Belanja

23 Agu

Menjelang kepulangan ke Tokyo, masih ada “tugas” yang harus aku lakukan, yaitu …belanja. Kok tugas sih? bukannya hobby? hihihi. Tapi memang aku tidak hobby belanja dalam arti, window shopping, pergi ke mall lalu jalan-jalan, masuk keluar toko, melihat barang, memegang, menimbang-nimbang, lalu melakukan transaksi. Ngga gue banget!

Karena kalau mau ke Mall, aku harus punya tujuan! Tujuan misalnya lunch/dinner dengan teman atau saudara, atau membeli buku atau gadget. Kalau kebetulan lewat, lirik sedikit dan memang aku perlu, nah barang itu musti bersyukur bahwa bisa masuk tas dan dibawa pulang. Kecuali memang barang itu aku perlukan dan cari sudah lama. Biasanya barang yang terbeli tanpa pikir panjang adalah buku dan CD. Jarang sekali aku bisa menemukan baju atau sepatu yang sesuai selera (dan ukuran) .

Biasanya di Jepang saya belanja baju di online shopping, yang size, model dan warna nya benar-benar beragam. Sepatu? yah paling satu tahun sekali, dan biasanya sudah pasti di satu toko, karena cuma toko itu yang menyediakan sepatu untuk size 39 ke atas. Buku? online laah… amazon.co.jp bahkan selain menyediakan buku, CD, peralatan rumah tangga seperti bohlam, batere, pampers dan susu pun bisa. Dan dijamin sampai keesokan harinya! Bahkan terkadang harga barang-barang yang dijual di online shop begitu lebih murah dari di toko. Yup, barang-barang itu tidak butuh pramuniaga yang menawarkan produk, tidak perlu toko untuk ditaruh dalam display mereka, paling-paling mereka hanya butuh gudang penyimpanan.

Nah, aku sudah merencanakan untuk belanja barang-barang seperti kopi, teh, bumbu-bumbu, snack bahkan cabe keriting (kalau bawang merah dan cabe rawit ada di Tokyo) dua hari sebelum kepulangan di supermarket besar dekat rumah. Tapi aku mau mau membeli buku. Ada beberapa buku yang masih aku cari dan perlukan. Dan tidak enak belanja buku sambil menggendong koala. Koalanya sendiri sudah berat, masih musti membawa buku-buku yang berat itu ke cashier lagi… Soalnya pengalaman belanja di Gramedia Grand Indonesia waktu sekalian ketemuan dengan teman-teman alumni, payah bener deh. Tidak bisa tenang memilih, meskipun aku akhirnya bisa beli beberapa buku melengkapi koleksi Pramoedya A.T yang aku belum punya.

Karena waktu sudah mendesak, akhirnya aku ambil jalan pintas. Mumpun masih ada waktu seminggu sebelum pulang, aku coba belanja buku online. Dulu sekitar tahun 2000-2004 aku selalu belanja di gramedia online dari Tokyo, minta dikirim ke rumah di Jakarta, lalu tinggal aku bawa waktu pulang. Waktu itu aku masih “kaya” dalam arti masih punya budget banyak untuk buku, punya waktu banyak untuk membaca dan memilih buku meskipun lewat online. Sering browsing di suratkabar online, sehingga tahu juga ada buku baru apa saja yang baru terbit. Tapi sekarang? sulitlah!

Jadi meskipun aku berada di Jakarta, akhirnya aku coba untuk belanja buku online. Karena kebetulan buku-buku yang aku cari adalah buku lama dan tidak ada di gramedia online, terpaksa aku cari toko buku online yang lain. Ada dua yang saya coba pakai, yaitu http://khatulistiwa.net dan http://bearbookstore.com. Padahal sebelumnya aku sempat mendaftar di sebuah situs online bernama Amartapura, karena tertarik situs itu menjual juga buku bekas/langka. Padahal setelah aku mendaftar, ternyata buku langka itu tidak ada stocknya hihihi.

Ok aku tidak mau menyebutkan apakah layanannya bagus atau tidak. Nanti aku terkena kasus seperti Prita lagi hihihi. But, pengalaman belanja online di situs belanja buku online di Indonesia memang membutuhkan kesabaran yang besar, yang tidak akan terjadi jika kamu membeli di situs belanja online besar macam amazon. co.jp.

Pertama, stock buku jarang diupdate. Sehingga meskipun di web dikatakan ada stocknya, pada kenyataannya tidak ada. Dari 9 buku yang saya sudah pesan di situs X, ternyata hanya ada 4 buku, dan itu diberitahukannya pada saat barang diantar. Well, OK lah, karena servicenya cukup bagus, biarpun 4 buku, mereka tetap mengantar sehari setelah pemesanan. Tapi berarti aku harus cari lagi 5 buku yang tidak ada itu kan? Dan itu butuh waktu lagi untuk browsing, padahal tujuan belanja online sejatinya untuk menyingkat waktu!

Di situs yang lainnya lebih parah. Dari 5 buku yang aku pesan pertama, tidak ada semua! dan itu diberitahukan lewat email DUA hari setelah pemesanan. Padahal juga sudah aku melakukan pemesanan kedua sehari setelah pemesanan pertama, yaitu 8 buku (selain yang 5 tadi loh) dan alhasil…. hanya ada SATU buku yang bisa diantarkan 2 hari setelah pemesanan kedua, dengan alasan buku yang lain masih ada di gudang, dan baru bisa diantarkan 5 hari lagi (memang ada hari sabtu/minggu/libur diantaranya)…. tapi aku kan sudah di Tokyo kalo begitu… Dan perlu diketahui 8+5 buku yang aku pesan itu semuanya berstatus “tersedia” loh! (Dan rasanya tidak mungkin dalam saat bersamaan ada yang pesan buku yang sama…. )

Amat KECEWA dengan pelayanan situs belanja online di Indonesia. Memang tidak bisa dibandingkan dengan pelayanan di Jepang misalnya. Tapi kalau tidak dibenahi, percuma dong punya website keren-keren tapi mental pelayanannya tidak mendukung. Dan aku juga jadi teringat bahwa aku juga tidak boleh mempercayai informasi tentang toko misalnya di website tanpa MENELEPON langsung. Karena dua kali kejadian aku tidak bisa pergi ke toko tersebut, karena info di website tidak lengkap (i.e. tokonya pindah). Not up-to-date deh intinya. Jadi perlu cek dan ricek deh.

Well, buku yang aku cari memang agak sulit, meskipun tidak semua buku lama. Buku aneh? mungkin bisa dikatakan begitu. Makanya aku senang sekali waktu Bro Neo mengirim sms sebelum acara Kopdar, isinya…”Mau dibawain apa dari Pare-pare? Kebetulan aku di Gramedia nih”. Langsung tanpa malu-malu aku bilang, “Kalau ada Bukan Pasar Malam dan Anak Bajang Menggiring Angin…mau dong dibeliin”. Akhirnya Bukan Pasar Malam (PAT) yang dibelikan Bro Neo di Gramedia Pare-pare sekarang ada di tanganku. Terima kasih loh Bro (dan aku tahu Bro juga terus mencarikan Anak Bajangnya setelah itu… terima kasih untuk waktunya)

Buku (dan CD) memang harus dibeli waktu diterbitkan! Jangan menunda-nunda (kecuali emang ngga ada duitnya)… Menyesal belakangan harus ditanggung sendiri.

Jadi inilah hasil panen aku selama liburan di Indonesia selama sebulan kemarin. Hasil belanja online + belanja di saat terakhir di Aksara, Citos bersama Yoga + hadiah buku dari Krismariana berjudul Jakarta 1950-an.

Masalahnya sekarang adalah … kapan bacanya ya? hihihi

(Catatan: Bukunya Alan Greenspan itu dari papa, katanya untuk Gen …rasain! hihihi baca deh buku setebel itu **grin**. Buku Rara Mendut itu sudah dibeli sejak Februari lalu, dan selalu “terpaksa ditinggal” karena koper sudah berat. Kali ini pun dia harus menjadi penghuni lemariku di Jakarta. Filosofi Kopi aku sudah baca, tapi karena buku pinjaman jadi aku ingin punya juga… beli deh. )

Kelinci Biru

22 Agu

Memang… pada kenyataan tidak ada kelinci berwarna biru. Kecuali kelinci itu dicat dengan warna biru.

Kelinci Biru atau bahasa Jepangnya “Aoi Usagi”, merupakan sebuah lagu yang  cukup aku sukai. Penyanyinya cute sekali (waktu itu) dan juga menjadi primadona dalam drama seri TV setiap hari Rabu pukul  10 malam sekitar bulan April 1995 di chanel Nihon Terebi, berjudul Hoshi no Kinka Die Sterntaler. (Jaman itu aku masih sering nonton TV tuh…sekaligus belajar bahasa Jepang heheheh)

Penyanyinya bernama Sakai Noriko, yang juga dikenal dengan nama panggilan Noripi. Dalam film itu dia memerankan seorang gadis tuna rungu, sehingga dalam video clip lagu Aoi Usagi ini, dia juga menggunakan SHUWA (手話 bahasa isyarat) . Aku juga baru tahu bahwa bahasa isyarat itu tidak sama tergantung bahasanya, tidak internasional. Jadi kepengen tahu juga bahasa isyaratnya bahasa Indonesia.

Kelinci Biru

Seberapa lama lagi aku harus bersedih
untuk bisa mendengar suaramu

Tanpa bicara bertukar pandang dalam sunyi
berpandangan saja sudah cukup, lainnya tidak perlu

Kelinci Biru, aku selalu menunggu, sendirian dalam gemetar
Terlalu kesepian sampai ingin mati…. cepat hangatkan dia

Seberapa lama lagi aku harus menderita
dan bisa sampai padamu

Seandainya kubisa memeluk dan mencium kemejamu yang baru dicuci
maka seluruh kesedihan dan kesakitan, semua akan hanyut lenyap

Kelinci Biru terus menangis, agar kamu dapt mendengarnya
seandainya tak tersampaikan, ku akan mencintai sampai kapanpun

Kelinci Biru terbang di angkasa, menjadi cahaya menerangi hati
Memberi impian pada bunga cinta akan masa depan…

Kelinci Biru terus berdoa untuk kamu yang entah berada di mana
Sekarang yang bisa menolong kita berdua hanyalah kenyataan

(diterjemahkan sebebasnya oleh Imelda Coutrier)

あとどれくらい 切なくなれば
あなたの声が聴こえるかしら

なにげない言葉を瞳合わせて ただ静かに
交わせるだけでいい 他にはなんにもいらない

青いうさぎ ずっと待ってるわ 独りきりで震えながら
淋しすぎて 死んでしまうわ 早く暖めて欲しい

あとどれくらい 傷ついたなら
あなたに辿りつけるのかしら

洗いたてのシャツの匂いに抱きすくめられたら
痛みも悲しみも すべてが流れて消えるわ

青いうさぎ 鳴いているのよ そう あなたに聴こえるように
たとえずっと届かなくても 永遠に愛しているわ

青いうさぎ 宇宙を翔けてく 心照らす光放ち
愛の花に夢をふりまき 明日へと Ah・・・

青いうさぎ 祈り続ける どこかに居るあなたのため
今の二人 救えるものは きっと真実だけだから

Lagu yang sempat hit di tahun 1995 ini, kemudian menjadi top pencarian di iTunes beberapa waktu lalu. Apa pasal?

Karena penyanyi cantik ini ditangkap polisi tanggal 8 Agustus lalu karena memiliki obat terlarang alias drugs. Memang belum bisa dipastikan apakah dia juga pemakai atau tidak, tapi namanya yang sudha cukup lama tidak terdengar, secara mendadak bisa ditemukan di koran-koran Jepang. Kasihan , tapi begitulah kalau sudah mulai coba-coba sesuatu yang dilarang. Dan disaat-saat begini, aku bisa berkata, “Karena nila setitik, rusak susu sebelanga”.

(Aku lupa siapa, tapi ada seorang pembaca TE yang pernah menyebutkan Sakai Noriko padaku… anyway selamat menikmati lagu ini, Aoi Usagi)

Summer means … pantai!!!

21 Agu

Saya, Riku dan Kai mendarat di Narita dengan selamat pada tanggal 18 Agustus yang lalu (terima kasih atas doa teman-teman semua). Hari Selasa (duh hari ini sudah jumat ya?). Perjalanan dengan pesawat JAL lancar, dan boleh dikatakan tidak ada guncangan sedikitpun. Riku tidur pulas dalam penerbangan yang makan waktu 7 jam itu. Kai? kadang terbangun, karena dia tidak bisa tidur sambil duduk, sedangkan aku juga tidak mau memeluk dia selama itu. Jadi terkadang kakinya menjuntai ke bawah, sampai badannya ikut melorot, atau dia menjajah wilayah kursiku dan kursi kakaknya. Tapi yang pasti aku lega, karena Riku dan Kai sudah terbangun waktu kami mendarat di bandara Narita. Karena jika tidak, aku harus menggendong si Koala, sambil membawa barang-barang (tidak ada Maas sih yang membantu. JAL tidak mempunyai family service seperti SQ, kecuali membayar tiket dengan harga asli! bukan ecnomic fare — padahal economic fare aja udah mahal loh)

Setelah beristirahat sehari penuh tanggal 19,  tanggal 20 pagi pukul delapan aku terbangun melihat Gen sudah siap-siap ke kantor. Sebetulnya dia cuti s/d tanggal 25 pas Riku masuk sekolah kembali, tapi karena waswas pada pekerjaannya dia pikir lebih baik ke kantor. Dan aku sih bisa mengerti sehingga buatku no problem jika dia mau pergi ke kantor. BUT…. di luar panas terik… benar-benar NATSU,  musim panas. Padahal kemarinnya mendung…. sehingga terpaksa kemarin kami membatalkan pergi ke laut. SO? Hari ini?

Gen memutuskan untuk menikmati matahari! Dia ganti baju kerjanya dan begitu anak-anak bangun, kami naik mobil menuju ke pantai di Kanagawa-ken, Kannonzaki, pantai yang tidak terkenal sehingga dijamin sedikit orang. Kami sampai di Hotel Kannonzaki Keikyu hotel pukul 1:30 siang dan makan siang di sana. Sayang menurutku makanannya tidak enak, tapi pemandangan menghadap pantai, sementara kami duduk di ruangan berAC, memang benar-benar menghibur.

Tapi untuk Gen, pantai haruslah berpanas-panas, berpasir, berkeringat dan terbakar matahari. Jadi kami menaruh mobil di tempat parkir dan bermain air di pantai yang berada di samping sebuah museum. Museumnya sendiri tutup. Riku dengan antuasias masuk ke dalam air laut bersama Gen, tapi Kai yang baru pertama kali melihat laut…. tertegun. Dia memang masih koala yang menempel terus pada mamanya. Jadi aku ajak dia menghampiri ombak.

Lihat mukanya waktu pertama kali ombak menyentuh kakinya. Ketakutan! Akhirnya aku panggil Gen yang sudah cukup lama berada dalam air, untuk menggendong Kai dan membawanya masuk ke dalam air. Meskipun agak takut, karena berada dalam gendongan papanya, dia tidak menangis. Sekembalinya dia di tepian pantai, dia sudah mulai berani untuk berjalan sendiri di atas pasir dan… memunguti botol yang hanyut hihihi.

Meskipun matahari terik, udara tidak lembab, sehingga aku juga tidak merasa sumuk dan berkeringat. Cukup senang bisa menikmati deburan ombak, angin semilir, berfoto bersama Kai, dan memberi Kai minum susu sambil dia tertidur, memandang langit biru sementara beberapa burung elang beterbangan, memotret apa saja yang bisa dipotret, dan….masih sempat membicarakan prospek pekerjaan dengan seorang kenalan yang bekerja di Garuda sebelum batere HPku duuut bin mati a.k.a koit!

Pukul 5 sore kami bersiap untuk pulang, kembali ke parkiran sementara Gen dan Riku membersihkan badan. Aku juga sempat kagum karena parkiran itu berada di antara dua bukit yang masih rimbun dengan pepohonan yang berwarna hijau tua, dan di bagian dalamnya terdapat tanah lapang tempat orang-orang mengajak anjing peliharaan mereka berlari.

Biaya perjalanan kali ini? Hanya biaya tol dan biaya parkir 820 yen. Untuk pantai, pemandangan dan keindahan alam (+kebersihannya) … gratis. Murah!

Yang tidak murah adalah biaya makan. Setelah makan siang yang tidak enak di hotel tadi, kami mencari restoran yang menyajikan makanan laut yang segar. Tentu saja SUSHI! Akhirnya kami bergerak ke arah Hayama, tempat marina kapal yacht pribadi, sebuah tempat wisata yang cukup dikenal. Mencari restoran yang menyajikan hasil laut teluk Sagami, dan kami menemukan restoran sushi yang dimaksud Gen. Namanya Inaho, yang pernah dia kunjungi 16 tahun yang lalu.

Makan sushi di restoran sushi yang bukan chainstore memang mendebarkan. Karena biasanya mereka tidak mencantumkan harga makanannya, dan kalau kamu tidak mengerti ikan/hasil laut yang mana yang murah dan yang mana yang mahal, bersiaplah untuk jantungan begitu menerima tagihannya. Untunglah di SUSHI-YA ini masih mencantumkan harga untuk 3 set sushi yang dibuat sesuai ide si pembuat sushi. Judulnya : Biasa  2500 yen, Khusus 4000 yen dan Spesial 5500 yen. Tentu saja ada course menu yang harganya mulai 15.000 yen saja (kebayang ngga ya makan seorang 1,5 juta rupiah? hmmm bukan level aku nih).

Jadi Gen memesan 2 set Biasa untuk dia dan Riku, dan 1 set Khusus untuk aku. Karena rasa ingin tahu saja, apa sih yang disajikan dalam set Khusus itu, yang katanya semuanya berasal dari laut di teluk Sagami saja. Ternyata isinya: Sushi dengan isi belut (unagi), anago, hati belut (kimo), gurita dan telur gurita, sea urchin (uni) dan satu ikan berdaging putih. Hmmm memang khusus, karena aku belum pernah makan hati belut dan telur gurita. Enak memang, tapi tidaklah terlalu enak sehingga membuatku ingin makan lagi (kecuali dibayarin hihihi)

So kemarin tema keluarga kami adalah Laut! Hari ini? di rumah dulu deh, soalnya Gen akhirnya merasa perlu untuk pergi ke kantor menengok pekerjaan yang sedikit mengkhawatirkan.  Aku juga ingin mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa bagi umat islam di mana saja berada.

Ketika Koala bertemu Gajah

20 Agu

Sebetulnya Riku sudah sering ke Taman Safari, bahkan dia juga sudah ke sana tanggal 1 Agustus yal bersama sepupu-sepupunya. Tapi saat itu Kai tidak ikut. Karena itu, ketika Eka mengajak kami jalan-jalan, setelah dari Mie Janda, kami putuskan untuk pergi ke Taman Safari. Untuk Eka dan Kai, Taman Safari adalah yang pertama. Bagi Krismariana, sesudah bertahun-tahun lewat (katanya terakhir ke TS ini waktu masih SD…waduh). Saya sendiri sih sudah sering, karena sering mengantar tamu Jepang ke sini.

Yang lucu, Riku karena sudah pernah ke Taman Safari, dia berlagak menjadi penunjuk jalan. Begitu keluar tol, dia bilang “Sudah dekat loh…”. Kemudian selalu mengingatkan kami untuk membeli wortel dulu sebelum masuk ke TS. “Nanti mau kasih makan Llama loh!”. Jadi deh begitu kami belok kanan dan memasuki jalan kecil menuju TS ini, mampir dulu untuk membeli wortel di pinggir jalan.

Kami sampai di Taman Safari ini,  kira-kira pukul 2 lewat dan langsung memasuki areal binatang. Sebetulnya Kai sedang tidur waktu itu, tapi aku pikir, sayang kalau dia tidak lihat binatang yang ada. Dan benarlah, begitu aku bangunkan dia, pas dia melihat Gajah… langsung, “ooowww … awwww…. … mama…”celoteh kekaguman bertubi-tubi.

Kami menghabiskan waktu cukup lama di sini, menikmati kehadiran binatang-binatang yang ada dari dekat. Binatang pertama yang menyambut kami adalah Zebra.  Berturut-turut kami melihat Gajah, Llama, Kijang, Kuda Nil, Rusa, Bison, Anoa, Beruang, leopard dsb dsb… Memang puas rasanya melihat berbagai jenis binatang yang ada. Lain deh perasaannya dibandingkan waktu pergi ke Ragunan. (Yah harganya juga beda berpuluh lipat)

Setelah selesai dengan course yang naik mobil, kami berhenti di parkiran untuk melihat pertunjukan gajah. Yang pasti Riku mau naik gajah katanya. Kai yang agak malas berjalan (minta digendong terus) juga antusias melihat gajah, sehingga dia langsung berlari menghampiri. Kami sampai di arena tersebut kira-kira pukul 4, dan dikatakan bahwa setengah jam sesudahnya akan ada pertunjukan gajah yang terakhir. Jadi sambil menunggu waktu pertunjukan, kami berfoto dengan gajah dan naik gajah. Untuk Riku, sudah ke tiga kalinya dia naik gajah, tapi untukku dan si Koala Kai pertama kali. Sempat saya tanyakan pada petugasnya, apakah bisa ‘gajah’ naik Gajah? Jawabannya…. “Ngga apa bu, tiga ‘gajah’ juga masih bisa” hahahaha.

Koala, Gajah dan Riku naik gajah... goyangannya muantabbb
Koala, Gajah dan Riku naik gajah... goyangannya muantabbb

Jadilah kami bertiga naik Gajah yang terbesar di situ. Well, naik gajah ternyata amat sangat tidak nyaman. Mana aku musti menggendong Kai yang ketakutan, sambil berpegangan menahan goyangan setiap kali si gajah melangkah.

Selesai course naik Gajah ini, kami menonton show, dan di akhir show ada pertunjukan si Gajah menggambar dengan kuas pada sebuah T-shirt. Aku jadi ingat sebuah cerita dari seri Curious George tentang gajah dan monyet yang melukis. T shirt yang digambar gajah-gajah ini dijual tentu saja, untuk biaya apa tepatnya sih aku tidak tahu. Tapi akan menjadi cerita yang menarik bagi Riku sebagai pengalaman di liburannya kali ini, jadi aku mengacungkan jari mau membeli Tshirt itu. (Memang cukup mahal harganya, yaitu Rp. 100.000 untuk selembar kaos. Kalau saya bukan turis, pasti saya tidak akan beli hehehe)  Rupanya ada upacara khusus untuk 4 pembeli pertama, yaitu upacara pengalungan bunga oleh sang gajah. Tapi rupanya si Gajah bingung untuk mengalungkan karangan bunganya pada Kai yang digendong, sehingga akhirnya aku yang dikalungkan bunga.

Riku dikalungkan bunga oleh gajah
Riku dikalungkan bunga oleh gajah

Setelah upacara pengalungan bunga, kami mengambil T Shirt lukisan si gajah di samping panggung. Melihat Riku dan Kai memakai T Shirt itu, aku teringat untuk membelikannya juga untuk Gen, sehingga “my Three Boys” bisa kembaran…. hehehe.

Karena di samping panggung juga ada toko cendera mata, kami masuk ke dalam untuk melihat-lihat apa ada yang bisa dijadikan oleh-oleh. Yang pasti Riku harus membeli oleh-oleh untuk 3 sahabatnya di Tokyo. Aku sempat pusing mau membelikan apa untuk anak laki-laki seusia Riku sebagai hadiah dari Jakarta. Tapi begitu melihat boneka harimau dan leopard yang Riku pilih, aku langsung setuju untuk membeli. CUTE! dan harga murah jika dibandingkan dengan barang yang sama di Tokyo. Yang terpenting juga, ada kalung/tag di leher mereka yang bertuliskan “Taman Safari Indonesia”. Well ini sangat mewakili oleh-oleh yang manapun.

boneka binatang ini memang lucu dan empuuuk
boneka binatang ini memang lucu dan empuuuk

Yang aku heran, Riku akhir-akhir ini suka pada boneka stuffed animal sebagai teman tidur. Perasaan dulu aku tidak pernah punya boneka (apalagi orang hahahah) sebagai teman tidur deh. Tidak juga bantal atau guling khusus yang konon dimiliki oleh anak-anak yang tidak bisa digantikan oleh apapun juga, meskipun sudah robek, usang dan tidak karuan bentuknya. Seakan setiap anak punya “boneka/benda kesayangan”. (Dan aku rasa pasti di antara pembaca TE juga ada yang begini, atau bahkan mungkin mempunyai boneka itu sampai sekarang… hiiii kebayang deh bentuknya) Well, aku tidak! Tapi Riku akhir-akhir ini membawa si beruang hadiah dari Opa dari Toronto sebagai teman tidur, dan dia bawa dari Tokyo dan menghuni tas ransel hijaunya, dan setia menemani dia tidur di Jakarta.

Sebetulnya ada cerita unik mengenai si beruang ini, yang aku ketahui dari Mbak Riana, asisten rumah tangga di Jakarta. Dia bercerita begini, “Bu, Riku lucu deh…tiba-tiba datang pada saya dan bilang gini….
“Mbak beha aku mana?”
“Emang Riku punya beha?”
“Iya … beha aku mana… (padahal yang dia maksud itu BONEKA beruangnya) hahahaha. Aku baru mengerti setelah lama, bahwa Riku memang tidak salah atau menghafal salah. Mungkin malah si Mbak mendengar salah. Karena Beruang dalam bahasa Jepang adalah KUMA, tapi jika memakai Japlish, akan menjadi BE-YA (bear) …dan memang Beha dan Beya itu dekat! hihihi.

Nah, kembali lagi ke toko souvenir Taman Safari. Aku heboh menyuruh Riku memilih kado untuk teman-temannya. Padahal dia sendiri sibuk memeluk dua buah boneka yang agak besar, boneka harimau dan macan putih.
“Mama, aku boleh beli ini? Ini kado untuk papa”
“Boleh … tapi satu aja ya…”
“Tapi ini untuk aku… aku mau dua ini. Yang ini papa, yang ini aku”
(perlu diketahui bahwa semua percakapan Riku di Jakarta memakai bahasa Indonesia! Dia sudah mahir dan sering show off bahwa dia bisa bahasa Indonesia… terutama doang, dong, banget dan kereeeen)
Well, dengan alasan itu aku bisa merasakan dia sudah kangen papanya. Jadi aku setuju membeli dua boneka yang kemudian dia bawa terus ke mana-mana, mirip lagunya Mbah Surip alm…. digendong ke mana-mana.

Sementara itu toko mulai dipadati pengunjung. Duh mesti begini deh. Setiap aku masuk toko yang kosong, yang tadinya tidak ada siapa-siapa….tidak lama akan menjadi penuh dan…menyebalkan karena terpaksa aku yang harus antri menunggu pembeli lain memilih dan membayar. Hal ini pernah juga aku tulis dalam postingan berjudul  JINX. Sifat “menarik pembeli” sepertinya juga terjadi waktu penawaran TShirt lukisan gajah tadi. Yang tadinya tidak ada yang mau membeli, setelah aku, Riku dan Kai maju ke depan menerima pengalungan bunga, bertubi-tubi orang yang juga mau membeli.Akhirnya abis deh stock T Shirt hari itu…. Syukurlah.

Sementara itu Kai si Koala ternyata juga berkeliling sendiri dan menemukan mainan yang dia mau…dan itu bukan boneka fluffy, tetapi bentuk dinosaurus. (Yang akhirnya begitu sampai rumah tidak ketahuan lagi ada di mana…..). Karena sudah lewat jam setengah 5, padahal kami harus sampai di jakarta jam 7 malam karena Adrian menunggu, jadi kami buru-buru keluar dari lokasi Taman Safari. Memang masih banyak yang belum kami lihat, termasuk berfoto di Baby Zoo dsb… well next time ya…

Yang mengejutkan kami adalah kenyataan bahwa jalan turun dari Taman Safari sampai ke depan tol itu ternyata MACET CET CET…. KOK bisa ya? padahal kan hari biasa tuh… Kalau begini, bisa-bisa jam 10 kami baru bisa sampai Jakarta. Biarpun kami bisa bercerita macam-macam, tetap saja khawatir dengan keadaan jalan yang macet begitu. And then…. terdengarlah bunyi SIRINE…..

Voorrijder!!!

kemudian supir cantik kami berkata,
“Mbak Em, aku ngga sabar nih… boleh ya..”
“Wah aku sih terserah..kamu yang nyetir kok!”

Dengan keahliannya menyetir, Eka langsung masuk ke belakang mobil yang berada di belakang “pembuka jalan” itu, menyalakan lampu hazard, dan sesekali membunyikan klakson pada mobil yang mau menyalip kami. Jadilah kami menjadi rombongan di belakang Voorrijder yang jelas-jelas mengambil setengah  jalur naik, sehingga kami dengan leluasa bisa “ngebut” melampaui deretan mobil yang terjebak macet.

Well, aku pernah menulis bahwa aku tidak mau berada pada rombongan yang dikawal oleh Voorrijder pada tulisannya Daniel Mahendra, dengan alasan malu. Tapi jelas untuk kondisi semacam ini, memang ada bermacam perasaan…. malu, deg-degan, merasa kasian pada yang terjebak macet, tapi jika mengetahui waktu 2 jam bisa dipersingkat begitu cepat… maka uang Rp 1 juta (katanya) rasanya tidak mahal jika kita dalam keadaan darurat.  Yang pasti, aku sendiri tidak bisa menyetir seperti Eka, dan tidak berani “ikut-ikutan” pada rombongan di belakang pembuka jalan. Nyaliku kecil, dan aku memang masih “de niue batakers” kalah bener dengan the real batak, Eka.

Kalau aku mungkin, setelah tahu bahwa memang bisa menyewa jasa voorrijder…. akan mengeluarkan uang segitu untuk mohon dikawal…jika terpaksa. Ahhh… memang aku tidak bisa melawan peraturan. Mungkin karena itulah aku berada di Jepang! Dimana peraturan memang ada untuk dipatuhi…..

Kalau aku yang menyetir, pasti patuh berada di antrian dan sampai di Jakarta pukul 10 malam. Dan tentu saja aku bersyukur sekali, mempunyai supir yang cantik, berani dan handal menyetir seperti si Eka. Sayang aku tidak bisa menggaji dia untuk menjadi supir pribadiku (ngga bakal dikasih lah sama Adrian hihihi). Cukuplah hari itu, aku menikmati THRILLING yang mungkin tidak ada ke dua kalinya dalam hidupku.

Eka…. you are GREAT!!!! (Riku juga enjoy loh, dia duduk di samping bu supir!”)

Sebetulnya masih banyak yang ingin kutulis, begitu banyak foto yang ingin kupasang…. tapi nanti pembicaraan jadi tidak terfokus, jadi kusudahi sampai di sini. Tapi yang pasti hari itu Kamis, 13 Agustus, merupakan hari yang benar-benar menyenangkan. Thanks to Eka and Krismariana.

So… next year….driving to…. Bandung or Jogja? yihaaaa.

Kai mau menjadi driver seperti Tante Eka!
Kai mau menjadi driver seperti Tante Eka!

Laba-laba

17 Agu

Aku ingin menjadi laba-laba

yang memintal benang persabahatan

menjadi sebuah jaringan yang kuat

yang mungkin kerap rapuh dan koyak di beberapa tempat

namun sebagai kesatuan dia tetap kuat

dan aku akan kembali lagi menyulam bagian yang rapuh itu

memperbaiki persahabatan yang mungkin pudar atau jarang kukunjungi

.

Aku ingin menjadi laba-laba

yang menguntai jaringan besar atas dasar kasih

menghubungkan satu sama lain dalam persahabatan

sehingga semua menjadi satu kesatuan yang teguh

yang bisa menahan segala yang menghancurkan

ketidakpercayaan dan kecemburuan,

kemarahan dan rasa iri dengki

.

.

laba laba yang tidak lelah merajut

laba laba yang tidak melaba

Terima kasih atas kebersamaan dan persahabatan  selama liburan saya 20 Juli 2009 – 17 Agustus 2009. See you next year!!

Men JANDA

15 Agu

Bertubi-tubi pertanyaan di Yahoo Messenger saya waktu saya menulis status, “Mari Men Janda”. Tetapi bagi blogger aktif mereka tahu apa yang saya maksudkan, dan tidak berpikiran negatif.

Hari Kamis yang lalu, tanggal 13 Agustus, sahabatku Eka bisa mengambil cuti dan mengajak aku dan anak-anak untuk jalan-jalan dengan Atoz birunya. Sudah sejak minggu lalunya kami merencanakan perjalanan kami, dan kami memutuskan untuk mendatangi Uztad blogger teman kami, Achoey di kedainya yang bernama MIE JANDA.

Tanggal 12 hari Rabunya sekitar jam 3 sore, Kang Achoey sempat mengirimkan sms,
“Udah sampe mana?”….
“Laaaaaaah, kang…besok atuuuuhhh (euy si akang inih hihihi)”
(Tampaknya Kang Achoey juga ngga sabaran pengen ketemu tamu Jepang hahaha)

Karena ingin sampai di Cibinong, lokasi Mie Janda kira-kira pukul 12 siang, kami. Eka, Krismariana dan saya, plus Kai de Koala dan Riku berangkat dari rumahku di kebayoran jam 10:10 pagi. Eeehhh ternyata lewat Arteri langsung masuk tol dan langsung ke Cibonong amat lancar, sehingga jam 11:20 kita sudah sampai di depan lokasi Mie Janda. Keluar tol Cibinong, belok kiri ke arah cibinong jalan teruuuus sampai di kanan jalan ada SMAN 1, tidak lama di kiri jalan ada deretan kiosk dan di bagian pinggir di pinggir jalan tertulis: Mie Janda. Pas menemukan SMA 1 itu sekitar 11:17 aku sempat sms Kang Achoey, “Kang, kita kecepetan nih. Sudah hampir sampe di MJ nih. Santai aja kang, kita pesen makan dulu”

papan penunjuk

Dan…. begitu kami menemukan papan MIE JANDA, langsung parkir di depan toko… masuklah kami. Saya pikir kita pesan aja dulu… tapi ada seorang yang datang menghampiri, pemuda berkulit putih bermata ramah beralis tebal dan berjenggot sedikit dengan muka tersenyum dan langsung menjabat tanganku(ngga bisa bercipika cipiki loh sama ustad hihihi). Aku tidak menyangka bahwa Achoey sudah ada di situ…kupikir dia ada di tempat lain, lalu baru akan datang kalau aku sms.

Entah kenapa bertemu demikian membuatku terharu sekali… aku sampai tidak bisa bicara sambil mengerjapkan mata…  “Akhirnya bisa ketemu ya Kang…” Ya… aku kenal kang Achoey ini sudah sejak setahun lebih yang lalu, di blognya mas trainer. Dulu blognya bernama Achoey Sang Khilaf. Di blog lamanya aku tidak banyak berkomentar karena memang isinya banyak yang bernuansa islam. Aku tidak tahu akan  dan bisa menuliskan apa.

kacian si Kai bintitan

Tapi sejak mempunyai blog baru di cucuharis.wp, aku mulai rajin membaca dan memang Aa ini rajin sekali menulis. Setiap hari pasti ada satu tulisan, dan tulisannya memang sangat menyegarkan iman. Terkadang sendu, tulisan seorang bujang yang menanti kekasih, terkadang begitu bersemangat, menyemangati semua pembaca untuk mempunyai jiwa wiraswasta. Yang sampai sekarang aku ingat, dia pernah menulis, “Jangan berwiraswasta jika sudah di PHK, tapi bercita-citalah jadi wiraswasta”. Kira-kira gitu deh intinya… Daleeem bo!

Dan satu lagi yang aku benar-benar ingin tulis di sini yaitu…. Achoey itu cakep bin ganteng oi (hihihi jangan tersipu loh Aa… beda umur kita 10 tahun jadi aku berani tulis gini hihihi ) mungkin karena si Aa cakep jadi banyak yang suka, dan akhirnya Aa yang sulit memilih ya hihihi. Kalau di foto Aa seperti keturunan chinese, padahal…. BUKTIKAN sendiri deh kalo ngga percaya. Datanglah ke Mie Jandanya (loh aku ini mempromosikan Mie Janda atau Achoey nya sih? jadi bingung sendiri hahahah).
Well, Achoey = Mie Janda, dan Mie Janda = Achoey deh!

OK, sekarang ceritanya ke makanannya dong. Mau pesan apa? Mie Janda Kembang, Janda PR, Janda Bombom, Janda Kaya, Janda Tajir, atau Janda KT, Janda Komplit? Aku sebenernya pengennya Janda Komplit biar afdol… tapi menurut Aa specialtynya MJ adalah Janda KT, jadilah aku pesan janda KT + kriuk, sedangkan Eka pesan Janda Tajir, Riku + Kai Janda Bombom deh dan Kris Janda komplit.

Men JANDA

Kalau lihat kertas pesanan baru tahu deh “definisi”nya jenis-jenis Janda di MJ ini. Seru banget … (katanya Riku yang akhir-akhir ini seneng pakai kata “banget”… untung bukan bangget…) Janda KT yang aku pesan itu adalah Mie Janda + bakso dalam kuah telor… ada elor puyuhnya juga loh. Lalu kalau Tajir itu Bakso + Pangsit Rebus. Bombom itu cuma pakai bakso, sedangkan komplit pake semuanya hihihi. Kriuk itu adalah pangsit gorengnya.

Rasanya? nyam nyam nyam… maknyus kata orang sekarang, yummy kata saya dan leker kata nenek moyang saya. Dan kami sempat terkecoh dengan besarnya porsiannya. Dipikir …wah kecil nih, ternyata cukup banyak dan kalau pakai sarapan pagi, kayaknya aku ngga akan bisa habis (ngga nyangka si Eka  perutnya kecil (eh salah… maag nya kecil hihihi) jadi ngga habis. Elu juga sih Ka, makan roti di mobil hihihihi (ih mending makan roti aja, kayaknya dia udah makan pagi juga, soalnya aku ketemu sendok di dalam mobil huehueheueh… sorry ka kubuka rahasianya)

“Sayang ngga ada DUDA ya di sini?”…. Eits siapa bilang? Adaaaaa.
BUKAN, BUKAN Achoey yang DUDA, Achoey dijamin halal deh hahahaha. Yang duda itu nama Es nya. ES DUDA…. dan berebutlah 3 ibu yang khusus Men-janda satu hari ini memesan Es Duda. Padahal Es Duda itu adalah singkatan madu kelapa muda… DU DA deh!! Ada mangganya loh…. yummy..

Ngobrol punya ngobrol… keringat membasahi muka dan badan. (Tahun depan udah pake AC ya Aa hihihihi) Kita sampai bermimpi deh mengadakan kopdar +launching buku (entah bukunya sapa) di Mie Janda tahun depan. Juga sekaligus mau ketemuan dengan blogor, teman-teman blogger yang akrab di telinga seperti Hangga dan Bunda Menik.  Karena hari biasa, maka sulit memang untuk teman-teman lain ikut berkumpul. Dan sebetulnya Eka juga agak menyesal mengambil cuti hari Kamis karena Adrian, suaminya berkata,”Kan kalau ambil cuti hari Jumat, lebih panjang tuh…secara hari Seninnya juga libur”. Tapi perlu diketahui sodara-sodara, hari Jumat pas jam sholat Jumat, MJ tutup. Jadi memang kami betul datangnya hari Kamis. Sudah diatur Tuhan kok!

kopdar di MIE JANDA, Kris, Eka, Aku, Kai, Riku, Achoey

Sebelum pamit dari MJ, kami sempat berfoto bersama teman-teman staf MJ yang semua berpakaian hitam-hitam. Aku dan Eka juga hitam-hitam… bisa deh kita berdua jadi staff di MJ ka… hihihi. (Kamu Kasir, aku bagian promosiin aja ya? seperti pelayan di resto Jepang yang berteriak “Irrashaimasse” hihihi)

bersama staf mie janda

Kang Achoey dan staf MJ terima kasih banyak atas “service” yang memuaskan. Staf di MJ memang ramah semua, dan mereka kebanyakan berasal dari suku Jawa, sedangkan Kang Achoey dari Sunda… Karena itulah menjadi nama JANDA! (Biasanya singkatan begitu kan terjadi karena peranakan Jawa-Sunda, tapi ini karena PERSAHABATAN… alangkah indahnya!)

So, mari mari…. Mari kita MEN – Janda (Menu mi Janda!) hari ini.

(Jadi ingat lagunya Rita Effendi yang berjudul “Menjanda” dalam album “Perempuan” deh… tapi semoga kita perempuan yang di sini jangan menjanda beneran ya? cukup makan Mie Janda saja)

sampai tahun depan
sampai tahun depan

Dan tulisan ini sengaja saya persembahkan untuk Kang Achoey di postingan saya di Twilight Express genap ke 600. Semoga SUKSES selalu!

Through the years

14 Agu

Mungkin jika aku ditanya, masa apa yang paling kamu sukai, maka aku akan menjawab, masa SMP. Bagiku masa SMP adalah masa yang paling indah, dan sekaligus paling menyulitkan. Di masa itu aku juga seperti lahir kembali, menjadi manusia baru (baca 13tahun). Karena itu juga mungkin yang menyebabkan aku ingin berjumpa dengan teman-teman SMP setiap aku pulang kampung bin mudik. Dan kalaupun aku pulang diam-diam seperti kali ini, mereka pasti akan mendesak aku mengatur pertemuan reuni SMP.

Apalagi jika ada anggota alumni yang tinggal di luar negeri datang, menjadi suatu kesempatan atau alasan untuk   berkumpul. Dan ternyata waktu aku ada di Jakarta ini pula, seorang teman Sarah Akib yang tinggal di China, tepatnya di Guangzhou, mudik juga. Jadilah buru-buru mengadakan pertemuan pada tanggal 3o Juli, di Cafe Amor (di sini enak soalnya serasa rumah sendiri, meskipun makanannya kurang hehehe). Karena diadakan hari Kamis maka banyak yang tidak bisa datang, hanya sekitar 15 orang yang bisa berkumpul dan ngobrol bersama. Yah memang bukan reuni sih, karena kalau reuni tentu harus direncanakan jauh-jauh hari, dan kudu di hari yang terbanyak orang bisa datang. Oleh Sarah, pertemuan kami ini masuk dalam kategori “Batavia Connection”. Kereeen…. (kata baru dalam kamus Riku, selain banget, doang, dong)

ex tar583

Sarah Yana temanku ini bekerja di Saatchi&Saatchi, dan di waktu senggangnya dia membuat design kalung, dan anting-anting. Jadi deh cewek-cewek “ngiler” melihat kreasi dia dan buru-buru melihat dompet nya apakah bisa membeli, karena tentunya kurs sono. Yang lucu, Sarah selalu memberi harga dengan angka delapan…. (kayak aku angka keberuntungannya 8). Mau lihat contoh desainnya? silakan buka web pribadinya di  Yana Yana Jewelry.

Sayangnya, seorang teman kami Xenia Leon, yang juga bermukim di New York, tidak bisa hadir waktu kami mengadakan acara kumpul-kumpul ini. Padahal kami pernah mempunyai keinginan untuk bisa bertemu bulan Agustus tahun ini. Tapi memang Tuhan itu Ajaib, ternyata yang tadinya pas kita mengadakan acara kumpul-kumpul ini, Xenia hanya bisa melihat foto-fotonya saja…. Tak lama dia menghubungiku di fesbuk, bahwa dia berhasil mendapatkan tiket dan akan berada di Jakarta dari tanggal 7 sampai 14 Agustus.

at Dhamawangsa Square, 10 Agustus 2009

Waktu yang mepet, dan tidak adanya “hari-hari weekends” yang bisa dipakai, menyebabkan tidak banyak teman yang bisa hadir, pada tanggal 10 Agustus lalu, di Gelato Bar, Dharmawangsa Square. Tapi aku senang sekali bisa bertemu dengan Xenia, yang merupakan sahabat karibku di SMP. Kami bisa bertemu kembali, otomatis setelah 25 tahunan. Xenia pernah mendorongku untuk belajar gitar (dia piawai sekali bermain gitar, maklum masih sodaraan dengan Ully Sigar dan Paramitha Rusady) . Gitar dibeli, tapi apa daya emang aku ngga berbakat bermain alat musik…. jadilah gitar itu dipakai Tina, adikku. Semoga Xenia dan Pastor Daniel suaminya, bisa sukses dan bijaksana terus memimpin umatnya di gereja City Blessing, NY.

lunch dengan teman-teman ex IPA Tarki, 27 Juli 2009 di Plaza Senayan
lunch dengan teman-teman ex IPA Tarki, 27 Juli 2009 di Plaza Senayan

Lalu apakah aku hanya bertemu dengan teman-teman SMP? Hmmm tidak, meskipun tidak beramai-ramai, aku sempat “nyempil” di acara makan siang teman-teman SMA, yang berkumpul di Plaza Senayan, tanggal 27 Juli lalu. Itu gara-gara status di fesbuk, sehingga akhirnya aku bisa bertemu teman-teman kelas IPA SMA, setelah 23 tahun tidak bertemu.Jadi menulis status di FB kadang kala membantu juga dalam meniti kenangan.

Kemudian tanggal 11 Agustus (Selasa), pagi-pagi teman SMA ku, Diajeng mengirim sms….”Mel,  siang hari ini kamu ada acr di mana? Mungkin aku bs say ‘hi’ sm kamu bntar…atau kalo waktunya mnkin bs ngobrol….” Well, hari ini kau masih kosong, so jadilah kami janjian bertemu untuk makan siang. Dan entah kenapa saat itu aku sedang terngiang-ngiang lagunya “Kenny Rogers” yang berjudul “Through the Years”. Sebuah lagu yang sebetulnya cocok untuk dikirimkan bagi mereka yang sedang merayakan ulang tahun pernikahan…

I can’t remember when you weren’t there
When I didn’t care for anyone but you
I swear we’ve been through everything there is
Can’t imagine anything we’ve missed
Can’t imagine anything the two of us can’t do

Through the years, you’ve never let me down
You turned my life around, the sweetest days I’ve found
I’ve found with you … Through the years
I’ve never been afraid, I’ve loved the life we’ve made
And I’m so glad I’ve stayed, right here with you
Through the years

I can’t remember what I used to do
Who I trusted, who I listened to before
I swear you taught me everything I know
Can’t imagine needing someone so
But through the years it seems to me
I need you more and more

Through the years, through all the good and bad
I KNOW how much we had, I’ve always been so glad
To be with you … Through the years
It’s better every day, you’ve kissed my tears away
As long as it’s okay, I’ll stay with you
Through the years

Through the years, when everything went wrong
Together we were strong, I know that I belong
Right here with you … Through the years
I never had a doubt, we’d always work things out
I’ve learned what life’s about, by loving you
Through the years

Well, aku memang penggemar music country, dan penggemar Kenny Rogers, dan aku pernah mendengar ada restoran yang bernama Kenny Rogers. Nah, mengikuti kata hatiku, aku minta Diajeng untuk bertemu di Kenny Rogers, yang ada di Pasific Place, LG. Hanya karena nama yang sama! Aku ngotot banget untuk ke sana. Dan setelah sampai di sana baru tahu bahwa resto KR ini hanya berupa space terbuka di bagian Kem Chick lantai LG, bukan restoran tertutup. Masakannya ayam panggang. But enak! Memang enak. Banyak bulebule yang makan di situ pada siang hari itu.

ayam panggang Kenny Rogers

Diajeng adalah temanku waktu SMA, sama-sama IPA juga tapi beda kelas. Kami sering bertemu pada kegiatan ekskul Science Club, tapi karena tidak sekelas ya jadinya tidak akrab. Kami baru akrab setelah ada facebook, dan Diajeng mulai mengunjungi blog TE ini. Sekarang dia sudah punya blog sendiri dan bahkan sudah menuliskan perjumpaan kami dengan lengkap. Terima kasih untuk lunch yang berkesan ya jeng.

Melengkapi rangkaian “meniti kenangan” tahun ini, aku juga bertemu dengan teman akrab di masa SMA. Brahmantyo datang bersama Rina, istrinya dan menikmati masakan Jepang di Sushi Tei, Senayan City 12 Agustus 2009. Aku berkenalan dengan Brahm di suatu retret di Wisma Samadi, Klender, saat ada retret gabungan 4 sekolah katolik Jakarta, yaitu Tarakanita, Pangudi Luhur, Theresia dan Canisius. Brahm dari Canisius, tapi sebelumnya dia bersekolah di sekolahannya DV di De Britto, Yogyakarta. Jadilah kami bercakap-cakap mengejar ketinggalan bertahun-tahun dengan informasi keluarga dan teman-teman.

Well, kalau mau dihitung, dalam 28 hari aku melewati liburan di Jakarta (dan sebentar lagi berakhir) , aku memang banyak bertemu dengan teman-teman. Baik lama maupun baru, baik kopdar maupun reuni. Sehingga ingin aku menamakan liburan summer 2009 ini dengan “Silaturahmi bersama KOALA”. Koalanya itu si Kai, karena dia memang nempel terus padaku, sehingga hampir semua pertemuan dia pasti ikut. hihihi. So, Gajah (aku), Riku dan Koala sangat menikmati liburan kali ini, dan harus mulai mengepak barang-barang kembali ke dalam koper, untuk menghadapi kenyataan bahwa hidup itu terus berjalan (dan mungkin berlari) ….


Batak Batak Batak !!!

12 Agu

Semua orang tahu (aku ragu apakah Malaikat Tahu, karena malaikat tidak bersuku) bahwa

orang Batak itu ceplas-ceplos, rame,  suara keras, tukang nyanyi, kalau tertawa tidak ditahan-tahan dan seribu cirikhas lain, yang begitu “terlihat” dalam pergaulan orang Indonesia. Tapi aku memang cocok dengan sifat mereka yang to the point itu.

Di antara blogger yang sering mengunjungi Twilight Express, adalah seorang batak. Meskipun katanya dia bukan 100% batak, tapi sifatnya… mmmm… mbatak banget lah. Aku mulai dekat dengannya sejak Juni akhir, sering berbincang-bincang di chat Yahoo Messenger.

Nah, hari minggu lalu tgl 9 Agustus, Eka Situmorang Sir itu yang mengundangku untuk kopdar. Karena tadinya ada beberapa orang yang “jauh” akan datang ke Jakarta, seperti Muzda yang tinggal di Jogja dan Afdhal yang biasanya tinggal di hutan Kalimantan. Kami juga sebetulnya mengharapkan Ria bisa datang dari Duri, tapi akhirnya peserta acara Kopdar Minggu itu hanya dihadiri oleh Frozzy, Mangkum, Pito, aku dan tentu saja pasangan Eka dan Adrian.

Sebelum acara mulai jam 1 itu, opa oma dan cucu-cucu (6 orang cucu!) ikutan makan di Omah Sendok. Ada sebuah scene menarik, yaitu aku melihat Riku berdansa dengan Sophie. Dia tidak malu-malu waktu aku lihat, sehingga aku langsung ambil beberapa foto.

Sesudah Mangkum, dan Eka+ Adrian hadir, rombongan keluargaku pulang, dan meninggalkan si KOALA Kai saja yang jelas-jelas tidak bisa berpisah dengan aku.

Host kopdar Minggu itu Eka, ingin berbagi kegembiraannya dalam peringatan 1 tahun pernikahan mereka. Sekaligus dia ingin mengadakan launching blognya yang sudah mempunyai domain sendiri, http://ceritaeka.com. Silakan main main ke CE, sodaranya TE… hihihi…. Jadilah kami makan cheese cake lezat yang dibawa Eka hari itu sebagai dessert.Yummy.

Sambil ngobrol ngalor ngidul, ntah kenapa Eka mulai memanggil Afdhal dengan “Panjaitan”. Alasannya? “iya mbak dia cocok dipanggil Panjaitan, lihat aja tuh jarinya terjahit pada handphone Blackberrynya. Jari terjahit, tidak bisa lepas gitu”. Nah Afdhal resmi menjadi Afdhal Panjaitan deh.

Lalu mulai kami memikirkan nama marga Batak yang cocok (lebih cenderung kecocokan bunyi daripada arti sih) untuk kami masing-masing. Pito menjadi Pito Naibaho (mantap memang pengucapannya), lalu si Frozzy menjadi Frozzy Purba. Sedangkan aku memilih Siagian saja, menjadi Imelda Siagian. Alasannya sederhana… semua Siagian yang kukenal orang baik! Jadi kalau disuruh memilih tentu saja aku pilih yang baik dong. (Kami tidak boleh memilih nama “pasaran” yang sudah banyak dan umum). Baru tahu  bahwa Lia, teman blogger juga berasal dari marga Siagian.

Yang sulit adalah Mangkum, sulit menemukan nama yang cocok. Sehingga akhirnya Eka menetapkan Mangkum Manulang. (cocok deh soalnya Mangkum kurus hihihi). Resmilah kami ditahbiskan menjadi warga BATAK. Well, ini kan cuma main-main saja.

Tapi, hari gini, predikat blogger tampaknya harus diembel-embeli dengan kata “narsis”, sehingga pergilah kami “de niue batakers” meninggalkan Kai yang sedang tidur dijaga Adrian, pergi ke halaman belakang Omah Sendok, tempat kopdar kali ini. Di bagian belakang ada sebuah kolam renang yang dikelilingi tempat makan juga. Tapi hari ini ada beruntun acara reuni sejak pagi, sehingga tempat itu dipenuhi tamu dan petugas. Kami memakai waktu pergantian tamu dengan berfoto di lorong jalan masuk, dan tidak berfoto di dekat kolam renang (sudah ada segala macam spanduk soalnya).

Bergayalah kami dengan segala pose, sehingga terpaksa aku pun yang tidak biasa berpose ikut dengan “arus”. Memang batak-batak “jadian” ini rame dan tidak tahu malu! Puncak kegilaan kami adalah, dengan keisengan Pito menegur seorang tamu yang sedang lewat. Pertama yang menjadi korban adalah pak “Rizal”. Karena menghalangi jalan, Pito berkata, “Maaf ya pak Rizal”. Pak rizal hanya tersenyum melengos dan berlalu. Loh … kok kamu tahu namanya Rizal? ….Rupanya karena acara reuni, semua peserta memakai kertas bertuliskan nama di dadanya. Tertawalah kami, sambil pak Rizal menjauhi kami seraya menanggalkan stiker di dadanya.

Tapi, itu masih tidak seberapa. Karena seorang ibu “Ika” menjadi korban ke dua Pito.
“Selamat sore bu Ika….”
Ika itu memandangi Pito dengan senyum lebar dan heran, dan berkata….
“eh kamu siapa…kok aku lupa ya?”
Dia pikir Pito adalah teman seangkatannya yang ikut reuni. Dengan santai Pito menjawab,
“Ngga kok mbak, saya cuma tamu biasa” …..
“Kok tahu nama saya?”
“Lah itu ada tertulis di stiker itu”….. #$(&)'()(=~)~= ….
Aku tidak berani memandang wajah Mbak Ika itu…pasti “mpet” mau marah, caci maki, malu bercampur jadi satu. Dan kami “cuma” bisa tertawa tergeli-geli melihat tingkahnya Pito, si pelawak satu itu.

Kembali ke ruangan dalam, tak berapa lama Kai terbangun dan mulai rewel. It’s time to go home then. Setiap perjumpaan ada perpisahan… memang…

Tapi selama kita hidup, perjumpaan itu akan selalu dikenang dan terpateri dalam ingatan. Sebuah tanda bahwa kita hidup tak bisa sendiri. Dan aku bahagia menemukan kawan-kawan baru di dunia maya yang menjadi nyata. Terlepas apa sukunya, apa kebiasaannya, apa latar belakang pendidikannya, apa agamanya…. tapi kami saling menghargai dan punya niat untuk bersahabat. Sampai teman akrab kami di jaringan blog yang tidak bisa hadir, menyatakan dirinya juga sebagai anggota “de nieu batakers” dan memilih sendiri nama marganya menjadi VIZON HUTABARAT. Uda Vizon … dengan ini dinyatakan resmi sebagai anggota “de nieu batakers” loh.

Terimakasih untuk hari minggu yang berkesan, brothers and sisters.

(Kai memandang senja dari dalam taxi)

Cerita hari minggu ini juga bisa dibaca di sini (lebih lengkap foto narsisnya)

Trattoria alias Trotoar

10 Agu

Jumat, 7 Agustus full appointment.

Seperti biasa, ada tiga sahabat dari Sastra Jepang UI (Himaja) yang selalu meluangkan waktunya untuk bertemu setiap aku pulang kampung bin mudik. Dan siang itu kamu janji bertemu di Grand Indonesia (again… karena di situ Riku bisa main) untuk makan siang bersama.

Setelah meninggalkan Riku di tempat bermain dengan bekal handphonenya Yati, untuk sewaktu-waktu bisa telepon aku, kami pergi makan di Njun Njan. Aku tahu restoran Njun Njan ini sudah lebih dari 30 tahun, yang pusatnya di Batu Ceper. Dulu papa terkadang mengajak kami sekeluarga makan di Njun Njan, dan di situ aku selalu bertanding makan udang rebus. Siapa yang tercepat menguliti udang rebus, dia yang menang. Tidak harus dimakan sendiri, kadang aku hanya mengulitinya untuk diberikan pada yang lain. Dan aku selalu yang tercepat! (Ada ngga ya pekerjaan menguliti udang rebus hihihi)

Setiap restoran pasti mempunyai specialitynya sendiri. Dan biasanya di Njun Njan, kami membeli udang rebus, sup jagung dan gurame asam manis. Nah, kemarin Jumat, kami memesan udang rebus, gurame asam manis, sapo tahu dan swie kee (swie = air, kee =ayam) alias kaki kodok. Yummy…

Setelah ngobrol ngalor ngidul, sambil makan dan ngeliatin kai bermain di bawah meja, kami beranjak ke arah tempatnya Riku. Tiba-tiba Yati ditelepon suaminya, yang berkata bahwa ada anak menangis yang menelepon dia …hihihi. Rupanya Riku menelepon pakai HP nya Yati dan tersambung ke suaminya Yati. Wah kasihan juga kalau Riku panik sendiri. Untung saja waktu kami bertemu dia, dia tidak menangis dan mengajak pergi makan e skrim.

Jadilah kami turun menuju Baskin Robbins karena Yeye ingin memperkenalkan es krim yoghurt Sour and Sally (rasanya? …yoghurt deh jadi kecuuuut hihihi) padaku. Letaknya satu lantai. Nah pas kami jalan turun begitu mungkin waktu Zee melihat kami berjalan tergesa. Padahal seandainya Zee menyapa, seru kan tuh. Sesama blogger bertemu tak disengaja…. bisa jadi bahan postingan hihihi.

Sambil makan es krim, lalu aku, Yeye, Yati dan Susi ngopi starbak di depan gerai Baskin,aku sempat beli kartu pos di Kinokuya yang terletak di sebelahnya. Sudah lama mau membeli kartu pos bergambar pemandangan Indonesia. Cari di Gramedia tidak ada…. dan dijawab oleh temanku, “Mel, ini jamannya email dan sms, orang ngga pake kartu pos lagi”. Iya ngerti sih, tapi utk turis (turis nih ye) kan perlu.

Sekitar jam 3:30 sore, ketiga sahabatku pamit, karena Lia datang. Kami memang janjian bertemu di GI ini, karena aku mau menyerahkan yukata pesanannya. Setelah transaksi (wiiih bahasanya) selesai, kami mau pindah tempat duduk ke arah Gelato Bar (es krim lagi nih). Tapi sebelum sampai ke Gelato Bar, persis di sisi kiri, ada sebuah “Spa” berjudul Kenko, dan ada tulisan layanan mereka yang menarik perhatian kami, yaitu “Fish Therapy”. Wow … ini kan sama dengan yang di Sea World waktu itu.

Niatnya cuma mau tanya harga. Tiga puluh menit “cuma” Rp 120.000 untuk dewasa dan Rp 60.000 untuk anak-anak. Kalau di bawah 3 tahun gratis. Hmmm boleh juga deh, daripada nongkrong di resto/cafe dengan uang yang sama, mending nyoba sesuatu yang unik.

Jadilah Lia, aku, Riku dan Kai masuk ke dalam, dicuci kakinya, dan merendam kaki ke dalam kolam yang berada persis di sebelah kaca spa tsb. Jadi deh kita tontonan orang yang lewat juga (mustinya minta gratis tuh, kan jadinya semacam promo tuh hihihi). Waktu aku celupkan kaki ke dalam kolam, wuisssshhh berdatanganlah si ikan-ikan GALARUFA (ingat saja segalarupa ikan hihihi)  itu menggigiti kaki. Rupanya mereka tau siapa yang banyak dagingnya hahahah. Padahal sebetulnya mereka tidak makan, hanya menggigit –tanpa gigi– kulit-kulit mati.

Setelah selesai 30 menit yang menggelikan, kami keluar dan …pulang. Tidak jadi ke Gelato Bar, karena Kai juga sudah capek (dan nahan pupup hihihi). Lia yang mampir ke situ, karena masih ada janji dengan temannya.

Di perjalanan pulang, Kai tertidur, dan aku baringkan dia di tempat tiur. Wah baru jam 6, masih pagi…. Waktu untuk pergi DUGEM !!!! Dan begitu aku online di YM, Pito ada ……..
dan aku berteriak, “Kai bobooooooooo”.
Pito jawab dengan, “Hayuuuuuuukkkk”.
Dan kujawab, “yuuuuukkk”.
Tujuan malam ini TRATTORIA. (karena kemarin tidak jadi….)

Pas jam 7:30 aku mau berangkat, mbak sudah nyari taxi (dan tidak dapat), Kai MENANGIS sekencang-kencangnya. Sampai aku yang ada di gerbang luar dengar… Tadinya aku mau cuekin saja. Riku yang mau ikut tadinya juga sudah “diem” setelah aku bilang, cuma sebentar saja, karena mama mau ketemu teman sambil online. Sudah siap bawa laptop juga. Tapi…..

Akhirnya aku masuk ke dalam, taruh tas berisi laptop, masukkan botol susu, gendong Kai dan suruh Riku bersiap, sambil tulis sms ke Pito, “Aku bawa anak2 gpp kan?”

Kebetulan Opa dan Oma ada sembahyangan di Dempo, jadi kami diturunkan di TRATTORIA, KH AHMAD DAHLAN, Mayestik.

Well…. banyak restoran Italia di Tokyo yang bernama Trattoria. Karena arti kata Trattoria adalah An informal restaurant or tavern serving simple Italian dishes. Jadi tidak salah dong kalau di benakku itu adalah restoran italia, tempat kita bisa pesan spaghetti dan Pizza.

Well, satu yang aku salah…. “TRATORIA”nya pakai satu “T”, dan tempat itu adalah semacam Pujasera…rumah makan yang mempunyai stall-stall, warung-warung yang menjual berbagai macam makanan. Dan the worst is TIDAK BER-AC….. jadi deh aku gendong Kai dan gandeng Riku memasuki Tratoria dengan berkeringat hihihi.

Bertemu dengan “penjaga” nya tratoria, si Pito, the Bitch! Dan melewati malam dengan memesan berbagai makanan. Well, karena murah (MUR=MER=KENYANG!!!) , jadi kalap deh pesan makanan macam-macam. Ya bakso, bakwan, sate 3 macam, dsb dsb… karena aku ingin cicip saja. Sisanya dihabisin sama Pito (but the problem is…seberapa sih sisanya hahahaha)

Yang pasti kembali ke masa mahasiswa deh. Dan emang di situ ngga ada sih ibu-ibu yang bawa anak dan bayi + sebotol susu. salah tempat! hihihi

dan aku setuju sekali waktu Pito mengatakan Tratoria is Trotoar…. membayangkan kita makan di trotoar, sampi gerobak kaki lima. BUT… it was nice Pito…thank you very much! I enjoyed it.