Negara Idaman Para Ibu

10 Mei

adalah Norwegia. Sedangkan negara idaman untuk anak-anak adalah Swedia.

Memang ini hanyalah sebuah angket yang dilaksanakan oleh organisasi “Save The Children” yang melaporkan hasil surveynya persis sebelum sebagian negara di dunia merayakan Mother’s Day, tanggal 9 Mei kemarin. Dalam artikel bahasa Jepang memang memakai kalimat “Negara yang paling cocok untuk menjadi ibu” sedangkan kalau melihat judul asli dari survey adalah “2010 Mother’s Index Ranking”.

Bagaimana Jepang? Ternyata Jepang tidak bagus-bagus amat loh! Jepang menempati ranking 32 dari 160 negara yang menjadi obyek survey. Jepang hanya naik 2 tingkat dibanding tahun lalu yang berada di urutan ke 34. Padahal tahun 2006 pernah mencapai ranking 12 loh…..

Amerika juga ternyata hanya menempati ranking ke 28 dibawah 3 negara Baltik, Crotia dan Slovakia. Kok bisa begitu? Katanya di Amerika satu dari 4800 bumil (ibu hamil) meninggal, dan persentase kematian balita juga 8 dari 1000 bayi.

Nah… bagaimana dengan Indonesia? Kalau melihat artikel di surat kabar Jepang tentu saja tidak tertulis, jadi lebih baik melihat hasil survey langsungnya, dan menemukan bahwa Indonesia menempati ranking 54. hihihi Jauuuuh ya! (Jangan menghibur diri…ah Amerika aja cuma segitu! Mustinya malu dengan Malaysia yang 38, dan Filipina yang 48). Dari survey itu kita juga bisa mendapatkan bahwa ranking Indonesia sebagai idaman para anak-anak bahkan lebih buruk daripada sang ibu. Ranking 66 !!! Berarti memang kita harus mengasihani anak-anak Indonesia ya? Anak-anak Jepang (termasuk Riku dan Kai ) harus berbahagia karena negaranya termasuk 10 besar yaitu ranking ke 6. Berarti lebih baik menjadi anak-anak di Jepang daripada menjadi ibu. Aku mau tukeran sama Riku ah jadi anak-anak kembali…hahaha.

Riku dan bunga carnation sebagai hadiah Mother's day

Mau nebeng juga menuliskan Selamat Ulang Tahun kepada Mbak Tuti Nonka yang berulang tahun tanggal 10 Mei ini. Semoga mbak Tuti dapat terus melanjutkan kegiatannya dan menjadi teladan bagi para wanita eh perempuan! (Konon kata wanita itu jelek, jadi lebih baik perempuan…tapi bahasa kan tidak statis, asalkan intinya tersampaikan apa salahnya memakai wanita? )

Lalu komentator ke 12321 adalah Alamendah, dan komentator ke 12345? Mungkin kamu loh hehehehe.

Menjadi Seorang Ibu

12 Mei

Dulu, aku tak pernah membayangkan diriku mempunyai anak. Suka anak-anak? well, suka tapi tidak terlalu, meskipun tidak bisa dibilang benci anak-anak. Aku tidak pernah memimpikan diriku menjadi seorang ibu, karena aku takut melahirkan. Tapi itu dulu.

Takut sakit melahirkan? Ya mungkin itu penyebabnya, meskipun aku bisa menahan sakit usus buntu yang hampir pecah, yang katanya semestinya sakit tak tertahankan. Tapi selain itu mungkin aku tidak pernah bermimpi akan mendidik anakku seperti apa.

Gen berkata, “Aku tidak mau punya anak. Kasihan anak-anak itu hanyalah makhluk yang tidak berdosa yang harus menuruti kehendak ayah-ibunya dan tidak pernah punya kebebasan. Menderita selalu!” Dan dia tidak mau membuat anaknya menjadi sama dengan dia.

Namun Tuhan jugalah yang menentukan sehingga akhirnya kami punya dua anak laki-laki yang ….. baik …dan nakal.
“Apa konsep kamu mendidik anak?” katanya.
“Haruskah membuat manual?”kataku. “Aku tak punya konsep, akan kutiru apa yang diajarkan ibuku ketika kecil, dan tapi akan kuajarkan juga sesuatu yang kurang diajarkan ibuku padaku waktu kecil, yaitu percaya diri dan keberanian untuk bertindak”

Tidak jarang Riku berkata pada ayahnya, “Kita tanya saja petugasnya dimana letak binatang itu”…. dan dengan santainya dia menghampiri petugas kebun binatang dan bertanya, dan menemukan jawaban bahkan diberi hadiah. Sementara papanya melongo di kejauhan.

Atau Kai yang mengambil kain pel dari tanganku dan mengepel lantai basah seakan pekerjaan itu sudah biasa. Atau meminta aku membukakan plastik kue, tapi yang diambil bukan hanya kuenya saja, tapi juga plastiknya… pergi dan membuang plastik itu di tempat sampah. Meninggalkanku dengan mata berkaca-kaca.

“Papa, anone…. hari minggu kan hari ibu… Riku nanti mau beli coklat untuk mama. Dan tulis kartu untuk mama. Papa mau beli apa untuk mama? Ini rahasia loh …jangan sampai mama tahu.” –sebuah percakapan di kamar mandi—

“Mama… aku mau pergi ke Murata (toko kelontong) sebentar ya?”
“Ngga boleh… kamu itu buang uang terus untuk beli makanan, jus dsb”
“Aku kan mau beli untuk mama…. juga (sambil ngedumel : ahhh hampir ketahuan)”.  Dia pergi dan kembali setengah jam berikutnya.
“Aku pergi ke Murata ya Ma”
“Ya sudah pergi sana… cepat kembali ya” Sambil pura-pura tidak tahu, dan tidak tanya.

Begitu pulang, dia langsung sembunyikan coklatnya di laci, dan mengambil kertas untuk menggambar. Aku sengaja tidak mendekati dia. Sampai temannya datang ke rumah.
“Eh kamu… udah beli apa untuk ibu kamu?”
“Hmmm belum… tapi di TK buat gambar”
“Aku dong… udah beli coklat untuk mamaku” Diucapkan di kamar seeblah kamarku…. Oi Nak.. ada mama nih di sini.

Dan betapa marahnya dia, waktu Kai menemukan coklat itu di laci, dan membawanya padaku minta dibukakan. Aku ingin tertawa dan menangis bersamaan melihat kotak coklat yang bertuliskan dengan spidol “Mama… terima kasih….” Sambil berkata pada Kai…. “Ini punya kakak!”
“Rikuuuuu…. ini Kai ambil barang kamu loh” sambil pura-pura tidak baca. Kai mengejar Riku keluar kamar, dan di luar Riku memarahi adiknya, “Kai… INI KAN AKU BELI UNTUK MAMA….. JANGAN AMBIL” (Dalam bahasa Indonesia). Dan terpaksa aku mengambil stock es krim di lemari es untuk menghibur dua bouya-ku, yang satu sedang marah, satunya lagi menangis.

Coklat dan gambar dari Riku

Ahhh setiap hari aku sering harus bertengkar mulut, menyuruh ini itu, melarang ini itu, mengurut dada melihat kenakalan mereka memporakporandakan rumah……. tapi setiap kali kusadari mereka itu anak-anak yang “melihat” ibu – bapaknya dan meniru kami.

Aku selalu tertawa setiap kali melihat Kai yang terdiam dari tangis kelaparannya jika melihat makanan. Persis ibunya. Dan selalu melihat sosok papanya pada Riku yang menunduk diam setelah dimarahi, dan berusaha mencairkan suasana dengan membuatkan sesuatu atau mengambilkan sesuatu untuk mamanya.  Meskipun setelah itu Riku akan datang padaku dan memelukku, “Mama, maaf ya. Mama tahu di dunia ini yang aku sayangi hanya mama seorang”. CARA INI KHAS RIKU.

Ah…. mempunyai dua anak sangat menyenangkan. Apakah dulu mamaku juga merasa demikian? Ketika membesarkan kami empat anak di sebuah rumah besar di Jakarta, yang kerap tak ada pembantu? Apakah mama juga pernah merasa bahagia memiliki aku, anak tertuanya, yang dengan kehamilanku membuatnya tak bisa bekerja lagi? Yang harus menangis ngidam mie ayam tapi tak bisa beli karena tidak ada uang?  Yang.. yang… yang… lainnya?

Ya mama… di hari ulang tahunmu hari ini aku ingin bertanya, “Apakah mama bahagia selama ini?” Apakah anakmu yang dulu sering berteriak, “Mama minta tambah ayamnya” padahal maksudnya bayam… sudah bisa membuatmu bahagia?

Kartu Mothers Day dari Kai yang dibuat di penitipan
Kartu Mother's Day dari Kai yang dibuat di penitipan

Betapa aku merindukanmu hari ini Mama.  Sayang aku tak bisa ikut pergi ke misa pagi, misa syukur hari ulang tahun yang merupakan kebiasaan keluarga kita selama bertahun-tahun jika ada yang berulang tahun. Tapi yang pasti aku berdoa di sini, agar engkau tetap sehat dan menikmati hari-harimu di Jakarta. Selamat menyambut usia 71 tahun dengan ceria, dikelilingi anak-anakmu dan cucu-cucumu di sana, dan di sini. Dan kita semua bisa sama-sama berdoa, hari ini, “Terima kasih Tuhan atas semua anugerahmu kepada kami, setiap detik kehidupan kami. AMIN”

Imelda usia 6 bulan di Bantaeng, Sulsel

NB:  Dan ntah bagaimana hari ini adalah hari Perawat …sedangkan mamaku adalah mantan perawat. Aku juga ingin berdoa bagi semua Perawat di dunia, semoga mereka bisa membantu penderita sakit melewati hari-hari suramnya.

Tokyo Tower and mother

10 Mei

Jumat malam, anak-anak sudah tidur jam 9 malam. Saya menemani Gen yang baru pulang untuk makan malam sekitar jam 10 sambil bercerita soal Riku,Kai dan hariku di universitas. Dan saat itu Gen mengganti chanel TV yang tadinya berita, menjadi sebuah adegan film. Waktu itu tepat adegan seorang laki-laki yang pulang ke rumah bersama pacarnya, dan sang Ibu menyambut dengan masakan yang hangat. Hommy.

Dan aku tahu, film ini adalah sebuah film yang bagus, karena pernah diulas di televisi, sehingga merasa sayang kami mulai menonton sudah setengah (biasanya film dimulai jam 9 malam dan selesai jam 11 malam). Cerita tentang seorang anak lelaki yang ibu dan bapaknya bercerai karena main perempuan. Umur 3 tahun, dia dibawa ibunya ke rumah kakek-neneknya di desa, dan dibesarkan oleh ibunya yang bekerja banting tulang sendirian.  Setiap hari dia makan masakan ibunya yang sangat lezat (ofukuro no aji) , sampai dia berumur 15 tahun ingin berdikari dan pergi dari sarangnya (baca: desanya). Menuju Tokyo, dia masuk SMA kesenian dan akhirnya Institut Kesenian. Antara lulus dan tidak, ancaman menjadi mahasiswa abadi, dia tetap dikirimi uang kuliah oleh ibunya, bahkan sampai dia membuat hutang sana sini.

Salah satu adegan yang terkenal. Hei, kapan terakhir Anda menggandeng Ibu Anda?

Setelah dia berhasil menjadi “orang” (sebagai penulis), melunasi hutangnya, dan dia memanggil ibunya untuk tinggal bersama di Tokyo. Setahun pertama dia mengajak ibunya jalan-jalan dan menikmati Tokyo. Ya, saya ikut menangis waktu melihat adegan si Pemeran Utama menggandeng ibunya menyeberangi jalan. Hei, anak laki-laki…. kapan terakhir kamu menggandeng ibumu? Dalam adegan itu Si Anak mengatakan pikirannya, “Aku pertama kali menggandeng ibuku. Aku yang menggandeng ibuku. Dulu waktu aku kecil Ibuku yang menggandeng aku. Sekarang dia mulai melemah, aku yang menggandeng dia”. Duh… aku juga jadi kangen mama. Kapan terakhir aku menggandengnya?

Waktu kukecil, ibuku yang menggandengku.....
Waktu kukecil, ibuku yang menggandengku.....

Adegan itu menjadi semakin menyedihkan karena saat itu dia sudah tahu bahwa ibunya menderita kanker, dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Kemoterapi. Sang Anak harus melihat ibunya yang kesakitan menahan efek sesudah kemo seperti mual-mual dan kejang-kejang. Duhhh,  akting pemeran ibu yang memang artis kawakan itu hebat … tapi waktu saya melihat film itu saya tidak henti menangis dan berdoa, semoga ibu atau keluarga saya jangan sampai ada yang harus menderita kanker. Tidak tahan atas rasa sakit treatment kemoterapi itu, sang Ibu minta supaya treatment itu dihentikan. Dan dokter berkata pada sang Anak, hidup ibunya tinggal 2 bulan lagi.

Yang juga menjadikan film ini benar-benar filmnya orang Jepang adalah adegan  perjuangan sang Anak untuk menulis novel dan ilustrasi yang deadlinenya persis di hari pemakaman ibunya. Di sebelah jenazah ibunya, dia menulis, menulis dan menulis terus, sambil bercakap-cakap dengan ibunya. Dan terakhir dia tidur kelelahan di samping jenazah ibunya setelah menyelesaikan tulisan yang ditagih penerbit.

Pada suatu hari yang cerah, Sang Anak membawa Ihai (kayu bertuliskan nama yang diberikan pendeta Buddha, fungsinya sama dengan batu nisan)  menaiki Tokyo Tower, dan memenuhi janjinya memperlihatkan kota Tokyo dari atas. Tokyo Tower tu juga selalu terlihat dari jendela kamar ibunya di Rumah Sakit.

a real multitalented
a real multitalented person

Judul film ini  “Tokyo Tower, my mom, me and sometimes my father”. (東京タワー オカンとボクと時々オトン). Ditulis oleh “Lily Franky” , nama lain dari Nakagawa Masaya, yang berangkat dari kisah nyatanya yang dinovelkan. Dijadikan drama seri di televisi pada tahun 2006, dan kemudian menjadi film di layar lebar tahun 2007.  Novelnya sendiri mendapat penghargaan HonyaTaisho 2006 (penghargaan yang diberikan oleh Serikat Toko Buku kepada buku yang terlaris tahun itu) . Waktu saya mencari siapa sih Lily Franky itu, ternyata dia adalah multi talented person yang berprofesi sebagai illustrator, writer, penulis essei, novelist, art director, designer, pemusik, pencipta lagu, aktor, fotografer….. (uhhh bikin ngiri ngga sih tuh?). Foto diambil dari CinemaToday.

Pemeran Sang Anak adalah seorang aktor muda yang lumayan terkenal bernama Odagiri Joe. Ibu diperankan artis Kiki Kirin. Wah kalau artis ini memang hebat kalau memerankan seorang ibu yang tangguh. Dan dia adalah ibu mertua dari Motoki, Mokkun, aktor yang pernah saya bahas dalam film Okuribito, Sang Pengantar.

Setelah film itu selesai, kami berdua menyayangkan karena menonton tidak dari awal. Tapi saya mungkin tidak mau menonton ke dua kalinya, karena saya tahu pasti saya akan menangis terus, dan menjadi homesick ingin bertemu mama. Dan kami baru sadar saat itu bahwa film ini diputar untuk merayakan Hari Ibu, Mother’s Day yang jatuh pada hari ini, tanggal 10 Mei 2009. So untuk semua Ibu, Happy Mother’s Day. (I love you MyMama…. really do). Dan saya juga mau memberikan selamat khusus kepada Mbak Tuti Nonka yang hari ini berulang tahun. Happy Birthday to you mbak Tuti …. I love you too.

Hari Ibu Internasional selalu dirayakan pada hari Minggu ke dua di bulan Mei,demikian pula Father’s Day yang dirayakan pada hari Minggu ke tiga bulan Juni. Jika ingin tahu coba buka saja portal yahoo.com hari ini, dan di situ ada animasi kangguru memberikan bunga Tulip pada ibu Kangguru.

NB:
Saya berkata pada Gen, “Saya selalu bilang pada orang-orang bahwa saya tidak suka menonton, tapi kok lumayan sering menulis tentang film di T.E. ya? hihihi.”
Katanya, “Kamu harus berterima kasih sama aku”
huh….

hihihi have a nice SUNDAY.