Dunia penuh warna

8 Jul

Dulu theme aku di T.E.  berwarna-warni banget, pensil warna… sesuai dengan tujuan aku menulis bermacam-macam warna kehidupan di Tokyo sini. Aku juga suka smarties, suka pelangi, suka deh yang warna-warni (dulu sempet suka dengan merek  Be**tton) . Meskipun di antara warna-warna itu aku paling suka merah, hitam dan biru.

Dalam kehidupan kita, sebagai awal kita hanya tahu 3 warna dasar, yang kemudian berkembang waktu SD dengan mengetahui 12 warna. Senang ya membuka kotak pensil warna yang 12 warna itu. Tapi sebenarnya 12 warna saja kurang.  Dulu aku suka ngiler ingin beli kotak pensil warna yang 36 warna, atau 48 warna yang harganya tidak murah itu. Dan akhirnya beli juga pensil warna 36 warna,bahkan bisa diberi sapuan air sehingga menjadikan gambar seperti dilukis cat air. Padahal itu juga cuma beli dan disimpan saja, sayang mau dibuka, apalagi kalau ada Riku…pasti dia pakai dan hilangkan hehehe. Jadi kalau mau pakai harus sembunyi-sembunyi nih.(Waktu liat harga pensil semacam ini di Indonesia, ternyata lebih murah di Indonesia loh, emang buatan Jepang di mana-mana mahal jeh)

Pensil warnaku

Nah bisa bayangkan tidak, jika warna itu tidak hanya 36 warna tapi 500 warna? Yang pasti akan bingung untuk memberi namanya ya. Limaratus batang pensil warna ini satu setnya seharga 36.000 yen (3,6 juta rupiah) dijual oleh perusahaan catalog-shopping Fellissimo dan ternyata sangat populer di kalangan wanita dewasa. Katanya sudah ada 40000 pemesanan. Wow coba deh dihitung keuntungannya. Sampai perusahaan itu sendiri bingung kok, kenapa bisa laku keras di jaman resesi ini ya?

Mungkin orang-orang mulai melarikan diri dari stress dengan memandang warna-warna ini yang dia pakai sebagai interior, atau menyalurkan hobi dengan menggambar macam-macam menggunakan warna-warna ini. Tapi rupanya waktu dikirim tidak sekaligus 500 batang pensil, 25 batang setiap bulan, sehingga untuk melengkapinya perlu 20 bulan…. Heran deh aku orang Jepang kok sabar banget nungguinnya.

500 warna pemanis interior
500 warna pemanis interior

Untuk bidang fashion design di Jepang disediakan Sertifikasi Warna ( 色彩検定試験 shikisai kentei shiken), yang terdiri dari 3 tingkat. Tingkat 1 (ikkyu) yang paling tinggi, disusul tingkat 2 (nikyu) dan 3 (sankyu). Mau coba melongok soal testnya? Bisa dilihat di sini, tapi sayang semuanya dalam bahasa Jepang hehehe.

Meskipun aku  suka warna-warni, untuk beli 500 warna itu mikir dulu deh (kecuali kalo dikasih ya), apalagi untuk mengikuti ujian sertifikasi warna. Waktu saya cari keterangan biaya ujiannya, untuk level 3 seharga 7000 yen, level 2 seharga 10.000 yen dan level 1 seharga 15.000 yen…. Muahalllll. (Tapi kalau dengan sertifikat ini bisa dapat kerja ya bagus juga sih hehehe).

Jadi hari ini aku cukup bernyanyi saja deh bersama Sheila Majid…. Warna!

Warna by Sheila Majid

Lihat pada si pelangi
Seribusatu dimensi
Warna sari dalam sinar hidup kita
Menghiasi alam ini
Inspirasi dunia seni
Kusyukuri cindera mata Maha Esa

Dalam ku mencoba mengejari cita
Aneka warna nan menawan hidupku
Cinta teman setia menolong segala
Terima kasih kuucapkan padamu

Oh warna warna pada dunia
Ku terpesona, kau teristimewa
Oh warna warna bagai bicara
Menyeli hati sanubariku

Ada kalanya kelabu
Membuat hatiku pilu
Tersenyum ku bila warna ceria tiba
Berbagai cerita rupa
Emosi suka dan dunia
Mewarnai kehidupan alam maya

Warna sari pagi mendamaikan hati
Tergambar indah suasana di jiwa

bahan tulisan saya ambil dari sini.

Apa permohonanmu?

7 Jul

Hari ini adalah Festival Tanabata, keterangannya bisa dilihat di posting saya tahun lalu. Dan selalu setiap menjelang Tanabata ini, siapa saja, terutama anak-anak bisa menuliskan permohonannya di kertas yang diberi nama 短冊 tanzaku, untuk kemudian digantungkan di daun Sasa (seperti bambu halus). Jadi hari ini Riku dan Kai membawa pulang daun Sasa itu beserta permohonannya untuk ditaruh dan menjadi hiasan di rumah.

Permohonan Riku yang dia tulis sendiri adalah : “はやくはしれますように Hayaku Hashiremasuyouni Semoga bisa berlari cepat”. Sedangkan permohonan Kai, tentu saja saya yang tuliskan, “Semoga sehat selalu”.

Peringatan Tanabata yang terkenal di Jepang diadakan di Sendai, Tohoku (Jepang Utara). Bermacam hiasan tanabata yang besar-besar dapat ditemui di sana. Tahun 1994, saya pernah keliling Tohoku (Jepang Utara) untuk mengikuti 3 festival musim panas yang terkenal di Jepang, dan salah satunya adalah Tanabata ini.

Berfoto di Stasiun Sendai
Berfoto di Stasiun Sendai (jadul banget yak)

Ada satu lagu yang khusus dinyanyikan pada waktu tanabata yang berjudul “Tanabata sama”. Lagunya bisa dinikmati melalui clip dari Youtube.

1、ささの葉 さらさら  Sasa no ha sara sara
のきばにゆれる  nokiba ni yureru
お星さま きらきら ohoshisama kira-kira
金銀砂子(きんぎんすなご) kin gin sunago

2、五色(ごしき)の たんざく  goshiki no tanzaku
私が書いた  watashi ga kaita
お星さま きらきら  ohoshi sama kira-kira
空から見てる Sora kara miteru

So, di hari Tanabata ini, jika ditanya apa permohonan Anda? Anda akan menuliskan apa di Tanzaku itu? (Mungkin untuk tahun ini saya akan tulis, semoga pemilihan presiden RI esok hari bisa lancar dan aman)

Taman Nasional untuk Keluarga

6 Jul

Hari Minggu (5 Juli) kemarin… semua bangun pagi. OK, hari ini kita mau jalan-jalan dengan syarat murah meriah, jangan terlalu jauh. Banyak alternatif, termasuk mau ke pantai di daerah Kanagawa dan kebun binatang Tama karena Kai belum pernah pergi melihat pantai dan binatang. Tapi… jauh. Memang sih kemarinnya aku sempat bilang pergi ke Taman yang dekat rumah, Taman Shakuji Koen. Tapi kok agak bosan ya? Pengennya sih cari bunga Ajisai (Hydrange) sebelum musim Ajisainya habis, tapi untuk ke Toshimaen juga malas.

Jadilah kita pergi ke Tachikawa, Showa Memorial Park yang terletak kira-kira 30 menit bermobil dari rumah kami, 45 menit karena macet. Aku sendiri sudah pernah ke sini, waktu ada acara Kebaktian Padang dari Keluarga Masyarakat Kristen Indonesia, September tahun lalu. Tapi Gen belum pernah, sehingga dia cukup enjoy pergi ke sini.

Taman ini adalah taman nasional yang dikelola untuk negara, yang maksud pendiriannya untuk memperingati 50 th Kaisar Showa menjadi Kaisar/ Tenno. Taman seluas 180 ha ini hampir 90% dibuka untuk umum. Tadinya aku pikir Taman ini adalah taman milik negara yang terluas, eee ternyata masih ada yang lebih luas lagi yaitu hampir 5 kali lipatnya di daerah Osaka. Tapi kalau di Tokyo aja sih emang yang paling luas.

Kami parkir mobil di parkiran yang disediakan oleh pengelola dengan biaya 820 yen/hari. Lumayan lah kalau dibanding dengan biaya parkir Disneyland yang 2000 yen/hari. (Ya ngga bisa dibandingkan juga hiburannya kan lain heheheh). Lalu kami berjalan ke pintu Gerbang Tachikawa, membeli karcis masuk taman seharga 400 yen untuk orang dewasa,  dan 80 yen untuk anak SD/SMP.

Ternyata waktu kami memasuki pintu gerbang itu, ada disediakan meja dengan kertas tanzaku untuk menulis permohonan, untuk menyambut tanabata festival tanggal 7 Juli nanti. Riku langsung menulis di tanzaku tersebut, dan aku temani karena kadang dia masih lupa bagaimana menulis hiragana untuk huruf tertentu. Dan aku tertegun waktu dia menuliskan “Shizen ga zutto arimasuyouni” “Semoga alam terus terjaga”…wah environmentalist banget si Riku ini, sambil merasa bangga pada anakku.

Setelah mengikatkan permohonan itu di ranting bambu yang tersedia, kami berjalan melewati payung dedaunan dari pohon yang amat teduh, menyusuri jalan dengan kolam  di tengah dan kami sampai di air mancur, di ujungnya. Ah bagi kami penduduk Tokyo yang terbiasa sempit-sempit,  senang seklai melihat lansekap yang begitu luas.  Kami terus berjalan memasuki areal taman, dan sampai di sebuah lapangan dengan halte kereta Park Train. Kereta mobil ini akan mengelilingi taman selama 40 menit, dengan biaya 300 yen/dewasa atau 150/anak. Mengingat taman yang luas ini, pasti kami tidak bisa mengelilinginya dengan berjalan kaki, jadi kami naik kereta ini untuk sekaligus mendengarkan penjelasan dari kondektur mengenai tempat-tempat yang kami lewati.

Akhirnya kami turun di Kodomo no Mori, “Hutan untuk Anak-anak”. Di sini ada pelajaran membuat sempritan dari daun. Tapi Riku lebih tertarik membuat prakarya di bengkel seninya. Jadi kami ke kantor pengelola dan di situ Riku diberikan 3 buah donguri (biji seperti blinjo) . Rupanya akan membuat hiasan totoro dengan memakai kayu dan buah pinus. Hmmm Riku memang suka membuat prakarya dari macam-macam. Sempat terpikir juga untuk membeli lem tembak.

Orang tua tidak boleh ikut masuk dlaam bengkel, sehingga kami menunggu di luar sambil memperhatikan kegiatan Riku. Tapi aku sempat bernarsis ria dengan Kai, membuat foto diri uhuyyy….

Dari Kodomo no Mori, kami berjalan ke arah pulang. Dan aku merasa sayang sekali batere camera dan batere HP habis bis bis jadi tidak bisa memotret pemandangan yang ada. Juga ketika Gen dan Riku naik perahu dayung selama se jam di danau yang ada. Aku dan Kai bete deh menunggu di dek, belum lagi Kai memanggil-manggil “Kakak… kakak…” dia cari kakaknya. Begitu dia lihat kakaknya sedang mendayung di kejauhan langsung kegirangan hehehe.

Kami pulang ke arah mobil sudah pukul 5:30. Tempat ini ditutup pukul 5, tapi diberikan tenggang wkatu sampai pukul 6 bagi pengunjung untuk keluar taman. Ya abis tamannya luas sekali, dari ujung ke ujung tidak cukup 1 jam heheheh.

Pulang mendekati rumah sudah pukul 7 malam, tapi langit masih terang. Wah benar-benar ciri musim panas, hari semakin panjang. Sebentar lagi musim festival kembang api, festival musim panas, tapi berbarengan dengan itu panas yang tak tertahankan ditambah lembab, juga suara berisik cicadas (semacam serangga seperti jangkrik) juga akan mewarnai musim panas di Jepang. Summer in Japan means…. (silakan lihat postingan saya yang lama-lama tentang musim panas di Jepang, pilih lewat index).

Well, hari Minggu yang melelahkan, tapi Gen merasa puas bisa melaksanakan kewajiban Family Service. Sebuah kata yang sudah menjadi bahasa Jepang, Famiri Sabisu, karena sibuknya ayah sehingga waktu untuk keluarga semakin sedikit.

Website Taman Showa Memorial Park dalam bahasa Inggris bisa dilihat di sini.

Catatan :

HTM 400 yen/ dewasa; 80 yen/SD-SMP

Park Train : 300/dewasa; 150 yen/anak

Perahu dayung : 600 yen/1 jam

Perahu kayuh : 700 yen/30 menit

Dede yang keras kepala

5 Jul

Aduuuuh bener deh, si Kai itu keras kepala sekali jika dibandingkan Riku. Apa yang dia mau harus dilaksanakan, dan ngga mempan dengan bujukan, “OK tapi sun mama dulu…” Jangan harap dia mau. Dia akan keukeuh dan buang muka malahan. Kalau Riku akan sun mamanya dan merayu-rayu… tapi Kai, no way. Apa yang kumau harus! Makanya  mamanya pusing setengah mati.

Kalau Kai maksa dan nangis-nangis mau makan ok deh. Singa lapar pasti akan marah-marah dan mengaum kan? Dan sifat itu aku tahu karena aku juga begitu. Kalau lapar lebih baik jangan berdiskusi atau ngobrol denganku deh. Bisa ketus terus hehehe. Jadi kalau keras kepala yang ini aku mengerti.

Tapi Kai punya satu lagi kebiasaan akhir-akhir ini yang benar-benar sulit untuk “dibelokkan”. Biasanya sekitar jam 8 malam, aku akan ajak dia untuk “Nenne” (tidur), dan dia sambil minum susu di dot, aku akan bacakan Picture Book untuk dia. Nah, sekarang dia sudah hafal kata Nenne itu, dan dia mengajak aku nenne pukul 6-7 sore! Tentu saja sambil membawa buku Picture Book kesayangan dia untuk dibacakan. Sampai aku terpaksa meninggalkan Riku untuk makan sendiri, dan menemani Kai.

Tapiiii kalau dede ini langsung tidur sih tidak apa-apa, aku dengan senang hati melayani dia dong. Nah masalahnya, dia tidak tidur dan minta dibacakan terussssss sampai jam 10 malam, sedangkan si kakak sudah selesai makan, sikat gigi dan tidur. Si chibi (sebutan untuk anak kecil = bocah) ini masih melek dan menyuruh aku membaca 4 Picture Book pilihan dia. Dan HARUS keempat buku ini bergiliran dibaca, meskipun berkali-kali. Nah buku pilihan dia adalah:

Dua Picture Book terbitan Fukuinkan Shoten, yaitu “Jidoshapan” (Roti berbentuk mobil) dan “Kurin-kurin go-go”.  Dalam “Jidoshapan” digambarkan bentuk-bentuk roti dan namanya. Yang lucu setiap ada bentuk roti coronet isi coklat, Kai pasti akan melakukan gerakan mengambil roti itu dan memakannya (juga memberikan pada mamanya). Sedangkan “Kurin-kurin go-go” itu menceritakan tentang bunyi-bunyian kendaraan. Kurin-kurin adalah suara sepeda roda satu yang dikendarai Beruang. Dorun-dorun adalah suara mesin dari sepeda motor yang dikendarai Singa. Burom-burom adalah suara mobil yang dikendarai Gajah, sedangkan bu-bu go-go adalah suara bus yang ditumpangi banyak babi. Semua berkumpul waktu terdengar suara kiko-kiko, suara bel sepeda roda tiga yang dikendarai anak kecil. Dan Kai paling suka dengan suara kiko-kiko, sehingga setiap dia melihat sepeda, dia akan berkata “kiko-kiko”.

Picture Book yang ketiga adalah “Sarukanihanashi” (Cerita Monyet dan Kepiting) , sebuah cerita rakyat Jepang yang sudah lama. Sebetulnya saya tidak suka dengan cerita ini, karena agak sadis. Ceritanya, si Kepiting menemukan onigiri (nasi kepal), sedangkan Monyet hanya menemukan biji Kesemek. Monyet tentu mau makan onigiri, sehingga dia menyarankan untuk menukar onigiri dengan biji kesemeknya. Katanya, “Kalau ditanam, biji ini menjadi pohon Kesemek yang menghasilkan buah kan?”.

Si Kepiting mau menukarkan, dan pulang dengan biji kesemek itu. Bersama anak-anaknya, dia menanam biji kesemek itu. Tapi pakai ritual bernyanyi, “Cepatlah tumbuh, wahai biji kesemek, jadilah pohon, kalau tidak saya gunting dengan capitku”. Langsung biji itu menjadi pohon kecil. Keesokan harinya Kepiting menyirami pohonnya dan bernyanyi, ,”Cepatlah tumbuh, wahai biji kesemek, jadilah bunga, kalau tidak saya gunting dengan capitku”. Begitulah terus, Kepiting mengancam akan memotong pohon itu kalau tidak cepat berbuah. Akhirnya dalam waktu singkat pohonnya dipenuhi buah kesemek, tapi Kepiting tidak bisa ambil. Lewatlah si Monyet, dan dia mengingatkan akan “jasanya”. Kepiting mengatakan “Kamu boleh ambil kesemek itu,asal lemparkan kami buah kesemek supaya bisa dimakan”.

Tentu saja Monyet yang rakus itu ingin makan semua kesemek yang ada, sehingga dia melemparkan buah yang masih hijau ke Kepiting dan terlukalah kepiting, sehingga harus dirawat anak-anaknya. Mendengar perlakuan Monyet, Lebah, Ganggang Laut, Buah Kastanye dan Lumpang Mochi marah dan mengadakan pembalasan pada Monyet. Hmmm pembalasannya itu loh yang sadis menurut saya. Tapi ya apa boleh buat cerita dari sononya gitu sih.

Picture Book yang keempat adalah “Jepta, sipemadam kebakaran”. Cerita ini sudah pernah saya ulas di postingan, “Jeepta, the little fire engine“. Cerita ini yang paling panjang di antara ke empat buku sehingga paling-paling saya mengulangnya 2-3 kali, tapi buku yang lain kan cepat sekali habisnya, jadi bisa belasan kali saya baca…. sampe boseeeeen deh. Akhirnya kadang saya pura-pura tidur (dan kadang tertidur beneran). Kalau Kai baik, dia membiarkan saya tidur, kalau tidak, maka dia akan membangunkan saya terus. Masih untung saya tidak dipukul dengan buku yang covernya keras begitu hihihi.

Susah deh punya anak yang keras kepala! (Semoga dia juga keras kepala untuk hal-hal yang baik dan positif kelaknya). Jadi mohon maklum kalau sekarang saya jarang posting. Sibuk dengan boss kecil nih!

Apakah teman-teman punya buku (/cerita) yang selalu dibaca terus atau sampai berkali-kali? (Kalau Blog saya dibaca berkali-kali mah saya yang seneng….terima kasih ya ….hihihi)

Belajar terus sampai mati

30 Jun

Akhir-akhir ini aku sering mengisi kuis di FB, dan salah satunya menghasilkan pernyataan seperti ini:

Your dream is to live a life where you are constantly learning and evolving.
You believe that the world, people, and life are incredibly fascinating.
You want to use your mind as much as possible. You want to dare yourself to do what’s difficult. You’d like to expand your worldview and maybe even solve some of the world’s problems.

Belum lagi ada kuis yang mengatakan orang yang lahir di bulan Januari memang suka mengajar dan diajar.  OK memang kita tidak usah percaya hasil ramalan/kuis sepenuhnya, tapi memang aku berusaha untuk terus belajar tentang apa saja rather than specialize in one subject. Aku ingin tahu semua! Dan pemikiran ini sebetulnya tidak cocok untuk orang Jepang yang “Otaku” menguasai bidang keahliannya saja sedalam-dalamnya, bukan all round.

Tetapi merupakan kenyataan juga bahwa jika kita sudah capek, atau sudah mencapai kondisi tertentu, stagnan atau berada dalam comfort zone, zona aman kita merasa tidak perlu lagi menambah pengetahuan dan seiring juga dengan kemampuan otak yang melambat. Padahal otak yang tidak dipakai, bisa berkarat, jamuran, dan akan menjadikan kita pikun!

“Saya tetap belajar bahasa Indonesia seminggu sekali supaya tidak pikun!” demikian jawab Bapak Watanabe, 94 tahun, mantan muridku. Dia, dan hanya dia sajalah yang selalu memenuhi pikiranku dan menyemangati aku untuk belajar dan belajar terus …. sampai mati.

Lelaki kelahiran delapan belas April 1915, siang ini duduk di hadapanku sambil makan siang bersama. Oh Tuhan,…. aku harus bersusah payah menahan haruku, dan jangan menangis di hadapan dia.

Kemarin aku telepon dia, dan basa-basi bertanya kabarnya… dan dia berkata, “Sensei, kapan yuk kita minum kopi bersama”.
Lalu aku berkata, “Watanabe san, sebenarnya saya telepon untuk menanyakan apakah besok ada waktu untuk bertemu? Besok saya ada urusan di KBRI, kalau bisa sekitar jam 11 bertemu di Stasiun Meguro bagaimana?
“Tentu saya akan pergi ke sana. Sampai jam 11 besok”.

Jam 11 kurang lima aku sampai di stasiun, setelah tergesa-gesa setengah berlari dari KBRI menuju stasiun. Jangan sampai aku membiarkan Watanabe san menunggu. Dan persis pukul 11, aku melihat ke arah terminal bis, di situ bapak tua itu menunggu sambil celingak celinguk. Aku berjalan ke arahnya, sambil tersenyum gembira.

“Sensei… saya senang sekali bertemu sensei”… dia menjabat tanganku… dan memelukku. Aduh …aku benar-benar terharu dan ingin menangis. Laki-laki Jepang mana yang mau memeluk wanita di depan umum? Meskipun istrinya.  Aku merasakan kerinduannya yang besar untuk bertemu denganku. Ahhh Bapak… aku merasa tersanjung… aku tahu kamu menghormati aku sebagai sensei, tapi aku lebih menghormati bapak bukan sebagai murid. Entah harus kukatakan sebagai apa, sebagai sesepuh yang mengingatkan terus… Hai manusia, Jangan kalah oleh umur!

Dia masih sehat. Matanya awas, telinganya tajam. Hanya sayang kakinya mulai lemah, meskipun dia tidak memakai tongkat. Dan aku salah waktu itu, terlambat menyadari, sehingga dia sempat “merosot terduduk” di atas tangga turun. Tidak jatuh, tapi tiba-tiba sudah terduduk di atas tangga. Untung aku langsung tangkap dia, kemudian membantunya berdiri. Sambil berjalan menuju lift ke lantai atas gedung stasiun, aku lihat dia mengisap jari tengahnya. Oh No… buku jari tengahnya berdarah! Terkelupas kulitnya. Aduh….

“Watanabe san saya cari plester dulu ya?”
“Tidak usah… biasa ini”
dan kita langsung ke lantai atas dan mencari restoran soba. Aku tahu pasti makanan yang paling cocok untuk dia hanya soba…. (Aku pernah berdosa besar padanya. Waktu aku masih mengajar dia, dia memberikan aku tiket makan di restoran soba dekat rumahku. Tapi aku tidak pakai sampai hangus. dan aku menyesal…)

Sambil memesan soba, aku tanya pada pelayan restoran apakah dia punya plester. Dan aku dapatkan plester dan aku pasangkan di jari tengahnya.


Lelaki berusia 94 tahun, bukan main-main … 6 tahun lagi dia 100 tahun!  Dan siang ini dia memenuhi undanganku makan siang bersama.  Kami bertemu terakhir 4 tahun yang lalu. Oh Tuhan…. aku harus bersusah payah menahan haruku, dan jangan menangis di hadapan dia. Karena…..

Ya, ternyata yang luka bukan hanya jari tengahnya. Kamu tahu, jika manusia sudah tinggal tulang berbalut kulit, maka kulit itu akan mudah mengelupas. Dan aku baru sadar ketika aku lihat bercak darah di mulut lengan kemeja putihnya. Ya dia berkemeja putih, berdasi dan berjas untuk bertemu dengan aku. Ternyata di lengan di bawah jam tangannya kulitnya terkelupas sepanjang 8 cm. Uhhhh tidak bisa dengan plester, itu harus diperban. Tapi dia berkata, “Tidak apa sensei, memang kalau sudah tua suka begini. Gampang jatuh! Tidak apa-apa. Nanti juga kering lukanya. ” Ingin aku memberikan saputanganku untuk membalut luka, tapi pasti kotor.
“Kalau ada saputangan….”
“Saya ada saputangan, tapi tidak apa-apa”

Aku sudah mulai sulit menelan makanan yang ada di hadapanku. Bukan… bukan aku takut darah atau luka, tapi aku tahu kenyataan, bahwa manusia yang renta mudah luka, mudah jatuh, mudah goyah…. dan sewaktu-waktu si renta itu tiba-tiba tidak ada lagi di hadapanku.

Aku berusaha bercakap-cakap yang ringan, sambil memperhatikan dia makan, jangan sampai tersedak. Jangan sampai dia emosi ingin menjawab, lalu makanan salah masuk. Aku selalu tunggu dia selesai mengunyah dulu baru aku ajak bercakap-cakap.

Dia adalah lulusan Tokyo Teikoku University. Elite, sangat elite di jamannya. Jurusannya? Ekonomi. Pasti dia cerdik pandai. Dan setelah lulus dia bekerja di perusahaan dagang Mitsui Bussan. Aku juga sering mengajar pegawai dari MB dulu, pegawai yang ditugaskan ke Indonesia. Namun Watanabe san ini tidak pernah mendapat kesempatan ditugaskan ke Indonesia. Malahan dia bertugas di Hamburg, Jerman selama 4 tahun. Karena pengalaman di Jerman ini, dia bisa berbahasa Jerman, dan anak lelaki yang sekarang tinggal bersamanya juga bisa berbahasa Jerman dan menjadi penerjemah.

Watanabe san sendiri tidak pernah punya hubungan dengan Indonesia. Hingga usianya yang ke 83, waktu dia berjalan-jalan di dekat sekolah Indonesia Tokyo. Dia mendengar bahasa Indonesia. Juga waktu dia mengajar bahasa Jepang sebagai volunter di Kelurahan Meguro, dia bertemu dengan orang Indonesia. Dia merasa bahasa Indonesia indah bunyinya. Sampai dia bertanya, dimana saya bisa belajar bahasa Indonesia? Kemudian sampailah dia di rumah seorang guru bahasa Indonesia yang mengajar di SRIT (Sekolah Republik Indonesia Tokyo). Dan dia mendapat keterangan dari Pak Herlino Suleman (Pengarang “Pintu Tertutup Salju” ) ini, bahwa setiap hari Senin, Rabu dan Jumat ada pelajaran bahasa Indonesia yang diselenggarakan oleh Kedutaan yang bisa diikuti oleh warga Jepang. Pak Herlino juga mengajar di KOI (Kursus Orientasi Indonesia), tapi Watanabe san masuk ke kelas pemula, yang gurunya bernama Imelda Coutrier. Dan dia mengakui, bahwa kalau bukan Imelda sensei, mungkin dia tidak akan belajar terus di KOI.

Ya aku tahu kehadiran bapak Watanabe ini di kelasku. Kelas yang sulit, karena waktu itu muridnya berjumlah 40 orang. Jaman itu bahasa Indonesia sedang berjaya, zaman keemasan. Semua kursus dipenuhi peserta, sampai membludak. Guru Bahasa Indonesia dicari-cari. Dan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat aku mengajar di lobby SRIT, karena itu satu-satunya tempat yang bisa menampung 40 orang. Tanpa mike, aku harus menguasai 40 orang. Impossible. Tapi aku tahu awalnya 40 orang, setelah berjalan biasanya  akan berkurang. Akan ada murid-murid yang tidak tahan untuk belajar 3 kali seminggu. (setelah itu kami ubah jam belajar menjadi 2 kali seminggu dan akhirnya 1 kali seminggu). Benar saja setelah 6 kali, murid-murid tinggal 30 orang. Tapi Bapak Watanabe masih terus hadir dengan rajinnya. Sampai kelas atas dia sudah ikuti, dan begitu dia mengetahui bahwa aku mengajar kelas atas (kelas lanjutan) di sebuah Culture Center, Watanabe san berhenti belajar di KOI, dna belajar di Culture Center, di kelas saya. Di kelas itu, aku harus mengajar 3 lansia dari 9 murid yang ada. Bapak Watanabe 87 th, Bapak Fukuoka 85 th, dan Bapak Asaga 83 tahun. Kelas yang impresif (dan agak sulit)

Watanabe san masih terus belajar di Culture Center itu sampai sekarang. Meskipun aku sudah berhenti mengajar di sana sejak 5 tahun yang lalu. Hanya karena mendengar bahasa Indonesia yang indah… tanpa sekalipun pernah pergi ke Indonesia … bahkan ke Bali pun belum pernah. Tapi kecintaannya pada bahasa Indonesia dan ketekunannya memang patut mendapatkan penghargaan. Kalaupun aku punya hak untuk mencalonkan penerima Bintang Maha Putra atau penghargaan lainnya, ingin aku calonkan nama bapak Watanabe ini dalam nominasi. Yang pasti, semangatnya akan selalu aku patri dalam ingatanku.

“Seharusnya persatuan alumni KOI membuat acara reuni ya?” dia berkata. Terlihat dia ingin sekali hadir dalam acara-acara silaturahmi.
“Ya, seharusnya ada acara reuni ya. Tapi… ketua persatuan alumni (Bapak Fukuoka) sudah meninggal….” Ahhh suram sekali percakapan ini.
“OK nanti saya coba bicara dengan ibu Hikita, supaya kita mengadakan acara reuni.  Nanti saya kasih tahu hasilnya”
“Sensei juga kalau iseng, telpon saya, nanti kita bicara di telepon ya”
“Ya…. kalau tidak, saya akan coba kirim fax ya” Tapi aku tahu dia ingin ngobrol….
“Watanabe san juga hati-hati ya, jaga kesehatan dan hati-hati kalau mandi. Kamar mandi kan licin….”
“Iya… waktu itu juga teman saya ada yang meninggal di kamar mandi. Istrinya panggil-panggil, ternyata sudah tengkurap dalam bak” ….ahhh kenapa aku musti menyebutkan kamar mandi segala!!!!

Sambil berjalan ke tempat taxi….
“Kalau saya kebetulan ke Meguro lagi, nanti saya telpon dan mungkin bisa bertemu lagi ya…. ” Aku tahu ada perasaan itu…. di hati kami…. Mungkin kali ini adalah kali yang terakhir…

Kami berjabatan tangan lagi di depan taxi yang menanti…. dan berpelukan lagi. Tapi aku tahu pelukan ini agak lemah dibanding dengan yang tadi. Aku cuma bisa berdoa, Tuhan lindungi dia… lindungi dalam perjalanannya setiap hari Sabtu untuk belajar bahasa Indonesia, karena berarti dia akan naik kereta, dan jalan kaki sampai tempat kursus yang aku tahu jaraknya cukup jauh.

Aku bantu dia duduk di kursi belakang taxi dan berkata pada pak supir, “Yoroshiku onegaishimasu” (tolong perhatikan dia ya)

Dan aku membungkuk ke arahnya takzim dan melambaikan tangan…

Dan aku berbalik ke arah stasiun dan berusaha menahan tangis.

Dan sekarang aku bisa melepaskan tangisan yang kutahan tadi, sambil menuliskan posting ini.

Jika kamu bisa hidup sampai 94 tahun, masihkah kamu akan belajar… dan belajar…dan belajar terus?

Hormat, Doa dan Terima kasihku untuk Watanabe san.


Dan pagi ini (1 Juli 2009) pukul 8:00 aku menerima telepon darinya, mengucapkan terima kasih untuk pertemuan kemarin (Orang Jepang selalu begitu, menghubungi kembali untuk berterima kasih, sebuah kebiasaan yang patut ditiru). Dia berkata, dia senang dan terkejut melihat aku yang katanya tambah cantik (hahhaha dan aku tambahkan …tambah gendut). Dan dia mengucapkan selamat beraktifitas, semoga bisa bertemu lagi…. Ya, aku masih berharap bisa bertemu lagi, sementara itu aku ingin menulis banyak tentang sejarah dan pertemuan-pertemuanku dengan orang Jepang yang menginspirasiku.

EM

 

NOTE:

Watanabe san sudah meninggal tgl 7 Maret 2012, dalam usia 96 (hampir 97 di bulan April),  karena pnumonia. Di RS dia tetap membaca buku bahasa Indonesia. Sayang aku tak dapat datang melayat, karena persis pulang dari Indonesia, sesudah menghadiri pemakaman mama yang meninggal tgl 23 Februari 2012. Rest in Peace Watanabe san. Hormatku selalu.

Dua kakek Jepang yang kutulis di sini semua sudah meninggal. Bapak Fukuoka adalah dokter di Manado selama pendudukan Jepang. Bapak Asaga bertugas di Aceh dan Medan, pernah bercerita bahwa dia menjalani operasi usus buntu dalam perahu, tentu tanpa obat bius 🙁 Bapak Asaga mendonorkan badannya untuk medis, sehingga tidak ada penguburan sampai 3 tahun lebih. Hormatku untuk ketiga bapak tua, yang begitu mencintai Indonesia. Salute

Terik dan pedas

27 Jun

Terik! panas! sambil mengusap keringat di dahi, aku mengumpat dalam hati. Ya karena saya memang harus keluar rumah, tidak bisa mendekam di dalam kamar ber-AC hari Jumat kemarin. Dan hari itu aku harus merasakan awal musim panas di Jepang tahun 2009. Maximum temperatur 32 derajat. beuh… dan suhu  akan naik terus sampai maximum 40 derajat di beberapa tempat di Jepang. Masalahnya terik dan panas saja tidak mengapa, yang lebih membuat sebal adalah “Sumuk” kelembaban yang benar-benar tak ada jalan keluarnya, meskipun sudah berlindung di balik UV-cut50, parasol,  sunglass, bahkan di bawah pohon.

Pagi pukul 4 matahari sudah menyembul nakal di balik tirai. Ya saya sudah bangun jam 4 pagi karena … Riku terbangun jam segitu. Akhir-akhir ini dia tidur cepat sekali, bahkan kadang jam 5 sore sudah tidur. Sambil mempersiapkan tas/PR nya Riku, tasnya Kai untuk ke penitipan, tas ku, sarapan pagi, cucian 2 kali dan menjemurnya…huh rasanya bangun jam 4 juga belum cukup untuk menyelesaikan morning chorus. Tentu saja dibarengi online di blog, YM dan FB (akhir-akhir ini saya jadi suka online di FB juga deh karena ternyata banyak saudara yang justru onlinenya di FB) dan saat itu mengetahui berita kematian legendaris Michael Jackson. Well aku menganggap aku bukan fans MJ, but terasa sedih dan sempat menitikkan airmata waktu mendengar lagu-lagunya kembali. hiks. May he rest in peace.

Setelah mengajar, jam 12-an aku langsung pulang ke rumah dan selama dalam perjalanan pulang di kereta bisa membaca buku hebat yang tertunda-tunda. Tinggal sedikit lagi! Waktu seperti ini yang aku dambakan. Aku selalu membaca di dalam kereta, tapi karena sekarang naik keretanya cuma seminggu sekali, buku yang tebal-tebal jadi sulit diselesaikan (dan kadang lebih enak tidur di kereta daripada baca buku).

Sesampai di Kichijoji, mulai berasa lapar dan ada dua pilihan makanan yaitu ramen (mie rebus) yang pedas di Kagetsu atau hot chickennya Colonel Sanders alias Kentucky. Hmmm memang kalau musim panas maunya makan pedas, tapi untuk ramen kayaknya terlalu panas deh hari ini. Akhirnya aku masu kentucky, makan sambil baca. Untung sempat melihat jam karena tidak terasa aku berada di situ  1 jam lebih. Pas buku yang kubaca mencapai puncaknya, tanggung dihentikan. Panas juga situasinya hehehe

Ngomong-ngomong soal musim panas di Jepang, sudah banyak aku ulas di postingan tahun lalu, tapi ada satu yang akan kubahas di sini yaitu soal pedas. Seperti kentucky, banyak restoran-restoran yang menyajikan menu khusus untuk musim panas, yaitu entah makanan itu pedas atau makanan itu dingin. Katanya justru kalau musim panas makan yang pedas-pedas bisa membangkitkan selera makan, sehingga daya tahun tubuh bisa terjaga.

Dari sebuah angket yang dilakukan 2 tahun yang lalu, diketahui beberapa jenis masakan yang populer untuk disantap orang Jepang di musim panas. Nomor satu memang tidak pedas, tetapi dingin yaitu

(1) Reimen ( Mie Dingin),
(2) Kimchi (acar sawi dari Korea),
(3)Tantan-men (mie panas dengan daging giling masak pedas),
(4)Mabo Tofu (Mun Tahu , tahu sutra dengan daging giling masak pedas),
(5)Chige nabe (Masakan korea, rebusan daging dan kimchi yang pedas),
(6)Curry India,
(7)Karashi Mentaiko (telur ikan pedas),
(8)Gekikara Curry (Kare super pedas),
(9) Thai Curry,
(10)Spaghetti Peperoncino (spagheti dengan bumbu bawang putih, olive oil dan cabe) ,
(11)Tandori Chicken (ayam panggang ala India),
(12)Chinjaorose (tumis daging dan paprika ala chinese),
(13) Curry Sup,
(14)Tom Yan Kung (masakan Thailand, sup dengan udang yang pedas kecut),
(15)Choriso (susis pedas),
(16)Hoiko-ro (masakan cina),
(17)Wasabi zuke (apasaja yang dicampur dengan wasabi),
(18)Tacos (Masakan mexico),
(19)Mie Taiwan.

(reimen, chinjaorosu, hoikoro, wasabizuke)

Nah yang saya ingin jelaskan di sini memang rasa pedas itu asalnya bisa dari pepper (lada) yang dipakai orang India, atau cabe seperti yang dipakai orang Korea, Thailand dan juga Indonesia, tapi orang Jepang juga sebetulnya mempunyai satu sumber rasa pedas yaitu wasabi. Jika Anda pernah makan sashimi, maka biasanya disediakan semacam paste hijau, yang jika Anda jilat sedikit terasa pedas, tapi bukan di mulut, rasa pedas itu baru terasa di hidung. dan… nyelekit! Mungkin perlu membiasakan sensasi seperti itu baru bisa menikmati wasabi. Jika Anda tidak suka rasa itu, katakan “wasabi nuki” pada itamae, pembuat sushi Anda.

Wasabi ini berasal dari akar tumbuhan berwarna hijau. Mungkin kalau mau membayangkan seperti  jahe tapi hijau, dan jika mau dipakai dalam keadaan fresh biasanya diparut baru dicampur dengan makanan atau kecap asin. Salah satu variasinya yang terdapat di dalam daftar di atas yaitu Wasabi zuke, yang saya sukai. Kalau dimakan mentah sebagai bumbu di sushi, saya bisa makan meskipun tidak bisa banyak-banyak. Varian wasabi yang mungkin saya belum pernah coba adalah Es Krim Wasabi. Dingin-dingin pedas…. hmmm gimana ya?

Oh_ya_K.O_dong

25 Jun

Hmmm mungkin merasa aneh dengan judul itu. Tapi mungkin Anda memang benar bisa KO (karena kenyang) jika menikmati OYAKODON, nama sebuah masakan di Jepang.

Oyako berarti orangtua dan anak, sedangkan don adalah semua makanan yang  ber-base nasi. Nasi ditaruh di dalam mangkuk dan ditutupi oleh lauk, disebut DON(buri), padahal don itu sebenarnya merujuk ke mangkuknya. Nah kenapa saya mengambil topik “Nasi orangtua-anak”? Sebetulnya karena saya merasa lucu saja akan penamaan oyako (orangtua anak) untuk makanan. Yang umum disebut dengan oyako don adalah nasi dengan lauk ayam (biasanya direbus dalam kaldu) lalu diatasnya diberi kocokan telur. Perpaduan harmonis orangtua dan anak, AYAM dan TELUR, panas-panas menyebabkan air liur menetes jika kita dalam keadaan lapar. Makanan yang sederhana sekali dan mudah membuatnya.

Resep:

Nasi 800 gram(untuk 4 orang dimasukkan dalam mangkuk)

ayam 200 gram

bawang bombay 1 butir

Kaldu 300 ml

Mirin 4 sdm

Sake utk masak 1 sdm

Kecap asin 3 sdm

Gula 1 sdm

Telur 4 butir dikocok seperti untuk telur dadar

cara membuat:

Rebus kaldu dan masukkan mirin, sake, kecap asin,gula sampai mendidih, kemudian masukan ayam yang sudah dipotong kecil-kecil. Beri irisan bawang bombay dan rebus sampai ayam matang. Masukkan kocokan telur tunggu kira-kira satu menit, lalu matikan api dan pindahkan ke dalam mangkuk nasi. Jika tidak suka telur yang masih mentah, maka biarkan di api lebih lama lagi. Tapi orang Jepang justru lebih suka jika telur masih setengah matang/mentah. Di atas nya bisa dihias dengan daun ketumbar atau atau kemangi untuk menambah wangi. Kalau di Jepang dipakai daun mitsuba, yang mungkin tidak ada di Indonesia.

perpaduan nasi + ayam + telur
perpaduan nasi + ayam + telur

Sebetulnya selain Oyakodon yang ayam dan telur, ada juga beberapa orang yang menyebutkan nasi dengan ikan salmon dan telur ikan salmon (ikura) juga sebagai oyako don (Salmon Ikura Don). Tapi yang pasti musti hati-hati makan “Nasi Orangtua Anak” ini karena…. kalau banyak-banyak bisa menggemukkan hihihi.

ikan salmon dan telurnya, perpaduan orangtua-anak yang lain
ikan salmon dan telurnya, perpaduan orangtua-anak yang lain

Memancing tidak harus di air

24 Jun

Mungkin kalau Donny akan bilang, bisa kok mel memancing upil aja kan buktinya ngga di air. Tapi kalau Pak EWA, pasti akan bersikukuh bahwa memancing harus di tambak (apalagi kalau bisa sambil ngenet). Tapi saya yang empunya kumis eh ebi-ebi yang siap dipancing menyatakan bahwa memang bisa memancing ebi dan teman-temannya tanpa harus di air.

Hari Jumat lalu, kerja kami dari Seksi Kegiatan Anak-anak SD nya Riku mencapai puncaknya. Hari itu pada jam pelajaran ke dua dan ke tiga (sekitar pukul 9:40-10:30 dan dilanjutkan sampai 11:30) diadakan LongShuuKai, semacam bazaar untuk anak-anak dengan menampilkan permainan-permainan. Ada rumah hantu, ada permainan golf, permainan lompat tali, othelo dll. Nah dari kami, ibu-ibu membuka permainan TSURI LAND, Fishing Land. Memancing macam-macam.

OK… aku mengaku bersalah. Tadinya aku sudah minta ijin tidak bisa datang ke acara ini. Dan semua teman-teman dari Seksi kami memakluminya. Makanya aku berusaha bantu terus sampai sebelum hari H, hari Kamisnya.  Tapi…. aku kok jadi sedih tidak bisa melihat “gong” nya kegiatan kami ini. Jadi malamnya aku kirim email ke murid yang cuma 4 orang itu dan memberikan tugas untuk diserahkan besoknya, karena aku pasti terlambat datang. (jangan ditiru ya hihihi). Tapi jam kedua nya pasti ada pelajaran, karena kelas yang ini jumlah muridnya sampai 40 orang.

Jadi pergi deh aku pagi hari sebelum ngajar, mampir ke acara bazaar ini dan membantu persiapan kolam (tanpa air) untuk ebi-chan tachi, juga mengambil foto-foto dokumentasi, persis sampai selesai jam kedua. Dan untung sempat juga memotret Riku yang sangat enjoy mengikuti permainan memancing origami dan magnet/strap dari lilin ini.

Kemudian saya sempat berpikir, kenapa permainan untuk anak-anak di Indonesia kayaknya kok itu-itu aja ya? (atau aku saja yang ngga tau variasi lain) Kayaknya ngga jauh dari lomba karung, pindahin kelereng pake sendok, makan kerupuk atau ????? . Padahal permainan memancing begini juga bagus ya. Pancingannya dibuat dari magnet, dan pada obyek yang akan dipancing tinggal dipasang clip atau sesuatu yang mengandung besi sehingga bisa menempel.  Kami sendiri menyiapkan 5 pancing dari magnet, terutama untuk anak-anak kelas 1-2 SD, sedangkan untuk kelas yang lebih tinggi, kami sediakan 5 pancing dari clip besar, yang berfungsi sebagai kailnya.

setiap anak dijatahi bisa memancing 2 origami dan 1 magnet/strap

Semua buatan ibu-ibu sendiri… memang repot tapi waktu kami melihat kegembiraan anak-anak ini, yang bahkan rela mengantri supaya bisa masuk ke dalam kelas (hanya bisa 10 orang di dalam kelas) dan ikut permainan memancing ini, keletihan kami (dan sakitnya jari tertusuk waktu buat kumis ebi hihihi) sirna. Yang ada hanya rasa bahagia dan puas bisa menyenangkan mereka. Dan satu lagi, dengan kegiatan ini pertemanan di antara anggota Seksi Kegiatan Anak-anak ini menjadi lebih erat. Hmmm kapan ah mau membuat “Fishing Land” untuk anak-anak di Indonesia.

Sssttt rahasia ya, aku pelit!

23 Jun

Jam 3 pagi aku terbangun karena Riku juga terbangun setelah hampir 12 jam tertidur. Mungkin pengaruh obat yang diminumnya, dia tidur enak sekali sejak jam 3 sore. Jadi aku temani dia makan, minum obat, dan sekarang tidur lagi. Cukup khawatir karena dia demam 37,9. Semoga besok tidak demam, karena aku ada tugas penting di PTA dari jam 8 pagi sampai jam 9 pagi.

Nah, sambil temani Riku tidur lagi, aku buka internet, masuk FB tidak ada yang online (jelas aja jam berapa mel?). Lalu aku iseng buka SNS berbahasa Jepang MIXI, yang jarang sekali aku masuki. Tapi di sini aku sering menemukan angket yang lucu-lucu. Ya, seperti yang aku tulis di judul, “Sssttt rahasia ya, aku pelit karena….”

Berdasarkan ranking terbanyak dilakukan orang, ada beberapa tindakan “pelit” yang malu untuk diberitahukan pada orang lain. Aku tuh pelitnya di sini nih…

  1. Pergi ke Toko/Restoran yang bisa memakai kupon discount. (wajarlah ini)
  2. Hampir semua baju hasil belian waktu SALE. (wah aku juga tuh! apa salahnya?)
  3. Membeli sayuran/daging/bahan mentah, sengaja waktu supermarket akan tutup sehingga dapat potongan harga banyak (Memang semua supermarket di Jepang memberlakukan sistem potongan harga sampai 70% pada bahan mentah yang tidak bisa disimpan lagi. Tapi aku malah sulit untuk belanja menjelang toko tutup. Kalau bisa sih mau aja)
  4. Tidak pernah membeli majalah, baca sambil berdiri di toko buku (kalau ini sih aku tidak pernah)
  5. Menghemat ongkos telepon dengan memakai internet (waaah ini mah gue banget… kalo emang bisa apa salahnya?)
  6. Memakai point hasil belanja untuk membeli barang (kalau ini agak susah menerangkannya karena mungkin tidak ada di Indonesia. Setiap membeli barang misal di toko elektronik biasanya akan mendapatkan point berapa persen dari harga barang. kemudian point ini bisa ditukarkan dengan uang, atau barang setara dengan jumlah point. Aku pernah bisa beli scanner dengan point yang ditabung)
  7. Tidak pernah membeli tissue, cukup memakai tissue gratisan yang dibagikan di jalan-jalan ( Di Jepang biasanya toko promosi dengan membagikan tissue di stasiun/jalan-jalan. Aku sering mengumpulkan tissue seperti ini tapi tidak cukup kalau hanya mengandalkan tissue2 ini saja)
  8. Mencari pompa bensin yang harga bensinnya paling murah…. (aku males malah, dengan cari-cari gitu kita tidak sadar sudah berapa liter dipakai)
  9. Handuk wajah (Face towel) yang dipakai di rumah berlabelkan surat kabar atau penginapan (Di Jepang surat kabar/penginapan sering membagikan handuk wajah dengan logo perusahaannya)
  10. Mengambil plastik yang disediakan supermarket sebanyak-banyaknya. (Ya…aku sering liat ibu-ibu mengambil begitu banyak plastik roll yang disediakan di supermarket. Aku malah ngga pernah pakai kecuali untuk daging yang mungkin akan mengotori tas belanja)
  11. Selalu mencari rute kereta yang termurah meskipun harus muter-muter. (Aku jarang pake kereta sih sekarang)
  12. Supaya hemat biaya salon, potong rambut sendiri ()wah kena deh gue. tapi aku sebtulnya potong rambut sendiri bukan hanya karena biaya salonnya, tapi waktunya untuk ke salon juga sih)
  13. Hampir semua barang rumah tangga hasil belanja di toko seratus yen (hmm aku suka pergi ke toko seratus, tapi biasanya untuk stationary bukan alat rumah tangga)
  14. Kalau lapar, pergi ke supermarket dan makan sampel makanan (doooh ini mah pelit banget yak… never do that!)
  15. Seberapapun murahnya BSS (Bayar sendiri-sendiri, selalu menghitung sampai pecahan 1 yen (nahhhh ini pernah membuat aku takjub, kok sampe segitu pelitnya orang Jepang. Tapi sejak menjadi ibu rt bisa tahu kenapa harus pelit)
  16. Membeli barang, yang ada kemungkinan terjual mahal di auction (waduh auction… ngga deh, aku ngga bakat. pernah sekali aja beli kaset di Yahoo auction. suman pengen tahu cara mainnya)
  17. Mencukupkan diri dengan memakai kosmetik gratisan (sampel) yang dibagi-bagi di toko kosmetik. (pakai sih sampel gitu, tapi mana cukup lagian jarang beli kosmetik jadi jarang dapat sampel juga hehehe)
  18. Meskipun tidak membeli apa-apa, selalu mengecek uang kembalian di vending machine (doooh ini sih terlalu hihihi)
  19. Hadiah yang diterima dari orang lain, diberikan sebagai hadiah untuk orang lain (Aduh kalau aku sih ngga pernah, biar gimana kan pemberian orang ada kenangannya)
  20. Pinjam CD/DVD, tidak pernah membeli sendiri (no way… aku selalu beli CD yang aku suka, seleranya lain sih …jieee)

Nah, ini 20 tindakan PELIT nya orang Jepang, mungkin tindakan pelitnya orang Indonesia lain lagi. Misalnya untuk menghemat ongkos transportasi nebeng temen terus, atau ngga punya HP sendiri kalau mau kirim sms pinjem HP temen, atau ngumpulin shampoo dan sabun hotel untuk dipakai di rumah dsb dsb dsb dsb.

Yang aku banget tuh nomor 5 dan 12. Juga ngga langganan koran, cukup dengan baca di internet. pelit juga kan tuh. Kasih tahu dong,kamu pelitnya gimana sih? Ngga bakal aku kasih tahu ke orang lain deh…hihihi….