Private Interview

2 Jun

Sebetulnya ku lebih suka istilah “private consultation” untuk bahasa Jepang Kojin Mendan 個人面談 suatu sistem pendidikan di sini untuk memonitor perkembangan akademis murid di sekolah SD.  Ini biasanya dilakukan di tengah semester bukan waktu penerimaan raport, supaya jika ada yang kurang bisa ditindaklanjuti oleh orang tua dan guru.

Hari ini pukul 3:30 aku mendapat “jatah” bertemu dengan gurunya Riku selama 15 menit. Entah kenapa, gurunya Riku ini selalu menempatkan aku di paling belakang, mungkin (mungkin loh) dia juga senang bercakap-cakap –ngerumpi– masalah lainnya. Dia merasa dekat denganku, karena katanya, kita kan sama-sama bekerja di bidang pendidikan, jadi bisa saling mengerti.

Jadi aku menerima laporan dari guru Riku mengenai perkembangan pelajaran Riku di sekolah. Waktu kelas satu memang Riku masih belum bisa lancar menulis beberapa hiragana. Tapi sekarang dia sudah bisa menulis kanji yang sulit-sulit juga. Memang masih ada beberapa kesalahan dalam tata bahasa, tapi yang penting Riku selalu enjoy di sekolah. Itu nomor satu! Gurunya juga bilang bahwa Riku sendiri mengaku bahwa lebih suka berhitung daripada bahasa (dan memang nilainya bagus-bagus kalau berhitung), tapi Riku paling “kreatif” di prakarya. Selalu lain dari yang lain, dan begitu pula dengan pemakaian warna-warna waktu menggambar, yang disebut gurunya “lain dari orang Jepang biasanya” 日本人離れ。

Gambar Riku kesan waktu field trip bersama teman-teman ke Kokuu Koen, Saitama

Selain itu Riku juga tidak punya masalah dalam pertemanan, temannya banyak. Pokoknya tidak ada keluhan untuk Riku. Nah, giliran aku yang melaporkan bahwa selama liburan musim panas, kami akan pulkam jadi Riku tidak bisa mengikuti pelajaran berenang yang diadakan selama musim panas. Selain itu setelah libur, murid-murid kelas 2 SD akan mulai menghafal perkalian dengan cara “kuku” 99 sebuah cara menghafal berupa kalimat-kalimat… aku sendiri tidak pernah belajar memakai cara ini, sehingga aku serahkan semuanya pada papanya (Ya jelas lah, aku kan belajar SD di Indonesia hihihi)

Setelah aku melaporkan bahwa kami akan melewatkan musim panas di Indonesia, sang guru kemudian bertanya. “Di Jakarta bisa lihat apa?” “Wahhh banyak bu…” Lalu dia mengatakan bahwa dia ingin pergi ke luar negeri sebelum menikah, dan waktu yang paling tepat adalah liburan musim panas (dan paling mahal memang hihihi). Jadi aku sarankan dia untuk pergi ke Bali dengan paket tour saja. Kecuali dia mau datang ke Jakarta waktu kami berada di Jakarta, sehingga kami akan mengantar dia jalan-jalan. Semoga dia bisa mendapatkan tiket yang sesuai.

Pegangan tangga khusus untuk pemakai kursi roda.

Bener deh, aku keluar kelas sudah cukup laat, sehingga setelah aku memesan foto-foto waktu Riku pergi “field trip” bersama sekolah waktu itu, aku cepat-cepat pulang. Oh ya, kelas dua terletak di lantai dua, sehingga aku harus menuruni tangga, dan saat itu aku sempat mengambil foto pegangan tangga di situ. Pegangan tangga itu khusus dibuat supaya penyandang cacat dengan kursi roda bisa naik tangga. (Tidak ada lift di sekolah pemda di sini). Pemandangan ini juga bisa dilihat di stasiun dan tempat umum lainnya. Pokoknya kalau berbicara tentang fasilitas penyandang cacat di Tokyo, ngga ada habisnya deh…alias bagus gitu. Tidak bagus-bagus amat, tapi dipikirkan.

Setelah aku “berlari” ke rumah mengambil sepeda, aku jemput Kai di penitipan. Dan terpaksa bayar ekstra karena lebih dari waktu yang seharusnya.

Bersiap naik sepeda. Di bagian belakang ada tumbuhan merambat dengan bunga dan bau seperti melati.

Sesampai di rumah, aku mencoba membuat German Potatoes. Memasuki musim panas, para petani banyak memanen kentang, sehingga hasil kentang berlimpah. Entah kenapa diberi nama German Potatoes, tapi masakan yang mudah ini cukup enak dan mengenyangkan, selain bisa dipakai sebagai satu jenis lauk makan malam. Apalagi jika ditemani dengan susis bradwurst  dan… bir dingin (maaf ya, yang tidak boleh jangan ngiri, cukup minum Zero saja) serasa berada di Munchen deh….

Resep German Potatoes:

Kentang : 300 gram
Potongan daging atau ham
garam sedikit
lada hitam sedikit
air jeruk nipis sedikit
mustard 2 sdm bagi yang suka, kalau saya ganti dengan mayonneise

Kentang direbus dan dipotong-potong secukupnya. Kebetulan kentang yang aku beli kecil sehingga satu kentang aku potong menjadi 4. Kemudian cara merebus juga bermacam-macam. Ada yang memotong dulu baru direbus, tapi kalau aku kebiasaan di rumah Jakarta, merebus kentang utuh dulu, baru dipotong-potong. Menguliti kentang rebus jauh lebih mudah. Tiriskan air rebusan dan beri air dingin (air ledeng), kulit akan mudah sekali dikelupas.

Hmmm warning untuk yang diet! Tidak disarankan untuk mengonsumikannya hehehe

Tumis potongan daging atau ham (atau bisa juga corned beef) dengan sedikit minyak atau mentega lalu masukkan kentang rebus potongan. Campurkan dengan semua bumbu sampai merata, dan taruh menggunung di atas piring (hint: Orang Jepang selalu menyusun makanan seperti gunung dalam piring yang cantik). Untuk pemanis bisa pakai parsley… tapi aku jarang beli pemanis-pemanis begitu sih (soalnya dirikyu kan sudah manis…hihihi… langsung kabur menghindari lemparan tomat pembaca TE.

Dengan resep dasar ini, tentu banyak bisa dimasukkan variasi lainnya, seperti memasukkan rebusan sayuran (peas/wortel) atau jamur…. apalagi pakai keju leleh …waaahhhh bisa gudbai deh diet hahaha. Selamat mencoba!