Ho ho ho … Merry Christmas

26 Des

Saya mengucapkan Selamat Natal pada semua teman-teman yang merayakannya.

Tanggal 25 pagi, aku bangun jam 6 pagi (padahal bobo cuman berapa jam tuh? 3 jam?) Dan membersihkan rumah. Baru aku lihat ternyata satu ekor ayam panggang kemarin malam ludes habis dimakan Gen …whooaaaa… seneng juga sih, daripada nyisa. Memang ku tidak sediakan nasi, jadi musti makan pakai roti atau macaroni…dasar Gen perut Jawa eh Japan hahahhaa.. kurang kenyang tanpa makan nasi. Tapi berhubung aku udah ketiduran sebelum dia selesai makan, ngga mau sengaja nyari nasi (padahal ada nasi loh di rice cooker… suamiku ini kalo ngga disediakan di depan matanya, ngga mau ambil sendiri sih hihihi).

Buang sampah-sampah, aku mandi dan siap-siap untuk ke gereja. Sebetulnya hari ini tanggal 25 itu bukan hari libur di Jepang, tapi karena dia ada jatah untuk libur satu hari pada hari biasa sebagai ganti lembur, maka aku minta dia untuk ambil libur pas tanggal 25. Aku mau ke gereja!. Padahal Riku harus ke TK, ada acara penutupan semester yang hanya sampai jam 10:30. Sedangkan misa yang mau aku ikuti itu mulai jam 10:30. Jadi harus ada yang jemput Riku.

Pagi-pagi sebelum ke TK, Riku sempat membuka kado natalnya yang ditaruh di bawah pohon. Dia senang sekali mendapat monster-moster kelengkapan dari boneka ultramannya.

Jam 9 lewat sedikit aku antar Riku ke TK naik sepeda, kembalikan sepeda ke parkiran di apartemenku lalu langsung pergi ke Kichijoji naik bus. Gereja yang aku tuju adalah Gereja Kichijoji yang dikelola ordo SVD. Dekat dari rumah hanya 20 menit naik bus, tapi memang sulit untuk kemana-mana membawa 2 orang balita sendirian. Jadi aku menikmati sekali perjalanan untuk mengikuti misa pagi ini. Belum juga jam 10 pagi, aku sudha sampai di Kichijoji. Berjalan di bawah bayangan gedung menuju ke gereja sempat membuatku menggigil. Sebelum masuk gereja, kami dibagikan fotocopy keterangan kolekte tahun ini yang terkumpul akan disalurkan ke mana saja. Terutama untuk anak-anak di Rwanda, dan negara-negara Africa.

Gereja pagi itu penuh, tapi 90% dari umat yang datang adalah kaum lansia, atau ibu muda dengan anak. Jarang sekali melihat laki-laki muda. Ada seorang seorang laki-laki bule yang menggendong anak bayi dan menggandeng anak balita waktu menyambut komuni. Ya, semua laki-laki/perempuan muda sedang bekerja di kantor saat itu, termasuk juga Melati san yang sebetulnya ingin sekali mengikuti misa.

Sebetulnya aku tidak begitu suka ikut misa berbahasa Jepang. Bukan karena faktor bahasa… tapi lebih ke faktor pendukungnya, yaitu lagu-lagu. Bayangkan di hari Natal, lagu Natal yang dinyanyikan “hanya” しずけきまよなか (Silent Night) di awal misa dan もろびとこぞりて (Joy to the World). Lagu-lagu misanya ngantukin… gregorian semua… huh. mbok yang genki (semangat) dikit nape sih.

Setelah selesai misa, aku melihat sosok orang Indonesia di depan gereja. Langsung saja saya sapa, “Pastor ya?. Saya memang tahu ada seorang pastor dari Indonesia (asal Timor) yang sedang bertugas di sini. Beliau juga melayani misa di komunitas katolik Meguro, tapi selama ini saya belum sempat bertemu. Beliau senang sekali disapa dalam bahasa Indonesia, tapi masih bingung kelihatannya. Lalu saya dalam bahasa Indonesia menceritakan bahwa saya tahu Pastor John Lelan ini dari ibu Kristin dan bla bla bla. Rupanya pastor menyangka saya orang Jepang yang bisa berbahasa Indonesia. Kemudian pastor bilang, “Ibu mari kita makan  siang sama-sama” Wah pastor ngajak nge -date nih hihihi. Dan memang kepada semua orang, Pastor bercanda berkata, “Kenalkan ini kanojo (pacar) , dia pintar bahasa Jepang”. Lalu saya bilang pada pastor, “Jangan begitu pastor, nanti semua orang pikir benar bagaimana?”. Justru katanya biar mereka tidak bertanya-tanya kok pastor muda pergi berduaan dengan perempuan, lebih baik dikenalkan begitu. Lagipula mereka kan tahu saya bercanda…. Hmmm orang Jepang memang sulit untuk bercanda.

bersama pastor John Lelan,SVD dan seorang umat di Kichijoji church

::::::::::::::::

Alhasil, saya pergi deh ke sebuah restoran Unagi (rupanya kesukaan pastor John adalah unagi –belut–) untuk makan siang bersama Pastor John, sambil cerita-cerita masa lalu. Tentang meninggalnya pastor Norbert, kabar dari frater Ardi yang sedang belajar di Nagoya sekarang dan katanya tahun depan akan ditahbis (kangen juga sama frater muda yang takut pada orang mati itu hihihi). Lalu mengenai jumlah umat di paroki Kichijoji yang berjumlah 5000 orang (lumayan besar ya). Dan ngga boleh lupa diceritakan bahwa pastor tidak menyangka bahwa saya sudah berumur 40 tahun, lebih tua 5 tahun dari beliau hahahahha ( biar narsisnya keluar kan…. dia sangka aku baru lulus dari universitas …. doooh hiperbolis sekali deh)

Sambil cerita-cerita begitu, tahu-tahu ada sekelompok ibu-ibu 8 orang masuk …wah rupanya umatnya dari gereja yang juga mau makan siang di situ. Terpaksa deh setelah makan kita aisatsu (mengucapkan salam dulu) kepada ibu-ibu ini, sambil berjanji saya akan sering ke gereja Kichijoji…. semoga. Dengan tahun depan Riku masuk SD, dia bisa mengikuti sekolah minggu setiap Minggu jam 9 pagi. Dan aku juga berjanji untuk mengusahakan pergi ke misa Natal tgl 27 nanti di gereja Meguro yang akan dipimpin oleh Pastor John untuk komunitas orang Indonesia Meguro.

Pulang, aku naik bus dari stasiun Kichijoji, dan ternyata aku ketiduran dalam bus. Waktu bangun sudah lewat halte dekat rumah, tempat yang seharusnya aku turun. Jadi aku sengaja turun di halte berikut yang memang harus jalan sekitar 10 menit sambil melewati ladang-ladang dan Rumah Sakit Koperasi tempat kami selalu pergi. Ada yang berjualan sayur dalam locker di situ, jadi saya beli wortel dan bayam sebelum pulang. Sambil menikmati jalan santai aku pikir begitu pulang aku mau masak Kare untuk Gen dan Riku, sedangkan sebagian dagingnya mau aku kasih bumbu soto madura…kepengen makan soto nih setelah makan masakan eropa semua hehehhe.

well aku berterima kasih pada Gen, yang membiarkan aku pergi ke gereja sendiri, dan dia yang baby sit anak-anak di rumah. Waktu aku pulang, Gen sedang membersihkan akuariumnya, Riku sedang bermain dan Kai … sedang minum susu sendiri (tak lama dia tidur sore sampai berjam-jam… kelihatannya dia capek sisa kemarin … dia sama sekali tidak tidur siang kemarin). Imelda? aku pasang YM dan mendengarkan curhat yuki san yang minta advis untuk sekolahnya, bingung antara arsitek, HI atau sastra Jepang. Hmmm pergunakanlah kesempatan yang ada, jangan cari yang tidak ada. Kadang kita memang harus mengalah untuk mencapai cita-cita. Waktu masih banyak untuk orang seusia dia… 19 tahun…

Akhir-akhir ini Riku senang menggambar, dan tadi malam tiba-tiba dia bilang begini, “Mama ini memang bukan asli, hanya dari kertas, tapi ini bunga untuk mama sebagai hadiah Natal……” hiks aku benar-benar terharu sampai mengeluarkan air mata. Sebelahnya adalah kado natal dia untuk papanya, yang dia berikan sembunyi-sembunyi…. ya sebuah rokok… dia tahu aku akan marah hahahaa.

Kaleidoscope

22 Des

Saya diberi tugas oleh Bang Hery untuk membahas tentang kaleidoscope. Setelah saya cari dalam google versi jepang, saya mendapatkan keterangan ini.

Kaleidoscope berasal dari bahasa Yunani yang merupakan paduan kata [Kalos] yang berarti indah, [eidos] berarti corak dan [scope] berarti melihat. Jadi kaleidoscope sendiri merupakan sebuah alat semacam teropong yang didalamnya terdiri dari 3 lembar lempengan kaca yang diberi sekat, dan di bagian dalam diberi kepingan kaca atau kertas warna warni sehingga bisa memantulkan sesuatu corak yang berwarna-warni. Kita bisa melihat langsung ke dalam teropong tersebut atau memantulkannya ke dinding. Seni ini sangat terkenal di Jepang, sehingga kalau Anda pergi ke toko cendera mata, pasti akan menemukan tabung dengan lapisan kertas Jepang, dan jika Anda melihat lewat lubang kaca yang ada di ujungnya, bisa melihat corak warna yang bisa berubah jika tabung itu diputar.

Ya! itulah kaleidoskop (bahasa Jepangnya Bankakyou) . Arti sesungguhnya melihat corak yang indah…. sampai ada museum di Kobe bernama Kobe Kitano Kaleidoscope yang menyuguhkan keindahan kaleidoscope dalam berbagai jenis warna dan corak. Lihat slogannya, Healing and Relaxing Time with Beautiful View in a Small Hole.

Tapi di penghujung tahun biasanya memang ada acara di televisi/media lain di Indonesia yang menyajikan suatu rangkaian kejadian yang terjadi dalam satu tahun sebagai kilas balik, dan dinamakan Kaleidoscope. Tapi karena isinya bermacam-macam kejadian, dan termasuk juga kejadian buruk, mestinya tidak cocok ya dinamakan kaleidoscope. Semestinya diberi nama kilas balik saja… atau perenungan. Siapa yang mau usul?

Hei boy... what are you thinking about? Live? or enjoying the scenery or thinking of you Mother?
Hei boy... what are you thinking about? Live? or enjoying the scenery or thinking of you Mother?(Riku @ Okinawa)

:::::::::::::::::::::::

Saya sebetulnya ingin sekali membuat kaleidoscope eh kilas balik saya di tahun 2008. Tapi karena tidak ada waktu, saya ingin membuat sebuah “CHILDLENS”. Apa yang dilihat seorang anak melalui lensa kamera. Terinspirasi dari sebuah buku dengan judul sama, yang saya baca di Sendai. Seorang anak diberikan kamera dan bebas mengambil foto apa saja. Dalam buku itu ada foto tatami, ada foto kamar, atau mainannya, dan ada foto ibunya sedang berganti baju. Sebagai pengganti Kaleidoscope saya, saya ingin mengetengahkan childlens Riku yang membawa kamera waktu dia pergi ke Okinawa musim panas lalu. Saya pilihkan beberapa foto dia yang layak menurut kacamata orang dewasa.

Bagaimana? Apakah Anda terhibur dengan hasil potret Riku?

Waktu kecil dan pertama kali saya kasih Riku pegang/potret dengan camera digital, papanya bersungut-sungut. Katanya,”Anak-anak dikasih kamera, nanti kalau rusak bagaimana?” Tapi saya bilang, asal kita kasih tahu tidak boleh begini begitu kan pasti bisa. Kalau rusak ya itu resiko. Sama halnya waktu Riku sudah mulai mengerti dan menggeratak apa saja, saya bilang, “Jangan pegang pisau. Pisau itu bisa membuat berdarah, dan sakit. Tapi kalau Riku mau sakit, silakan!. Riku mau sakit?”….. Tentu saja dia bilang tidak. Dan sejak saat itu biarpun ada pisau di atas meja, dia tidak akan pernah ambil atau bermain. Malahan dia bilang, “Mama ini pisau. Bahaya loh!”….

Biarkan anak-anak bermain dan berkembang dan juga merasakan kenyataan yang mungkin tidak bagus, sejauh resiko itu masih rendah. (Tentu saja saya tidak akan biarkan dia berjalan sendirian di jalan besar waktu itu kan, karena semua juga ada waktunya. Lihat-lihat kondisinya lah….)

Buku Pertama

20 Des

Hari ini saya beberes lemari buku yang lama tak tersentuh. Dibantu Kai yang membuang semua CD ke lantai, akhirnya satu dinding buku dan CD milikku berhasil dibersihkan/diatur kembali. Gara-garanya ada satu lemari buku yang terpaksa kami bongkar waktu Kai lahir supaya lebih lega kamar untuk dia. Akibatnya semua buku saya yang ada di lemari itu harus masuk kardus sementara. Sekarang sudah lega karena sudah mendapatkan tempat selayaknya.

Rak Buku Riku berisi Picture Book
Rak Buku Riku berisi Picture Book

Bicara mengenai buku, masih ingatkah Anda buku yang pertama kali Anda baca atau dibacakan? Saya sendiri masih ingat buku yang dibacakan oleh ibu saya, berbahasa Belanda yang pernah saya posting di sini. Dan cerita yang paling mengesankan adalah Blauwbaard (Si Jenggot Biru).

Nah untuk Riku buku yang pertama dia punya, dan kita bacakan adalah “Gatan Gotong” artinya hmmm suara kereta api, yang mungkin di bahasa Indonesia menjadi jes jes jes. Sebuah Picture Book yang mudah sekali. Kami bacakan pertama kali ketika dia berumur 6 bulan. Hanya untuk membiasakan dia untuk melihat buku. Buku ini kami dapat dari kelurahan Nerima pada waktu check up berkala dan suntikan BCG di Pusat Kesehatan Masyarakat (Hokenjo) . Semua bayi mendapat satu buku sebagai program memasyarakatkan buku pada anak-anak.Hmmm seandainya saja program ini bisa ditiru di Indonesia…… (atau sudah ada?)

Gatang Gotong dari penerbit Fukuinkan Shoten seharga 735 yen
Gatang Gotong dari penerbit Fukuinkan Shoten seharga 735 yen, dengan target usia 0-2 tahun

Kakak Perempuan

6 Des

Kakak perempuan dalam bahasa Jepang disebut dengan onesan atau kalau merefer pada kakak sendiri adalah ANE 姉 (meskipun pada kenyataannya untuk menyebutkan kakak perempuan sendiri banyak yang tetap menyebut onechan).  Hari ini adalah peringatan kakak perempuan, dan ini rupanya merupakan peringatan kelanjutan dari peringatan untuk Kakak laki-laki tanggal 6 Juni (6-6), lalu adik perempuan tanggal 6 September (9-6) dan 3 bulan sesudahnya yaitu hari ini tanggal 6 Desember adalah peringatan untuk kaka perempuan (12-6) . Nah, kalau sudah tahu polanya seperti ini tentu saja, Anda bisa mengira kalau tanggal 6 Maret adalah hari adik laki-laki ya….

  • 姉妹型・兄弟型研究の第一人者、畑田国男6月6日の「兄の日」、9月6日の「妹の日」に次いで提唱した日。

Sebetulnya dulu saya pernah dipanggil sebagai “Anego”, oleh murid-murid bahasa Indonesia yang perempuan waktu kita sering bermain bersama (bermain di sini biasanya dibaca sebagai : makan-makan dan minum-minum bersama). Mungkin ada yang pernah mendengar istilah Anego ini di film-film yakuza, ninja, anime bahasa Jepang. Anego adalah sebuah sebutan hormat untuk onesan, kakak perempuan. Tapi biasanya dipakai untuk suatu komunitas tertentu dan biasanya di komunitas yang “agak hitam” seperti gangster, atau ninja, sebuah organisasi.  Memang kalau mencari artinya, didapatkan bahwa yang disebut Anego itu juga merefer istri dari kepala komplotan, yang “mengasuh” dan memperhatikan kesejahteraan “adik-adik” nya. Waktu saya kasih tahu Gen, bahwa saya dibilang Anego, dia tidak suka…mungkin karena kesannya “kasar”. hehehe tapi saya sih masa bodo aja, dan tetap enjoy dipanggil anego. Apalah artinya sebutan sih …..hehehe.

Yang menarik lagi yang saya temukan waktu mencari arti anego, adalah penulisan kanji nya sebagai 姉御. Bagi yang pernah belajar Kanji, pasti tahu bahwa kanji 御 ini bisa dibaca menjadi tiga, yaitu [o], [go] dan [mi]. Biasanya diletakkan di depan suatu kata untuk mengekspresikan rasa hormat.  Pengucapannya yang tiga itu tergantung dari kata yang dipakai. Mungkin sudah banyak yang tahu bahwa, teh adalah o-cha,  mangkuk adalah o-wan, sumpit o-hashi….. hampir semua kata ‘asli’ Jepang (biasanya ditulis dalam hiragana saja) itu ditempeli kanji 御 di depannya , dan dibaca sebagai o-. Sedangkan kata-kata go-han (nasi),  go-kazoku (keluarga Anda) , go-honnin (Anda sendiri) asalnya merupakan kata “pendatang” dari Cina, yang biasanya bercirikan terdiri dari dua kanji. Saat itu kanji 御 dibaca sebagai go-. Sedangkan untuk mi-kotoba (Sabda) , mi-haha (merefer Bunda Maria) kanji 御 yang diletakkan untuk sesuatu yang suci dibaca sebagai mi-. Nah yang lucu, onesan kan sudah ditempeli 0- didepan kata ane sehingga dibaca onesan お姉さん.  Untuk anego, meskipun go ini adalah penghormatan tidak ditempati di depan kata ane. Pikir-pikir aneh juga kalau membaca go-ane atau go-nee …heheheh, jadi dalam bahasa Jepang juga menganut sistem “di luar teori atau kekecualian” pada kata-kata tertentu. Bukan hanya bahasa Indonesia saja yang mempunyai daftar “kekecualian” yang amat-sangat panjang itu. (maaf paragraf ini agak ilmiah ….. dilihat dari morfologi kata, bagian ilmu linguistik yang sangat saya sukai, terutama jika membahas asal kata)

Film Anego...lihat fotonya aja ngeri.... uuuh itu tato hihihi

(ISENG) : 10 syarat disebut sebagai Anego:

  1. lebih sering mendengarkan curhat orang, daripad curhat ke orang lain
  2. cepat dalam memutuskan sesuatu
  3. disukai oleh pria-pria muda
  4. disukai juga oleh wanita-wanita muda
  5. pernah putus hubungan dengan laki-laki dengan cara yang “heboh”
  6. tidak suka hal-hal yang tidak ada dasarnya (harus bisa memberikan alasan)
  7. tidak ada yang tahu bahwa sebetulnya dia pernah selingkuh
  8. sebetulnya amat suka ramalan (ramalan bintang dsb)
  9. pernah merasakan kemewahan-kemewahan masa lalu
  10. biarpun disebut sebagai “loser” (perawan tua dsb) cuek aja…

Nah katanya kalau 8 syarat di atas sudah dipenuhi, maka Anda layak disebut sebagai Anego. heheheh lucu juga syarat-syaratnya. Dan…. saya bisa mengerti kenapa ada orang yang memanggil saya sebagai Anego.

Nonton Bioskop

2 Des

Malem minggu aye pergi ke bioskop
Bergandengan ame pacar nonton koboi
Beli karcis tau tau keabisan
Jage gengsi kepakse beli catutan

Aduh emak enaknye nonton dua duaan
Kaye nyonye dan tuan di gedongan
Mau beli minuman kantong kosong glondangan
Malu ame tunangan kebingungan

Film abis aye kepakse nganterin
Masuk kampung jalan kaki kegelapan
Sepatu baru, baru aje dibeliin
Dasar sial pulang pulang injek gituan

Ah lagunya Benyamin emang enak ya… Biarlah saya dianggap jadul, tapi hati menjadi riang setiap dengar lagu-lagu dia. Saya punya koleksi lagu-lagunya lumayan lengkap, karena ada seorang Jepang di sini yang bilang pada saya, “Benyamin adalah musisi besar”. Karena itu setiap saya pulang ke Indonesia dulu saya pasti mencari CD Benyamin Sueb. Kadang tukaran lagu dengan Kang Duren (kemana ya dia?) jika ada lagu yang saya tidak punya atau dia tidak punya. Maklum dulu kami berdua suka jadi DJ di chatroom. Lagu favorit saya? “Perkutut” deh. heheheh

OK kali ini saya bukan mau bercerita tentang Benyamin, tapi justru lirik lagunya Benyamin yang Nonton Bioskop. Saya tahu banyak teman-teman blogger pecandu film, dan mungkin malah selalu mengagendakan nonton film di bioskop sebagai jadwal rutin, baik dengan kekasih hati atau sendiri (mana ada sih yang pergi sendiri mel hihihi). Suami saya sendiri pecandu film, tapi dia benar-benar memilih film yang agak aneh. Bukan action, lebih banyak drama, dan bervariasi antara film Jepang atau bahasa Inggris. Sayangnya …. ya sayang sekali… saya tidak suka menonton film. Menonton film bukan hobby saya. Waktu pacaran, memang saya “agak terpaksa” menonton bersama di bioskop. Meskipun ada beberapa film yang akhirnya saya sukai, seperti Ponnette yang sedih, Shall We Dansu yang riang, tapi ada yang sempat membuat saya BENCI film dan rasanya ingin lari dari gedung bioskop itu… sebuah film yang berjudul, Christ of Nanking. Sebuah film yang dibuat berdasarkan novel Akutagawa Ryunosuke th 1920, sedangkan filmnya sendiri dirilis th 1996-an.

Lalu kok tidak suka film mau cerita tentang nontong bioskop? Ya begitulah…meskipun saya tidak suka film, tapi demi sks kelulusan saya di program Master, saya harus mengambil 4 sks mata kuliah pilihan apa saja. Nah ada dua mata kuliah yang saya ambil, dan dua-duanya tidak ada hubungan dengan penelitian saya waktu itu…. dan dua-duanya ANEH. Kalau dipikir, nekat bener saya ini atau saking ngga peduli yang penting MUDAH, Tidak pakai banyak bahasa Jepang, dengan jaminan dapat nilai bagus, sehingga bisa menghias daftar nilai saya dengan huruf A. Huh tipikal mahasiswa Indonesia.

OK, mata kuliah pertama yang tidak ada hubungan dengan postingan ini adalah “Sejarah Pemikiran Barat/Eropa”…. hmmm saya pikir dengan ikut kuliah ini paling tidak saya bisa kejar ketinggalan yang tidak saya dapatkan di SMA (karena di IPA ngga belajar ginian euy). BUT aduuuuh isi kuliah itu amit-amit deh. Si professor adalah peneliti tentang Majogari, Witches …pembunuhan Nenek-nenek sihir. Dan didalam kuliah itu berbicara tentang scape goat, inisiasi dll. Hiiiiii dan itu dengan terpaksa saya ikut karena…… pesertanya cuma SATU ORANG yaitu saya sendiri. HELP!!!!!. Karena waktu orientasi saya muncul, saya merasa tidak enak kalau saya tidak muncul di kuliah pertama. Dan bad news, tidak ada orang lain yang ambil kuliah itu ….. TERPAKSA deh, setiap hari Jumat, jam pertama (jam 9 pagi) , saya nongkrong di kamar beliau, mendengarkan kuliah dan membuat resume dan membuat presentasi! Presentasi apa? Inisiasi di masyarakat Indonesia. Klutekan deh cari nara sumber…. saya sampaikan ttg potong gigi di Bali, dsb dsb (udah lupa). Dan setelah sengsara satu semester, saya bisa puas dapat A. (Kalau tidak dapat A, saya protes bener deh tuh dosen). Pfff

Yang berhubungan dengan Film ini, judul mata kuliahnya “Study Film Barat/Eropa” dan dibawakan oleh kritikus film terkenal Jepang, Umemoto Youichi (9 Januari 1953 -12 Maret 2013) yang biasa menulis di majalah-majalah. Waktu ikut orientasi, banyak orang, jadi aman…. tidak usah harus sendirian. Dan yang membuat saya putuskan ambil kuliah itu adalah ucapannya, “Kalian pasti dapat sks, asalkan setiap minggu wajib menonton satu film dari sutradara yang saya sebutkan, entah di bioskop atau di video, dan pada pertemuan berikutnya presentasikan apa yang kamu rasakan, kesan waktu menonton film itu”. Yang pasti kuliah ini MAHAL, karena jika menonton di bioskop, paling sedikit 1000-1500 yen harus dikeluarkan. Atau kalau video, satu buah video 400 yen. Hmmm biarlah saya pikir, keluarkan uang meskipun saya tidak suka menonton, untuk sesuatu yang pasti …yaitu 2 SKS. hehehehe. Karena saya, bagaimanapun punya handicap, yaitu bahasa.

wheres friends home
where’s friend’s home

Well, mata kuliah film ini masih JAUUUUH lebih mending daripada yang Sejarah pemikiran tadi. BUT, jangan harap kamu bisa menonton film semacam “Sex and the City” atau “Mamamia” deh. Nama sutradaranya saja saya baru pertama kali dengar. Yang paling bombastis mungkin adalah KIKA, yang disutradarai Pedro Almodóvar asal Spanyol yang bercerita seorang make up artis (ini bahasanya Spanyol jeh) . Lalu saya harus menonton karya -karya Jean-Luc Godard (yang memang indah meskipun terus terang saya kurang mengerti —bahasa Perancis euy), karya Spike Jonze, kemudian ada satu film dari Timur Tengah karya sutradara Iran Abbas Kiarostami, yang berjudul “Where’s Friends house”. Dan satu yang boleh dibilang paling “dimengerti” awam adalah Pulp Fiction karya Quentin Tarantino (karena ada si John Travoltanya tuh).

Ada satu “happening” dalam mengikuti kuliah ini. Suatu waktu saya absen dan tidak mengikuti kuliah. Lalu saya tanya pada teman apa tugas untuk minggu itu? Lalu dia berkata “Katteni shiagare” yang artinya saya tangkap sebagai “terserah kamu”. Ya saya pikir boleh menonton film apa saja. Eeee ternyata, ada film Godard yang berjudul begitu….. dan waktu saya jelaskan, minta maaf saya tidak menonton dengan alasan salah judul, dosen itu tertawa terbahak-bahak. (Untung dia kasihan sama saya yang orang asing satu-satunya di kelas dia hiks).

Akhirnya satu semester habis, dan saya berhasil mendapatkan nilai A juga untuk mata kuliah ini. Memang sulit bagi saya, tapi paling tidak saya bisa mengerti apa saja yang ditonton oleh orang FILM, yang pastinya bukan film-film picisan (menurut mereka) yang hanya mengejar “jumlah penonton” . Selain itu saya bisa berkenalan dengan kebudayaan lain, film Spanyol, film Perancis, film IRAN….. yang tentu saja tidak akan saya lirik sebelah mata jika saya tidak mengambil kuliah ini.

Beda? Harus tetap Pede!-Swimmy-

1 Des

Setidaknya ini sebuah pelajaran yang didapat dari sebuah Picture Book yang sangat terkenal di Jepang. Swimmy berwarna hitam, padahal saudara-saudaranya yang lain berwarna merah. Menyadari dirinya lain, dia sering menyendiri dan berenang ke pelosok-pelosok lautan. Pada suatu hari seekor ikan raksasa menelan seluruh saudara Swimmy yang berwarna merah itu. Swimmy tambah merasa sedih, dan dia berenang semakin jauh…. Di suatu tempat dia menemukan ikan berwarna merah yang mirip dengan saudara-saudaranya. Dia senang sekali dan mengajak mereka untuk bermain bersama. Tapi…. mereka sangat takut karena ada ikan besar yang mengincar mereka. Di situ Swimmy mengajak ikan-ikan merah untuk bergabung berenang bersama dan membentuk sebuah ikan yang besar sekali. Swimmy yang berwarna hitam menjadi bagian mata…. Dan sejak itu tidak ada ikan besar yang mendekat.

Well, sebuah cerita yang pantas diperdengarkan pada anak-anak. Mengajarkan bahwa berbeda itu memang wajar dan jangan takut berbeda. Percaya dirilah, karena ternyata dengan percaya diri, bisa mengalahkan sesuatu yang besar dan menakutkan.

Picture Book ini memang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang (kalau mau sebuah bangsa maju…terjemahkan sebanyak-banyaknya buku asing!–ini pemikiran waktu restorasi Meiji), tapi buku asli yang berbahasa Inggris juga dipakai sebagai bahan pelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah di Jepang. Pengarangnya adalah Leo Lionni, seorang keturunan Yahudi yang lahir di Amsterdam Belanda, pindah ke Italia, kemudian ke Amerika Serikat… tetapi akhirnya dia menetap di Italia. Bukunya ini mendapat penghargaan Caldecott Honor. Selain isi ceritanya, cara menggambar Leo Lionni ini yang merupakan perpaduan painting, printing and collage, membuat gambar yang indah. (Tapi menurut saya agak “Tipis/pudar”). Yang mengagumkan kalau membaca tentang Leo Lionni di wikipedia adalah daftar judul buku yang bisa dibayangkan isinya. Penuh makna untuk memberikan inspirasi bagi pembacanya. Dan ternyata saya juga punya buku karangannya yang berjudul “Little Blue and Little Yellow” . Si Biru dan si Kuning ini benar-benar berguna untuk menjelaskan perpaduan warna pada Riku yang waktu itu berumur 3-4 tahun.

Menjadi Seribu Angin

30 Nov

Janganlah kau menangis di depan pusaraku
Aku tidak berada di sana….
Aku tidak tidur di sana….
Aku menjadi seribu angin
seribu angin
yang bertiup di angkasa luas

Aku menjadi cahaya
yang menerangi ladang
Pada musim dingin
aku menjadi salju yang berkilauan bak berlian
Pada pagi hari aku menjadi burung
yang akan membangunkanmu
Malam hari kumenjadi bintang
yang menjagamu

Janganlah kau menangis di depan pusaraku
Aku tak ada di sana, aku tidak mati
Aku menjadi seribu angin
seribu angin yang bertiup
di angkasa luas…..

In Memoriam orang-orang tercinta yang telah berpulang ke asalnya.

especially S. Yabuki (28-11-2008) Roger Downey SJ (26-12-2007)

Sen no Kaze ni natte by Akikawa Masafumi translated into Indonesian by Imelda 2007.  Sebuah lagu yang pasti membuat kita menangis, apalagi jika dinyanyikan pada upacara pemakaman. Lagu ini pernah dinyanyikan oleh pastor Bruno SVD, untuk koleganya pastor Norbert Nahak SVD asal Timor yang meninggal di Tokyo tanggal 11 Desember 2006. Komunitas Katolik Indonesia di Tokyo, dua tahun berturut-turut kehilangan pastor yang selalu melayani misa, Pastor Norbert 11 Des 2006 dan Pastor Downey 26 Des 2007. May they rest in peace. Amen

Bagi yang mau mendengar lagunya bisa dengar di

NB: Khusus untuk Mega (Seiya suka lagu ini ya), kalau membaca posting ini kirim kabar dong. Saya khawatir pada perkembangan kehidupan di sana apalagi nomor HP nya sudah ganti. Kirim berita dik, please. EM

SEBUAH CERITA TENTANG KESETIAAN

28 Nov

Di Shibuya, Tokyo, Jepang, tepatnya di alun-alun sebelah timur Stasiun Kereta Api Shibuya, terdapat patung yang sangat termasyur. Bukan patung pahlawan ataupun patung selamat datang, melainkan patung seekor anjing. Dibuat oleh Ando Takeshi pada tahun 1935 untuk mengenang kesetiaan seekor anjing kepada tuannya.

Seorang Profesor setengah tua tinggal sendirian di Shibuya. Namanya Profesor Hidesamuro Ueno. Dia hanya ditemani seekor anjing kesayangannya, Hachiko. Begitu akrab hubungan anjing dan tuannya itu sehingga kemanapun pergi Hachiko selalu mengantar. Profesor itu setiap hari berangkat mengajar di universitas selalu menggunakan kereta api. Hachiko pun setiap hari setia menemani Profesor sampai stasiun. Di stasiun Shibuya ini Hachiko dengan setia menunggui tuannya pulang tanpa beranjak pergi sebelum sang profesor kembali.. Dan ketika Profesor Ueno kembali dari mengajar dengan kereta api, dia selalu mendapati Hachiko sudah menunggu dengan setia di stasiun. Begitu setiap hari yang dilakukan Hachiko tanpa pernah bosan.

Musim dingin di Jepang tahun ini begitu parah. Semua tertutup salju. Udara yang dingin menusuk sampai ke tulang sumsum membuat warga kebanyakan enggan ke luar rumah dan lebih memilih tinggal dekat perapian yang hangat.

Pagi itu, seperti biasa sang Profesor berangkat mengajar ke kampus. Dia seorang profesor yang sangat setia pada profesinya. Udara yang sangat dingin tidak membuatnya malas untuk menempuh jarak yang jauh menuju kampus tempat ia mengajar. Usia yang semakin senja dan tubuh yang semakin rapuh juga tidak membuat dia beralasan untuk tetap tinggal di rumah. Begitu juga Hachiko, tumpukan salju yang tebal dimana-mana tidak menyurutkan kesetiaan menemani tuannya berangkat kerja. Dengan jaket tebal dan payung yang terbuka, Profesor Ueno berangkat ke stasiun Shibuya bersama Hachiko. Tempat mengajar Profesor Ueno sebenarnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Tapi memang sudah menjadi kesukaan dan kebiasaan Profesor untuk naik kereta setiap berangkat maupun pulang dari universitas.

Kereta api datang tepat waktu. Bunyi gemuruh disertai terompet panjang seakan sedikit menghangatkan stasiun yang penuh dengan orang-orang yang sudah menunggu itu. Seorang awak kereta yang sudah hafal dengan Profesor Ueno segera berteriak akrab ketika kereta berhenti. Ya, hampir semua pegawai stasiun maupun pegawai kereta kenal dengan Profesor Ueno dan anjingnya yang setia itu, Hachiko. Karena memang sudah bertahun-tahun dia menjadi pelanggan setia kendaraan berbahan bakar batu bara itu.

Setelah mengelus dengan kasih sayang kepada anjingnya layaknya dua orang sahabat karib, Profesor naik ke gerbong yang biasa ia tumpangi. Hachiko memandangi dari tepian balkon ke arah menghilangnya profesor dalam kereta, seakan dia ingin mengucapkan,” saya akan menunggu tuan kembali.”

” Anjing manis, jangan pergi ke mana-mana ya, jangan pernah pergi sebelum tuan kamu ini pulang!” teriak pegawai kereta setengah berkelakar.

Seakan mengerti ucapan itu, Hachiko menyambut dengan suara agak keras,”guukh!”
Tidak berapa lama petugas balkon meniup peluit panjang, pertanda kereta segera berangkat. Hachiko pun tahu arti tiupan peluit panjang itu. Makanya dia seakan-akan bersiap melepas kepergian profesor tuannya dengan gonggongan ringan. Dan didahului semburan asap yang tebal, kereta pun berangkat. Getaran yang agak keras membuat salju-salju yang menempel di dedaunan sekitar stasiun sedikit berjatuhan.

Di kampus, Profesor Ueno selain jadwal mengajar, dia juga ada tugas menyelesaikan penelitian di laboratorium. Karena itu begitu selesai mengajar di kelas, dia segera siap-siap memasuki lab untuk penelitianya. Udara yang sangat dingin di luar menerpa Profesor yang kebetulah lewat koridor kampus.

Tiba-tiba ia merasakan sesak sekali di dadanya. Seorang staf pengajar yang lain yang melihat Profesor Ueno limbung segera memapahnya ke klinik kampus. Berawal dari hal yang sederhana itu, tiba-tiba kampus jadi heboh karena Profesor Ueno pingsan. Dokter yang memeriksanya menyatakan Profesor Ueno menderita penyakit jantung, dan siang itu kambuh. Mereka berusaha menolong dan menyadarkan kembali Profesor. Namun tampaknya usaha mereka sia-sia. Profesor Ueno meninggal dunia.
Segera kerabat Profesor dihubungi. Mereka datang ke kampus dan memutuskan membawa jenazah profesor ke kampung halaman mereka, bukan kembali ke rumah Profesor di Shibuya.

Menjelang malam udara semakin dingin di stasiun Shibuya. Tapi Hachiko tetap bergeming dengan menahan udara dingin dengan perasaan gelisah. Seharusnya Profesor Ueno sudah kembali, pikirnya. Sambil mondar-mandir di sekitar balkon Hachiko mencoba mengusir kegelisahannya. Beberapa orang yang ada di stasiun merasa iba dengan kesetiaan anjing itu. Ada yang mendekat dan mencoba menghiburnya, namun tetap saja tidak bisa menghilangkan kegelisahannya.

Malam pun datang. Stasiun semakin sepi. Hachiko masih menunggu di situ. Untuk menghangatkan badannya dia meringkuk di pojokan salah satu ruang tunggu. Sambil sesekali melompat menuju balkon setiap kali ada kereta datang, mengharap tuannya ada di antara para penumpang yang datang. Tapi selalu saja ia harus kecewa, karena Profesor Ueno tidak pernah datang. Bahkan hingga esoknya, dua hari kemudian, dan berhari-hari berikutnya dia tidak pernah datang. Namun Hachiko tetap menunggu dan menunggu di stasiun itu, mengharap tuannya kembali. Tubuhnya pun mulai menjadi kurus.

Para pegawai stasiun yang kasihan melihat Hachiko dan penasaran kenapa Profesor Ueno tidak pernah kembali mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Akhirnya didapat kabar bahwa Profesor Ueno telah meninggal dunia, bahkan telah dimakamkan oleh kerabatnya.

Mereka pun berusaha memberi tahu Hachiko bahwa tuannya tak akan pernah kembali lagi dan membujuk agar dia tidak perlu menunggu terus. Tetapi anjing itu seakan tidak percaya, atau tidak peduli. Dia tetap menunggu dan menunggu tuannya di stasiun itu, seakan dia yakin bahwa tuannya pasti akan kembali. Semakin hari tubuhnya semakin kurus kering karena jarang makan.

Akhirnya tersebarlah berita tentang seekor anjing yang setia terus menunggu tuannya walaupun tuannya sudah meninggal. Warga pun banyak yang datang ingin melihatnya. Banyak yang terharu. Bahkan sebagian sempat menitikkan air matanya ketika melihat dengan mata kepala sendiri seekor anjing yang sedang meringkuk di dekat pintu masuk menunggu tuannya yang sebenarnya tidak pernah akan kembali. Mereka yang simpati itu ada yang memberi makanan, susu, bahkan selimut agar tidak kedinginan.

Selama 9 tahun lebih, dia muncul di station setiap harinya pada pukul 3 sore, saat dimana dia biasa menunggu kepulangan tuannya. Namun hari-hari itu adalah saat dirinya tersiksa karena tuannya tidak kunjung tiba. Dan di suatu pagi, seorang petugas kebersihan stasiun tergopoh-gopoh melapor kepada pegawai keamanan. Sejenak kemudian suasana menjadi ramai. Pegawai itu menemukan tubuh seekor anjing yang sudah kaku meringkuk di pojokan ruang tunggu. Anjing itu sudah menjadi mayat. Hachiko sudah mati. Kesetiaannya kepada sang tuannya pun terbawa sampai mati.

Warga yang mendengar kematian Hachiko segera berduyun-duyun ke stasiun Shibuya. Mereka umumnya sudah tahu cerita tentang kesetiaan anjing itu. Mereka ingin menghormati untuk yang terakhir kalinya. Menghormati sebuah arti kesetiaan yang kadang justru langka terjadi pada manusia.

Mereka begitu terkesan dan terharu. Untuk mengenang kesetiaan anjing itu mereka kemudian membuat sebuah patung di dekat stasiun Shibuya. Sampai sekarang taman di sekitar patung itu sering dijadikan tempat untuk membuat janji bertemu. Karena masyarakat di sana berharap ada kesetiaan seperti yang sudah dicontohkan oleh Hachiko saat mereka harus menunggu maupun janji untuk datang. Akhirnya patung Hachiko pun dijadikan symbol kesetiaan. Kesetiaan yang tulus, yang terbawa sampai mati.

Sungguh kisah yg menggugah hati….tak habis2nya saya meneteskan air mata membaca cerita hidup Hachiko….

Film ttg kisah hachiko dibuat d jepang tahun 1987 dgn judul “Hachiko Monagatari”. Film ini byk memperoleh penghargaan. ..
Dan saat ini versi hollywoodnya sedang dibuat dgn judul “Hachiko : A Dog’s Story” (Starring and Co-Producted by Richard Gere)….

Hachiko: A Dog’s Story,[9] to be released in 2008, is an American movie starring actor Richard Gere, directed by Lasse Hallström, about Hachikō and his relationship with the professor. The movie is being filmed in Rhode Island, and will also feature actresses Joan Allen and Sarah Roemer.[10]

(sumber dari milis IKAJA UI)

depan patung hachiko Shibuya,  sebagai meeting point
Depan patung Hachiko Shibuya, yang terkenal sebagai meeting point

NB: Saya heran kok Richard Gere lagi, soalnya sebuah film Jepang yang terkenal di sini “Shall We Dance” versi bahasa Inggris juga diperankan oleh Richard Gere. Saya pernah posting tentang film Shall We Dansu/Dance versi bahasa Jepang di sini

 

 

Gagak gagak gagah

26 Nov

Hai Gagak kenapa kau menangis?
Karena di gunung
ada anaknya yang berusia 7 tahun

Indah indah tangisan sang burung
Dia menangis dengan indah

Lihatlah di sarangnya di gunung
Anaknya menunggu dengan matanya yang bulat

Karasu naze nakuno
Karasu wa yamani
Kawaii nanatsu no ko ga aru kara yo

Kawaii kawaii to karasu wa nakuno
Kawaii kawaii to nakundayo

Yama no furusu ni
Ittemitte goran
Marui me wo shita ii ko dayo

烏 なぜ啼くの
烏は山に
可愛い七つの
子があるからよ
可愛 可愛と
烏は啼くの
可愛 可愛と
啼くんだよ
山の古巣に
行つて見て御覧
丸い眼をした
いい子だよ

melodynya bisa didengar di sini

Iniadalah sebuah lagu anak-anak yang populer di Jepang berjudul Nanatsu no ko, menceritakan seekor gagak yang diciptakan pada tahun 1921 oleh Noguchi Ujou.  Tidak ada orang Jepang yang tidak tahu lagu ini. Yang mengherankan kenapa gagak yang menjadi tema dalam lagu anak-anak tersebut. Karena sebetulnya gagak yang berwarna hitam itu dari zaman dulu dikenal sebagai burung pembawa bencana. Tetapi Noguchi mengangkat “derajat” gagak itu dengan mengatakan bahwa burung yang buruk rupa itu pun mengkhawatirkan anaknya. Hmmm karena buruk rupa = malang… suatu prejudice yang sebetulnya tidak boleh terjadi, bahkan dalam kehidupan manusia. Waktu saya browsing saya juga menemukan alasan kenapa di dalam lagu itu dipakai kata anak berusia 7 tahun. Ternyata si pencipta lagu Noguchi ditinggal mati ibunya waktu dia berusia 7 tahun. Jadi dia sendiri menggambarkan dirinya seperti Gagak yang buruk rupa? Tidak ada yang tahu…

Namun saya juga tidak suka pada gagak-gagak hitam ini. Dan saya rasa tidak ada yang tinggal di Tokyo suka pada gagak. Karena Gagak menimbulkan masalah yang pelik bagi warga Tokyo. Mereka merajalela di mana-mana. Bahkan kadang-kadang dengan berani menukik ke arah manusia. Pernah ada berita yang menceritakan ada Gagak yang menukik masuk ke dalam kamar seorang bayi di lantai dua perumahan dari jendela yang terbuka. Gagak yang pemakan daging itu kemudian memakan bayi tersebut. Aduh!!!

Gagak di Tokyo sudah merupakan Hama bagi lingkungan Tokyo. Mereka terbiasa mengorek sampah-sampah dan beberapa tahun terakhir ini semakin ganas. Di kawasan pertokoan sesudah restoran tutup pukul 11 malam, biasanya sampah dibuang di luar. Begitu fajar tiba, burung-burung gagak berpesta pora dengan sisa-sisa makanan yang ada. Sampah-sampah berhamburan mengotori jalanan dan membuat pemandangan yang tidak sedap dipandang mata. Dan sialnya setelah krisis ekonomi terjadi, sampah-sampah yang dibuang rupanya “tidak cukup” bagi si burung gagak, sehingga teritorinya meluas ke daerah pemukiman penduduk. Dan samapi merekapun tidak segan “merebut” makanan yang dibawa oleh penduduk, misalnya yang sedang piknik atau makan di taman. Bahkan bayi dan anak kecil bisa disambarnya.

Sekarang usaha untuk mengurangi serangan burung gagak sudah dilakukan, misalnya dengan menutup kantong-kantong sampah dengan jaring dan membuang sampah pada waktunya. Namun pemerintah daerah Tokyo masih pusing mengurangi populasi burung gagak di Tokyo ini. Dan yang pasti pemda dan masyarakat tidak akan menganggap tangisan burung gagak itu sebagi indah…. tetapi justru MENGERIKAN.

gagak gagak gagah itu
menghitami langit tokyo
menyebarkan bau busuk
mengancam manusia manusia bodoh