Tergoda aku mulai tergoda
Karena ada sentuhan menawan
Telah kucoba melupakan, namun tak mampu
Senyumnya mulai mencoba mengetuk hati ini
Ku terlena terbuai tingkahnya
Aku terhanyut dalam arus asmara
Aku tergoda hingga aku tak mampu berlari dari
Semua bayangan, wajahnya, senyumnya
Dan segalanya
Aku tergoda
(by Ermy Kullit)
(Hari ini tanggal 22 Januari adalah hari JAZZ…. sebabnya? JA nuari dan 22 – JA22 tulisannya seperti JAZZ kan hehhehe… dasar jepang ada-ada saja!)
Pagi hari sudah dingin dan basah. Hujan sejak kemarin malam masih menyisa dan membuat semua tergoda untuk mendekam dalam tempat tidur lebih lama. Aku pun hampir tertidur lagi setelah alarm di HPku berbunyi jam 6 pagi. Tapi pagi ini aku harus beberes dan siap-siap extra karena ibu mertua akan datang ke rumah.
Sebetulnya biasanya aku titip Kai di penitipan setiap hari Kamis. Tapi kemarin waktu aku telpon, ternyata mereka tidak bisa menerima Kai hari ini. Alasannya ada rombongan sehingga tidak ada tempat kosong. Agak kesal juga sih karena sebetulnya aku sudah terdaftar sebagai anggota di situ, kok tidak bisa diutamakan. Tapi yah terpaksa aku terima mentah-mentah dan mencari alternatif lain. Tanya Gen, dia tidak bisa libur. Tanya Ayu teman Bali aku, dia juga ada kerja. Terpaksa deh aku telpon ibu mertua, padahal aku tahu dia akan pergi ke Bali besok Jumat. Kasian juga harus datang jauh-jauh, dingin-dingin. Tapi A-chan, sebutan kami untuk ibu mertua bilang, “Justru untuk saat-saat begini saya harus bisa”. Wah tertolong bener deh. Beruntung sekali aku punya ibu mertua yang baik.
Tapi si Kai merasa bahwa ada sesuatu. Dia bangun langsung ke depan TV, dan waktu dia lihat aku sudah berpakaian rapih, dia minta digendong terus… Meskipun akhirnya dia mau dibujuk untuk baca buku bersama A-chan nya.
OK siap berangkat. Meskipun sebetulnya aku sejak pagi perut mulai ngga beres lagi. Tapi hari ini aku harus pergi dan tidak bisa diliburkan. Jadi minum obat dan aku pikir untuk ke dokter dekat universitas saja. Rencananya memang hari ini mau memperlihatkan film Indonesia. Tapi waktu aku cerita ke murid-murid bahwa mau ke dokter, mereka bilang tidak usah menonton deh sensei… karena mereka juga banyak tugas lain. Ada yang musti presentasi, ada yang ujian… Ya sudah, yang penting pelajarannya aku sudah selesai dan tugas juga sudah dikerjakan. Jadilah aku bubarkan kelas lebih cepat (baca : sangat cepat!).
Dengan GPS aku cari klinik/RS terdekat dan aku sampai di klinik samping barat Waseda jam 11:15. Ada 6 orang yang menunggu. Waaah bakal lama deh nih. Tapi di situs di HP tertulis testimoni bahwa dokter ini baik dan cekatan. Dia internist dan dokter anak juga (kalau dokter anak mustinya baik yah heheh). So aku sabar-sabarin aja nunggu, sambil pasang mata dan telinga. Ada yang flu berat, ada anak yang gondong (sehingga waktu dia lewat, anak-anak lain diminta menyingkir ke WC), ada yang diinfus, ada juga mahasiswa Waseda datang bermasker pertanda flu. Benar-benar beragam orang yang datang di klinik yang kecil ini. Dari anak-anak sampai nenek-nenek (yang nenek bukan aku loh heheheh). Aku pikir kalau jam 12 belum dapat giliran, aku mau bilang “nanti aku datang lagi yaaaa, mau (kasih) kuliah dulu”.
Jam 11:45 aku dipanggil. wahhh ini dokter emang cekatan. Belum sempat duduk aja udah ditanya sakit apa. Langsung deh aku bilang, laporan lengkap deh mulai tanggal 13 januari… diare, mual, muntah, pusing, sakit kepala, demam, lambung sakit datang silih berganti. Dia ketawa, kok silih berganti… pasti kamu makannya ngga bener deh! hehehe. Dia kasih satu bundel (ngga deh cuman satu jilid kok 🙂 ) fotocopian apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dimakan. Setannya ternyata emang cuman satu, MIKAN (jeruk) . Emang aku suka makan jeruk sih, ternyata si Jeruk emang setannya hehehe. Tapi karena sudah lama (seminggu lebih), dia kasih antibiotik juga. Wah obat kok segitu banyak sih? (Paling benci kalau minum puyer).
Gile 5 menit loh, dia periksa aku udah pake periksa tekanan darah, terus tekan perut segala hehehe. Emang sih sakit ususnya. Dia bilang usus buntu itu kalau sudah dipotong, lebih mudah terkena penyakit. Ya abis masak musti diiket lagi ususnya supaya buntu? Pak Dok ini ada-ada aja. Kesimpulannya? minum obat aja 5 hari kalo belum sembuh baru periksa lab. OK Boss!
Setelah dapat obat dan menyelesaikan pembayaran aku cepat-cepat kembali ke kampus. Brr di luar dingin banget. Sempat tergoda untuk mendekam di dalam ruangan terus. Hangat di dalam ruangan.
Dalam perjalanan pulang ke rumah aku sempat melihat sebuah kios yang menjual undian berhadiah. Takarakuji. Hari ini penutupan dengan hadiah sejumlah 200 juta yen!!!. Selama aku di situ saja ada 4 wanita setengah baya yang membeli undian itu. Sempat tergoda, kalau aku beli satu lembar ajaaaa…. terus kebetulan dapet hadiah utama. wow… buat apa ya duit sebanyak itu? And … u know what I’am thinking?
Mau ke Indonesia dan hamburin semua di Indonesia!!! bagiin semua ke temen-temen dan beli barang-barang penjual-penjual Indonesia sampai tidak bersisa. Pokoknya harus habis di Indoensia… heheheh. Karena aku pikir tidak boleh kita membeli barang untuk kita miliki sendiri dari hasil undian-undian begitu. (tapi sebetulnya lebih prinsip lagi adalah TIDAK membeli undian seperti itu! Selama aku di Jepang 16 tahun, belum pernah aku beli tuh)
Jemput Riku di TK lebih cepat dari waktunya, supaya Achan juga bisa cepat pulang ke Yokohama dan bersiap-siap packing untuk berangkat ke Bali besok. Waktu jalan bersama Riku menuju rumah aku bilang bahwa besok Achan ke Bali. Dan Riku bilang, “Waaah ke Bali… aku juga mau….” Lalu aku bilang nanti ya lain kali kita liburan ke Bali. Tahun ini ke Jogja dulu. (Padahal cukup tergoda juga sih mendengar Riku sudah mengerti “Bali” mungkin karena dia dengar dari cerita-cerita Achan waktu ke Okinawa.)