22-12-2011

23 Des

Bingung mau tulis judul apa, jadi tulis tanggal saja. Kok bingung sih? Kan sudah jelas-jelas tanggal itu adalah Hari Ibu?

Well, aku penganut Mothers Day di bulan Mei, seperti orang Jepang dan orang-orang lain di Amerika, Inggris, merayakan mothers day. Yaitu minggu ke dua bulan Mei. Padahal sih menurutku, kalau mau merayakan Mothers Day mending merayakan pada saat ibu kita ultah saja sudah cukup. Lagipula kebiasaan manusia, heboh di hari H nya, sesudah itu dilupakan begitu saja. Mending seperti aku yang selalu ingat ibu karena jauh di mata :(. Tanggal 22 Desember menurutku lebih baik dinyatakan sebagai Hari Perempuan Indonesia, selaras dengan sejarahnya Kongres Perempuan Indonesia I (Yogyakarta 22-25 Des 1928). Dan Ibu adalah Perempuan, bukan?

Tanggal 22 Desember itu adalah hari selesainya TK Kai untuk tahun ini. Biasanya aku menitipkan dia di TK (perpanjangan) setiap hari Kamis dan Jumat, tapi tanggal 22 itu tidak ada perpanjangan kelas. Dia hanya 1 jam saja berada di TK nya untuk upacara, dan sesudah itu pulang.  Karena Gen tidak bisa ambil libur lagi, jadi aku putuskan untuk membawa Kai ke kampus. Aku sudah minta ijin pada mahasiswaku, dan memang hari kamis itu juga merupakan kuliah terakhir di tahun 2011 sebelum masuk libur musim dingin (sampai tgl 9 Januari). Selain itu aku tidak perlu banyak menerangkan karena memang programnya menerjemahkan sebuah bacaan.

Jadi aku jemput Kai di TK, pulang ke rumah dan mengganti baju seragamnya. Dia langsung menyiapkan 4 buah buku Ultraman dan Rangernya dan memasukkan ke dalam ranselnya. Aku tawarkan membawa pensil warna dan kertas, dia tidak mau. Tadinya aku juga sempat berpikir  membawa komputer untuk memutarkan DVD film + headset, tapi karena kelihatannya dia begitu bersemangat dengan bukunya, aku membatalkan membawa laptop. Cukup berat soalnya.

Dia memaksa memanggul ranselnya sendiri, padahal aku tahu itu berat. Tapi mumpung dia semangat deh. Aku sendiri bawa barang seminim mungkin, supaya jika harus membawa ransel Kai pun aku masih bisa berlenggang :D.  Kami naik kereta lokal, memang lebih makan waktu tapi bisa duduk dan sedikit orang. Begitu sampai stasiun Takadanobaba, kami mau naik bus, tapi Kai mengeluh lapar. Memang waktu makan siang sih. Tapi kalau mampir makan dulu pasti terlambat, jadi aku memenuhi permintaan dia untuk membeli “Happy Set” nya Mac D. Yang mengharukan waktu dia pesan bagian dia, dia langsung bilang, “Mama, untuk Riku yang ini….” Dia ingat kakaknya…. Lalu aku katakan, “Ya nanti ya, sesudah mama selesai mengajar, sebelum pulang kita beli buat Riku”.

Nah, waktu mau naik bus ke kampus itu yang aku kaget! Loh kok begitu banyak orang yang antri? Kebanyakan bukan mahasiswa lagi. Kakek nenek! Memang bus ini bus umum, bukan bus kampus. Dan aku juga tahu bahwa ada cukup banyak lansia yang belajar lagi di universitas W, tapi yang pasti tidak sebanyak ini! Lagipula bus berdatangan terus…. heran benar deh. Tapi karena bersama Kai, aku menunggu sampai kami bisa dapat tempat duduk. Sebetulnya kalau mau jalan kaki bisa sih, sekitar 30 menit. Sampai kampus cuma 4 halte. Tapi kalau mau buru-buru lebih baik naik bus deh. Pas di halte ke 3 aku melihat sumber penuhnya bus-bus ke arah kampus ini, karena hampir semua kakek nenek, ibu-ibu itu turun di halte ke 3 itu. Dan aku melihat antrian manusia begitu panjang. Memang di situ ada semacam jinja, bernama Ana Hachimangu. Tak bisa tidak, aku langsung menanyakan pada nenek-nenek yang duduk di belakangku dan sedang antri turun bus (bayangkan turun aja antri hihihi). “Ada apa sih?”

gambar diambil wikipedia

Kata nenek itu, “Ya hari ini adalah Touji 冬至  hari permulaan winter, hari yang malamnya terpanjang selama winter. Pada hari ini orang dari seluruh Jepang datang ke jinja ini untuk berdoa” bla bla bla tidak jelas. Dan setelah pulang aku mendapat informasi seperti ini:

Orang Jepang (yang percaya) akan datang ke jinja (kuil Shinto) Ana Hachimangu 穴八幡宮 untuk mendapatkan “jimat” Ichiyouraifuku 一陽来復 yang berarti : Setelah musim dingin akan datang musim semi, berarti tahun yang baru akan datang. Segala kesusahan akan berhenti dan akan datang keberuntungan. Jadi kebanyakan yang datang ke sini ingin berdoa supaya bisa untung dalam perdagangan. Mereka akan membeli jimat yang akan dipasang di rumahnya di tempat yang tinggi. Jimatnya sendiri berupa kertas yang bertuliskan kanji Ichiyouraifuku itu. 

Ana Hachimangu ini memang terletak dekat universitas Waseda, merupakan jinja sejak tahun 1062 tapi waktu pemboman AS tahun 1945, jinja ini terbakar. Tahun 1989 dibangun kembali sehingga menjadi seperti sekarang. Dan yang menyenangkan waktu membaca bahwa jinja ini bertetangga dengan kuil Buddha dan gereja kristen … tentu saja dengan harmonis.

Aku dan Kai turun di halte terakhir dan sempat berfoto di depan salah satu gedung bersejarah universitas W, kami lalu pergi ke kelas tempatku mengajar di lantai 7. Tapi sebelumnya aku mampir ke WC wanita yang ada di lantai 8 (lucu deh gedung ini, wc wanita di lantai genap dan wc pria di lantai ganjil) . Masih ada waktu 10 menit sebelum kuliah dimulai, jadi Kai makan burgernya, sambil bermain. Sepuluh menit berlalu, Kai memegang janjinya untuk tidak ramai-ramai, apalagi mengeluarkan suara keras (anak ini suaranya kencang banget sejak lahir! padahal prematur loh). Jadi kuliah bisa dimulai dong waktu jam menunjukkan pukul 1:00 siang.

Baru berlalu  5 menit, tiba-tiba Kai berbisik … “Mama… unchi…. (p*p*p) ”
Waduuuh…. payah deh. Aku tahu anak ini memang tidak pernah bisa tahan. Di mana saja bisa p*p*p tidak seperti kakaknya yang harus di rumah.
Gaman dekiru? (Bisa tahan)”
Dekinai (Tidak bisa)” sambil berbisik memelas….. ingin ketawa juga tapi sebel juga. Karena berarti aku harus ke lantai 8 atau 6 untuk membantu dia p*p*p kan…. Jadilah aku memberikan tugas mencari arti beberapa kata di kamus kepada mahasiswa-mahasiswa sambil aku menemani Kai.

Setelah kembali ke kelas,  satu setengah jam berlalu dengan lancar, tanpa gangguan dari Kai. Dia benar-benar bermain sendiri di bawah tempat dudukku, di atas karpet, jadi tidak terlihat oleh mahasiswa. Aku merasa Kai hebat bisa diam terus, meskipun aku perlu konsentrasi dua kali lipat selama memberikan kuliah. Ada satu kejadian lucu, yaitu waktu aku memberikan contoh, sambil menuliskan A B C D E di white board. Kai melihat huruf itu dan bernyanyi lagu ABC hahahaha. Semua mahasiswa tertawa, dan aku cepat-cepat menyuruh dia diam 😀 ssstttt.

Setelah kuliah selesai, tentu saja kami mampir Mac D dulu untuk membeli bagian Riku sesuai permintaan Kai. Dan waktu kami sampai di rumah sekitar pukul 4:30, pas Riku juga pulang. Jadi kami bertemu di depan pintu lift, dan….. Kai lari ke Riku dan memeluknya. Ahhhh meskipun mereka selalu berkelahi ternyata mereka juga saling merindukan. Aku terharu melihat mereka……

Seorang mahasiswaku bertanya pada Kai:
“Kai tahu mama itu guru?”
“Tahu… Imeruda Sensei!” 😀

 

Negara Idaman Para Ibu

10 Mei

adalah Norwegia. Sedangkan negara idaman untuk anak-anak adalah Swedia.

Memang ini hanyalah sebuah angket yang dilaksanakan oleh organisasi “Save The Children” yang melaporkan hasil surveynya persis sebelum sebagian negara di dunia merayakan Mother’s Day, tanggal 9 Mei kemarin. Dalam artikel bahasa Jepang memang memakai kalimat “Negara yang paling cocok untuk menjadi ibu” sedangkan kalau melihat judul asli dari survey adalah “2010 Mother’s Index Ranking”.

Bagaimana Jepang? Ternyata Jepang tidak bagus-bagus amat loh! Jepang menempati ranking 32 dari 160 negara yang menjadi obyek survey. Jepang hanya naik 2 tingkat dibanding tahun lalu yang berada di urutan ke 34. Padahal tahun 2006 pernah mencapai ranking 12 loh…..

Amerika juga ternyata hanya menempati ranking ke 28 dibawah 3 negara Baltik, Crotia dan Slovakia. Kok bisa begitu? Katanya di Amerika satu dari 4800 bumil (ibu hamil) meninggal, dan persentase kematian balita juga 8 dari 1000 bayi.

Nah… bagaimana dengan Indonesia? Kalau melihat artikel di surat kabar Jepang tentu saja tidak tertulis, jadi lebih baik melihat hasil survey langsungnya, dan menemukan bahwa Indonesia menempati ranking 54. hihihi Jauuuuh ya! (Jangan menghibur diri…ah Amerika aja cuma segitu! Mustinya malu dengan Malaysia yang 38, dan Filipina yang 48). Dari survey itu kita juga bisa mendapatkan bahwa ranking Indonesia sebagai idaman para anak-anak bahkan lebih buruk daripada sang ibu. Ranking 66 !!! Berarti memang kita harus mengasihani anak-anak Indonesia ya? Anak-anak Jepang (termasuk Riku dan Kai ) harus berbahagia karena negaranya termasuk 10 besar yaitu ranking ke 6. Berarti lebih baik menjadi anak-anak di Jepang daripada menjadi ibu. Aku mau tukeran sama Riku ah jadi anak-anak kembali…hahaha.

Riku dan bunga carnation sebagai hadiah Mother's day

Mau nebeng juga menuliskan Selamat Ulang Tahun kepada Mbak Tuti Nonka yang berulang tahun tanggal 10 Mei ini. Semoga mbak Tuti dapat terus melanjutkan kegiatannya dan menjadi teladan bagi para wanita eh perempuan! (Konon kata wanita itu jelek, jadi lebih baik perempuan…tapi bahasa kan tidak statis, asalkan intinya tersampaikan apa salahnya memakai wanita? )

Lalu komentator ke 12321 adalah Alamendah, dan komentator ke 12345? Mungkin kamu loh hehehehe.

Tokyo Tower and mother

10 Mei

Jumat malam, anak-anak sudah tidur jam 9 malam. Saya menemani Gen yang baru pulang untuk makan malam sekitar jam 10 sambil bercerita soal Riku,Kai dan hariku di universitas. Dan saat itu Gen mengganti chanel TV yang tadinya berita, menjadi sebuah adegan film. Waktu itu tepat adegan seorang laki-laki yang pulang ke rumah bersama pacarnya, dan sang Ibu menyambut dengan masakan yang hangat. Hommy.

Dan aku tahu, film ini adalah sebuah film yang bagus, karena pernah diulas di televisi, sehingga merasa sayang kami mulai menonton sudah setengah (biasanya film dimulai jam 9 malam dan selesai jam 11 malam). Cerita tentang seorang anak lelaki yang ibu dan bapaknya bercerai karena main perempuan. Umur 3 tahun, dia dibawa ibunya ke rumah kakek-neneknya di desa, dan dibesarkan oleh ibunya yang bekerja banting tulang sendirian.  Setiap hari dia makan masakan ibunya yang sangat lezat (ofukuro no aji) , sampai dia berumur 15 tahun ingin berdikari dan pergi dari sarangnya (baca: desanya). Menuju Tokyo, dia masuk SMA kesenian dan akhirnya Institut Kesenian. Antara lulus dan tidak, ancaman menjadi mahasiswa abadi, dia tetap dikirimi uang kuliah oleh ibunya, bahkan sampai dia membuat hutang sana sini.

Salah satu adegan yang terkenal. Hei, kapan terakhir Anda menggandeng Ibu Anda?

Setelah dia berhasil menjadi “orang” (sebagai penulis), melunasi hutangnya, dan dia memanggil ibunya untuk tinggal bersama di Tokyo. Setahun pertama dia mengajak ibunya jalan-jalan dan menikmati Tokyo. Ya, saya ikut menangis waktu melihat adegan si Pemeran Utama menggandeng ibunya menyeberangi jalan. Hei, anak laki-laki…. kapan terakhir kamu menggandeng ibumu? Dalam adegan itu Si Anak mengatakan pikirannya, “Aku pertama kali menggandeng ibuku. Aku yang menggandeng ibuku. Dulu waktu aku kecil Ibuku yang menggandeng aku. Sekarang dia mulai melemah, aku yang menggandeng dia”. Duh… aku juga jadi kangen mama. Kapan terakhir aku menggandengnya?

Waktu kukecil, ibuku yang menggandengku.....
Waktu kukecil, ibuku yang menggandengku.....

Adegan itu menjadi semakin menyedihkan karena saat itu dia sudah tahu bahwa ibunya menderita kanker, dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Kemoterapi. Sang Anak harus melihat ibunya yang kesakitan menahan efek sesudah kemo seperti mual-mual dan kejang-kejang. Duhhh,  akting pemeran ibu yang memang artis kawakan itu hebat … tapi waktu saya melihat film itu saya tidak henti menangis dan berdoa, semoga ibu atau keluarga saya jangan sampai ada yang harus menderita kanker. Tidak tahan atas rasa sakit treatment kemoterapi itu, sang Ibu minta supaya treatment itu dihentikan. Dan dokter berkata pada sang Anak, hidup ibunya tinggal 2 bulan lagi.

Yang juga menjadikan film ini benar-benar filmnya orang Jepang adalah adegan  perjuangan sang Anak untuk menulis novel dan ilustrasi yang deadlinenya persis di hari pemakaman ibunya. Di sebelah jenazah ibunya, dia menulis, menulis dan menulis terus, sambil bercakap-cakap dengan ibunya. Dan terakhir dia tidur kelelahan di samping jenazah ibunya setelah menyelesaikan tulisan yang ditagih penerbit.

Pada suatu hari yang cerah, Sang Anak membawa Ihai (kayu bertuliskan nama yang diberikan pendeta Buddha, fungsinya sama dengan batu nisan)  menaiki Tokyo Tower, dan memenuhi janjinya memperlihatkan kota Tokyo dari atas. Tokyo Tower tu juga selalu terlihat dari jendela kamar ibunya di Rumah Sakit.

a real multitalented
a real multitalented person

Judul film ini  “Tokyo Tower, my mom, me and sometimes my father”. (東京タワー オカンとボクと時々オトン). Ditulis oleh “Lily Franky” , nama lain dari Nakagawa Masaya, yang berangkat dari kisah nyatanya yang dinovelkan. Dijadikan drama seri di televisi pada tahun 2006, dan kemudian menjadi film di layar lebar tahun 2007.  Novelnya sendiri mendapat penghargaan HonyaTaisho 2006 (penghargaan yang diberikan oleh Serikat Toko Buku kepada buku yang terlaris tahun itu) . Waktu saya mencari siapa sih Lily Franky itu, ternyata dia adalah multi talented person yang berprofesi sebagai illustrator, writer, penulis essei, novelist, art director, designer, pemusik, pencipta lagu, aktor, fotografer….. (uhhh bikin ngiri ngga sih tuh?). Foto diambil dari CinemaToday.

Pemeran Sang Anak adalah seorang aktor muda yang lumayan terkenal bernama Odagiri Joe. Ibu diperankan artis Kiki Kirin. Wah kalau artis ini memang hebat kalau memerankan seorang ibu yang tangguh. Dan dia adalah ibu mertua dari Motoki, Mokkun, aktor yang pernah saya bahas dalam film Okuribito, Sang Pengantar.

Setelah film itu selesai, kami berdua menyayangkan karena menonton tidak dari awal. Tapi saya mungkin tidak mau menonton ke dua kalinya, karena saya tahu pasti saya akan menangis terus, dan menjadi homesick ingin bertemu mama. Dan kami baru sadar saat itu bahwa film ini diputar untuk merayakan Hari Ibu, Mother’s Day yang jatuh pada hari ini, tanggal 10 Mei 2009. So untuk semua Ibu, Happy Mother’s Day. (I love you MyMama…. really do). Dan saya juga mau memberikan selamat khusus kepada Mbak Tuti Nonka yang hari ini berulang tahun. Happy Birthday to you mbak Tuti …. I love you too.

Hari Ibu Internasional selalu dirayakan pada hari Minggu ke dua di bulan Mei,demikian pula Father’s Day yang dirayakan pada hari Minggu ke tiga bulan Juni. Jika ingin tahu coba buka saja portal yahoo.com hari ini, dan di situ ada animasi kangguru memberikan bunga Tulip pada ibu Kangguru.

NB:
Saya berkata pada Gen, “Saya selalu bilang pada orang-orang bahwa saya tidak suka menonton, tapi kok lumayan sering menulis tentang film di T.E. ya? hihihi.”
Katanya, “Kamu harus berterima kasih sama aku”
huh….

hihihi have a nice SUNDAY.

Hari Ibu – sebuah pemikiran

23 Des

Menyambut Hari Ibu di Indonesia, tanggal 22 Desember, banyak blogger yang sudah menuliskan tentang ibunya masing-masing, atau tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang ibu. Kelihatannya saya terlambat menulis tentang Ibu… karena sebetulnya sejak dulu, saya tidak pernah antusias dengan Hari Ibu-nya Indonesia. Kenapa harus tanggal 22 Desember sih sebagai hari Ibu? Hanya karena ada latar sejarah dari Kongres WANITA (bukan ibu-ibu meskipun mungkin statusnya sebagai ibu?) Sedangkan hampir semua negara di seluruh dunia merayakannya di minggu kedua bulan Mei, dengan nama MOTHERS Day. Betapa rancunya kata bahasa Indonesia karena Ibu dalam bahasa Indonesia bisa berarti Mother tapi juga bisa berarti Mrs. Bahkan sekarang semua wanita dewasa baik menikah maupun tidak, dipanggil IBU.

Sejarah Hari Ibu : Pada tahun 1928, bertepatan dengan tahun diadakannya Kongres Pemuda, organisasi-organisasi wanita saat itu ndak mau kalah. Mereka bikin kongres juga di Yogyakarta. Pada tanggal 22-25 Desember 1928 kongres wanita pertama diadakan, yang kini dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia (KOWANI). Saat itu ada 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra yang ikut serta. Mereka saat itu berkumpul untuk mempersatukan organisasi-organisasi wanita ke dalam satu wadah demi mencapai kesatuan gerak perjuangan untuk kemajuan wanita bersama dengan pria dalam mewujudkan Indonesia merdeka.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu ditetapkan pada Kongres Wanita ke-3 yang diadakan di Bandung pada tanggal 22 Desember 1938. Penetapan tanggal ini bertujuan untuk menjaga semangat kebangkitan wanita Indonesia secara terorganisasi dan bergerak sejajar dengan kaum pria. Kemudian Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959 yang menyatakan, tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.

Seakan-akan saya kok SINIS dengan hari Ibu ya? Sebetulnya ya nggak sinis juga, cuma saya tidak suka sesuatu yang tidak seimbang. Kalau ada Hari Ibu di Indonesia, semestinya ada Hari Ayah… persis seperti status YM seorang teman saya, Yessy dengan tulisan, waktu dia telepon Ibunya mengucapkan selamat, Ayahnya bertanya kapan dia di”selamat”kan (gitu kan yess?)

Seperti sudah pernah saya bahas juga di blog ini, di Jepang ada hari Ibu, ada hari Ayah (secara Internasional), dan ada juga hari WANITA, ada hari Istri, ada hari Anak dsb dsb. Di Jepang peringatan untuk makhluk hidup berjenis kelamin perempuan itu saja ada 3, Ibu, Wanita dan Istri (padahal ada juga hari Office Lady ,yaitu perempuan yang bekerja di kantoran). So? Saya sendiri, secara pribadi, lebih memilih merayakan Hari Ibu mengikuti internasional, yaitu minggu ke dua bulan Mei, karena kebetulan Ibu saya berulang tahun dekat dengan hari Ibu. Meskipun saya merasa bahwa rasa “terima kasih pada seorang ibu” tidak bisa hanya dituangkan dalam satu hari, hanya dengan membiarkan seorang ibu yang biasanya sibuk…untuk beristirahat di Hari ibu dan leyeh-leyeh saja, tidak cukup hanya dengan menelepon “Ma, selamat Hari Ibu ya…”, atau ditambah mengirim bunga carnation padanya. Semestinya setiap hari kita mempunyai rasa terima kasih pada seorang Ibu, yang sudah mempertaruhkan nyawanya demi anak-anaknya, pada waktu melahirkan. Setiap HARI! namun… kita pasti lupa…. Karena itu perlu dicanangkan suatu hari sebagai Hari Ibu. Hmmm.

But anyway saya merasa senang dan heran … karena saya menerima ucapan hari ibu khusus dari beberapa teman blogger. Sebuah email dari Japra… yang selalu memanggil saya dengan Okaasan (Ibu-bahasa Jepang) dan dari Yoga dengan SMS khususnya.  Begitu saya buka YM, langsung muncul 2 windows dari my sis jeunglala dan bang Hery yang mengucapkan selamat Hari Ibu… Beberapa hari yang lalu, saya juga mendapat some kind of award for mother dari Reti. Terima kasih juga untuk ucapan-ucapan dari teman-teman yang lain yang tersebar di komentar-komentar.

Ibuku adalah….

–Elizabeth Maria Mutter–

Seorang ibu yang tidak sempurna, tapi selalu berusaha untuk menjadi sempurna bagi anak-anaknya. Bagaimana dia mau sempurna, sedangkan kasih seorang ibu yang seharusnya dia rasakan dan alami, pada usia 4 tahun sudah dipanggil menghadap Tuhan?

Seorang ibu yang selalu mengingatkan bahwa sebagai perempuan harus bisa apa saja …. semua harus bisa dilakukan sendiri, dan bahkan harus bisa menjadi penopang rumah tangga seandainya terjadi apa-apa. Dia memang super woman! Waktu saya kecil, saya tidak pernah melihat dia tidur di tempat tidur. Bayanganku, seorang ibu memang harusnya tidur di kursi sambil menonton TV.

Seorang ibu yang senantiasa mengingatkan bahwa wanita harus berpendidikan tinggi dan jangan mau dikibuli laki-laki, padahal dia hanyalah lulusan SMP dan pernah sebentar kursus keperawatan. Tapi selalu belajar dan belajar dan mengikuti kursus ini itu sebelum menikah. Dan setelah menikah, dia harus mengorbankan pekerjaannya, lingkungannya untuk menjadi ibu rumah tangga full-time. Demi kelahiran seorang anak pertama yang bernama Imelda ini….

Seorang ibu yang selalu menceritakan isi hatinya pada anak sulungnya mengenai dirinya, dan hubungan dengan mertua yang tidak harmonis, tetapi si anak sulung tidak pernah bisa bercerita pada ibunya tentang masalah-masalahnya. Karena si kambing gunung ini memang selalu mencari jalannya sendiri… (Maafkan aku mama, aku tidak mau menambah beban pikiran mama. Mama pikirin papa, dan adik-adik saja ya…)

Seorang ibu yang…. ah memang tak ada kata yang tepat untukmu mama…. selain bahwa aku amat sangat bersyukur, lahir ke dunia ini sebagai anakmu. Mama tahu kan, aku tidak bisa ungkapkan semua perasaanku ini dengan kata-kata? Karena airmata akan berbicara dulu…

Jadi? apa yang mau aku bilang?
Pada masa ini aku rindu begadang bersama selama 3 hari menjelang Natal untuk membuat Nastar, Kaatengels, Black Forrest, Puding Coklat, Sup Kacang Merah, Hosaren Sla, Macaroni Schotel, Pastel tutup dll. Mengeluarkan 100 lembar piring, gelas, sendok garpu dari lemari dan mengaturnya di meja makan untuk menyambut tamu yang datang. (Aku masih ingat ma, aku memecahkan bowl ceramic mahal hadiah perkawinan dari kantor Shell, dan kamu tidak marah). Aku rindu mendengarkan omelan papa padamu, yang menyuruh cepat siap-siap untuk menyambut tamu karena sampai saat terakhir kamu masih pakai daster yang basah kuyup oleh keringat. Dan setelah pesta, kita berdua terkantuk-kantuk membereskan peralatan pesta …yang bisa selesai hanya dalam beberapa jam padahal persiapannya berhari-hari. Dan Ma… masih terngiang di telingaku, pada saat keberangkatanku ke Jepang kamu berkata, “Sekarang siapa yang akan bantu mama mempersiapkan pesta?”……

So, selamat beristirahat dari wara-wiri mempersiapkan pesta Natal tahun ini, dan please enjoy bersama kakak laki-laki satu-satunya (yang masih hidup…. pemimpin Clan Mutter) di Bogor dalam pertemuan keluarga Mutter. Jangan makan yang berkolesterol dan jangan terlalu capek ya…. (Well “I wont be home for christmas” instead of “I’ll be home for christmas” hanya hatiku yang akan terus bersama keluarga di sana)

Bila kuingat lelah

Ayah Bunda…Bunda piara piara akan daku

sehingga aku besarlah…


Waktu kukecil hidupku

amatlah senang

senang dipangku dipangku dipeluknya

serta dicium dicium dimanjanya

namanya kesayangan….