Jangan Berharap

29 Des

Hari Sabtu 27 Des yang lalu, langit cerah. Aku sudah bilang pada Riku bahwa kita akan ke gereja sore hari, dan pulangnya bersama papa. Jadi sekitar jam tiga mulai siap-siap dan berangkat seuluh menit sebelum jam 4. Misanya sendiri mulai jam 5. Tapi tunggu-punya tunggu, taksi tidak ada. Padahal dingin semakin menyengat. Untung saja sebelum kesabaran menunggu habis, dan setelah setengah jam menunggu, datanglah taksi. Entah kenapa perjalanan hari ini enjoyable. Riku sudah bisa dipercaya selama naik kereta bahkan dia selama misa sama sekali tidak ribut. Kai juga sama sekali tidak rewel dalam misa, sampai semua heran. Yang lucu Kai ikut menyanyi (ngedumel) waktu umat menyanyi. Ke dua anakku ini mungkin suka menyanyi ya …

gereja St Anselmo, Meguro, Tokyo. Komunitas Indonesia mengadakan misa setiap Sabtu pukul 17:00 di Kapel sebelah Altar.
Gereja St Anselmo, Meguro, Tokyo. Komunitas Indonesia mengadakan misa berbahasa Indonesia setiap Sabtu pukul 17:00 di Kapel sebelah Altar.

Kotbah pastor John Lelan SVD hari ini memberikan pesan yang sangat tajam, yaitu dalam berbuat baik, kita jangan berharap akan mendapat penghargaan (balasan) dari orang lain, bahkan juga penghargaan (balasan) dari Tuhan. Tapi perbuatan kita yang baik atau buruk itu hanya terjadi sekali saja, dan terus membekas, tidak bisa dihilangkan, hanya bisa diperbaiki dengan perbuatan lain. Karena itu sebelum bertindak berpikirlah. Diceritakan sebuah perumpamaan tentang seorang ibu dengan dua anak yang mempunyai sebuah apel. Si anak bungsu selalu egois dan mengambil apel itu. Lalu kata ibunya,

“Boleh kamu ambil apel itu tapi bagi pada kakakmu”
“Bagaimana saya harus membaginya?”
“Ya bagilah dengan persaudaraan” Tidak dikatakan persaudaraan itu apakah berarti harus membagi dua yang sama atau bagaimana. Si adik merasa sulit untuk membagi, maka ia memberikan apel itu kepada kakaknya supaya dibagi. Mungkin si adik berharap supaya kakaknya membagi dengan bagian yang besar untuk dia, tidak ada yang tahu. Tapi memang kita tidak perlu tahu. Karena “persaudaraan” menurut tiap orang juga lain-lain. Tetapi yang pasti kedua kakak beradik itu tetaplah bersaudara.

Apakah kita memberi dengan bersungut? ataukah kita menerima pemberian orang lain dengan bersungut? Atau kita memberi /menerima dengan senyuman? Itu memang pilihan kita tetapi yang pasti sikap kita itu akan membekas selamanya. Tidak bisa dihapus lagi. hmmm …

Sebagian dari umat yang biasanya mengikuti misa di Meguro, karena selain di Meguro, ada misa berbahasa Indonesia juga di Yotsuya setiap minggu pukul 13:30
Sebagian dari umat yang biasanya mengikuti misa di Meguro, karena selain di Meguro, ada misa berbahasa Indonesia juga di Yotsuya setiap minggu pukul 13:30

Sesudah misa, umat yang hadir berkumpul di ruang pertemuan dan masing-masing mengeluarkan bawaannya kemudian kita makan bersama (Imelda ngga bawa apa-apa sih… bawa dua anak aja udah berat hihii). Pesta Natal sederhana yang akhirnya berkelimpahan dengan makanan. Tante Kristin membuat sup kikil, lalu ada ikan rica, ada gado-gado, ada tempe mendoan (mbak Tati bilang begini… maaf ya saya bawa yang murah saja… doooh tempe adalah barang langka di Tokyo)…

Makanan Indonesia memang yang selalu dicari di perantauan
Makanan Indonesia memang yang selalu dicari di perantauan

Sekitar jam 8 malam, kita pulang dan Kai dan Riku langsung tidur dalam perjalananan. Semoga aku bisa ke misa lagi tanggal 3 Januari yad.

(Si Kai juga senang bisa meraih kue lapis surabaya hehhehe)

Bawa daku pergi – 9th anniversary

26 Des

Bawa daku pergi, saat kau kembali
Bawa daku pergi bersamamu
Mengapa aku terlena, saat kau pergi
Kubuat kau kecewa, tak terulang lagi
Tiada lagi yang kupinta, hanya ada cinta
Tiada kataku berguna, hanya ada cinta
Mengapa kau diam saja, ku tak berdaya
Maafkanlah semua, akupun percaya
Hanya kau yang aku suka, jika ada cinta
Hanya kau yang aku minta, jika ada cinta
Reff.:
Bawa daku pergi saat kau kembali
Bawa daku pergi bersamamu oh, kasih
Jangan ragu padaku … lagi
Aku rindu oh, kasih

Sebuah lagu dari Ruth Sahanaya yang saya pakai sebagai lagu pengantar kedua mempelai masuk ke ruangan resepsi di Ruang Suiho-Hotel New Otani, 9 tahun yang lalu.

Gen Miyashita & Imelda Emma Veronica Coutrier

Minggu, 26 Desember 1999

pukul 10:00 pagi ~12:00

Kultur Heim, Sophia University Yotsuya Tokyo

:::::::::::::::::::::::::::::::::

28 Agustus 1999, Hadir dalam pernikahan adik saya Novita, sekaligus mempertemukan kedua orang tua pertama kali dan menyusun rencana untuk mengadakan upacara pernikahan bulan Desember. Tidak ada upacara pertunangan, atau mas kawin 結納(ゆいのう). Karena kebetulan dalam upacara Novita itu kami memakai kebaya jadi sekaligus saja ambil foto di studio.

bagaimana? sudah seperti orang jawa? hehehe

Cerita lengkap….. (tapi saya wanti-wanti bahwa panjang sekali)

Continue reading

Ho ho ho … Merry Christmas

26 Des

Saya mengucapkan Selamat Natal pada semua teman-teman yang merayakannya.

Tanggal 25 pagi, aku bangun jam 6 pagi (padahal bobo cuman berapa jam tuh? 3 jam?) Dan membersihkan rumah. Baru aku lihat ternyata satu ekor ayam panggang kemarin malam ludes habis dimakan Gen …whooaaaa… seneng juga sih, daripada nyisa. Memang ku tidak sediakan nasi, jadi musti makan pakai roti atau macaroni…dasar Gen perut Jawa eh Japan hahahhaa.. kurang kenyang tanpa makan nasi. Tapi berhubung aku udah ketiduran sebelum dia selesai makan, ngga mau sengaja nyari nasi (padahal ada nasi loh di rice cooker… suamiku ini kalo ngga disediakan di depan matanya, ngga mau ambil sendiri sih hihihi).

Buang sampah-sampah, aku mandi dan siap-siap untuk ke gereja. Sebetulnya hari ini tanggal 25 itu bukan hari libur di Jepang, tapi karena dia ada jatah untuk libur satu hari pada hari biasa sebagai ganti lembur, maka aku minta dia untuk ambil libur pas tanggal 25. Aku mau ke gereja!. Padahal Riku harus ke TK, ada acara penutupan semester yang hanya sampai jam 10:30. Sedangkan misa yang mau aku ikuti itu mulai jam 10:30. Jadi harus ada yang jemput Riku.

Pagi-pagi sebelum ke TK, Riku sempat membuka kado natalnya yang ditaruh di bawah pohon. Dia senang sekali mendapat monster-moster kelengkapan dari boneka ultramannya.

Jam 9 lewat sedikit aku antar Riku ke TK naik sepeda, kembalikan sepeda ke parkiran di apartemenku lalu langsung pergi ke Kichijoji naik bus. Gereja yang aku tuju adalah Gereja Kichijoji yang dikelola ordo SVD. Dekat dari rumah hanya 20 menit naik bus, tapi memang sulit untuk kemana-mana membawa 2 orang balita sendirian. Jadi aku menikmati sekali perjalanan untuk mengikuti misa pagi ini. Belum juga jam 10 pagi, aku sudha sampai di Kichijoji. Berjalan di bawah bayangan gedung menuju ke gereja sempat membuatku menggigil. Sebelum masuk gereja, kami dibagikan fotocopy keterangan kolekte tahun ini yang terkumpul akan disalurkan ke mana saja. Terutama untuk anak-anak di Rwanda, dan negara-negara Africa.

Gereja pagi itu penuh, tapi 90% dari umat yang datang adalah kaum lansia, atau ibu muda dengan anak. Jarang sekali melihat laki-laki muda. Ada seorang seorang laki-laki bule yang menggendong anak bayi dan menggandeng anak balita waktu menyambut komuni. Ya, semua laki-laki/perempuan muda sedang bekerja di kantor saat itu, termasuk juga Melati san yang sebetulnya ingin sekali mengikuti misa.

Sebetulnya aku tidak begitu suka ikut misa berbahasa Jepang. Bukan karena faktor bahasa… tapi lebih ke faktor pendukungnya, yaitu lagu-lagu. Bayangkan di hari Natal, lagu Natal yang dinyanyikan “hanya” しずけきまよなか (Silent Night) di awal misa dan もろびとこぞりて (Joy to the World). Lagu-lagu misanya ngantukin… gregorian semua… huh. mbok yang genki (semangat) dikit nape sih.

Setelah selesai misa, aku melihat sosok orang Indonesia di depan gereja. Langsung saja saya sapa, “Pastor ya?. Saya memang tahu ada seorang pastor dari Indonesia (asal Timor) yang sedang bertugas di sini. Beliau juga melayani misa di komunitas katolik Meguro, tapi selama ini saya belum sempat bertemu. Beliau senang sekali disapa dalam bahasa Indonesia, tapi masih bingung kelihatannya. Lalu saya dalam bahasa Indonesia menceritakan bahwa saya tahu Pastor John Lelan ini dari ibu Kristin dan bla bla bla. Rupanya pastor menyangka saya orang Jepang yang bisa berbahasa Indonesia. Kemudian pastor bilang, “Ibu mari kita makan  siang sama-sama” Wah pastor ngajak nge -date nih hihihi. Dan memang kepada semua orang, Pastor bercanda berkata, “Kenalkan ini kanojo (pacar) , dia pintar bahasa Jepang”. Lalu saya bilang pada pastor, “Jangan begitu pastor, nanti semua orang pikir benar bagaimana?”. Justru katanya biar mereka tidak bertanya-tanya kok pastor muda pergi berduaan dengan perempuan, lebih baik dikenalkan begitu. Lagipula mereka kan tahu saya bercanda…. Hmmm orang Jepang memang sulit untuk bercanda.

bersama pastor John Lelan,SVD dan seorang umat di Kichijoji church

::::::::::::::::

Alhasil, saya pergi deh ke sebuah restoran Unagi (rupanya kesukaan pastor John adalah unagi –belut–) untuk makan siang bersama Pastor John, sambil cerita-cerita masa lalu. Tentang meninggalnya pastor Norbert, kabar dari frater Ardi yang sedang belajar di Nagoya sekarang dan katanya tahun depan akan ditahbis (kangen juga sama frater muda yang takut pada orang mati itu hihihi). Lalu mengenai jumlah umat di paroki Kichijoji yang berjumlah 5000 orang (lumayan besar ya). Dan ngga boleh lupa diceritakan bahwa pastor tidak menyangka bahwa saya sudah berumur 40 tahun, lebih tua 5 tahun dari beliau hahahahha ( biar narsisnya keluar kan…. dia sangka aku baru lulus dari universitas …. doooh hiperbolis sekali deh)

Sambil cerita-cerita begitu, tahu-tahu ada sekelompok ibu-ibu 8 orang masuk …wah rupanya umatnya dari gereja yang juga mau makan siang di situ. Terpaksa deh setelah makan kita aisatsu (mengucapkan salam dulu) kepada ibu-ibu ini, sambil berjanji saya akan sering ke gereja Kichijoji…. semoga. Dengan tahun depan Riku masuk SD, dia bisa mengikuti sekolah minggu setiap Minggu jam 9 pagi. Dan aku juga berjanji untuk mengusahakan pergi ke misa Natal tgl 27 nanti di gereja Meguro yang akan dipimpin oleh Pastor John untuk komunitas orang Indonesia Meguro.

Pulang, aku naik bus dari stasiun Kichijoji, dan ternyata aku ketiduran dalam bus. Waktu bangun sudah lewat halte dekat rumah, tempat yang seharusnya aku turun. Jadi aku sengaja turun di halte berikut yang memang harus jalan sekitar 10 menit sambil melewati ladang-ladang dan Rumah Sakit Koperasi tempat kami selalu pergi. Ada yang berjualan sayur dalam locker di situ, jadi saya beli wortel dan bayam sebelum pulang. Sambil menikmati jalan santai aku pikir begitu pulang aku mau masak Kare untuk Gen dan Riku, sedangkan sebagian dagingnya mau aku kasih bumbu soto madura…kepengen makan soto nih setelah makan masakan eropa semua hehehhe.

well aku berterima kasih pada Gen, yang membiarkan aku pergi ke gereja sendiri, dan dia yang baby sit anak-anak di rumah. Waktu aku pulang, Gen sedang membersihkan akuariumnya, Riku sedang bermain dan Kai … sedang minum susu sendiri (tak lama dia tidur sore sampai berjam-jam… kelihatannya dia capek sisa kemarin … dia sama sekali tidak tidur siang kemarin). Imelda? aku pasang YM dan mendengarkan curhat yuki san yang minta advis untuk sekolahnya, bingung antara arsitek, HI atau sastra Jepang. Hmmm pergunakanlah kesempatan yang ada, jangan cari yang tidak ada. Kadang kita memang harus mengalah untuk mencapai cita-cita. Waktu masih banyak untuk orang seusia dia… 19 tahun…

Akhir-akhir ini Riku senang menggambar, dan tadi malam tiba-tiba dia bilang begini, “Mama ini memang bukan asli, hanya dari kertas, tapi ini bunga untuk mama sebagai hadiah Natal……” hiks aku benar-benar terharu sampai mengeluarkan air mata. Sebelahnya adalah kado natal dia untuk papanya, yang dia berikan sembunyi-sembunyi…. ya sebuah rokok… dia tahu aku akan marah hahahaa.

Menjelang Natal

26 Des

Karena sudah ditunda beberapa kali, pertemuan benkyoukai (kelompok belajar) 4-perempuan aku putuskan laksanakan di rumahku tanggal 24 Desember, sekaligus merayakan Natal. Jadi mulai jam 1 pagi aku masak-masak deh. Kenapa jam 1? Ya karena jam segitu semua sudah tidur sehingga aku bisa kerja dengan leluasa. Mulai dengan mengadon macaroni schotel. Jadinya dua loyang, dan bergiliran masuk oven. Sementara bakar macaroni, aku membuat pudding dan sausnya. Setelah selesai, dan loyang kedua sedang di oven, aku aduk adonan untuk membuat kue. Perkiraan aku begitu loyang macaroni yang ke dua selesai, kue bisa langsung masuk oven. Dan… tepat perhitungan aku. Sambil menunggu kue, aku potong-potong wortel, ketimun dan apel untuk salada. Lihat jam …sudah jam 5 pagi. Mau tidur tanggung karena Gen minta dibangunkan jam 5:30. Jadi deh aku tidak tidur ….

Time to clean the room. Sambil aku bersihkan rumah, buat sarapan untuk anak-anak. Waktu aku mau pasang taplak meja, aku tanya Riku taruh kain yang mana yang bagus untuk table center. Ada dua pilihan kain panjang berwarna merah. Dan u know what he said? “Tumpuk aja dua-duanya ma, pasti bagus deh…” Well…. bener bagus… Aku sampai terheran-heran. Kok aku tidak ada ide untuk menumpuknya ….apa otakku sudah tumpul hari itu karena tidak tidur. Tapi sebetulnya tidak hanya kali ini aku minta pendapat Riku. Kadang aku tanya dia, mama bagus pakai baju yang mana, yang A atau yang B, atau, anting-antingnya bagus yang mana? Dan biasanya dia pilih yang memang sebetulnya merupakan pilihanku. Nah yang juga sering aku minta bantuan adalah menaikkan rits baju di belakang….abis kalau suami ngga ada ya akhirnya minta tolong ke anak aja kan hihihi…. Gawat nih, Riku sudah seperti boyfriendku saja hahahaha.

Sekitar 11:30 tamu yang ditunggu datang. Wah dasar semua sudah orang Jepang, meskipun sudah diwanti-wanti ngga usah bawa apa-apa, tapi tidak bisa tebura (tangan kosong) untuk bertamu ke rumah orang…pasti harus bawa sesuatu. Dan dari ibu-ibu ini, Riku dibawakan kue ice cream dari Baskin Robbins (31). yummy …

Sambil makan, Mbak Ilma memonitor anaknya yang SD sudah pulang atau belum. Tini dan mbak Linda berapi-api membicarakan ttg bahasa Indonesia dan pengajaran bahasa Indonesia di universitas di Jepang. Termasuk membicarakan kata-kata baru yang aneh yang timbul di Indonesia. Ya, kami adalah 4 perempuan yang dosen/guru bahasa Indonesia yang mengajar di berbagai universitas/sekolah di Tokyo dan sekitarnya, yang sedang berusaha memperbaiki metode pengajaran bahasa Indonesia. Kami bertemu sebulan sekali (semacam arisan lah) untuk saling tukar informasi, dan mungkin kelak bisa membuat suatu pedoman/buku mengenai bahasa Indoensia berdasarkan pengalaman kami mengajar yang bertahun-tahun itu.

Memang sulit menyatukan pendapat, tapi yang sulit lagi mengatur waktu untuk bertemu karena masing-masing punya kegiatan sendiri. Dan karena aku ada Kai dan Riku yang masih TK, kebanyakan bertemu di rumah saya. Semoga saja kegiatan ini bisa langgeng terus.

Sebagai dessert saya keluarkan black forrest buatanku, juga pudding coklat. Daaaaan Kai sangat menikmati kue buatan saya ini. Lihat saja dia colek krimnya dari ketinggian dia berdiri. Sejak dia bisa berdiri dan berjalan, dia selalu berusaha mengambil apa saja yang ada di atas meja. Hari ini juga tumben dia suka sekali makan ayam. Baru pertama kali saya lihat dia makan ayam bertulang (bagian sayap bawah) yang dia makan dagingnya sampai bersih dan meninggalkan tulangnya. Hebat… dia sudah tahu bahwa tulang tak bisa dimakan. Boleh dibilang dia bisa enjoy sendiri dan tidak rewel sama sekali siang itu, sehingga mamanya bisa puas ngerumpi hehehe.

Setelah tamu-tamu pulang, aku bereskan piring-piring kotor dan mulai membumbui lagi ayam panggang untuk malam harinya. Mungkin karena terlalu exciting Kai hari ini tidak tidur siang sama sekali. Padahal mamanya ingin sekali istirahat. Mana Gen pulang jam 9 malam karena dia bilang mau cari kado natal dulu buat Kai (sebuah telepon mainan dengan karakter Mickey… Entah kenapa Kai sukaaaa sekali sama Mickey. mungkin Mickey adalah karakter pertama yang dia kenal ya?) Kalau kado natal untuk Riku sih memang sudah kita beli di Carrefour kemarin. Dengan mengantuk aku temani Gen makan sambil minum wine. Ngga ada lagi deh candle dinner, udah keburu capek. Dan sekitar jam 10 aku ngga tahan lagi, jadi tidur duluan. (Meskipun jam 1 malam akhirnya terbangun juga sih)

Selamat Ulang Tahun Kaisar

23 Des

Kaisar Jepang yang sekarang pada tanggal 23 Desember berulang tahun yang ke 75. Dan sejak 20 tahun lalu, sejak diangkat menjadi Tenno (Kaisar) Heisei, tanggal 23 Desember yang merupakan hari kelahirannya menjadi hari libur nasional di Jepang. (Yang pasti hari kelahiran Nabi Isa Almasih tidak menjadi hari libur di Jepang).

Biasanya memang banyak orang yang lalu berkunjung ke Istana Kaisar, untuk paling sedikit menulis di buku tamu dan melihat (dari jauh) Kaisar yang keluar untuk melambaikan tangan dan menyampaikan pesan Ulang Tahunnya. Tapi saya sih daripada jauh-jauh berdesak-desakan di sana, mendingan menghangatkan diri di rumah saja.

Pagi-pagi seperti biasa, anak-anakku bangun dan mulai berantakin rumah (yang memang berantakan terus). Kemudian aku pikir, ah…mau buat kue kering ah… siapa tahu bisa disuguhin ke tamu. Biar Riku dan Kai yang mencetak. Jadi aku buat adonannya, dan setelah siap aku kasih satu loyang itu ke Riku…terserah dia mau buat bentuk apa.  Hasilnya? Lumayan deh …sampai malam tinggal 2 biji hihihi.

Tapi karena sebetulnya dari hari Senin kami berencana untuk makan siang, lunch di sebuah restoran Italia di Saitama, karena di sana bekerja seorang mahasiswa dari universitasnya Gen. Sudah lama kita tidak makan di luar di tempat yang “layak” jadi kita rencanakan untuk merayakan ultah Kaisar (ngga nyambung deh kayaknya heheheh) di sana.

Tapi karena suamiku itu ketiduran, jadi kita lunchnya jam 2 siang. Bermobil ke Saitamanya sendiri makan waktu 1 jam, karena lalu lintas agak padat. Biasanya Riku duduk di depan samping supir, tapi kali ini dia ingin duduk di belakang bersama Kai. Wahhh sudah lama sekali aku tidak duduk samping pak supir yang mengendarai kuda mobil. Ada mungkin 5 tahun …. no …6 tahun karena sejak Riku lahir aku selalu duduk di belakang dan Gen menjadi supir sendiri di depan. Lihat deh dua anak tidur di belakang hehehhe.

Restorannya sendiri sih biasa-biasa aja menurut aku (padahal Gen bilang masakannya uenaaak banget heheh). Tamunya jam segitu cuma kita berempat. Memang mustinya kalau ke restoran begini malam hari, tapi harus berani membayar mahal. Restoran di Jepang biasanya membedakan harga makanan pada siang hari dan malam hari. Siang hari disajikan menu khusus pilihan seharga 800-1500 yen, sedangkan jika malam hari satu orang minimum mengeluarkan 3000 yen.

(Riku kasih suap Kai — Minum wine siang hari…. Gen musti nyetir sih jadi ngga bisa minum… foto diambil Riku)

Selesai makan, aku ingat bahwa di Saitama ada Carrefour. Toko skala besar ini setahuku hanya ada di 2 tempat yaitu Saitama dan Chiba (seperti Tangerang dan Bekasinya Jakarta deh hehheeh) , mungkin karena faktor lahan yang amat sangat mahal di dalam kota Tokyo. Karena aku memang harus belanja untuk persiapan Natal, tahun baru (bayangin musti sediakan makan untuk 3 anak laki-laki selama seminggu lebih —karena libur — 3 kali sehari…pusing deh)

Eh ternyata ciri khas Carrefour yaitu tangga ban berjalan dengan kereta dorong khususnya juga ada di sini. Dan luasnya kira-kira sama dengan Carrefour di Jakarta. Dan Gen dengan baiknya membiarkan Imelda berbelanja sendirian, sementara dia temani Kai dan Riku di pojok permainan. (Riku memohon-mohon dibelikan macam-macam hehhehe)

Di dalam carrefour ada promosi jenis jenis coklat yang berlambang “Paman Karl”, dan ada manusia boneka (apa sih sebutannya ini —orang yang memakai pakaian karakter tertentu?). Jadi Riku disuruh berpose oleh papanya di sebelah boneka itu. Biasa deh, Riku selalu malu untuk sendirian, jadi mamanya harus temani.

Sesudah ngamuk belanjanya menuju ke tempat parkir, lihat jam eeeh ternyata sudah jam 6 sore…. Jadi sambil menuju arah pulang cari makan malam deh…asyikkkkk satu hari ini aku ngga usah masak (tapi aku begadang masak untuk malam natal dan untung tadi sempat tidur di mobil heheheh)

Hari Ibu – sebuah pemikiran

23 Des

Menyambut Hari Ibu di Indonesia, tanggal 22 Desember, banyak blogger yang sudah menuliskan tentang ibunya masing-masing, atau tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang ibu. Kelihatannya saya terlambat menulis tentang Ibu… karena sebetulnya sejak dulu, saya tidak pernah antusias dengan Hari Ibu-nya Indonesia. Kenapa harus tanggal 22 Desember sih sebagai hari Ibu? Hanya karena ada latar sejarah dari Kongres WANITA (bukan ibu-ibu meskipun mungkin statusnya sebagai ibu?) Sedangkan hampir semua negara di seluruh dunia merayakannya di minggu kedua bulan Mei, dengan nama MOTHERS Day. Betapa rancunya kata bahasa Indonesia karena Ibu dalam bahasa Indonesia bisa berarti Mother tapi juga bisa berarti Mrs. Bahkan sekarang semua wanita dewasa baik menikah maupun tidak, dipanggil IBU.

Sejarah Hari Ibu : Pada tahun 1928, bertepatan dengan tahun diadakannya Kongres Pemuda, organisasi-organisasi wanita saat itu ndak mau kalah. Mereka bikin kongres juga di Yogyakarta. Pada tanggal 22-25 Desember 1928 kongres wanita pertama diadakan, yang kini dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia (KOWANI). Saat itu ada 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatra yang ikut serta. Mereka saat itu berkumpul untuk mempersatukan organisasi-organisasi wanita ke dalam satu wadah demi mencapai kesatuan gerak perjuangan untuk kemajuan wanita bersama dengan pria dalam mewujudkan Indonesia merdeka.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu ditetapkan pada Kongres Wanita ke-3 yang diadakan di Bandung pada tanggal 22 Desember 1938. Penetapan tanggal ini bertujuan untuk menjaga semangat kebangkitan wanita Indonesia secara terorganisasi dan bergerak sejajar dengan kaum pria. Kemudian Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959 yang menyatakan, tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.

Seakan-akan saya kok SINIS dengan hari Ibu ya? Sebetulnya ya nggak sinis juga, cuma saya tidak suka sesuatu yang tidak seimbang. Kalau ada Hari Ibu di Indonesia, semestinya ada Hari Ayah… persis seperti status YM seorang teman saya, Yessy dengan tulisan, waktu dia telepon Ibunya mengucapkan selamat, Ayahnya bertanya kapan dia di”selamat”kan (gitu kan yess?)

Seperti sudah pernah saya bahas juga di blog ini, di Jepang ada hari Ibu, ada hari Ayah (secara Internasional), dan ada juga hari WANITA, ada hari Istri, ada hari Anak dsb dsb. Di Jepang peringatan untuk makhluk hidup berjenis kelamin perempuan itu saja ada 3, Ibu, Wanita dan Istri (padahal ada juga hari Office Lady ,yaitu perempuan yang bekerja di kantoran). So? Saya sendiri, secara pribadi, lebih memilih merayakan Hari Ibu mengikuti internasional, yaitu minggu ke dua bulan Mei, karena kebetulan Ibu saya berulang tahun dekat dengan hari Ibu. Meskipun saya merasa bahwa rasa “terima kasih pada seorang ibu” tidak bisa hanya dituangkan dalam satu hari, hanya dengan membiarkan seorang ibu yang biasanya sibuk…untuk beristirahat di Hari ibu dan leyeh-leyeh saja, tidak cukup hanya dengan menelepon “Ma, selamat Hari Ibu ya…”, atau ditambah mengirim bunga carnation padanya. Semestinya setiap hari kita mempunyai rasa terima kasih pada seorang Ibu, yang sudah mempertaruhkan nyawanya demi anak-anaknya, pada waktu melahirkan. Setiap HARI! namun… kita pasti lupa…. Karena itu perlu dicanangkan suatu hari sebagai Hari Ibu. Hmmm.

But anyway saya merasa senang dan heran … karena saya menerima ucapan hari ibu khusus dari beberapa teman blogger. Sebuah email dari Japra… yang selalu memanggil saya dengan Okaasan (Ibu-bahasa Jepang) dan dari Yoga dengan SMS khususnya.  Begitu saya buka YM, langsung muncul 2 windows dari my sis jeunglala dan bang Hery yang mengucapkan selamat Hari Ibu… Beberapa hari yang lalu, saya juga mendapat some kind of award for mother dari Reti. Terima kasih juga untuk ucapan-ucapan dari teman-teman yang lain yang tersebar di komentar-komentar.

Ibuku adalah….

–Elizabeth Maria Mutter–

Seorang ibu yang tidak sempurna, tapi selalu berusaha untuk menjadi sempurna bagi anak-anaknya. Bagaimana dia mau sempurna, sedangkan kasih seorang ibu yang seharusnya dia rasakan dan alami, pada usia 4 tahun sudah dipanggil menghadap Tuhan?

Seorang ibu yang selalu mengingatkan bahwa sebagai perempuan harus bisa apa saja …. semua harus bisa dilakukan sendiri, dan bahkan harus bisa menjadi penopang rumah tangga seandainya terjadi apa-apa. Dia memang super woman! Waktu saya kecil, saya tidak pernah melihat dia tidur di tempat tidur. Bayanganku, seorang ibu memang harusnya tidur di kursi sambil menonton TV.

Seorang ibu yang senantiasa mengingatkan bahwa wanita harus berpendidikan tinggi dan jangan mau dikibuli laki-laki, padahal dia hanyalah lulusan SMP dan pernah sebentar kursus keperawatan. Tapi selalu belajar dan belajar dan mengikuti kursus ini itu sebelum menikah. Dan setelah menikah, dia harus mengorbankan pekerjaannya, lingkungannya untuk menjadi ibu rumah tangga full-time. Demi kelahiran seorang anak pertama yang bernama Imelda ini….

Seorang ibu yang selalu menceritakan isi hatinya pada anak sulungnya mengenai dirinya, dan hubungan dengan mertua yang tidak harmonis, tetapi si anak sulung tidak pernah bisa bercerita pada ibunya tentang masalah-masalahnya. Karena si kambing gunung ini memang selalu mencari jalannya sendiri… (Maafkan aku mama, aku tidak mau menambah beban pikiran mama. Mama pikirin papa, dan adik-adik saja ya…)

Seorang ibu yang…. ah memang tak ada kata yang tepat untukmu mama…. selain bahwa aku amat sangat bersyukur, lahir ke dunia ini sebagai anakmu. Mama tahu kan, aku tidak bisa ungkapkan semua perasaanku ini dengan kata-kata? Karena airmata akan berbicara dulu…

Jadi? apa yang mau aku bilang?
Pada masa ini aku rindu begadang bersama selama 3 hari menjelang Natal untuk membuat Nastar, Kaatengels, Black Forrest, Puding Coklat, Sup Kacang Merah, Hosaren Sla, Macaroni Schotel, Pastel tutup dll. Mengeluarkan 100 lembar piring, gelas, sendok garpu dari lemari dan mengaturnya di meja makan untuk menyambut tamu yang datang. (Aku masih ingat ma, aku memecahkan bowl ceramic mahal hadiah perkawinan dari kantor Shell, dan kamu tidak marah). Aku rindu mendengarkan omelan papa padamu, yang menyuruh cepat siap-siap untuk menyambut tamu karena sampai saat terakhir kamu masih pakai daster yang basah kuyup oleh keringat. Dan setelah pesta, kita berdua terkantuk-kantuk membereskan peralatan pesta …yang bisa selesai hanya dalam beberapa jam padahal persiapannya berhari-hari. Dan Ma… masih terngiang di telingaku, pada saat keberangkatanku ke Jepang kamu berkata, “Sekarang siapa yang akan bantu mama mempersiapkan pesta?”……

So, selamat beristirahat dari wara-wiri mempersiapkan pesta Natal tahun ini, dan please enjoy bersama kakak laki-laki satu-satunya (yang masih hidup…. pemimpin Clan Mutter) di Bogor dalam pertemuan keluarga Mutter. Jangan makan yang berkolesterol dan jangan terlalu capek ya…. (Well “I wont be home for christmas” instead of “I’ll be home for christmas” hanya hatiku yang akan terus bersama keluarga di sana)

Bila kuingat lelah

Ayah Bunda…Bunda piara piara akan daku

sehingga aku besarlah…


Waktu kukecil hidupku

amatlah senang

senang dipangku dipangku dipeluknya

serta dicium dicium dimanjanya

namanya kesayangan….

Kaleidoscope

22 Des

Saya diberi tugas oleh Bang Hery untuk membahas tentang kaleidoscope. Setelah saya cari dalam google versi jepang, saya mendapatkan keterangan ini.

Kaleidoscope berasal dari bahasa Yunani yang merupakan paduan kata [Kalos] yang berarti indah, [eidos] berarti corak dan [scope] berarti melihat. Jadi kaleidoscope sendiri merupakan sebuah alat semacam teropong yang didalamnya terdiri dari 3 lembar lempengan kaca yang diberi sekat, dan di bagian dalam diberi kepingan kaca atau kertas warna warni sehingga bisa memantulkan sesuatu corak yang berwarna-warni. Kita bisa melihat langsung ke dalam teropong tersebut atau memantulkannya ke dinding. Seni ini sangat terkenal di Jepang, sehingga kalau Anda pergi ke toko cendera mata, pasti akan menemukan tabung dengan lapisan kertas Jepang, dan jika Anda melihat lewat lubang kaca yang ada di ujungnya, bisa melihat corak warna yang bisa berubah jika tabung itu diputar.

Ya! itulah kaleidoskop (bahasa Jepangnya Bankakyou) . Arti sesungguhnya melihat corak yang indah…. sampai ada museum di Kobe bernama Kobe Kitano Kaleidoscope yang menyuguhkan keindahan kaleidoscope dalam berbagai jenis warna dan corak. Lihat slogannya, Healing and Relaxing Time with Beautiful View in a Small Hole.

Tapi di penghujung tahun biasanya memang ada acara di televisi/media lain di Indonesia yang menyajikan suatu rangkaian kejadian yang terjadi dalam satu tahun sebagai kilas balik, dan dinamakan Kaleidoscope. Tapi karena isinya bermacam-macam kejadian, dan termasuk juga kejadian buruk, mestinya tidak cocok ya dinamakan kaleidoscope. Semestinya diberi nama kilas balik saja… atau perenungan. Siapa yang mau usul?

Hei boy... what are you thinking about? Live? or enjoying the scenery or thinking of you Mother?
Hei boy... what are you thinking about? Live? or enjoying the scenery or thinking of you Mother?(Riku @ Okinawa)

:::::::::::::::::::::::

Saya sebetulnya ingin sekali membuat kaleidoscope eh kilas balik saya di tahun 2008. Tapi karena tidak ada waktu, saya ingin membuat sebuah “CHILDLENS”. Apa yang dilihat seorang anak melalui lensa kamera. Terinspirasi dari sebuah buku dengan judul sama, yang saya baca di Sendai. Seorang anak diberikan kamera dan bebas mengambil foto apa saja. Dalam buku itu ada foto tatami, ada foto kamar, atau mainannya, dan ada foto ibunya sedang berganti baju. Sebagai pengganti Kaleidoscope saya, saya ingin mengetengahkan childlens Riku yang membawa kamera waktu dia pergi ke Okinawa musim panas lalu. Saya pilihkan beberapa foto dia yang layak menurut kacamata orang dewasa.

Bagaimana? Apakah Anda terhibur dengan hasil potret Riku?

Waktu kecil dan pertama kali saya kasih Riku pegang/potret dengan camera digital, papanya bersungut-sungut. Katanya,”Anak-anak dikasih kamera, nanti kalau rusak bagaimana?” Tapi saya bilang, asal kita kasih tahu tidak boleh begini begitu kan pasti bisa. Kalau rusak ya itu resiko. Sama halnya waktu Riku sudah mulai mengerti dan menggeratak apa saja, saya bilang, “Jangan pegang pisau. Pisau itu bisa membuat berdarah, dan sakit. Tapi kalau Riku mau sakit, silakan!. Riku mau sakit?”….. Tentu saja dia bilang tidak. Dan sejak saat itu biarpun ada pisau di atas meja, dia tidak akan pernah ambil atau bermain. Malahan dia bilang, “Mama ini pisau. Bahaya loh!”….

Biarkan anak-anak bermain dan berkembang dan juga merasakan kenyataan yang mungkin tidak bagus, sejauh resiko itu masih rendah. (Tentu saja saya tidak akan biarkan dia berjalan sendirian di jalan besar waktu itu kan, karena semua juga ada waktunya. Lihat-lihat kondisinya lah….)

Maaf dan terima kasih

19 Des

Pagi ini aku mendengar lagi kata itu… Maaf dan terima kasih

Kereta Odakyu line yang aku tumpangi dari stasiun Shimokitazawa, berhenti agak lama di stasiun berikutnya,  Seijougakuen Mae. Wah pasti ada sesuatu. Dan kulihat ada petugas yang berlari ke arah gerbong belakang (saya di gerbong agak depan). Dan tak lama ada pengumuman begini;

“Kami mohon maaf penumpang yang terhormat, ada seorang penumpang yang jatuh sakit, dan sedang ditangani. Mohon tunggu sebentar.” (Pengumuman dari luar kereta)

Setelah 2 menit, kondektur memberikan pengumuman:

“Kita sebentar lagi berangkat. Ada penumpang yang tiba-tiba jatuh sakit, sehingga perlu ditangani. Kami mohon maaf atas keterlambatan kereta ini. Kita berhenti di stasiun ini selama 4 menit.
Pintu akan menutup, penumpang yang berdiri dekat pintu harap hati-hati”

—-jreng pintu menutup —- aku pikir baik ya orang Jepang kasih tahu dulu sebelum pintu menutup. Karena dulu waktu saya naik kereta di Italia bersama adik-adik, ingat sekali pintu menutup tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan atau nada peluit buzzer apa saja deh. Dan menutupnya jeblak banget sampai kami kaget. Kalau terjepit lumayan sakit mustinya tuh….

Kereta mulai jalan…
“Stasiun selanjutnya adalah Noborito. Kami mohon maaf atas keterlambatan yang disebabkan oleh penumpang yang sakit. Kami juga berterima kasih pada penumpang sekitarnya yang membantu dalam menangani penumpang tersebut. Sebentar lagi kita sampai di Stasiun Noborito.”

Hmmm …. kondektur itu mengucapkan terima kasih atas nama si sakit, kepada penumpang lainnya. Itu karena,  penumpang yang sakit itu adalah tanggung jawab perusahaan kereta. Jadi dnegan menerima bantuan dari penumpang lain, perusahaan itu tertolong. Ini memang sistem “kerangka” 枠組みdi Jepang. Kamu adalah anggota sebuah kelompok, jika terjadi sesuatu pada kamu, maka kelompok itu akan bertanggung jawab, baik itu mengucapkan Maaf atau terima kasih. Kamu tidak akan menjadi individu sendiri di Jepang. Meskipun kadang keadaan itu menghambat perkembangan diri (karena sulit untuk menjadi yang “terdepan”. Tatanan masyarakat ini memang unik dan jarang terdapat di Indoensia. Yang ada di Indonesia, si A bersalah, maka kelompok yang beranggotakan si A malah berlomba mengatakan “itu bukan pernyataan kami”, atau “Si A bukan anggota resmi kami”…. bla bla bla…apa saja yang bersifat mengelak tanggung jawab. Kapan ada si A salah, satu kelompok akan minta maaf?????????? Kalau di Jepang, pertama kali itu yang dilakukan. Minta maaf baru kemudian menjelaskan duduk perkaranya.

Hmmmm 4 menit terlambat. Saya rasa bisa saja 4 menit itu dikejar, meskipun tidak untuk pencapaian jadwal di stasiun-stasiun berikutnya, tapi untuk tujuan akhir bisa ditepatkan pada jadwalnya.

Dan satu lagi yang membuat saya berpikir adalah pengumuman yang terdengar di telinga saya waktu kereta berhenti di stasiun berikut Noborito.

“Ada penumpang yang sakit di stasiun sebelum ini, Kami mohon jika ada penumpang yang merasa tidak enak badan, agar sesegera mungkin お早めに memberitahukan pada kami”

Mungkin dengan mendengar pernyataan ini Melati san akan bilang, “Ahh itu karena perusahaan tidak mau dirugikan lagi, jadi cepat-cepat kasih tahu dong! — ya mungkin ada negatif thinking seperti itu. Tapi didengar dari sudut si calon sakit, pernyataan itu menguatkan. Jadi kalau sakit tidak usah ditahan-tahan loh…  Ahhhh diingatkan lagi… Memang Jepang terlalu melindungi warganya. overprotection. Kahogo 過保護。Banyak contoh-contoh overprotection ini, tapi untuk posting ini sekian dulu. Terima kasih!

Odakyu Line
Odakyu Line

Aku Melangkah (Lagi)

18 Des

Aku melangkah lagi lewat jalanan sepi
Perlahan tapi pasti mengikuti ayun melodi
Langkah silih berganti
Melalui hari yang sunyi
Aku melangkah lagi dengan pasti

Langkah semakin cepat
Kar’na citaku semakin dekap
Hasrat kini terungkap
Dalam kata-kata yang terucap
Waktu terus melaju seirama alunan lagu
Aku melangkah lagi dengan pasti!

Liku-liku yang dulu adalah guru bagiku
Dan kuyakinkan diri menghadapi yang terjadi

Harapan yang ada takkan ku sia-sia
Kenangan yang lama sirna seiring nada
Kutinggalkan bayang-bayang semu

Lalu memulai cerita baru
Aku melangkah lagi! (3x)

Sebuah lagu dari Vina yang rasanya tidak akan basi sampai kapanpun. Well Vina memang termasuk penyanyi favorit saya. Yang pasti untuk menyambut tahun 2009 aku harus melangkah lagi (Jadi dulu kamu ngapain mel? Aku berlari…. dan tersandung. Sakit! Karena sudah menyadari bahwa sudah tua, aku ingin mencoba melangkah lagi saja. hehhehe)

But untuk Kai yang memang belum bisa berjalan… dia mulai melangkah dengan tertatih-tatih. Hari minggu yang lalu 1-2 langkah lalu berhenti. Sejak dua hari lalu mulai 2-3 langkah, dan sambil berpegangan dia berpindah ke mana-mana. Hari ini dia bisa berjalan cukup jauh, bahkan dia merangkak naik tangga di TK nya Riku waktu saya jemput Riku tadi. Entah karena dirinya juga merasa hebat, sepanjang perjalanan naik sepeda, dia berteriak-teriak…. dengan bahasa bayi yang mungkin artinya “AKU MELANGKAH”

well, he is growing, he wont be a baby forever.

Kampai for KAI.

cheers everyone….