Bericht (berita) n schilderij (lukisan)

6 Jan

Vandaag 5-01-2009 om 09.10 uur is tante NikKe Heineken Bax Overleden. Bij deze dan het bericht van tante Nikke. Harry

Bedankt voor jouw informasi.Ik zal dit bericht hier in Indonesia rond zenden. Please convey our condolences to the hele familie Bax-Coutrier. Sinds wij het  bericht kregen dat tante Nieke was opgenomen hebben Marie en ik vaak voor tante Nieke gebeden. Ik ben er zeker van dat ze een goed plaatsje by onze Lieve Heer krijgt. Wij bidden voor haar ziel ! Lucky.

Mirip ya kata Bericht dengan kata Berita – ya mungkin memang asalnya adalah kata bericht itu. Karena orang Indonesia sulit mengucapkan [cht] jadi diubah saja menjadi [ta] hehehe.

Ya itu adalah berita yang saya terima lewat email tadi malam. Untung ada email (dan milis keluarga) sehingga penyampaian berita bisa diterima a.s.a.p. Kalau jaman dulu? Paling cepat telepon, tapi itupun harus pakai hitung-hitung perbedaan waktu antara Amsterdam dan Jakarta.

Berita itu adalah berita duka dari negerinya bir “Heineken”. Dan kebetulan yang meninggal juga bernama Heineken-Bax, sepupunya alm. opa saya, yang meninggal dalam usia 90 tahun lebih kemarin pagi. Saya pernah bertemu dia tahun 2002 dan masih sehat serta tinggal sendiri di sebuah panti Jompo. Bahkan tahun lalu saya masih sempat berbicara dengannya lewat telepon. Dia merasa “agak dekat” dengan saya, karena muka saya mirip dnegan putrinya. Kadang saya merasa menyesal tidak lebih banyak meluangkan waktu untuk menghubungi sepuh-sepuh ini. Mereka yang sebetulnya merindukan bercakap-cakap dengan anak-cucunya.

Alm. Tante Nikke Heineken, Amsterdam. Rest in Peace Oma, dan semoga lukisan-lukisan itu tidak dibuang hiks.

Waktu saya pergi ke apartemen yang menjadi bagian dari Panti Werdha itu, saya menemukan beberapa lukisan yang “familiar” sekali. Ya, gaya lukisan itu saya kenal dari selembar lukisan yang ada dalam gudang di rumah jakarta (sekarang ntah dimana). Pelukisnya Oma Anna Bax, yaitu ibu dari oma yang meninggal ini. Saya suka sekali lukisan yang ada di Jakarta itu, berwarna hijau rumput, pemandangan sebuah rumah. Semoga lukisan itu masih ada.

Kenapa saya suka lukisan di gudang itu? selain karena memang bagus menurut saya, tapi juga merupakan suatu bukti bahwa ada “darah seni” yang mengalir dalam keluarga saya. Meskipun bukan lukisan cat minyak, alm opa juga sering menggambar, bahkan dia selalu mencoretkan sesuatu dalam surat-surat yang dikirimkan untuk saya. His personal touch, yang tidak akan saya lupakan (saya sedang mengumpulkan surat-surat opa kepada saya, dan men-scan untuk dokumen saya — ternyata saya masih termasuk rajin bersurat-suratan dengan opa). Darah seni ini ternyata hanya bisa dilanjutkan oleh Tina, adik saya, si arsitek yang masih bisa membuat ilustrasi gambar-gambar jika diperlukan. Saya? wah saya paling bisanya gambar dua gunung dengan pematang sawah, rumah, pohon dan dari dua gunung itu menyembul matahari. Kemudian di dua sisi gunung kok bisa ada pohon kelapa. Sebuah pola pemandangan yang sering digambar oleh anak-anak Indonesia (atau saya saja?). Coba deh lihat gambar anak Jepang… ngga ada yang sama gambarnya. Hmmm keliatan juga ya bahwa orang Indonesia memang dari kecil sukanya meniru. Satu gambar begini, semua gambar yang sama. Satu buat usaha warnet, satu jalanan jadi warnet semua. Pfffffhh.

Gambar Riku setelah dengan nangis-nangis mau meniru gambarku tapi tidak bisa (pelajaran buatku jgn gambar bagus-bagus hehehe)
Gambar Riku setelah dengan nangis-nangis mau meniru gambarku tapi tidak bisa (pelajaran buatku jgn gambar bagus-bagus shg susah dicontoh hehehe)

Sebelum postingan ini jadi ngalor ngidul, saya mau tutup dengan sebuah lagu belanda. Sebuah lagu anak-anak kinderliedjes yang sering dinyanyikan mama waktu aku kecil, dan sekarang saya nyanyikan untuk Riku dan Kai. Yang mengherankan Kai yang sedang rewel biasanya bisa tenang waktu saya nyanyikan ini. Mungkin ada magic wordsnya?

Poes is ziek rheumatik Kucing sedang sakit rematik
dat zei dokter Jantje itu kata dokter Yance
Zware kou stop haar gauw Flu berat jadi masukkan dia cepat
Warmpjes in haar mandje hangatkan dia di keranjangnya
poes is Ziek rheumatik Kucing sedang sakit rematik
poesje jij moet zweten Kamu harus berkeringat

Misa Pertama – 初ミサ

4 Jan

Kalau tanggal 1 saya sudah pergi ke Kuil Shinto dan Buddha, maka tanggal 3 kemarin saya bisa lega juga karena bisa menghadiri misa pertama di tahun 2009 ini. Tadinya sudah khawatir kalau tidak bisa pergi, karena biasanya ada saja yang bisa tiba-tiba menhalangi saya pergi. Maklum saya tidaklah sendirian lagi, punya suami dan anak-anak yang harus diurus. Untung saja sebelum jam 4 sore kita bisa berangkat dari rumah di Nerima menuju Meguro. Untung lagi jalanan sepi sehingga kami bisa sampai on time. Soalnya pastor John sudah wanti-wanti waktu misa Natal kemarin, mulai tahun 2009 akan mulai misa tepat jam 5 sore TENG!. Kan tinggal di Jepang, jadi kudu tepat waktu dong hehhehe. Pastor John bilang, “Ada tidak ada umat, saya akan mulai misa” …dan Imelda serta Kai bisa duduk di tempat duduk paling depan di dalam kapel kecil itu (abis yang tersisa kosong cuman di situ) dan masih bisa cari lagu pembuka hehhehe. Riku tertidur di mobil, dan menggendong Riku yang 27 kg bukan perkara mudah lagi bagi saya dan Gen, sehingga kita biarkan dia tidur di mobil, dengan Gen menemani. Kai? Dia tertidur juga tapi begitu saya bawa masuk dia bersama baby seat nya, dia terbangun sehingga saya terpaksa menggendong dia terus selama misa. But gpp, saya kuat gendong dia satu jam karena sebelumnya sudah duduk terus di mobil.

Kotbah pastor mengenai Tahun Baru cukup panjang dan banyak mengutip renungan dan doa-doa dari orang terkenal. Ada sebuah cerita ttg seseorang terkenal yang tidak mau melihat coretan-komentar gurunya di buku pe-ernya, sehingga dia selalu mengganti halaman baru, supaya halaman yang sudah dikerjakan dan mendapat komentar dari gurunya tidak terlihat. Tapi dia akhirnya sadar, meskipun dia ganti halaman baru terus, jika komentar gurunya tidak dia perhatikan dan dia perbaiki, maka tidak ada gunanya. Sama pula seperti Tahun Baru, kita seperti membuka halaman baru, tapi tanpa menyelesaikan masalah di tahun lalu, sama juga boong… hmmmm.

Satu yang terngiang terus ditelingaku. Yaitu mengenai permintaan akan cahaya. Seorang pengembara berkata kepada Malaikat yang berdiri pada gerbang Tahun Baru:

“Beri aku satu terang-cahaya

Supaya aku bisa berjalan dengan langkah pasti

Memasuki ketidakpastian.

Tetapi Malaikat itu menjawab:

Masuklah ke dalam kegelapan

Dan taruhlah tanganmu ke dalam genggaman tangan Tuhan!

Itu jauh lebih baik daripada suatu cahaya

Dan jauh lebih pasti daripada jalan yang sudah dikenal.

(dari China)

Menyerahkan diri kepada Tuhan adalah yang lebih penting daripada meminta sesuatu apapun. FUKAI II HANASHI 深い いい 話。DALAM sekali maknanya.

Dan semoga aku bisa berdoa seperti Satu doa dari Irlandia yang berbunyi:

Yang kuharapkan

Bukan supaya hidupku bebas dari duka derita

Bukan supaya jalan hidupmu ditaburi bunga mawar

Bukan supaya tak ada air mata membasahi pipimu

Dan tidak ada penyakit yang menyiksamu

Semuanya ini tidak kuharapkan bagimu.

Tapi, yang kuharapkan adalah

Supaya engkau senantiasa mengenangkan

Hari-hari bahagia dalam hidupmu dengan rasa syukur.

Supaya dengan tabah menghadapi segala cobaan,

Juga bila beban hidupmu terasa berat

Juga bila sinar harapan mulai meredup.

Yang kuharapkan bagimu adalah

Semoga dalam susah dan senang

Senyum kerahiman Allah

Senantiasa menuntunmu

Ya Tuhan, aku menyerahkan semua kehidupanku dan kehidupan keluargaku ke dalam tanganMU saja. Amin

Lomba lari Hakone Ekiden

3 Jan

Setiap tahun baru, tanggal 2 dan 3 Januari pasti diadakan sebuah pertandingan lari estafet yang diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa universitas di Jepang. Rutenya dari Otemachi Tokyo sampai Danau Ashinoko Hakone sepanjang 108 km pergi dan 109,9 km pulang, p.p. 217,9 km yang masing-masing dibagi menjadi 5 point relay/estafet. Dan dari pertandingan ini banyak atlit yang kemudian lolos dalam seleksi pengiriman atlit ke olimpiade mewakili Jepang.

Pada awalnya pertandingan ini diadakan tanggal 14 Februari 1920, untuk memilih perwakilan Jepang pada pertandingan lintas railway di Amerika. Karena Perang Dunia II sempat terhenti dan dimulai kembali tahun 1947. Mulai tahun 1956 atau pertandingan yang ke 32, dipindahkan hari pelaksanaannya menjadi tanggal 2 dan 3 Januari. (Foto dari Mainichi Shimbun)

Sambil menonton terjadi percakapan menarik dalam keluarga kami. Begini, banyak universitas yang menganggap pertandingan ini sebagai prestige bagi mereka, sehingga mereka banyak menerima mahasiswa asing yang mau menjadi wakil universitas. Tentu saja mereka kebanyakan berasal dari Afrika. “Curang ya, sebetulnya tidak boleh tuh mengikutsertakan mahasiswa asing dari Afrika, kan mereka biasanya latihan dengan harimau dan singa. Jelas mereka cepat larinya…..” hihihihi…begitulah kalau sudah “tidak suka” pada lawan karena jagoannya kalah. Keluarga Miyashita karena kebanyakan alumnus Universitas Waseda (Bapak Mertua, adiknya Gen dan istrinya), jadi sangat mendukung Universitas Waseda. Padahal saya sendiri yang mengajar di situ biasa-biasa saja cieeee…. Sayangnya tahun ini Waseda hanya menempati nomor dua setelah Toyo University. Malahan saya ingat pernah membawa goods untuk suporter dari Universitas Senshu ke rumah, karena dibagikan gratis. Dan waktu itu Riku sempat mengelu-elukan Universitas Senshu dalam rumah, bukan di pertandingannya. Universitas Senshu tahun ini mengikuti pertandingan Hakone Ekiden ini untuk ke 65 kali (dari 85 kali di tahun 2009)

Riku mendukung Senshu University, di dalam rumah yang hangat (foto tahun lalu)

Kalau dipikir hebat juga mahasiswa-mahasiswa yang berjuang demi nama universitasnya ini. Mereka mau saja berlari di tanjakan (pegunungan) dalam dingin (bayangkan lari dengan baju minim begitu dalam suhu maximum 10 derajat. Brrr.  Tapi kemudian mereka bisa menjadi atlit andalan negaranya di olimpiade. Saya jadi berpikir kapan ya Indonesia mempunyai suatu pertandingan selain PON, yang murah meriah (lari kan murah tuh) guna mencari bibit-bibit pelari handal. Dan perlu diketahui acara Ekiden ini direlay di televisi secara langsung dengan rate yang cukup tinggi.

Angpao

2 Jan

Angpao (Angpao / Angpau = 紅包 = お年玉) atau si amplop merah kecil dengan tulisan kanji china berwarna emas, memang merupakan kebudayaan Cina yang dijalankan hampir di semua belahan dunia. Yang sering didengar biasanya memang orang memberikan angpao ini waktu tahun baru. Bahkan saya pernah membaca bahwa kebiasaan memberikan angpao ini sudah dijalankan juga waktu merayakan hari Raya Idul Fitri pada tulisan Pak Oemar Bakri yang ini. Nah di Jepang Angpao untuk tahun baru diberikan kepada anak-anak sampai remaja yang belum bekerja (Kalau seudah bekerja maka tidak menerima angpao lagi), dan di Jepang bernama O-toshidama.

Amplop untuk otoshidama
Amplop untuk otoshidama

Karena untuk anak-anak, amplop yang dipakai biasanya lucu-lucu. Ada yang bergambarkan karakter terkenal seperti heroes, pokemon, snoopy, disney character dan lain-lain. Meskipun ada pula yang tradisional dengan gambar 7 dewa China atau Eto (shio) tahun tersebut — tahun ini tahun Sapi. Tapi apapun pembungkusnya, yang penting isinya bukan? BIasanya pemberian dari Kakek-nenek yang paling besar jumlahnya.

Otoshidama untuk Riku dan Kai dari bapak/ibu mertua... berapa isinya? ngga dikasih tahu tuh sama Riku hihihi dan Riku tanya "Otoshidama dari mama/papa mana?" hmmm NANTI ya hihihi.

Nah berapa sih kira-kira pemberian otoshidama itu? Memang tergantung pada umur anak tersebut. Ada yang menganggap umur 0-2 tahun tidak usah diberikan, tapi kalaupun diberikan sebesar 1000 yen (atau diberikan mainan– padahal mainan lebih mahal). dari umur 3-5 tahun sebesar 2000 yen. Begitu masuk SD menjadi 3000 yen, dan jika sudah kelas 5-6 SD biasanya berubah menjadi 5000 yen. Jumlah 5000 yen berlangsung terus sampai lulus SMA. Setelah masuk universitas biasanya menjadi 10.000 yen. Tetapi tentu saja ini harga pasaran. Mungkin Kakek/nenek yang kaya akan memberi 100.000 yen (duh mana ya? aku juga mau jadi cucunya heheheh) Atau masing-masing terpisah memberikan otoshidama, si Kakek 30.000 yen dan si nenek 30.000 yen. Dan yang lucu biasanya di TV diumumkan berapa rata-rata besar otoshidama yang diterima seorang anak dari semua keluarga saudaranya. Wah saya pikir kalau di Indonesia bisa terima banyak sekali, karena jumlah keluarga kan besar. Kalau di Jepang, masing-masing keluarga (ayah-ibu-anak) hanya 4-5 orang, jadi jumlah saudaranya sedikit.

Nah Angpao itu kalau di Jepang tidak hanya waktu Tahun baru saja. Hampir semua kegiatan yang membutuhkan “reward” diwujudkan dalam “Amplop”. Dan tentu saja amplopnya juga berbeda-beda dengan tulisan dan jumlah berbeda. Yang paling besar dan sudah saya singgung di posting sebelumnya adalah angpao pada pesta perkawinan. Biasanya bungkusnya sebesar amplop untuk surat dengan hiasan berupa tali (merah-putih atau emas) dan kertas. Tali ini bisa diumpamakan dengan pita, dan harus diperhatikan cara mengikatnya dan yang pasti ujungnya harus menghadap ke atas, dengan maksud agar rejekinya jangan jatuh/tumpah. Atau dibentuk menjadi bunga atau tsuru (burung bangau —lambang kebahagiaan). Amplop yang termahal biasanya sekitar 750 yen/per lembar. Dan isinya? untuk tamu biasanya 30.000 yen, sedangkan kalau keluarga minimum 50.000 yen.

Di bagaian kertas putih ditulis dari atas ke bawah dengan : gokekkon omedetou gozaimasu ご結婚おめでとうございます  dan di bagian bawah tulis nama pemberi. Dan biasanya uang tidak langsung di masukkan dalam amplop besar ini, ada  amplop yang biasa, yang lebih kecil di dalamnya, serta di bagian belakangnya ditulis jumlah/besarnya uang yang dimasukkan. Ini berguna untuk nanti jika “memberikan” tanda terima kasih kembali. Jadi misalnya saya hanya menulis 10.000, pasangan akan memberikan setengahnya yaitu 5.000 yen saja.

Selain pesta pernikahan ada macam-macam selamatan, mulai darikelahiran ご出産おめでとうございます, ulang tahun pertama お誕生日おめでとうございます, masuk TK, SD, SMP, SMA dan Universitas (kadang ada juga yang memberi waktu kelulusan, meski tidak wajib) dengan tulisan : ご入園おめでとうございます(untuk masuk TK)  ご入学おめでとうございます (untuk SD- Universitas). Perayaan 3-5-7 祝・七五三, Perayaan menjadi dewasa 20 th 祝・成人式 dan lain-lain. Setiap peristiwa yang dirayakan pasti memberikan hadiah tapi berupa angpao.

Tapi manusia tidak hanya gembira saja. Dalam upacara kematian biasanya memberikan “amplop” yang tulisannya bisa macam-macam, tergantung upacara dilakukan dengan cara buddha, shinto atau kristen.

Selain peristiwa-peristiwa besar dalam kehidupan manusia, tentu saja ada kalanya kita ingin memberikan sekedar “uang rokok” atau “uang jajan”, “uang transport” dll, untuk itu banyak disediakan juga amplop-amplop kecil untuk keperluan tersebut. Dan satu lagi yang biasanya harus diperhatikan jika ingin menjadi real japanese yaitu sebelum memberikan “amplop-amplop” itu biasanya dimasukkan kedalam sehelai kain pembungkus yang diberi nama Fukusa 袱紗. Yang berwarna merah untuk “acara bahagia” yang berwarna abu-abu untuk “acara sedih”. Yang paling aman adalah warna ungu karena bisa dipakai untuk semua acara.

Memang rasanya repot mengikuti kebudayaan Jepang yang ini, tapi hanya dengan melihat desain amplop-amplop ini bisa menyenangkan hati (masalah isinya sih belakangan —yang pasti menyusahkan dompet heheheh) . Satu kesenian kertas Jepang yang prima.

Hatsumode – Sembahyang pertama

1 Jan

Tadi malam, kami tidak sempat mengikuti pergantian tahun lewat televisiNHK yang sedang menyiarkan acara “rutin” tahun baru Kohaku Uta Gassen 紅白歌合戦 (Kompetisi Lagu Merah-Putih) — sebuah kompetisi penyanyi kelompok pria (putih) dan kelompok wanita (merah). Kami juga mendengar tanda pergantian tahun yang dibunyikan dari kapal Hikawamaru di pelabuhan Yokohama. Juga tidak mendengar bunyi Joya no Kane 除夜の鐘, lonceng kuil Buddha yang dibunyikan sebanyak 108 kali. Angka ini merupakan perlambang dari dosa-dosa/nafsu manusia (bonno 煩悩).

Jadi setelah kami mandi/berendam di ofuro serta goro-goro malas-malasan, sekitar jam 12:30, saya, Gen, Riku dan Kai keluar rumah jalan-jalan. Tujuannya hatsumoude 初詣 ke kuil Jinja dekat rumah yokohama. Rumah mertua (selanjutnya saya bilang rumah kami saja, bahasa jepangnya JIKKA 実家 rumah asal, karena kelak kami akan menempati rumah itu secara turun temurun)  terletak di daerah perbukitan. Jadi kami harus melewati jalan naik turun tanjakan yang tidak terhitung jumlahnya. Untung pergi dengan Gen, kalau tidak saya harus menggendong baby car naik-turun tangga…. ogah deh… Yang pasti jangan coba-coba naik sepeda deh di sini.

(Ada rumah yang memasang bendera Nipponmaru, bendera Jepang menyambut tahun baru, kanan adalah penunjuk jalan menuju jinja Takada Tenmanggu)

*********************

Sampailah kita di Takada Tenmanggu, dan waktu melihat antrian… hmmm kami pikir tidak begitu panjang antriannya. Saya membeli Hamaya 破魔矢 (Panah mengusir kemalangan) untuk tahun 2009. Biasanya orang Jepang akan menaruh panah ini sebagai hiasan dinding. Waktu kami masuk ke komplek kuil jinja ini juga terdapat sebuah pembakaran Hamaya dan perhiasan tahun baru dari tahun yang telah lewat. Lumayan juga dnegan adanya pembakaran ini maka udara di sekitar tempat itu menjadi hangat.

*****************

Ternyata antrian yang kami kira pendek, lumayan panjang sampai ke tangga yang menuju ke lembah. Jadi Gen yang antri terlebih dahulu, saya dan anak-anak menunggu di dekat api dan yang terang terkena sinar matahari. Jika berada di bawah bayangan terasa sekali dinginnya udara luar.  Tadi sebelum pergi, Ta-chan bilang di luar hanya 10 derajat.

Sambil menunggu, saya memperhatikan orang-orang yang datang untuk hatsumode. Banyak pasangan muda yang bapaknya menggendong bayi yang terbungkus dengan baju tebal. Tapi ada satu pasangan manula yang menarik perhatian saya. Bapaknya pakai kimono untuk pria, dan wanitanya tentu juga memakai kimono…. kimononya berwarna hijau tua dengan obi (ikat pinggang) berwarna emas…. wah warna emas itu membuat saya tidak bisa melepaskan pandangan saya dari pasangan itu. Saya ikuti semua gerakan mereka, termasuk waktu mereka membeli omikuji おみくじ undian peruntungan.

(Pasangan manula yang menarik perhatian saya, kanan omikuji Riku yang artinya Untung Besar)

*********

Tak lama Gen sudah mencapai ke dekat tempat kami menunggu, jadi kami bergabung untuk ikut antri. Di pintu masuk JInja terdapat tiga lonceng besar dan sebuah kotak persembahan. Biasanya kami memberikan uang logam 5 yen atau 50 yen (yang berlubang itu) sebagai persembahan. Kemudian kami akan menggoyangkan lonceng dengan tali itu, dan menepuk tangan, serta menunduk. Selesailah doa cara shinto. Tapi saya agak kaget waktu akan kembali ke  arah datang, ternyata  di sebelah saya berdiri seorang Kannushi 神主 (pendeta Shinto). Duh sayang sekali tidak bisa berfoto bersama (dasar mikirnya foto mulu hihihi).

(Biasanya omikuji yang tidak begitu bagus diikat pada tali yang ada di jinja tersebut)

**********

Lalu kami membeli omikuji, undian keberuntungan. Dan Riku mendapat Daikichi 大吉 (Keuntungan Besar). Semoga benar ya Riku heheheh. Di samping pintu Jinja itu juga terdapat daftar tahun sial bagi orang-orang yang lahir tahun tertentu. Tahun ini adalah tahun sial untuk laki-laki yang lahir di tahun 1985, 1968 dan 1949 dan untuk perempuan bagi mereka yang lahir di tahun 1991, 1977 dan 1973. Dan untuk mereka yang memasuki tahun sial, biasanya akan membeli jimat penolak bala di jinja.

(kimono girls , kanan di depan kuil buddha– loncengnya berbentuk gong)

********

Dalam perjalanan pulang, kami melihat dua anak perempuan memakai kimono. hmmm memang lain ya kalau punya anak perempuan (tapi saya tidak ngiri bahwa anak saya laki-laki saja… karena… saya tetap yang tercantik di rumah saya hahahaha). Kami kemudian berjalan menuju kuil buddha yang berada dekat dengan jinja. Memang orang yang pergi ke kuil buddha untuk berdoa sedikit. Tapi dengan berdoa ke sini, saya mendapat kesempatan untuk ikut membunyikan lonceng besar kuil… wow… (saya ingat di hiroshima juga pernah tapi tidak boleh sampai bunyi…hanya untuk ambil foto saja). Meskipun sedikit yang antri untuk membunyikan lonceng kuil ini sebentar-sebentar terdengar bunyi lonceng …sungguh terdengar mistis.

Kami pulang melewati SD tempat dulu Gen bersekolah. Tahun ini SD Takada menyambut ulang tahun ke 134 tahun. Sedangkan SD Shakujidai, tempat Riku nanti bersekolah bulan April baru 33 tahun. Hmmm SD yang bersejarah.  Dengan melewati ladang penduduk, kami kembali pulang ke rumah kami, sementara Kai tidur terus sejak kami berdoa di Jinja tadi….

Happy New Year from us

1 Jan

Akemashite omedetougozaimasu.
Sakunenwa iro iro osewaninarimashita
Kotoshimo yoroshikuonegaishimasu.

Heisei 21 (2009)

Miyashita Gen-Imelda-Riku-Kai

(kartu Tahun Baru kali ini jimi bener deh… warnanya kurang meriah hihihi. Ketahuan banget lagi males desain)

Kemarin malam kami sampai di rumah mertua “hanya” 45 menit dari rumah kami. Biasanya kalau macet bisa smapai 1,5 jam tapi jalan benar-benar sepi. Kebanyakan orang Tokyo mudik ke kampung halamannya. Dan untung kampung halamannya Gen dekat, Yokohama.

Jam 6 sore kami sampai, dan jam 7 mulai makan malam…. Tentu saja diawali dengan Kampai, sebotol sake 1,7 liter buatan Koshino kanbai (produksi Prefektur Niigata) dan 700 ml Masumi Arabashiri (produksi Prefektur Nagano).

Biasa sambil kampai kita menyebutkan “Kampai”, tapi khusus untuk menutup tahun , kita mengatakan “Yoi otoshiwo” singkatan dari Yoi otoshi wo omukaekudasai よいお年をお迎えください artinya Selamat menyambut tahun yang baik.

Kai juga sudah bisa bersahabat dengan Ta-chan panggilan untuk ojiisannya. Entah kenapa sejak dia lahir, selalu menangis kalau bertemu Ta-chan. Tapi kemarin malam dia sudah bisa ber hahahihi denga Ta-chan. Dia sudah mengerti bahwa dia harus menghormati pemimpinnya Miyashita Clan.

hidangan laut yang mewah karena mahal, atas Karasumi からすみ(telur Ikan Bora), Uni うに(sea urchin) dan Awabi アワビ(abalone) . Biasanya saya tidak suka abalone karena keras tapi ini direbus dan lembut sekali.

Rencananya sih sesudah minum dan makan “appetizer”, akan dilanjutkan dengan sukiyaki sekitar jam 10 malam, dan ditutup dengan toshikoshi soba 年越しそば(mie pergantian tahun”. Tapi rencana tinggal rencana, karena belum jam 9 malam, semua sudah teler….alias mabok…dan mengantuk. Jadi semua pergi ke tempat tidur masing-masing tanpa makan sukiyaki dan soba.

Kira0kira jam 2:30 pagi saya sempat bangun, turun ke lantai bawah dan membuka komputer hubungkan dengan internet untuk membaca komentar di blog. Tapi tiba-tiba Riku ikut turun dan menghampiri aku… “Mama bobo sama-sama yuuk”.  Akhirnya aku kembali lagi ke kamar dan tidur di sebelah Riku. Rupanya dia mau manja-manja sama mamanya hehehe. Sambil aku liatin mukanya Riku, aku juga pikir tak lama lagi dia akan menjadi dewasa … atto iu ma あっという間(sekejap mata)  tahu-tahu dia sudah SD bulan April ini. I love you kid. Aishiteiru yo. Sambil peluk dia aku tertidur, sampai Kai terbangun jam 5 pagi minta minum.

Sebelum makan pagi, kami melakukan ritual upacara Tahun baru yaitu berdoa memohon perlindungan dewa-dewa Jepang dari Ise Jingu di depan Kamidana 神棚(altar Shinto) dengan memberikan sedikit sesajen berupa mochi (seharusnya ozouni お雑煮), omiki お神酒 (sake), dan wakamizu 若水(air pertama yang diambil pada hari gantan -元旦- hari tahun baru).  Caranya (Untuk berdoa di jinja pun sama): dua kali membungkuk, 2 kali tepuk tangan dan satu kali membungkuk. Kamidana selalu terletak di atas. Setelah itu mohon perlindungan leluhur di depan butsudan 仏壇 (altar Buddha) , dengan membakar okou 御香. Kalau di depan butsudan, menyalakan incense stick (Okou), memukul cawan besi sehingga mengeluarkan bunyi denting (seperti memanggil arwah), mengatupkan kedua tangan  lalu membungkuk. Jadi kalau berdoa di kuil Buddha juga tidak ada tepuk tangan.

Sesudah ritual selesai baru kami makan pagi bersama. Dan biasanya diawali dengan otoso (sake khusus ) tapi karena tidak ada, dengan sake biasa saja Oosouri 大沢里(produksi prefektur Shizuoka).  Semestinya kita makan osechi ryouri, tapi karena dalam suasana berkabung, kami makan makanan tahun baru yang tidak dihias, seperti kacang-kacangan, telur ikan, salada, dan kamaboko (bakso ikan) berwarna merah putih  dan telur. Warna tahun baru adalah merah putih (warna bahagia)

Selesai makan pagi baru jam 10 pagi, padahal hari masih panjang ………

Make a Wish

31 Des

Kemarin adalah hari untuk aku yang keluar rumah. Tadinya sih mau pergi bersama makan siang di luar dan belanja. Tapi sampai jam 2, Gen males-malesan terus depan tipi. Padahal aku masih harus pergi ke bank segala, dan harus sebelum jam 3 siang karena semua transfer antar bank cuma bisa sampai jam 3 saja. Hmmm memang kalau begini lebih baik dan lebih cepat kalau aku pergi sendiri. Tapi waktu aku siap-siap ambil mantel untuk pergi naik sepeda, Kai menangis meraung-raung. Dan Riku bilang, “Mama aku lapar…masak sesuatu dong!”.

Huh, yang tadinya mau makan di luar terpaksa deh aku masuk dapur lagi dan siapkan makan siang, nasi kare yang tidak pedas untuk anak-anak dan Rendang untuk Gen. Sedangkan aku langsung masuk kamar komputerku lagi untuk beberes. Tau-tau Gen masuk membawa kamera, dan dia kasih lihat foto ini:

Kai begitu selesai makan langsung tertidur di mejanya.

Ya, si chubby Kai, ternyata begitu selesai makan langsung tertidur di mejanya…duhhh kasian banget deh. Dan posisi ini masih terus berlangsung sampai kira-kira satu jam….. (Yang pasti aku langsung pergi begitu aku lihat dia tidur). Entah mungkin dia kecapekan bermain dan dibacakan buku oleh papanya. Bukunya adalah Picture Book pilihan dia “Harinezumi no Hariko”, Hariko si Landak.

Buku “Hariko si Landak” ini ditulis oleh Nakaya Miwa, pengarang Picture Book yang pernah saya kenalkan di sini juga, yaitu Si Kacang Babi dan Black Crayon. Memang dia jenius! Hebat… jalan ceritanya  sederhana tapi merupakan kenyataan yang ada. Nanti deh saya ulas di posting yang lain.

So, saya sendiri langsung pergi belanja (ngga jadi ke Bank deh), dan ke kantor pos. Tujuan belanja kali ini bukan belanja makanan, tapi aku mau beli lemari kotak untuk Riku, supaya mainannya tidak berserakan. Setelah ukur punya ukur, masih bisa masuk lemari box untuk Riku di kamar tamu. Selama ini hanya masuk ke dalam dua keranjang besar saja. Jadi,sekarang boneka Ultramannya Riku sudah punya tempat yang nyaman. hehhehe

Hmmm semoga bisa terus beres deh ….sebel aku liat mainan di mana-mana. Soalnya rumahku kan sempit, tidak seperti di Jakarta yang luas dan ada Asisten RT yang bisa beresin rumah setiap saat.

Well, besok kita sudah memasuki tahun 2009. Apa harapan dan target Anda di tahun 2009 nanti? Biasanya di sini pada tahun baru, akan membeli DARUMA, sebuah boneka terbuat dari gips, tanpa mata. Jika kita mempunyai keinginan, maka kita akan menggambar sebelah mata dengan tinta hitam, dan menaruhnya di tempat yang mudah dilihat…. seakan mengingatkan kita bahwa kita punya target/tujuan di tahun ini. Setelah harapan kita terkabul, barulah kita melengkapi sebelah matanya sebagai tanda bahwa cita-cita dan atau harapan kita sudah tercapai. So…. Make a wish….

Seperti Manekineko, kebudayaan Cina ini datang ke Jepang sekitar tahun 1600 (jaman Edo) dan menyebar di kalangan pedagang. Biasanya mainan ini dibuat dengan menaruh berat di bagian bawah, sehingga jika dijatuhkan akan kembali lagi. Ini juga merupakan slaah satu pemikiran supaya meskipun kita jatuh hendaknya bisa bangkit kembali 起き上がり. Sesuai peribahasa Jepang  七転八起 “Tujuh kali jatuh Delapan berdiri”. (Kok aku jadi teringat lagu dangdut “Jatuh Bangun”nya si Meggy Z ya? hihihi)

So… apa harapan saya di tahun 2009?

Cuma satu….. yaitu “semoga bisa sering-sering pulang ke Jakarta” hihihi….

And I wish you all: Happy New Year 2009…. Selamat Tahun Baru SAPI mowwwww…..

Gara-gara Cosmos

29 Des

Waaaha siapa lagi tuh si Cosmos? (Bukan Cosmas loh, kalo Cosmas memang banyak dari Batak tuh). Yang pasti Cosmos ini bukan nama bunga yang pernah saya bahas di sini. Tapi Cosmos adalah nama sebuah komputer sistem pengatur Shinkansen Jepang Utara. Gara-gara dia kecapekan, hari ini sekitar 112 dari 380-an shinkansen yang harusnya berangkat terpaksa dibatalkan. Waktu mendengar berita pertama mengenai keterlambatan Shinkansen Tohoku pagi ini, Gen berkata, pasti itu gara-gara salju. Memang badai salju sedang melanda Jepang Utara. Tapi ternyata penyebabnya ya sistem trouble, kesalahan si Cosmos ini. Tetapi secara tidak langsung badai salju juga turut berperan sehingga si Cosmos akhirnya “meledak”. Karena Badai salju, dial (jadwal kereta) kemarin banyak yang tidak tepat. Nah pagi dini hari sebelum jadwal shinkansen mulai pagi ini diberikan input data jadwal baru. Dn ternyata karena terlalu banyak data baru itu menyebabkan si Cosmos ngambek. Biasanya kalau ngadat begini dalam waktu 1 jam bisa diselesaikan, tetapi hari ini paling sedikit 3 jam shinkansen lumpuh. Sekitar 137.000 orang yang akan mudik ke kampung halamannya terpaksa menunggu di stasiun selama tiga jam dalam dingin. Brrrrr.

Foto diambil dari sini

Puncak mudik diperkirakan tanggal 30 dan 31 besok. Semua orang ingin bergabung dengan sanak-saudaranya di kampung halaman untuk melewatkan pergantian tahun dari tahun Tikus menjadi tahun Sapi. Pada waktu-waktu seperti ini memang paling enak yang tetap tinggal di Tokyo dan sekitarnya, karena lalu lintas dalam kota akan menjadi sepi. Akan tetapi memang diperkirakan 2 hari lagi udara yang sekarang lumayan hangat akan menjadi dingin, menjadi musim dingin yang sebenarnya. Ah…tetapi yang paling enak lagi adalah Tina yang sekarang sedang melewatkan liburan di Jakarta…. duh iri hati deh… urayamashii

Di saat seperti ini kita disadarkan betapa manusia sekarang terlalu bergantung pada sistem komputer. Begitu sistem itu error, heboh deh… Tapi akhirnya yang membetulkan sistem itu juga manusianya. Manusia memang masih diperlukan, secanggih-canggihnya suatu sistem. Dan ngomong-ngomong soal komputer, kemarin aku dan Gen menerima hadiah Natal dari…. masing-masing hehehhe. Untuk Gen aku beli Harddisk external 1 TB (satu Tera byte)… dengan harga yang UNBELIEVABLE  (eh eh eh…masak pengucapan Japlish nya untuk kata ini ANBELIBABO hihihi). iya…. hanya 12.000 yen saja. Mereknya Buffalo, sebuah merek yang selalu aku pakai untuk urusan memory data. Padahal produsen lain masih memberi harga 18.000 – 28.000 yen (saya pernah posting di sini). Dan karena HD externalku yang 160 GB juga sudah mulai penuh, aku beli yang 640 saja, beda harganya 4.000 yen (yaitu 8000 yen dari produsen IO Data). Sebetulnya bisa saja sih beli dua yang sama, cuma Buffallo yang 1 TB itu hanya ada warna hitam (warna PC nya Gen hitam sih), sedangkan aku maunya putih… Dan 1TB yang putih muahaaaaalll (mahal maksudnya heheheh)

Hari ini Riku dan papanya pergi lagi ke Kichijoji untuk menonton Film Wall-E. Harga Tiket di sini 1800 yen untuk dewasa dan 1000 yen untuk anak-anak. Di dalam film terdapat adengan bergandengan tangan, dan katanya Riku pun menggandeng tangan papanya sambil menonton. Gen menjadi terharu di situ…. Film Wall-e ini baru diputar di bioskop jepang mulai tanggal 10 Desember yang lalu. Semua disulih suara dengan  bahasa Jepang. Riku dan Gen menonton pertunjukan jam 11:45, jadi pas waktu makan siang. Tapi meskipun begitu bioskop penuh dengan keluarga yang menonton. Untung juga menonton jam segitu karena pertunjukan berikutnya sudah terdapat antrian yang panjang sekali.

Imelda dan Kai? Hari ini di rumah saja. Sambil nge-print kartu Tahun Baru, aku bermain dengan Kai dan membacakan buku untuk dia. Kelihatan Kai juga suka pada buku. Dia memilih sendiri buku yang ingin dia lihat. Tapi gara-gara Kai aku membuat kesalahan fatal, yaitu tujuan pengiriman Kartu Tahun Barunya semua menjadi 3 lembar. Rupanya cursor untuk menunjukkan berapa copy tergeser menjadi tiga waktu Kai “mengganggu” komputer saya. Dan saya tidak sadar sama sekali, sampai saya heran kenapa waktu pencetakan begitu lama. Tetapi semuanya sudah terlambat. Terpaksa saya kumpulkan 2 lembar yang lain (kan aneh jika orang menerima 3 lembar katu tahun baru dari saya…nanti dipikir saya sudah rada-rada hehehhe) , ada kira-kira 50 lembar, untuk besok dikembalikan ke Kantor Pos. Nah sistem ini juga aneh menurut saya. Kartu pos Tahun baru itu memang sudah tercetak perangko seharga 50 yen. Dan waktu kita beli selembar 50 yen. Tetapi jika kita salah mencetak/menulis nama, kita bisa mengembalikan/menukarkan dengan kartu pos atau perangko dengan dipotong 5 yen per lembar. Heran bener deh… Kalau di Indonesia, jika terjadi kesalahan begitu kan pasti resiko ditanggung penumpang ya? Salut deh aku sama kantor pos di sini.

Zoo Debut

29 Des

Membesarkan Kai yang anak kedua memang lain dibanding dengan Riku. Jika Riku sewaktu berumur 6 bulan sudah bersosialisasi di penitipan bayi, mempunyai banyak teman dan sering kami ajak bepergian, maka Kai baru waktu berumur 1 tahun “menikmati” kehadiran teman-teman di penitipan. Saya juga jarang membawa dia pergi-pergi karena kalau pergi berarti harus bersama Riku juga. Dan membawa dua anak dengan kendaraan umum memang sulit. Papa Gen sejak Kai lahir memang sibuk sekali, sehingga juga jarang membawa Kai pergi-pergi, lebih senang mengajak Riku yang tentunya tidak merepotkan untuk pergi date berdua. Karenanya memang Kai lebih manja (dan keras kepala) daripada Riku. Sekarang dia sudah mau jika saya tidak ada, dibanding sebelum dia terbiasa di penitipan yaitu sejak bulan November. Dia juga sudah menyambut papanya kalau pulang kantor dnegan anthusias, bahkan kata-kata yang paling sering dia ucapkan adalah “papa” (sebeeeelll…. tapi gpp deh supaya papanya mau ngurusin dia hahaha)

(Primadonanya Kebun Binatang Kichijoji, seekor gajah yang bernama Hanako, kalau tidak salah umurnya sudah 60 tahun lebih)

Dan kemarin (Minggu 28 Desember, 2008) pertama kalinya Kai pergi jalan-jalan tanpa mama. Kai debut, pertama kali pergi ke Kebun binatang di Kichijoji. Tiga laki-laki pergi sesudah makan siang sekitar jam 1, sementara mamanya tinggal di rumah untuk membersihkan rumah. Bongkar pohon Natal, buang mainan Riku yang tidak “utuh” lagi, sambil mencetak kartu tahun baru. Ternyata kartu Tahun baru dari keluarga Miyashita akan terlambat lagi, tidak bisa sampai pada tanggal 1, tetapi baru bisa tanggal 5, hari Senin…. Ngga apa-apa deh, yang penting masih melanjutkan tradisi mengirim kartu pos tahun baru Nengajo, sehingga kebudayaan Jepang ini tidak hilang. (Kalau bukan generasi mudanya yang berbuat, siapa lagi coba?)

(Ternyata mereka sempat beristirahat di kedai minuman Jepang. Yang Riku pesan adalah oshiruko, semacam bubur kacang merah yang manis dan hangat. Sedangkan Gen memesan Amazake, yang terbuat dari beras berfermentasi dan disajikan manis dan hangat. Kadar alkoholnya amat rendah (hampir sama dengan tape singkong)

Karena di luar dingin sekali aku pikir mereka akan pulang cepat. Sebelum pergi juga aku sudah wanti-wanti, kalau misalnya Gen capek atau kewalahan ngurus anak-anak, telepon saja dan aku akan jemput ke Kichijoji. (sorry ya…rada ngga percaya soalnya hihihi). Ternyata, mereka pulang jam 6 sore, dan membawa ayam si kolonel untuk makan malam…. jadi aku tidak usah masak lagi …asyiiik.

Waktu buka pintu untuk mereka langsung si Riku gandeng aku, dan bilang bisik-bisik,”Mama jangan bilang ya bahwa aku bukan pertama kali makan hotdog…. ” Rupanya dia bilang ke papanya, dia tidak pernah makan hotdog, padahal sudah pernah (padahal aku juga lupa sih, kapan itu) Hmmm, sudah mulai mau membohongi dan menutup-nutupi sesuatu nih…. dan aku dijadikan sekongkolnya. hihihi….

(kanan: pohon dilindungi dengan tali-temali sehingga salju tidak akan tertimbun di dahan yang akan menyebabkan dahan patah)

Hasil potretan yang saya rasa bagus, burung-burung yang berenang di kolam+ pelukis (diambil oleh Gen)

Foto-foto lain yang diambil oleh Riku:

Sssssttt…pulang-pulang Gen pasang koyok di bahu kirinya. Dia memang menggendong Kai terus karena tidak membawa baby carnya. Dan dia bilang sama aku, “Saya bisa rasakan betapa beratnya Kai…” hihihi