mengembara dan bertapa sendirian. Dengan bimbang, Ikkyu ingin pergi dari kuil itu diam-diam. Melihat keresahan Ikkyu san, Pendeta Osho-san memperbolehkan Ikkyu pulang menemui Tsubone ibunya dan diperkenankan untuk menginap. (sebetulnya pendeta dilarang untuk pulang ke rumah orang tua) . Ibunya langsung mengetahui bahwa pasti ada “masalah” sehingga Ikkyu san diperbolehkan pulang. Di situ untuk pertama kalinya Ikkyu mengatakan pada ibunya bahwa dia akan mengelana, pergi bertapa sendirian, keluar dari Kuil. Dan biasanya pendeta yang tidak mempunyai Kuil akan mengelana kemana kaki melangkah, bisa jadi mati kelaparan karena hidup dari pengasihan orang saja, atau bertemu dengan halangan-halangan lain. Ibaratnya pergi ke medan perang, belum tentu kembali. Dan malam itu Ikkyu san, bisa menikmati masakan ibunya terakhir kali dan tidur bersama ibunya. (Duuhhh you can imagine …bagaimana saya bisa tahan untuk tidak menangis…. dasar PMS juga mendukung saya untuk jadi tersedu-sedu deh…. banjir nih Nerima).
Perpisahan itu berat bagi siapa saja. Juga bagi Ikkyu san. Dengan mengendap-endap, dia tidak memberitahukan Sayo chan, sahabatnya…. lalu Shuunen san teman-teman se biara. Juga Ninagawa san si Samurai yang juga sudah akrab dengannya. Tapi semua usaha Ikkyu san untuk pergi tanpa lambaian tangan orang-orang yang dicintainya tidak bisa terlaksana. Karena semua sudah merasa keanehan Ikkyu yang biasanya ceria tetapi akhir-akhir ini murung. Sayo chan memberikan teru-teru bozu buatannya untuk disandingkan dengan teru-teru bozu buatan ibu Ikkyu san. Semua mengantar Ikkyu san dengan deraian air mata, sehingga Ikkyu san jauh melangkah menuju gunung dan lembah dan tidak terlihat lagi.
Saya sarankan untuk mereka yang sedang belajar bahasa Jepang untuk menonton film Ikkyu san ini. Karena selain bahasa yang bagus, di dalamnya terdapat ajaran-ajaran Buddha yang menjadi dasar pemikiran masyarakat Jepang. Siapa tahu juga bisa ketularan kecerdikan Ikkyu san dan dengan berusaha sungguh-sungguh Anda bisa mendapatkan IKKYU 一級 (level satu di Ujian Kemampuan Bahasa Jepang).
Memang saya pernah menulis tentang My Hero, Zorro dan kemudian Black Jack. Tapi sesungguh tidak ada Karakter yang melebihi kekuatan Ikkyu san bercokol dalam kepala saya sejak saya SMP… yang tidka saya sadari menuntun saya mengembara di Sastra Jepang, dan meneliti tentang Terakoya (Sekolah bagi masyarakat biasa) kemudian meneliti tentang pendidikan Indonesia jaman pendudukan Jepang dan akhirnya saya berada di masyarakat Jepang seperti sekarang ini. Emiko seakan berada di bayang-bayang Ikkyu san, yang mungkin juga kelak akan berkelana mencari arti kehidupan sesungguhnya. (hei bukankah kita semua begitu????)
— Tulisan ini saya buat untuk memperingati kedatangan saya 16 tahun yang lalu ke Jepang untuk jangka panjang, yaitu tanggal 23 September 1992. Terima kasih Tuhan atas perlindunganMu kepada hambaMu ini selama berada di negara asing ini, terlepas dari sanak keluarga, terlebih papa mama yang saya cintai…… (betapa aku rindu mereka terutama di saat-saat ini) bisa bertahan mengatasi kesepian, kebimbangan, kesulitan-kesulitan sekian lama dan akhirnya Kau anugerahi seorang suami dan dua anak yang menjadi tumpuan hidupku sekarang ini.—
Terus terang sebelum saya ke Jepang, saya tidak begitu tahu nama-nama pelukis terkenal dunia. Paling-paling di Jakarta saya sempat tahu pelukis lokal Affandi, atau Basuki Abdullah (sering lihat di gereja juga), tentu saja tahu seniman yang berhubungan dengan gereja yaitu Michael Angelo, atau si Van Gogh dan Rembrant (kebetulan ke museumnya waktu di Belanda). But selebihnya saya kurang paham. Katro banget deh.
Nah saya mulai berkenalan dengan seniman lainnya itu sebetulnya gara-gara diajak date. (Ngajak date kok ke pameran lukisan ya? ). Berhubung dia bilang, “Mel, aku punya tiket ke pameran dua lembar, mau ikut ngga? ” Jadi deh saya pergi ke Ueno Hakubutsukan (Ueno Museum of Arts) dan begitu masuk saya melihat lukisan Yesus di Kayu Salib yang begitu besar …. yang terus terang sampai saat ini saya tidak tahu karya siapa… hehehe.
Sebagai orang yang awam lukisan, saya lebih menikmati lukisan yang kelihatan real atau … romantic seperti Monet. Sehingga saya sering dikatakan sebagai penganut Impressionis (inshouha 印象派) . Padahal apa saja jenis pembagian aliran lukisan yang ada…saya tidak mengerti (ayo belajar mel, besok keluar ujian hihihi). Dan satu hal yang saya sempat dimarahi yaitu waktu saya berkata, “iiiih lukisannya bagus banget…seperti foto!” Dan saya diomelin panjang lebar, bahwa pelukis tidak akan suka jika lukisannya dibilang seperti foto bla bla bla bla… Yahhh, abis saya kan ngga tau mau komentar apa… masak cuman mangut-mangut aja?
OK sekian proloog untuk posting ini. Saya sebetulnya mau menulis tentang seorang Jepang yang sekarang bermukin di Amerika, dan kemarin tanggal 20 menjadi tanggalnya dia yaitu Hiro Yamagata. Pada suatu ketika, waktu saya jalan-jalan di mall, melihat sebuah lukisan yang memang menari. warna-warni dan modern. Saya baca pelukisnya Hiro Yamagata.
Hiro Yamagata (born 山形 博導 Hiromichi Yamagata, May 30 1948, in Maibara city, in Shiga prefecture, Japan) is a painter/ artist, based in Los Angeles, California. He has been considered as one of the most famous silkscreen artists because of his use of vivid colors in his pieces. However, he has been known as a contemporary artist using laser and hologram technology recently. He is recognized as a pioneer of contemporary laser art.
Hasil karyanya memang unik dan bisa membuat hati riang dengan melihat warna-warna yang dipakai seperti pelangi.
Saya juga melihat dia suka menggambar balon udara, sehingga karyanya bener-bener seperti penggambaran sebuah festival. Kalau saya pribadi mungkin lebih suka karyanya yang bernuansa biru ini. Sebuah danau di Jepang, BIWAKO.
Bener-bener posting orang iseng. Kemarin waktu mau membeli snacks dan minuman di toko kombini, saya melihat ada yang baru di rak minuman . Voila… Coca cola +vitamin C… hmmm ada-ada saja sih? Apakah pikiran bagian developmentnya dengan menambahkan kata vitamin, maka akan banyak yang membeli? Dans etelah saya coba ternyata emang ngga enak… atau belum terbiasa rasanya. Masih enakan cola clasic atau diet coke.
Akhir-akhirnya ini juga Kit-kat berimprovisasi sesuai dengan musim yang ada di Jepang. Mentang-mentang musim panas = suika, maka diproduksi limited edition Kit-kat Suika (Semangka). Besok-besok apel (sudah ada) dan Nashi atau pear (lupa ada ngga ya?)… Memang orang Jepang kreatif sekali. Mungkin di Indonesia harusnya buat Kit-kat pepaya atau pisang ya hehehe.
Penting tidak? Bagi yang bersuku Jawa, tidak mempunyai nama keluarga. Padahal katanya penduduk Indonesia 60% bersuku Jawa. Saya sendiri karena bukan berasal dari Jawa, dan mempunyai nama keluarga yang disandang turun-temurun tidak pernah merasakan masalah jika mengisi formulir misalnya. Terutama di negara asing, pasti akan ditanyakan Last Name (Famili Name) dan First Name. Anak dari Agus Setianto misalnya tidak harus bernama Joko Setianto. Yang paling mudah mungkin jika memakai istilah bin atau binti. Tetapi ini pun paling-paling bisa sampai 3 generasi ke atas, karena kalau lebih pusing yang membacanya.
Jepang juga dahulu seperti suku Jawa. Bahkan dahulu mereka tidak mempunyai nama. Baru tahun 1870 pada Restorasi Meiji keluarga di Jepang memiliki nama keluarga. Bagi yang berkelas bangsawan atau samurai mereka tidak sulit lagi untuk mendaftarkan nama keluarganya. Tapi bagi masyarakat biasa, tiba-tiba harus memilih nama keluarga, tentu akan repot. Mereka yang bingung akhirnya meminta pendapat dari pendeta Buddha atau Myoshu, seorang profesional pemilih nama. Memang sejarah “Nama” di Jepang ini panjang dan cukup ribet karena harus membuka dokumen sampai abad ke 8. Tapi yang menjadi tonggak adalah tahun 1870 ini.
Kalau Anda mempunyai teman orang Jepang, bisa memperhatikan nama mereka dari Kanjinya. Jika mempunyai unsur TA dengan kanji 田 berarti dahulu nenek moyang mereka adalah petani. Atau seperti nama keluarga Gen adalah MIYA 宮 artinya jinja sehingga diketahui bahwa nenek moyangnya dahulu bekerja di Jinja. (padahal yang saya tahu 3 generasi di atasnya adalah pendeta Buddha). Dengan gabungan kanji shita 下 miyashita berarti Dibawah Jinja (yaaahhh kerjaannya di luar jinja deh …statusnya masih rendah gitchuuu) . Tapi saya pernah bertemu murid yang bernama Miyauchi yang artinya Dalam Jinja…. dan kelihatan sekali dia bersikap “kaku” (baca: sombong heheheh). Dari merek-merek terkenal kita bisa mengetahui banyak nama keluarga di Jepang. Misalnya Suzuki, Honda, Yamaha, dan Bridgestone… loh… itu kan bahasa Inggris? Ya, itu adalah terjemahan dari Ishibashi yang artinya Jembatan Batu.
Tapi ada banyak pula nama keluarga Jepang yang sulit dibaca atau diucapkan, atau sulit dibaca kanjinya. (Kalau nama sendiri lebih banyak lagi yang tidak bisa dibaca). Saya sekarang sedang mengetes diri sendiri apakah saya bisa membaca nama-nama keluarga yang terdapat di Jepang. Biasanya itu saya lakukan pada awal tahun ajaran di univesitas. Kadang kali saya menemukan Kanji yang baru pertama kali saya lihat dan tidak tahu apa bacaannya. Apalagi kalau Kanji nama itu terdiri dari 4 huruf… bisa mabok bener deh. Demo… Gambarimasu !!
Kenapa saya posting ini? Karena tanggal 19 September ini memperingati “Nama Keluarga” yang ditetapkan th 1870… (tentu saja orang Jepang biasa tidak tahu… yang tahu itu Om Google Jepang hihihi)