Dousoukai a.k.a Re-Uni

13 Jun

Dousoukai adalah kegiatan reuni, pertemuan kembali dari mantan murid di sekolah yang sama. Ditulis dalam kanjinya : 同窓会 dou = sama, sou=jendela dan kai = pertemuan. Yang aku heran tidak memakai kata sekolah, tapi jendela. Melihat melalui jendela yang sama. Dousoukai dalam arti besar bisa Reuni Akbar, yang biasanya di sini dinamakan Home-coming day suatu sekolah/universitas. Tapi bisa juga berupa Kurasu-kai, reuni kelas dalam lingkup yang lebih kecil.

Nah hari Sabtu kemarin, anakku si Riku mengikuti Dousoukai pertamanya. Haduh…. reuni masa TK ceritanya hihihi. Aku ngebayanginya aja lucu banget. Pasti sih yang merencanakan itu orang tua murid/bekas gurunya. Sekitar 3 minggu sebelumnya aku mendapat telepon dari salah seorang orang tua murid. Masih pakai cara phone tree seperti yang pernah aku tulis di Hubungan dari hantu ke hantu. Dia menyebutkan hari dan tanggal, Sabtu 12 Juni 2010. Jam 1 sampai 3 siang. Membawa makanan kecil secukupnya + minuman dalam thermos, dan tidak lupa untuk membawa uwabaki (sepatu dalam ruangan). Boleh datang naik sepeda.

uwabaki paling sederhana dan paling murah. Riku punya di bagian depannya (karet) berwarna biru, dia yang minta...mau modis katanya hahaha. Dulu waktu TK sih putih semua, persis seperti ini.

Begitu selesai dia menyampaikan pesannya, aku langsung minta maaf. Aku lupa siapa sesudahku dalam daftar phone tree jaman TK nya Riku. Wah itu daftar udah ngga tau ke mana deh. Mana kutahu bahwa masih akan dipakai setelah lulus TK? Untung dia bilang, ngga papa kok Miyashita san yang terakhir, semua sudah tahu (senengnya kalau begini, orang asing dikasih tugas sedikit hihihi). Ok aku bilang, Riku akan datang.

Jadi Sabtu pagi Riku sudah seperti cacing kepanasan. Dia juga ingin sekali bertemu dengan teman-teman lamanya. Karena dia belum ada makanan kecil, aku suruh dia membeli sendiri sekaligus membeli roti dan susu untuk kami makan pagi. Enak sekarang bisa meminta dia membelikan sesuatu. Dia juga sudah pintar berhitung soalnya. Menjelang jam 11 aku baru sadar bahwa uwabakinya cuma ada sebelah! Loh… kemana yang satunya? Mungkin jatuh atau mungkin ketinggalan di sekolah. Jadi Gen pergi dengan Riku untuk membeli uwabaki baru di toko sepatu. Huh ada-ada saja. Untung aku cepat sadar sehingga masih sempat membeli.

Dan… Riku pulang jam 3 dengan keringat. Rupanya sebagai pengisi acara, mereka bermain dochi ball. Dodge Ball, adalah permainan paling umum yang bisa dimainkan siapa saja, asalkan ada bola (volley). Aku tidak tahu apakah permainan ini ada di Indonesia atau tidak, tapi rasanya pantas deh diperkenalkan atau dimainkan di Indonesia. Salah satu permainan yang bisa dipakai untuk meramaikan acara-acara pertemuan. Sambil dia juga bercerita bahwa ada temannya yang sudah pindah ke Saitama dan khusus datang untuk bertemu mereka. So sweet… (Sayang anak-anak tidak boleh membawa kamera, jadi aku tidak bisa membayangkan acara mereka seperti apa)

Sekitar jam 6:30 giliran aku yang siap-siap dan pergi ke acara konshinkai 懇親会, pertemuan ramah-tamah dengan mantan seksi kegiatan anak PTA di sekolah Riku. Kalau seperti ini tidak bisa dikatakan reuni sih… Acaranya dekat stasiun rumahku, sehingga aku pergi naik sepeda. Anak-anak sama papanya jaga rumah.

cheese spreadnya dicampur mentai (telur ikan). lembut dan enak!

Aku baru pertama kali ke restoran/ tempat minum di Tsuboya ini. Tempatnya cukup nyaman dan …murah. Makanannya lumayan enak dengan paket all you can drink yang relatif murah dibandingkan restoran lainnya. Sambil makan-makan dan minum-minum, kami bercakap-cakap tentang macam-macam. Dan yang paling aku “pasang telinga” soal ijime atau bullying di sekolah, dan bagaimana mengatasinya. Ternyata yang cukup banyak menjadi masalah justru di kalangan anak perempuan, karena sejak dari kecil mereka sudah mempunyai “geng-geng”… entahlah… apa mungkin kebetulan saja orang tua murid yang datang kebanyakan anaknya perempuan. Kami berdelapan menikmati konshinkai ini sampai pukul 9:30, dan setelah 3 orang pulang, dan kami berlima melanjutkan ke tempat minum yang lain. Hashigo! (arti sebenarnya adalah tangga, tapi istilah ini dipakai untuk acara makan (minum) dengan berganti restoran/tempat minum … mungkin seperti clubbing deh — aku belum pernah clubbing jadi ngga tau juga hehehe). Dan….kami berlima pulang jam 1 pagi! Karena ada satu yang berjalan kaki, akhirnya kami menuntun sepeda dan berjalan bersama pulang (arah pulangnya sama semua). Duuuh ibu-ibu pulang pagi! (Jadi inget masa muda …tsah hihihi)

Di dalam resto yang kedua "Ron" ada penjual oden... hari ini dietku gatot deh...gagal total!

Mohon Maaf

12 Jun

Beberapa hari yang lalu, aku terkejut menerima sebuah surat dari NHK. Tadinya kupikir hanya pemberitahuan biasa saja, ternyata isinya NHK meminta maaf. Hmmm apa pasal?

Seperti biasanya tagihan jasa umum di Jepang, jika kita tidak mau ditarik otomatis dari rekening, maka setiap bulan atau dua bulan (air dan NHK per dua bulan), kami akan menerima tagihan berupa kertas berkode. Dengan membawa kertas tersebut ke kantor pos atau toko konbini, kami dapat membayarnya kapan saja, tidak tergantung dengan jam buka bank. Jadi waktu aku menerima tagihan NHK, aku langsung membawanya ke kantor pos, tanpa memeriksa itu tagihan untuk bulan apa. Ternyata mereka mencetak bulan tagihannya salah, lets say bulan April-Mei, padahal aku ternyata sudah membayar untuk bulan tersebut. Dobel deh!

Untuk itu mereka mengirim surat, minta maaf karena aku membayar dobel, dan mengatakan bahwa bayaran yang dobel itu akan dipindahkan ke tagihan bulan berikutnya (juni-juli) sehingga, bulan juni-juli aku tidak perlu membayar lagi. Hmmm  memang ini bukan pertama kalinya aku mendapat “pernyataan maaf” karena dobel atau kesalahan pelayanan. Seperti yang pernah aku tulis di sini, Dulu aku pernah memesan satu plastik tissue kotak (isi 5 kotak). Waktu diantarkan ke rumah saya lihat memang ada secarik kertas ketikan yang ditempelkan ke situ, tapi saya tidak curiga apa-apa. Waktu kotak tissue tinggal 2 buah, saya mau membuang plastiknya, baru ketahuan bahwa kertas itu berisi pernyataan maaf. Saya baca lebih detil, ternyata seharusnya tissue yang saya pesan satu kotaknya berisi 180 lebar (two ply), tetapi yang diantarkan hanya berisi 168 lembar, jadi kurang 12 lembar setiap kotaknya (12×5 = 60 lembar). Dan untuk itu pihak koperasi mengurangi harga tissue tersebut sebesar 18 yen. Duuuh, saya juga tidak ingat, atau tepatnya tidak membaca dengan teliti seharusnya ada berapa lembar tissue dalam satu kotak. Seandainya pihak koperasi tidak menulis itu juga pembeli tidak akan sadar/ tahu. Dan uang sebesar 18 yen dikembalikan dengan cara dikurangi jumlah tagihan yang harus saya bayar.

Maaf, memang adalah kata yang sering kami temui di Jepang. Apa-apa maaf. Karena pembeli adalah raja, maka pelayan tidak segan-segan mengatakan, “Maaf” meskipun belum tentu itu kesalahan dia. Paling sedikit pemilik toko akan membungkuk dan meminta maaf jika terjadi kelalaian atau kesalahan dalam pelayanan. Kami sebagai pembeli (tidak tahu yang lain sih) juga akan meminta maaf karena sudah merepotkan pelayan (misalnya kami menumpahkan air, atau anak-anak makan sampai mengotori lain). Kimochi ii… rasanya enak, hanya karena kata Maaf.

Karena itu aku juga senang membaca tulisan teman SMA ku Diajeng Laraswati di tulisannya “Three Magic Words“, Tolong, Maaf dan Terima kasih memang tiga kata penuh “Magic”, jika bisa diucapkan pada saat yang tepat. Silakan dan Tolong bertandang ke blog Diajeng yang baru pindah ke rumah baru ini, dan kamu-kamu bisa menemukan banyak tulisan yang berguna, termasuk wisata kuliner. sekaligus aku mau mengucapkan terima kasih bagi para pembaca TE sudah masih setia membaca tulisanku ini, dan mohon Maaf aku masih terbatas waktunya untuk blogwalking dan menjawab komentar-komentar pembaca. Semangat tinggi, apa daya waktu dan sarana belum memungkinkan.

Lullaby

9 Jun

Lullaby atau lagu pengantar tidur. Dan memang daftar lagu lullaby ku sedikit. Yang berbahasa Jepang biasanya kunyanyikan adalah Medaka no kyoudai, yang pernah kutulisjuga. Tapi kadang aku menyanyikan beberapa lagu anak-anak bahasa Indonesia yang iramanya tidak cepat. Pilihanku biasanya adalah Awan Putih:

Kulihat awan, seputih kapas…. arak-berarak di langit luas
Andai kudapat ke sana terbang, akan kuraih kubawa pulang
(baca tulisannya mas trainer di di sini)

atau Kapal Api:

Lihatlah sebuah titik jauh di tengah laut,
s’makin lama s’makin jelas bentuk rupanya
Itulah kapal api yang sedang berlayar,
asapnya yang putih mengepul di udara

(atau Indonesia pusaka (nah kalau ini sambil mewek deh…) .

Nah tadi malam aku menyanyikan lagu : “Kasih ibu“…. dan entah kenapa, mungkin aku juga sedang labil, aku jadi ingin menangis. Lalu tiba-tiba Kai berkata, “Mama aku bisa menyanyi”
“Wah… mama mau dengar. Judulnya apa?”
“Tsumiki”… terus terang aku tidak tahu lagu berjudul Tsumiki (tsumiki = balok kayu. memang hari ini dia banyak bermain dengan tsumiki di penitipan, katanya bersama temannya membuat cerobong asap entotsu). Dan memang sepertinya itu lagu karangan dia saja. Sambil buang muka, dia memunggungi aku (malu mungkin), dia menyanyi…. Hanya terdengar sayup-sayup, tidak jelas dia mengatakan apa. Tapi di situ aku jadi menangis. Kenapa?

Aku jadi berpikir. Apakah aku pernah menyanyikan lullaby untuk mama? Memang mama sendiri tidak pernah menyanyikan lullaby untukku. Jarang lah. Kalaupun menyanyi, dia menyanyi lagu berbahasa Belanda. Padahal suara mama bagus. Ah, bahagianya aku malam ini, dinyanyikan oleh Kai. Seorang ibu menyanyikan lullaby untuk anaknya itu biasa, tapi seorang anak menyanyikan lullaby untuk ibunya? kamu pernah?

Karena aku menangis terisak si Kai lalu turun dan menghadap aku. Kalau Riku, dia akan menghiburku dengan kata-kata atau pelukan…yang akhirnya … biasanya…. membuat aku tambah menangis. Tapi si Kai dengan gayanya sendiri menghiburku dengan…. Menjulurkan lidah, membelalakkan mata, membuat muka yang lucu-lucu. Ahhh sifat kedua anakku ini memang berbeda. Tapi melihat Kai berbuat begitu, meskipun aku tertawa, aku juga sekaligus terharu, dan kemudian memeluk dia.

“Arigato Kai”
“Hmmm… Jangan nangis ya ma…”
“OK…”

dan tak lama Kai turun dari pelukanku, kembali ke bantalnya, dan aku harus pura-pura tidur supaya dia juga mau tidur.

Ah, memang benar kata orang-orang. Sesedih apapun kita, sesibuk apapun dan sesusah apapun, jika kita pulang ke rumah dan mendapatkan buah hati dengan tingkahnya masing-masing, kita dapat terhibur. Dan bersyukur atas kehadiran mereka. Terima kasih Tuhan, atas kedua permata ini.

****

Posting sesudah 5 hari vakum, bukan hanya karena sakit, atau Riku sakit. Tapi lebih karena aku tidak punya komputer sendiri, komputerku rusak, sehingga harus bergantian dengan Gen, pakai komputernya dia. Juga karena aku baru pindahan hosting week end lalu. Semestinya sekarang TE lebih cepat diakses dari Indonesia dibandingkan dulu. Jika masih bermasalah, kasih tahu saja ya (tapi sebelumnya periksa dulu koneksi kamu ya hehehe). Oh ya untuk yang memakai bookmark, tolong cache/historynya dihapus dulu, karena kadang itu menyebabkan TE tidak bisa dibaca, atau komentarnya hilang ntah kemana.

Sudden Change

4 Jun

Tidak ada yang suka pada perubahan yang mendadak, apalagi jika perubahan itu merupakan pembatalan. ドタキャンDotakyan istilahnya dalam bahasa Jepang. Sedapat mungkin hindari perubahan yang mendadak jika berhubungan dengan orang Jepang, yah kecuali kalau terpaksa sekali.

Dalam minggu ini aku terpaksa membuat perubahan-perubahan. Ditinjau dari pikiran orang Indonesia, tidaklah mendadak. Pertama waktu aku terpaksa membatalkan kelas malam 18:30 pada pagi hari Senin jam 9:00 pagi, karena aku sakit, bersin, pilek, batuk yang tidak mungkin berbicara banyak di kelas, apalagi untuk menyetir satu jam perjalanan (yang berarti aku tidak boleh minum obat). Setelah berdiskusi dengan kedutaan, jadilah kelas itu dibatalkan. Dan dari 8 peserta, ternyata ada satu yang tidak bisa dicapai/diberitahu oleh pihak penyelenggara. Well, apa boleh buat .

Nah kalau hari ini memang termasuk emergency, keadaan darurat. Dan aku merenungi hari ini sambil tertawa, tidak ada penyesalan sama sekali (lain dengan waktu hari Seninnya, aku merasa menyesal sekali terpaksa membatalkan kelas).

Pagi hari , tidak seperti biasanya aku malah bisa lebih pagi berangkat dari stasiun dekat rumahku. Dan hari ini aku membawa buku novel berbahasa Inggris yang sudah pernah kubaca bertahun lalu, sehingga aku cukup lupa jalan ceritanya. Aku bisa naik kereta lebih cepat 20 menit dari biasanya. Asyik… dan aku duduk membaca. Tapi bodohnya aku membaca tanpa memperhatikan setiap kereta berhenti sudah sampai mana. Tahu-tahu aku merasa aneh….dan sadar bahwa stasiun yang seharusnya aku turun sudah terlewat. Huh dasar, gara-gara novel ini (memang lagi seru-serunya sih…romance story) aku terpaksa turun di stasiun sesudahnya, kemudian pindah peron untuk kembali berbalik arah.

Ok, masih banyak waktu untuk naik  bus jam 10:30 pikirku…dan masih sambil melamun, aku menuruni tangga. WHAT!!! Aku turun di pintu yang salah. Seharusnya pintu Selatan, aku turun di pintu Utara. Terpaksa deh naik tangga lagi untuk pergi ke pintu selatan (Untung bukan di stasiun besar sehingga jaraknya tidak jauh), dan aku harus lari supaya bisa naik bus.

Dan di kejauhan aku lihat busnya masih ada, dan aku berdoa supaya supirnya mau menunggu. Supir bus universitas ini kadang baik, mau menunggu dosen yang terlihat berlari, tapi kadang kalau apes dapat supir yang masa bodo, ya ditinggallah. Dan harus menunggu 15 menit lagi (cyclenya setiap 15 menit). Untung saja pas aku naik bus, kulihat jam di dalam bus menunjukkan 10:29…. yatta! Aku tidak membuat orang lain menunggu \:D/

Dan… waktu bus mulai bergerak, aku membuka HPku untuk mengecek email yang masuk. Ternyata ada telepon masuk inbox. Hmmm siapa ya? Lalu aku dengar pesannya. Ternyata dari gurunya Riku, sensei Cantik itu memberitahukan bahwa Riku demam tinggi, dan harap segera dijemput!

Wah… bus sudah bergerak menuju ke universitas. Jadi aku pikir, biarlah aku bertemu dulu dengan murid-murid di jam pertama, memberikan tugas, lalu minta ijin pulang dan batalkan kelas ke dua. Cepat-cepat aku pergi ke halte bus di gerbang Universitas, untuk naik bus lagi ke stasiun. Waktu itu pukul 11:08. Dan aku telepon SD nya Riku, ternyata mereka juga sudah menghubungi Gen, dan katanya Gen akan menjemput Riku….

Weleh, aku sudah tidak bisa lagi kembali ke kelas karena sudah dibubarkan, dan kelas kedua juga sudah diliburkan. Sambil aku tulis email ke Gen, bilang kalau dia masih ada kerjaan, biar aku saja yang jemput Riku. Dan tidak dijawab hehehe…

Perjalanan ke universitas memang jauh. Aku baru sampai di stasiun dan mengambil sepeda pukul 1 kurang. Dan aku sampai di rumah bersamaan dengan masuknya mobil Gen+ Riku pulang dari dokter. Kulihat muka Gen juga senang, karena dia bisa meliburkan diri dengan alasan yang kuat, anak sakit (ditelepon oleh SD nya langsung ke kantor). Dan tentu saja aku juga senang, tugasku bisa ringan sedikit. Coba seandainya aku baru sampai, dan jemput Riku, aku baru bisa antar ke dokternya jam 3 (baru buka lagi jam 3 sore RS nya) ….. pasti repot. Well, aku dan Gen hari ini merasa puas, bisa berbuat sesuatu yang baik untuk keluarga, tanpa gerutu bahwa kerjaan kami terbengkalai. Kami masih keluarga Indonesia, dimana keluarga nomor satu.

(ssssst makan malam kami hari ini: sup kacang merah pakai rib + vrikadel + sambal lombok goreng loh…. mau? Yuk kemari aja 😉 )

Satu koma tiga tujuh

3 Jun

1.37 adalah angka yang dilaporkan oleh Kementrian Kesehatan Jepang Ministry of Health, Labour and Welfare kemarin. Angka apa itu? Itu adalah angka perkiraan (dari data tahun 2009) seorang wanita melahirkan anak selama hidupnya. Tentu saja bukan berarti melahirkan satu sepertiga anak, tapi ini menunjukkan bahwa hanya 3 dari 10 orang yang mau melahirkan lebih dari 1 anak. Dan angka ini menghentikan pertambahan yang terjadi sejak tahun 2006. Berhenti sampai di situ saja.

Dibandingkan tahun sebelumnya jumlah kelahiran berkurang 21.131 orang yaitu sebanyak 1.700.025  bayi. Sedangkan angka kematian hampir sama dengan tahun sebelumnya yaitu 1.141.920 orang. Dan ini berarti terjadi kekurangan 71.895 orang pada perkembangan jumlah penduduk alamiah.

Jumlah pernikahan berkurang 18.282 pasangan menjadi 707.824 pasangan. Dengan usia menikah bagi laki-laki 30,4 tahun dan wanita 28,6 tahun, masing-masing 0,2th dan 0,1 th lebih lambat dari sebelumnya.

Memang ini semua hanyalah angka dari sebuah statistik yang menjadi cerminan masalah sosial yang sedang terjadi di Jepang. Berkurangnya jumlah anak (yang juga dipengaruhi dengan adanya sexless yang pernah aku bahas di sini) serta bertambahnya orang berusia lanjut. Jika keadaan ini (tidak mempunyai anak) berlanjut terus Jepang akan mengalami masalah besar dengan berbagai prediksi yang terjadi di tahun 2025 (Jika tahun 2012 tidak kiamat ya hehehe). Karena itu kabinet merasa perlu membuat Departemen khusus yang menangani masalah sedikitnya anak. Dan salah satu “sebab” yang membuat PM Hatoyama terpilih sebenarnya adalah janji partainya untuk memberikan tunjangan bagi anak sampai usia SMP sebanyak 13.000 yen sebulan (padahal tadinya dobel tuh hehehe).

Jadi sejak bulan Juni ini, kami menerima tunjangan anak sebesar 13.000 yen per anak. Semoga saja tidak berubah dengan turunnya PM Hatoyama kemarin. Yang menarik adalah sebuah angket yang diadakan surat kabar di Jepang yaitu tentang penggunaan uang itu bagaimana. Jika ditanyakan pada anak-anaknya sendiri, tentu saja ingin membeli apa yang mereka sukai, apa yang mereka ingin makan, ingin pergi dan baru terakhir untuk tabungan. Tapi kalau bertanya kepada orang tua, maka nomor satu mereka mengatakan uang itu dipakai untuk tabungan pendidikan lanjutan, untuk membayar kursus-kursus, dan menutupi “hutang” mereka di bidang pangan.

Ngomong-ngomong soal utang, memang aku pernah membaca juga bahwa 40% keluarga di Jepang sebetulnya hidup dalam hutang, karena pendapatan keluarga menurun. Selama 10 tahun terakhir rata-rata pendapatan keluarga Jepang menurun, yang disebabkan pemutusan hubungan kerja, menurunnya kualitas riwayat pendidikan, menurunnya daya serap tenaga kerja dan lain-lain.

Ah, kalau membaca angka-angka rasanya jadi pusing memikirkan masa depan. Mendingan juga mikirin nanti malam makan apa ya? Yang murah, cepat, enak dan bergizi hehehe.

Mau tahu menu kami malam ini? Karena malam ini hanya kami bertiga saja (Gen ada acara makan malam di kantornya), maka kami mau membuat OKONOMIYAKI, yang sudah pernah aku tulis resepnya. Tentu dengan bahan asli seperti di sini, bukan bahan modifikasi seperti yang tertulis di posting Okonomiyaki ala Jakarta hehehe.

Masak okonomiyaki bersama. Kai juga ngotot bantu!

(Angka-angka di atas? lupakan saja…itu hanya catatan saya jika diperlukan untuk menulis karya ilmiah …cihuuuy)

厚生労働省は2日、2009年の合計特殊出生 率(1人の女性が生涯に産む子どもの数の推計値)は前年と同じ1.37だったと発表した。06年以降続いていた上昇がストップした。出生数は前年より2万1131人少ない107万25人。死亡数は前年とほぼ同じ114万1920人だった。出生数から死亡数を差し引いた「人口の 自然増減数」は、過去最大となる7万1895人のマイナスだった。婚姻数は1万8282組減の70万7824組。平均初婚年齢は男性30.4歳、女性28.6歳で、それぞれ0.2歳、0.1歳遅くなり、さらに晩 婚化が進んだ。06年以降、減少が続いた離婚件数は増加に転じた。

都道府県別の出生率は、沖縄(1.79)が最も高く、最低は東京(1.12)だった。同省は出生率が横ばいとなった要因について、「赤ちゃんの数は減ったが、分母となる母親も減ったため」としている。

Private Interview

2 Jun

Sebetulnya ku lebih suka istilah “private consultation” untuk bahasa Jepang Kojin Mendan 個人面談 suatu sistem pendidikan di sini untuk memonitor perkembangan akademis murid di sekolah SD.  Ini biasanya dilakukan di tengah semester bukan waktu penerimaan raport, supaya jika ada yang kurang bisa ditindaklanjuti oleh orang tua dan guru.

Hari ini pukul 3:30 aku mendapat “jatah” bertemu dengan gurunya Riku selama 15 menit. Entah kenapa, gurunya Riku ini selalu menempatkan aku di paling belakang, mungkin (mungkin loh) dia juga senang bercakap-cakap –ngerumpi– masalah lainnya. Dia merasa dekat denganku, karena katanya, kita kan sama-sama bekerja di bidang pendidikan, jadi bisa saling mengerti.

Jadi aku menerima laporan dari guru Riku mengenai perkembangan pelajaran Riku di sekolah. Waktu kelas satu memang Riku masih belum bisa lancar menulis beberapa hiragana. Tapi sekarang dia sudah bisa menulis kanji yang sulit-sulit juga. Memang masih ada beberapa kesalahan dalam tata bahasa, tapi yang penting Riku selalu enjoy di sekolah. Itu nomor satu! Gurunya juga bilang bahwa Riku sendiri mengaku bahwa lebih suka berhitung daripada bahasa (dan memang nilainya bagus-bagus kalau berhitung), tapi Riku paling “kreatif” di prakarya. Selalu lain dari yang lain, dan begitu pula dengan pemakaian warna-warna waktu menggambar, yang disebut gurunya “lain dari orang Jepang biasanya” 日本人離れ。

Gambar Riku kesan waktu field trip bersama teman-teman ke Kokuu Koen, Saitama

Selain itu Riku juga tidak punya masalah dalam pertemanan, temannya banyak. Pokoknya tidak ada keluhan untuk Riku. Nah, giliran aku yang melaporkan bahwa selama liburan musim panas, kami akan pulkam jadi Riku tidak bisa mengikuti pelajaran berenang yang diadakan selama musim panas. Selain itu setelah libur, murid-murid kelas 2 SD akan mulai menghafal perkalian dengan cara “kuku” 99 sebuah cara menghafal berupa kalimat-kalimat… aku sendiri tidak pernah belajar memakai cara ini, sehingga aku serahkan semuanya pada papanya (Ya jelas lah, aku kan belajar SD di Indonesia hihihi)

Setelah aku melaporkan bahwa kami akan melewatkan musim panas di Indonesia, sang guru kemudian bertanya. “Di Jakarta bisa lihat apa?” “Wahhh banyak bu…” Lalu dia mengatakan bahwa dia ingin pergi ke luar negeri sebelum menikah, dan waktu yang paling tepat adalah liburan musim panas (dan paling mahal memang hihihi). Jadi aku sarankan dia untuk pergi ke Bali dengan paket tour saja. Kecuali dia mau datang ke Jakarta waktu kami berada di Jakarta, sehingga kami akan mengantar dia jalan-jalan. Semoga dia bisa mendapatkan tiket yang sesuai.

Pegangan tangga khusus untuk pemakai kursi roda.

Bener deh, aku keluar kelas sudah cukup laat, sehingga setelah aku memesan foto-foto waktu Riku pergi “field trip” bersama sekolah waktu itu, aku cepat-cepat pulang. Oh ya, kelas dua terletak di lantai dua, sehingga aku harus menuruni tangga, dan saat itu aku sempat mengambil foto pegangan tangga di situ. Pegangan tangga itu khusus dibuat supaya penyandang cacat dengan kursi roda bisa naik tangga. (Tidak ada lift di sekolah pemda di sini). Pemandangan ini juga bisa dilihat di stasiun dan tempat umum lainnya. Pokoknya kalau berbicara tentang fasilitas penyandang cacat di Tokyo, ngga ada habisnya deh…alias bagus gitu. Tidak bagus-bagus amat, tapi dipikirkan.

Setelah aku “berlari” ke rumah mengambil sepeda, aku jemput Kai di penitipan. Dan terpaksa bayar ekstra karena lebih dari waktu yang seharusnya.

Bersiap naik sepeda. Di bagian belakang ada tumbuhan merambat dengan bunga dan bau seperti melati.

Sesampai di rumah, aku mencoba membuat German Potatoes. Memasuki musim panas, para petani banyak memanen kentang, sehingga hasil kentang berlimpah. Entah kenapa diberi nama German Potatoes, tapi masakan yang mudah ini cukup enak dan mengenyangkan, selain bisa dipakai sebagai satu jenis lauk makan malam. Apalagi jika ditemani dengan susis bradwurst  dan… bir dingin (maaf ya, yang tidak boleh jangan ngiri, cukup minum Zero saja) serasa berada di Munchen deh….

Resep German Potatoes:

Kentang : 300 gram
Potongan daging atau ham
garam sedikit
lada hitam sedikit
air jeruk nipis sedikit
mustard 2 sdm bagi yang suka, kalau saya ganti dengan mayonneise

Kentang direbus dan dipotong-potong secukupnya. Kebetulan kentang yang aku beli kecil sehingga satu kentang aku potong menjadi 4. Kemudian cara merebus juga bermacam-macam. Ada yang memotong dulu baru direbus, tapi kalau aku kebiasaan di rumah Jakarta, merebus kentang utuh dulu, baru dipotong-potong. Menguliti kentang rebus jauh lebih mudah. Tiriskan air rebusan dan beri air dingin (air ledeng), kulit akan mudah sekali dikelupas.

Hmmm warning untuk yang diet! Tidak disarankan untuk mengonsumikannya hehehe

Tumis potongan daging atau ham (atau bisa juga corned beef) dengan sedikit minyak atau mentega lalu masukkan kentang rebus potongan. Campurkan dengan semua bumbu sampai merata, dan taruh menggunung di atas piring (hint: Orang Jepang selalu menyusun makanan seperti gunung dalam piring yang cantik). Untuk pemanis bisa pakai parsley… tapi aku jarang beli pemanis-pemanis begitu sih (soalnya dirikyu kan sudah manis…hihihi… langsung kabur menghindari lemparan tomat pembaca TE.

Dengan resep dasar ini, tentu banyak bisa dimasukkan variasi lainnya, seperti memasukkan rebusan sayuran (peas/wortel) atau jamur…. apalagi pakai keju leleh …waaahhhh bisa gudbai deh diet hahaha. Selamat mencoba!

 

 

Ladybug and Crepe

1 Jun

Tentu saja tidak dijadikan satu (hiiii masak ada Ladybug Crepe…..tapi kalau nama toko crepe bagus juga ya), tapi keduanya adalah topik hari ini, awal bulan Juni.

Karena aku masih sakit, setelah antar Kai ke penitipan aku menyelesaikan urusan bayar-bayaran segala macam di bank, lalu cepat-cepat pulang ke rumah. Sampai di rumah belum jam sepuluh, tapi malesssss banget untuk ngapa-ngapain. Termasuk untuk menjemur cucian. Hmmm kapan lagi aku bisa siesta (bobo siang) nih. Jadi terhitung sejak jam 10 sampai jam 1:30 aku pulezzzz. Tidak lama sekitar pukul 1:45 Riku pulang. Wah kok cepat? Rupanya hari ini hanya 4 jam pelajaran, jadi sesudah makan siang, mereka pulang.

Riku ada janji ke dokter gigi jam 3:30, tadinya dia mau pergi bermain ke taman bersama teman-temannya. Tapi entah kenapa tidak jadi, dan film di disney chanel lebih menarik buatnya. Aku biarkan saja, dan masuk tempat tidur lagi…. waduuuh kebo banget aku hari ini. Tidur lagi sampai jam 3 sore. ZzzZZzZZz

Bangun jam 3, langsung siap-siap ke dokter gigi. Hari ini kali terakhir karena dipasang tambalan terakhir.Jadi minggu depan tidak usah kembali lagi. Riku juga sudah mulai malas pergi ke dokter gigi. Sebetulnya tadi ada kesempatan untuk minta ijin dokternya membuat foto dia lagi ditangani, cuma ntah deh aku males banget hari ini.

Setelah selesai dari dokter gigi, kami belanja ke toko dekat situ dan menjemput Kai. Waktu memarkirkan sepeda itulah kami menemukan ladybug, nama kerennya untuk kumbang kepik atau tentoumushi dalam bahasa Jepang. Kalau ladybug aku masih berani. Cute kan! Jadi ingat sama crature semacam ladybug tapi berwarna coklat di tanah depan rumah. Waktu kecil aku suka mengorek-orek tanah yang membentuk pusaran, karena di dalamnya pasti ada undur-undur. Keluarkan undur-undurnya dan mainin. (Kalau dipikir sadis juga ya, tidak berperikebinatangan hihihi)

Jadi deh kami bawa ladybug ke rumah, dan sementara jadi bahan mainan anak-anak. Sementara itu aku persiapkan bahan untuk membuat crepe. Riku minta dibuatkan crepe dan untuk itu kami sudah beli es krim dan whipping cream waktu belanja tadi. Kebetulan aku punya alat pemanggangnya yang dari listrik dan aman untuk dipakai bersama anak-anak. Alat ini sudah diatur sampai suhu tertentu saja. tidak akan gosong seandainya lupa.

Nah, karena Fatma pernah tulis minta resep, aku tuliskan di sini resepnya ya. Gampang sekali kok buatnya:

Resep crepe:

Susu 240 ml
Terigu 80 gr
Telur 2 butir
Gula 2 sendok makan
Garam seperempat sendok teh

bisa tambah vanili sedikit, tapi aku tidak pakai, karena tidak punya.

Adonan diaduk dan jika masih ada terigu yang menggumpal, seluruh adonan disaring saja. Tuangkan satu centong ke atas wajan atau plate panas sambil dilebarkan. Kalau permukaan sudah kering, bisa dibalik.

Crepe yang sudah jadi bisa diberi isi macam-macam. Riku isi crepe dengan es krim coklat, whipping cream dan mixed fruit kaleng. Kemarin waktu buat aku pakaikan peanut butter di atas crepe panas-panas juga uenak banget. Wahhh pokoknya bahaya deh untuk diet hihihi. (Mumpung lagi sakit, dietnya diberhentikan dulu, dan selembar crepe masih bisa ditolerir hihihi). Sambil ngebayangi waktu makan crepe di Harajuku sana. Beuh mahal! 400-500 yen, padahal kalau buat sendiri lebih murah hehehe (dasar pelit ahhh)

Dan setiap aku membuat crepe, aku teringat seorang bibi dari oma, yang bernama Bi Ima (alm) yang sering membuatkan kami crepe di rumah Jakarta. Dan saat itu isi crepe nya adalah gula manis ditambah kayu manis tumbuk. Atau kadang kalau rajin membuat vla vanila/coklat untuk diisikan pada crepe, lalu masukkan lemari es. Jadi ingat sering membeli di toko Mon Ami tuh(dan ada terus sampai sekarang). Tuh kan, hampir setiap apa yang kumakan ada sejarahnya tuh. 🙂

Care for a slice of crepe anyone?

yummy loh