Game Center

14 Agu

Satu-satunya hiburan untuk Riku adalah Game Center. Karena susah meng-arrange jalan-jalan ke luar kota, atau tempat rekreasi lainnya, terpaksa deh Opa atau saya mengantar dia ke Game Center yang ada di dekat rumah. Kalau di Jepang tentu saja Riku tidak pernah saya ajak ke game center… mumpung di Indonesia, masih kebayar kalau dia mau main sepuasnya.

Kemarin sekitar jam 3 siang, opa, oma dan cucu-cucu jemput Darma dari sekolah lalu mampir ke Amazone di Blok M plaza. Ini ke 4 kalinya aku ke sini, tapi untuk Riku sudah yang ke 5 kalinya. Dia sudah hafal tempat-tempat bermain yang dia suka. 4 chibi (unyil) berlari sana sini coba game yang dia bisa. Segepok koin aku bagi 4 masukkan ke dalam kantong plastik supaya mereka pegang sendiri…. eeee si Oma juga minta bagian hihihi. Duh Oma…mau main apa coba?

Eh tapi karena aku merasa aman tidak harus memperhatikan Riku terus menerus, aku main satu game yang menjatuhkan bola untuk kemudian bola itu akan masuk lubang dengan tulisan angka-angka yang ada. Waktu Riku mulai main di situ, dia hanya mendapat angka 1 atau 3 sehingga tiket (yang nantinya bisa ditukarkan dengan hadiah juga sedikit). Lalu kebetulan pas aku yang tekan tombolnya, dapat 20…… srrtttttt keluar deh berderet tiketnya sebanyak 20 buah. Melihat itu Riku jadi kesal kenapa kok dia tidak bisa banyak seperti mamanya…. Akhirnya aku alihkan dia ke permainan lain. Tapi begitu dia asyik bersama Darma, aku iseng …ah kapan lagi aku main, so aku kembali ke game yang bola tadi…dan aku dapat 20 dan 50 tiket. Memandang 50 tiket keluar itu memang puas ya…makanya anak-anak jadi ketagihan. And u know what, setelah tiket 50 itu keluar, gamenya berhenti tidak bisa dipakai lagi (untuk beberapa saat) hahaha…mesinnya ngambek.

Selain main yang santai begitu, aku juga main basket tuh… mayan juga tuh bisa keringatan. Gini-gini dulu waktu SMP aku sering main basket dan volley loh, meski ngga jago-jago banget. Kemarin max angka yang keluar 36, that means 18 bola!! whew….

Eeeee si Opa liat aku main, mau juga ikut main…. dan si Oma karena masih pegang koin sisa, dia juga ikut main… Lucu juga liat opa dan oma main basket.

Setelah cukup banyak koin yang aku beli, juga sudah capek (capek nunggu dan berdiri) aku ajak semua pulang…jam4:30 tuh. Tahu-tahu ada mesin mainan pendorong permen-permen supaya jatuh mengeluarkan banyak permen, dan ditemukan oleh Darma. Langsung deh Sophie, Riku dan Kei juga berkerubung, pungutin permen-permennya. Daaaaaan ternyataaaaaaa mesin itu korslet deh… soalnya tanpa masukin koin bisa terus dimainkan. JADI, anak-anak maiiiin terus sampai menghasilkan permen satu kantong plastik (dalam hati aku pikir, yah ada untungnya juga deh, meskipun belum balik modal hahaha)


Kalau tidak dihentikan, pasti anak-anak tidak mau berhenti, jadi aku takut-takutin mereka….”Yang punya mesin kalau lihat kalian main terus, dan liat mesin itu rusak pasti marah loh, dan pasti minta kalian bayar loh!… Biasa bayar? ayo PULANG!!!!.


Dengan berat hati mereka pulang deh… but lucu juga hari ini. Riku bilang “Mama, hari ini the best day yah!”. Gimana ngga, dia juga nomor satu di permainan tenis, sehingga kalau Anda pergi bermain ke sana, akan ada tulisan ranking pertama RIK….. Untung deh Riku, soalnya mama ngga bisa ajak kamu ke mana-mana ke tempat lainnya.

Foto-foto selama di Jakarta bisa dilihat di Multiply:

Selamat Ulang Tahun adikku sayang

14 Agu

Bertepatan dengan hari Pramuka, adik keduaku ini berulang tahun. Tina. Bukan singkatan dari Agustina, tapi singkatan dari Martina. Martina adalah nama seorang suster, guru SD-nya mama yang katanya sayang sekali sama mama. Dan kebetulan juga ada seorang kakak mama yang baru meninggal waktu itu yang bernama Tino.

Adik keduaku ini adalah perempuan yang TOMBOY!!! (Aku juga menganggap diri sendiri tomboy, tapi kayaknya masih kalah deh…soalnya dia tidak akan pernah memakai rok, selain ke gereja hehehe)
Kadang kita ledek dia, mungkin karena mama dan papa ingin anak laki-laki maka kamu (anak ketiga) jadinya begitu…dsb.

Nakal!! Pernah adik pertama saya, Novi, waktu itu mencari Tina di TKnya. Cari-cari tapi tidak ketemu, jadi bertanya pada suster…. Dan oleh suster disuruh mencari di atas pohon ….. benar saja, dia ada di atas pohon. )(‘&(%&’%$$# Karena nakalnya sampai mungkin suatu saat ada yang kelepasan mengatakan

“Kamu anak pungut dari tempat sampah. Lihat kamu yang paling hitam kan?”.

Dan suatu malam dia tanyakan pada mama…

“Mama benarkah aku anak yang dipungut dari tempat sampah?”.

“coba lihat tangan kamu… bandingkan warnanya dengan mama. sama tidak? ”

“sama”

“nah sama toh… kamu dibilang begitu karena kamu nakal sih. Tapi kamu tetap anak mama.”

Tapi memang ejekan selalu bertubi-tubi datang. Mungkin dengan maksud bercanda. Sampai kakek kami pernah memanggil dia Tamil Tambi!… kalau dipikir sekarang sadis juga ya. Dan karena dia orangnya cuek, maka semua tidak pernah berpikir itu menyakiti hatinya. Padahal menurut saya, dia sempurna. Satu-satunya di keluarga kami yang jago di bidang olahraga dan musik. Olahraga memang dimulai karena  dia asthma. Basket, SoftBall, Shorinji Kempo.  Dia juga bisa bermain gitar dan piano. Saya katakan bisa, karena dia tidak pernah belajar di kursus.  Musik yang pertama dia kuasai karena belajar dan latihan terus adalah recorder (suling). Secara rutin grup ansamble dari SD kami di bawah pimpinan Pak Cheppy Soemirat berlatih di rumah kami. Sampai dia sering muncul di TV dalam acara Bina Musika.  Dia juga pernah membuat grup band putri dan mengikuti lomba kemudian mendapat juara ke dua. Dia memainkan bass dan vokal. Tidak tahu lagu apa yang dibawakan, tapi saya ingat dia pernah berlatih lagu rock (something begin with one, two, three rock… duh lupa deh)

Selain jago sport dan musik, dia satu-satunya di keluarga kami yang pintar sekali berhemat dan mengelola keuangan. Jadi kalau kami, anak-anak merencanakan untuk membeli hadiah untuk papa dan mama, pasti uang kami di poolkan ke dia untuk di-manage…  Dan satu sifatnya yang sulit sekali saya contoh, adalah gigih sekali berusaha untuk mendapatkan sesuatu. Dia belajar bahasa Jepang dalam waktu relatif singkat, hanya untuk menyusul saya ke Tokyo, dan mengambil master of Architect di Yokohama National University. Meskipun sudah diberitahukan bahwa dia tinggal “gratis” bersama saya, dan tidak usah memikirkan biaya kuliah, dia gigih mencari beasiswa…. dan akhirnya dapat dari Rotary Club, dan juga -arbaito mengajar bahasa Indonesia, tanpa bantuan dari saya. Murid dia, sama sekali tidak ada hubungannya dengan saya. Kegigihannya ini benar-benar cocok untuk bekerja di Jepang deh…. Dan mungkin karena kegigihannya inilah dia bisa menjadi seorang programmer di sebuah perusahaan asing (USA) di Jepang.

I really love her and her character. Karena itu saya dari kecil lebih bisa share kamar dengan Tina, daripada adik saya yang satunya. Yang pasti saya pernah menangis dan minta maaf ke dia, waktu berkelahi soal sesuatu dan saya pukul dia dengan sapu lidi. Begitu saya lihat kulitnya baret memerah….. duh… what have I done? Aku langsung minta maaf dan dengan tenangnya dia bilang, ” Ngga sakit kok, keliatannya aja seperti sakit…..” Duh adikku ini…..dan kalau dipikir memang dia yang paling banyak dibawa papa ke emergency room, dan paling banyak jahitan di dagu, lutut, dan mungkin bagian tubuh lainnya. Betapa sering dia jatuh, entah dari mobil jeep papa (karena semua meninggalkan dia sendirian dalam mobil, jadi dia loncat sendiri), atau dari pohon  (main ayunan di pohon belimbing, kok bisa terjungkal ya?) … bahkan pernah ketiban daun pintu jati (heran banget deh kok bisa copot tuh pintu yang berat itu)

So, tante Titin~~~, don’t force too much with your work. Hodo-hodoni …. Kai and Riku need you sometimes, jadi sering-sering datang ke Nerima ya. Aku juga kadang butuh bantuan dan dukungan… I remember called her early in the morning, just crying karena stress. Dan dia langsung datang. Amat sangat lain hidup kita ini, jika kita tahu bahwa ada saudara kita selalu di dekat kita. Meskipun agak berjauhan, telepon juga paling sekali sebulan, tapi dengan kesadaran bahwa within 1-2 hours kita bisa bertemu… hidup di negara asing ini bisa tertahankan. Yang pasti lebih cepat daripada 7 jam terbang ke Jakarta.

We love you, and Happy Birthday (don’t count please!!! just enjoy—). I promise I will make a black forest cake for you, as soon as I arrive in Tokyo.

Pengalaman jadi joki

12 Agu

Gara-gara three-in-one, timbullah jenis pekerjaan musiman baru yaitu menjadi joki, untuk melengkapi jumlah penumpang mobil menjadi tiga orang. Biasanya di mulut jalan-jalan yang menuju ke Sudirman-Thamrin itu, banyak calon joki yang mengangkat tangan, menawarkan “diri” untuk menjadi joki. Tak jarang juga ibu yang membawa bayinya…bisa dihitung dua sekaligus deh. Saya tidak tahu mereka dapat “honor” berapa…..

Nah, tadi pagi bapak saya harus pergi ke lemhanas. Andy, adik saya yang akan mengantarkan. Dan dia mengajak Riku supaya bisa lewat three-in-one. Perginya sih berjumlah tiga, tapi setelah papa diturunkan, tinggal dua dong. Jadi adik perempuan saya panggil saya yang sedang kutak-kutik dengan scan untuk ikut pergi melengkapi jumlah tiga orang supaya pulangnya bisa cepat juga.

“Mel, cepet tuh, temanin Andy biar pulangnya bisa bertiga lagi”

“Gile lu, gue belum mandi, pake daster lagi……”

“Ngga papa kan di dalam mobil aja, asal keliatan ada 3 orang. Buruan…mereka udah mau berangkat!”

“Weks, aku ambil tas dan hp dulu. ”

Jadi benar-benar tanpa nyisir, tanpa ganti baju, tanpa mandi, tanpa sarapan, tanpa *** cuman sempat ambil sandal, langsung naik mobil dan berangkat. Sambil aku teriak “Oiii yang di rumah tolong liatin anakku yang satunya….”

Dalam mobil aku duduk samping pak supir ganteng, mustinya aku dianggap pembantu berdaster, sambil ngomel “Jangan sampai aku ketemu temen deh…bisa turun pasaran…”

But ada hikmahnya juga sih aku duduk depan, sambil menikmati pemandangan jalan utama kota Jakarta itu, karena sesungguhnya smapai detik ini setelah mendarat di Jakarta, aku belum beredar di daerah Sudirman menuju Thamrin. Baru lihat ada FX (jangan-jangan singkatan Fransiscus Xaverius nih hehheeh), trus liat ada alfa mart buka 24 jam (hebat juga euy konbini di Jakarta), bener-bener kayak anak desa baru datang ke kota besar celingak-celinguk kiri kanan. Setelah menurunkan papa di Lemhanas, ternyata Andy menuju Kuningan untuk pulang (kayaknya sih dia mau mampir nih). huh tau dia lewat Kuningan yang macet begitu, aku kan bawa laptop…. biar dianggap pembantu keren heheheh. So, bosen dalam kemacetan, aku melanjutkan mimpi yang tadi terputus alias bobo lagi….

Akibat macet smapai di rumah jam 10 pagi…. 2,5 jam di jalan bete banget … coba kalau aku di rumah udah bisa berapa ratus foto jadul yang bisa di scan tuh. Joki yang murah nih karena cuman dibayar pake coca cola di tengah jalan.  (Eh tapi aku sempat telepon teman baikku waktu SD yang bekerja di Kuningan…. untung bawa HP deh)

Selain Joki three-in-one gini, ada juga ya jenis-jenis pekerjaan sambilan yang musiman lainnya, misalnya penyewa payung waktu hujan (eh sekarang bayarnya berapa sih? Dulu kan 500 cukup, sekarang berapa?). Lalu apa lagi ya jenis pekerjaan musiman gitu?

Meniti kenangan #4 – after 22 years

12 Agu

Bukannya mau saingan dengan Lala dalam postingan after 23 years, tapi memang kemarin aku bertemu dengan seorang teman, yang pertama kali kita berjumpa itu memang 22 tahun yang lalu, dan setelah itu berpisah. 1986, pertama dan terakhir… Kami akrabnya hanya 100 jam saja (eh bener ngga ya. Dulu penataran P4 hanya 100 jam saja kan ya?) +Ospek di Rawamangun.

Pertama kali masuk UI 1986, saya bertemu dengan Dadi Lebon (berhubung suka Duren-duren tuh hehehe). Berhubung dia dari CC (Canisius College) dan saya serta Chandra dari Tarki, akrablah kita. Bersama Yota kita membuat geng 4 sekawan sehingga kemana-mana selama kita bersama. Sebetulnya kami menganggap Dadi ini lebih sebagai Bodyguard karena emang bodynya yang guede banget (padahal waktu liat di foto…ngga gede ah). Masih ingat saya, kita bertiga adalah Charlie’s Angelnya dan Dadi adalah Bosney hihihi.

Apa yang menyebabkan kita jadi dekat? tidak tahu…tapi mungkin karena BETE musti dengerin penataran yang ngga ketahuan ujungnya. Sebagai intermezzo, kita cekakak-cekikik dengan buat *geng*, lalu godain orang. Saya masih ingat ada satu cowo yang sering kita godain, atau ‘liatin’ karena si cowo ini putih, manis dan….. bibirnya meraaaaaaaaaah sekali seperti pake lipstik tapi tidak pake tentu saja. Bertiga dengan Chandra dan Yota cekikikan sambil bilang….duuuuh tuh bibir serasa siap untuk dic*um. Dia anak kedokteran, tidak tahu namanya dan bukan anggota kelompok kita. Sayang deh hehehe.

Dan yang surprise kemarin malam adalah Dadi membawa foto-foto jaman baheula itu!!! Dan ternyata sodara-sodara. Peserta penataran berjaket kuning sekitar 20 orang itu PERNAH berkumpul dan datang ke rumah sayah. dan itu saya LUPA….. dalam acara apa kita berkumpul pun saya tidak tahu alias pikun deh. Foto-foto itu juga jadi bukti bahwa, Dadi saat itu lebih gede dari sekarang, dan Imelda saat itu jauuuh lebih  kurus dari sekarang (kayaknya kita tukeran lemak deh hehhehe) Hayooo bisa tebak saya yang mana ngga?

Udah gitu foto-foto itu juga membawa kenangan akan rumah saya yang sudah banyak berubah. Dulu rumah saya tuh gini toh… jadi membawa kenangan deh.

Sempet juga foto di taman depan rumah….huh seperti foto di Cibodas saja…sekarang ngga ada tuh yang kelihatan seluas itu. Dulu taman itu sering jadi lapangan main bola…sekarang sudah tidak bisa karena banyak pohon dan dipagar hiks. Ingat dulu banyak anak-anak laki-laki main bola hujan-hujanan dan mereka mandi di keran depan rumah dengan memanjat pagar!

Di antara 20 orang itu yang saya ingat juga hanya charlie’s angel +bosney, + Abduh (karena sejarah masuk ke FSUI jadi satu fak dengan saya. Waktu Dadi menyebutkan nama-nama yang dia ingat seperti Estherlita, Iwan (yang paling kece tuh…katanya dia naksir Chandra), Yayan,  …….. dsb yang sekarang saja saya lupa hehhehe (ngga diperhatikan sih). Hebat juga ingatan kamu Dadi…. Padahal kita bertemu di Ospek itu dari bermacam fakultas, dan sesudah itu tidak ada kesempatan bertemu lagi. Misalnya saya FSUI tahun 1987 pindah ke Depok, sedangkan FEUI masih tetap di Salemba bahkan sampai Dadi lulus th 1992. (gimana mau ketemu yah)

Tapi memang saya pernah kirim kartu pos dari Tokyo, dan dibalas…lalu 2-3 kali tahun kami saling bertukar kartu natal. Sesudah tahun 1995 putus informasi, dan ketemu lagi akibat teman SMP yang juga FEUI dan ternyata juga teman dekatnya Dadi di fakultas. Jadi deh saya bertemu Dadi hari ini. I’ts a small world afterall.

Penataran dan Ospek UI 1986, satu episode lagi dalam hidup saya yang timbul kembali dari perjalanan saya kali ini. Lucu juga summer 2008 ini karena bisa menjadi semacam tapak tilas bagi saya (kayak orang uzur menjelang **** aja ya tulis autobiografi dan tapak tilas…. but you`d never know….). Kita juga tidak tahu apakah tulisan saya ini akan ada di dunia maya terus atau tidak. Yang pasti kalau saya tidak bayar domain per-tahun maka akan hilang, tidak seperti teman-teman yang pakai wordpress langsung.  Someday, somewhere, somebody will read this…. I hope.

Well Dadi, good luck with your job…dengan posisi yang bagus tentunya…Kalau aku balik lagi maybe kamu udah president director ya hehehe. Salam untuk Yanti-san. And thanks for the dinner at KOI yang artinya ikan koi (koi ada dua arti, ikan koi atau cinta, tergantung kanjinya). Nice place (dan tamunya orang bule semua…sayang ngga ada yang cakep…hehhehe…… )  [pasti aku dimarahin deh jalan sama cowo masih lirik sana-sini hihihi]{alasannya…kan musti scanning setiap tempat yang kita datangi…meticulous observant}

Sabtu dengan pertentangan batin

11 Agu

aneh sekali judulnya ya… Tapi emang sepertinya Sabtu ini (9 Agustus) banyak pertentangan batinnya. Antara ingin maju ke depan, tapi seakan-akan ditarik mundur dan ingin mengenang masa lalu. Bermula dari pernyataan seorang teman di MP, “Mel, aku juga belakangan ini jadi agak males step back in time.” Kita termasuk orang-orang pencinta lagu-lagu 80-an dan selalu hunting musik lama yang langka. Sampai cari di toko loak, dan kalau ada satu yang sudah dapat akan upload di MP share dengan contactnya saja. Well, aku juga tidak sampai segitunya, ubek-ubek Aquarius saja sudah cukup. Dan sampai detik ini saya belum membeli CD jadul satu lembarpun.

step back in time…. perlukah? hanya untuk nostalgia….tapi juga membangkitkan kenangan lama. Untungnya saya tidak mempunyai lagu-lagu lama yang bisa dikaitkan dengan sebuah memori tertentu, yang bila mendengarnya bisa membuat menangis terharu-biru. Atau memang saya sudah mati rasa.
Well, seperti kata teman saya itu…step back in time mungkin tidak boleh sering-sering, dan dilakukan dalam kondisi hati yang sedang riang saja.

Sesudah menulis posting tentang pergi ke Cafe Pisa, lalu saya online di YM sebentar, dan bang Hery buzz saya tanya apakah hari ini ada reuni dengan sastra Jepang. Well, sebetulnya memang kita berencana untuk bertemu lagi makan siang. Tapi satu-per-satu anggotanya menyatakan tidak bisa. Untung saya belum pesan tempat juga, so… tidak jadi reunian nya. Kosong hari ini. Karena kebetulan Mbak Yuli bisa dan mau bertemu, Saya janjian dengan bang Hery bertemu di Starbuck Senayan City, jam 4 sore. Untung saja kita bertiga jadi bertemu, sehingga hari Sabtu ini bisa saya pakai dengan efisien (baca ngga bete di rumah). Dengan badan yang segar sudah dipijit Yu Tum, 20 menit ke Senayan City (lamaan cari taksinya deh). Dan memang jalanan macet.

Ngalor ngidul bercerita (maaf ya Bang dan si mbak yang cantikdan pintar …kebanyakan saya yang bicara) sambil makan es krim lewat jam 6:30. Karena si abang sudah capek nyetir, kita berpisah di lantai 3 tanpa makan malam bersama (ngga jadi deh makan di Ootoya). Hmmm lalu ada waktu banyak untuk jalan sendirian dan window shopping. Terus terang, window shopping bukan sifat saya. Ngga betah. Tapi waktu saya lihat ada toko buku internasional, saya masuki toko itu. Siapa tahu ada novel bagus, pikir saya. Sambil melihat-lihat buku-buku yang dipajang…. saya merasa kok saya berbeda dengan dulu. Tidak ada buku yang menarik untuk saya ambil dan paling sedikit baca sinopsisnya. Buku-buku yang dipajang berwarna pastel, kebanyakan bercerita soal cinta, anak muda dan backpacker, perjalanan…. (Kalau trilogynya Andrea Hirata sudah dibelikan Melati san jadi saya tidak usah beli lagi). Huh… kenapa tidak ada satu judulpun yang menarik sih? Sempat terpegang buku tentang Tarot yang pasti dibeli si Lala, seharga Rp100.000…. tapi masak aku saingan sih belajar Tarot sama Lala heheheh.

Ada deretan bukunya Agatha Christie…. sudah punya dan sudah baca semua. Ada buku2 komputer, ….tidak menarik (bagaimana cara Hacking…. buat apa coba?). Ada ceritanya Marga T, tapi cuman ada buku 4-5 nya saja…. Hmmm bete bener deh. Lalu saya kembali ke bagian pintu masuk dan bertemu dengan novel bahasa Inggris dengan judul Twilight. Wow judul blog saya…. The twilight saga…. Cerita tentang cinta seorang wanita dengan vampire. Cinta lagi…huh saya pikir but karena gaya cerita di sinopsisnya kelihatan bagus… ingin aku beli. Lihat harganya Rp169.000 dengan ketebalan seperti kamus Inggris heheheh. Satu buku tuh (mungkin sekitar 10 $ ya….) Dan saya ingin beli semua seri…berarti itu bisa menyita seperempat koper. So…hasilnya… saya batalkan beli, dan akan pesan melalui amazon saja sekembali di Tokyo. Memang lebih murah sedikit jika membeli di Indonesia, dibanding di Jepang. Tapi beratnya itu loh. Saya masih ada satu novel untuk persediaan baca di dalam pesawat, jadi cukuplah itu.

Sesudah dari toko buku, masuk toko CD dan beli DVD film Indonesia yang saya belum punya untuk koleksi. (Paling nanti Melati san yang nonton ya hehehhe)…. Dan pulang dengan rasa ingin tahu buku Twilight tadi. Cari-cari di web dan ketemu web pengarangnya Stephenie Meyer. Ada yang pernah baca? Kelihatannya novel ini akan difilmkan juga ya. Hmmm horor tapi romance… trus bacanya malam-malam hihihihi. terus bayangin vampirenya datang…terus …. ahh aku bayangin si Zorro aja deh (my hero when i was 7 y.o)

Softly he brushed my cheek, then held my face between his marble hands.’Be very still,’ he whispered, as if I wasn’t already frozen. Slowly, never moving his eyes from mine, he leaned toward me. Then abruptly, but very gently, he rested his cold cheek against  the hollow at the base of my throat.

As Shakespeare knew, love burns high when thwarted by obstacles. In Twilight, an exquisite fantasy by Stephenie Meyer, readers discover a pair of lovers who are supremely star-crossed. Bella adores beautiful Edward, and he returns her love. But Edward is having a hard time controlling the blood lust she arouses in him, because–he’s a vampire. At any moment, the intensity of their passion could drive him to kill her, and he agonizes over the danger. But, Bella would rather be dead than part from Edward, so she risks her life to stay near him, and the novel burns with the erotic tension of their dangerous and necessarily chaste relationship.

Meyer has achieved quite a feat by making this scenario completely  human and believable. She begins with a familiar YA premise (the new kid in school), and lulls us into thinking this will be just another realistic young adult novel. Bella has come to the small town of Forks on the gloomy Olympic Peninsula to be with her father. At school, she wonders about a group of five remarkably beautiful teens, who sit together in the cafeteria but never eat. As she grows to know, and then love, Edward, she learns their secret. They are all rescued vampires, part of a family headed by saintly Carlisle, who has inspired them to renounce human prey. For Edward’s sake they welcome Bella, but when a roving group of tracker vampires fixates on her,the family
is drawn into a desperate pursuit to protect the fragile human in their midst. The precision and delicacy of Meyer’s writing lifts this wonderful novel beyond the limitations of the horror genre to a place among the best of YA fiction. (Ages 12 and up) –Patty Campbell

Treasure every encounter, for it will never recur.

10 Agu

itu bahasa Inggrisnya 一期一会 Ichigo-ichie yang pernah juga saya tulis dalam topik [Idiom4 huruf]. Artinya menghargai setiap pertemuan (deai 出会い) karena mungkin itu tidak akan pernah terjadi lagi. Pertemuan itu hanya ada satu kali dalam kehidupan kita. Perkataan ini merupakan inti pemikiran Sado (茶道) The way of tea, yang diucapkan pertama kali oleh Yamanoue Souji, yang merupakan murid Sen no Rikkyu. Master of Tea Ceremony. Karena menganggap pertemuan itu untuk pertama dan terakhir, maka dengan penuh perasaan dia akan melayani tamu yang datang untuk minum teh.

Kalau saya menoleh dan mengenang kembali, Saya pernah mengalami Ichigo Ichie ini. Di sebuah perjalanan kereta, bersama seorang wanita China yang bekas pelajar asing di Jepang. Kalau tidak salah waktu itu dia sudah bekerja, sedangkan saya masih mengurus wisuda master. Kami berdua naik kereta, saya sendiri lupa dari mana sampai mana, tapi yang saya ingat, kami berdua berdiri dan perjalanan cukup jauh….. Mungkin dari Yokohama menuju Tokyo. Terus terang waktu itu saya dalam keadaan bingung, bimbang apa keputusan saya selanjutnya. Ada 3 pilihan yaitu melanjutkan program Doktor, atau pulang ke Indonesia, atau tetap bekerja di Jepang. Program Doktor saya hapus dari pilihan karena saya sudah lelah waktu itu, lahir batin… sesudah menyelesaikan thesis yang tidak mudah dalam bahasa Jepang. Dalam satu tahun saya harus membaca Kanji kuno (tidak kuno-kuno banget sih), lalu harus menyusun apa yang mau saya tulis di thesis, berdasarkan pustaka yang ada. Sampai dengan seminggu sebelum penyerahan thesis, saya mengubah susunan chapter…. sampai dosen pembimbing saya geleng-geleng kepala, meskipun dia lebih suka dengan susunan yang baru. But …1 minggu… seperti orang antara mati dan hidup.  Capek!! jadi melanjutkan bukan merupakan pilihan bagi saya saat itu.

Jika saya pulang ke Indonesia, saya akan kehilangan kehidupan saya dan berarti putus dengan pacar saya (sekarang mantan pacar)… tapi saya tahu bahwa saya belum tentu menikah dengannya waktu itu. Jika saya tinggal di Jepang, saya senang karena bisa bersama dia terus, tapi apakah saya akan terus bekerja sambilan sebagai dosen/guru honorer saja?  Bingung….

Tapi apa sebetulnya yang dilakukan si wanita China itu pada saya waktu itu?  Dia hanya bercerita tentang dia. Seorang wanita yang meninggalkan segala-galanya, juga pacarnya demi bekerja di tempat yang sekarang. Women Power!! Saya tidak ingat wajahnya…tidak pula tahu dimana dia tinggal, bahkan namanya. Yang saya ingat dia bertubuh kecil, bersetelan jas biru khas karyawan, begitu feminin tapi begitu kuat. Dia hanya berkata, “Apapun pilihan kamu, pasti bisa kok. Saya yakin kamu bisa. Kita wanita yang kuat, bukan? Gambatte ne“. Bukan suatu jawaban A atau B, tapi hanya sebuah sentilan bahwa apa saja yang saya pilih saya pasti bisa. Jangan dengarkan orang lain. Saya yang biasanya tidak suka pada orang China yang begitu egois, saat itu hanya terpana, dan turun di stasiun tujuan saya, sementara dia melambaikan tangan dari dalam kereta. OMG Saya lupa tanya teleponnya. Namanya…. tinggal di mana…. Bahkan saya tidak ingat mukanya. Tapi hari itu saya melangkah keluar pintu stasiun berjalan ke rumah saya dengan yakin bahwa saya harus tinggal di Jepang. Apapun yang saya akan lakukan. Itu pilihan saya. Satu episode hidup yang mungkin tidak akan terulang kembali. Ichigo-ichie.

Dengan pengalaman bertemu banyak orang sebagai guru bahasa Indonesia, saya menghargai setiap pertemuan dengan orang lain. Setiap orang membawa suatu pemikiran yang baru bagi saya. Dan mungkin itu  sedikit banyak mengubah pandangan hidup saya.

Ada satu episode kecil dalam sebuah taksi. Saya akan pergi rekaman di studio Radio InterFM suatu malam. Studio biasanya kosong di atas jam 10 malam sampai kira-kira jam 5 pagi sebelum dipakai untuk siaran pagi hari. Karena waktu saya siang hari juga sibuk dengan mengajar, saya sering mengambil jadwal studio pukul 10 sampai 3 pagi, dan pulang-pergi naik taxi dari/ke rumah. Seperti biasa saya sering bercakap-cakap dengan supir taksi dan dia bertanya,

“jam segini ke daerah sini, apakah kamu bekerja di Hakuhoudou?” (Hakuhoudou adalah sebuah perusahaan advertising Jepang terkenal yang berkantor dekat studio saya. Dan perusahaan advertisement biasanya tidak mengenal jam kerja)

“Bukan…saya bekerja di Japan Times, tepatnya di Radio nya.”

“InterFM? 76,1 MHz?”

“Ya…. saya bekerja sebagai DJ di situ”

“Pantas saya pernah dengar suara Anda. Saya dari tadi mendengar suara Anda, tapi tidak ingat di mana. Siaran dini hari dalam bahasa asing kan?”

“Ya setiap sabtu dini hari jam 2, bahasa Indonesia”

“Ya…. saya selalu dengar kata-kata “Indoensia”…. Saya tidak mengerti tapi saya senang mendengar suara Anda seperti bernyanyi dan lagu-lagu yang diputar juga enak-enak”

“Wah terima kasih ….. Hari ini saya akan rekaman untuk Sabtu besok. Karena itu saya ke sini malam ini”

“Gambatte…nanti saya akan dengarkan lagi. Senang sekali bisa bertemu dengan DJ nya”

Dan dia menurunkan saya di depan gedung Japan Times. Dalam siaran malam itu, Saya putarkan satu lagu khusus untuk dia, whereever he will hear me.

出会い本当に不思議ね DEAI hontouni Fushigi ne. Pertemuan itu memang aneh. Dari pertemuan dengan si supir taksi, saya sadar waktu itu bahwa suara saya bisa didengar oleh siapa saja. Dan mungkin ada seseorang entah dimana yang terhibur dengan acara saya. Itu membuat saya semakin bersemangat lagi dalam bekerja.

Si wanita China dan Si supir Taksi… ichigo ichie…..

Pijat =Tuna Netra

10 Agu

Sebetulnya kita tidak boleh mengkotak-kotakkan jenis pekerjaan dengan pelakunya. Entah kenapa ada saja pemikiran itu. Misalnya berbicara soal pijat, langsung timbul kata tuna netra.  Tukang kain = orang India. Salon rambut = “banci” (maaf, saya sendiri merasa enggan menuliskan kata ini sebenarnya). Banyak sekali pemikiran orang Indonesia yang sekarang saya merasa aneh dan kasar. Dalam bahasa Jepang ada kata HENKEN (prejudiced opinion) SABETSU (discrimination) dan kata-kata ini sekarang populer, dalam arti, bahasa Jepang giat sekali menghapus kata-kata yang pernah ada, yang mengandung prejudiced opinion /discrimination ini…. dan jumlahnya amat banyak. Memang di dalam bahasa Indonesia juga pernah terlihat usaha ini, yaitu misalnya mengganti kata “orang buta” menjadi tuna netra, “bisu-tuli” menjadi tuna rungu-tuna wicara, atau “pembantu” menjadi pramu wisma dll. Namun menurut saya masih banyak sekali ungkapan yang mengandung HENKEN/sabetsu  tadi itu.

Topik posting saya kali ini memang berhubungan dengan tuna netra, yang bernama Yu Tum. Pagi hari ketika membuka laptop saya, terbaca oleh saya tentang ramalan bintang (horoskop) saya hari ini. Hmmm hari ini bintang saya menduduki ranking satu, dengan lima bintang bernyala untuk urusan keuangan, cinta dan keseluruhan. Dan terdapat kata-kata….. jika merasa lelah minta dipijat. Hmmm saya tidak begitu suka dipijat. Kenapa? Karena merasa geli dan pernah juga merasa badan justru lebih sakit setelah dipijat (kayaknya dukun pijatnya waktu itu dukun beranak mungkin hheheh). Namun hari ini dengan berbekal kata-kata di ramalan itu, dan kekakuan pundak dan leher yang semakin menjadi-jadi, saya berkata di meja makan pagi tadi,

“Saya mau pergi massage/pijat!”.

“kemana mel? Bersih-sehat? (nama tempat pijat di Mayestik yang sering dikunjungi adik-adik saya termasuk Kimiyo)

“kemana ya? kok aku jadinya takut juga ya?” (saya mulai membayangkan saya justru akan stress berada dalam bilik itu….phobianya keluar nih)

“Kamu maunya 1 jam atau 1,5 jam mel?”

“Wahhh emang segitu lama??? ngga bisa cuman 30 menit?” (tambah mikir)

“panggil aja pemijatnya ke rumah….” usul Chris

“wah kalau bisa panggil ok sekali…(so aku bisa merasa nyaman dibanding berada dalam bilik itu) ”

Alhasil, seorang Yu Tum yang tuna netra datang ke rumah saya jam 13:45, saat hampir semua orang keluar rumah, ada yang pergi ke seminar, ada yang pergi ke pameran furniture di JCC…termasuk Riku. Yu Tum mulai memijat saya dengan pijatan yang tidak keras dan tidak geli. Dan sambil bercakap-cakap saya menikmati otot-otot yang tadinya kaku mulai mengendur. (entah kenapa saya itu hampir selalu mengajak bicara supir taksi, pelayan toko, dan sekarang Yu Tum….cerewet benar saya ini)

Dari percakapan itu saya mengetahui bahwa Yu Tum ini sudah tidak bisa melihat sejak bayi. Tapi sampai dengan 1986 dia masih bisa melihat sedikit cahaya, warna dan gerakan dengan mata kanannya. Ketika tiba-tiba mata kanannya itu menjadi gelap sama sekali. Dia menjadi panik dan pergi memeriksakan ke RS Aini, dan memang dia harus menerima kenyataan bahwa dia tidak bisa melihat seberkas cahaya tadi. Hhhh saya tak bisa membayangkan seandainya saya terbangun dalam gelap. Saya yang phobia gelap juga pasti tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan.

Dan pernahkah kita membayangkan bagaimana Tuna netra itu memilih baju? Mencocokkan warna? Memadukan warna baju dan rok sehingga pantas juga dipakainya? bukankah dia tidak bisa melihat? Yu Tum masih bisa meminta si penjahit bajunya untuk membuat rok atau baju dengan warna merah, karena dia belum punya. Dan meminta si penjahit memadukan warna dan model sehingga pantas dipakainya. Yu Tum pernah mengenal warna “merah” itu seperti apa meskipun sebentar. Bagaimana kalau dia sama sekali tidak pernah mengenal warna? Warna itu tidak penting lagi dan tidak berarti.

Sama halnya juga pada penderita buta warna…. bagaimana dia bisa membedakan warna? Kebetulan Chris,adik ipar saya juga merupakan pengidap buta warna ini. Pernah saya tanyakan ….”jadi kamu melihat seperti apa?” Jawabnya “Ya sulit untuk membedakan biru dengan ungu, warna dasar masih bisa dilihat tapi perpaduannya sulit. Jadi misalnya lampu lalulintas itu ya saya tahu kalau itu terdiri dari 3 warna… yang orang katakan sebagai Merah, kuning dan hijau”  Tapi apakah sebenarnya itu benar hijau yang saya lihat atau biru…saya tidak tahu. Memang ada beberapa macam jenis buta warna. Yang terparah adalah melihat dunia ini sebagai Black and White.

Cahaya, terang, gelap, warna, rasa, bentuk….. merupakan hal-hal lumrah yang mungkin tidak lagi perlu dipikirkan oleh kita, tapi sambil bercakap-cakap dengan Yu Tum ini, saya mengucap syukur bahwa saya boleh mempunyai indera penglihatan yang baik. Yu Tum yang dulunya pesinden, kemudian ganti profesi menjadi pemijat. Yang mempunyai cucu di Solo yang mengharapkan dia pulang lebaran ini… berhasil membuat pikiran dan otot saya yang tegang menjadi kendur dengan cerita dan pijatannya. Dan tanpa sadar 1,5 jam saya dipijat… yang tadinya menawar 30 menit saja…. dan mungkin akan disela oleh adik-adik saya “habis yang dipijat gede sih” hehehe. (Tapi Chris membela saya dengan berkata,”aku dipijat bisa 2 jam loh…padahal aku kurus ceking gini) thanks Chris.

Hari ini terjadi lagi sebuah DEAI (pertemuan) yang memberikan kesan pada seorang Imelda. Terima kasih Tuhan.

(tadinya mau foto si Yu Tum…apalagi pas mijit…tapi berhubung ngga ada yang bisa dimintain motret …ngga ada deh potretnya Yu Tum bersama pasiennya hihihi)

Meniti Kenangan #3 Pisa Cafe

9 Agu

Kamis malam ini (7 Agustus) aku pergi ke Pisa Cafe, Mahakam dengan Ira. Begitu aku mendarat di Jakarta, Ira adalah satu-satunya orang yang langsung kukabari kedatanganku. Karena aku pernah dimarahi waktu datang ke Jakarta dan memberitahu dia tiga hari sebelum kepulangan ke Jepang. Waktu itu aku beralasan, “Ra, aku kan tahu kamu sibuk….”. Lalu dia jawab,”Ehhh sama temen tuh ngga ada kata sibuk…awas loh lain kali ke Jakarta lagi harus kasih tahu. ” Ahhh baik sekali temanku ini. Biarpun dia sudah terkenal, tetap bersahaja, sama seperti suaminya. Tahun sebelumnya juga aku terpaksa membatalkan janji makan malam dengan mereka karena Riku demam, beberapa hari sebelum kembali ke Jakarta.

Di Pisa Cafe itu ternyata tiap malam ada pertunjukan music livenya, dan hari ini Kamis, yang main adalah Beda Band membawakan lagu-lagu eighties. Hmmm suaranya bagus, ambiencenya bagus, lagu-lagu yang direkues juga bagus-bagus.
—together forever —Just once — Have I told you lately that I love you– careless whisper– against all odds–hotel california–Overjoyed….. and seperate life (Phil Collins)…

You have no right to ask me how I feel 

You have no right to speak to me so kind 

We can't go on just holding on to time 

Now that we're living separate lives

lagunya sih enak tapi sedih amat…. Untung aku pergi dengan Ira, bisa sambil ngobrol, dan menikmati pizza dan ice cream yang enak. Kalau misal sendiri bisa nangis deh…(mana ada sih cewe ke Cafe sendirian mel?) Tapi kata Ira kelompok Band yang main Rabu, Romantic Four juga bagus. Sayangnya Rabu depan dia ada acara jadi tidak bisa menemani. So, aku akan pergi sendiri…hihihi kok dibela-belain banget sih? Seandainya ngga ada yang perlu dipikirin (anak-anak dan jam malam) mungkin cuek aja juga pergi sendiri. Nangis… nangis deh sana. Sometimes we need to let the feelings flow…..

Ngomong-ngomong soal nangis, tadi sore aku pergi ke Carrefour untuk mulai nyicil belanja barang-barang yang mau dibawa pulang. Kopi, bumbu-bumbu, Nutrisari (ngga ada sih di sana) dll. Sebetulnya begitu masuk carrefour permata hijau itu, aku langsung pusing dan mual. Ntah karena emosi atau karena warna. Warna barang-barang, kemudian terletak di lantai basement, membuat aku teringat kembali phobiaku. Dan aku harus menahan airmata yang ingin keluar tiba-tiba. Akhir-akhir ini penyakit ini mulai menghantuiku lagi. Psikis memang. Setiap menaruh barang ke kereta dorong, aku teringat bahwa aku harus kembali ke kenyataan, back to normal life dan yang sebenarnya melelahkan. (Hey, Wonder Woman juga bisa capek kan? and I have right to feel exhausted also)

Tapi ada satu hasil “panenan” belanja kali ini, yaitu aku bisa menemukan kopi yang “pas” buat aku. Dan ternyata si adikku Lala juga suka hehehe (aku ngga sadar bahwa kopi merek ini yang suka dia tulis di blognya). Biasanya aku tidak suka coffe campuran yang dijual di Indonesia. Terlalu manis, atau terlalu banyak creamnya. Biasanya aku campur 1 sachet kopi mix berbagai merek dengan kopi instant 1 sendok teh sehingga pahitnya kopi akan menutupi manisnya. Tapi untuk yang satu ini, aku bisa minum begitu saja (airnya dikurangi tapi). Hmmm karena aku cuma beli 1 kotak, dan langsung habis…kayaknya musti beli lagi deh kalau mau bawa ke Jepang.

Ada lagi ngga tempat-tempat Cafe yang tidak ramai, ada music live tapi jangan disco-discoan, makanan enak dan suasananya enak…. Maunya sih nonton Katon yang akan ngadain show tanggal 21 nanti, tapi aku sudah di Jepang tuh…. Dulu aku sering ke Fashion Cafe karena sepupu saya, Arbian sering nyanyi di sana. Tapi dia sekarang katanya sih di Surabaya….jadi ngga bisa dengar dia nyanyi deh…. (hmm telpon dia dulu ahhh)

Thank you Ira for a great evening. Padahal keesokan harinya Ira harus pergi ke Yogyakarta untuk 3 hari…. Kita dulu di SMA tidak begitu dekat ya…tapi aku senang sekarang kita bisa ngobrol santai, bicara masa lalu dan masa sekarang even for once a year. Dan siapa tahu tahun ini bisa ketemu di Jepang ya…..