Kentang

18 Jun

Hari ini ada acara panenan kentang di TK nya Riku. Setiap bulan Juni memang waktunya panen Kentang, dan sebagai bagian dari kurikulum TK nya, setiap Juni diadakan acara menggali kentang di kebun milik warga dekat TK tersebut. Tentu saja karena mereka tidak menanam, pasti membayar biaya. Biayanya sudah termasuk uang sekolah, jadi tidak dipungut biaya ekstra lagi. Setiap anak harus membawa sarung tangan untuk mengambil kentang dari tanah, lalu kantong plastik untuk membawa pulang kentang yang sudah diambil. Dan juga harus membawa sepatu boot supaya tanah tidak masuk ke dalam sepatu.

Hari ini ada 8 kelas, dan besok ada 3 kelas yang akan pergi ke ladang itu. Setiap kelas mendapat waktu 15 menit. Karena anak-anak belum terbiasa berladang, maka ada beberapa orang tua murid yang mendampingi untuk membantu anak-anak. Dulu waktu Riku masih di Hoikuen (Penitipan/playgroup bukan TK) pernah juga memanen ketimun dan tomat. Kegiatan seperti ini pasti ada di setiap sekolah Jepang. Kalau sudah SD ada yang bahkan pergi menanam padi, dan musim panas pergi memanennya. Ladang atau sawahnya milik masyarakat sekitar. Jadi ada kerjasama antara sekolah dan warga sekitar. Setahu saya tidak ada kegiatan seperti ini dalam kurikulum sekolah di Indonesia, padahal dengan pergi terjun langsung ke ladang, banyak yang bisa dipelajari. Tapi mungkin sekolah Indonesia tidak mau “membuang waktu” hanya untuk berlumpur-lumpur hehhee.

So, hari ini Riku bawa pulang sekitar 2,5 kg kentang hasil panenannya. Tahun lalu lebih berat lagi panenannya, ada mungkin 3,5 kg lebih. Kasihan juga anak-anak harus bawa seberat itu. Sekarang saya sedang pusing pikir jenis masakan yang memakai kentang, karena baru saja minggu lalu saya beli 5 kg kentang….lupa bahwa Riku ada acara ini. Fried Potatoes, perkedel, sup sayuran, potato salada  dll. (apa lagi ya…)

Sesudah jemput Riku dari TK, kita pergi ke RS untuk pemeriksaan kesehatan berkala (10 bulan) untuk Kai dan vaksin MR untuk Riku. Riku sejak kecil tidak pernah nangis kalau disuntik. Kai juga lolos pemeriksaan 10 bulan. Tapi karena dia belum bisa berdiri, maka nanti sebulan lagi harus periksa. Yah sebetulnya Kai sekarang sudah 11 bulan, tapi kalau dihitung dari due datenya sebetulnya dia sekarang baru 9 bulan. Yang penting kedua anakku ini sehat-sehat saja.

Onigiri – Nasi Kepal

18 Jun

Kali ini saya mau posting khusus mengenai onigiri atau bahasa Inggrisnya Rice Ball, dan saya mengatakannya dalam bahasa Indonesia adalah nasi kepal, karena dibuatnya dnegan mengepalkan tangan, meskipun besarnya belum tentu sekepalan tangan (boleh juga sih…. yang big size ya hihihi). Onigiri juga sering disebut dengan omusubi, atau nigirimeshi. Nasi kepal ini mudah dibuat, enak dan mengenyangkan. Saya posting ini sambil teringat Eva, Jeng lala, Ai dan teman-teman lain yang mungkin mau coba buat. Atau untuk Bang Hery, Mas trainer  mungkin yang mau memanjakan istri,  atau bahkan mas Hangga untuk memikat gadis-gadis.

Hari ini adalah hari yang paling tepat posting mengenai Onigiri, karena ternyata hari ini adalah hari Onigiri, menurut masyarakat dari Prefektur Ishikawa. Prefektur ini menghasilkan beras yang pulen dan enak. Beras diperingati setiap tanggal 18 dan kenapa bulan juni peringatan onigiri? Karena ada sebuah daerah di Prefektur Ishikawa yang bernama Rokuseimachi yang dianggap sebagai kampung halamannya onigiri, akibat ditemukannya fosil onigiri tertua disebuah perumahan dari tanah liat (pithouse). Dan ditetapkan bulan juni karena bulan juni = rokugatsu , roku nya merupakan kata pertama dari nama kota tersebut (huh asal bunyi sama …gitu aja alasannya).

Beras yang enak tentu menentukan rasa dari onigiri itu sendiri. Beras jepang termasuk dalam keluarga japonica sehingga pulen dan bisa menyatu jika dipadatkan, berlainan dengan beras indica. Karena itu jika Anda yang berada di Indonesia ingin membuat onigiri, saya sarankan Anda membeli beras Jepang (pasti mahal) atau mencampur beras indonesia dengan beras ketan dengan perbandingan 3:1. (Dicoba saja nanti sendiri perbandingan yang tepat karena tentu saja beras di Indonesia berbeda kepulenannya berdasarkan jenis/mereknya) . Begitu beras tanak, biarkan sebentar supaya uap air yang tersisa bisa menguap. Kemudian ambil nasi tersebut sebanyak yang mau dibuat sebagai onigiri. Jangan lupa basahkan tangan. Tangan yang basah penting sekali untuk membuat onigiri. Karena di musim panas bakteri mudah berkembang biak, perhatikan kebersihan tangan sebelum membuat onigiri. Juga jangan memakai air ledeng untuk membasahkan tangan di Indonesia (kalau di Jepang sih air ledeng bisa diminum sehingga tidak menjadi masalah). Jika Anda suka, Anda bisa menaburkan sedikit garam pada telapak tangan Anda. (Kalau saya tidak begitu suka asin …mengurangi garam untuk kesehatan sehingga tidak pernah memakai garam) Nasi panas itu dikepalkan setengah jadi dan bagian tengah dibuat lubang untuk mengisi “lauk/daging” yang akan dimasukkan. Setelah lauk itu ditaruh di tengah-tengah, lanjutkan kembali dengan menutup lauk tersebut dan buat bentuk onigiri yang diinginkan. Onigiri ada bermacam bentuk, tapi yang lazim adalah segitiga. Ada pula yang berbentuk bulat gepeng seperti perkedel. Setelah nasi menjadi padat dan berbentuk tutupi dengan nori (rumput laut kering) jika suka. Saya tahu banyak orang Indonesia yang tidak begitu suka nori, sehingga buat mereka yang tidak suka, tidak perlu ditutup dnegan nori. Kalau mau, bisa juga menutup nasi kepal dengan wijen putih atau hitam. Wijen yang segar dapat menambah aroma dan rasa yang enak pada nasi kepal tersebut.

Nah, sekarang apa saja sih yang bisa dimasukkan dalam onigiri? Banyak!! Tapi yang terumum di Jepang adalah Umeboshi (buah plum kering), serpihan Ikan tuna begitu saja atau dicampur dengan mayoneise, telur ikan mentaiko/tarako mentah atau dibakar dan okaka (serutan ikan tuna kering – katsuobushi). Selain memasukkan lauk tadi secara utuh di tengah onigiri, Anda bisa mencampurnya dulu pada nasi sebelum dikepal. Biasanya di Jepang jenis-jenis sayuran kering/ wakame (gagang laut) atau ikan teri nasi mentah/goreng yang paling banyak dijadikan campuran dalam nasi tersebut. Pokoknya hampir semua bahan makanan/daging yang cocok dimakan dengan nasi bisa dijadikan “lauk/daging” dari onigiri. Daging sukiyaki, semur, susis, ikan sardin, ayam cincang bumbu kecap ….whatever lah.

Variasi untuk di Indonesia misalnya :Coba deh masukkan corned beef begitu saja atau dicampur mayoneise dulu…pasti enak. Atau abon sapi…. hmmm yummy. Mustinya sih kalau dimasukkan keringan tempe juga enak, tapi saya belum coba karena tempe mahal sekali di sini. Pokoknya cobalah buat onigiri versi Anda sendiri… Dan kalau ada teman yang mau membuka usaha restoran, bisa juga nih coba usaha restoran ONIGIRI…saya yakin pasti laku deh. Di sini saja banyak kok warung onigiri yang bisa makan di situ sambil berdiri.

Sebagai pendamping onigiri biasanya disajikan acar-acaran. Kalau di Jepang ada Takuwan (acar lobak yang berwarna kuning) yang praktis, atau kalau di restoran tentu saja ada tsukemono (acar) dari bermacam-macam sayur, seperti terong, ketimun, lobak putih, sawi dsb. Kalau untuk orang Indonesia, mungkin lebih cocok dengan acar ketimun/wortel. Selain acar, juga bisa disajikan dengan sup miso yang panas…. hmmm jadi lapar nih. ITADAKIMASU (artinya saya makan yahhhh)

So…silakan coba. Yang penting adalah Nasi panas dan tangan basah. Tak ada daging? Garam saja cukup kok.

Entah kenapa kok sekarang sambil nulis begini saya membayangkan onigiri yang isinya tempe bakar, yang ditumbuk dengan cabe rawit….. duh kangen tempe…..hiks…. (sabar…. sebulan lagi bisa makan tempe sepuasnya). Trus… supnya sayur bening hihihi. Ini mah bukan masakan Jepang lagi, udah menu masakan Indonesia dengan Nasi kepal. hihihi

Paspor

17 Jun

Kemarin satu harian aku teler lagi. Aku harus membuat paspor untuk Kai dan memperpanjang paspornya Riku. Kantor Imigrasi yang terdekat di Tachikawa, so aku minta tolong Mariko san temani aku ke sana. Kita berangkat dari rumah jam 10:30 pagi. Beli kartu pos 2 lembar ditulis nama Kai dan Riku untuk pemberitahuan kalau paspornya jadi. Sesudah itu naik bus ke Kichijoji. Tidak sangka busnya jam segitu penuh, tapi untung aku dapat tempat duduk. Aku gendong Kai terus, sedangkan baby carnya dilipat. Mariko san bertugas temani Riku.

Sesampai di stasiun Kichijoji, aku mampir ke Bank dulu. Sayangnya Banknya persis di depan Mac Donalds. Ya sudah, karena belum sarapan pagi juga, jadi kita makan di Mac dulu. Riku minta Happy Set untuk anak-anak karena dapat mainan Naruto. Jadi aku dan Mariko juga pesan Happy set supaya Riku bisa dapat mainannya jadi 3. Sesudah makan kita cari Photo Studio untuk buat pas photo. Tapi karena musti antri dan tidak bisa langsung jadi, kita akhirnya langsung pergi ke Tachikawa.

Kantor Imigrasi yang di sini lumayan praktis, karena ada di gedung di atas Stasiun, yang menjadi satu dnegan Departement Store Lumine, lantai 9. Aku ingat dulu kita juga buat pas foto untuk Riku di sini. Ada studio persis di sebelah kantor imigrasi itu. Benar saja, untuk seorang dapat 2 lembar pas foto langsung jadi harganya 1500 dan tidak dapat negatifnya. Lumayan juga hasilnya.

Dari situ aku langsung ambil formulir permohonan 2 lembar untuk paspor yang berlaku 5 tahun. Ada 2 jenis paspor Jepang yaitu yang 5 tahun dan 10 tahun. Karena mulai tahun ini memakai sistem IC, ongkos pembuatan jadi lebih mahal 1000 yen dibanding dulu. Untuk 5 tahun seharga 11.000 yen, sedangkan yang 10 tahun 16.000 yen. Sebetulnya aku agak kesal dengan suamiku, abis masa aku yang warga negara Indonesia musti urus dua anak yang wn jepang. Aku agak khawatir kalau nantinya ada masalah dengan perbedaan kewarganegaraan. Tapi untung saja tidak, karena yang penting nama aku ada di daftar Kartu Keluarga (Koseki Tohon).

Setelah isi dua formulir tentu saja pakai Kanji…aku ambil nomor. Di situ diperkirakan kita akan dipanggil 1 jam lagi. Jadi Riku dan Mariko pergi ke toko buku di lantai 8, sedangkan aku ganti popoknya Kai dan tunggu di ruang tunggu. Benar saja sekitar sejam kemudian nomor kita dipanggil. Setelah mencocokkan data di dokumen dengan data yang tertulis di formulir, petugas imigrasinya juga melihat kartu asuransi dan ID card aku. Beres deh semua. Paspornya tinggal diambil seminggu yang akan datang dengan membawa kartu pos dan ternyata biaya untuk anak-anak mendapat keringanan yaitu hanya 6000 yen saja. siiip.

Riku sudah mulai bosan, dan kita mulai berjalan pulang. Tapi tiba-tiba dia bilang lapar!! Ya sudah kita kembali lagi ke gedung Lumine ke bagian restoran untuk cari makan. Tapi dia maunya makan di restoran western, sedangkan aku dan Mariko maunya ke resto vietnam. Untung saja dia bisa dibujuk untuk pergi ke resto Vietnam…gomenne Riku. Bakmi Pho nya di situ enak deh, lain kali kalau ada kesempatan mau ke situ lagi. Oh ya sebelum pulang kita sebetulnya juga mau beli donut Krispy Kreme. Katanya saking terkenalnya, di daerah Shinjuku harus antri kalau mau beli. Masak segitunya sih….Kita coba ke toko itu, dan ternyata memang benar harus antri 25 menit …welehhh aku sih ngga segitu-gitu amat dengan makanan sampai tahan tunggu 25 menit. Jadi kita batalkan beli donut itu. Tapi sebtulnya penasaran juga, emang apa sih istimewanya? Nanti kapan-kapan kalau tidak perlu antri, saya akan coba beli dan buat laporan gourmet ya hihihi. (Mariko cerita soal toko donut di jkt JCo? namanya aku lupa. Papa memang suka tuh dan sering beli katanya. Aku pernah coba, tapi tidak terlalu suka karena manissssss).

Sampai di Kichijoji kembali, kita beli nendo (apa sih bhs Indonesia ini? gips? karet? yang bisa dibentuk-bentuk tuh) untuk Riku, lalu pulang naik taksi. Udah telerrrrr. Sampai di rumah saja sudah jam setengah 6. Mariko san bermain nendo sama Riku sampai jam 7 malam. Capek tapi mungkin karena kecapekan jadi anak-anak malah tidak bisa tidur sampai jam 9:30. Aku baru bisa lega jam 10… buka komputer lalu balas email dll.

Berlalu deh satu hari lagi… (Oh ya Kai hari ini persis 11 bulan) *** 16 Juni 2008

Gempa, Petir, Kebakaran dan Ayah

16 Jun

Pasti orang Indonesia akan merasa heran, judul apa sih itu? Tapi itu adalah peribahasa dalam bahasa jepang 地震・雷・火事・親父 (じしん・かみなり・かじ・おやじ). Empat hal yang paling ditakuti orang Jepang. Yang pasti Gempa, Petir dan Kebakaran itu menakutkan siapa saja yang tinggal di bumi ini. Tapi Ayah? Dahulu memang sosok ayah adalah yang menakutkan. Bukan hanya bagi orang Jepang, bahkan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, Allah (Yahwe) itu digambarkan sebagai Ayah yang pemurka. Semua anggota keluarga tunduk pada Ayah. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda takut pada Ayah Anda?

Sebagai anak kita pasti takut dengan orang tua kita. Terutama pada Ayah. Tapi untuk saya, saya mungkin lebih takut pada ibu saya. Karena mama ada di rumah terus, kerap memarahi kita, apalagi kalau dapat nilai ulangan yang jelek. Sosok Ayah ditakuti mungkin justru karena jarang berada di rumah, sehingga tidak bisa membayangkan bagaimana kalau dia marah.

Anyway, Kemarin adalah hari Ayah. Saya mau mengucapkan selamat kepada ayah-ayah. (Padahal kemarin lupa mengucapkan selamat pada papa saya…. sorry pa!) Ayahnya Riku kemarin (Minggu) pergi ke kantor dari jam 12 siang sampai 8 malam. Jadi kemarin saya harus menjadi ibu dan ayah sekaligus, padahal hari minggu. Biasanya Riku jalan-jalan ke luar rumah pada hari Minggu. Ingin sih rasa hati mengajak dia jalan-jalan, tapi aku sendiri teler banget akibat kemarinnya (Sabtu) dari pagi ada acara. Kami sampai di rumah hari Sabtu itu pukul 11:30 malam. Rasanya badan mau remuk deh. Untung waktu pulang ada teman yang mengikuti rapat juga ikut bersama sampai rumah. Jadi dia bisa bantu mengangkat Baby Car dan menggandeng Riku. Kai tertidur waktu rapat, sehingga sepanjang perjalanan pulang , sampai pukul 1 malam dia melek….dan genki… aduh!!. Riku tertidur di kereta, sehingga kita harus bangunkan dia beberapa kali di kereta untuk turun. Dan juga di taxi. Elly, teman saya itu tinggal di dekat Gunma (katanya butuh waktu 2,5 jam untuk ke Tokyo….) , sehingga dia juga harus menginap di Tokyo, karena kereta sudah tidak ada yang pergi ke arah rumahnya. Jadi ingat simbiosis mutualisma.

Transfusi Darah

14 Jun

Ternyata tanggal 14 Juni adalah hari Transfusi Darah Dunia. Yang saya heran kenapa kok ditetapkan tanggal ini. Saya cari alasannya tidak ketemu. Mungkin karena transfusi pertama diadakan tanggal 15 Juni 1667 oleh Jean Baptiste Dennis, dokter Raja Louis XIV di Perancis, yang mengadakan transfusi darah domba kepada pemuda berusia 15 tahun dan berhasil. Tetapi memang beda satu hari.

Memang darah itu penting, dan bagi mereka yang kehilangan banyak darah, transfusi darah amat sangat membantu. Tetapi memang penuh resiko, karena dengan memindahkan darah itu juga berarti beresiko memindahkan penyakit pendonor. Ayah ibu saya pendonor darah, sebelum mereka harus berhenti karena dilarang dokter. Suami saya juga pendonor, tetapi darahnya yang dipakai hanya sebagian kandungan yang katanya jarang didapat. Jadi kalau diperlukan baru suami saya akan ditelepon oleh Palang Merah di sini. Saya sendiri? Tidak bisa.

Nah loh, kok tidak bisa? Dulu waktu masih teenager sampai dua-puluhan saya sering kurang darah. Sering pusing, apalagi kalau baru bangun tidur, pandangan berwarna oranye. Setelah beberapa saat waktu pulih. Waktu kecil sering disuruh minum penambah darah. Karena saya lemah begitu, tidak pernah terpikir untuk menjadi donor.

Waktu sudah menikah, merasa sehat, tapi belum sempat mendonorkan darah. Dan baru tahu bahwa ternyata saya menderita thalassemia. Saya tahu mengenai hal ini tahun 2003 setelah Riku lahir. Ibu saya, dan adik saya juga baru tahu sekitar tahun 2000-an. Itu karena adik saya yang bekerja di Eijkman Institute mengambil sampel darah ibu saya dan menemukan keanehan. Waktu itu mulai digiatkan penelitian Thalassemia di Lembaga Eijkman. Setelah diperiksa berkali-kali baru dipastikan bahwa ibu saya thalasemia, sehingga semua anak juga harus diperiksa.  Waktu th 2003 saya dan suami saya diperiksa saya positif sedangkan suami saya yang Jepang negatif. Tapi Riku kelihatannya positif carrier Thalasemia.

Hemoglobin saya waktu hamil memang dibilang kurang… hanya 10 dari standar yang 12. Untuk itu saya harus memperbaiki lewat makanan. Saya juga dapat zat besi, tapi karena saya orang yang paling malas minum obat, tidak saya minum. Tapi Hemoglobin saya turun drastis waktu melahirkan dan sulit untuk dinaikkan. Ternyata bagi pembawa thalasemia tidak boleh menggenjot thalassemia dengan zat besi. Tapi yang anehnya ibu saya HB nya 18 …dan sekarang sedang terapi supaya turun. Jika sepasang carrier thalasemia menikah, maka kemungkinan besar tidak punya anak, atau anaknya meninggal. Jadi sebaiknya periksalah darah Anda sebelum menikah. Karena ternyata banyak loh orang Indonesia yang thalasemia tetapi terlambat diketahui. Dengan pengetahuan bahwa saya thalasemia, waktu melahirkan Kai, dokter-dokter di Jepang sibuk mempelajari thalassemia dan bersiap jangan sampai memberikan treatment yang salah. Karena saya operasi caesar, saya sebetulnya sudah menandatangani persetujuan untuk menerima transfusi darah. Tetapi untung sekali meskipun saya mengalami perdarahan yang cukup banyak, masih bisa ditolerir, sehingga tidak usah transfusi. Dokter yang merawat saya berusaha supaya tidak transfusi, dan ternyata memang benar saya tidak boleh transfusi.

Kalau Anda anemia, kurang darah…. silakan coba periksa apakah Anda thalassemia atau tidak. Atau yang sering keguguran waktu hamil. Untuk keterangan lengkap silakan baca di website Eijkman ini. Bukan bermaksud untuk promosi, tapi alangkah baiknya kita mengetahui badan kita sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Saturday School’s Visitation

14 Jun

Hari ini aku harus ke TK nya Riku karena ada acara khusus bagi orang tua untuk mengunjungi sekolah. Kalau mendung akan melihat murid-murid mengerjakan prakarya, tapi kalau cerah akan ada semacam sport day. Nah, hari ini cerah sekali. Berarti aku harus gendong Kai terus, dan ikut bertanding juga. Gimana caranya ya???

Untung saja di kelasnya Riku, ada beberapa temannya Riku yang papanya juga tidak bisa hadir. Sebtulnya acara ini diadakan hari Sabtu dengan maksud supaya papanya bisa ikut datang. Tapi yah, tidak semua papa-papa libur hari Sabtu. Dan aku juga sudah biasa kok urus apa-apa sendiri. Cuman ya itu kasian aja Rikunya. Belum lagi masalah dengan Kai. Tahun lalu, aku juga datang sndiri. Waktu itu ada pertandingan gendong anak relay. Jelas aku tidak bisa, karena waktu itu sedang hamil 6 bulan. Mana bisa gendong Riku yang 20 kg lebih. Untung saja gurunya Riku, Maiko sensei mau gendong Riku gantiin aku. (Dalam hati aku minta maaf…. karena berat tuh. bukan anak sendiri lagi hihihi).

Tahun ini pertandingannya masih “wajar”. Riku harus merangkak melewati kaki aku, kemudian aku lewat Riku dan Sensei yang berpegangan tangan, lalu kembali Riku merangkak lagi. Tadinya aku pikir yah, kalau terpaksa, aku sambil gendong Kai pun masih bisa. Untung ada Tanaka san yang menawarkan gendong Kai selama aku ikut pertandingan itu. Dia sendiri, suaminya datang sehingga suaminya yang ikut acara pertandingan itu.

Setelah acara sport selesai, kita masuk ke kelas untuk berkenalan dan pembagian tugas untuk acara Sport Day tanggal 11 Oktober yad. Untuk kelas Nencho (Kelas 3 TK) biasanya ada pertandingan relay lari. Dan ada acara khusus pertandingan lari dari orang tua. Papa 2 orang, Mama 2 orang. Aku mah ogah hehhee.

Karena besok hari Ayah, murid-murid menyerahkan kartu yang mereka buat untuk papanya. Di kelas mereka memberikan kepada papanya. Papanya Riku ngga ada jadi diwakili aku. Kartu itu namanya Otsukai Ken (Gift Card) tapi giftnya berupa tindakan yang akan dilakukan untuk papanya, misalnya kartu pijat,kartu bangunin papa, kartu main dengan papa dll. Jadi kalau papanya mau dipijat bisa keluarkan kartu itu, dan Riku harus pijat papanya. wah sayang sekali waktu Hari Ibu tidak ada kartu begituan. Kan mama juga mau dipijat hehehe.

Gambar hasil karya Riku : My Father (kacamatanya tidak terlupakan)

BTW saat ini jam 1 siang, udah capek…tapi hari ini aku ada meeting di gereja, rapat oikumene. Jam 7 malam. Harus bawa 2 unyil…. Lord give me strength!!

NB 1: Aku tertidur 3 menit sambil pegangin botol Kai. Eeee Riku masuk dan bangunin aku. DIa bilang ada kebakaran kelihatan tiang listrik mengeluarkan asap. Duuuh anakku mama sakit kepala, mau bobo dibangunin hanya untuk cerita. Pas aku nulis ini, aku bilang sama Riku “Aduh mama sakit kepala. Kamu sih bangunin mama.” Lalu dia bilang “Maaf mama, abis Riku mau cerita ada kebakaran itu sih!!!”. Aku langsung peluk dia. He wants to tell me something that thrilled him!! I should appreciate him.

NB 2: Tadi pagi aku sempat bilang :GEMPA! soalnya aku lihat air di akuarium bergerak. Ternyata benar. Dan gempanya di SENDAI, di tempat adik iparku yang baru melahirkan itu. Skala 6 Jepang (maybe 7 Richter). Untung mereka tidak apa-apa. Saat ini dilaporkan ada 2 meninggal. Tapi si NOBU (暢) nama sepupu Riku dan Kai, pas sedang menyusu ketika gempa. Kata Ryoko, Nobu gigit dan tidak mau lepas.

Selamat Datang ke Dunia

13 Jun

Kemarin kami mendapat berita gembira. Adik Gen yang tinggal di Sendai menjadi seorang ayah. Ryoko melahirkan seorang anak laki-laki seberat 3025 gr, tinggi 49,6 cm. Lewat operasi Caesar. Congratulation!! Dengan demikian keluarga Miyashita lengkap menjadi 3 anak laki-laki deh. Memang keturunannya banyak yang lelaki.

Waktu saya bertemu Ryoko hari Paskah yang lalu (March 22nd) saya sempat bilang dia, “anak kamu laki-laki”. Alasannya? Wajah ibu waktu hamil anak laki-laki biasanya “rusak” misalnya penuh jerawat, atau tidak sehalus biasanya. dan malas ber make-up. Kemudian di leher dan bagian ketiak biasanya terdapat flek berwarna hitam. Gejala ini aku alami, dan diberitahu oleh teman yang semua anaknya laki-laki. Dan ternyata gejala itu dialami Ryoko juga. …Dan ternyata benar.

Sekarang tinggal menunggu ketetapan nama. Karena keluarga kami mempunyai kebiasaan untuk memberikan nama dengan satu Kanji bagi anak laki-laki. Riku berarti daratan. Kai berarti dayung. Keponakan kami ini akan bernama apa ya? Wah saya bayangkan kalau ketiga anak laki ini besar nanti bagaimana ya? Bisa camping sama-sama. Main ski, naik gunung, memancing….pokoknya semua yang biasanya dilakukan laki-laki. Tanoshimi….

Perawat

12 Jun

Dalam perjanjian kerjasama ekonomi (EPA) Jepang Indonesia yang ditandatangani beberapa waktu yang lalu, terdapat kesepakatan untuk mendatangkan tenaga perawat media dan perawat lansia dari Indonesia ke Jepang. Dan untuk tahun pertama direncanakan untuk mendatangkan 300 orang perawat lansia , tetapi ternyata dari pendaftaran yang dibuka, hanya 115 orang saja yang mendaftar. Masalahnya memang disebabkan perawat lansia/panti jompo di Indonesia tidak memiliki sertifikat, padahal pengirimannya memakai standar perawat sehingga sulit untuk mengumpulkan calon yang memenuhi standar.

Pengiriman tenaga perawat medis dan perawat lansia ini memang diharapkan membawa angin segar dalam hal ketenagakerjaan, tetapi saya sendiri melihat banyak sekali kendalanya. Pertama standar pengetahuan perawat di Jepang apakah bisa dipenuhi oleh perawat Indonesia. Kedua, faktor bahasa yang amat sangat menentukan. Memang mereka akan mendapatkan pelajaran baahsa jepang 6 bulan sebelum mulai bekerja, akan tetapi menurut saya 6 bulan tidaklah cukup. Karena banyak sekali istilah kedokteran/medis yang harus dihafalkan, belum lagi jika merawat orang tua, bahasa mereka tentunya lain dengan yang dipakai oleh anak muda/pelajaran yang diberikan. Ada banyak ekspresi pengungkapan misalnya letih saja, berbeda menurut asal pasien. Bahasa Jepang memang tidak mudah, jika tidak mau dikatakan sulit.

Tapi mengapa banyak pegawai toko/penghibur dari negara tetangga kita Filipina atau Thailand? Tentu dalam faktor bahasa orang Indonesia dan orang Filipina/Thailand sama saja kendalanya. Satu kendala lain yang memang amat sulit juga untuk saya kemukakan sebetulnya masalah agama. Agama Islam. Amat sangat delicate, tapi merupakan kenyataan. Pengertian orang Jepang pada khususnya dan orang asing negara lainnya pada umumnya tentang agama islam amat minim. Jika pengetahuan tentang agama islam dikuasai, saya rasa tidaklah sulit untuk mencapai kesepakatan. Misalnya waktu untuk sholat, atau dalam menjalani puasa. Belum lagi kecanggungan orang asing /Jepang menghadapi perawat yang berjilbab. Sulit. Apalagi yang dihadapi adalah orang sakit atau orang tua yang notabene sedikit sekali pengalaman dan pengetahuan akan negara asing (baca islam). Orang sakit/orang lansia lebih ganko (keras kepala) daripada masyarakat umum.

Selain masalah bahasa dan agama, ada lagi masalah iklim 4 musim. saya sempat membaca bahwa Hokkaido tidak bisa mendatangkan perawat dari Indonesia, karena tidak ada yang mau mendaftar untuk bekerja ke sana. Calon perawat Indonesia takut untuk menghadapi suhu dingin. Ini wajar sekali. Saya pun belum tentu mau untuk tinggal di Hokkaido. Salju bermeter-meter bisa menutupi rumah di musim dingin. Belum lagi setiap hari kita harus mencangkul salju, membuka jalan, membuang salju yang ada di atap supaya atap tidak roboh menahan beban salju, dll. Bagaimana bisa kita mengharapkan seseorang yang terbiasa hidup di negara yang suhu udaranya stabil kira-kira 28 derajat, akan betah dan mau tinggal di tempat yang bisa bersuhu minus 20 pada musim dingin?

Selain faktor-faktor external perawat itu sendiri, saya memang tidak mengetahui jumlah perawat di Indonesia ada berapa banyak. Apakah memang negara kita surplus perawat? Bagaimana jika kelak Indonesia malah akan kekurangan perawat? Semakin makmur suatu negara, semakin tinggi usia harapan hidup dan sebagai akibatnya masalah kesehatan dan penanganan lansia akan menjadi masalah yang serius. Apalagi jika tidak ditunjang dengan pertumbuhan tenaga kerja yang memadai. Anda belum mempunyai pekerjaan? Anda mau mencari jenis pekerjaan untuk bisnis yang akan laku terus sampai 20-50 tahun ke depan? Pilihlah profesi perawat, atau bisnis penanganan lansia (panti jompo). Tapi syaratnya, Anda harus sehat, dan kuat!!! Karena tenaga Anda akan diperas untuk merawat orang tua yang berat badannya minimal 40 kg. Karena itu pula panti jompo akan senang sekali mempekerjakan perawat pria. Daikangei (very welcome!!)

Perawat oh perawat… Anda tahu hari peringatan perawat kapan? Saya hafal yaitu tanggal 12 Mei, karena itu bertepatan dengan ulang tahun ibu saya. Dan kok kebetulan ibu saya juga mantan perawat. Tapi perawat yang terpaksa (menurut beliau sendiri). Karena dulu sekolah perawat itu gratis, malah mendapat gaji. Padahal ibu saya tidak tahan melihat darah. Bahkan sempat pingsan waktu melihat orang disuntik. Untung saja dia tidak lama menjadi perawat. Tapi dia sempat bercerita kepada saya, tentang seorang nenek yang sakit parah. Si nenek hanya mau dilayani oleh ibu saya. “Suster Maria…..” teriaknya setiap kali suster lain yang datang….
Si Nenek sudah pikun. Tidak ingat lagi bahwa dia sudah makan, tapi dia bilang belum dapat makanan. Sampai dia juga tidak bisa kontrol lagi tindakannya. Dia ambil kotoran bab (maaf…) nya, dan dia leper ke tembok. Suster Maria harus membersihkan tembok itu. Dan Suster Maria harus menghadapi kasur kosong keesokan hari tugasnya, sebagai tanda si nenek telah berpulang.

Perawat…. betapa mulia pekerjaan itu.
dan betapa perawat dituntut untuk bersabar….dan bersabar….

(Sumber berdasarkan berbagai media dan pendapat pribadi ** Imelda lagi serius nih hihihi)

2008/06/10-23:47 応募わずか115人=EPAの介護福祉士派遣-インドネシア   【ジャカルタ10日時事】日本とインドネシアとの経済連携協定(EPA)に基づく看護師・介護福祉士候補者派遣事業で、インドネシア保健省は10日、介護 福祉士の応募が115人にとどまったことを明らかにした。EPAでは初年度300人の受け入れを予定していたが、これを大幅に下回る結果となった。
保健省関係者によれば、応募が少なかった理由としては、インドネシアには介護福祉士の資格がなく、派遣対象は看護師とされたため、看護師協会が派遣に慎重な姿勢を示したことや、日本側の批准の遅れで十分な準備期間が取れなかったことが挙げられている。

Sepeda

11 Jun

Hari Minggu yang lalu, Riku pergi sama papanya beli sepeda. Sebetulnya sudah dari Minggu lalu mau beli, tapi karena sudah larut aku bilang mending kalau mau beli pagi-pagi. Pasti Riku mau latihan naik sepeda barunya kan. Meskipun sepedanya beroda 4. Kenapa dibilang Roda tiga ya? Kan di belakang memang ada satu yang besar dan dua tambahan yang kecil. Dua roda kecil ini bisa dicopot kalau dia sudah siap untuk main sepedanya. Dulu papanya tidak dibelikan sepeda oleh orangtuanya karena di Yokohama, jalanan banyak tanjakan. Amat sangat tidak praktis untuk sepeda. Lebih baik jalan kaki deh.

Bangga sekali Riku pulang, datangi aku…. “Mama mau liat?”. Of course!!. Aku sekalian bawa kunci sepedaku, karena mau coba apa Kai sudah bisa naik di keranjang depan atau belum. Ternyata bisa. Juga sekalian latihan naik sepeda dengan Kai di depan dan Riku di belakang. Smooth…asyikk jadi bisa pergi agak jauhan tanpa capek deh. Hmmm musim panas tahun ini bisa ajak kedua anakku cycling. Di dekat rumah juga ada Ice cream Baskin 31…. yummy. (lupa deh niatan diet hihihi)

Ingat sepeda, ingat peristiwa dulu, adikku Andy dibelikan sepeda oleh papa mama waktu dia kelas 1 atau dua SD. Belum sampai seminggu sepedanya hilang, dicuri orang waktu dia pergi ke rumah temannya Glenn. Ntah lupa dikunci atau dia pikir toh di dalam pekarangan rumah. Hmmm Jakarta emang pusatnya maling sih. Kasihan juga dia, trauma dan jadinya tidak punya sepeda sampai akhirnya dia harus pergi ke London sama papa dan mama. Yang lucu Aku bertemu dengan kakak perempuannya Glenn, Anna di Tokyo. Dan itu juga karena Anna nya tanya, kamu punya adik namanya Andy? …..What a small world!!

Sebetulnya kemarin aku mau ajak Riku bermain sepeda di Taman karena udara cerah sekali. Tapi paginya dia tidak mau ke TK. Aku juga lagi PMS jadi …berantemlah kita hihihi. Kesal sekali aku. Aku bilang “Tidak mau pergi? OK but NO TV, NO CYCLING, NO Chocolate, NOthing!!! Emang karena PMS juga jadi aku bawaan pengen nangis…inget ortu juga, kangen….

“Mama dulu waktu kecil tidak pernah melawan orang tua. Selalu bangun jam 5:30, mandi, makan, siap-siap dan jam 6:30 mama sudah tunggu jemputan di depan rumah. Jam 8 malam pasti tidur. Kenapa sekarang anak mama ngelawan gini ya?”

Yang sebetulnya membuat aku berpikir adalah pernyataan dia begini, “Mama, aku ngga perlu apa-apa. Aku hanya mau tinggal dengan mama, papa dan Kai. Bagiku keluarga yang terpenting.” Dia masih belum mengerti kenapa harus pergi sekolah……

“Riku terus tinggal di rumah sampai tua. Berarti papa harus bekerja terus sampai tua. Kalau papa dan mama mati, Riku bagaimana? tidak bisa bekerja, karena tidak sekolah. Mam mau Riku jadi orang kaya, jadi orang yang terpelajar. Mama dan papa sekarang bisa bekerja karena mama dan papa banyak belajar di sekolah. ” Untung saja dia tidak bilang …aku juga ikut mati, kalau papa dan mama mati.

Saking keselnya aku sempat keluar rumah, kunci pintu dengan maksud mau ke bawah liat komputer yang aku buang sudah diambil belum. Riku sangka aku pergi tak kembali. Dia nangis-nangis minta dibukain pintu. Sadis juga aku….. Begitu aku buka, dia bilang “Mama…untung mama pulang…aku kangen…. Maaf ya ma!” Padahal aku pergi cuman 3 menit!!! Salah juga aku selalu ancam dia kalau dia nakal aku bilang, “Riku sama Kai tinggal sama papa di yokhama aja, mama pulang ke jakarta ke tempat opa dan oma”. Jadi dia selalu takut kalau aku pergi sendiri. Gimana ya yang punya anak 3 laki-laki kayak mas NH? Ini baru Riku, gimana ntar kalau Kai gede? Sabaaaar, sabaaaarrrr….. Cuman bisa urut dada, urut kaki, urut tangan hihihi.

Tadinya aku pengen telepon ibu mertua juga. Mau tanya gimana sih hadapin anak laki yang ngga mau sekolah. Tapi aku batalkan …. kenapa? Papanya Riku anak kembar. Jadi dia selalu bersama adik kembarnya. Dimana ada dia, pasti ada adiknya. Pergi ke TK juga berdua. Jadi pasti menyenangkan pergi ke TK. Tidak bisa jadi contoh untuk Riku. Punya anak kembar itu memang repot sekali. Tapi mereka selalu ada teman …tidak pernah sendirian. Itu keuntungannya.

So kemarin aku tidak bisa posting, karena aku juga tidak nyalakan komputer. Solider sama Riku yang tidak menonton TV. Dan payahnya, kekesalan aku tidak hilang, bahkan nambah dengan macam-macam pikiran. Harga bensin sekarang sudah 170 yen, dari 150 yen. Dan baca di koran bulan Juli akan 180 yen… duhh gimana nih. Macam-macam yang dipikirkan, sampai aku tidak bisa tidur, dan mulai beres-beres rumah dari jam 2 sampai jam 5 pagi. Cuma sempat tidur 1 jam…

(kai sekarang suka merangkak kemana-mana dan main …. jilat Lego dan mainan yang ada. Untung dia tidak sampai jilat lantai….bantuin mama ngepel hihihi)