One scoop free

9 Mei

Sudah sejak kemarin saya dan adik mayaku, Yoga membicarakan soal es krim. Kami berdua memang pecinta es krim, kue, kopi dan teh. Yang terakhir baru saja masuk listku, karena memang dulu saya tidak begitu senang minum teh. Tetapi sejak sering sakit perut, saya hanya bisa minum teh, dan coba-coba bermacam jenis teh dari berbagai merek … terutama yang berasa orange/lemon dan fruit.

Nah, tadi pagi kembali lagi es krim menjadi topik pembicaraan. Katanya dia mupeng pengen es krim hihihi. Lalu saya tanya, bisa ngga sih beli eskrim online di Jakarta?  Hehehe, pertanyaan yang aneh, karena di Tokyo pun sebetulnya tidak ada layanan itu. Ada, tapi hanya eskrim yang disediakan oleh pizza or kentucky delivery. Padahal yang kita mau makan es krim berkualitas.

Wah istilah apa lagi ini es krim berkualitas? Mungkin yang paling langsung bisa diketahui bahwa es krim itu berkualitas itu seperti apa, ya yang dijual dengan harga mahal per scoopnya, dengan nama merek-merek terkenal yang ada di cabang-cabangnya di berbagai mal di kota besar.

Waktu kita datang ke gerai tsb sedang ada diskon 31% jadi bisa beli 6 scoop untuk berempat
Waktu kita datang ke gerai tsb sedang ada diskon 31% jadi bisa beli 6 scoop untuk berempat

Dan sebetulnya hari ini memang saya ingin sekali pergi ke gerai Baskin Robbins 31, tapi karena Kai dan saya sendiri sedang tidak enak badan saya batalkan. Karena waktu beberapa hari yang lalu ke sana, saya membaca bahwa pada tanggal 9 Mei, Baskin Robbins akan memberikan satu scoop es krim gratis bagi penyumbang pengumpulan dana Unicef.  Rupanya kegiatan untuk membangun pendidikan di negara Burkina Faso yang terletak di Africa ini sudah berlangsung sejak tahun 2002. Pada awal kegiatan tahun 2002 terkumpul dana sebesar 47.80o.000 yen. Dan tahun kemarin 2008, terkumpul 284.680.000, meningkat hampir 6 kali lipat!!!! (sumber situs baskin jepang) Dan perlu diketahui, hari ini pemberian satu scoop gratis ini hanya dibatasi dalam dua jam sejak toko dibuka. (hmm saya ingin tahu hasil tahun ini deh…. meskipun saya tidak bisa berpartisipasi)

(Kabarnya dulu Presiden AS Obama pernah bekerja di gerai ini di Honolulu, dan waktu kencan pertama dengan First Lady juga di gerai ini dan menyantap es krim rasa coklat… Jadi Riku pun sekarang setiap ke sini, mau memesan rasa “Obama” heheeh)

Lalu mengapa Baskin Robbins membuat acara bagi-bagi es krim gratisnya hari ini? Ya, karena hari ini adalah hari es krim, yang sudah pernah saya tulis tahun lalu di postingan ini.

Jadi hari ini apakah saya sudah makan es krim. Jawabnya? Sudah, karena Riku pergi beli es krim (meskipun yang murah)  di toko konbini dekat rumah. Yang membuat saya terharu dari anak sulungku itu adalah dia juga membeli susu dan coklat padahal saya hanya menyuruh dia membeli es krim. Lalu dia bilang, “Soalnya saya tahu tidak ada susu di lemari es. Mama kan setiap hari harus minum susu kan?” Duh, anakku……

NB: Yug, itu rasa baru Pudding ala Mode dan Strawberry Choco Dipped. Es krim untuk kamu dipending dulu ya, sampai aku bisa ke Jakarta lagi, dan kita sama-sama pergi makan es krim di Sency hihihi (Jangan khawatir Kai sudah bisa dititipin makanin es krim untuk kamu, sambil mamanya bantu).

Pengalaman Demokrasi -2-

8 Mei

Kali ini saya mau bercerita tentang perkumpulan orang tua murid di SD nya Riku. Tanggal 16 April yang lalu, saya menghadiri acara pertemuan pertama antara guru dan orang tua murid. Ceritanya dalam acara itu, masing-masing orang tua bisa saling mengenal dan juga mengenal guru walikelas anaknya. Seperti biasa, Guru memperkenalkan diri dulu. Guru Riku ini masih muda, tapi sudah bekerja di SD ini 5 tahun. Jadi saya perkirakan umurnya 27 tahun (rata-rata lulus universitas berusia 22 tahun). Namanya Chiaki Sensei.

Kemudian satu-per-satu orang tua murid memperkenalkan diri. Dan yang lucu di sini, memperkenalkan diri bukan dengan nama si ibu tapi “Saya ibunya Riku Miyashita”. Jadi nanti juga kalau bertemu dan memanggil seseorang akan “…… chan no mama (ibunya …chan)” “Riku kun no mama (Mamanya Riku)” . Dan waktu memperkenalkan diri, diminta untuk menyebutkan “kebaikan – sisi baik sang anak”. Well, saya dapat giliran kira-kira nomor 10, dan aku langsung berkata: “Saya mamanya Riku. Seperti kalian tahu, saya bukan orang Jepang, saya datang dari Indonesia. Saya tidak sedisiplin orang Jepang dalam mendidik anak, jadi kalau Riku berbuat nakal atau tidak sopan, tolong kasih tahu saya. Selama ini Riku selalu bersama saya, lebih suka di rumah. Baru dua hari yang lalu dia berani pergi ke toko sendiri. Kalau ditanya apa yang bagus dari Riku ,maka saya bilang tidak tahu. Karena apa yang menurut saya bagus, belum tentu menurut Anda bagus. Jadi sensei lihat saja nanti Riku bagaimana. Dia makan apa saja. Suka sayur, jadi tidak sulit untuk makanan.”

Setelah semua orang tua murid memperkenalkan diri, tiba waktunya untuk memilih 3 orang wakil untuk menjadi pengurus PTA. Satu dari 3 orang itu akan menjadi PTA Inti yang mengelola semua kegiatan anak sekolah dari kelas 1 sampai 6. Sedangkan 2 yang lainnya, menjadi wakil kelas, mengurus kegiatan kelasnya saja dan menjadi anggota bagian kegiatan PTA. Satu kelas rata-rata 30 anak (kelas Riku 32 anak), dan diharapkan ada 3 orang yang bersedia mau menjadi wakil kelas.

………………….. Tidak ada yang mengangkat tangan. Semua saling pandang. Wah saya kaget juga dengan kondisi ini. Karena waktu Riku TK, orang tua murid di kelas Riku amat aktif. Dalam hitungan menit sudah ada tangan-tangan yang bersedia. Tapi di SD ini….. kenapa tidak ada yang mau ya?  Saya jadi kangen dengan ibu-ibu di TK yang begitu aktif. Memang ada ibu yang tidka mungkin menjadi pengurus karena mempunyai bayi, dan anaknya ada 4/5 orang. OK deh kalau si Ibu itu impossible mengatur waktunya. Tapi saya lihat masih banyak kok yang sebetulnya “kelihatannya” punya waktu. (Dan waktu saya cerita bahwa ibu-ibu tidak ada yang mau, Gen bilang… ya biasanya memang tidak ada yang mau hihihi)

Terus terang saya ingin tahu. Saya ingin tahu bagaimana sih orang Jepang berorganisasi. Saya yang biasa berorganisasi sejak SMP, rasanya gatal kalau tidak ikut. Sebelum pertemuan memang Gen sudah bilang,

“Pasti kamu mau ikut jadi pengurus PTA kan? ”
“Ngga boleh?”
“Ya boleh dong… tapi jangan bilang saya kerja di universitas, nanti saya disuruh bantu-bantu macam-macam hehehe”

Tapi karena tidak ada satupun yang bersedia, saya juga jadi bingung. Masa saya yang orang asing sok tahu angkat tangan dan bilang, “OK, saya mau” Duuh, nanti digencet lagi anakku hehehe. Lima menit lewat,  belum ada yang mau, sedangkan pengurus PTA yang lama, sudah menunggu nama-nama calon pengurus baru. Mereka berdua mengancam, kalau tidak ada yang mau, bisa-bisa diadakan undian. Kalau undian, siapa yang dapat harus mau, jadi lebih baik dan diharapkan ada yang bersedia.

Kebetulan ibu yang duduk di sebelah saya, anaknya juga di TK yang sama dengan Riku meski berlainan kelas. Saya ajak dia untuk angkat tangan. Sementara saya juga bertanya pada Pengurus PTA yang dua orang itu, misalnya saya tidak bisa mengikuti rapat pada hari Jumat bagaimana. Karena saya sudah pasti setiap Jumat tidak bisa. “Well, tidak ada pemaksaan kok. kan masih banyak pengurus yang lain”. Dan ada kata-kata dari dia yang membuat saya akhirnya angkat tangan adalah “Dalam 6 tahun anak Anda bersekolah di sini, harus menjadi pengurus satu kali. Dan daripada nanti jika anak sudah di kelas atas, lebih baik lebih cepat menjadi pengurus lebih baik. Dan kalau sudah satu kali menjadi pengurus, SELANJUTNYA TIDAK USAH.” Loh… biasanya kalau di Indonesia, orang yang sudah terpilih, dia pasti akan dipilih terus-terusan, sehingga tidak bisa lepas dari organisasi. Jadi ada kesan terpaksa. Sehingga biasanya orang juga takut untuk mulai masuk organisasi karena takut tidak bisa “keluar” dari situ.

“Wah kalau begitu, OK saya mau…. “. “Miyashita san terima kasih, siapa lagi yang mau?” Dan teman sebelah saya mengangkat tangannya. Asyiiik terpengaruh juga dia. hihihi.

Akhirnya terpilihlah 3 orang wakil kelas, dan teman saya Rie ini yang akan menjadi pengurus Inti. Sebagai pengurus kelas, kami bertiga langsung dibagikan tanda patrol keamanan untuk ditempelkan di sepeda, dan ditaruh di tas. Dan langsung kami harus mengikuti Rapat Umum Pengurus Inti dan pengurus kelas PTA tanggal 22 April.

Dalam rapat yang diadakan tanggal 22 April itu, sudah langsung dibagi bahwa ada 3 bidang yang harus dipilih. Bidang Kebudayaan, Bidang Kegiatan Anak-anak dan Bidang Keamanan. Saya sebetulnya ingin masuk ke bidang kebudayaan, karena tugasnya hanya membuat seminar tentang apa saja sebulan sekali. Kan gampang tuh…. paling-paling cari pembicara, meeting, tentukan tanggal, buat undangan, persiapan, pelaksanaan lalu terakhirnya evaluasi. Sudah kelihatan kerjanya.

Tapi, berhubung teman saya yang menjadi pengurus Inti itu sudah mengurusi bidang kebudayaan, maka saya tidak bisa masuk ke situ. Saya harus pilih antara Bidang Kegiatan Anak-anak atau Bidang Keamanan. Duuuh kalau keamanan saya males deh, soalnya musti patroli senja hari, memantau keselamatan anak-anak, apakah ada yang masih bermain di luar (baca 5:30). Memantau rumah-rumah yang menjadi tempat pelarian anak-anak Kodomo 110. Lalu sesekali naik patrol car, bersama polisi untuk inspeksi daerah-daerah berbahaya. Saya langsung bilang, “Wah kalau senja saya tidak bisa, karena saya masih ada balita. Saya kan tidak bisa patroli dengan membonceng balita. Saya di Bidang Kegiatan Anak-anak saja ya.”

Untung saja teman pengurus sekelas yang satunya mau masuk ke Bidang Keamanan… (agak maksa juga sih saya hihihi). Jadi deh saya menjadi anggota Bidang Kegiatan Anak-anak. Dan ternyata ….. kegiatan bidang ini yang paling SIBUK!!! Dooohh. Coba deh saya tulis kegiatannya apa saja.

1. Sebulan sekali ikut rapat umum PTA
2. Mengumpulkan bellmark, yang dibagi menjadi kelompok
3. Mengumpulkan eco cap
4. Mengadakan bazaar untuk murid tanggal 19 Juni (sudah pasti saya tidak bisa ikut karena hari Jumat)

Kegiatan nomor 2 dan 3 itu loh yang tidak mengenal waktu. Karena begitu terkumpul banyak, harus segera dikirim. Yang lucunya kedua kegiatan ini pernah saya ulas di TE. Eeee jadinya malah harus mengumpulkan. Tapi karena saya sudah mengerti jalan ceritanya, ya saya tidak bego-bego banget dengan bertanya, “Bellmark itu makanan apa sih?” hihihi.

Nah, yang bagusnya di rapat per bidang, semua yang memang terpilih jadi pengurus ini, ternyata lumayan aktif. Begitu si Ketua bidang tanya, siapa yang mau urus ini-itu, langsung ada yang menjawab. Jadi kali ini saya yang diam, menunggu sisa kerjaan aja hehehe (maklumlah di sini kan ada pemikiran sempai-kohai senior-junior  juga, saya kan masih ortu dari kelas 1, masih kroco , tidak boleh menonjol….. ).

Jadi begitulah…. saya sekarang menjadi “sok sibuk” dengan kegiatan kepengurusan PTA sekolahnya Riku. Tapi saya jadi bisa melihat secara langsung kebiasaan orang Jepang dalam berorganisasi, dan pengejawantahan demokrasi dalam masyarakat Jepang skala kecil. Dan  kalau ada cerita lucu kan bisa jadi bahan posting di TE hehehe.

Setelah Rapat Umum tanggal 22 April ini, kami harus menghadiri Sidang Pleno PTA pada tanggal 30 April. Sebelumnya sudah dibagikan segepok laporan yang harus kami baca sebelum menghadiri Sidang Pleno tersebut. Namanya keren ya… Sidang Pleno…. apa saja sih yang dibicarakan?

…….bersambung

Bouya

6 Mei

Bouya 坊や adalah sebutan kesayangan untuk anak laki-laki di Jepang. Bahasa resminya otoko no ko 男の子, tapi seperti kalau di Indonesia menamakan anak laki-laki dengan bocah atau buyung, di Jepang juga sering memanggil anak-anak laki-lakinya dengan bouya.

Koinobori

Tanggal 5 Mei adalah hari khusus untuk anak laki-laki, yang berasal dari perhitungan kalender China Kuno yang disebut dengan sekku. Hari libur ini merupakan serangkaian hari libur di akhir April dan awal Mei yang disebut Golden Week (Minggu Emas) di Jepang. Berdasarkan hukum Hari Anak-anak diperingati sejak tahun 1948 dan ditetapkan dengan undang-undang hari libur Jepang (Shukujitsu-hō) untuk “menghormati kepribadian anak, merencanakan kebahagiaan anak sambil berterima kasih kepada ibu.”

(dari kiri-kanan) Papa Gen - Om Taku - Nobu - Kai
judul: Tukeran anak? (dari kiri-kanan) Papa Gen - Om Taku - Nobu - Kai

Kira-kira sebulan sebelum hari ini, di tiap rumah yang mempunyai anak laki-laki akna menghias rumahnya dengan bendera berbentuk ikan koi, yang disebut Koi Nobori. Semakin kaya keluarga itu, semakin besar dan bagus bender yang dipasang. Karena kami tinggal di mansion (apartemen) jadi tidak memasang bendera seperti itu (sekipun saya tahu ada 2-3 keluarga yang memasang di teras rumahnya). Dan biasanya kakek-nenek lebih antusias merayakan upacara anak laki-laki ini dibanding dengan keluarga muda sekarang.

Jaman dahulu, untuk merayakan hari anak laki-laki ini, keluarga akan membelikan replika baju samurai yoroi, topi/helm samurai kabuto, dan sebagai tambahan patung anak laki-laki kuat dalam dongeng Kintaro. Semakin besar, semakin lengkap menunjukkan kekayaan keluarga itu. Dan  memang harga satu set perlengkapan ini tidak main-main loh. Satu kabuto helm samurai saja, saya lihat berlabelkan harga 250.ooo yen di sebuah departemen store terkenal. Baru kabuto, belum yoroi (yang biasanya jarang dipunyai).

Tapi sekarang karena keluarga muda banyak yang tinggal di apartemen, tidak ada tempat untuk meletakkan perhiasan seperti itu, sehingga semakin kecil semakin bagus (meskipun harganya belum tentu semakin murah hehehe).

Kai - Nobu - Riku

Tahun ini kami memperingati hatsu sekku, peringatan anak laki-laki pertama untuk Nobu (10 bl), sepupu Riku dan Kai. Jadi seperti biasa kami berkumpul di rumah mertua di Yokohama. Di sana sudah terhias satu set perhiasan yoroi dan kabuto yang sudah berusia 60 tahun lebih (yang dibelikan untuk bapak mertua saya olehbapak-ibunya). Biasanya kami mengadakan pesta di rumah, tapi karena kali ini dihadiri oleh besan, orang tua adik ipar saya, maka acara makan-makan diselenggarakan di sebuah restoran dekat rumah.

Sulit sekali untuk mengumpulkan kami yang memang tinggal di berlainan kota, apalagi mengumpulkan ke tiga cucu keluarga Miyashita untuk bisa berpose dengan baik, tanpa menangis, di depan hiasan untuk diambil fotonya. Well, yang penting ketiga cucu laki-laki ini bisa hidup sehat dan menjadi besar dan kuat, serta berbakti pada orang tua.

Imelda - Nobu - Om Taku
Imelda - Nobu - Om Taku

Anda juga bisa membaca tulisan saya tahun lalu tentang “Hari Anak Laki-laki“.

Tambahan informasi:

Ada pula  upacara untuk anak perempuan yang dirayakan tanggal 3 Maret,  yang sering disebut dengan Hina Matsuri. Saat ini menghias rumah dengan hina ningyo (boneka hina)

Jumlah anak-anak berusia 15 tahun ke bawah menurut data 1 April 2009  sebanyak 17.140.000, lebih sedikit 110.000 dibanding tahun sebelumnya dan sudah 28 tahun berturut-turut mengalami penurunan jumlah.

Kai dan mama kampai!!!
Kai dan mama kampai!!!

Ramune

4 Mei

Anda tahu minuman sarsaparila atau yang lebih dikenal dengan Root beer? Rasanya khas dan ada satu gerai yang terkenal dengan Root beernya lebih daripada makanan yang ada di gerai tersebut. Atau Anda tentu tahu ginger ale? Sebuah minuman yang asalnya dari Irlandia, yang aslinya ternyata menurut saya tidak seenaknya minuman berlabelkan itu. (Kalau minuman yang sudah mendunia dengan slogannya siapa saja, kapan saja dan dimana saja …always itu mah ngga usah diomongin lagi ya)

Nah, Jepang mempunyai minuman khasnya yang bernama Ramune. Mungkin mereka yang pernah ke Jepang sudah pernah mencobanya. Setahu saya belum ada di Indonesia meskipun “tiruannya” bentuk botol dengan serbuk permen ramune di dalamnya, pernah menghiasi warung-warung Indonesia, pada jaman saya TK, berabad yang lalu (duh parabolis sekali ya hihihi).

Ramune ini adalah minuman soft drink bersoda yang sebetulnya rasanya tidak jauh berbeda dengan jenis minuman seperti Sprite, atau Seven Up, tapi yang membedakannya adalah bentuk botolnya yang unik. Botol yang dipakai adalah botol ciptaan Hiram Codd, sehingga disebut Codd’s Neck Bottle. Terbuat dari gelas dengan sebutir kelereng yang menjadi penutup mulut botolnya. Jika mau membuka penutup itu, harus ditekan dengan kuat, kemudian kelereng itu akan tertahan di leher botol.

Rasa minuman bersoda yang segar ini, menjadi lebih menarik karena si peminum akan bertanya-tanya kenapa kelereng bergerak menutup leher botol waktu diminum, tetapi minuman itu tetap bisa keluar. belum lagi kelereng itu berbunyi-bunyi jika tidak terkena cairan. Tak jarang anak-anak mencoba untuk menggerakkan kelereng itu dengan lidahnya. Saya pun waktu pertama kali minum softdrink ini merasa “sensasi” botolnya lebih menarik daripada rasanya itu sendiri. Dan tentu saja kalau minum ramune Anda harus meneguknya langsung dari botol. Jangan bersikap ladylike dengan mencoba menuangkannya ke gelas. Percuma!

Hari ini adalah hari Ramune. Campuran minuman ini ditemukan oleh seorang Scotlandia yang tinggal di Kobe, Jepang bernama Alexander Cameron Sim (1840-1900) . Tapi penentuan hari ini sebagai hari Ramune dikarenakan pada tanggal 4 Mei tahun 1872, pertama kalinya dikeluarkan ijin produksi dan pemasaran Ramune pada seorang wiraswasta bernama Chiba.

foto diambil dari wikipedia Japan.

Pengalaman Demokrasi -1-

4 Mei

Saya tidak mau berbicara tentang politik di Jepang. Buat apa? Saya bukan ahli politik, dan sedapat mungkin saya selalu menghindari pelajaran politik. Karena itu saya tidak mau masuk ke jurusan Sejarah di sini, karena pasti dong saya akan bertemu dengan politik di jurusan Sejarah. Saya pilih jurusan pendidikan meskipun saya harus jungkir balik belajar semuanya dari awal. (Tema saya adalah sejarah pendidikan)

Tapi, kebetulan waktu saya baru datang ke Jepang, saya tinggal bersama keluarga politikus. Ya bapak-semang saya adalah (mantan) anggota parlemen Jepang dari partai Liberal Demokrat. Seorang laki-laki bertubuh tinggi,  boleh dibilang cakap, berkacamata dan…. bodynya OK. Untuk pria seumuran dia banyak yang perutnya buncit, tapi dia tidak. Karena hobinya adalah lari marathon. Tidak heran kalau tidak ada janji khusus, dia akan lari dari rumah ke kantornya yang berjarak kurang lebih 30 km setiap pagi. Pernah dia mengajak saya ikut dia, but …no way deh bisa-bisa aku semaput di jalan.

Karena saya mahasiswa asing, dan waktu itu juga sedang menerima beasiswa dari pemerintah Jepang, saya tidak boleh ikut aktif dalam politik praktis. Padahal sebetulnya banyak kesempatan untuk bisa “menyelusup” ke kantor persiapan kampanye bapak semang saya itu, dan melihat-lihat kegiatan itu dengan mata kepala sendiri. Tapi daripada merepotkan banyak pihak, saya tidak bisa melakukan hal itu. Satu-satunya yang saya bisa lakukan, hanya melambaikan tangan dan memberikan semangat padanya, waktu dia berpidato di stasiun dekat rumah kami.

Merupakan kebiasaan kampanye di sini, bahwa si calon harus turba, mengenal warganya, dan tempat yang paling praktis adalah stasiun. Berdiri memegang mike, berbicara tentang pandangan politik dan program- programnya,  sambil sesekali mengucapkan terima kasih pada warga yang “sudi” mendengar ocehannya. Seperti yang si bapak-semang teriakkan pada saya, waktu saya beri  lambaian tangan, “Itterasshai…. gambattene (Selamat pergi…. selamat belajar ya!)”. Untung dia tidak sebut nama saya, kalau tidak malu deh jadi pusat perhatian. Orang asing yang disapa oleh Mr. K.

Untuk calon yang baru terjun ke kancah politik, belum banyak pengikut dan pembantu, dia hanya berdiri seorang diri di depan stasiun. Tapi bagi yang sudah punya banyak pendukung, pasti ada beberapa orang pendukungnya yang berdiri dengan membawa bendera bertuliskan nama calon. Ada juga yang membagikan selebaran tentang temuwicara di suatu tempat dll. Tidak boleh membagikan uang dan barang meskipun hanya tissue. Well, memang strick sekali hukum  di sini.

Ada satu lagi cara selain berpidato di stasiun, yaitu dengan berkeliling wilayah pemilihannya naik campaign car, mobil kampanyenya yang di bagian atasnya bisa menjadi tempat berdiri untuk pidato. Pakai mike, memperkenalkan diri dan mohon dukungan, sambil melambaikan tangan ke warga yang sedang jalan, atau ke arah rumah /mansion/apartemen yang dilewati. Calon yang baru, yang masih sedikit pendukungnya biasanya tidak mempunyai mobil kampanye, sehingga tidak jarang juga terlihat jalan kaki atau naik sepeda. Tentu saja sekaligus mengumandangkan hidup sehat dan mendukung lingkungan yang bersih dan sehat. (Tentu saja si bapak semang juga pernah kampanye dengan lari marathon loh. Yang kasihan sekretarisnya harus ikut lari juga di belakangnya)

Baliho? tidak ada. Baliho boleh dipakai dalam gedung saja, misalnya waktu mengadakan ceramah politik di sebuah aula. Yang boleh dipasang di jalan umum hanya poster seukuran karton manila yang bisa dipasang di dinding/pagar rumah dari pendukungnya. Isi poster tentu saja foto muka si calon, nama (tanpa gelar) dan sepatah slogan politiknya.  Tentu saja poster ini bisa dipasang juga di papan besar yang memuat semua poster calon, yang dipasang di tempat-tempat strategis persis beberapa hari sebelum pemilihan (supaya tahu orangnya yang mana).

Pada hari pemilihan, saya ikut duduk di depan televisi untuk melihat hasilnya, sedangkan Mr K dan istrinya berada di kantor kampanye, untuk bersiap merayakan kemenangan, jika menang (selama saya tinggal di Jepang baru satu kali periode saja dia kalah). Yang hebat, penghitungan suara itu selesai dalam malam yang sama dan sebelum malam berlalu sudah tahu siapa saja yang bisa menjadi anggota parlemen. Semua penghitungan bisa diikuti di televisi.

Tapi selain memenangkan kursi di parlemen, ada lagi saat mendebarkan lainnya yaitu apakah dia terpilih menjadi anggota kabinet atau tidak. Sayang sekali waktu Mr K terpilih jadi Menteri Pendidikan, saya sudah lulus program pasca sarjana, dan sudah mandiri tinggal sendiri di apartemen yang berjarak hanya  2 menit dari rumahnya.

Kalau dipikir memang saya banyak pengalaman yang mungkin belum tentu bisa dirasakan mahasiswa asing lainnya. Namun saya tidak bisa menuliskannya semua karena menyangkut privacy yang sangat ketat di Jepang. Karenanya saya tidak mencantumkan nama asli keluarga induk semang saya, apalagi foto-fotonya. Padahal sebetulnya saya ingin sekali pasang foto waktu “manjat” naik mobil kampanye hanya untuk berfoto sebelum pindah rumah.

Nah, ini pengalaman saya pertama kali mengenai demokrasi di Jepang. Setelah ini saya ingin menceritakan soal  demokrasi praktis, yang saya alami sendiri dalam bermasyarakat baru-baru ini, yang cukup membuat saya tertawa…” Ohhh gini toh caranya di Jepang!”. Tunggu ya…..

Berburu Conan

3 Mei

Sabtu malam minggu aku pergi date dengan two georgeus boys in the block. Pasalnya, Gen  sedang pergi ke sebuah seminar dan pameran seorang pengarang kesukaannya, alm. Yonehara Mari 米原万里. Tapi karena pameran itu diadakan di Ofuna, 3 jam dari Tokyo, jadi pulangnya dia menginap di rumah orangtuanya di Yokohama. Jadi deh aku bertiga dengan anak-anak saja di rumah, dan malas masak. Lagi pula aku sudah berjanji pada Riku untuk pergi ke Mac Donalds, untuk membeli Happy Set dengan hadiah Mainan berkarakter Conan.

Aku  tidak tahu seberapa terkenalnya Conan di Indonesia, tapi aku tahu beberapa orang yang getol dengan anime detective Edogawa Conan ini. Aku juga termasuk senang menonton animenya (yang lumayan panjang dari ceritanya biasanya panjang) , meskipun tidak segetol menonton BlackJack. Nah ceritanya Sabtu malam itu, kami akan memburu (mainan) Conan.

Mau naik mobil, malas…. membayangkan macet di mana-mana karena sedang libur panjang Golden Week. Mau naik sepeda sampai stasiun, capek… membayangkan harus membonceng dua anak dan juga gelap. Jadi kuputuskan naik bus ke stasiun. Riku sudah biasa naik bus, tapi Kai jarang sekali, sehingga dia kegirangan bisa naik bus. Dan karena Golden Week anak-anak usia SD cukup membayar 50 yen saja. (biasanya 110 yen- di bawah usia SD tentu saja gratis). Lucky!

Tapi begitu sampai di Mac D, ternyata hadiah Conannya tinggal 2 pilihan dari 6 pilihan. Rupanya banyak yang mengumpulkan mainan gratisan dari Mac D ini. Jadi dengan membeli 2 set Happy set, kami mendapatkan 2 buah/jenis mainan Conan. Melihat aku menggendong Kai, sedangkan masih harus naik tangga ke atas, pelayan Mc D ini menawarkan bantuan untuk membawakan sampai atas. Well, thanks for the hospitality.

Yang lucunya, di dekat kami duduk, ada dua gadis SMA yang selalu melihat ke arah Kai. Sambil  giggle mereka berkata, “Aduh itu anak lucu banget sih… ehh dia liatin kita juga”… kasak kusuk… dan aku pura-pura cuek. Ibu mana sih yang tidak suka kalau anaknya jadi pusat perhatian (karena lucu, bukan karena nakal hihihi). Dan mengetahui dia diperhatikan, Kai menjadi malu, dan sembunyi-sembunyi dia juga memperhatikan dua gadis itu. (Wahhh anakku yang ini kayaknya kalau gede bisa lebih bermasalah daripada kakaknya hihihi). Aku geli aja melihat dia yang malu-malu tapi mau.

Dan terbahaklah aku waktu dua gadis itu pergi, si Kai mengikuti dengan pandangan kecewa, seakan berkata “Yaaah ngga ada yang peratiin gue lagi dong”. Mengetahui Kai tetap memandangi mereka waktu akan pergi, mereka berbalik dan melambaikan tangan ke Kai. Serta merta Kai membalas lambaian tangan si cewe-cewe itu. Dooohhhh….

Waktu Riku kecil, dia selalu cool. Pasang harga. Tapi si Kai, memang dari kecil suka mengumbar senyum dan suka memperhatikan orang-orang terutama yang berjenis kelamin perempuan hehehe. Apa zodiak berpengaruh ya? Riku Pisces, sedangkan Kai Cancer.

Berburu Conannya, kami lanjutkan Minggu sore waktu Gen pulang dengan pergi ke gerai yang agak jauh dari rumah naik mobil. Hasilnya sama saja, cuma ada satu yang kami belum punya. Sebetulnya apa sih 3 pilihan yang lainnya sampai laris begitu? Ternyata mainan berbentuk HP,  berbentuk laptop dan satu lagi camera. Jelas laris….

(sumber gambar dari MacDonald Japan)

Yang pasti untuk sementara waktu aku ngga bakal kepengen makan hamburger lagi… ngeliatnya aja udah mabok (baca eneg)  hehehe. Ini dia yang namanya belanja bukan untuk barangnya tapi untuk hadiahnya hehehe.

5:30

2 Mei

Setiap hari, kecuali hari Rabu, saya menitipkan Kai di penitipan sampai jam 6 sore. Kebetulan sekali saya setting mulai dari jam 8 pagi sampai jam 18:00 untuk  4 hari seminggu sejak bulan April.  Sehingga begitu ada telepon dari Paulo Berwanger, mantan rekan penyiar radio InterFM, yang juga CEO nya Praia KK, yang menawarkan pekerjaan terjemahan sebanyak 200 halaman, langsung saya OK-in (tanpa menanyakan deadlinenya kapan … stupid hehehe) .

Riku biasanya berangkat dari rumah pukul 7:45 , mampir ke rumah Fuuka chan jemput dia, atau jika ada sempai (kakak kelasnya) yang lewat di jalan, dia mengikut dari belakang. Nah saat itu juga Kai bersikeras untuk pergi ke luar… sibuk mengambil kutsu くつ (sepatu) dan kutsushita くつした (kaus kaki) , sambil marah-marah minta dipakaikan. (Anak ini benar tidak sabaran deh hihih). Jadi pukul 7:45 itu Riku, Kai dan saya keluar rumah dan pergi ke tujuan masing-masing. Setelah antar Kai ke penitipan saya kembali lagi ke rumah dan bekerja di rumah atau ke universitas kalau hari Jumat.

Nah biasanya pukul 5:30 sore saya berangkat dari rumah naik sepeda ke arah stasiun untuk menjemput Kai. Ada suatu tanda yang membantu saya mengingatkan bahwa sudah jam 5:30 sore. Yaitu sebuah bel dengan alunan lagu yang dikumandangkan ke seluruh wilayah Nerima-ku (mungkin, tapi yang pasti di daerah saya ya. Dan dulu di Meguro saya juga pernah dengar, rupanya tergantung pemdanya) . Serentak disampaikan pengumuman sebagai berikut:

“Yoiko no minasan, go jihan ni narimashita. Soto de asondeiru kodomo wa ouchi ni kaerimashou” . 良い子の皆さん、五時半になりました。外で遊んでいる子どもはおうちに帰りましょう。

artinya begini,

“Anak-anak yang baik, sudah jam setengah enam sore. Mereka yang masih bermain di luar, pulanglah ke rumah”.

Pengumuman ini terdengar sampai di seluruh pelosok karena pakai pengeras suara yang dihubungkan ke kantor kelurahan Kuyakusho 区役所. Selain sebagai pengingat bagi anak-anak, juga menjadi semacam alarm bagi semua warga. Memang di Jepang biasanya makan malam mulai jam 6 (bagi yang punya anak kecil).

Satu lagi keuntungannya dengan adanya pengumuman ini adalah bahwa pengeras suara itu masih bekerja dengan baik, sehingga jika terjadi gempa bumi besar, dan perlu mengumumkan kebijakan pemerintah daerah, pengeras suara ini terbukti bisa dipakai. Saya juga pernah memang mendengar suatu pengumuman penting (meskipun lupa tentang apa) yang disampaikan lewat pengeras suara ini. Kadang ada juga latihan menghadapi bencana alam lewat pengeras suara ini.

Jadi kalau di Indonesia biasanya saya mendengar suara azan subuh dan magrib dari mesjid terdekat, atau lonceng gereja setiap pukul 12 siang, kalau di Jepang hanya mendengar bell dan pengumuman itu setiap pukul 5:30 sore saja. Pagi hari? tidak ada … paling-paling lonceng sekolah hehehe.

Satu lagi tatanan bermasyarakat di Jepang, yang saya rasa bagus dan berguna.

I love BW

1 Mei

Istilah baru sekarang yang sering saya dapati di blog-blog yaitu BW, yang merupakan singkatan Blogwalking. Mengunjungi blog-blog teman dan meninggalkan komentar, lalu mengklik lagi blog orang yang tidak kenal, membaca, meninggalkan jejak… salam kenal dan kalau cocok, saling mengunjungi, dan tambah panjanglah daftar blogroll kita.

Saya belum bisa bilang bahwa saya cinta BW yang ini. Karena butuh waktu yang tidak sedikit untuk bisa melakukan kegiatan itu. Daripada saya BW, saya akan lebih memilih menulis posting baru, yang sebetulnya target saya adalah sehari satu posting. Meskipun bulan April kemarin (duh April sudah berlalu cepat sekali) produktifitas saya menulis posting mungkin yang paling “jelek” selama saya blogging. Karena kebetulan ada order terjemahan yang begitu banyak sehingga dalam 2 minggu ini, setiap hari hanya tidur 2-3 jam saja, jadi sulit sekali konsentrasi untuk menulis di TE. BUT, saya tetap harus mensyukuri apa yang ada.

Ya, I love BW… yang merupakan singkatan Black and White. Meskipun pada dasarnya saya ini COLOURFUL, suka rainbow, suka pensil warna suka smarties….   Well, tapi hitam dan putih, dan antaranya  juga merupakan warna bukan?

Saya suka foto-foto hitam putih. Dulu waktu belajar fotografi, tentu saja dimulai dengan belajar mencuci film negatif hitam putih. Saat itu kami belum belajar mencuci untuk film berwarna karena kabarnya bahan kimia dan peralatannya beda dan mahal. Saya sering browsing mengumpulkan foto hitam putih yang menarik untuk koleksi saya.

Tapi saya juga suka skecth hitam putih pensil atau charcoal. Kalau pergi ke tempat wisata, selain mencari kartu pos dengan foto berwarna-warni, syaa juga menyempatkan mencari skecth hitam putih. Dan ini biasanya jarang. Seperti kartu pos dengan sketch hitam putih yang saya beli di Kurashiki ini, merupakan koleksi saya yang paling saya sukai. Kurashiki di Ookayama memang merupakan kota peninggalan jaman dahulu yang dibiarkan seperti dahulu dengan machinami, pemandangan kotanya yang khas. Membuat Anda seakan naik mesin waktu dan berpindah ke berapa abad yang lalu.

Saya juga suka Sumi-e, lukisan Jepang dengan tinta hitam.  Sumi = tinta e = gambar. Meskipun tidak segetol skecth, saya bisa menikmati perbedaan “kehitaman” tinta, yang membuat gambar itu seperti hidup. Memang kebanyakan lukisan Sumi-e menggambarkan pemandangan daratan china dengan bambu-bambunya.

Hanya dengan dua warna saja, dan warna-warna diantaranya, saya bisa menghibur hati saya dan menikmati virtual journey saya.

So, How about BW-ing  friends?

70 hari lagi

29 Apr

Ah aku sudah tidak pintar berhitung. Dan tidak mau berhitung untuk hal ini. Meskipun sebenarnya harus memperhitungkan masak-masak sebelum bertindak. Siapa saja calonnya pun aku tak tahu (bisa klik di situ juga kan mel… nanti deh aku lihat). Tapi sebagai warga negara, yang mempunyai hak, akan kupakai hak itu. Ya, hak untuk memilih Presiden.

70 hari menuju pilpres ini saya tahu dari situs PPLN Tokyo. Dan di situ juga diberitahukan bahwa pendaftaran pemilih dan verifikasinya diperpanjang sampai 10 MEI 2009. Jadi untuk semua warga negara Indonesia yang berdomisili di JEPANG, silakan daftar lewat situs tersebut. Anda juga bisa tahu hasil pemilihan caleg kemarin di situs itu (Yang belum saya buka, dan tidak tahu siapa yang terbanyak). Pokoknya ke situs itu saja deh, jika Anda masih mau memakai hak pilih Anda. Ingat…. sampai 10 Mei saja.

Selamat memilih ….

PPLN Tokyo sudah menetapkan Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2009 berdasarkan Daftar Pemilih Tetap Pemilu Legislatif 2009.

Silakan mengecek data Anda di http://pilpres.pplntokyo.org

Bagi pemilih yang sudah terdaftar di Pemilu Legislatif tetap diharuskan melakukan verifikasi data pemilih.

Bagi pemilih yang belum terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara, dapat melakukan pendaftaran baru di link yang sama.

Batas akhir pendaftaran Pilpres adalah 20 April 2009 10 Mei 2009.

PPLN Tokyo

Kebetulan pas tanggal 18 April lalu, saya ikut rapat KMKI di Sekolah Republik Indonesia Tokyo, dan itu berbarengan dengan pembukaan surat suara yang dikirim lewat pos. Hei, ada tuh satu lembar punya saya….

suasana pembukaan surat suara, sayang saya ngga boleh masuk hehehe
suasana (sesudah) pembukaan surat suara, sayang saya ngga boleh masuk hehehe