Kidzania…Again

7 Agu

Ada 3 agenda besar yang diajukan oleh Kimiyo yang ingin dia lakukan di Jakarta, yaitu Ancol, Kidzania dan Taman Safari. Tapi yang butuh satu hari cuma Ancol dan Taman Safari, sedangkan Kidzania karena dekat dari rumah bisa kapan saja. Jadi waktu ada hari yang suaminya bermain golf paginya, kami merencanakan pergi ke Kidzania. Katanya golf kan paling sampai jam 11, jadi lumayan setelah itu kan?

Tapi pada kenyataannya kita baru masuk Kidzania pada pukul 2 lewat, jadi hanya bisa bermain kurang dari 2 jam (tutup jam 4). Selain dari memang kitanya lambat pergi setelah makan siang segala, aku tidak mau mengulang kesalahan dengan percaya begitu saja dengan sang supir. Aku minta supir papa untuk menjadi penunjuk jalan dengan motornya. Cari parkir di PP juga cukup memakan waktu, meskipun kami tetap mendapat tempat di P2Q4 (langsung catat dong!). Memang bisa sebetulnya kami turun di lobby dan membiarkan supirnya cari tempat parkir sendiri, tapi resikonya terlalu besar. Aku takut dia keluar di pintu yang salah, dan tidak bisa berada di lobby yang sama, selain dari ketakutanku tak ada signal HP di basement sehingga tidak bisa menghubungi dia. Ah daripada pusing memikirkan resiko-resiko itu, lebih baik kami mengetahui tempat parkir dan kami yang mencari sang supir 😀

Naik ke lantai 6, anak-anak tidak sabar ingin berlari sampai ke kidzania. Setelah menyelesaikan bayar-bayar dan isi formulir untuk bayi Haru, kami masuk. Aku sempat protes pada kasir Kidzania, mengapa tidak ada potongan harga khusus untuk mereka yang masuknya sudah siang/sore. Semua dipukul rata 115.000 rupiah/anak. Sedangkan di disneyresort aja ada potongan harga untuk mereka yang masuk pukul 6 sore, twilight ticket, sehingga pengunjung tidak merasa dirugikan. Kata adikku masih mending orang tua hanya membayar 85.000 rupiah sjaa, karena dulu waktu awal-awal buka/hari libur orang tua pun harus membayar sama, padahal ORANG TUA TIDAK BISA BERMAIN APA-APA. Hanya bisa bengong dan menunggu anak-anaknya bermain. Karena tidak memikirkan cara-cara menarik pengunjung inilah, Kidzania pada hari ini SEPI sekali. Memang enak sih karena tidak perlu mengantri, tapi 115.000 untuk 1,5 jam? Gila memang! (akunya hehehe kok mau….)

 

Riku dan Ao menjadi petugas pompa bensin

Tapi ternyata Ao kun ketakutan dan tidak mau mencoba menjadi polisi atau pemadam kebakaran. Dia hanya bisa menjadi penumpang bus BB. Padahal Riku, Sophie dan Kei aktif mau ke mana-mana (Aku membawa sepupunya Riku juga, kecuali Dharma yang sudah merasa besar dan banyak sekali PR nya. Maklum dia sudah SMP kelas 1 sekarang). Jadi deh rombongan kami terbagi 3, Ao kun bersama papa, mamanya (dan Haru tentunya) , kemudian kelompoknya Riku, Sophie dan Kei yang heboh bermain sana sini, dan kelompoknya Kai chan + mama yang kerjanya hanya duduk dan bengong 😀 Loh….

 

menjadi polisi dan menangkap maling 😀

Kai memang penakut, dia tidak pernah berani mencoba sesuatu yang baru atas inisiatifnya sendiri. Sungguh berlainan dengan Riku yang sejak kecil sudah aku latih untuk tidak malu bertanya dan berani mencoba…segalanya baik permainan maupun makanan 😀 (Dia SUKA sate padang loh…..padahal kan pedas). Kai enggan mencoba, padahal jika dipaksa atau dibiarkan beberapa waktu akhirnya dia menemukan kesenangan yang bisa diperoleh, baru dia tahu dan mau. Ibaratnya dia membiarkan semua orang berpesta dan dia baru makan sisa-sisa pengunjung, dan…menyesal kok baru tahu sekarang (ironis sekali tapi memang begitu sih). Padahal aku selalu berusaha supaya dia sama seperti Riku yang berani mencoba. Tapi yah karakter anak itu kan memang berbeda ya. Jadi waktu kakak-kakaknya bermain mobil dan petugas pompa bensin, dia bengong saja. Itu karena dia tidak punya SIM. Untuk membuat SIM perlu pemeriksaan kesehatan, tapi dia TAKUT disuntik 😀 ampuuun deh. Meskipun akhirnya setelah sekian lama tidak ada satupun kegiatan yang dia buat, akhirnya dia mau membuat SIM dan bermain sendiri. Duh nak, kamu terlambat!

Waktu aku menemani Kai, tiba-tiba ada seorang ibu dengan anak bule yang menyapa,

“Mbak…. Imelda ya?”

Aku bingung dan berkata, “Ya, saya imelda”
“Saya lihat Kai, jadi saya pikir pasti mbak Imelda. Saya temannya Susi di Belanda, sering melihat foto-foto mbak di FB.”
“Susi Huijbergen? Kamu juga dari Huijbergen? Wah lucu sekali bisa bertemu di sini ya.”
“Saya sih di Bergen op Zoom, dekat Huijbergen.”
“Ya, ya… tapi stasiunnya sama kan? Bergen op Zoom. Saya turun di stasiun itu waktu pergi ke rumah Opa Baseler”
“Betul sama….”
“Lagi liburan juga?”
“Ya sudah hampir pulang seminggu lagi. Ini Nick anak saya, dari tadi pagi jam 9 kami di Kidzania. Karena sendiri, jadi tidak seru mau main-main. Riku di mana?”
“Riku sama sepupunya udah lari ntah kemana. Nanti kalau dia kembali bisa ajak Nick bermain bersama.”
Dan akhirnya Nick, Riku, Sophie dan Kei bermain racing car berempat.


Ah pertemuan lagi dengan seseorang nun jauh dari sana, berkat Facebook. Tadinya kupikir dia bukan temanku, ternyata sudah menjadi temanku di Facebook, bahkan aku pernah berkomunikasi dengannya soal resep gethuk! Siapa nyana aku bisa bertemu dia di dunia nyata, di Jakarta. Tempat bukan lagi penghambat untuk bisa bertemu, meskipun perlu keajaiban untuk bisa mempertemukan kami.

 

bertemu teman FB dari Belanda :D. benar-benar kebetulan!

Waktu tutup pukul 4 segera menghampiri, sehingga Riku yang merasa kurang bermain agak merajuk. Memang harus datang dari pagi jika mau menikmati semuanya. Jadi aku katakan, nanti sebelum kembali ke Jepang, aku akan antarkan dia bermain sepuasnya. Dan sebelum pulang, kami sempatkan mampir ke Urban Kitchen di lantai 5 Pasific Place untuk ngopi dan anak-anak makan ice cream… tadinya. Eh kok setelah makan es krim mereka minta makan juga 😀 Jadilah kami sekalian makan malam, apalagi Ao kun agak hangat sehingga mereka juga membeli makanan untuk dibungkus bawa pulang. Waktu kami datang pukul 4:15 tidak ada satupun pengunjung, tapi mulai pukul 5 sore mulailah berdatangan pengunjung yang akan buka puasa. Menjelang pukul 5:30 tidak ada lagi kursi yang kosong, bahkan tidak sedikit orang yang mengincar kursi kami (padahal sedang diduduki) seakan-akan membatin “Cepet dong pergi…” Meskipun tanpa kata, pandangan mereka juga tidak “bersahabat” sehingga akupun merasa tidak nyaman… “Ambil gih sana…..” Dan bahkan sebelum pantat kami berpisah dari kursi, sudah ada yang menaruh tasnya. HUH, sebal sekali rasanya, seakan mencari makan menjadi pertempuran. Kunamakan ini “The battle of buka puasa”. Bukan, sama sekali tidak ingin menyinggung mereka yang berpuasa, tapi kadang aku merasa aneh. Mereka memesan makanan dan minuman di hadapan mereka dan sambil melihat jam “teng!” langsung menyantapnya bagai singa lapar (yah memang lapar sih). Aku pikir bukannya seharusnya pelan-pelan ya supaya perut tidak kaget? Ah, tapi itu bukan ranahku untuk berbicara, sehingga aku hanya menikmatinya, dan berusaha tidak mengambil semua kejadian (perebutan tempat duduk, petasan, kerja lelet) ke dalam hati. Aku berusaha menghormati mereka yang berpuasa, tanpa berharap apa-apa.

Berkat kecerdikanku **halah** kami kembali ke mobil tanpa tersesat dan tanpa khawatir mobilnya tersesat 😀 dan meninggalkan Pasific Place untuk pulang ke rumah dan hotel. Tapi ternyata ini merupakan awal dari ketidakmujuran liburan Kimiyo karena setelah itu sampai tanggal 6 Agustus, Ao kun demam 🙁 ……. Jadi bagaimana Taman Safarinya?

Bermain tapi Digaji

9 Sep

Mana bisa sih? Bermain kok digaji? Kalau berjudi nah bisa deh, kalau menang taruhan. Tapi ini benar kok, udah bermain digaji lagi.

“Mama, kenapa kalo aku jadi pencuri kok dapet 20 $ (Baca kidzos), tapi aku jadi polisi kok cuma dapet 5 $ ya? Aku mau jadi pencuri aja!”

Sebuah pertanyaan dari Riku yang amat sulit kujawab dengan singkat. Jika kujawab:

“Ya kan gede gajinya, soalnya kalo ketangkep dia tidak dapat gaji selama di tahanan. ” Nanti dia jawab, “Ya jangan sampai ketangkep” Nah loh… pusing kan?

Dan waktu kutulis di FB, seorang temanku berkata: “Namanya Indonesia, ya gitu. Polisi gajinya keciilll” hihihi. Ah…ini memang perlu jadi pemikiran. Karena akan mengubah cara pandang anak-anak terhadap pekerjaan. Aku tak tahu di Kidzania Jepang, berapa bayarannya. Mungkin memang perlu ke Kidzania Jepang untuk mengetahuinya. (Dan aku baru buka-buka homepagenya duuuh macam-macam atraksinya dengan harga masuk 2,5 kali lipat yang di Jakarta huhuhu. Nabung dulu!)

Riku menjadi pencuri dengan bayaran 20$ (kidzos)

Ya memang ini cerita tentang Kidzania Jakarta. Aku sudah tahu tentang Kidzania sejak tahun 2008, waktu aku bertemu seorang Narablog di Pasific Place (dan pertama kali juga ke PP). Sempat terpikir untuk mengajak Riku ke sana waktu itu, tapi diberitahu teman bahwa bahasa yang dipakai untuk penjelasan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dan waktu itu Riku belum mahir berbahasa Indonesia.

Waktu aku bertemu teman-teman Narablog di Pasific Place yang sudah kutulis di sini, Witcha sudah mengajak Riku dan Kai bermain di Kidzania…. selama 2 jam. Tentu saja KURANG! Jadi Riku merengek padaku, dan berkata: “Mama, aku ngga usah diajak ke tempat mainan lain deh. Aku mau ke Kidzania aja”

Nah, sambil cari waktu yang pas,  aku chatting dengan biudanya Egi dan Abang, si Nicamperenique pada hari Minggu , tgl 31 Juli. Karena tanggal 1 Agustus itu libur awal puasa, 3 keponakanku libur. Egi dan Abang juga libur. Kesempatan untuk melaksanakan rencana main bersama (sambil kopdar dengan si misterius Nique). Awalnya kami mau pergi ke Bandung. Heran juga kenapa tidak ke Pasirmukti, padahal aku ingin pergi ke sana loh…. Oh iya aku memikirkan Niquenya puasa, jadi kalau pasirmukti, panas-panas kan kasihan dia. Puasa pertama lagi. Dan aku juga tidak sanggup menjaga 5 anak sekaligus — Riku (8th), Kai (4th), Dharma (11 th), Sophie (8th), Kei(6 th) — di alam terbuka. Jadinya diputuskan untuk pergi ke Kidzania saja.

Dimana-mana memang harus antri Nak! Biasakan itu ya....

Dengan beberapa miskomunikasi, kami akhirnya bisa berbaris antri di depan kasir Kidzania pukul 9 pagi. Anak-anakku (termasuk sepupu mereka, berlima), tentu saja BISA TENANG menunggu di antrian. Kupikir sambil menunggu Nique aku antri saja, karena begitu sampai di kidzania itu cukup banyak orang yang antri. Salah perhitungan. Kupikir awal puasa pasti sedikit orang, tapi ternyata cukup banyak sekolah yang libur, dan anak-anak yang datang separuh diantar orang tua, separuh lagi diantar pembantunya! Duh….  Dan anak-anak yang antri di depan dan belakang kami itu ampuuuuun deh pecicilannya. Resek! Ngga biasa antri. Ngerti sih bahwa antri menunggu itu (dan cukup lama) menyebalkan bagi anak-anak. Tapi buktinya anak-anakku buktinya bisa loh. Calon-calon penerus bangsa ini kalau tidak diajari antri, ya susah lah. Ibu -bapaknya juga harus menunjukkan bahwa antri itu “peraturan”. Susah lah menyuruh anak-anak antri kalau ibu bapaknya duduk di luar barisan dan menyuruh pembantu yang antri. Bener deh, kesel memikirkan masa depan negara kita dilihat dari antri saja!

Untung sekali pas giliran kami maju ke counter, Nique sudah sampai, sehingga bisa cepat-cepat pakai “gelang” tanda masuk segera, dan bisa masuk wahananya. Di pintu masuk, tas-tas diperiksa apakah membawa makanan dan minuman tidak. Memang di sini tidak diperbolehkan membawa makanan/minuman dari luar. Dan you know lah, makanan dan minuman di dalam pasti lebih mahal dari biasanya (baca juga: Comparison) , dan ini memang akalnya pengusaha kan? Ngga ngerti apa istilahnya, tapi konsumer yang paling mendatangkan keuntungan adalah lapisan anak-anak. Mana ada orang tua tega membiarkan anak-anak “ngiler” di dalam? Susah dong meredam rengekan anak-anak kecuali dengan membelikan mereka yang diminta, tanpa ba-bi-bu. Untung saja kecuali Kai yang tidak bermain, anak-anakku tidak ada waktu untuk berpikir minta dibelikan ini-itu (Mungkin adikku juga sudah wanti-wanti anak-anakknya :D)

Well, aku pertama kali masuk ke Kidzania, dan cukup terperanjat dengan konsep mereka. Bagus! Memang anak-anak dilatih untuk mandiri, mengenal banyak pekerjaan yang ada di dunia nyata (meskipun tidak semudah itu ya nak heheheh). Juga bahwa jika mereka kekurangan uang (kidsos) untuk masuk ke wahana permainan yang butuh uang masuk, mereka harus “bekerja” untuk mendapatkan uang. Salah satunya ya dengan menjadi pencuri atau polisi di atas tadi 😀

Dan seperti yang sudah Witcha tulis di blognya waktu antar Riku dan Kai pertama kali ke Kidzania. Dua anak Jepang ini kan masih sulit bahasa Indonesianya, jadi aku sempat khawatir waktu mereka harus ke “Bank” pertama kali untuk mengambil “gaji pertama” mereka dan membuat akun/rekening bank. Yang lucu, aku mengkhawatirkan Kai yang notabene belum bisa sama sekali bahasa Indonesia, padahal dia yang paling cepat selesai! Dia langsung sebut namanya keras-keras, “MIYASHITA KAI” dan menunjuk tangannya 4 jari. 4 tahun! hihihi. Ngga tahu deh, kenapa justru kakaknya yang lama, mungkin karena dia tahu bahasa Indonesianya setengah-setengah ya? Well, aku dan Nique dan Aa, suaminya menunggu di luar Bank dengan cemas. Egi agak rewel pertamanya, karena dia memang masih manja dan malu bertemu dengan teman baru. Mengantar 7 anak memang sulit bo! (apalagi 20 mel hahaha)

 

Kai ambil gaji pertama di Bank, Riku juga sempat "bekerja" menjadi sekuriti di Bank

Setelah selesai acara pertama, mengambil gaji di Bank, langsung deh anak-anak mencar dengan keinginannya masing-masing. Aku sudah tidak peduli Riku, Dharma dan Sophie mau ke mana.  Egi yang nempel dengan abang padahal abang maunya nempel sama teman seumurannya Riku dan Dharma. Yang tadinya terbagi menjadi dua grup, bisa menjadi 3 grup dan Kei, anak bungsu adikku yang paling “nyentrik” sendiri, diam-diam dia pergi ke sana-sini sendirian. Hebat euy. Kai tentu saja nempel dengan mamanya. Kai hanya sempat membuat SIM, dan tidak mau mencoba bermain apa-apa meskipun sudah kubujuk-bujuk.

Wahana yang pertama dicoba, pemadam kebakaran. Kecuali Kai dan Kei

 

Repot menemani Kai, sambil mengambil foto anak-anak, sambil ngobrol dengan Nique…. mana tidak ada tempat duduk di depan wahana-wahana itu. Suatu saat saking capeknya berdua Nique duduk selonjoran di lantai hahaha. Eh tapi … tapi, kami sempat keluar sebentar sekitar pukul 12:30 untuk KOPDAR bersama mas/inyiak/om NH18 selama 30 menit! Bisa baca laporannya di sini dan di sini.

Pemadam kebakaran, tuning mobil, car-race, pekerja konstruksi, polisi, pengadilan, dokter gigi, suster, bakery, apalagi ya? … semuanya di lantai 1. Padahal sepertinya di lantai 2 masih banyak permainan lain. Tapi ogah ah kalau disuruh antar lagi ke Kidzania. Meskipun aku tahu, dibanding dengan disneyland, unsur pendidikan di Kidzania lebih banyak. Anak-anak sih enak bisa bermain, tapi orang tuanya bengong tak terkira. Tidak ada makanan yang enak juga sih di dalam. Coba ada bakso, sate padang, mpek-mpek, ketoprak, es shanghai, es teler dkk  dijual di situ… aku mau nganterin 10 anak lagi hahaha.

Berbagai wahana yang mereka coba...dan lihat muka mereka, puas dan gembira!

Senang sekali melihat keceriaan ketujuh  anak-anak ini. Tak tampak sama sekali rasa capek di muka mereka, padahal aku begitu sampai rumah, langsung teler…tidur sampai keesokan harinya. Duh aku ngga bisa ngebayangin deh kerjanya guru TK hehehe. Hari itu benar-benar isseki nichou (satu batu dua burung) atau peribahasa bahasa Indonesianya : Sekali mengayuh dua tiga pulau terlampaui. Selain bermain, anak-anak bisa belajar dan bersilaturahmi. Selain antar anak-anak, aku dan Nique bisa kopdar. Ah… kapan lagi bisa begini ya? Tahun depan kita kemana ya Nique? Semoga….

 

Berpose waktu akan pulang. Susah sekali mendapat pose yang bagus. Gerak terus hehehe

 

Cerita tentang Kidzania versi Nique di sini.

Menjawab pertanyaan Arman: Kidzania dimulai di Mexico, dan sampai sekarang ada franchisenya di beberapa negara, dan kelihatan akan berkembang lagi. (sumber : wikipedia)

  • KidZania Mexico City, opened in September 1999 as La Ciudad de los Niños, rebranded KidZania La Ciudad de los Niños
  • KidZania Monterrey, opened in May 2006
  • Kidzania Tokyo, opened in October 2006 (franchise)
  • Kidzania Jakarta, opened in November 2007 (franchise)
  • Kidzania Koshien, opened in March 2009 (franchise)
  • KidZania Lisbon, opened June 2009 (franchise)
  • KidZania Dubai, opened January 2010 (franchise)
  • KidZania Seoul, opened February 2010 (franchise)
  • KidZania Malaysia, opening in end of the quarter of 2011 (franchise)
Enhanced by Zemanta