Pekerjaanku sebagai guru/dosen bahasa, penerjemah dan narator –serabutan lah– membuat aku banyak bertemu orang. Senang tentu bisa berkenalan dengan begitu banyak orang, tapi sulit sekali bagiku untuk tetap menjaga silaturahmi dengan mereka semua. Jika masih “baru” aku biasanya ingat nama-nama murid atau klien pada tahun itu, tapi begitu mereka tidak ikut lagi kelasku, aku pasti lupa. Habis jumlahnya ribuan! Tahun-tahun awal aku mengajar / mempunyai hubungan kerja dengan paling sedikit 200 orang baru setiap tahun. Kalau dikalikan 20 tahun aku di sini berarti cuma sudah 4.000 orang.
Ada beberapa orang saja yang outstanding yang kuingat namanya, atau sedikitnya kuingat wajahnya. Maklum nama orang Jepang banyak yang sama! Jadi kalau aku bertemu lagi dengan mereka beberapa tahun sesudahnya, biasanya aku ingat wajahnya “Sepertinya kita sudah pernah bertemu ya?” Dan jika aku ingat nama mereka, di mukanya terpancar kegembiraan bahwa dirinya masih diingat. Tentu saja itu berlaku sebaliknya, aku pun senang sekali bahwa mereka masih mau mengingatku, dan menegurku. Its an honour for me. Apalagi kalau kutahu mereka adalah orang terkenal.
Posting ini mengenai acara reuni aku bersama teman-teman dari Radio InterFM, tempatku dulu bekerja sebagai DJ dan announcer bahasa Indonesia, pada tanggal 22 September lalu.
Sesudah dari Edo Castle, kami berjalan bersama ke stasiun Yurakucho untuk naik kereta Yamanote Line. Karena bapak mertua dan anak-anak mau lihat-lihat di dalam toko elektronik Big Camera, aku mengajak ibu mertuaku ngopi di cafe depan stasiun. Kelihatannya cafe itu populer sekali karena penuh. Aku sengaja mengajak ibu mertua karena kulihat sebetulnya dia sudah capek berjalan jauh dengan kakinya yang sering sakit. Masuk cafe “6th” itu sebenarnya agak hopeless karena aku melihat ada yang antri. Tiba-tiba ada waiter asing berkulit hitam di dekatku dan mengajak berbicara bahasa Inggris, tentu langsung kutanggapi dengan bahasa Inggris juga dan …voila… kami diantar ke kursi yang kosong tanpa harus menunggu. Ibu mertuaku sempat bengong karena tidak tahu aku bicara apa 😀 Tapi hari Minggu itu aku cukup banyak berbahasa Inggris karena banyak bertemu dengan orang asing. Tentu saja karena sore itu aku mempunyai acara perpisahan dengan teman DJ waktu sama-sama bekerja di Radio. Dan Radioku itu memang radio internasional sehingga semua bisa bicara bahasa Inggris dan Jepang.
Teman DJ ku itu berbahasa ibu Spanyol, dan dia akan kembali ke negaranya, Argentina setelah hidup di Jepang berpuluh-puluh tahun. Luis Sartor namanya, dan aku kebetulan teringat padanya waktu melihat sebuah foto iklan di kereta. Dia pernah menjadi arranger musik untuk kelompok Southerm All Stars untuk lagu yang memang bernuansa spanyol. Loh kok ndilalah waktu aku pulang ke rumah, pada hari itu juga aku mendapat telepon bahwa akan ada acara perpisahannya. Tentu, aku akan usakan datang, karena aku mau bertemu dengan teman-teman satu studio setelah hampir 7 tahun berhenti bekerja sebagai DJ dan announcer radio. Tempat pertemuannya di sebuah restoran latin di perbatasan Shibuya-Meguro, agak jauh dari stasiun sehingga harus naik bus. Namanya Costa Latina.
Bertemu 35 orang musik/radio dari berbagai bahasa memang mengasyikkan. Ada satu orang yang waktu datang dari jauh kusangka sahabat DJ Charles Glover, ternyata bukan. Sayang sekali Charles tidak bisa hadir. Tapi sesuai dengan judul tulisan ini aku senang sekali diingat pertama oleh Luis Sartor yang menjadi “peran utama” hari itu. Memang kami berdua sudah hadir sejak awal pembukaan stasiun Radio InterFM Tokyo. Kami berdua, atau dengan teman-teman lain sering harus memenuhi permintaan wawancara dari TV/ Majalah mengenai program radio kami waktu itu. Dan satu yang sampai sekarang aku masih ingat yaitu hanya aku, orang Indonesia ini yang bisa menyamakannya dalam pelafalan huruf “R”. Pelafalan huruf “R” dengan lidah yang “keriting” begitu ternyata amat sulit untuk orang asing lainnya termasuk Amerika. Orang Jepang sih memang sulit, jadi sudah wajar. Tapi waktu kami mengadakan kontes kecil-kecilan pelafalan “R” itu ternyata hampir semua tidak bisa. Dan baru kusadari bahwa meskipun dalam kata-kata bahasa Inggris banyak juga yang memakai R, tidak semua perlu menggetarkan lidah seperti bahasa Spanyol atau Indonesia.
Yang kedua, aku senang diingat oleh Vance K, yang rupanya sekarang masih juga memegang program di radio InterFM. Waktu itu (1996) dia memegang program musik Hawaii yang disponsori perusahaan mobil terkenal Jepang. Meskipun kami tidak terlalu akrab, kami sering bertegur sapa terutama karena aku sering rekaman acaraku waktu dia sedang On Air. Dan asistennya yang bernama Miki, sering menemaniku makan siang. Miki memang tidak datang di acara perpisahan ini, tapi kami bertemu kembali lewat FB.
Di antara sekian banyak DJ asing yang kukenal, mungkin KC adalah yang paling alim dan serius. Sehingga kalau aku bertemu dia pembicaraannya juga cukup berat. Memang benar ya teman/lawan bicara itu amat mempengaruhi kita juga. Kalau temannya serius ya pasti kitanya serius, tapi kalau temannya rame dan tukang becandaan kita juga tertular menjadi rame dan becandaan juga. Eh…. atau itu hanya berlaku padaku ya?
Satu malam yang membangkitkan begitu banyak kenangan masa lalu. Menyenangkan tapi sekaligus menyedihkan. Menyedihkan terutama waktu menyadari bahwa diri ini sudah semakin tua. Melihat rekan-rekan seumur yang terlihat kuyu dan keriputan membuatku menyadari aku juga akan jadi begitu. Tapi untunglah semangat mereka masih menggebu-gebu mengalahkan umurnya 😀
Biasanya kalau kami berkumpul begitu tidak ingat waktu pulang. Apalagi restoran itu sendiri buka sampai jam 4 pagi! Ah jika aku masih muda, pasti bisa begadang begitu deh. Tapi aku termasuk yang pulang cepat malam itu, jam 9 malam! Kebetulan kuihat Vance K pamit (mungkin dia ada show) dan seorang (mantan) staff yang rumahnya di Chiba pamit, aku cepat-cepat mengambil tas dan ikut pamit pulang. Malam itu aku pulang ke Yokohama soalnya. Tapi selain itu aku takut pada diri sendiri jika terlalu lama berada di sana akan menjadi sentimentil. Apalagi sistemnya free drink, termasuk alkohol. Sebelum aku harus pulang naik taxi (dan itu berarti sekitar 2juta rupiah) aku lebih baik pamit dan mengucapkan selamat jalan. Kepada Luis, dan kepada kenangan 🙂
Saat pembukaan stasiun Radio InterFM April 1996. Formasi awal sebagian DJ. Luis yang terakhir masih bekerja di InterFM, tapi sekarang dia akan kembali…for good ke negaranya.