Obat

14 Okt

Ada seorang teman menegurku cukup keras di suatu percakapan dunia maya, di suatu waktu. Katanya, “Aku sebal ketika ada orang yg liat kesusahan orang lain baru merasa bersyukur. aku ga nyalahin dikaw juga yg udah default kek gitu. cuma kadang hal2 bersyukur itu ya… piye ya..rada annoying juga“. Ini gara-gara aku bercerita padanya, bahwa aku tidak pernah merasa anugerah Tuhan itu berhenti. Contohnya aku baru saja bertemu dengan teman yang ibunya harus dioperasi usus besarnya, karena dia tidak bisa “buang air besar” selama 2 minggu. Bayangkan hanya karena tidak bisa beol… kita yang normal harus bersyukur tentunya kan?

Mungkin saja bagi orang yang mengalami penderitaan itu akan sebal, karena penderitaannya itu menjadi contoh rasa bersyukurnya orang lain. Atau mereka menjadi self defence dengan mengatakan “Aku tak butuh simpatimu!”. Atau mungkin ada orang-orang yang tertimpa bencana memohon agar media massa jangan lagi mengungkit yang sedih-sedih saja, tapi justru yang bisa membuat korban bersemangat lagi untuk maju….  Memang mata uang selalu ada dua sisi kan? Belum tentu apa yang kita anggap bagus/baik itu dilihat bagus/baik juga oleh orang lain.

Aku tahu temanku ini tidak bermaksud buruk dengan mengatakan itu. Karena mungkin saja banyak orang yang memang begitu, hanya merasa bersyukur, jika sudah melihat  suatu kesusahan orang lain. Tapi dunia memang berputar, dan bahkan setiap detik kita bisa mengetahui betapa ada beragam kesusahan orang lain di dunia ini. Berbagai kemalangan dan bencana dialami orang-orang setiap hari.  Dan sudah sepantasnya kita bersyukur bahkan setiap detik atas nafas yang kita hembuskan, hidup yang telah diberikan Tuhan. Setiap hari, baik itu cerah maupun mendung. Setiap kicau burung, sinar matahari, pemandangan yang indah…. semua bisa memperkuat iman kita, jika kita mau bersyukur.

Jadi meskipun temanku itu menganggap aku seperti orang yang merasa bersyukur atas kesusahan orang lain (dan kebetulan kemalangan itu bukan terjadi pada diriku sendiri), biarlah, aku tidak akan berhenti berkata, bahwa aku selalu merasa “blessed by HIM”.  Every second of my life. Dan apakah itu  salah jika  contoh yang saya pakai waktu itu adalah penyakit orang lain? Yang pasti aku merasa bersyukur bukan karena “bukan aku” a.k.a orang lain  yang mengalami gempa di Padang waktu itu misalnya, tapi terlebih bahwa Tuhan masih mau melindungi semua teman, saudara yang kukasihi di sana. Benar-benar aku merasa lega mengetahui orang-orang yang kukenal selamat dari bencana. (Wah bisa-bisa aku disalahin lagi bahwa tidak memikirkan orang lain yang menjadi korban di sana…. mau menyatakan pendapat aja  susyah ya hehehe)

Cukup dulu ah menumpahkan uneg-unegnya…

Kemarin malam kami semua masuk kamar tidur jam 8 malam. Baca buku untuk mendongengkan Riku dan Kai…akhirnya kami berempat tertidur. Gen pastinya karena minum obat flu akibat bersin-bersin yang menjurus ke flu, bukan hanya sekadar alergi. Riku juga cepat tertidur seperti biasanya, karena dia tidak pernah tidur siang. Kai yang agak lambat tidur… tapi aku terjaga pukul 11 malam. Kebiasaan, tidak pernah bisa tidur terus lebih dari 3 jam. Pasti 2-3 jam terbangun, melakukan sesuatu dulu, baru bisa tidur lagi. Kembali masuk tempat tidur jam 2 pagi, dan jam 4:30 dibangunkan oleh Riku yang terbatuk dengan hebatnya. Setelah minum obat dan air hangat, dia kembali tidur, tapi jam 6 pagi aku dibangunkan Gen yang mengatakan bahwa Riku demam.

Wah…. jangan demam dong. Akhir-akhir ini paling takut mendengar kata demam, karena memang influenza jenis baru H1N1 itu sudah cukup menyebar kemana-mana. Seorang mahasiswaku sudah kena.

Sambil berdoa agar Riku tidak demam, aku ukur suhu badannya. Ternyata hanya 36,9. Normal. Tapi memang batuknya mengkhawatirkan karena dia sempat beberapa kali memuntahkan dahak dan sarapannya. Aku tahu, dia ingin bolos sekolah. Tapi hari ini di sekolah ada pertunjukan musik khusus bagi SD itu, di jam pelajaran 5-6, dengan sebuah pertunjukan dari kelompok paduan suara terkenal di Tokyo. Karenanya aku tawarkan dia untuk sama-sama ke RS dan sesudah itu aku akan antarkan dia sampai ke kelas (memang peraturannya harus antar sampai kelas) begitu selesai pemeriksaan. Untung Riku juga ingin melihat pertunjukan itu, sehingga tidak merengek untuk bolos sekolah.

Setelah mengantarkan Kai ke penitipan kami dokter THT yang canggih dekat rumah. Wah klinik spesialis ini buka jam 9, dan waktu kami tiba pukul 8:55 sudah ada 10- 12 pasien mendaftar dan menunggu. Sial…bakal lama nih aku pikir. Eh, tapi ngga juga soalnya jam 9:10 sudah dipanggil 6 pasien. Jam 10 mustinya sudah bisa selesai.

Dokter itu canggih amat deh…dan kliniknya memang dilengkapi peralatan canggih sih. Sambil dia melihat tenggorokan Riku dan dalam hidungnya, kami orang tua bisa melihat lewat televisi disampingnya. Geraknya cepat sekali. Oles obat, sedot ini itu…lalu disuruh pindah ke meja treatment dengan “penguapan” ah apa lagi tuh namanya nebulizer? YES! Nebulizer.

Kalau di RS lain, nebulizer pakai alat yang portable, kalau di klinik THT ini, nebulizernya sudah berbentuk meja dengan 12 selang. Tinggal tekan tombol nomor 1,2,3 yang berisi obat berbeda, jadi deh. Tidak usah ukur-ukur dan ambil obatnya lagi. Sudah tersedia di pipa dalam meja itu.

Keluar dari ruang periksa, menerima obat lalu pulang. Obatnya ngga tanggung-tanggung… 7 macam yang dibawa pulang. Sampai banyak yang heran dan memberikan komentar di status FB saya. Kok batuk aja segitu banyak. Nih daftar obatnya:

1 antibiotik utk batuk sekali sehari saja
1 obat spray utk hidung
1 troche (permen) utk batuk/leher gatal
1 selotip (semacam salonpas kecil) untuk melegakan pernafasan dan mencegah pnumoneia
1 obat cair untuk dahak
1 obat cair untuk radang tenggorkan
1 obat cair untuk pilek
(1 obat uap untuk melegakan saluran pernafasan hy satu kali diuapkan di kliniknya…)
semua racikan bukan obat jadi….


Untung Riku tidak pernah susah minum obat, tidak seperti Kai. Jadi kami pulang ke rumah, kasih minum obat dulu, baru berjalan sama-sama ke sekolah Riku. Sambil saya membekali dia dengan plastik dan handuk kecil, kalau-kalau dia terpaksa harus munmun waktu makan siang nanti.

Sore jam 15:30 dia pulang dengan wajah berseri, dan dia berkata “Aku mau menjadi anggota paduan suara”…dan batuknya sudah jarang terdengar.

Obat memang perlu waktu sakit, tapi seperti yang Uda Vizon katakan di status FB saya “obatnya cuma satu sebetulnya nechan, cuma ‘temen’nya obat itu yang banyak, hehe.. cepet sembuh ya..”

Rasa syukur, percaya pada dokter dan Tuhan, rasa bahagia dan terhibur dari suara-suara emas…. dll dll…semuanya merupakan “obat” yang kita perlukan. (Eh… sapaan dan komentar dari teman-teman juga merupakan obat atau suplemen buatku loh…. menegaskan saja 😉 terima kasih ya )

kalau lagi akur, si Riku mau membacakan cerita untuk Kai
kalau lagi akur, si Riku mau membacakan cerita untuk Kai

Pelayanan Orang Jepang

12 Okt

Tadinya saya mau menuliskan judul “Kecanduan”, tapi kok inti cerita yang ingin saya sampaikan justru bukan kecanduannya sih… jadi ganti judul yang lebih tepat.

Memang saya pernah menulis tentang jiwa service orang Jepang  di sini dan di sini. Dan saya rasa banyak di antara pembaca juga sudah pernah mengalami sendiri pelayanan waiter/pelayan Jepang di Jepang. Motto, “Pembeli adalah Raja” bukan main-main di sini . Dan orang Jepang juga tidak segan-segan, langsung meminta maaf, meskipun itu bukan kesalahan mereka.

Nah, kali ini saya mengalami lagi sebuah pelayanan yang sempat membuat saya bengong, senang, terharu dsb deh… Kok segitunya sih mel?

Nah itu ada hubungannya dengan kecanduan yang tadinya akan menempati judul posting ini. Saya sedang candu FB! Tapi bukan ganti-ganti status atau foto profil atau baca status dan notes orang lain…. melainkan bermain Bejeweled Blitz. Loh… itu kan juga ada di Yahoo Games? Memang, tapi di FB waktunya ditentukan hanya selama 1 menit, dan …. nah…ini serunya. Ada hall of fame, alias daftar perolehan teman-teman Friend Lists yang sedang bermain game yang sama. Jadi penasaran lah yau, kok bisa teman saya si MS mencapai nilai sampai 300rb sedangkan saya cuma bisa 100rb saja! Lagi pula bermain game ini benar-benar tanpa pakai otak, hanya jari saja yang gerak, sehingga otak bisa diistirahatkan…. hihihi …alasan.

Kecanduan Game ini merupakan kecanduan pertama yang tidak begitu merugikan saya, karena saya lakukan di sela-sela waktu senggang,namun cukup memangkas jadwal menulis blog dan blogwalking. Paling-paling kalau riku melihat saya sedang bermain, dia juga mau ikut bermain. Atau Kai jika sudah kangen pelukan mamanya, akan datang ke depan komputer dan minta dipeluk…..

Tapi ada lagi kcanduan di FB nomor dua, yang NYARIS membuat saya rugi besar. Yaitu meng-upload foto dari HP saya, via mobile upload a.k.a email. Apalagi waktu saya berlibur dan jalan-jalan ke Yokohama, Kamakura dsb dsb. NAH….. ternyata sodara-sodara, kegiatan saya mengupload itu menyebabkan saya harus membayar mahal.

Biasanya biaya HP saya tidaklah terlalu mahal, karena saya jarang pakai. email juga jarang.  Tapi waktu saya banyak mengupload foto-foto itu, saya harus membayar biaya pengiriman berdasarkan bytes yang dikirim. Pertama, saya dapat email peringatan, “Biaya pemakaian internet Anda mulai mahal loh”… begitu bunyinya. Hmmm saya pikir, ah semahal apa sih.

Kemudian besoknya saya menerima telepon dari kantor KDDI, operator untuk telepon au yang saya pakai. Dia menelepon ke HP, tapi saya waktu itu sedang mengajar sehingga tidak bisa mengangkat. Ada pesan memang, tapi dasar saya juga malas…saya cuekin. Lalu pas pulang ke rumah, ada pesan di answering machine, mengharapkan saya telepon mereka. Duh sudah malam, dan saya harus masak makan malam, kasih bobo anak-anak dsb dsb… Sudahlah besok saja…saya pikir.

Nah, keesokan harinya, ternyata orang yang sama menelepon ke HPnya Gen. Semua HP memang atas nama saya, dan dia berbicara mengenai paket harga (mungkin semacam pahe…paket hemat) , tapi karena Gen tidak tahu apa-apa tentang pembayaran HP, saya yang menjawab telepon mereka.

“Ya, saya Imelda, ada apa?”
” Oh ibu Imelda… saya dari KDDI….”
“Ya, saya menerima pesan lewat telepon, tapi maaf belum sempat menelepon.”
” Saya juga maaf, karena berkali-kali meninggalkan pesan di HP dan di telepon rumah…. Begini bu, …. kelihatannya ibu banyak memakai internet akhir-akhir ini, ya?”
“Ya memang….”
“Begini, kalau memang mau terus memakai internet, lebih baik ibu masuk ke pahe internet 24/7 yang setiap bulannya membayar max 4100 yen. Untuk bulan ini Ibu sudah memakai 25.000 yen. api kalau ibu masuk paket ini, ibu cukup membayar 4.100 yen saja.”
“Waaah sudah segitu banyak ya? Tapi saya masih bisa masuk paket itu dan tidak usah membayar 25.000 yen tadi?”
“Ya, kalau ibu masuk sekarang, bisa”
“Bagaimana caranya? Apakah saya harus pergi ke kantor sana?”
“Tidak usah, lewat saya saja. Begitu ibu OK, saya akan masukkan setting untuk paket itu.”
“Kalau begitu…tolong setting ke paket itu.”
“Tapi jika ibu setting paket ini, seandainya ibu tidak pakai internetpun, ibu harus membayar 2000 yen. Apakah ibu tetap mau?”
(Sambil berpikir tentu saja, saya masih akan kirim email dan browsing internet lewat HP)
“Ya saya mengerti, Tolong setting ke paket itu”….

Jadi saya tertolong banget tuh dengan telepon mbak KDDI hari itu. Dan saya masih terbengong-bengong… kok bisa gitu, mengganti paket ditengah-tengah periode, dan membuat pelanggan tidak perlu membayar biaya yang seharusnya dibayarnya. Biasanya kan perusahaan ngga mau rugi dong. Semakin pelanggan bayar banyak, semakin banyak duit masuk ke dia kan? Apa dia tidak rugi dengan cara menelepon saya dan menganjurkan mengambil paket tadi? Ini mungkin pelayanan mereka terhadap customer, apalagi saya sudah hampir 13 tahun memakai nomor ini, sehingga mereka tidak mau kehilangan pelanggan untuk berpaling ke operator lain? Well, saya menceritakan ke pemakai operator lain, tapi belum pernah ada yang kejadian seperti saya itu.

Yang pasti saya bersyukur sekali dengan telepon mbak tadi itu. Lagipula dengan tidak perlu membayar semahal yang seharusnya saya bayar, saya bisa mengganti pesawat HP saya yang dirusakkan Kai dengan yang baru. Masih bisa dipakai sih, tapi rasanya sudah cukup waktu juga untuk mengganti dengan yang baru. Maunya sih dengan Ipod, tapi Ipod hanya dimiliki oleh operator Softbank, yang saya jarang pakai. Jadi cukup dengan HP touch panel ala “au” yang berkamera dan harddisk 7 GB.  (sebetulnya saya tidak suka dengan touch panelnya, tapi *apabolehbuat*, kamera yang dengan 5 Mega pixel hanya jenis itu saja. Ada sih yang 8 M pixel… tapi aku ngga suka tampilannya hihihi)

tujuan si produsen spy kita membaca e-books di HP itu sih... cuma saya sih mending baca buku beneran daripada lewat HP hehehe

Tambahan:

1. Handphone di Jepang kebanyakan tidak bisa menerima/mengirim sms ke LN. Satu-satunya yang bisa menerima sms hanya operator softbank (karena itu saya punya softbank juga hehehe). Softbank bisa mengirim sms juga, tapi biayanya masih mahal.

2. Jadi kami berkomunikasi melalui email (MMS) antar operator, atau untuk operator yang sama, pesan pendek semacam sms.

3. Sebagai solusi untuk mengirim sms, maka kami di Jepang memakai perusahaan “penengah” untuk mengubah email kami menjadi sms, dan diteruskan ke Indonesia. Ada beberapa perusahaan yang menyediakan service ini, tapi saya sendiri memakai smspelangi.net. Karena gateway, yang tampil pada nomor HP di Indonesia bukanlah nomor kami yang sebenarnya. Dan penerima sms cukup mereply sms untuk mengirimkan balasan. Selama nama dan nomor HP teman di Indonesia belum didaftarkan ke website mereka, kami tidak bisa menerima sms dari Indonesia. Mau terima sms dari saya? Ya harus daftar dulu gitchu hihihi.

4. Blackberry laku ngga di Jepang? Nggak!!! abis orang Jepang kan ngga pake alfabet, jadi buat apa pake BB hihihi

Susah deh Jepang memang memonopoli telekomunikasi intern mereka, tapi beruntung sekarang sudah mulai terbuka, yaitu sejak masuknya vodafone ke Jepang (sekarang sudah dibeli Softbank).

Mau minta maaf juga akhir-akhir ini jarang blogwalking krn…kecanduan hihihi. (dan sedikit flu sih)

Merah, Putih dan kebersamaan

8 Okt

***warning: cerita ini tentang Jepang, bukan Indonesia!***

Ya memang saya selalu heran, kenapa topi sekolah untuk sehari-hari atau olah raga baik TK maupun SD di sini berwarna merah dan putih, reversible, bisa dibolak balik. Dan kenapa tidak ada warna lain, semisal biru dan putih? Baru saya sadar kemarin waktu pelaksanaan undokai, sport meeting di SD Riku, bahwa memang hanya diperlukan merah dan putih saja.

Nasionalis? mungkin… tapi mengingat warna manju (kue jepang) waktu selamatan berwarna merah (muda) dan putih, lalu pita yang menghias amplop angpao juga merah dan putih. Belum lagi kain bergaris-garis merah putih dipakai untuk tirai penutup dinding dalam acara-acara pesta atau selamatan. Nasi merah untuk selamatan mungkin juga bisa dihitung (padahal di Indonesia ada bubur merah putih loh) Jepang kelihatannya  memang tidak bisa berpisah dari warna merah dan putih. (Setelah aku tanyakan pada Gen, ternyata bisa balik ke sejarah perang besar keluarga Genji dan Heike — sekitar abad 12—yang masing-masing membawa bendera putih dan merah)

Kai kesenangan dibopong mamanya (nanti mamanya yang kesakitan)
Kai kesenangan dibopong mamanya (nanti mamanya yang kesakitan)

Kalau dulu waktu saya SD dan SMP (di Indonesia) pernah mengadakan class meeting, biasanya yang dipertandingkan adalah olahraga umum seperti volley, basket, atletik dll. Lalu karena per kelas, maka setiap kelas berlomba-lomba untuk menjadi juara. Yang kemudian di akhir acara akan dibagikan piala dan piagam. Dan biasanya juara dalam perorangan akan tampil sebagai individu dari kelas sekian, untuk menerima hadiah.

Tapi di Jepang lain! Memang saya pernah belajar bahwa sifat manusia Jepang adalah “tidak berdiri sendiri di depan” dan “bergerak secara kelompok”, jadi pemahaman saya di sekolah pun tidak ada yang namanya “pertandingan”. Tapi kali ini saya salah. Pertandingan ada tapi bukan antar individu melainkan antar kelompok.

Sejak awal murid dari kelas satu sampai enam sudah dibagi menjadi dua kelompok. Aka gumi “Kelompok Merah” dan Shiro gumi “Kelompok Putih”. Riku termasuk dalam kelompok Merah. Jadi topi yang dipakai yang merah. Dan ternyata pembagian antara kelompok merah dan putih, dilakukan oleh guru mereka dengan pertimbangan yang matang. Menurut desas desus di antara ibu-ibu,  misalnya kecepatan waktu berlari… yang paling cepat ada 4 orang, maka dibagi dua. semua dibagi dua dengan kemampuan yang hampir sama. Karena itu perbedaan nilai juga tidak menyolok. Dan saya rasa ini bagus sekali. Toh pertandingan yang diadakan di SD bukan untuk mencari atlit-atlit olimpik! Hebat euy.

pernag dukungan kelompok merah dan putih
pernag dukungan kelompok merah dan putih

Karena acara undokai sudah dibuka di hari Sabtu sebelumnya (lihat posting sebelum ini), maka begitu anak-anak berkumpul, dimulai dengan senam pemanasan (hmm ini biasa lah), kemudian dilanjutkan dengan “perang dukungan”, Ouen Gassen 応援合戦 antara kelompok Merah dan Putih. Wah yang ini aku belum pernah lihat, jadi merinding deh. Maksud diadakan perang suporter ini adalah untuk membuat peserta bersemangat dalam mengikuti pertandingan.

“Merah itu apa???” si pemimpin bertanya
“Merah itu Matahari” jawab setengah jumlah murid yang memakai topi merah.
“Matahari itu apa?”
“Matahari menyinari bumi, membara….”
“Membara, menang! Merah harus menang!” teriak mereka.

Wahhhh berdiri deh bulu kudukku merasakan semangat mereka. Belum lagi si pemimpin berlari di depan tempat duduk kelompok merah dan mereka bergelombang berdiri mengikuti arah pemimpin. THIS IS IT! Semangat ini perlu ada, semangat berjuang.

Tentu saja kelompok putih juga menyanyikan yell yell yang sama, yang intinya menyemangati peserta kelompok putih untuk menang.

Setelah selesai acara “perang dukungan” ini, baru ada acara pertandingan tiap angkatan. Misalnya lari 50,80,100 m untuk tiap kelas. Pertandingan tarik galah (sebagai ganti tambang…lucu juga loh), dan pertandingan banyak-banyakan memasukkan bola merah/putih ke dalam keranjang. Pertandingan-pertandingan ini semua antara kelompok merah dan putih.

riku siap untuk lari...gaya sih boleh hihihi
riku siap untuk lari...gaya sih boleh hihihi

Tapi selain pertandingan ada pula semacam  “pertunjukan”.  Berupa tarian tradisional/modern yang dipadukan dengan gerak-gerak olahraga yang dinamis dan lagu back ground yang semangat. Acara pertunjukan oleh kelasnya Riku berjudul Furi-furi Rock and Roll… mereka bergoyang dengan iringan lagu rock and roll, goyang pinggul, tangan, kepala dan bergaya bagaikan bermain gitar.

ceritanya rock n roll, goyang pinggangnya riku boljug hihihi
ceritanya rock n roll, goyang pinggangnya riku boljug hihihi

Sesudah acara kelas 1 kelasnya Riku ada acara pertunjukan yang cukup bagus yaitu dari kelas 2 dengan pertunjukan berjudul “The Arauma” uma = kuda ara= belingsatan …. spt kuda lumpingnya Indonesia deh. Cuman kostum mereka lucu. Berbentuk lingkaran dengan kain beraneka macam. Nah nanti kalau Riku naik kelas, biasanya pertunjukkannya sama, dan aku harus menjahit “sarung” nya lingkaran itu dan menghiasinya. Gen bilang, nanti pake batik aja. Tapi aku bilang, jangan batik ah kurang meriah… mending pake kain bali yang emas-emas gitu, atau sekalian pake tenun padang dengan benang emas itu (berat sih hihihi). Pokoknya musti bagus deh….. So aku musti kumpulin kain dari sekarang nih hihihi.

aku musti kumpulin kain yang bagus ahhh buat tahun depan
aku musti kumpulin kain yang bagus ahhh buat tahun depan

Sekitar jam 12, ada acara istirahat makan siang. Anak-anak makan di kelas karena mereka membawa bento (bekal makanan). Orangtua bisa pulang atau makan di gedung olahraga. Nah kebetulan aku sempat membuat onigiri, goreng susis, ayam goreng jadi kami bertiga, aku, gen dan kai makan di dalam gedung olahraga.

Acara sessi ke dua dilanjutkan satu jam setelah istirahat. Riku mengikuti pertandingan lari 50 meter (tentu saja paling belakang hihihi keberatan badan), dan pertandingan memasukkan bola ke dalam keranjang. Di sini kelompok putih yang menang. Aku pikir permainan memasukkan bola ke keranjang ini juga bagus untuk ditiru  di Indonesia. Cara menghitungnya juga bagus. Menghitung bersama-sama dan kelompok yang lebih banyak menghitung terus sampai bola habis, dan menang!

Acara yang membuat aku terharu juga adalah berbagai bentuk senam, terutama piramid manusia. Murid-murid kelas 6 memang berbadan besar, lebih mahir dan terlatih, dan ini merupakan undokai mereka yang terakhir. Kerjasama mereka patut diacung jempol. Yang membuat aku hampir menitikkan air mata, ternyata salah satu murid kelas enam, ada yang badannya lebih kecil dari yang lain… dan ternyata dia pincang. Tapi ke dua temannya meng-cover dia memeluk dia menjadi satu bagian dari pondasi teman yang akan naik ke atas. Tapi tentu saja beban ada di dua teman yang lain, si anak yang lebih kecil ini “hanya” menjadi pelengkap. Tapi semangatnya itu juga perlu diacung jempol. Meskipun dengan terpincang-pincang, dia dapat berlari dengan cepat menuju formasi berikutnya. Dia adalah BAGIAN dari kelompok. Sama-sama kelas enam, tanpa disisihkan oleh teman dan gurunya.

ada seorang anak yang badannya lebih kecil, dilindungi oleh temannya
ada seorang anak yang badannya lebih kecil, dilindungi oleh temannya

Satu hal lagi yang saya kagum, di setiap formasi piramid itu pasti ada seorang guru yang duduk di dekat mereka, sehingga jika ada yang terjatuh atau butuh bantuan bisa langsung menangkap anak itu (meskipun tidak ada kejadian gagal seperti itu). Ah, guru pun masih mengawasi anak-anak ini supaya tidak berbahaya. Aku tambah terharu.

piramid manusia dari kelas 6
piramid manusia dari kelas 6

Tapi aku masih harus menahan kekaguman untuk acara terakhir yaitu pemindahan Bola Raksasa Merah dan Putih yang dilakukan seluruh anggota kelompok. Karena Riku kelompok merah, tentu saja saya mendukung bola merah. Ikut berteriak, ikut bertepuk tangan, waktu bola Merah Raksasa itu bisa sampai di goalnya lebih cepat dari Bola Putih. (Bola Raksasa itu cukup mahal loh, dan dibeli dengan hasil pengumpulan bellmark)

semua murid berpartisipasi memindahkan bola raksasa ke goal
semua murid berpartisipasi memindahkan bola raksasa ke goal

Dalam acara penutup diketahui bahwa kelompok Merah menang dengan nilai 426, sedangkan Putih 424. Tipis… tapi mereka semua sudah berusaha dengan baik. Bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya. Rasanya saya juga ingin melompat bersama anak-anak kelompok merah waktu tahu mereka menang. Ah, undokai… apakah masih ada seperti ini di SD Indonesia? Pasti kegiatan seperti ini merupakan pekerjaan tambahan untuk guru-guru, tapi undokai ini meninggalkan kenangan yang tidak terlupakan seumur hidup.  Enam tahun di SD dengan pengalaman seperti ini pasti akan membentuk anak-anak yang bisa diajak bekerja secara kelompok dan toleran.

nilai kelompok merah dan kelompok putih. beda tipis.
nilai kelompok merah dan kelompok putih. beda tipis.

NB: Tugas saya sebagai panitia di dalam undokai itu hanya sebagai pengatur petugas keamanan yang melarang orang tua murid/tamu yang datang bersepeda. Karena sepeda dilarang parkir di sekitar sekolah. Hanya itu saja, tapi sempat juga menjaga seorang anak “tersesat” yang terpisah dari ibunya. Karena sistem shift, saya bisa melihat Riku waktu gilirannya tiba, dan bekerja di meja khusus itu waktu giliran Riku sudah selesai. Senang sekali bekerja sebagai Staff dari sebuah kegiatan. Sementara saya kerja, Kai bersama Gen, dan waktu Gen yang kerja Kai bersama saya. Gen kerja apa? Dia membantu pembongkaran tenda, pekerjaan pakai tenaga deh. Dari jauh saya melihat guru, orang tua murid dan murid kelas 6 bekerja sama membongkar tenda dan membereskan segala sesuatunya. And I am part of them. Satisfied.

mejeng pakai tanda staff ;)
mejeng pakai tanda staff 😉

Dipermainkan cuaca

5 Okt

Selama aku hidup di Indonesia, aku jarang merasa kesal jika hujan. Mungkin karena di Indonesia, hujan hanya sebentar. Hujan lebat…lalu tak berapa lama berhenti. Oleh orang Jepang hujan yang tiba-tiba seperti itu disebut “suko-ru“, japlish dari bahasa Inggrisnya Squall.

Tapi di Jepang itu menyebalkan. Kalau dibilang akan turun hujan, maka siap-siap saja akan turun hujan sepanjang hari meskipun itu hanya rintik-rintik. Apalagi jika menjelang spring, sehingga dikatakan harusame (spring shower).

Tidak pernah hujan kencang? Tentu saja ada, apalagi di hari-hari ini, akhir September/Oktober, merupakan bulannya badai topan taifuu 台風. Nah, kalau ini jika sedang deras-derasnya, jangan harap bisa membuka payung tanpa payung itu rusak dan tetap “kering”. Sudah berapa payungku rusak karena hujan semacam itu.

hari ini tidak bisa dilaksanakan sesuai jadwal
hari ini tidak bisa dilaksanakan sesuai jadwal

Nah, hari sabtu tanggal 3 Oktober yang lalu, adalah hari sport meeting untuk SDnya Riku. Ada hari olah raga yang tepatnya jatuh tanggal 10 Oktober. Sehingga memasuki bulan oktober sampai pertengahan oktober, setiap tahun sekolah-sekolah berlomba membuat “sport meeting” ini atau yang dalam bahasa Jepang di sebut dengan Undokai 運動会. Tapi menurut ramalan cuaca memang hari Sabtu tanggal 3 oktober itu akan turun hujan. Hari Jumat (2 okt) pun hujan, sehingga merepotkan aku yang harus mengajar juga, menitipkan Kai, menjemput Riku dan Kai….sehingga baru pulang sampai di rumah jam 7 malam. Aku sudah berharap agar pagi-pagi turun hujan saja, karena diprediksikan hari Minggu tanggal 4 cerah. Jadi sudahlah, semestinya undokai nya pindah ke tanggal 4 saja. BUT, itu bukan wewenangku untuk memutuskan.

Jadi waktu aku terbangun pukul 4 dan hanya terdengar suara angin tanpa hujan, aku mulai bingung. Jam 6 terik! Matahari muncul dan tak ada tanda akan hujan. Cepat-cepat aku membuat bento (bekal makanan) karena tahu pasti undokai akan dilaksanakan. Sebetulnya menurut perjanjian, setiap keluarga yang ragu undokai itu akan dijalankan hari itu atau tidak, bisa mengecek dengan datang ke sekolah, melihat bendera yang terpasang. Jika terpasang berarti undokai jadi, sedangkan jika tidak terpasang, batal.

Tapi dengan cuaca begitu cerah pada pukul 7, sudah pasti dilaksanakan. Lagipula aku malas untuk bersepeda ke sekolah hanya untuk melihat bendera (kalau ada guru yang cakep sih boleh aja hihihi). So, jam 8 pagi, Riku berangkat ke sekolah membawa bento dan baju olah raga. Aku sendiri keluar rumah jam 8:15 karena aku musti ikut briefing pagi (selaku anggota panitia). Nah… saat itu mulai hujan rintik…padahal aku tidak bawa payung. Hmmm kalau melihat langit di atas, lagaknya akan turun hujan cukup lama. Jadi terpaksa aku kembali lagi ke rumah (sudah tengah jalan tuh). Berlari!…. dan akibatnya cukup fatal, karena aku lupa kaki kiriku masih sakit karena kejang otot kemarinnya (menggendong Kai cukup lama dalam bus yang bergerak). Waktu aku menjejakkan kaki di undakan tangga…wadowwww sakit rek.

OK… ambil payung, sambil teriak ke Gen bahwa aku akan telepon, undokainya jadi atau tidak. Rencananya sih akan dimulai jam 8:50 dengan upacara pembukaan. Gen akan datang dengan Kai persis sebelum upacara pembukaan.

upacara pembukaan dengan berbagai pidato dan janji atlit hihihi
upacara pembukaan dengan berbagai pidato dan "janji atlit" hihihi

Sampai di gerbang sekolah, seksi aku baru saja mulai briefing. Telat deh! Tapi …. semua bingung, karena hujan seakan bermain petak umpet. Kadang hujan, berhenti, reda, hujan lagi. Wah gimana nih?

Tapi diputuskan akan tetap dilaksanakan, dengan perubahan jadwal. Wahhh bingung …. bingung deh. Akhirnya upacara pembukaan berhasil dimulai. saat itu cerah! Sampai ke senam pemanasan masih cerah. Tapi waktu akan mulai tarian dan yell pembuka…..hujan tanpa malu-malu turun membasahi bumi.

masih rintik-rintik... duh anakku gede amat sih hihihi
masih rintik-rintik... duh anakku gede amat sih hihihi

Jadi deh, kepala sekolah mengumumkan supaya anak-anak kembali ke dalam kelas, dan acara diundur sebentar untuk melihat keadaan hujan, apakah akan lama atau tidak. Ternyata setelah ditunggu 30 menit, tetap hujan, sehingga kepsek memutuskan acara undokai itu diundur ke hari Minggu.  Mbok yo dari tadi loh pak! hehehe.

Kami pulang ke rumah, dan sesudah makan siang, bobo lagi deh…….

Cuaca hari sabtu itu memang kurang ajar… atau dia ingin bercanda dengan kita. Ciluuuk baaaaa….

mama dan kai dalam hujan
mama dan kai dalam hujan, aku masih berbatik ria loh meskipun sudha tanggal 3 oktober

Jika anak libur….

2 Okt

Bukan rahasia lagi, kalau orang tua kadang tidak suka jika sekolah anak-anaknya libur. Apalagi di musim panas di Jepang, mengurus anak-anak sebulan penuh di rumah, amat merepotkan. Itu jika kita terus berada di rumah, tidak mudik atau berencana pergi summer camp misalnya. Ibu-ibu di Jepang langsung “kurus” setiap liburan musim panas, karena harus menyediakan makan untuk 3 kali, memikirkan ajak anak-anak pergi ke mana dsb-dsb. Aku beruntung bisa pulkam waktu liburan musim panas, sehingga paling tidak di Jakarta Riku dan Kai bisa bermain dengan sepupu-sepupunya, di rumah yang berlipat-lipat luasnya dari rumah di Tokyo yang seperti kandang kelinci!

Seorang teman di telepon minggu lalu mengatakan “Saya kan baru masuk kantor hari ini, gantian dengan istri saya menjaga anak-anak karena asisten rumah tangga belum masuk” …. Wah sampai segitunya ya? Dan memang sulit kondisinya, jika anak-anak terlalu besar untuk dibawa ke kantor, tapi masih belum bisa ditinggal di rumah sendiri. Kecuali dimasukkan penitipan anak (yuhhhuuuu imelda, mana ada penitipan anak di Jakarta yang mau menerima temporary begitu seperti di Jepang), atau meminta bantuan sanak keluarga untuk menemani mereka. Ternyata sulit juga mengatur soal anak-anak bagi pasangan yang bekerja di Jakarta ya?

Rasanya belum selesai aku  menertawakan kondisi temanku itu, ternyata aku  “kena batunya”.  Sebetulnya sejak membaca jadwal sekolah Riku aku  sudah tahu bahwa tanggal 1 Oktober itu hari libur. Tapi tanggal 30 September sore, aku masih memarahi Riku untuk mengerjakan PR. Lalu dia bilang, “Mama bantuin dong, ini PR nya ada dua….” Aku agak heran waktu itu, kok ngga biasanya sampai dobel begitu.

Waktu mempersiapkan makan malam, aku berkata, “Ayo abis makan, tidur cepat ya, besok mama kerja jadi musti bangun pagi.” nahhh di situ Riku bilang, “Mama, besok aku kan libur” ….. #&$#’%(‘&)(‘)=’%$”” HAH!

Aku langsung panik… Bagaimana dengan Riku? Kalau Kai memang sudah pasti pergi ke penitipan, tapi Riku? Dia tidak bisa ditinggal sendiri. Dia harus dititipkan atau meminta orang menjaga Riku, atau meminta ibu dari temannya Riku untuk menerima Riku di rumahnya untuk bermain bersama anaknya, atau…cara terakhir mengajak dia sama-sama pergi ke tempat kerja.

Untuk penitipan, tidak mungkin! Jika mau menitipkan di penitipan , aku harus memberitahukan pihak penitipan dua hari sebelumnya. Lah aku sendiri baru sadarnya terlambat begitu. Lagi pula biayanya mahal! Paling sedikit aku harus membayar 7000 yen (700rb rupiah) . Hmmm

Untuk menelepon ibu mertua juga sudah terlalu malam. Dan untuk menitipkan pada ibu teman sekolahnya kok malu ati ya? Soalnya setiap jumat aku sudah merepotkan dia dengan menitipkan Riku, dan bersama anaknya pergi ke les bahasa Inggris, selama aku pergi mengajar.

Ya, memang semester genap ini, aku harus bekerja dua kali seminggu, setiap Kamis dan Jumat. Karena di Universitas Waseda, aku mendapat jatah mengajar di semester genap. Dan tanggal 1 Oktober itu adalah permulaan kuliah, sehingga tidak bisa aku batalkan kuliahnya. Runyam deh.

Terpaksa, “Ya sudah besok Riku ikut mama kerja.”
“Kerja ke mana ma?” (Bayangan dia aku masih kerja macam-macam seperti studio dll.
“Besok mama harus ke universitas memberikan kuliah. Riku ikut kuliah, tapi janji ngga boleh ribut, ngga boleh ganggu kakak-kakak sedang belajar… bla bla bla.” Seribu satu pesan aku sampaikan.

Malam harinya sebelum tidur Riku berkata pada Kai, “Besok kakak pergi ke universitas loh. Kai ke himawari aja, main-main dengan teman-teman di sana. Enak loh” (semua kalimat dalam bahasa Indonesia)
Kai menjawab , “O…kai ” (kalimat ini sering dia pakai selai OKE, untuk menyatakan dirinya tahu…)
Aku cuma bisa terdiam dan manyun, bingung hadapin esok hari yang pasti ribet.

Pagi hari dengan semangat Riku bangun, makan pagi, siapkan barang-barang yang mau dibawa. Jam 8 aku bangunkan Kai dan kami bertiga naik bus ke stasiun, menitipkan Kai.

“Mama, kita naik apa ke universitas?”
“Bus, kereta, bus….”
“Eeeee??? naik taxi aja!”
“Mahal! Riku harus tahu, bagaimana mama kerja satu hari. Ngga ada tuh main-main loh. Diam saja… dan ikut. Kecuali Riku mau tinggal di rumah sendiri!” … Dia terdiam.

Jadi begitulah kemarin satu harian, dia mengikuti langkahku kemana saja aku pergi. Meskipun dia tidak bisa duduk tenang di ruang kuliah, masih belum “seberapa” nakal dibanding anak lain…. mungkin…. Bayangkan, aku membuka pelajaran  bahasa Indonesia dengan perkenalan :
“Kenalkan. Nama saya Imelda. Saya tinggal di Nerima. Saya datang dari Jakarta. Saya guru bahasa Indonesia” Dan waktu saya tanya mahasiswa-mahasiswa, tahu artinya?….
Sepuluh mahasiswa hanya bengong, dan dari kursi belakang si Riku berkata, “Aku tahu!” huh……… $#&$'((&))(=” Tentu saja aku berkali-kali minta maaf pada para siswa, karena memang tidak pernah ada dosen yang membawa anaknya mengajar di Jepang. TABU! (Tapi aku kan terpaksaaaaaa banget nih)

Setelah istirahat makan siang dan menyelesaikan beberapa urusan, seperti fotocopy, ke kantor pos dan lain-lain (jalan mondar mandir deh pokoknya), kuliah jam kedua dimulai. Lebih santai karena hanya dua mahasiswi saja. Dan setelah aku minta maaf, malah salah satu mahasiswi yang pernah menjadi guru bahasa Jepang dua tahun di Manado, bercakap-cakap dengan Riku pakai bahasa Indonesia. Wahhh merasa mendapat angin, Riku kesenangan, dan menggambar-gambar di papan tulis yang lebar itu. Huh! (Bisa dimengerti sih, puas rasanya menggambar di tempat yang luas begitu kan?)

Tapi justru kuliah jam kedua benar-benar padat dan berisi! Yang tadinya aku mau membubarkan kelas lebih cepat, malah jadi lebih panjang hehhehe. Untunglah.

Jadi hari kamis kemarin aku benar-benar capek pek pek… pikiran, badan….. dan juga masih tetap khawatir dengan keadaan teman-teman blogger di Padang yang menjadi korban gempa. Imoe, Arif dan Pakde …. Tuhan semoga mereka selamat…..

Kemarin adalah hari libur warga Tokyo. Hari Jadinya Tokyo, Tomin no hi. Tanggal 1 Oktober 1898, pertama kali didirikan Kelurahan TOKYO (Tokyo -shi), dan tahun 1952 seiring perkembangan wilayah dan performance menjadi TOKYO-TO , Tokyo metropolitan City. Untuk itu semua sekolah dari SD sampai SMA yang didirikan oleh pemda Tokyo, dan berada di wilayah Tokyo libur.

Sedikit tambahan mengenai pembagian negara Jepang. Kalau di Indonesia dibagi menjadi 33 propinsi, maka di Jepang dibagi menjadi 47 TO-DO-FU-Ken, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi Prefektur. Satu TO, yaitu Tokyo To, metropolitan city; Satu DO, yaitu Hokkaido, Wilayah khusus (seperti DI di Indonesia mungkin ya); Dua  FU yaitu Osaka -FU dan Kyoto-FU (wilayah khusus juga)  dan yang lainnya KEN, setara dengan propinsi di Indonesia. Namun kami penerjemah tidak bisa menerjemahkan prefektur ini menjadi propinsi, karena banyak faktor. Jadi biasanya kami memakai terjemahan bahasa Inggris, prefektur.

Selain hari Tokyo, ada banyak peringatan di tanggal 1 Oktober. Bagi yang ingin tahu silakan baca lagi postingan tahun lalu di sini.