CCTV = CC+TV

22 Sep

1. Tahu kan CCTV? Kamera pengintai deh mudahnya. Biasanya dipasang di tempat-tempat strategis, untuk memantau keamanan, termasuk merekam kejadian/kejahatan yang terjadi. Itu fungsi utamanya.

Tahun 2002, seperti yang pernah kutulis di “Di Jepang ada pencuri?”, apartemenku pernah kemalingan. Dari satu bangunan ada 3 rumah menjadi korban, termasuk aku. Nah, sejak ada kejadian itu, pihak manajemen apartemenku memasang CCTV di dalam lift, yang kupikir bisa meningkatkan keamanan di apartemenku. Namun, aku sering merasa aneh dengan kamera itu. Karena tidak terlihat ada kabel atau lampu yang menyatakan CCTV itu berfungsi. Dan ternyata benar perkiraanku. Waktu kami pulang dari Jakarta tahun ini, melihat CCTV itu berpindah tempat, ke mana-mana. Hahaha.. ternyata CCTV mainan dan ada yang iseng memindahkannya. Coba saja perhatikan posisi kamera itu di foto. Aneh bukan? Well…. kami juga sempat membaca di kamera itu memang bukan tertulis CCTV tapi CCD, D nya display mungkin 😀

coba deh perhatikan letak kameranya...aneh kan hehehe

 

2. Kami baru-baru ini memakai CC baru. Aku sebetulnya tidak begitu suka A**X, tapi karena bisa nabung mileage dari maskapai A*A yang kami pakai kemarin, jadi mulailah menabung mileage dengan CC baru itu. Dan karena Gen cari-cari info bagaimana “menabung” sebanyak-banyaknya, dia bilang, “Kalau beli di konbini (convinience store) CK itu, pointnya lebih banyak loh dari konbini yang lain”… Jadi deh apa-apa beli di situ 😀 Siapa tahu tahun depan kami bisa dapat tiket gratis untuk mudik kan? hehehe. Doain yah 😀

3. TVdi Jepang sekarang semua digital. Jadi hampir semua keluarga di Jepang membeli TV baru yang bisa digital. TV biasa sudah tidak bisa dipakai lagi. TAPI di apartemen kami, karena memakai TV cable, kami bisa tetap memakai TV lama tanpa perlu membeli TV baru. Dan mereka yang sudah pernah bertandang ke rumahku tahu bahwa TV kami itu sudah kuno dan berukuran 14 inchi! Tadinya memang ada yang lebih besar, tapi karena rusak dan malas beli, kami pakai yang “sisa”.

Tapi mau dibilang sisa juga tidak, karena sebetulnya TV 14 inch itu amat bersejarah untukku. Itu hadiah waktu aku juara pertama lomba karaoke mahasiswa asing. Pertama kali ikut lomba-lomba begitu, dan langsung nomor satu (dan sesudah itu juga tidak pernah ikut lomba lagi hehehe) . Aku sih tahu kenapa aku bisa menang. Pertama karena Jurinya orang tua (dia adalah presdirnya pabrik TV yang kuterima itu –tidak begitu terkenal sih mereknya) dan aku menyanyikan lagu yang pas untuk orang tua. Judulnya “Kawa no nagare no youni“(Bagaikan sungai yang mengalir). Sedangkan peserta lain, mahasiswa yang lebih muda dari aku dan lagunya disco-disco hihihi. Jelas aku bisa menang 😀

Dan sejak beberapa bulan TV 14 inch itu suka ngadat (Jelas saja buatan 1998 sih :D). Kadang suara tidak keluar, kadang gambarnya tidak keluar. Sehingga setiap kali perlu “dipukul-pukul”. Sepertinya kok kami pelit sekali ya tidak mau membeli TV…. tapi sebetulnya ini juga karena kami merasa anak-anakku sudah kecanduan TV. Tidak bisa tidak menonton TV. Jadi kami biarkan. TAPI, lama-lama akunya yang sebal, karena Kai tidak bisa menyambung kabel dengan video deck, dan tidak bisa “pukul-pukul” setiap suara/gambarnya tidak keluar dan setiap begitu, “mamaaaaaaaaa….”, memanggilku untuk membenarkan. Lama-lama aku sebal juga 😀

Jadi deh minggu lalu kami membeli TV baru yang digital dan tentu saja lebih besar (maunya sih 32 inchi tapi apa daya rumah kelincinya bisa tenggelam kalau kami beli yang 32 inchi hahahah). Daaaaannnn sengaja kami bilang “Tidak bisa sambung dengan TV cable dan video/dvd, jadi hanya bisa TV biasa”, supaya anak-anak mengurangi waktu nonton TV 😀 (dan sampai hari ini berhasil! hahaha —- eh untung Riku belum bisa baca alfabet ya jadi tidak tahu bahwa dia dibohongi hihihi). Ntah bisa tahan sampai kapan, karena biasanya ada yang INGIN sekali nonton film atau yang lain, sehingga bisa ketahuan deh bahwa sebetulnya bisa sambung(sambil melirik suamiku :D, aku sih sampai sekarang memang tidak suka nonton TV)

Dan selain TV, minggu lalu aku mendapat “hadiah” buat perayaan hari spesial tanggal 23 September besok, yaitu laptop baru…. horeeee! Sebelum mudik memang aku sudah waswas karena laptopku yang sudah berusia 3,5 tahun itu sudah mulai mengeluarkan suara-suara berdecit lagi. Padahal summer tahun lalu sudah aku ganti fan dan keyboardnya. Rasa-rasanya sudah waktunya untuk ganti. Tapi aku tahan dulu, ingin pakai sampai titik darah penghabisan…hihihi. Jadi waktu Gen ajak melihat-lihat komputer, aku menolak. “Tapi aku mau lihat!”. Ya terpaksa aku ikut lihat-lihat deh. Dan ….. ada laptop yang memenuhi spec keperluanku dengan harga yang murah banget (meskipun aku tidka begitu suka merek dan warnanya :D). Kata si orang toko, “Kalau mau beli laptop mending sekarang, karena ini sudah turun harganya karena akan ada model winter yang akan keluar. Dan lebih untung beli laptop sekarang dibanding desk top. Sekarang desk top mahal, karena semua memasang tuner untuk TV. Itu yang bikin mahal”.

“Udah beli aja…” Gen bilang dalam bahasa Indonesia. “Boleh????” hihihi… ya memang sih dalam 6 bulan ini pasti harus  beli laptop baru untuk kerjaanku, jadi mau beli sekarang atau 6 bulan lagi sama saja :D. “Hadiah untuk postingan ke 1000 di TE” kata Gen.  ho ho.

Ya, postingan ini adalah postingan ke 999… angka cantik ya. Dan sebetulnya 2 hari yang lalu  sahabat blogger Misfah menuliskan komentar ke 18881, angka cantik di Twilight Express. Sebuah buku akan dikirimkan ke Misfah. Terima kasih juga untuk semua komentar yang pernah ditorehkan di sini oleh teman-teman semua.

Anak-anak aku perbolehkan nonton Youtube di komputer baruku 😀

postingan kedua hari ini sesudah Makanan Terlezat Sedunia….. soalnya musti kejar setoran 😀

Makanan Terlezat Sedunia

22 Sep

adalah RENDANG. Dan yang kedua adalah nasi goreng. (Ini menurut surveynya CNN loh) Kalau aku pribadi sih maunya SATE PADANG di nomor satu dan Rendang atau KETOPRAK di nomor dua hehehe. Soalnya Sate padang dan Rendang adalah menu pada kopdar terakhirku waktu mudik kemarin.

Tanggal 14 Agustus, Gen bergabung di Jakarta. Setelah 6 tahun tidak ke Jakarta, tahun ini aku paksakan satu minggu rencana ke Jakarta sudah sejak bulan Februari waktu aku memesan tiket. Tahun-tahun sebelumnya, dia tidak bisa menjanjikan libur karena selalu ada acara besar yang membutuhkan kehadirannya di tempat kerjanya. Tapi tahun ini, dengan resiko di-cancel, aku beli tiketnya.

Jadi tanggal 13 Agustus adalah hari terakhir aku bisa merencanakan kopdar, karena setelah itu sang Bunda Ratu (julukan dari Imoe loh) harus dipingit :D. Kopdar terakhir dan mungkin yang terheboh karena pesertanya dari macam-macam daerah. Tamu agung dari Pariaman : Imoe + 2 anak, dari Yogya : Uda Vizon, dari Serang : Koelit Ketjil dan kakak, dari Bandung : Catra + DM. Yang menjadi satu kesamaan mereka yaitu : urang Minang atau (pernah) calon urang Minang **perlu melirik siapakah ini?**. Plus Urang Sunda dan Japanis boys.

Berawal dari percakapan via internet dengan Imoe. Sudah lama kami ingin bertemu (ini merupakan kopdar pertama untuk kami), dan kebetulan dia ada acara di Bogor sehingga bisa “dipaksakan” untuk ke Jakarta setelah selesai. Nah, karena kebanyakan pesertanya dari daerah, aku cukup sulit memikirkan tempat pertemuan. Rasanya kalau bertemu sore hari, buka bersama di restoran, lalu bubar grak, rasanya gimana gitu. Kasihan juga sudah datang dari jauh. Kalaupun seandainya melewatkan waktu di karaoke dengan dugem bersama, mereka harus sahur juga. Apalagi Imoe dan Uda Vizon akan kembali ke Padang dan Yogya Minggu siang. Kan aku bisa ikut mengantar mereka dan sekaligus menjemput Gen yang mendarat jam 3 sorenya.

Pikir punya pikir, aku memang merasa paling enak mengadakan pertemuan di rumah, bisa lebih santai. Tapi aku tidak punya rumah di Jakarta. Rumah yang kutinggali bukan rumahku, tapi rumah orangtuaku, dan adikku sekeluarga juga tinggal di sini. Ah, ribet! Jadi aku mengambil satu kamar di The Belleza Suites, Permata Hijau, tidak jauh dari rumahku. Waktu mencari kamar di agoda.com, memang yang aku pilih haruslah kamar dengan kamar tamu, dan kebetulan aku pernah dengar tentang apartemen di Permata Hijau yang bisa disewa ini. Jadi, aku tentukan tempat berkumpul di Belleza sesudah jam cek in, jam 1 siang.

naik motor, main, berenang, bercanda melengkapi kopdar hari ini

Tapi Koelit Ketjil (KK) yang datang dari Serang kurang mengerti daerah Permata Hijau. Justru lebih mudah menemukan rumahku di kebayoran. Dan tentu saja Riku dan Kai senang bisa bertemu sama om nya yang pernah pergi bersama ke Tanjung Lesung tahun lalu. Apalagi KK datang bersama kakaknya naik sepeda motor. Anak-anak langsung mengklaim untuk naik sepeda motor keliling kompleks. Dan mereka inginnya naik sepeda motor ke Belleza.

Bagaimana Belleza? Hmmm pertama itu bukan hotel. Tidak menyediakan parkir untuk sepeda motor, sehingga KK dan KKK (Kakaknya KK) harus cari parkir motor di luar kompleks. Ah, diskriminasi ya? Begitu masuk lobbynya, memang ada ruang untuk duduk-duduk yang…sepi. Reception? Hanya satu orang wanita muda berjaga, dan tanpa tulisan “Reception”. Begitu aku serahkan print out pemesanan kamar, dia lalu menyerahkan kunci kamar no 10, di lantai 11. Jangan berharap banyak pada tempat ini, karena memang pada dasarnya gedung ini adalah apartemen yang disewakan. Mungkin bulanan. Yang pasti di depan elevator ada satpam, yang mengawasi gerak-gerik kita. Ya maklum juga sih, karena tempat ini terhubungkan dengan tempat belanja 24 hours dan restoran lainnya. Tamu bisa leluasa masuk keluar, jadi pengamanan memang diperlukan.

Gedungnya memang terlihat mewah dari luar, tapi aku cukup kecewa dengan kamarnya. Masih baru tapi di bagian langit-langit sudah terlihat retak dan bekas bocoran. Belum lagi air yang tergenang di kamar mandi karena saluran pembuangan yang tidak bagus. Mau panggil “room service” hmmm tidak ada, dan jangan berharap ada yang bisa membetulkan. Sehingga kami harus sabar dengan kondisi yang ada. Tapi yang penting saat itu bagiku, aku mempunyai ruang tamu dan meja makan yang bisa dipakai untuk menjamu teman-temanku. Ada kitchen, dua piring, dua gelas, dua cangkir, tapi tak ada sendok, garpu….apalagi panci 😀 Jadi percuma saja ada kompor di sana. Mungkin semua yang tinggal di sini harus membawa panci sendiri ya? Ah, sebenarnya dengan harga yang sama, aku lebih suka tinggal di hotel yang lengkap dengan pelayanan.

Sambil menunggu teman-teman yang belum datang, aku mengajak anak-anak berenang di lantai 5. Ternyata semua kolamnya hanya 1 meter sehingga Riku bisa merenanginya. Tapi Kai hanya bisa di tempat anak-anak. Senang melihat mereka enjoy, meskipun hanya sebentar.

Tak lama Imoe, Catra dan anak-anak pengikut Imoe datang bergabung. Sambil ngantuk-ngantukan dan menonton tv kami menunggu DM, Uda Vizon dan …waktu buka (meskipun aku ngga puasa sih hehehe). Aku memang bingung menentukan menu. Inginnya membeli segala yang enak untuk dimakan bersama, tapi sekali lagi waktu dan tenaga yang menjadi penghalang. Dan kamu tahu dong kalau hari Sabtu bagaimana macetnya. Jadi aku cuma sempat “lari” membeli sate Mak Sukur dan Nasi Padang (tentu saja dengan Rendang sebagai pokoknya). Tahun depan harus menu yang lain nih….(mulai mikir dari sekarang)

"menyerbu" sate mak sukur, "melantai" dengan nasi padang. Tak lupa berpose bersama Jong Labar (dalam tupperware warna kuning itu tuh)

Dan satu lagi yang aku syukuri hari ini adalah “kehadiran” Nique dengan buatannya Jong Labar. Nique hanya menitipkan Jong Labar itu di receptionis dan langsung kabur lagi. Ya, mungkin dia merasa belum waktunya membuka kedoknya di depan sekian banyak blogger. Tapi terasa sekali “cinta”nya sekaligus keinginannya untuk bergabung bersama kami. Terima kasih banyak Nique.

Karena sudah pukul 9 malam aku harus pamit. Aku tanya pada Riku apakah dia mau menginap? “Boleh ma?” dia bertanya. Tentu saja boleh. Aku tahu dia akan senang sesekali berpisah semalam dengan ibu dan adiknya (yang cerewet). Untung saja Kai tidak minta nginap juga. Dia masih “Aku mau sama mama”s boy. Ah… anak laki-laki…aku harus siap sedikit demi sedikit melepaskan mereka untuk bertualang sendiri. Dengan meyakinkan ada makanan dan minuman untuk sahur, aku meninggalkan mereka.  Kopdar terakhirpun selesai, setelah aku melambaikan tangan pada Uda Vizon yang menuju bandara dengan supirku, serta pada DM yang pergi menuju acara meeting di Bintaro. Setiap perjumpaan pasti ada perpisahan, ada proses juga ditengahnya. Aku pun menutup pertemuan -pertemuanku dengan teman-teman masa lalu, dan teman-teman blogger dengan harapan bisa bertemu lagi, suatu waktu nanti.

Jadi? Sudah berapa blogger (+mantan blogger) yang kutemui selama mudik summer 2011  ini? Ayo tebak! Yang belum sempat aku temui perlu dicatat nih, supaya tahun depan kita bisa bertemu ya….

Kopdar Belleza

 

Bisa baca laporan kopdar Belleza di sini juga:

http://hardivizon.com/2011/08/18/the-bellezza/

http://imoe.wordpress.com/2011/08/20/kopdar-dengan-sang-bunda-ratu/

 

30-35 tahun lalu

20 Sep

Kamu di mana? Mungkin banyak yang belum lahir, atau baru lahir. Tapi saat itu aku sudah bersekolah di SD, SD swasta di bilangan Kebayoran Baru. SD itu adalah milik yayasan katolik, dan kebetulan aku bersekolah sejak TK sampai SMA, pada perguruan yang sama. Dan ada pula beberapa temanku yang seperti aku, terus bersekolah pada yayasan yang sama.

Masih ingat nama teman SD mu? Jika sudah lewat 35 tahun, rasanya sulit mengingat semua nama, tapi paling tidak teman satu kelas dan teman terdekat pasti masih ingat ya? Waktu SD aku pendiam. Amat pendiam. Dengan teman akrab yang sedikit jumlahnya. Aku sendiri lupa siapa teman akrabku s/d kelas 3 SD. Tapi yang pasti Ratih Lestari, adalah teman akrabku di kelas 5 dan 6 SD. Bersama Kwik Mulan, Catherine dan Ani kami membentuk geng di SD yang bernama Rascal. 😀

Terakhir aku bertemu Ratih waktu Riku berusia 2 th, jadi 6 tahun yang lalu. Jadi waktu Ratih menulis inbox di FB, kami langsung merencanakan pertemuan kami di PIM. PIM ini juga merupakan tempat favoritku dalam mudik 2011 sebagai tempat bertemu teman-teman. Kami mengejar ketinggalan berita terutama sejak lulus SMA dan menikah.

Selain Ratih yang teman SD, aku sempat bertemu dengan Ika yang teman SMP, Xenia yang teman SMP. Ratih dan Ika tinggal di Jakarta jadi masih bisa bertemu setiap tahun, tapi Xenia karibku di SMP tinggal di New York dan kebetulan mudik juga. Bertemu teman lama memang paling enak kencan berdua-dua, sehingga banyak yang bisa diceritakan. Tapi karena waktu yang terbatas, sering kami mengajak teman yang sebetulnya merupakan teman kami, yang setting nya di tempat lain. Sehingga pada suatu kali kami bertemu 7 orang, yang masing-masing setting pertemuannya berbeda. Misalnya aku kenal dengan Ratih, Xenia, Chandra dan Kassandra di SMP, sedangkan kenal Prayang dan Wida di SMA. Tapi pembicaraan bisa aja nyambung tuh. Ah, teman-temanku ini sudah menjadi orang terkenal semua.

7 teman dari SD, SMP dan SMA

Yang aku rasa merupakan kejutan adalah reuni teman-teman SD secara mendadak. Tadinya aku hanya mau bertemu seorang teman, Ani. Lalu si Ani berkata, “Mel, ngga apa-apa kan kalau aku ajak Nta dan Jendril?” …of course… Eh, pas sedang mengatur jadwal, tahu-tahu seorang teman, Maya yang tinggal di Melbourne dan kebetulan mudik juga berkata, “Mel… mau reuni dong…ajak-ajak gue ya”. Jadi aku menentukan waktu hari Jumat tgl 12 Agustus, waktu buka, di Urban Kitchen Pasific Place (situ lagi situ lagi hihihi). Mendadak semua menghubungi semua, lewat BB percakapan terjadi, kemudian aku menghubungi lewat FB. Dari yang tadinya 4-5 orang menjadi 21 peserta. HEBAT! Dan… senang sekali bertemu teman lama yang memang tidak berubah meskipun usia berubah (selain usia, yang berubah juga adalah warna rambut, daging di pinggul dan perut, serta isi dompet :D)

bayangin deh ramenya hihihi

Aku dan Ani sebagai pencetus pertama sudah berada di Urban Kitchen dari pukul 4 sore. Aku minta petugas untuk menyiapkan tempat duduk untuk 18 orang. Mungkin di bulan puasa, kami tidak bisa reserve tempat, tapi kalau sudah ada yang datang bisa minta tempat untuk beberapa orang. Memang petugasnya itu juga mengatakan bahwa jika jam 6 masih ada kursi yang kosong, kemungkinan besar akan diambil untuk orang lain. Untung saja pukul 6 sore, sudah cukup banyak yang berkumpul sehingga kami tetap bisa memakai tempat di situ, bahkan untuk 21 orang!

Bisa bercakap seperti dulu dan menggali kenangan di SD. Sepertinya nanti waktu berusia setengah abad, harus mengadakan yang resmi, supaya masih bisa bercerita dan tidak belum PIKUN! Dan tahukah cerita yang paling “seru” adalah menggali kenangan bahwa kelasku 6A, pernah ditampar oleh guru olahraga, satu kelas hahahaha. Aku sendiri sudah lupa kejadian itu, tapi Ani temanku mengingatkan kami semua. Nah loh, kok ingatnya yang jelek ya?:D Teman-teman sendiri masih ingat cerita waktu SD? Kalau baru max 20 tahun mungkin masih ingat, tapi lebih dri 25 tahun? hihihi

Sebagian kelas 6A yang pernah ditampar guru OR kami... entah salah apa kami ya?

Selain kenangan masa SD, kami juga saling bertukar informasi mengenai keadaan kami dan teman-teman kami. Ada yang sudah meninggal karena gagal ginjal. Sedih mengetahui 2 teman yang sudah menjadi janda karena suaminya meninggal, 3 lagi janda cerai, dan beberapa duda. Ada yang memang belum menikah. Ah… manusia memang harus menjalani liku-liku kehidupan ini.

Sayang sekali jam 8 malam, aku sudah harus pamit. Karena anak-anak telepon menanyakan diriku kemana, karena aku sudha keluar rumah sejak pukul3 siang. Padahal masih ingin mengejar ketinggalan 30 tahun lebih cerita-cerita jaman dulu. Padahal mereka masih melanjutkan pembicaraan di Starbuck entah samapi jam berapa ….hiks. Jadi kami berfoto bersama dulu sebelum berpisah. Reuni mendadak yang amat sukses menurutku. I really miss them. Semoga semua tetap sehat sampai kita bisa bertemu lagi ya….

peserta reuni (+2 orang yang sudah pulang) SD dadakan.... forever young

Kopdar On Air

19 Sep

Bukan kopdar di udara. Masak kopi darat di udara, itu kan kontradiksi sekali? Tapi memang kopdar kali ini ditandai dengan “On Air di sebuah stasiun radio”.

Aku kembali dari Bandung tanggal 4 Agustus malam, dan dalam perjalanan aku sempat menghubungi pemilik Mie Janda, yang menanyakan apakah hari Jumat tanggal 5 nya beliau ada di tempat. Tapi setelah sampai di rumah pukul 9 malam, aku pikir, kok aku ngukur jalanan terus ya? Akunya mungkin kuat, tapi pak supirku belum tentu kan? Mungkin dia butuh istirahat…. Apalagi aku sering pakai dia hari Sabtu dan Minggu. Jadi aku tanya langsung kepadanya: “Pak, bapak mau istirahat?” dan dia jawab, “Kalau ibu tidak perlu saya ya tidak apa-apa, tapi saya tidak mau istirahat”. Hmmm tentu saja, dengan status supir harian, jika satu hari istirahat berarti tidak dapat pemasukan kan? Tapi badan bisa ambruk juga, jika aku pakai tanpa memikirkan kesehatannya. Akhirnya aku bilang, “Besok masuk jam 12 saja deh (dan aku akan memulangkan dia jam 5 sore”.

Dan segera aku re-schedule kunjungan ke Mie Janda pada hari Minggu. Benar juga sih, siapa tahu ada blogger lain yang bisa join di hari Minggu, daripada di hari Jumat. Dan aku janji untuk datang ke Cibinong pukul 4 untuk ngabuburit dan buka di Mie Janda. Kebetulan pas hari Minggu itu aku ada acara pada pukul 12 nya, acara baptisan keponakan baruku, Gissela di Gereja St Stephanus Cilandak.

Tapi hari Minggu 7 Agustus itu tiba-tiba aku dapat sms bahwa kalo bisa, aku diminta menjadi narasumber untuk acara di Radio Sipatahunan. Weleh…berarti ngga boleh terlambat tuh. Kan siaran langsung, kudu tepat waktu (meskipun yang ngundang santai aja sih hehehe). Jadi jam 2  siang aku sudah berpisah dengan anak-anakku yang ikut pulang dengan sepupunya dan opa-omanya. Aku sendiri langsung menuju jalan tol menuju cibinong. Maklum, aku tidak berani ambil resiko nyasar lagi, karena tadinya aku janjian dengan Eka untuk pergi bersama, tapi tidak jadi. Tahu-tahu Eka sudah menunggu aku di pintu keluar tol cibinong. Mie Janda cibinong mudah dicari, karena tidak begitu jauh dari pintu tol keluar dan persis berada di depan SMP. Ya ini kali ke dua aku ke sini. Sebelumnya aku sudah pernah menikmati Mie Tajir 2 tahun yang lalu.

Bersama Eka sebelum acara dimulai

Waktu kami sampai di depan kedai, pas Kang Achoey juga mendarat, sehingga kami bisa langsung pergi ke Radio Sipatahunan yang terletak di Bogor. Karena masih banyak waktu, kami melewati jalan biasa (bukan jalan tol) sambil bercakap-cakap berbagai hal selama perjalanan. Waktu kami sampai pun masih cukup banyak waktu sehingga waktu siaran dimulai pukul 4 diawali oleh Kang Achoey karena Ibu Desi Hartanto  terlambat, seperti melanjutkan pembicaraan di luar ruangan saja. Terus terang aku juga sudah lupa apa saja yang aku bicarakan selama 1 jam itu.  Tapi yang pasti aku pun bernostalgia pada pekerjaan lama ku di radio, rindu rasanya kembali mengudara. Apalagi setelah acara selesai, lagu-lagu yang diputar itu lagu jadul semua. Pak operatornya sepertinya tahu seleraku. Antara lain lagu berjudul “Nona”  nya Gito Rollies…. hayoooo ada yang tahu ngga? Lagunya enak loh 😉

Oh ya sebelum acara dimulai, karena aku upload foto bersama Eka di FB, si Nicamperenique kemudian mengajak teman-teman mendengar streamingnya di internet. Jadi rame karena pak Marsudiyanto ikut nimbrung juga. Terima kasih atas dukungannya ya :D.

Berpose di studio Radio Sipatahunan

Dan setelah berfoto-foto bersama di studio, kami kembali menuju Kedai Mie Janda di cibinong untuk berbuka bersama. Untung saja masih ada meja kosong dekat meja kasir, karena hampir semua meja terisi pelanggan yang menunggu waktu berbuka. Akhirnya aku dan Eka bisa menikmati sajian mie Janda setelah 2 tahun. Ada beberapa menu baru, bahkan setelah aku selesai makan baru sadar bahwa ada menu nasi ayam goreng. Well, next time ya.

Es duda dan Mie Janda Komplit... bisa ketagihan loh

Dalam kesempatan itu kami juga bisa bertemu dengan Silvia Dewi, istri Kang Achoey yang sedang mengandung. Ah, ngiri benar deh melihat pasangan pengantin baru ini. Mesraaaaa sekali (maksudnya mesra gitu). Oh ya aku juga mendapatkan hadiah novel karangan Kang Achoey yang berjudul Sahaja Cinta. Kabarnya akan terbit (lagi dengan penerbit yang lain) sebentar lagi loh.

Istri Kang Achoey: Silvia Dewi. Berpose bersama sebelum pulang

Ya, dalam pertemuan setelah 2 tahun memang banyak yang berubah. Jika dulu Kang Achoey masih bujang, sekarang calon papa, dan sudah menerbitkan novel. Dan mungkin 1-2 tahun ke depan akan ada lagi perubahan yang terjadi. Namun aku selalu berdoa semoga silaturahmi ini bisa terus dipelihara, dan kelak dapat reuni bersama anak-anak mungkin 😀

Tulisan mengenai pertemuan saat itu juga bisa dibaca di :

http://cucuharis.wordpress.com/2011/08/08/mengulang-perjumpaan/

Rasa itu tetap sama -3-

16 Sep

Tanggal 4 Agustus pukul 4:44 pagi hari waktu Jepang (di komputerku tetap pakai waktu Jepang, jadi kalau mau tahu WIB nya tinggal dikurangi 2 jam saja), aku masih kluthekan dengan komputerku. Wah hotel Golden Flower ini asyik bagiku karena koneksi internetnya maknyus, cepat, tentu saja jika dibandingkan dengan rumahku di Jakarta. Jadi aku mengupload semua foto kopdar dan main-main s/d tanggal 3 Agustus. Persis di angka yang cantik itu aku menuliskan sebuah pesan singkat ke nomor HP seorang yang kukasihi. Dia berulang tahun tanggal 4 Agustus. Sebetulnya aku ingin sekali bertemu dengannya. Tapi kami berdua tidak cocok jadwal dan budgetnya. Dia berada di Solo sedangkan aku di Jakarta, padahal dulu dia di Malaysia dan aku di Tokyo. Jarak sekali lagi memisahkan kami.

Dan aku sempat memperbarui status di FBku : ” Di Bandung setengah hari enaknya ngapain ya? Yang pasti No shopping, No eating, No transstudio… nah loh apa yang sisa?”, dan disahut oleh Putri Rizkia : “Braga atau Kawah Putih”. Hmmm sebetulnya sudah sering ke Braga, dan aku tidak senarsis Putri yang bisa bergaya sendirian untuk difoto! hahaha.

Jadi sampai aku check out hotel jam 12 siang, aku belum menentukan mau pergi ke mana. Tapi sebetulnya aku sudah infokan pada Danny a.k.a DM bahwa aku mau mampir ke Kopi Aroma. Dia pernah membawakan kopi Aroma untukku tahun lalu, dan aku suka sekali. Mokka Arabika! Selain itu, aku pernah melihat foto seorang teman dari Jepang yang bergaya di depan tumpukan karung! Maybe… just maybe aku juga bisa melihat pabriknya.

Jadilah kami pergi ke toko Kopi Aroma pukul 1-an. Waaah kecil tokonya. Seperti sebuah kios saja. Memasuki pintu sempit ada seseorang yang sedang berdiri di depan meja kaca berisi jenis biji kopi. Aku sempat mendengar pesannya: “Minta 2 kg Robusta”. Aku sempat keder juga, wah apakah di sini harus membeli partai besar? Sedangkan aku sendiri tidak tahu mau membeli berapa banyak.

Saat itulah seorang Engkoh berbaju coklat berbicara pada Danny, “Mas, ini loh coffee maker dari tahun 1930”. Selanjutnya kuketahui beliau bernama Widya Pratama. “Yang di dekat jendela lebih tua lagi 1920.” Aku mulai memperhatikan perkataan dia, dan melihat Danny mulai memotret peralatan antik itu. Kamera memang aku serahkan pada Danny karena aku harus menggendong Kai yang lagi angot.

“Sukanya apa? Paling enak sih Robusta, ngga bikin perut kembung. Mau minum berapa kali juga ngga apa-apa. Tapi buat laki-laki jangan kebanyakan minum robusta. Kasian bininya.” Meskipun (pura-pura) ngga ngerti aku senyum-senyum aja. “Kopi saya mah ngga bikin kembung, ngga seperti kopi lain yang enak cuma di mulut aja. Soalnya kita tahan kopi itu 8 tahun dalam karung. Harus dalam karung biar mateng. Sini ikut ke dalam….” Waaaaah pucuk dicinta alim ulama ulam tiba. Langsung aku mengikuti pak Widya ke dalam. yattaaaaa.

Karung berisi kopi yang disimpan sampai 8 tahun. Berpose bersama Pak Widya Pratama di depan gudangnya.

Pak Widya masih menjelaskan macam-macam pada Danny, sambil dia memotret dan aku hanya senyam-senyum. Tapi akhirnya dia ajak Kai bicara, dan aku bilang Kai tidak bisa bahasa Indonesia. Sambil bercerita tentang kopi, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak harus dibiarkan melihat pekerjaan orang tuanya sejak kecil. Anak itu bisa kelihatan minatnya sejak kecil. Dan dia menambahkan bahwa anaknya sekarang 3 perempuan dan semoga bisa melanjutkan usaha yang sudah turun temurun itu. Tak disangka beliau juga berprofesi sebagai dosen.

Pengolahan kopi mulai dari pemilihan biji kopi, sampai pada penggilannya semua masih memakai alat-alat jaman baheula. Lihat saja listriknya, masih pakai kotak listrik jaman dulu. Tapi meskipun ada mesin hitung dan stapler jaman dulu, tentu saja sudah tidak dipakai lagi. Di dinding juga masih ada poster-posterAroma Kopi  jaman dulu. Ah, di luar saja atapnya masih bertuliskan Paberik Kopi.

tour de Kopi Aroma dipandu oleh bapak Widya Pratama sendiri

Akhirnya aku membeli 2 kg kopi Robusta dan Arabika dan setengahnya digiling kasar karena orang Jepang biasanya memakai filter untuk membuat kopi. Jadi khusus untukku, 1 kg kopi diubah setingannya menjadi giling kasar. 250gram seharga 15.000 (150 yen)  itu murah! Tadinya aku mau beli lebih banyak lagi, sekalian untuk oleh-oleh teman-teman di Jepang, tapi kupikir nanti bisa beli lagi sebelum kami pulang. Aku memang berencana datang lagi ke Bandung waktu Gen bergabung dengan kami….yang akhirnya tidak bisa mampir ke Kopi Aroma, dan tidak terbeli tambahan kopinya hehehe. (Musti ingat kalau mau ke Kopi Aroma ini sebelum pukul 3 siang!)

Tampak luar toko Kopi Aroma dan gedung Sate

Setelah dari Kopi Aroma, kami sempat mampir ke Gedung Sate, dan kemudian kembali ke Jakarta. Dan tentu saja, pulangnya pak supir salah lagi keluar tolnya, sampai muter-muter di daerah bekasi or mana deh aku ngga ngerti abis sudah malam sih hahaha. Yang tadinya bisa sampai jam 7 malam, jadinya sampai di kebayoran jam 9 deh. Dan aku kaget kok  rumahku banyak tamu, rupanya ada sembahyangan rutin di rumah. Ah memang rumahku di jkt itu sering “open house” 😀

 

When Geo met Desi

15 Sep

Setelah dari Bandung Coret, kami cepat-cepat menuju Bandung Pusat. ITB tepatnya. Tapi,……sekali lagi supirku tidak tahu jalan. Dan aku beruntung mempunyai GPS hidup di Bandung, yang tak lain adalah pak Lurahnya Bandung :D. Aku selalu memberitahukan posisiku dan Danny yang waktu itu sedang berada di bagian Bandung yang lain  menunjukkan arahnya. Sampai pada suatu saat, kok sepertinya kita kok cari jalannya menjauh. Lucu rasanya ketika sampai suatu jalan Danny bisa menyusul kami. Dan setelah itu aku lega deh karena pak supir tinggal ngekor di belakang mobilnya Danny saja. Karena waktu itu sudah menunjukkan pukul 4:30 an. Untung kedua bapak professor ini mau menunggu kedatanganku.

Sampailah kami di ITB, parkir dan aku ajak Danny ikut bertemu Pak Hendra Grandis (blognya bernama Oemar Bakrie)  dan Pak Nanang Puspito. Pak Hendra Grandis ini mantan blogger angkatan-angkatan awal (awalnya seberapa ya? yah sekitar th 2008-2009 an deh) yang cukup akrab dengan kami. Sedangkan Pak Nanang Puspito adalah temanku (teman di gereja dan karaoke :D) tahun 1995- an waktu Pak Nanang sedang belajar di Universitas Tokyo (eh bener ngga ya). Aku sendiri sudah pernah kopdar dengan pak Grandis, tapi Danny dan Pak Grandis yang sama-sama tinggal di Bandung belum pernah bertemu sama sekali. Jadi kesempatan deh. Apalagi aku berhasil menghubungi Catra Pratama yang juga sudah lama kukenal lewat blog, tapi belum pernah bertemu. Jadilah kami berempat bertemu di depan gedung GEODESI 😀

Menurut IAG (International Association Of Geodesy, 1979), Geodesi adalah Disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian dari Bumi dan benda-benda langit lainnya, termasuk medan gaya beratnya masing-masing, dalam ruang tiga dimensi yang berubah dengan waktu. Dalam bahasa yang berbeda, geodesi adalah cabang dari ilmu matematika terapan, yang dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan untuk menentukan:  Posisi yang pasti dari titik-titik di muka bumi ; Ukuran dan luas dari sebagian besar muka bumi; Bentuk dan ukuran bumi serta variasi gaya berat bumi

Karena kedua dosen harus pulang ke keluarga masing-masing, kami pamit. Dan sebelum meninggalkan ITB itu aku, kai dan Catra sempat berfoto di depan gerbang. Well, setidaknya ada tanda bahwa sudah pernah ke sini hehehe.

Bertemu orang-orang pintar di ITB

Danny dan Catra ikut sampai ke hotel, karena kami berencana untuk buka bersama. Hotel yang kupilih kali ini adalah Golden Flower Hotel yang berada di jln Asia Afrika. Sebetulnya ingin sekali mencoba yang di Dago atau Ciumbuleuit tapi kok rasanya rugi menginap di hotel mahal berdua dengan Kai saja. Lagipula aku pesan hotelnya hanya satu hari sebelum hari menginap lewat agoda.com. Hotel ini lumayan lah meskipun kesannya gelap dan muter-muter untuk bisa ke liftnya (aku dapat kamar yang jauh dari lift). Dan untungnya mereka juga punya kamar untuk supir dengan harga yang reasonable.

Karena kami sampai di hotel pas waktu buka, Danny dan Catra membatalkan puasanya di lobby hotel dengan tajil yang beraneka ragam. Nah, setelah cek in, aku menghubungi seorang lagi yang ingin kutemui di Bandung. Tidak lain dan tidak bukan adalah Guru Menulis yang kerap kupanggil pak EWA.Pak Ersis Warmansyah Abbas sudah lama kukenal sejak awal menulis juga, dan diperkenalkan temanku di Kumamoto, Mega. Menulis Tanpa Berguru menekankan bahwa menulis itu mudah. Pak Ewa sudah menulis puluhan buku tentang kiat menulis.

Kami bertemu pak Ersis di Ciwalk. Terus terang ini pertama kalinya aku ke Ciwalk. (udik yah :D) . Kami berempat dengan satu mobil menuju Ciwalk (tentu tanpa acara nyasar karena ada GPS hidup), dan begitu turun di depan Ciwalk, langsung “dihadang” pak Ersis yang ternyata sudah cukup lama menunggu. Langsung kami menuju restoran korea, steamboat, tapi karena terlambat sudah lewat waktu buka, kami harus menunggu dulu baru bisa makan. Padahal sudah lapar tuh. Keliling Ciwalk, kami (aku dan pak Ersis) berkesimpulan bahwa restorannya tidak menarik semua. Kami tentu saja tidak mau makan di tempat franchise… masih mending di restoran Padang. So, kami akhirnya sepakat untuk mencari restoran yang lebih “representative” di Paris Van Java.

Wait, Paris Van Java memang aku tahu julukannya kota Bandung, dan sekilas saja mendengar bahwa itu adalah nama pusat pertokoan di Bandung. Tentu saja aku belum pernah ke sana (lebih udik lagi mungkin hihihi). Jadi kita makan di sebuah restoran Thailand di PVJ yang bernama Suan Thai (Paris Van Java GF-RL-C19 Jalan Sukajadi No. 137-139). Enak-enak makanannya di sini, tapi yang terenak adalah masakan daging sapi lada hitam (mungkin namanya beda). Mau deh ke situ lagi untuk pesan nasi dan daging sapi itu. Bener enak (duh ngebayanginnya aja sekarang ngiler deh aku hihihi…) .

masakan daging sapi yang uenaaak banget!

Di restoran ini Kai sempat protes. Waktu Catra dan Danny buka puasa di hotel, dia melihat om-omnya ini makan es buah. Dia pengen, tapi waktu mau ambil sudah habis. Lalu aku bujuk dia nanti beli di restoran. Nah, waktu lihat menu di restoran Thai itu, dia lihat semacam es shanghai gitu yang gelasnya pakai gelas es krim. Tapi waktu pesanannya datang, gelasnya lain! Duuuuuuh anakku itu memang begitu. Dia mau yang SAMA PERSIS! Hmmm anakku yang satu ini, kalau punya sumpit pribadi, dia maunya makan dengan sumpit pribadinya dia, dan tidak ada orang lain boleh pakai. Dan dia akan protes, kalau aku misalnya makan dengan sumpit papanya. Kalau cangkir untuk teh, ya hanya untuk teh, tidak boleh untuk yang lain. Kalau aku bilang tidak boleh pakai tangan (kalau makan mie atau masakan Jepang), dia akan protes melihat aku makan ayam/ikan+sambel pakai tangan. Orangnya KODAWARI, hmmm bahasa Indonesianya apa ya? Mungkin untuk kasus ini, CEREWET, strict, punya pendirian? Jadi waktu dia menerima es buahnya pakai gelas tinggi biasa, dia masih menanyakan es shanghainya dia mana????? Duuuh susah banget aku njelasin ke dia, bahwa ISInya sama, gelasnya kotor jadi ngga ada…terpaksa pakai gelas minum biasa…. sampai akhirnya aku bisik ke pelayannya, “Mas, kalau bisa sajiannya yang sama ya dengan yang di menu…anak saya nih jadi cerewet, karena dia pikir itu lain!” Si pelayan hanya senyum-senyum saja. Dan kelihatannya memang mereka tidak punya gelas es krim, atau malas mindahin. Karena kalau di Jepang, kita “protes” begitu, biasanya mereka akan pindahkan isinya ke gelas yang sama dengan di gambar hehehe. (Aduh semoga teman-teman bloggerku ngga ada yang seperti Kai yah :D)

Berbincang-bincang dengan pak Ersis yang sebetulnya sedang deg-degan karena ternyata keesokan harinya akan mengikuti ujian seminar proposal. Memang kami dengar soal ujian proposal, tapi tidak ngeh bahwa keesokan harinya  :D. Pembicaraan berkisar tentang dunia tulis menulis, dan aku dibawakan hadiah buku-buku karangan pak Ersis. Terima kasih banyak pak.

Satu hari di Bandung bisa bertemu dan kopdar dengan Erry, Danny, Pak Grandis, Pak Nanang, Catra dan pak EWA. Sayang Asop dan empunya Farijs van Java tidak bisa bergabung (karena memang mendadak juga sih). Senang sekali rasanya bisa merajut benang laba-laba yang lebih besar lagi.

 

BIG Usagi si empunya Usagi-goya, mengucapkan terima kasih pada Little Usagi a.k.a Putri yang telah membantu publish posting ini. Koneksi Jepang Indonesia tampaknya lelet seharian.

Bandung Coret

13 Sep

Masih…masih banyak yang mau aku ceritakan dari perjalanan mudikku kemarin, yang belum tuntas. Jadi harap bersabar mengikuti ya. Tulisan ini dipending beberapa hari karena aku ada kerjaan terjemahan mendadak, sehingga baru bisa sekarang menuliskannya. Tapi tak apa lah soalnya primadona yang tampil dalam tulisan ini juga sedang  hiatus sepertinya. Entah terlalu sibuk di dunia nyata, atau belum bisa keluar dari kubangan drama-drama Koreanya 😀

Setelah dari rumah marmut, keesokan harinya tgl 3 Agustus 2011 aku langsung cabut ke Bandung. Sebetulnya sebelumnya aku sudah tanya ke empunya rumah: Seandainya aku ke Bandung, lebih baik Rabu atau Kamis? Dan dijawab Rabu! Soalnya sekolah si sulung belum mulai. Yes! Harus diusahakan hari Rabu, apalagi dia berbisik bahwa dia sedang tidak puasa. Great.

Jadi deh sekitar jam 10:30 an aku berangkat dari Kebayoran menuju Bandung bersama Kai saja. Riku? Dia tidak mau ikut mamanya, dan merestui adiknya kencan sama mamanya. Nah, yang jadi masalah itu, aku tidak tahu jalan di Bandung, dan meskipun supirku “mengaku” pernah ke Bandung, rasa-rasanya aku tidak percaya padanya. hehehe. Benar saja ternyata dia turun tol terlalu cepat, sehingga harus melewati daerah KOPO yang muacceeet… Padahal perut sudah lapar. Kalau perhitungan pak supir 2 jam naik tol, 30 menit cari rumah, jadi mestinya sekitar jam makan siang aku bisa sampai ke rumah si primadona. But, kenyataannya jam 2 kami masih ngubek-ngubek daerah Bandung Selatan. Sambil sms an dengan si primadona, akhirnya aku mampir beli makanan dulu di sebuah mall? carrefour?? udah lupa deh. (Katanya sih itu tempat dia ketemuan dengan mas NH seminggu sebelumnya)

Kupikir dari situ rumahnya sudah dekat, ternyata aduuuuuh masih jauh! Jalannya juga jelek, membuatku berpikir, untung aku tidak sedang hamil. Bisa brojol tuh hihihi. Dan akhirnya jam 2 kami sampai!  Ngobrol dengan santai karena si Fathir sedang tidur. Kucari-cari video drama koreanya tidak ada tuh. Yang ada satu rak buku penuh dengan novelnya Nora Robert 😀 …hmmm tau deh seleranya, mirip sedikit dengan diriku 😀 Dan meskipun dia selalu berkata rumahnya berantakan, pada kenyataannya tidak kok 😉

 

Tak lama Fathir bangun sehingga kami bisa berfoto bersama! Tentu saja di dinding studio yang pernah dia tulis di sini.
Jam 3:20 tepatnya, aku pamit karena mengejar bapak-bapak dosen ITB yang katanya akan pulang sekitar pukul 4 karena bulan puasa…tentu saja dengan perkiraan 30 menit sampai (dan kenyataannya? duuuh next story deh :D)

I couldn't resist the temptation to put this pictures! They are cute, aren't they?

Well, Bandung Coret memang jauh (tidak sejauh Tokyo Jakarta sih), tapi aku senang sekali bisa bertemu Erry, si ganteng Fathir dan si cantik Kayla. Kalian bertiga itu nggemesin banget! Apalagi sebelum naik mobil, aku sempat berfoto dengan si Skupi PINK yang biasa dipake Erry untuk ngojeg 😀

Hebat ah ibu ini bisa ngojeg sejauh itu dengan si Pink 😀

Entah kapan kita bisa bertemu lagi Erry, tapi terima kasih untuk oleh-oleh kuenya, juga kesediaan dikunjungi rumahnya (Di Jepang memang jarang orang mau dikunjungi rumahnya). Jangan terlalu larut dengan drama korea, sampai rumah “maya” kamu bulukan ya hihihi

Satu-satunya foto berdua yang bisa diambil tanpa gangguan 😀 Dasar Emak-emak narsis!

 

Rumah Kelinci vs Rumah Marmut

9 Sep

Sudah tahu kan bahwa rumahku (tepatnya apartemen) di Jepang itu keciiiil sekali. Sampai papaku mengatakan rumahku adalah rumah kelinci!  Kami berempat sekeluarga saja rasanya sudah sempiiit sekali. Untung cuma 4 orang, gimana kalau tambah lagi. No way!

Nah, tanggal 2 Agustus setelah capek bermain di Kidzania (tgl 1 Agustus 2011), aku ingin menemui Mamanya Little O atau Bundosar a.k.a Iyha. Tadinya mau berkunjung pagi-pagi, tapi tiba-tiba papa mama minta diantar ke Lebak Bulus. Jadi aku antar papa dan mama dulu menyelesaikan urusannya. Senang juga bisa melakukan sesuatu untuk kedua orang tuaku itu. Dan waktu pulang lewat jalan arteri Pondok Indah, papa langsung bilang, “Kamu kan udah lama tidak makan di Jun Njan mel… kita mampir situ yuuk” hehehe padahal papa aja tuh yang mau mampir.

Jadi mampir deh di situ dan seperti biasa kami cuma memesan udang rebus, kepiting saus padang dan roti mantau, tanpa makan nasi. Kami memang jarang makan nasi sih. Rasa masakan Jun Njan (pusat di Batu Ceper) nya masih enak seperti dulu, dan udang rebus itu membangkitkan kenangan jaman baheula. Ya dulu yang paling cepat mengupas udang rebus itu aku, jadi biasanya di piring aku dan papa yang paling banyak kulit udangnya. Tidak semuanya aku makan, karena aku cepat menguliti jadi aku menguliti untuk anggota keluarga yang lain. Mereka tinggal cocol ke sambel dan makan. Enak kan tinggal makan hehehe. Aku bisa masuk MURI untuk menguliti udang rebus deh sepertinya hahaha.

Atas kiri udang rebus sebelum dikupas, atas kanan kulit udang rebus di piringku 😀

Nah setelah makan siang yang sudah laat itulah (sekitar jam 3), aku mengantar papa dan mama pulang, baru pergi ke rumahnya Iyha. Dan di sini aku benar-benar diuji kesabarannya oleh supirku hehehe. Memang sih dia belum tahu bahwa ada jalan memotong dari belakang rumahku untuk keluar ke arteri Pondok Indah. Kupikir dia tahu, jadi aku cuma kasih petunjuk ke arah kebayoran lama! RS Medika. Jadi deh aku dibawa muter-muter ke gandaria dulu, lalu masuk ke jalanan yang tadi kami lewati 😀 Mana macet lagi doooh. Seperti mau ke Singapore tapi lewat surabaya dulu 😀 Jadi yang mustinya  20 menit, butuh 1 jam deh.

Well, yang penting akhirnya aku sampai di kantornya Iyha. Begitu turun, tanya tanya, dan diberitahu bahwa Non Triana sudah pulang ke rumah. Tapi rumahnya deket kok. persis di gang sebelahan kantor itu. Ya sudah aku jalan ke situ. Kai tertidur di mobil, jadi aku biarkan dia tidur di mobil saja. Gebleknya aku tidak tanya rumahnya Mbak Triana ini nomor berapa. Jadi deh aku menyusuri jalan itu, sambil melongok-longok, kira-kira yang mana ya rumahnya. Oh ya pas jalan begitu juga ada yang lucu! Ada orang naik kuda datang ke arahku ….waaaah sayang Riku dan Kai tidak ada bersamaku. Kalau ada pasti heboh deh 😀

Nah pas aku bengong begitu si Mbak Triananya datang menggendong Osar. Langsunglah aku tahu bahwa itu si Iyha. Dan kami masuk rumahnya, yang disebut oleh mbak Triana sebagai rumah marmut. Dan aku bisa bermain dengan marmut baby Little O yang cute sekali. Untung sekali baby O tidak rewel padahal dia baru pulang dari “penitipan”. Langsung foto-foto dan tak lama aku pun pamit. Soalnya aku meninggalkan Kai di mobil, dan tahu juga bahwa Iyha kan harus menyiapkan buka untuk suaminya yang pulang jam 5. Ya tak lama setelah suaminya pulang, aku mohon diri.

Kelinci, Marmut dan bayi marmut 😀

Tak kusangka rumah Iyha sedekat itu. Kalau tau dari dulu kan bisa sering-sering ajak Little O bermain ke rumahku. Jadi begitulah, tanggal 2 Agustus pun aku bisa mengadakan kopdar dengan seorang blogger (Iyha) dan calon blogger (Little O).

Rumah itu hanyalah benda mati, dia bisa hangat jika penghuninya juga hangat hatinya. Dan aku senang bisa bertemu langsung dengan Ihya, si penghuni rumah yang hangat itu.
Terima kasih untuk pelukanmu Iyha, really appreciate your hug!

Tulisan kunjunganku kopdar dengan Iyha juga bisa dibaca di

 

Seleb nyasar ke rumah marmut

 

Ihya dan Osar

Bermain tapi Digaji

9 Sep

Mana bisa sih? Bermain kok digaji? Kalau berjudi nah bisa deh, kalau menang taruhan. Tapi ini benar kok, udah bermain digaji lagi.

“Mama, kenapa kalo aku jadi pencuri kok dapet 20 $ (Baca kidzos), tapi aku jadi polisi kok cuma dapet 5 $ ya? Aku mau jadi pencuri aja!”

Sebuah pertanyaan dari Riku yang amat sulit kujawab dengan singkat. Jika kujawab:

“Ya kan gede gajinya, soalnya kalo ketangkep dia tidak dapat gaji selama di tahanan. ” Nanti dia jawab, “Ya jangan sampai ketangkep” Nah loh… pusing kan?

Dan waktu kutulis di FB, seorang temanku berkata: “Namanya Indonesia, ya gitu. Polisi gajinya keciilll” hihihi. Ah…ini memang perlu jadi pemikiran. Karena akan mengubah cara pandang anak-anak terhadap pekerjaan. Aku tak tahu di Kidzania Jepang, berapa bayarannya. Mungkin memang perlu ke Kidzania Jepang untuk mengetahuinya. (Dan aku baru buka-buka homepagenya duuuh macam-macam atraksinya dengan harga masuk 2,5 kali lipat yang di Jakarta huhuhu. Nabung dulu!)

Riku menjadi pencuri dengan bayaran 20$ (kidzos)

Ya memang ini cerita tentang Kidzania Jakarta. Aku sudah tahu tentang Kidzania sejak tahun 2008, waktu aku bertemu seorang Narablog di Pasific Place (dan pertama kali juga ke PP). Sempat terpikir untuk mengajak Riku ke sana waktu itu, tapi diberitahu teman bahwa bahasa yang dipakai untuk penjelasan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dan waktu itu Riku belum mahir berbahasa Indonesia.

Waktu aku bertemu teman-teman Narablog di Pasific Place yang sudah kutulis di sini, Witcha sudah mengajak Riku dan Kai bermain di Kidzania…. selama 2 jam. Tentu saja KURANG! Jadi Riku merengek padaku, dan berkata: “Mama, aku ngga usah diajak ke tempat mainan lain deh. Aku mau ke Kidzania aja”

Nah, sambil cari waktu yang pas,  aku chatting dengan biudanya Egi dan Abang, si Nicamperenique pada hari Minggu , tgl 31 Juli. Karena tanggal 1 Agustus itu libur awal puasa, 3 keponakanku libur. Egi dan Abang juga libur. Kesempatan untuk melaksanakan rencana main bersama (sambil kopdar dengan si misterius Nique). Awalnya kami mau pergi ke Bandung. Heran juga kenapa tidak ke Pasirmukti, padahal aku ingin pergi ke sana loh…. Oh iya aku memikirkan Niquenya puasa, jadi kalau pasirmukti, panas-panas kan kasihan dia. Puasa pertama lagi. Dan aku juga tidak sanggup menjaga 5 anak sekaligus — Riku (8th), Kai (4th), Dharma (11 th), Sophie (8th), Kei(6 th) — di alam terbuka. Jadinya diputuskan untuk pergi ke Kidzania saja.

Dimana-mana memang harus antri Nak! Biasakan itu ya....

Dengan beberapa miskomunikasi, kami akhirnya bisa berbaris antri di depan kasir Kidzania pukul 9 pagi. Anak-anakku (termasuk sepupu mereka, berlima), tentu saja BISA TENANG menunggu di antrian. Kupikir sambil menunggu Nique aku antri saja, karena begitu sampai di kidzania itu cukup banyak orang yang antri. Salah perhitungan. Kupikir awal puasa pasti sedikit orang, tapi ternyata cukup banyak sekolah yang libur, dan anak-anak yang datang separuh diantar orang tua, separuh lagi diantar pembantunya! Duh….  Dan anak-anak yang antri di depan dan belakang kami itu ampuuuuun deh pecicilannya. Resek! Ngga biasa antri. Ngerti sih bahwa antri menunggu itu (dan cukup lama) menyebalkan bagi anak-anak. Tapi buktinya anak-anakku buktinya bisa loh. Calon-calon penerus bangsa ini kalau tidak diajari antri, ya susah lah. Ibu -bapaknya juga harus menunjukkan bahwa antri itu “peraturan”. Susah lah menyuruh anak-anak antri kalau ibu bapaknya duduk di luar barisan dan menyuruh pembantu yang antri. Bener deh, kesel memikirkan masa depan negara kita dilihat dari antri saja!

Untung sekali pas giliran kami maju ke counter, Nique sudah sampai, sehingga bisa cepat-cepat pakai “gelang” tanda masuk segera, dan bisa masuk wahananya. Di pintu masuk, tas-tas diperiksa apakah membawa makanan dan minuman tidak. Memang di sini tidak diperbolehkan membawa makanan/minuman dari luar. Dan you know lah, makanan dan minuman di dalam pasti lebih mahal dari biasanya (baca juga: Comparison) , dan ini memang akalnya pengusaha kan? Ngga ngerti apa istilahnya, tapi konsumer yang paling mendatangkan keuntungan adalah lapisan anak-anak. Mana ada orang tua tega membiarkan anak-anak “ngiler” di dalam? Susah dong meredam rengekan anak-anak kecuali dengan membelikan mereka yang diminta, tanpa ba-bi-bu. Untung saja kecuali Kai yang tidak bermain, anak-anakku tidak ada waktu untuk berpikir minta dibelikan ini-itu (Mungkin adikku juga sudah wanti-wanti anak-anakknya :D)

Well, aku pertama kali masuk ke Kidzania, dan cukup terperanjat dengan konsep mereka. Bagus! Memang anak-anak dilatih untuk mandiri, mengenal banyak pekerjaan yang ada di dunia nyata (meskipun tidak semudah itu ya nak heheheh). Juga bahwa jika mereka kekurangan uang (kidsos) untuk masuk ke wahana permainan yang butuh uang masuk, mereka harus “bekerja” untuk mendapatkan uang. Salah satunya ya dengan menjadi pencuri atau polisi di atas tadi 😀

Dan seperti yang sudah Witcha tulis di blognya waktu antar Riku dan Kai pertama kali ke Kidzania. Dua anak Jepang ini kan masih sulit bahasa Indonesianya, jadi aku sempat khawatir waktu mereka harus ke “Bank” pertama kali untuk mengambil “gaji pertama” mereka dan membuat akun/rekening bank. Yang lucu, aku mengkhawatirkan Kai yang notabene belum bisa sama sekali bahasa Indonesia, padahal dia yang paling cepat selesai! Dia langsung sebut namanya keras-keras, “MIYASHITA KAI” dan menunjuk tangannya 4 jari. 4 tahun! hihihi. Ngga tahu deh, kenapa justru kakaknya yang lama, mungkin karena dia tahu bahasa Indonesianya setengah-setengah ya? Well, aku dan Nique dan Aa, suaminya menunggu di luar Bank dengan cemas. Egi agak rewel pertamanya, karena dia memang masih manja dan malu bertemu dengan teman baru. Mengantar 7 anak memang sulit bo! (apalagi 20 mel hahaha)

 

Kai ambil gaji pertama di Bank, Riku juga sempat "bekerja" menjadi sekuriti di Bank

Setelah selesai acara pertama, mengambil gaji di Bank, langsung deh anak-anak mencar dengan keinginannya masing-masing. Aku sudah tidak peduli Riku, Dharma dan Sophie mau ke mana.  Egi yang nempel dengan abang padahal abang maunya nempel sama teman seumurannya Riku dan Dharma. Yang tadinya terbagi menjadi dua grup, bisa menjadi 3 grup dan Kei, anak bungsu adikku yang paling “nyentrik” sendiri, diam-diam dia pergi ke sana-sini sendirian. Hebat euy. Kai tentu saja nempel dengan mamanya. Kai hanya sempat membuat SIM, dan tidak mau mencoba bermain apa-apa meskipun sudah kubujuk-bujuk.

Wahana yang pertama dicoba, pemadam kebakaran. Kecuali Kai dan Kei

 

Repot menemani Kai, sambil mengambil foto anak-anak, sambil ngobrol dengan Nique…. mana tidak ada tempat duduk di depan wahana-wahana itu. Suatu saat saking capeknya berdua Nique duduk selonjoran di lantai hahaha. Eh tapi … tapi, kami sempat keluar sebentar sekitar pukul 12:30 untuk KOPDAR bersama mas/inyiak/om NH18 selama 30 menit! Bisa baca laporannya di sini dan di sini.

Pemadam kebakaran, tuning mobil, car-race, pekerja konstruksi, polisi, pengadilan, dokter gigi, suster, bakery, apalagi ya? … semuanya di lantai 1. Padahal sepertinya di lantai 2 masih banyak permainan lain. Tapi ogah ah kalau disuruh antar lagi ke Kidzania. Meskipun aku tahu, dibanding dengan disneyland, unsur pendidikan di Kidzania lebih banyak. Anak-anak sih enak bisa bermain, tapi orang tuanya bengong tak terkira. Tidak ada makanan yang enak juga sih di dalam. Coba ada bakso, sate padang, mpek-mpek, ketoprak, es shanghai, es teler dkk  dijual di situ… aku mau nganterin 10 anak lagi hahaha.

Berbagai wahana yang mereka coba...dan lihat muka mereka, puas dan gembira!

Senang sekali melihat keceriaan ketujuh  anak-anak ini. Tak tampak sama sekali rasa capek di muka mereka, padahal aku begitu sampai rumah, langsung teler…tidur sampai keesokan harinya. Duh aku ngga bisa ngebayangin deh kerjanya guru TK hehehe. Hari itu benar-benar isseki nichou (satu batu dua burung) atau peribahasa bahasa Indonesianya : Sekali mengayuh dua tiga pulau terlampaui. Selain bermain, anak-anak bisa belajar dan bersilaturahmi. Selain antar anak-anak, aku dan Nique bisa kopdar. Ah… kapan lagi bisa begini ya? Tahun depan kita kemana ya Nique? Semoga….

 

Berpose waktu akan pulang. Susah sekali mendapat pose yang bagus. Gerak terus hehehe

 

Cerita tentang Kidzania versi Nique di sini.

Menjawab pertanyaan Arman: Kidzania dimulai di Mexico, dan sampai sekarang ada franchisenya di beberapa negara, dan kelihatan akan berkembang lagi. (sumber : wikipedia)

  • KidZania Mexico City, opened in September 1999 as La Ciudad de los Niños, rebranded KidZania La Ciudad de los Niños
  • KidZania Monterrey, opened in May 2006
  • Kidzania Tokyo, opened in October 2006 (franchise)
  • Kidzania Jakarta, opened in November 2007 (franchise)
  • Kidzania Koshien, opened in March 2009 (franchise)
  • KidZania Lisbon, opened June 2009 (franchise)
  • KidZania Dubai, opened January 2010 (franchise)
  • KidZania Seoul, opened February 2010 (franchise)
  • KidZania Malaysia, opening in end of the quarter of 2011 (franchise)
Enhanced by Zemanta