globalization

13 Mei

Aku merasa dengan tinggal di Jepang, aku lebih banyak bisa berinteraksi dengan negara-negara di dunia, lebih daripada jika aku tinggal di negara Eropa atau Amerika. Biar bagaimanapun, Amerika atau Eropa kurang menghargai negara-negara kecil apalagi Asia. Tapi Jepang, sangat berkiblat pada Amerika memang …dan juga senang segala sesuatu yang unik. Jadi menurut saya kesempatan saya untuk misalnya makan masakan Turki atau Ghana lebih besar di Jepang daripada negara lain (kalau Indonesia jangan dibicarakan deh).

Saya pernah coba makan masakan Turki, rasanya? Hmmm kurang suka mungkin karena kurang rasa. Kebetulan masakan yang dipesan tidak begitu meninggalkan bekas. Tapi saya coba minuman alkohol dari Turki, yang awalnya transparan, tapi jika dicampur menjadi putih seperti air santan. Tapi waktu diminum rasanya mengingatkanku pada OBH (Obat Batuk Hitam).

Lalu pergi makanan Ghana, yang terkenal dengan coklatnya. Sekilas makanannya seperti Italia, yang banyak memakai Tomat, tapi kurang mak nyus istilah sekarangnya… Kalau makanan China, Korea, Thailand, Philipine, Kamboja, India, Vietnam, mungkin pernah tahu, dan pastilah masih cocok dengan lidah orang Indonesia. Makanan Italia, Meksiko, Spanyol…. hampir mirip. Makanan Roma, Jerman (susis melulu), Perancis (nah kalau ini maunya dibayarin). Saya masih ingin mencoba makan kangguru, makan buaya, kelinci dan lain-lain.

Tapi globalization atau mendunia itu bukan hanya dalam hal makanan saja. Seberapa jauh kita mengenal sebuah negara? Kebetulan dulu waktu SMA, saya tidak pernah dapat pelajaran sejarah dunia, jadi terus terang saya sebetulnya tidak bisa membedakan Amerika pantai barat dan pantai timur. Tapi saya terus berusaha di sini untuk lebih mengetahui dunia selain yang terkenal saja.

Satu usaha globalization terjadi tadi malam bersama Riku. Suami saya membeli buku baru terbitan Fukuinkan Shoten, penerbit terkenal khusus buku bergambar (picture book) Anak-anak. Judulnya Podda and Poddi. Karena akhir-akhir ini saya berusaha supaya Riku tidur cepat (jam 8-9, biasanya jam 10-11 tunggu babenya pulang), jadi jam 8 saya suruh matikan tv, dan menyuruh dia memilih buku yang dia ingin saya bacakan. Saya bilang, “pilih 4 buku”.
Riku, “5 ya ma?”
“Boleh 5…”
“10???”
“Boleeeeeh, udah cepat sikat gigi, dan bawa buku-buku itu ke kamar”
Jadi dia masuk kamar dengan 10 buku (tentu saja semua bahasa Jepang).

Continue reading

10 Kiat menghadapi Gempa

11 Mei

Ada sepuluh hal utama yang sebaiknya diingat-ingat sehingga jika terjadi gempa dapat dipraktekkan. Hal ini perlu untuk mereka yang tinggal di tempat rawan gempa.

Pertama: Lindungi diri sendiri dan keluarga Anda. Biasanya gempa besar terjadi sekitar 1 menit saja. Berlindunglah di bawah meja yang kuat untuk melindungi kepala dari barang-barang yang jatuh. Alangkah baiknya menyediakan helmet di tempat yang mudah dijangkau. Jika sedang tidur, tutup kepala dengan bantal.

Continue reading

Teman Bicara:Ayah?Ibu?

10 Mei

Waktu browsing berita Jepang di net, ketemu hasil survey ini. Siapa teman bicara dalam keluarga? Jawabannya Ibu 73%, Ayah 5%. Ini menunjukkan komunikasi dalam keluarga yang menunjukkan besarnya keberadaan Ibu sebagai teman bicara dibandingkan Ayah. Survey ini diadakan oleh yayasan Blue Sea and Green Land, yayasan pengembangan remaja dalam sebuah Perjalanan Cruise 6 hari dan dijawab oleh 481 siswa dari kelas 4 SD sampai 3 SMP.

Continue reading

Makan es krim yuuk!

9 Mei

Hari ini wajib makan es krim deh. Apa pasal? Hari ini telah ditentukan sebagai hari es krim di Jepang oleh Asosiasi Es Krim Tokyo sejak 9 Mei 1964. Tapi itu berdasarkan bahwa pada tanggal tersebut telah diselenggarakan suatu Festival Es Krim. Bukan berdasarkan bahwa tanggal tersebut Es Krim pertama kali dibuat/dijual di Jepang. Karena Es Krim pertama kali dibuat di Jepang pada bulan Juli 1869 oleh orang bernama Machida yang membuka toko di Bashamichi, Yokohama.

Continue reading

Hari Pare

8 Mei

Hari ini tanggal 8 Mei merupakan hari Palang Merah Dunia, dan hari Pare. Pare? Paria? Iya yang biasa kita temukan di dalam pilihan siomay Bandung. Yang pahit itu loh. Masakan Pare di Indonesia apa saja selain siomay ya? Kalau keluarga dari pihak papa yang dari makassar sering membuatkan kami Paria Kambu. Pare diisi cincangan ikan dan kelapa lalu dimasak dengan santan. Karena rasanya tidak terlalu pahit, saya suka makan Paria Kambu ini. Tapi kalau hanya direbus begitu saja lalu dimasukkan dalam gado-gado misalnya, saya kurang suka.

Nah di Jepang, tepatnya di Okinawa, bagian selatan Jepang terkenal dengan masakan Pare yang diberi nama Goya Campur. Bahannya Pare, tahu, telur, daging babi… (saya rasa bisa diganti daging sapi) kemudian ditumis. Enak juga perpaduan pare dan tahu/telurnya. Kadang saya masukkan jamur shimeji, masukkan juga paprika, tambah cabe, dan pakai bawang putih….mungkin rasanya sudah berubah dari aslinya, tapi yang pasti dengan cara begini, saya bisa makan pare yang pahit itu. Oh ya, ada lagi satu rahasia supaya Pare tidak pahit, yaitu dengan meremas pare yang sudah dipotong dengan garam, kemudian biarkan dulu sebentar. Ditanggung Parenya tidak pahit lagi. Tanggal 8 Mei ini dijadikan Hari Goya (Hari Pare) sejak tahun 1997 oleh JA (Japan Agriculture) dan pemda Okinawa, sebetulnya lebih karena 5-8 dibaca go-ya, daripada kenyataan bahwa bulan Mei produksi Pare di Okinawa meningkat.

Menjelang musim panas memang Pare mudah didapat di Jepang. Di beberapa toko sayur bahkan banyak dijumpai kangkung. Tumis kangkung di musim panas, cukup bisa mengobati kerinduan akan tanah air.
Photobucket Photobucket
(Masakan menggunakan Pare, Goya Campur dari Okinawa)

Gempa

8 Mei

Tadi pagi sekitar pukul 2 pagi, tiba-tiba gen lompat dari tempat tidur dan ke tempat Kai yang berada di kasur bawah, untuk melindungi badan Kai. Aku masih kaget, dan tidak lama aku tahu bahwa ada gempa. Aku langsung peluk Riku yang tidur sebelahku. Gempa kali ini lumayan lama dan terasa. Setelah gempa reda, aku keluar buat susu untuk Kai yang terbangun dan menyalakan TV. Ternyata ada gempa di daerah Tochigi dengan kekuatan Shindo 5. Di Tokyo yang tadi terasa hanya Shindo 3. Tapi lumayan menakutkan. Mungkin karena apartemen kita di lantai 4. Semakin tinggi bangunan memang semakin terasa. Mudah-mudahan tidak terjadi gempa besar di Tokyo deh…. Jadi teringat temen di Meguro Pak Doktor Nanang Puspito (kemana ya pak Nanang ini) yang bilang akan terjadi gempa besar Tokyo tahun 1996 (waktu bilang memang belum 1996). (Setelah cari di Mas Google ternyata pak Dr Nanang masih berkarya di ITB. )

Di Jepang memang menggunakan kata SHINDO untuk menunjukkan kekuatan gempa. Ditunjukkan dnegan skala 0-7 dan biasanya angkanya lebih kecil daripada skala Richter. Jadi kalau shindo 5, biasanya di surat kabar luar negeri menjadi 6,5 skala Richter. Saya cantumkan disini terjemahan saya mengenai kekuatan gempa SHINDO ini dari panduan gempa di Jepang.

Shindo itu menunjukkan skala besarnya intensitas seismic. Sebenarnya Seperti apa kondisi dan apa yang kita rasakan menurut skala intesitas tersebut? Pada skala 3 biasanya kebanyakan orang dapat merasakan, dan beberapa orang akan merasa ketakutan. Kondisi dalam ruangan misalnya piring2 dalam lemari akan bergetar, sedangkan di luar, kabel listrik bergoyang sedikit.

Pada skala 4 orang merasa takut sedikit, ada yang berusaha mengambil aksi, dan jika tertidur, kebanyakan orang terbangun. Barang yang tergantung bisa bergoyang dan benda yang tidak stabil bisa jatuh. Di luar, kabel listrik bergoyang cukup besar, dan orang sedang berjalan atau menyetir dapat merasakan.

Skala 5 kurang, kebanyakan orang akan berlindung dan beberapa sulit untuk mengontrol gerakan. Piring dan buku bisa jatuh dari tempatnya, dan perabot bisa berpindah. Pagar beton yang kurang kuat bisa roboh, jalan mungkin mengalami kerusakan.

Skala 5 lebih orang merasakan sangat ketakutan dan tidak bisa bergerak. Pintu dalam rumah bisa berubah letak sehingga sulit dibuka atau bahkan copot dari engselnya. Mesin minuman yang terikatpun dapat jatuh, sulit untuk mengemudi dan banyak mobil akan berhenti.

Pada skala 6 kurang, orang akan sulit berdiri, perabot yang berat bergerak atau jatuh, dan banyak pintu tidak bisa dibuka. Keramik dinding beberapa gedung akan jatuh dan jendela kaca akan pecah dan jatuh.

Skala 6 lebih orang tidak mungkin berdiri hanya bisa merangkak. Semua perabot berpindah dan jatuh, bahkan pintu akan copot dari engselnya. Kebanyakan gedung akan lepas keramiknya dan jendela kaca pecah, dan hampir semua pagar beton runtuh.

Skala 7 orang akan terbawa getaran dan tidak bisa sama sekali bergerak. Perabot bergerak bahkan terbang. Semua keramik, jendela kaca dan pagar beton akan rusak dan rubuh.

Ulat Bulu yang Amat Lapar

3 Mei

OMG….Waktu saya cari keterangan tentang sebuah buku bergambar picture book karya Eric Carle yang berjudul “The Very Hungry Caterpillar” saya mendapat informasi bahwa buku ini sudah diterjemahkan dalam lebih dari 45 bahasa dan sudah terjual lebih dari 25 juta jilid. But, waktu saya cari dalam bahasa Indonesia? not found!!! berarti belum ada dalam bahasa Indonesia? How come? Karena orang Indonesia belum ada yang mau terjemahkan? atau tidak mau diterbitkan di Indonesia yang terkenal dengan penerbitan ilegal, dan tidak menghormati hak cipta? Karena kalau diterbitkan juga tidak ada yang MAU dan BISA beli? aduh..aduh…aduh… Ternyata sudah ada!  Ulat yang sangat lapar dengan judul aslinya adalah The hungry caterpillar merupakan karya Eric Carle yang sangat terkenal. Buku versi Bahasa Indonesia ini diterjemahkan oleh Endang Pratiwi. Diterbitkan oleh PT Indira tahun 1997. (baca https://lib.rumahijau.web.id/2018/02/19/ulat-yang-sangat-lapar/)
Photobucket
Kadang saya juga merasa sedih dengan pengetahuan dasar yang seharusnya dimiliki seorang anak. Memang standar pengetahuan dasar itu berbeda di setiap negara, namun terlihat sekali bedanya…. sedih deh. Misalnya seorang anak biasanya tahu cerita-cerita anak-anak terkenal dunia. Waktu saya kecil, saya banyak membaca dan saya tahu siapa itu HC Andersen, saya tahu cerita-cerita ternama dunia dari Album Cerita Ternama (mungkin sekarang tidak terbit lagi). Saya tahu tentang kucing bersepatu lars dari ibu yang mendongengkan kepada kami dari sebuah buku berbahasa Belanda. Memang tidak pernah diperkenalkan di sekolah, kita harus mencari sendiri. Tapi ternyata pengetahuan saya tentang cerita-cerita anak-anak ini masih jauuuuuhhhh dari cukup. Masih banyak yang saya belum tahu…dan waktu menyadari hal itu saya sedih. Bagaimana dengan anak-anak jaman sekarang ya? Mereka lebih suka dengan cerita komik modern dan terjemahan dari Jepang yang katayoru (berat sebelah). oi oi…. biar bagaimanapun klasik cerita-cerita anak-anak yang saya baca 30 an tahun yang lalu, cerita-cerita ini mengandung pengetahuan dan moral yang tak lekang oleh waktu. Saya sekarang enjoy dengan membacakan cerita anak-anak dalam bahasa Jepang kepada anak-anak saya sambil meng-input da refresh pengetahuan yang saya dapat waktu saya kecil.

Kembali ke buku Eric Carle ini, saya mengenal buku ini dalam bahasa Jepang tentu saja. judulnya harapeko aomushi はらぺこあおむし. Bukunya saja ada dua versi, yang biasa untuk dibaca di rumah sendiri dan versi giant untuk dibaca bersama-sama di playgroup atau TK. Buku ini pasti ada dimana-mana. Di rak buku ruang tunggu rumah sakit, kantor pemda dll. Menceritakan tentang ulat bulu yang lapaaaar terus. Hari Senin si ulat bulu ini menemukan satu buah apel dan melahapnya. Kemudian hari Selasa, ia menemukan dua buah pir dan melahapnya…. terus sampai seminggu lewat dan akhirnya dia tidur lamaaaaaa sekali. Waktu bangun dia menjadi seekor kupu-kupu. Selain mengajarkan nama-nama hari, hitungan angka, juga ilmu hayat (haiyah istilah jaman baheula, sekarang Biologi..tapi kadang-kadang kangen kan dengan istilah kuno hehehe). Buku ini disarankan untuk anak berusia 3 tahun sampai 6 tahun.

Hari Sabtu setelah menonton pameran foto, Riku sempat pergi ke pameran buku Eric Carle di Matsuya Ginza. Untuk masuk harus membayar 1000 yen, tapi di pameran itu pertama kali mengetahui cara Eric membuat bukunya. Yaitu dengan mewarnai selembar kertas tipis berkali-kali, lalu disimpan sebagai stok. Waktu mau pakai baru digunting-gunting. Jadi bukan menggambar langsung di atas kertas tapi lebih ke haribari, menggunting dan menempel. Kami sekeluarga kagum dengan maraknya warna yang dipakai. Di pameran itu Riku membeli buku baru karya Eric Carle yang berjudul From Head to Toe, tentu saja dalam bahasa Jepang “Dekiru kana, atama kara tsumasaki made できるかなあたまからつまさきまで”

Photobucket Photobucket

saya berharap picture books bisa lebih berkembang di Indonesia…. (mustahil??? who knows) mungkin llebih berharap lagi harga buku lebih murah sehingga bisa dijangkau masyarakat umum.

Hebatnya Internet

3 Mei

Mungkin sudah tidak bisa dihitung lagi kehebatan internet. Kalau beberapa waktu lalu aku tulis kehebatan internet tentang Jaringan Doa. Sekarang aku mau menekankan kehebatan internet dalam menghubungkan kita dengan masa lalu.

Sekitar 10 hari-seminggu yang lalu aku membuka yahoo mailing list untuk dua keluargaku dari pihak ibu (Mutter) dan ayah (Coutrier). Asalkan ada koneksi internet, kita bisa berhubungan kembali dengan saudara-saudara yang jauh di negeri seberang ataupun dengan sanak saudara yang sebenarnya belum pernah kita temui di real. Di situ kita bisa bercerita kembali tentang masa lalu, atau mengejar ketinggalan waktu untuk mengetahui situasi dan kondisi up-to-date tentang saudara-saudara kita.

Saya juga mempunyai account di beberapa SNS (Social Networking Service) seperti di Multiply, Friendster, MySpace dan Facebook. Kira-kira seminggu yang lalu dimulai sebuah mailing list dari komunitas orang Indonesia di Jepang. Dari situ kita bisa mendapatkan informasi tentang kegiatan sesama orang Indonesia yang berada di Jepang (IC-JP), atau malah membuat suatu proyek/kegiatan baru. Dari informasi yang didapat di milis ini, dan juga yang suami saya dapat di milis berbahasa Jepang, hari Sabtu yang lalu, dia dan Riku pergi ke sebuah pameran foto di Chiyoda-ku bersebelahan dengan Museum Camera Jepang yang diadakan oleh JCII Club 25 dengan tajuk “Indonesia-Japan Photo Exhibition 2008”. Dari sekian banyak foto yang masuk dipamerkan foto-foto Indonesia selama 10 tahun terakhir. Suami saya bilang, kangen juga melihat foto-foto dari mantan presiden Soeharto almarhum.
Sayang sekali saya tidak bisa ikut ke sana, karena perjalanan cukup jauh dari rumah dengan kereta. Karena pameran foto ini berlangsung sampai dengan 11 Mei, mungkin masih ada kesempatan untuk pergi ke sana.
Photobucket Photobucket

日本インドネシア友好50周年の外務省認定事業の1つである同展は、「INDONESIA LATEST 10 YEARS」をテーマにスマトラ島、ジャワ島、パプワ島などを含むインドネシア全土のプロ、アマチュアカメラマンから集めた写真を展示。現地新聞社協力により審査した約100点で構成する。
同展を主催するインドネシア・ジャパン・フォトエキシビジョン実行委員会は、日本とインドネシアの社会人、大学生が設立した団体で、写真やメディアの視点を通し、国際交流と文化交流活動を拡大していくことを目的としている。
今夏には、日本で撮影した写真を展示するインドネシア・ジャワ島での写真展を予定しており、秋ごろには日本とインドネシアで巡回展も行っていきたいという。開催時間は10時~18時。入館無料。5月11日まで

Kebanyakan teman saya di Facebook adalah teman-teman waktu SD-SMP-SMA, yaitu teman-teman yang pernah bersama-sama melewati masa remaja di Jakarta. Berlainan dengan Friendster yang sebagian besar adalah teman-teman hasil perkenalan di dunia maya. Seminggu yang lalu, ada dua orang terkenal di Indonesia yang menambahkan saya sebagai “friend” mereka. Suami istri Ira Wibowo (teman satu kelas di SMA dulu) dan Katon Bagaskara. Kadangkala saya berpikir, kok artis-artis yang sudah pasti sibuk seperti mereka-mereka ini masih ada waktu untuk ber-net-ria. Tapi yah, artis kan juga manusia …(meminjam istilah judul lagu Rocker juga manusia hehehe). Dan dengan ber-net-ria ini tentunya ada manfaat juga untuk tetap berkomunikasi dengan para fans setia mereka. Dan baru kemarin saya mendapat “laporan” dari teman di Multiply….

halo, mbak Emiko……., udah lihat video2 lama katon dan kla di youtube belum? kalo belum coba deh buka youtube, ada video originalnya “tentang kita”, dan video2 lain yang jadi obat kangen, mas katon sendiri yang upload video2 itu, atau jangan2 saran dari mbak, ya?

Hehehe, mentang-mentang semua tahu saya fans beratnya Katon, mereka pikir saya yang menyarankan beliau untuk upload videonya di Youtube. Saya sendiri baru tahu bahwa Katon punya account di Youtube dan beliau sendiri yang upload video-video dari Kla Project dan Katon sendiri. Lumayan dengan melihat video-video clip ini, dapat bernostalgia kembali dengan “pemandangan” dan lagu lama. Misalnya video “Tentang Kita” ini, bener-bener 80-an banget. Jadi inget masa-masa remaja deh. So, bagi orang Indonesia yang tinggal di luar negeri, tidak usah takut kehilangan “nuansa” Indonesia. Bahkan dengan koneksi internet yang superb, kita yang tidak tinggal di Indonesia boleh jadi lebih tahu tentang keadaan Indonesia di masa sekarang maupun masa lalu. Dan semoga “ACI – Aku Cinta Indonesia” terus..selamanya.

Hari Suzuran

1 Mei

Tanggal 1 Mei sudah dikenal sebagai hari buruh, dan sering disebut Mayday. Untuk itu sudah tidak perlu dijelaskan lagi. Untuk seri [Hari ini hari apa] di Jepang, pada tanggal ini selain Mayday, juga diperingati sebagai hari Palang Merah Jepang, Hari Remaja, dan Malam ke 88 setelah masuk musim semi. Dan yang terakhir merupakan hari Suzuran, yang disebut sebagai “Lily of the Valley”. Bunganya kecil dan manis, baunya pun harum… Entah kenapa saya suka bunga yang kecil-kecil seperti ini.