Oleh-oleh dari Rumah Sakit

23 Okt

Weleh emang selain obat dan penyakit, Rumah Sakit bisa kasih oleh-oleh apa? Ya, hari ini  saya mau menuliskan sesuatu yang saya dapatkan dari Rumah Sakit.

Setiap Rumah Sakit (bahkan Puskesmas) di sini, untuk bagian anak pasti menyediakan sebuah rak buku. Kadang ada yang menyediakan ruang untuk bermain, kalau memungkinkan, tapi kalau Rumah Sakit yang sempit paling sedikit ada satu rak buku berisi bermacam-macam picture book. Nah, saya senang membacakan bermacam-macam Picture Book kepada anak-anak saya, sambil melihat judul-judul yang ada. Wahhh memang Jepang surganya Picture Book deh, segala topik bisa dijadikan buku bergambar.

Saya memang pernah membaca dari jurnal mengenai Picture Book, tentang macam-macam  tema PB dari untuk anak-anak sampai orang dewasa. Dan saya rasa tema-tema yang amat sederhana untuk anak-anak itu menarik sekali. Sesuatu yang jorok atau tabu dibicarakan di Indonesia bisa dikemas menjadi menarik, dan di dalamnya diselipkan “pengetahuan” yang pasti tidak akan bisa masuk kepala jika diberikan di kelas. Karena diberikan dalam PB, bisa langsung dimengerti. Misalnya karena pernah membaca buku Kasabuta, Riku tahu kenapa keropeng itu terbentuk dan menjelaskannya pada saya setiap dia jatuh.

Inilah buku-buku Picture Book yang pernah saya temukan di Rumah Sakit selama menunggu giliran.(Baik yang kemarin waktu ke RS maupun yang dulu-dulu yang pernah saya rekam dalam kamera HP saya)

PB berjudul Hana no ana no hanashi, Cerita tentang Lubang Hidung, karangan Yagyu Genichiro. Dipenuhi dengan gambar yang lucu dan menarik, dan juga dijelaskan bagaimana terjadinya kotoran hidung atau upil.

PB hahaha no hanashi, “Cerita mengenai Gigi“, karangan Kako Satoshi. Seorang penulis Picture Book, yang pernah saya bahas dalam postingan “Anda Tahu PLTA Cirata“. Apa yang menyebabkan gigi berlubang dan sakit dijelaskan dalam gambar sehingga mudah dicerna oleh anak-anak.

Kedua Picture Book di atas mungkin masih “sopan”. Nah berikut tema yang mungkin akan dibilang…. iiiih imelda jorooookkk. hehhee Tapi manusiawi sekali, dan dengan bantuan PB ini malah orang tua akan mudah menjelaskan pada anak-anak.

Picture Book terjemahan dari bahasa Jerman, judul bahasa Jepangnya, Unchi shitanowa dareyo, “Siapa yang Berak”. Dengan buku ini, anak-anak bisa tahu bagaimana bentuk kotoran binatang yang berbeda-beda tentunya. Karena biasanya anak-anak tidak ada kesempatan melihat kotoran hewan secara langsung kan? Saya ingat dulu kalau minum jamu pil yang harus diminum 10 biji sekaligus, pasti ingat kotorannya kambing deh.

Buku ini masih membicarakan soal kotoran, tapi digambar asli oleh orang Jepang yang bernama Gomi Taro, seorang penulis PB yang terkenal. Buku yang berjudul Minna Unchi (1977), “Semua berak” itu sudah diterjemahkan dalam banyak bahasa. Ya, buang air memang wajar dilakukan semua orang dan binatang.

Sebuah Picture Book lagi dengan tema ‘jorok’ karangan Cho Shinta berjudul ONARA, “Kentut”. Saya sudah lupa isinya bagaimana tapi cukup menarik.

Sayang saya belum bertemu PB tentang “kencing” karena ternyata waktu saya browsing, ada sekitar 60 buku yang menceritakan tentang membuang kotoran, tapi terbanyak memang mengenai buang air besar. BAK nya sedikit. Padahal saya pikir perlu sekali. Saya ingat, waktu toilet training untuk Riku, amat sulit. Karena dia melihat saya ke WC duduk…jadi sampai umur 3 tahun dia selalu duduk di wc rumah. Nah karena akan masuk TK di usia 4, saya buru-buru memberitahukan dia bahwa laki-laki harus berdiri, dan sambil memarahi papanya, menyuruh papanya mengajarkan cara kencing ala laki-laki yang benar. Kelihatannya sepele, tapi hal ini penting loh.

Jadi hampir tidak ada tabu dalam picture book di Jepang, semua bisa menjadi  bahan untuk menulis PB. Saya tidak tahu apakah di Indonesia ada pengarang PB yang berani menulis hal-hal seperti ini. Kalau terjemahan mungkin ada ya….

Jadi bumi diciptakan Tuhan dan manusia pertama adalah Adam dan Hawa....
Jadi bumi diciptakan Tuhan dan manusia pertama adalah Adam dan Hawa....

Nah, posting hari ini saya tutup dengan foto Kai yang membacakan buku untuk Riku. Biasanya kebalikan kan? Tapi tadi pagi waktu saya menyuruh Riku ke sekolah, dia masih mengeluh persendian sakit, dan sempat muntah karena batuk. Yah terpaksa saya meliburkan dia lagi, daripada dia belum sembuh benar ke sekolah dan menerima virus influenza. Malah lebih gawat lagi deh. Dan dengan demikian saya juga terpaksa minta ijin tidak mengajar hari ini (untung kemarin universitasnya yang libur karena ulang tahun pendirian Univ Waseda, jadi tidak perlu minta ijin). Saya kasih tahu Kai, “Kakak sakit, musti bobo”. Lalu dia mengambil buku (dan lucunya kenapa ambil Bible bergambar dan tebal hihihi) lalu dia membacakan untuk Riku. Bunyinya, ” Aaa u u u aa ooo ….. ” Jelas saja, dia belum bisa baca kok. Lagaknya aja tuh ….hihihihi.

Riku juga baik mau mendengarkan celoteh Kai yang tidak keruan
Riku juga baik mau mendengarkan celoteh Kai yang tidak keruan

Quality Time

20 Okt

Pagi hari Riku mengeluh kaki dan tangannya sakit. Aku ukur suhu badannya tidak demam, hanya 36,5. Ah pasti dia cuma mau bolos. Tapi, kemarin dia juga mengeluh kakinya sakit, sampai dia manja minta aku antar dia ke sekolah. Meskipun terlambatpun dia maunya pergi sama aku. Akhirnya kami sampai di sekolah pukul 8:30 persis anak-anak sudah menyiapkan pelajaran pertama, tapi guru belum ada karena selalu ada “pengarahn pagi” setiap pagi.

Karena kemarin dia juga mengeluh begitu, dan menurutnya hari ini yang sakit  lutut, tangan (siku) dan dagu, juga tenggorokan. Hmmm, mengingat kondisi sekolahnya yang sedang banyak murid sakit influenza, dan sakit di pergelangan merupakan tanda-tanda influenza, maka aku dan Gen putuskan supaya Riku tidak ke sekolah. Aku pergi mengantar buku penghubung (berisi sebab kenapa tidak masuk) ke sekolah dan Kai ke penitipan, sedangkan Gen mengantar Riku ke dokter.

Rupanya pas dia sampai di RS dan diukur demamnya ternyata sudah 38,1 derajat. Wah! Oleh dokter dia langsung mengikuti test influenza. Hasilnya negatif, jadi bukan influenza. Tapi, jika besok masih demam, maka harus ke RS lagi untuk ditest lagi.

riku diantar ke rumah sakit oleh papanya, dan aku menyusul setelah antar Kai
Riku diantar ke rumah sakit oleh papanya, dan aku menyusul setelah antar Kai

Yang mengejutkan waktu ambil obat di apotik, di pintu apotik tertulis, pasien atau keluarganya yang positif atau dicurigai mengidap influenza, jika mau mengambil obat influenza tidak boleh masuk ke dalam apotik, harus lewat pintu belakang, mengebel dan petugas akan ambil resepnya di luar. Tentu hal ini untuk mencegah penyebaran influenza terhadap pasien lain. Apalagi virus H1N1 ini menjadi “mematikan” pada pasien penyakit lain. Ada berita bahwa ada anak kecil berusia 4 tahun meninggal, karena virus ini bertambah ganas karena dia menderita pnemonia. Juga ada yang meninggal karena virus ini mencapai otak. Duhhhh… Kelihatan memang seperti paranoid, sampai di setiap sudut ada alkohol gratis segala, tapi memang kalau sudah terinfeksi, akan sulit ditanggulangi.

Jadi hari ini aku merawat Riku yang berada di rumah. Karena bosan tidur terus, aku sempat memberi ijin dia untuk menonton TV selama 1 jam di sore hari. Sesudah itu aku ajak tidur lagi, karena dia tidak mau ditinggal kalau aku jemput Kai di penitipan. Aku bohongi dia bahwa aku ngantuk mau tidur, dan kalau sudah bangun akan pergi sama-sama jemput Kai. Begitu dia tertidur, aku langsung cepat-cepat naik sepeda dan menjemput Kai, membeli es krim (di sini es krim boleh diberikan pada anak demam dengan tujuan menurunkan panas) dan pulang. Untung saja Riku masih tidur. Sedangkan si Kai panggil-panggil “Kakak…kakak”… “Sssshhh kakak bobo!” “Bobo?” dengan lirih Kai ikut berbisik. Duhhh gemes!

Dan…. waktu aku ajak Riku dan Kai tidur malam harinya, pertanyaan itu keluar dari mulut Riku.

“Mama… Riku akan jadi kakek juga ya?”
“Iya dong Riku…semua manusia kan jadi tua. Mama juga jadi nenek, Riku juga jadi kakek.”
“Jadi Riku juga akan mati dong?”
“Iya …kan manusia pasti akan mati” ia mulai menangis.
“Loh kenapa Riku?”
“Ya kalau mati kan ngga bisa main lagi, ngga bisa pergi-pergi lagi. ”
“Yah…namanya manusia…. memang harus mati. Kecuali benda, kalau benda tidak mati. Manusia, hewan, tumbuhan semua mati”
“Kalau begitu buat apa aku hidup? Aku lebih baik jadi benda saja”
“Kalau Riku jadi benda, Riku tidak bisa punya pikiran seperti tadi (hmmm susah nih). Riku tidak bisa bertemu dengan papa, mama. Karena Riku tidak bernafas, tidak bisa makan, tidak minum….”

“Manusia diberi kehidupan oleh Tuhan. Diberi nyawa. Karena itu kita harus bersyukur pada Tuhan. Memang dengan “hidup” itu kita merasakan senang, tapi juga susah. Merasakan sehat tapi juga sakit. Nah seperti Riku sekarang, Riku sakit kan? Dan saat sakit, ingin segera sembuh, dan merasa ingin sehat. Jadi bersyukur pada “rasa sehat” itu. Kalau Riku tidak sakit. Riku tidak bisa menghargai sehat itu gimana. ”

Sambil aku bercakap-cakap begitu dengan Riku, Kai ganggu terus. Ganggunya dengan tidur di atas Riku…mau manja. Terpaksa aku angkat dia, karena Riku sulit bernafas. Lalu aku tanya “Kai sayang Riku?” Duhhh si Kai langsung mencium pipi Riku…. how sweet.

“Riku tuh Kai aja sayang Riku. Mama juga sayang Riku. Mama melihat Riku begini, demam dan lemas begini. Rasanya mama mau minta penyakitnya Riku supaya masuk ke badan mama aja.”
“Kenapa? ”
“Biar mama aja yang sakit, dan Riku bisa sehat, nonton TV, makan yang enak….” Dia menangis terisak-isak…
“Loh kenapa?”
“Kok mama yang musti sakit?”
“Riku…. mama dan papa sayang Riku. Orang tua sayang anak-anaknya. Dan sedih kalau anak-anaknya sakit. Papa dan mama akan berusaha supaya Riku dan Kai jangan sakit, biar papa dan mama saja yang sakit.”

Aku juga tidak bisa menahan air mata, karena melihat Kai mengelus-elus kepala Riku yang sedang menangis. Memang dari sejak bayi Kai selalu ikut menangis kalau Riku menangis. Uhhh… bahagianya mempunyai dua anak yang mau saling mengasihi. Dan Kai juga melihat mataku yang berair, lalu berkata sambil memegang pipiku yang basah, “Mama… me (mata)”
“Iya Kai… ini namida (air mata)”

Sambil aku ganti popoknya Kai, aku lanjutin lagi deh kotbahku 🙂
“Riku dulu juga waktu kecil begini. Riku kan lihat waktu Kai lahir…. Kecil, tidak bisa apa-apa. Sekrang? jadi nakal begini. Riku juga sama. Mama tahu dulu Riku waktu lihat Kai lahir, Riku tidak suka sama Kai kan?”
Dia mengangguk.
“Karena Riku pikir mama dan papa akan lebih sayang sama Kai. Tapi ngga kan? Mama papa tetap sayang Riku. Malah sekarang Kai juga sayang Riku kan? Riku musti senang punya papa, mama, dan Kai. ”

Sambil aku belai kepala Riku, “Manusia itu lahir, jadi besar, SD, SMP, SMA, Universitas…. menikah, punya anak….jadi tua…lalu mati. Memang sudah begitu. Riku ingat juga kan film Lion King. Simba yang kecil …bapaknya mati…. trus Simba kecil jadi Raja trus punya anak namanya Simba juga. Namanya Circle of Life… memang harus berputar…” Uh mulai sulit menjelaskan tapi aku lihat dia mulai mengantuk. Dan Kai juga ingin dibuatkan susu.

Sekembalinya dari membuat susu, kudapati Riku sudah tidur. Kai menunggu susu, dan minum sambil tiduran. Aku berbaring di sebelah Kai, sambil pura-pura tidur. Karena aku lhat mata Kai juga mulai merem-melek. Tiba-tiba Kai berbalik menghadap aku, dengan muka tengadah, mata merem. Duuuh lucu sekali. Tanpa sadar aku tersenyum lebar, berpikir dia sudah tertidur. Tahu-tahunya dia melihat aku tersenyum, dan ikut tersenyum….dan akhirnya kami berdua tertawa terbahak-bahak sambil berpandangan. Duuuh kapan tidurnya dong. Aku mulai pura-pura tidur lagi, dan akhirnya si Kai tertidur lelap.

Banyak air mata tumpah malam ini, tapi aku melewati malam yang sangat membahagiakan…. bisa berbincang dengan ke dua anakku. Semoga demam Riku turun….ataupun kalau besok masih demam, semoga bukan influenza, hanya masuk angin biasa.

Kai mencoba pakai masker, yang cuma tahan 5 menit hihihi
Kai mencoba pakai masker, yang cuma tahan 5 menit hihihi

Penutupan Sekolah

20 Okt

Memang akhir-akhir ini di Jepang ada berita tentang sekolah yang ditutup, terutama SD, karena tidak ada muridnya. Ini merupakan imbas dari jumlah anak atau kelahiran di Jepang yang semakin sedikit, sehingga terpaksa untuk daerah tertentu yang jumlah murid usia SD nya tidak ada/sedikit sekolah ditutup atau dihentikan.

Tapi kali ini yang ingin saya bahas bukan penutupan sekolah secara permanen, tetapi hanya sesaat (temporary) dan merupakan keadaan darurat sehingga terpaksa ditutup. Istilahnya memang “Penutupan Sekolah” 学校閉鎖 gakkou heisa. Tapi mungkin untuk orang Indonesia bisa dipakai istilah “Meliburkan satu sekolah”. Dan mungkin di Indonesia tidak ada kebijakan ini, yang ada mungkin karena terpaksa, seperti yang terjadi di daerah yang menjadi korban bencana.

Di Jepang kebijakan penutupan sekolah ini ada dan terpaksa diambil sebagai tindakan untuk mencegah penyebaran penyakit atau wabah yang kemungkinan akan meluas melalui kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Dua tahun yang lalu saya pernah mengalaminya di universitas akibat penyakit hashika (measles) yang melanda mahasiswa universitas. Konon angkatan tersebut waktu kecil tidak mendapatkan vaksin hashika, sehingga tidak mempunyai kekebalan terhadap penyakit hashika.  Measles pada orang dewasa ini dikhawatirkan bisa tersebar melalui kegiatan pembelajaran, sehingga banyak/ hampir semua universitas meliburkan kegiatan kuliah selama 2 minggu.

Nah, dengan adanya influenza jenis baru, yaitu  virus H1N1 atau yang disebut juga dengan flu babi, sudah banyak sekolah yang menutup/meliburkan sekolahnya terutama di daerah Kansai ( daerah sekitar Osaka, Kobe, Kyoto) Jepang barat. Dan hari ini (tanggal 19 Oktober) aku tercenung waktu menerima selebaran pemberitahuan dari sekolahnya Riku bahwa kelas 5, seluruh kelas dan kelas 6-1 ditutup/diliburkan sampai dengan tanggal 23 Oktober nanti. Meliburkan kelas lima keseluruhan disebut dengan Gakunen heisa 学年閉鎖 dan satu kelas 6 saja disebut dengan gakkyuu heisa 学級閉鎖. Memang tidak dikatakan akibat virus jenis baru ini, tapi memang di 3 kelas 5 sudah ada 8 orang terkena influenza dan demam seperti influenza diderita oleh 14 orang. Untuk kelas 6-1 ada 2 orang yang terkena influenza dan 5 orang demam.

Akhirnya….sampai juga di sekolah/daerah kami. Semoga penutupan kelas ini tidak menyebar atau memburuk dengan harus meliburkan satu sekolah 学校閉鎖.  Akibat penutupan kelas ini, kegiatan sore hari di sekolah juga dibekukan, sehingga otomatis anak-anak langsung pulang, dan menghabiskan waktu di rumah saja. Waaaah aku pikir, kalau sampai Riku musti libur…bagaimana nih dengan kerjaanku. Semoga ngga deh (Sambil membayangkan ibu-ibu murid kelas 5 dan 6-1 yang harus ‘melayani” anaknya di rumah sampai Jumat …duh…)

Padahal persis hari ini (tanggal 19 Oktober), di seluruh Jepang diadakan penyuntikan vaksin anti virus H1N1 yang diproduksi Jepang. Memang jumlahnya masih terbatas (1 juta orang), sehingga yang saya dengar dari berita, vaksin terutama diperuntukan bagi pekerja medis (dokter dan perawat), ibu hamil yang berisiko tinggi karena virus ini berbahaya untuk janin, dan anak-anak usia sekolah dasar. (Sudah ada korban beberapa orang anak karena virus ini jika komplikasi dengan penyakit lain akan menjadi penyakit yang parah dan sulit disembuhkan). Menurut kabar balita dan usia SD s/d kelas 3 akan menerima vaksin itu pada bulan Desember mendatang. Dalam tahun ini diperkirakan bisa diproduksi vaksin untuk 100 juta orang.

Kalau dipikir sistem yang cepat tanggap seperti ini memang merupakan ciri khas Jepang, yang selalu bisa memprediksi suatu masalah dan mengambil keputusan yang mungkin juga agak terlambat, tapi cukuplah untuk mencegah penyebaran sehingga tidak menjadi masalah akut. Yang pasti kami memang harus lebih menjaga kesehatan karena menjelang musim dingin, ketahanan tubuh berkurang dan kemungkinan terjangkit influenza cukup besar. Saya juga sekarang rajin sekali menggunakan alkohol yang disediakan di setiap sudut kampus tempat mengajar, sebagai salah satu pencegahan penularan penyakit.

Well, mencegah memang selalu lebih baik daripada mengobati.

Cita-cita

19 Okt

Jumat lalu sepulang dari kerja, aku menjemput Kai dan sambil mendorong baby-car dengan Kai di atasnya, aku menjemput Riku dari les bahasa Inggrisnya. Dalam perjalanan pulang, sambil berjalan dia berkata,

“Mama, nanti kalau besar aku mau jadi pelukis saja”
“Hmmmm…”
“Kan Riku suka menggambar”
“Ya, boleh tapiiiiii…. harus belajar semua, jangan cuma menggambar saja”
“Iya, nanti kan aku mau masuk universitas, belajar yang susah-susah, yang tidak diketahui anak SD”
“Iya…. Riku mau jadi apa saja boleh, tapi tetap musti belajar ya” .

Sambil aku ngedumel dalam hati…. jangan jadi pelukis kenapa ya? Pemasukannya tidak tetap. Iya kalau terkenal…kalau tidak terkenal mau makan apa? Masak bergantung pada orang tua terus sampai tua?.

Sesampai di rumah, pas aku lagi menyalakan komputer untuk online, Kai datang padaku membawa kamera kami yang lama. Cara pakai kamera ini memang agak rumit, sehingga dia tidak bisa pasang sendiri. Kalau yang baru, dia bahkan sudah tahu di mana tempat SD cardnya segala. Setelah aku ajarkan bagaimana-bagaimananya, dia pergi dengan mengambil foto semua yang dia lihat. Hmm untung digital, jadi nanti bisa dihapus. Kai juga sudah semakin besar….

Malam hari, anak-anak sudah tertidur, aku menemani Gen yang baru pulang untuk makan malam. Saat itu aku baru ingat bahwa Riku hari ini menerima rapor semester ganjilnya. Tidak ada kebiasaan orang tua murid mengambil rapor anaknya. Loh? Jadi, tidak ada pesan-pesan yang disampaikan oleh guru seperti waktu orang tua mengambil rapor di Indonesia?

Sebetulnya ada waktu orang tua murid bertemu dengan gurunya, yaitu waktu ada pertemuan per kelas antara orangtua dan guru hari Selasa sebelumnya. Selama satu jam, kami orang tua berkumpul di kelas, dan gurunya memberikan evaluasi kegiatan murid selama satu semester, termasuk kegiatan undokai yang lalu. Lalu menjelaskan tentang rapor murid yang diberi nama AYUMI. Seperti nama gadis Jepang memang, tapi ayumi itu bisa berarti “Langkah” juga. Jadi namanya bukan seperti  “Laporan Belajar” atau nama-nama keren lainnya, tapi “Langkah” yang memang kedengarannya lebih membumi, cocok untuk murid SD. Sehingga “AYUMI” (semestinya) tidaklah menakutkan.

AYUMI untuk kelas satu SD ternyata hanya dinilai dengan 2 nilai. Yaitu “Bisa” できる dan “Sedikit lagi” もう少し. (Kalau di Indonesia berapa nilai ya? Masihkah dengan angka maksimum 10?) Penilaian ini untuk 5 pelajaran yaitu Bahasa Jepang 国語, Berhitung 算数, Musik 音楽,  Prakarya 図工 dan Olahraga 体育, serta Kepribadian. Penilaian Riku untuk  semua bidang “Bisa” kecuali dalam bahasa Jepang untuk membuat kalimat dan membaca masih kurang. Hmmm memang seniman (pelukis) tidak berhubungan dengan kalimat dan membaca sih hahahaha. (Aku juga pusing euy membaca tulisan dia yang kayak cakar ayam… tapi aku juga introspeksi diri, mungkin ini gara-gara dia bilingual di rumah, sehingga kata-kata dia tahu, tapi untuk menyambungnya menjadi satu kalimat yang bagus agak kurang).

Pembagian nilai dengan dua saja dan kebanyakan diisi dengan “Bisa” seakan menjadi “penghargaan” bagi murid-murid yang baru saja 6 bulan menjalani kehidupan bersekolah. Sehingga untuk selanjutnya murid-murid tidak malu dan rendah diri dalam berusaha.

Dan di bagian akhir ada kolom “Pesan Sekolah kepada orang tua” yang memuat penilaian guru tentang Riku. Dan pesan gurunya itu membuat aku bangga pada Riku (cieee). Katanya, “Riku setiap pagi selalu masuk kelas dengan bersemangat dan mengucapkan Selamat Pagi (Di sekolah ini salam sangat dijunjung tinggi…kami pasti harus mengucapkan salam jika berpapasan dengan siapa saja…. senang deh). Waktu berlatih menulis hiragana, Riku menjiplak dengan rapih dan menunjukkan usaha menulis dengan rapih. Waktu melakukan kebersihan kelas juga berusaha sungguh-sungguh, dan sering terlihat waktu acara makan bersama, Riku bahkan membagikan piring dan makanan kepada teman-temannya dan memikirkan teman-temannya juga.” Wow… bangga deh… yang penting itu nak! Ngga usah pinter-pinter juga (ngga) apa-apa….hehehhe.

Jadi sambil makan dan membaca AYUMI itu, kami berdua tertawa dan membayangkan ….. dua anak yang MUNGKIN menjadi PELUKIS (Riku) dan KAMERAMAN (Kai) hihihi. Padahal namanya anak-anak…cita-cita bisa bergulir, berganti-ganti terus seperti sikat gigi yang dibuang jika sudah tidak bisa dipakai lagi.

Dan dalam hati aku berkata…”Masih bagus mereka punya cita-cita daripada kamu dulu mel, sama sekali tidak bercita-cita kan?”

Kai sedang menggambar pesawat. Loh kok bukan fotonya Riku? hihihi
Kai sedang menggambar pesawat. Loh kok bukan fotonya Riku? hihihi

Maaf

16 Okt

Baru saja aku menonton berita TV, sambil menemani Gen makan malam. Dalam berita itu ditayangkan sebuah balon udara yang melayang-layang tidak menentu di udara tanpa kemudi (Kejadian di Amerika). Tapi semua orang memperhatikan balon udara ini dengan cemas, karena dikatakan ada yang melihat seorang anak berusia 6 tahun yang tepat sebelum balon udara ini terlepas dari ikatannya, masuk ke dalamnya. Jadi diperkirakaan anak itu melayang tanpa kendali sendirian.

Tak kurang dari helikopter dan polisi mengejar-ngejar balon udara itu, dan akhirnya setelah melanglang (buana) mendarat dan berhasil ditangkap. TAPI… ternyata si anak tidak ditemukan….

Ternyata si anak, tidak ikut terbang bersama balon udara itu! Dia sempat turun dan karena takutnya bersembunyi. Dia takut dimarahi ayahnya.

Nah, tentu saja si Ayah waktu menemukan anak itu, langsung memeluknya, dan mendengar pengakuannya bahwa dia takut, dan mengatakan, “Maafkan ayah ya… kamu takut makanya kamu sembunyi ya…”Sambil mengecup anak itu di depan kamera televisi yang meliput.

Sebuah tindakan yang WAJAR sekali bukan? Tapi tindakan ini TIDAK WAJAR jika kejadiannya di Jepang. Jika di Jepang, si AYAH akan membungkuk menghadap kamera dan mengatakan, “Maaf kami telah merepotkan dan membuat keributan.” Tanpa ada usaha untuk memeluk si anak. Masyarakat umum lebih penting daripada si Anak. Dan terus terang hal ini yang membuat aku HERAN dan BENCI sifat orang Jepang yang ini. Memang aku tahu Jepang sangat mengagungkan kelompok daripada individu, tapi kok ya keterlaluan gitu sampai anak saja menjadi korban?

Mumpung lagi ngedumel, satu lagi yang sering mengganjal hatiku jika melihat berita tentang murid yang meninggal di sekolah, entah karena kecelakaan atau bunuh diri akibat bullying (ijime). Di situ pasti ada pihak sekolah yang mengucapkan maaf di depan media, karena kejadian yang memalukan itu bisa terjadi. Tidak jarang, setelah kejadian kepala sekolah yang bersangkutan mengundurkan diri dari jabatan, sebagai wujud tanggung jawabnya. Bagus memang, karena berarti sekolah amat sangat bertanggung jawab atas kegiatan muridnya. Tapi kalau meninggalnya di rumah, kok pihak sekolah juga yang harus meminta maaf? Seakan-akan jika anak sudah bersekolah, maka keluarga melepaskan tanggung jawabnya, dan seluruh tanggung jawab tentang anak ini berada pada pihak sekolah. Mungkin memang benar karena dilecehkan di sekolah, maka si anak mengambil tindakan nekat dengan bunuh diri di rumah, tapi…. kalau di rumah semestinya kan ada pihak keluarga, yang sebetulnya bisa juga mencegah si anak agar tidak bunuh diri?

Maaf, aku sudah mulai tidak fokus nulisnya, jadi aku hentikan saja di sini. Yang pasti aku masih merasa untung dan bangga menjadi orang Indonesia, yang masih lebih memperdulikan anak-anak ketimbang masyarakat. Karena pasti aku akan berbuat seperti ayah yang di Amerika itu.

Obat

14 Okt

Ada seorang teman menegurku cukup keras di suatu percakapan dunia maya, di suatu waktu. Katanya, “Aku sebal ketika ada orang yg liat kesusahan orang lain baru merasa bersyukur. aku ga nyalahin dikaw juga yg udah default kek gitu. cuma kadang hal2 bersyukur itu ya… piye ya..rada annoying juga“. Ini gara-gara aku bercerita padanya, bahwa aku tidak pernah merasa anugerah Tuhan itu berhenti. Contohnya aku baru saja bertemu dengan teman yang ibunya harus dioperasi usus besarnya, karena dia tidak bisa “buang air besar” selama 2 minggu. Bayangkan hanya karena tidak bisa beol… kita yang normal harus bersyukur tentunya kan?

Mungkin saja bagi orang yang mengalami penderitaan itu akan sebal, karena penderitaannya itu menjadi contoh rasa bersyukurnya orang lain. Atau mereka menjadi self defence dengan mengatakan “Aku tak butuh simpatimu!”. Atau mungkin ada orang-orang yang tertimpa bencana memohon agar media massa jangan lagi mengungkit yang sedih-sedih saja, tapi justru yang bisa membuat korban bersemangat lagi untuk maju….  Memang mata uang selalu ada dua sisi kan? Belum tentu apa yang kita anggap bagus/baik itu dilihat bagus/baik juga oleh orang lain.

Aku tahu temanku ini tidak bermaksud buruk dengan mengatakan itu. Karena mungkin saja banyak orang yang memang begitu, hanya merasa bersyukur, jika sudah melihat  suatu kesusahan orang lain. Tapi dunia memang berputar, dan bahkan setiap detik kita bisa mengetahui betapa ada beragam kesusahan orang lain di dunia ini. Berbagai kemalangan dan bencana dialami orang-orang setiap hari.  Dan sudah sepantasnya kita bersyukur bahkan setiap detik atas nafas yang kita hembuskan, hidup yang telah diberikan Tuhan. Setiap hari, baik itu cerah maupun mendung. Setiap kicau burung, sinar matahari, pemandangan yang indah…. semua bisa memperkuat iman kita, jika kita mau bersyukur.

Jadi meskipun temanku itu menganggap aku seperti orang yang merasa bersyukur atas kesusahan orang lain (dan kebetulan kemalangan itu bukan terjadi pada diriku sendiri), biarlah, aku tidak akan berhenti berkata, bahwa aku selalu merasa “blessed by HIM”.  Every second of my life. Dan apakah itu  salah jika  contoh yang saya pakai waktu itu adalah penyakit orang lain? Yang pasti aku merasa bersyukur bukan karena “bukan aku” a.k.a orang lain  yang mengalami gempa di Padang waktu itu misalnya, tapi terlebih bahwa Tuhan masih mau melindungi semua teman, saudara yang kukasihi di sana. Benar-benar aku merasa lega mengetahui orang-orang yang kukenal selamat dari bencana. (Wah bisa-bisa aku disalahin lagi bahwa tidak memikirkan orang lain yang menjadi korban di sana…. mau menyatakan pendapat aja  susyah ya hehehe)

Cukup dulu ah menumpahkan uneg-unegnya…

Kemarin malam kami semua masuk kamar tidur jam 8 malam. Baca buku untuk mendongengkan Riku dan Kai…akhirnya kami berempat tertidur. Gen pastinya karena minum obat flu akibat bersin-bersin yang menjurus ke flu, bukan hanya sekadar alergi. Riku juga cepat tertidur seperti biasanya, karena dia tidak pernah tidur siang. Kai yang agak lambat tidur… tapi aku terjaga pukul 11 malam. Kebiasaan, tidak pernah bisa tidur terus lebih dari 3 jam. Pasti 2-3 jam terbangun, melakukan sesuatu dulu, baru bisa tidur lagi. Kembali masuk tempat tidur jam 2 pagi, dan jam 4:30 dibangunkan oleh Riku yang terbatuk dengan hebatnya. Setelah minum obat dan air hangat, dia kembali tidur, tapi jam 6 pagi aku dibangunkan Gen yang mengatakan bahwa Riku demam.

Wah…. jangan demam dong. Akhir-akhir ini paling takut mendengar kata demam, karena memang influenza jenis baru H1N1 itu sudah cukup menyebar kemana-mana. Seorang mahasiswaku sudah kena.

Sambil berdoa agar Riku tidak demam, aku ukur suhu badannya. Ternyata hanya 36,9. Normal. Tapi memang batuknya mengkhawatirkan karena dia sempat beberapa kali memuntahkan dahak dan sarapannya. Aku tahu, dia ingin bolos sekolah. Tapi hari ini di sekolah ada pertunjukan musik khusus bagi SD itu, di jam pelajaran 5-6, dengan sebuah pertunjukan dari kelompok paduan suara terkenal di Tokyo. Karenanya aku tawarkan dia untuk sama-sama ke RS dan sesudah itu aku akan antarkan dia sampai ke kelas (memang peraturannya harus antar sampai kelas) begitu selesai pemeriksaan. Untung Riku juga ingin melihat pertunjukan itu, sehingga tidak merengek untuk bolos sekolah.

Setelah mengantarkan Kai ke penitipan kami dokter THT yang canggih dekat rumah. Wah klinik spesialis ini buka jam 9, dan waktu kami tiba pukul 8:55 sudah ada 10- 12 pasien mendaftar dan menunggu. Sial…bakal lama nih aku pikir. Eh, tapi ngga juga soalnya jam 9:10 sudah dipanggil 6 pasien. Jam 10 mustinya sudah bisa selesai.

Dokter itu canggih amat deh…dan kliniknya memang dilengkapi peralatan canggih sih. Sambil dia melihat tenggorokan Riku dan dalam hidungnya, kami orang tua bisa melihat lewat televisi disampingnya. Geraknya cepat sekali. Oles obat, sedot ini itu…lalu disuruh pindah ke meja treatment dengan “penguapan” ah apa lagi tuh namanya nebulizer? YES! Nebulizer.

Kalau di RS lain, nebulizer pakai alat yang portable, kalau di klinik THT ini, nebulizernya sudah berbentuk meja dengan 12 selang. Tinggal tekan tombol nomor 1,2,3 yang berisi obat berbeda, jadi deh. Tidak usah ukur-ukur dan ambil obatnya lagi. Sudah tersedia di pipa dalam meja itu.

Keluar dari ruang periksa, menerima obat lalu pulang. Obatnya ngga tanggung-tanggung… 7 macam yang dibawa pulang. Sampai banyak yang heran dan memberikan komentar di status FB saya. Kok batuk aja segitu banyak. Nih daftar obatnya:

1 antibiotik utk batuk sekali sehari saja
1 obat spray utk hidung
1 troche (permen) utk batuk/leher gatal
1 selotip (semacam salonpas kecil) untuk melegakan pernafasan dan mencegah pnumoneia
1 obat cair untuk dahak
1 obat cair untuk radang tenggorkan
1 obat cair untuk pilek
(1 obat uap untuk melegakan saluran pernafasan hy satu kali diuapkan di kliniknya…)
semua racikan bukan obat jadi….


Untung Riku tidak pernah susah minum obat, tidak seperti Kai. Jadi kami pulang ke rumah, kasih minum obat dulu, baru berjalan sama-sama ke sekolah Riku. Sambil saya membekali dia dengan plastik dan handuk kecil, kalau-kalau dia terpaksa harus munmun waktu makan siang nanti.

Sore jam 15:30 dia pulang dengan wajah berseri, dan dia berkata “Aku mau menjadi anggota paduan suara”…dan batuknya sudah jarang terdengar.

Obat memang perlu waktu sakit, tapi seperti yang Uda Vizon katakan di status FB saya “obatnya cuma satu sebetulnya nechan, cuma ‘temen’nya obat itu yang banyak, hehe.. cepet sembuh ya..”

Rasa syukur, percaya pada dokter dan Tuhan, rasa bahagia dan terhibur dari suara-suara emas…. dll dll…semuanya merupakan “obat” yang kita perlukan. (Eh… sapaan dan komentar dari teman-teman juga merupakan obat atau suplemen buatku loh…. menegaskan saja 😉 terima kasih ya )

kalau lagi akur, si Riku mau membacakan cerita untuk Kai
kalau lagi akur, si Riku mau membacakan cerita untuk Kai

Pelayanan Orang Jepang

12 Okt

Tadinya saya mau menuliskan judul “Kecanduan”, tapi kok inti cerita yang ingin saya sampaikan justru bukan kecanduannya sih… jadi ganti judul yang lebih tepat.

Memang saya pernah menulis tentang jiwa service orang Jepang  di sini dan di sini. Dan saya rasa banyak di antara pembaca juga sudah pernah mengalami sendiri pelayanan waiter/pelayan Jepang di Jepang. Motto, “Pembeli adalah Raja” bukan main-main di sini . Dan orang Jepang juga tidak segan-segan, langsung meminta maaf, meskipun itu bukan kesalahan mereka.

Nah, kali ini saya mengalami lagi sebuah pelayanan yang sempat membuat saya bengong, senang, terharu dsb deh… Kok segitunya sih mel?

Nah itu ada hubungannya dengan kecanduan yang tadinya akan menempati judul posting ini. Saya sedang candu FB! Tapi bukan ganti-ganti status atau foto profil atau baca status dan notes orang lain…. melainkan bermain Bejeweled Blitz. Loh… itu kan juga ada di Yahoo Games? Memang, tapi di FB waktunya ditentukan hanya selama 1 menit, dan …. nah…ini serunya. Ada hall of fame, alias daftar perolehan teman-teman Friend Lists yang sedang bermain game yang sama. Jadi penasaran lah yau, kok bisa teman saya si MS mencapai nilai sampai 300rb sedangkan saya cuma bisa 100rb saja! Lagi pula bermain game ini benar-benar tanpa pakai otak, hanya jari saja yang gerak, sehingga otak bisa diistirahatkan…. hihihi …alasan.

Kecanduan Game ini merupakan kecanduan pertama yang tidak begitu merugikan saya, karena saya lakukan di sela-sela waktu senggang,namun cukup memangkas jadwal menulis blog dan blogwalking. Paling-paling kalau riku melihat saya sedang bermain, dia juga mau ikut bermain. Atau Kai jika sudah kangen pelukan mamanya, akan datang ke depan komputer dan minta dipeluk…..

Tapi ada lagi kcanduan di FB nomor dua, yang NYARIS membuat saya rugi besar. Yaitu meng-upload foto dari HP saya, via mobile upload a.k.a email. Apalagi waktu saya berlibur dan jalan-jalan ke Yokohama, Kamakura dsb dsb. NAH….. ternyata sodara-sodara, kegiatan saya mengupload itu menyebabkan saya harus membayar mahal.

Biasanya biaya HP saya tidaklah terlalu mahal, karena saya jarang pakai. email juga jarang.  Tapi waktu saya banyak mengupload foto-foto itu, saya harus membayar biaya pengiriman berdasarkan bytes yang dikirim. Pertama, saya dapat email peringatan, “Biaya pemakaian internet Anda mulai mahal loh”… begitu bunyinya. Hmmm saya pikir, ah semahal apa sih.

Kemudian besoknya saya menerima telepon dari kantor KDDI, operator untuk telepon au yang saya pakai. Dia menelepon ke HP, tapi saya waktu itu sedang mengajar sehingga tidak bisa mengangkat. Ada pesan memang, tapi dasar saya juga malas…saya cuekin. Lalu pas pulang ke rumah, ada pesan di answering machine, mengharapkan saya telepon mereka. Duh sudah malam, dan saya harus masak makan malam, kasih bobo anak-anak dsb dsb… Sudahlah besok saja…saya pikir.

Nah, keesokan harinya, ternyata orang yang sama menelepon ke HPnya Gen. Semua HP memang atas nama saya, dan dia berbicara mengenai paket harga (mungkin semacam pahe…paket hemat) , tapi karena Gen tidak tahu apa-apa tentang pembayaran HP, saya yang menjawab telepon mereka.

“Ya, saya Imelda, ada apa?”
” Oh ibu Imelda… saya dari KDDI….”
“Ya, saya menerima pesan lewat telepon, tapi maaf belum sempat menelepon.”
” Saya juga maaf, karena berkali-kali meninggalkan pesan di HP dan di telepon rumah…. Begini bu, …. kelihatannya ibu banyak memakai internet akhir-akhir ini, ya?”
“Ya memang….”
“Begini, kalau memang mau terus memakai internet, lebih baik ibu masuk ke pahe internet 24/7 yang setiap bulannya membayar max 4100 yen. Untuk bulan ini Ibu sudah memakai 25.000 yen. api kalau ibu masuk paket ini, ibu cukup membayar 4.100 yen saja.”
“Waaah sudah segitu banyak ya? Tapi saya masih bisa masuk paket itu dan tidak usah membayar 25.000 yen tadi?”
“Ya, kalau ibu masuk sekarang, bisa”
“Bagaimana caranya? Apakah saya harus pergi ke kantor sana?”
“Tidak usah, lewat saya saja. Begitu ibu OK, saya akan masukkan setting untuk paket itu.”
“Kalau begitu…tolong setting ke paket itu.”
“Tapi jika ibu setting paket ini, seandainya ibu tidak pakai internetpun, ibu harus membayar 2000 yen. Apakah ibu tetap mau?”
(Sambil berpikir tentu saja, saya masih akan kirim email dan browsing internet lewat HP)
“Ya saya mengerti, Tolong setting ke paket itu”….

Jadi saya tertolong banget tuh dengan telepon mbak KDDI hari itu. Dan saya masih terbengong-bengong… kok bisa gitu, mengganti paket ditengah-tengah periode, dan membuat pelanggan tidak perlu membayar biaya yang seharusnya dibayarnya. Biasanya kan perusahaan ngga mau rugi dong. Semakin pelanggan bayar banyak, semakin banyak duit masuk ke dia kan? Apa dia tidak rugi dengan cara menelepon saya dan menganjurkan mengambil paket tadi? Ini mungkin pelayanan mereka terhadap customer, apalagi saya sudah hampir 13 tahun memakai nomor ini, sehingga mereka tidak mau kehilangan pelanggan untuk berpaling ke operator lain? Well, saya menceritakan ke pemakai operator lain, tapi belum pernah ada yang kejadian seperti saya itu.

Yang pasti saya bersyukur sekali dengan telepon mbak tadi itu. Lagipula dengan tidak perlu membayar semahal yang seharusnya saya bayar, saya bisa mengganti pesawat HP saya yang dirusakkan Kai dengan yang baru. Masih bisa dipakai sih, tapi rasanya sudah cukup waktu juga untuk mengganti dengan yang baru. Maunya sih dengan Ipod, tapi Ipod hanya dimiliki oleh operator Softbank, yang saya jarang pakai. Jadi cukup dengan HP touch panel ala “au” yang berkamera dan harddisk 7 GB.  (sebetulnya saya tidak suka dengan touch panelnya, tapi *apabolehbuat*, kamera yang dengan 5 Mega pixel hanya jenis itu saja. Ada sih yang 8 M pixel… tapi aku ngga suka tampilannya hihihi)

tujuan si produsen spy kita membaca e-books di HP itu sih... cuma saya sih mending baca buku beneran daripada lewat HP hehehe

Tambahan:

1. Handphone di Jepang kebanyakan tidak bisa menerima/mengirim sms ke LN. Satu-satunya yang bisa menerima sms hanya operator softbank (karena itu saya punya softbank juga hehehe). Softbank bisa mengirim sms juga, tapi biayanya masih mahal.

2. Jadi kami berkomunikasi melalui email (MMS) antar operator, atau untuk operator yang sama, pesan pendek semacam sms.

3. Sebagai solusi untuk mengirim sms, maka kami di Jepang memakai perusahaan “penengah” untuk mengubah email kami menjadi sms, dan diteruskan ke Indonesia. Ada beberapa perusahaan yang menyediakan service ini, tapi saya sendiri memakai smspelangi.net. Karena gateway, yang tampil pada nomor HP di Indonesia bukanlah nomor kami yang sebenarnya. Dan penerima sms cukup mereply sms untuk mengirimkan balasan. Selama nama dan nomor HP teman di Indonesia belum didaftarkan ke website mereka, kami tidak bisa menerima sms dari Indonesia. Mau terima sms dari saya? Ya harus daftar dulu gitchu hihihi.

4. Blackberry laku ngga di Jepang? Nggak!!! abis orang Jepang kan ngga pake alfabet, jadi buat apa pake BB hihihi

Susah deh Jepang memang memonopoli telekomunikasi intern mereka, tapi beruntung sekarang sudah mulai terbuka, yaitu sejak masuknya vodafone ke Jepang (sekarang sudah dibeli Softbank).

Mau minta maaf juga akhir-akhir ini jarang blogwalking krn…kecanduan hihihi. (dan sedikit flu sih)

Merah, Putih dan kebersamaan

8 Okt

***warning: cerita ini tentang Jepang, bukan Indonesia!***

Ya memang saya selalu heran, kenapa topi sekolah untuk sehari-hari atau olah raga baik TK maupun SD di sini berwarna merah dan putih, reversible, bisa dibolak balik. Dan kenapa tidak ada warna lain, semisal biru dan putih? Baru saya sadar kemarin waktu pelaksanaan undokai, sport meeting di SD Riku, bahwa memang hanya diperlukan merah dan putih saja.

Nasionalis? mungkin… tapi mengingat warna manju (kue jepang) waktu selamatan berwarna merah (muda) dan putih, lalu pita yang menghias amplop angpao juga merah dan putih. Belum lagi kain bergaris-garis merah putih dipakai untuk tirai penutup dinding dalam acara-acara pesta atau selamatan. Nasi merah untuk selamatan mungkin juga bisa dihitung (padahal di Indonesia ada bubur merah putih loh) Jepang kelihatannya  memang tidak bisa berpisah dari warna merah dan putih. (Setelah aku tanyakan pada Gen, ternyata bisa balik ke sejarah perang besar keluarga Genji dan Heike — sekitar abad 12—yang masing-masing membawa bendera putih dan merah)

Kai kesenangan dibopong mamanya (nanti mamanya yang kesakitan)
Kai kesenangan dibopong mamanya (nanti mamanya yang kesakitan)

Kalau dulu waktu saya SD dan SMP (di Indonesia) pernah mengadakan class meeting, biasanya yang dipertandingkan adalah olahraga umum seperti volley, basket, atletik dll. Lalu karena per kelas, maka setiap kelas berlomba-lomba untuk menjadi juara. Yang kemudian di akhir acara akan dibagikan piala dan piagam. Dan biasanya juara dalam perorangan akan tampil sebagai individu dari kelas sekian, untuk menerima hadiah.

Tapi di Jepang lain! Memang saya pernah belajar bahwa sifat manusia Jepang adalah “tidak berdiri sendiri di depan” dan “bergerak secara kelompok”, jadi pemahaman saya di sekolah pun tidak ada yang namanya “pertandingan”. Tapi kali ini saya salah. Pertandingan ada tapi bukan antar individu melainkan antar kelompok.

Sejak awal murid dari kelas satu sampai enam sudah dibagi menjadi dua kelompok. Aka gumi “Kelompok Merah” dan Shiro gumi “Kelompok Putih”. Riku termasuk dalam kelompok Merah. Jadi topi yang dipakai yang merah. Dan ternyata pembagian antara kelompok merah dan putih, dilakukan oleh guru mereka dengan pertimbangan yang matang. Menurut desas desus di antara ibu-ibu,  misalnya kecepatan waktu berlari… yang paling cepat ada 4 orang, maka dibagi dua. semua dibagi dua dengan kemampuan yang hampir sama. Karena itu perbedaan nilai juga tidak menyolok. Dan saya rasa ini bagus sekali. Toh pertandingan yang diadakan di SD bukan untuk mencari atlit-atlit olimpik! Hebat euy.

pernag dukungan kelompok merah dan putih
pernag dukungan kelompok merah dan putih

Karena acara undokai sudah dibuka di hari Sabtu sebelumnya (lihat posting sebelum ini), maka begitu anak-anak berkumpul, dimulai dengan senam pemanasan (hmm ini biasa lah), kemudian dilanjutkan dengan “perang dukungan”, Ouen Gassen 応援合戦 antara kelompok Merah dan Putih. Wah yang ini aku belum pernah lihat, jadi merinding deh. Maksud diadakan perang suporter ini adalah untuk membuat peserta bersemangat dalam mengikuti pertandingan.

“Merah itu apa???” si pemimpin bertanya
“Merah itu Matahari” jawab setengah jumlah murid yang memakai topi merah.
“Matahari itu apa?”
“Matahari menyinari bumi, membara….”
“Membara, menang! Merah harus menang!” teriak mereka.

Wahhhh berdiri deh bulu kudukku merasakan semangat mereka. Belum lagi si pemimpin berlari di depan tempat duduk kelompok merah dan mereka bergelombang berdiri mengikuti arah pemimpin. THIS IS IT! Semangat ini perlu ada, semangat berjuang.

Tentu saja kelompok putih juga menyanyikan yell yell yang sama, yang intinya menyemangati peserta kelompok putih untuk menang.

Setelah selesai acara “perang dukungan” ini, baru ada acara pertandingan tiap angkatan. Misalnya lari 50,80,100 m untuk tiap kelas. Pertandingan tarik galah (sebagai ganti tambang…lucu juga loh), dan pertandingan banyak-banyakan memasukkan bola merah/putih ke dalam keranjang. Pertandingan-pertandingan ini semua antara kelompok merah dan putih.

riku siap untuk lari...gaya sih boleh hihihi
riku siap untuk lari...gaya sih boleh hihihi

Tapi selain pertandingan ada pula semacam  “pertunjukan”.  Berupa tarian tradisional/modern yang dipadukan dengan gerak-gerak olahraga yang dinamis dan lagu back ground yang semangat. Acara pertunjukan oleh kelasnya Riku berjudul Furi-furi Rock and Roll… mereka bergoyang dengan iringan lagu rock and roll, goyang pinggul, tangan, kepala dan bergaya bagaikan bermain gitar.

ceritanya rock n roll, goyang pinggangnya riku boljug hihihi
ceritanya rock n roll, goyang pinggangnya riku boljug hihihi

Sesudah acara kelas 1 kelasnya Riku ada acara pertunjukan yang cukup bagus yaitu dari kelas 2 dengan pertunjukan berjudul “The Arauma” uma = kuda ara= belingsatan …. spt kuda lumpingnya Indonesia deh. Cuman kostum mereka lucu. Berbentuk lingkaran dengan kain beraneka macam. Nah nanti kalau Riku naik kelas, biasanya pertunjukkannya sama, dan aku harus menjahit “sarung” nya lingkaran itu dan menghiasinya. Gen bilang, nanti pake batik aja. Tapi aku bilang, jangan batik ah kurang meriah… mending pake kain bali yang emas-emas gitu, atau sekalian pake tenun padang dengan benang emas itu (berat sih hihihi). Pokoknya musti bagus deh….. So aku musti kumpulin kain dari sekarang nih hihihi.

aku musti kumpulin kain yang bagus ahhh buat tahun depan
aku musti kumpulin kain yang bagus ahhh buat tahun depan

Sekitar jam 12, ada acara istirahat makan siang. Anak-anak makan di kelas karena mereka membawa bento (bekal makanan). Orangtua bisa pulang atau makan di gedung olahraga. Nah kebetulan aku sempat membuat onigiri, goreng susis, ayam goreng jadi kami bertiga, aku, gen dan kai makan di dalam gedung olahraga.

Acara sessi ke dua dilanjutkan satu jam setelah istirahat. Riku mengikuti pertandingan lari 50 meter (tentu saja paling belakang hihihi keberatan badan), dan pertandingan memasukkan bola ke dalam keranjang. Di sini kelompok putih yang menang. Aku pikir permainan memasukkan bola ke keranjang ini juga bagus untuk ditiru  di Indonesia. Cara menghitungnya juga bagus. Menghitung bersama-sama dan kelompok yang lebih banyak menghitung terus sampai bola habis, dan menang!

Acara yang membuat aku terharu juga adalah berbagai bentuk senam, terutama piramid manusia. Murid-murid kelas 6 memang berbadan besar, lebih mahir dan terlatih, dan ini merupakan undokai mereka yang terakhir. Kerjasama mereka patut diacung jempol. Yang membuat aku hampir menitikkan air mata, ternyata salah satu murid kelas enam, ada yang badannya lebih kecil dari yang lain… dan ternyata dia pincang. Tapi ke dua temannya meng-cover dia memeluk dia menjadi satu bagian dari pondasi teman yang akan naik ke atas. Tapi tentu saja beban ada di dua teman yang lain, si anak yang lebih kecil ini “hanya” menjadi pelengkap. Tapi semangatnya itu juga perlu diacung jempol. Meskipun dengan terpincang-pincang, dia dapat berlari dengan cepat menuju formasi berikutnya. Dia adalah BAGIAN dari kelompok. Sama-sama kelas enam, tanpa disisihkan oleh teman dan gurunya.

ada seorang anak yang badannya lebih kecil, dilindungi oleh temannya
ada seorang anak yang badannya lebih kecil, dilindungi oleh temannya

Satu hal lagi yang saya kagum, di setiap formasi piramid itu pasti ada seorang guru yang duduk di dekat mereka, sehingga jika ada yang terjatuh atau butuh bantuan bisa langsung menangkap anak itu (meskipun tidak ada kejadian gagal seperti itu). Ah, guru pun masih mengawasi anak-anak ini supaya tidak berbahaya. Aku tambah terharu.

piramid manusia dari kelas 6
piramid manusia dari kelas 6

Tapi aku masih harus menahan kekaguman untuk acara terakhir yaitu pemindahan Bola Raksasa Merah dan Putih yang dilakukan seluruh anggota kelompok. Karena Riku kelompok merah, tentu saja saya mendukung bola merah. Ikut berteriak, ikut bertepuk tangan, waktu bola Merah Raksasa itu bisa sampai di goalnya lebih cepat dari Bola Putih. (Bola Raksasa itu cukup mahal loh, dan dibeli dengan hasil pengumpulan bellmark)

semua murid berpartisipasi memindahkan bola raksasa ke goal
semua murid berpartisipasi memindahkan bola raksasa ke goal

Dalam acara penutup diketahui bahwa kelompok Merah menang dengan nilai 426, sedangkan Putih 424. Tipis… tapi mereka semua sudah berusaha dengan baik. Bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya. Rasanya saya juga ingin melompat bersama anak-anak kelompok merah waktu tahu mereka menang. Ah, undokai… apakah masih ada seperti ini di SD Indonesia? Pasti kegiatan seperti ini merupakan pekerjaan tambahan untuk guru-guru, tapi undokai ini meninggalkan kenangan yang tidak terlupakan seumur hidup.  Enam tahun di SD dengan pengalaman seperti ini pasti akan membentuk anak-anak yang bisa diajak bekerja secara kelompok dan toleran.

nilai kelompok merah dan kelompok putih. beda tipis.
nilai kelompok merah dan kelompok putih. beda tipis.

NB: Tugas saya sebagai panitia di dalam undokai itu hanya sebagai pengatur petugas keamanan yang melarang orang tua murid/tamu yang datang bersepeda. Karena sepeda dilarang parkir di sekitar sekolah. Hanya itu saja, tapi sempat juga menjaga seorang anak “tersesat” yang terpisah dari ibunya. Karena sistem shift, saya bisa melihat Riku waktu gilirannya tiba, dan bekerja di meja khusus itu waktu giliran Riku sudah selesai. Senang sekali bekerja sebagai Staff dari sebuah kegiatan. Sementara saya kerja, Kai bersama Gen, dan waktu Gen yang kerja Kai bersama saya. Gen kerja apa? Dia membantu pembongkaran tenda, pekerjaan pakai tenaga deh. Dari jauh saya melihat guru, orang tua murid dan murid kelas 6 bekerja sama membongkar tenda dan membereskan segala sesuatunya. And I am part of them. Satisfied.

mejeng pakai tanda staff ;)
mejeng pakai tanda staff 😉

Dipermainkan cuaca

5 Okt

Selama aku hidup di Indonesia, aku jarang merasa kesal jika hujan. Mungkin karena di Indonesia, hujan hanya sebentar. Hujan lebat…lalu tak berapa lama berhenti. Oleh orang Jepang hujan yang tiba-tiba seperti itu disebut “suko-ru“, japlish dari bahasa Inggrisnya Squall.

Tapi di Jepang itu menyebalkan. Kalau dibilang akan turun hujan, maka siap-siap saja akan turun hujan sepanjang hari meskipun itu hanya rintik-rintik. Apalagi jika menjelang spring, sehingga dikatakan harusame (spring shower).

Tidak pernah hujan kencang? Tentu saja ada, apalagi di hari-hari ini, akhir September/Oktober, merupakan bulannya badai topan taifuu 台風. Nah, kalau ini jika sedang deras-derasnya, jangan harap bisa membuka payung tanpa payung itu rusak dan tetap “kering”. Sudah berapa payungku rusak karena hujan semacam itu.

hari ini tidak bisa dilaksanakan sesuai jadwal
hari ini tidak bisa dilaksanakan sesuai jadwal

Nah, hari sabtu tanggal 3 Oktober yang lalu, adalah hari sport meeting untuk SDnya Riku. Ada hari olah raga yang tepatnya jatuh tanggal 10 Oktober. Sehingga memasuki bulan oktober sampai pertengahan oktober, setiap tahun sekolah-sekolah berlomba membuat “sport meeting” ini atau yang dalam bahasa Jepang di sebut dengan Undokai 運動会. Tapi menurut ramalan cuaca memang hari Sabtu tanggal 3 oktober itu akan turun hujan. Hari Jumat (2 okt) pun hujan, sehingga merepotkan aku yang harus mengajar juga, menitipkan Kai, menjemput Riku dan Kai….sehingga baru pulang sampai di rumah jam 7 malam. Aku sudah berharap agar pagi-pagi turun hujan saja, karena diprediksikan hari Minggu tanggal 4 cerah. Jadi sudahlah, semestinya undokai nya pindah ke tanggal 4 saja. BUT, itu bukan wewenangku untuk memutuskan.

Jadi waktu aku terbangun pukul 4 dan hanya terdengar suara angin tanpa hujan, aku mulai bingung. Jam 6 terik! Matahari muncul dan tak ada tanda akan hujan. Cepat-cepat aku membuat bento (bekal makanan) karena tahu pasti undokai akan dilaksanakan. Sebetulnya menurut perjanjian, setiap keluarga yang ragu undokai itu akan dijalankan hari itu atau tidak, bisa mengecek dengan datang ke sekolah, melihat bendera yang terpasang. Jika terpasang berarti undokai jadi, sedangkan jika tidak terpasang, batal.

Tapi dengan cuaca begitu cerah pada pukul 7, sudah pasti dilaksanakan. Lagipula aku malas untuk bersepeda ke sekolah hanya untuk melihat bendera (kalau ada guru yang cakep sih boleh aja hihihi). So, jam 8 pagi, Riku berangkat ke sekolah membawa bento dan baju olah raga. Aku sendiri keluar rumah jam 8:15 karena aku musti ikut briefing pagi (selaku anggota panitia). Nah… saat itu mulai hujan rintik…padahal aku tidak bawa payung. Hmmm kalau melihat langit di atas, lagaknya akan turun hujan cukup lama. Jadi terpaksa aku kembali lagi ke rumah (sudah tengah jalan tuh). Berlari!…. dan akibatnya cukup fatal, karena aku lupa kaki kiriku masih sakit karena kejang otot kemarinnya (menggendong Kai cukup lama dalam bus yang bergerak). Waktu aku menjejakkan kaki di undakan tangga…wadowwww sakit rek.

OK… ambil payung, sambil teriak ke Gen bahwa aku akan telepon, undokainya jadi atau tidak. Rencananya sih akan dimulai jam 8:50 dengan upacara pembukaan. Gen akan datang dengan Kai persis sebelum upacara pembukaan.

upacara pembukaan dengan berbagai pidato dan janji atlit hihihi
upacara pembukaan dengan berbagai pidato dan "janji atlit" hihihi

Sampai di gerbang sekolah, seksi aku baru saja mulai briefing. Telat deh! Tapi …. semua bingung, karena hujan seakan bermain petak umpet. Kadang hujan, berhenti, reda, hujan lagi. Wah gimana nih?

Tapi diputuskan akan tetap dilaksanakan, dengan perubahan jadwal. Wahhh bingung …. bingung deh. Akhirnya upacara pembukaan berhasil dimulai. saat itu cerah! Sampai ke senam pemanasan masih cerah. Tapi waktu akan mulai tarian dan yell pembuka…..hujan tanpa malu-malu turun membasahi bumi.

masih rintik-rintik... duh anakku gede amat sih hihihi
masih rintik-rintik... duh anakku gede amat sih hihihi

Jadi deh, kepala sekolah mengumumkan supaya anak-anak kembali ke dalam kelas, dan acara diundur sebentar untuk melihat keadaan hujan, apakah akan lama atau tidak. Ternyata setelah ditunggu 30 menit, tetap hujan, sehingga kepsek memutuskan acara undokai itu diundur ke hari Minggu.  Mbok yo dari tadi loh pak! hehehe.

Kami pulang ke rumah, dan sesudah makan siang, bobo lagi deh…….

Cuaca hari sabtu itu memang kurang ajar… atau dia ingin bercanda dengan kita. Ciluuuk baaaaa….

mama dan kai dalam hujan
mama dan kai dalam hujan, aku masih berbatik ria loh meskipun sudha tanggal 3 oktober