Bendera kuning kan biasanya dipakai untuk memberitahukan ada kematian di dekat situ ya? Atau misalnya pada iringan mobil ke pemakaman. Kenapa sih mesti warna kuning? Kalau putih memang tanda perdamaian/nyerah, tapi kenapa bukan hitam yang dipakai untuk menandakan berkabung?
Tidak tahu memang siapa yang pertama kali menentukan bendera kuning untuk peristiwa duka itu. Yang saya mau tulis di sini sebetulnya hanya sekedar uneg-uneg peristiwa yang terjadi seminggu yang lalu. persis di jam-jam segini (Minggu dini hari jam 2-3 pagi).
MInggu lalu adikku (cewe yang pinter musik itu, dan programmer itu) nginap di rumahku. Aku minta dia tungguin jadi baby sitter untuk Riku dan Kai, karena aku harus ikuti meeting KMKI (Keluarga Masyarakat Kristen Indonesia di Jepang). Males boyong-boyong anak-anak dengan heboh seperti kejadian dua minggu yang lalu. Dan karena pulangnya larut, aku minta adikku untuk nginap saja dan baru pulang minggu paginya. Nah ceritanya kita sudah tidur, tapi kira-kira jam segini ini ada suara ambulans mendekat, dan berhenti. Rupanya persis depan apartemen kita. Antara ngantuk dan ingin tahu berhenti di mana, setelah 5 menitan aku bangun dan keluar ke kamar makan. Rupanya Tina sudah di kamar makan juga. Dia bilang ambulans itu berhenti tepat depan apartemen dan akhirnya aku keluar ke beranda untuk lihat keadaan. Betul ada ambulans 1 unit dan pemadam kebakaran 1 unit dan di belakangnya mobil wagon 1 unit (ada supirnya). Memang kalau kita telepon emergency di 119, kita harus memberitahukan apa yang terjadi. Sakit atau kebakaran. Tapi meskipun melaporkan sakit mobil pemadam kebakaran juga ikut datang, kalau-kalau diperlukan untuk memanjat apartement dll.
Jadi aku dan Tina cukup penasaran siapa sih yang sedang sakit. Atau kenapa ambulans datang? Kebanyakan di apartement kami orang muda, dan yang aku tahu orang tua itu di lantai satu. Dan pagi sekitar jam 8 Gen melihat ada mobil jenazah yang datang. Entah membawa pergi atau membawa kembali dari RS. Ternyata orang itu meninggal. BUT…. nobody knows. Siapa yang meninggal. Akhirnya aku tahu di lantai 5, tapi kamar nomor berapa? Beberapa kali aku bertemu petugas dari rumah duka (biasanya apartement di Jepang tidak memperbolehkan jenazah dibawa ke rumah, sehingga biasanya langsung dibawa ke rumah duka, untuk proses persiapan malam terakhir dan kremasi) dan juga satu kali bertemu dengan petugas pos yang membawa “uang duka” (biasanya keluarga/teman memberikan uang duka di rumah duka atau yang tidak bisa datang mengirimkan ke rumah. Jumlahnya tergantung “kedekatan” dia dengan yang meninggal, tetapi maksimum 10.000 yen. Semua di Jepang sudah ada “hitungannya” sehingga sulit untuk melebihi “harga pasaran”, karena nanti akan dikirimkan “kembalian” berupa barang seperti teh, saputangan dll). 2 kali aku dalam satu lift bersama mereka (petugas rumah duka dan pak pos)…ingin bertanya kamar nomor berapa? tapi tidak bisa. Kenapa? Karena di Jepang informasi private orang lain sangat dijaga. Tidak bisa mengumbar seenaknya saja, jika tidak mau dituntut nantinya. Setelah itu aku berusaha tanya kepada tetangga waktu bertemu di parkiran sepeda, atau teman yang anaknya satu sekolah dengan Riku. Tapi tidak ada yang tahu.
Weird. Aneh bukan? Tidak mungkin keadaan seperti ini terjadi di Indonesia. Paling tidak satu apartement seharusnya tahu. Memang kita hanya kenal orang yang tinggal di samping kiri-kanan, atas -bawah saja. Tapi di Indonesia jika ada yang meninggal pasti terdengar ribut-ribut, atau tanda duka seperti bendera kuning itu. Di sini tidak ada! Nobody cares…. Aku jadi heran campur sedih, betapa dinginnya masyarakat Jepang. Yah masyarakat adalah kumpulan dari orang-orang… jika orang-orangnya dingin, ya sudah sewajarnya masyarakatnya dingin.
Apakah kejadian ini hanya di Jepang? Mungkin di negara Eropa begitu juga? Yang pasti aku pernah tahu ada seorang keluarga jauh yang tinggal di Belanda, meninggal di rumahnya dan baru ketahuan seminggu sesudah meninggal. Bumi dikatakan semakin panas karena efek rumah kaca, tapi kelihatannya hati orang-orang yang tinggal di dalamnya semakin beku saja. Semoga aku tetap bisa memancarkan hangatnya matahari negara tropis di hati orang-orang sekelilingku, terutama keluargaku.
Berikut adalah panduan untuk menelepon emergency di Jepang
Di Jepang Anda dapat menelepon ke 119 untuk mendapatkan bantuan untuk pemadam kebakaran, pertolongan pertama atau gawat medis. Jika terjadi kebakaran, tekan nomor 119 dan beritahukan dalam bahasa jepang. Bahwa ada kebakaran. Kaji desu. Berikan alamat Anda mulai dari kelurahan lalu nama daerah, jalan dan nomor rumah . ku, machi, chome, ban, go. Misalnya mengatakan rumah saya kebakaran. Jitaku ga moeteimasu. . Jika terjadi kecelakaan atau sakit mendadak. Telepon 119 dan beritahukan untuk mendapat bantuan gawat darurat medis. Kyu kyu desu. Beritahu nama Anda. Dan sebutkan Anda sakit keras. Watashi wa jubyou desu. Atau perut sakit. Onaka ga itai. Sebutkan pula alamat Anda. Jika Anda menelepon dari ponsel Anda. Telepon ke 119 dan sebutkan lokasi dan tanda-tanda sekitarnya yang pasti. Setelah menelpon jangan matikan batere telepon HP untuk 10 menit karena mungkin bantuan penolong perlu menghubungi Anda untuk kepastian lokasi. Jika Anda sedang menyetir mobil. Hentikan mobil dan parkir di tempat yang aman . Dalam keadaan bahaya atau darurat, teriaklah dan minta bantuan dari orang sekitar.
Waktu menelepon ke 119, Bicara dalam bahasa Jepang, atau kalau terpaksa dalam bahasa inggris, atau mintalah tolong pada teman jepang Anda untuk menyampaikannya. Jika terjadi kebakaran Anda bisa berusaha memadamkan api sendiri tapi jika api sudah mencapai langit-langit hentikan usaha Anda. Pelajari pemakaian alat pemadam. Buka katup pengaman tarik selang dan arahkan pada pusat api dan tekan.
Anda perlu memperhatikan hal-hal pencegahan spy tidak terjadi kebakaran . Misalnya jangan merokok di tempat tidur, Merokok pada tempat yang ditentukan dan sediakan asbak. Sebelum membuang putung rokok, siramlah dengan air. Ada baiknya juga Anda mengikuti kursus pertolongan pertama pada kecelakaan. Kelas biasa selama 3 jam yang mmengajarkan juga untuk membuat pernafasan buatan bagi dewasa. Kelas lanjutan sellama 8 jam pernafasan buatan untuk dewasa, anak-anak, balita dan bayi. Untuk pertanyaan hubungi dinas kebakaran di dekat rumah Anda atau telepon ke 03-5276-0995