Tergoda

22 Jan

Tergoda aku mulai tergoda
Karena ada sentuhan menawan
Telah kucoba melupakan, namun tak mampu
Senyumnya mulai mencoba mengetuk hati ini
Ku terlena terbuai tingkahnya
Aku terhanyut dalam arus asmara
Aku tergoda hingga aku tak mampu berlari dari
Semua bayangan, wajahnya, senyumnya
Dan segalanya
Aku tergoda

(by Ermy Kullit)

(Hari ini tanggal 22 Januari adalah hari JAZZ…. sebabnya? JA nuari dan 22 – JA22 tulisannya seperti JAZZ kan hehhehe… dasar jepang ada-ada saja!)

Pagi hari sudah dingin dan basah. Hujan sejak kemarin malam masih menyisa dan membuat semua tergoda untuk mendekam dalam tempat tidur lebih lama. Aku pun hampir tertidur lagi setelah alarm di HPku berbunyi jam 6 pagi. Tapi pagi ini aku harus beberes dan siap-siap extra karena ibu mertua akan datang ke rumah.

Sebetulnya biasanya aku titip Kai di penitipan setiap hari Kamis. Tapi kemarin waktu aku telpon, ternyata mereka tidak bisa menerima Kai hari ini. Alasannya ada rombongan sehingga tidak ada tempat kosong. Agak kesal juga sih karena sebetulnya aku sudah terdaftar sebagai anggota di situ, kok tidak bisa diutamakan. Tapi yah terpaksa aku terima mentah-mentah dan mencari alternatif lain. Tanya Gen, dia tidak bisa libur. Tanya Ayu teman Bali aku, dia juga ada kerja. Terpaksa deh aku telpon ibu mertua, padahal aku tahu dia akan pergi ke Bali besok Jumat. Kasian juga harus datang jauh-jauh, dingin-dingin. Tapi A-chan, sebutan kami untuk ibu mertua bilang, “Justru untuk saat-saat begini saya harus bisa”. Wah tertolong bener deh. Beruntung sekali aku punya ibu mertua yang baik.

Tapi si Kai merasa bahwa ada sesuatu. Dia bangun langsung ke depan TV, dan waktu dia lihat aku sudah berpakaian rapih, dia minta digendong terus…  Meskipun akhirnya dia mau dibujuk untuk baca buku bersama A-chan nya.

OK siap berangkat. Meskipun sebetulnya aku sejak pagi perut mulai ngga beres lagi. Tapi hari ini aku harus pergi dan tidak bisa diliburkan. Jadi minum obat dan aku pikir untuk ke dokter dekat universitas saja. Rencananya memang hari ini mau memperlihatkan film Indonesia. Tapi waktu aku cerita ke murid-murid bahwa mau ke dokter, mereka bilang tidak usah menonton deh sensei… karena mereka juga banyak tugas lain. Ada yang musti presentasi, ada yang ujian… Ya sudah, yang penting pelajarannya aku sudah selesai dan tugas juga sudah dikerjakan. Jadilah aku bubarkan kelas lebih cepat (baca : sangat cepat!).

Dengan GPS aku cari klinik/RS terdekat dan aku sampai di klinik samping barat Waseda jam 11:15. Ada 6 orang yang menunggu. Waaah bakal lama deh nih. Tapi di situs di HP tertulis testimoni bahwa dokter ini baik dan cekatan. Dia internist dan dokter anak juga (kalau dokter anak mustinya baik yah heheh). So aku sabar-sabarin aja nunggu, sambil pasang mata dan telinga. Ada yang flu berat, ada anak yang gondong (sehingga waktu dia lewat, anak-anak lain diminta menyingkir ke WC), ada yang diinfus, ada juga mahasiswa Waseda datang bermasker pertanda flu. Benar-benar beragam orang yang datang di klinik yang kecil ini. Dari anak-anak sampai nenek-nenek (yang nenek bukan aku loh heheheh). Aku pikir kalau jam 12 belum dapat giliran, aku mau bilang “nanti aku datang lagi yaaaa, mau (kasih) kuliah dulu”.

Jam 11:45 aku dipanggil. wahhh ini dokter emang cekatan. Belum sempat duduk aja udah ditanya sakit apa. Langsung deh aku bilang, laporan lengkap deh mulai tanggal 13 januari… diare, mual, muntah, pusing, sakit kepala, demam, lambung sakit datang silih berganti. Dia ketawa, kok silih berganti… pasti kamu makannya ngga bener deh! hehehe. Dia kasih satu bundel (ngga deh cuman satu jilid kok 🙂 ) fotocopian apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dimakan. Setannya ternyata emang cuman satu, MIKAN (jeruk) . Emang aku suka makan jeruk sih, ternyata si Jeruk emang setannya hehehe. Tapi karena sudah lama (seminggu lebih), dia kasih antibiotik juga. Wah obat kok segitu banyak sih? (Paling benci kalau minum puyer).

Gile 5 menit loh, dia periksa aku udah pake periksa tekanan darah, terus tekan perut segala hehehe. Emang sih sakit ususnya. Dia bilang usus buntu itu kalau sudah dipotong, lebih mudah terkena penyakit. Ya abis masak musti diiket lagi ususnya supaya buntu? Pak Dok ini ada-ada aja. Kesimpulannya? minum obat aja 5 hari kalo belum sembuh baru periksa lab. OK Boss!

Setelah dapat obat dan menyelesaikan pembayaran aku cepat-cepat kembali ke kampus. Brr di luar dingin banget. Sempat tergoda untuk mendekam di dalam ruangan terus. Hangat di dalam ruangan.

Dalam perjalanan pulang ke rumah aku sempat melihat sebuah kios yang menjual undian berhadiah. Takarakuji. Hari ini penutupan dengan hadiah sejumlah 200 juta yen!!!. Selama aku di situ saja ada 4 wanita setengah baya yang membeli undian itu. Sempat tergoda, kalau aku beli satu lembar ajaaaa…. terus kebetulan dapet hadiah utama. wow… buat apa ya duit sebanyak itu? And … u know what I’am thinking?
Mau ke Indonesia dan hamburin semua di Indonesia!!! bagiin semua ke temen-temen dan beli barang-barang penjual-penjual Indonesia sampai tidak bersisa. Pokoknya harus habis di Indoensia… heheheh. Karena aku pikir tidak boleh kita membeli barang untuk kita miliki sendiri dari hasil undian-undian begitu. (tapi sebetulnya lebih prinsip lagi adalah TIDAK membeli undian seperti itu! Selama aku di Jepang 16 tahun, belum pernah aku beli tuh)

Jemput Riku di TK lebih cepat dari waktunya, supaya Achan juga bisa cepat pulang ke Yokohama dan bersiap-siap packing untuk berangkat ke Bali besok. Waktu jalan bersama Riku menuju rumah aku bilang bahwa besok Achan ke Bali. Dan Riku bilang, “Waaah ke Bali… aku juga mau….” Lalu aku bilang nanti ya lain kali kita liburan ke Bali. Tahun ini ke Jogja dulu. (Padahal cukup tergoda juga sih mendengar Riku sudah mengerti “Bali” mungkin karena dia dengar dari cerita-cerita Achan waktu ke Okinawa.)

Kai sering minta dipakaikan jaketnya Riku sekarang. Jelas terlalu besar.... sampai dia jatuh-jatuh. Tapi ngga kapok tuh.
Kai sering minta dipakaikan jaketnya Riku sekarang. Jelas terlalu besar.... sampai dia jatuh-jatuh. Tapi ngga kapok tuh.

Jika seorang ibu sakit

21 Jan

Memang seorang ibu tidak boleh sakit…. tapi ibu juga manusia ya?  Saya lalu mengingat ibu saya… kapan ya mama sakit? Tapi kalaupun sakit masih ada asisten yang memperhatikan keperluan kami, waktu kami kecil. Pernah satu kali mama masuk Rumah Sakit cukup lama dan tidak boleh dijenguk, karena menderita penyakit yang menular. Virus herpes masuk dalam badan mama berupa influenza biasa yang mengganas, sampai hampir membutakan mata mama yang sebelah kiri. Memang waktu itu mama sibuk sekali di rumah untuk mempersiapkan kunjungan opa-oma dari Makassar yang akan berlibur di rumah, tidak ada asisten waktu itu. Tapi untung saja opa dan oma datang sehingga bisa menemani kami di rumah. Apalagi oma Makassar (demikian kami menyebut oma dari pihak papa sedangkan oma pihak mama dengan Oma Bogor, karena memang tinggal di Bogor) itu pintar sekali masak… gemuk deh kami hhehehe.

Setelah penyakit itu Mama tidak pernah masuk RS lagi, sampai kejadian stroke tidak terdeteksi pada tahun 1999… persis sebelum keberangkatan ke Tokyo untuk pernikahan saya. Dan terakhir oktober lalu… please ma… jangan masuk rumah sakit lagi ya heheheh.

Biasanya saya tidak pernah sakit lama, tapi kali ini meskipun menurut saya tidak berat (Imelda baru merasa berat kalau sudah harus dioperasi hehehe — jadi ingat belum cerita soal 13 tahun), cukup menyebalkan karena cukup lama! seminggu itu waktu yang lama untuk mendekam dalam rumah. Untung Selasa kemarin Melati-san bisa datang pagi-pagi ke rumah untuk mengantar dan menjemput Riku, setelah hari Senin saya sms dia: “Help! Bisa datang pagian? kayaknya saya sedang parah nih!”. Saya bersyukur dia tinggal tidak begitu jauh dari kami dan kebetulan selasa dia libur… pas!. Terima kasih ya dik.

Tapi dengan begitu, saya punya banyak waktu dengan Riku dan Kai. Kalau siang, mereka tidak mengijinkan saya tidur di tempat tidur, jadi saya rebahan di atas hot carpet di ruang tamu. Kalau menggigil tinggal dinaikkan suhu carpet dan pakai selimut tebal. Kadang si Kai datang tiduran di sebelah saya, atau bermain dengan block nya. Atau minta dibacakan buku, “Risu no Akachan – Bayi Sang Rubah” (Buku ini memang menarik, Riku suka sekali buku ini waktu dia berusia 2 tahun). Yang kasihan memang mereka jadi makan tidak teratur dan tidak sehat karena makan seadanya. Saya malas sekali memasak. Baru sadar harus menyiapkan makanan kalau Riku bilang,”Mama aku lapar….” dan itu disebutkannya 3 jam sekali huh…

Saya sendiri cuma bisa minum teh panas manis, makan roti (kalo inget) dan pernah dibelikan ini oleh gen…

kasian ya…. masa saya dibelikan bebatuan seperti itu….

Tapi Gen belum kurang ingatan kok, bebatuan itu bukan batu biasa melainkan coklat (dan akhirnya habis dimakan riku …padahal gen belinya untuk mamanya hehehehe)

Lalu ada percakapan lucu juga yang dicetuskan Riku :

“Mama, mama sama papa kenalnya di mana?”
” di universitas… mama dan papa belajr di universitas yang sama”
” ooooh kenal di univeritas terus menikah?”
“iya…”
“Kenapa sih orang harus menikah?”
“Hmmm tidak harus sih. Ada juga kan yang tidak menikah? Seperti tante XXxxXX…. “
“Itu kan karena ngga ada yang cocok aja makanya ngga menikah” (OMG anak umur 5 th bicara spt ini)
“Ya salah satu sebabnya itu”
“Riku kalau besar ngga mau menikah”
“Loh kenapa? belum tentu loh Riku… siapa tau ada cewe yang cantik…yang Riku suka”
“Hmm Riku ngga mau punya anak”
” LOh kenapa? Riku ngga suka anak-anak?”
“Suka sih… tapi kalau anak-anak itu jadi besar aku ngga suka…”

(Sayang saya ngga godain dia kalau Riku besar mama juga ngga suka Riku deh hehehehe)

Aku cuma sedang menunggu kalau Kai besar dan bisa bicara, pasti dia lebih cerewet dari kakaknya. Sekarang saja dia sudah sering bicara bla blabla dengan suara kencang.

Meskipun setiap saat diganggu dengan rewelan, rengekan minta ditemani, suara TV dan suara-suara berkelahi yang membuat kepala tambah pusing saya bersyukur ada Riku dan Kai yang menemani saya selama sakit (daripada sendirian …sepiiiii). Tapi memang lebih enak lagi kalau ada asisten sih heheheh

(sambil menulis ini Kai datang membawa sebuah picture book “Issunboshi” “Si kecil ibu jari” cerita asli Jepang… dia sekarang suka sekali dibacakan cerita. …. jadi sudah dulu yaaaaa)

NB: terima kasih untuk komentar-komentarnya…belum sempat saya balas satu per satu. EM

I (dont) like Monday

19 Jan

Ya, RIKU akan berkata, “I dont like Monday!”. Tadi pagi jam 9 lebih aku antar dia ke TK. Kali ini jalan kaki (tentu saja Kai di baby car), karena aku bilang “Biar sehat dan bisa diet Riku!”. Tapi tengah jalan kami baru sadar, tidak membawa tugas yang diperintahkan gurunya yaitu membawa kantong kertas yang dibolongi bagian matanya. Kantong itu nantinya akan dibuat menjadi topeng ONI (setan) pada upacara setsubun tanggal 2 Februari nanti. Dan seperti juga mamanya dulu, Riku jadi tidak mau ke TK kalau tidak mengambil tugas itu. Dia tidak mau kalau ditegur gurunya. OK. Aku pikir masih ada waktu untuk kembali ke rumah, ambil kantong itu dan jalan atau naik sepeda ke TK. Toh baru jam 9:07…. kami diharapkan datang ke TK sebelum jam 9:30.

Jadi kami kembali ke rumah untuk mengambil kantong kertas itu, dan langsung berangkat lagi. Nah yang menjadi masalah, Riku sadar bahwa dia datang ‘pas-pasan’. Lalu dia memang sudah 3 hari sejak hari Rabu lalu tidak masuk TK (akunya sakit…. flu perut +flu biasa). Mulai dia ngedumel…. ya terlambat lah… teman-teman lupa aku… sensei tidak suka aku…aku mau berangkat lebih cepat lagi dsb dsb. Sampai dia menangis di depan pintu masuk sekolah karena dia mau ikut pulang sama aku dan Kai. Untung senseinya datang dan membujuk dia. Aku cuekin dia dan meninggalkan dia sama sensei dan teman-temannya. Hmmm salahku juga tidak mengantar dia ke TK saja minggu lalu. Tapi aku sendiri amat sangat sakit kepala sih, jadi ngga bisa keluar rumah. Dia musti adaptasi lagi dengan kelasnya. Wah bagaimana nanti kalau kami pergi ke Indonesia  1bulan ya?  Tapi begitu kembali ke jepang tgl 15 maret, tanggal 18 nya sudah upacara wisuda jadi biarlah. Kalau dia SD, yang pasti aku harus mengikuti jadwal dia dan tidak bisa seenaknya meliburkan dia. Liburan nanti harus bener-bener aku pakai untuk bersenang-senang.

Sebelum pulang ke rumah aku mampir ke toko kombini, dan si Kai sudah bisa memilih sendiri apa yang dia mau, dan minta dibelikan. Hmm Kai juga sudah besar. Meskipun belum jelas bicaranya, dia bisa mengucapkan kode-kode tertentu jika ingin apa-apa. Yang paling menggemaskan kalau dia panggil ‘Mama’ pada saat yang tepat. Kemarin malam Riku memaksa untuk berendam, buka baju sendiri dan baju adiknya, dan menunggu aku mengisi air panas di dalam bak. Mereka berdua main air deh. Dan rupanya aku sempat basah dan aku biarkan sehingga malamnya aku demam lagi. Susah ya… seorang ibu tidak boleh sakit. Untung Gen pulang tadi malam setelah 2 malam nginep di kantor untuk mengurus ujian sipenmaru yang memakai universitasnya. Kasihan juga dia capek, tapi akunya menggigil dalam tempat tidur sehingga dia terpaksa harus memperhatikan dua anak yang masih segar bugar. Dan aku terbangunnya lagi pukul 3 pagi 🙁

Menuju apartemen, aku lihat di tanah kosong depan apartemen kita ada seorang Pendeta Shinto Kannushi lengkap dengan pakaian kebesarannya. Rupanya di situ akan mulai dibangun rumah/gedung sehingga diadakan upacara mulai pembangunan . Biasanya di tanah itu akan dihias dengan kertas lipat dan sesajian kemudian oleh Kannushi akan disucikan. Upacara ini bernama jichinsai 地鎮祭.

Ada sesajennya sake juga tuh... nanti siapa yang minum ya? hihihi (Photo dari inet)
Ada sesajennya sake juga tuh... nanti siapa yang minum ya? hihihi (Photo dari inet)

Sambil menunggu waktu jemput Riku, Kai mengantuk dan dia menuntut untuk dibacakan buku. Dia sekarang sudah punya beberapa buku yang disukai. Jadi dia mau dibacakan terus menerus…padahal mamanya capek dan mengantuk. Well hari ini mungkin tidak baik untuk Riku, tapi untuk Kai OK, karena bisa memonopoli mamanya satu siang untuk menemani dia. Untuk aku? so so…. karena sebetulnya badan belum sembuh, tapi … well,  the life must go on. Seorang ibu memang tidak boleh sakit.

Si Parno itu pria atau wanita ya?

19 Jan

Posting ini bukan karena aku parno ditinggal Gen sendirian selama 3 hari 2 malam karena dia harus menginap di universitasnya untuk ngurus Sipenmaru/UMPTN Jepang yang berlangsung tanggal 17-18 Januari lalu. Awalnya memang agak gamang, tapi bertiga saja dengan dua anak 3×24 jam cukup menyenangkan. (dan membiarkan rumah kotor selama itu juga asyik kok heheheh)

Tiga hari terakhir berita pagi di televisi meliput cerita dosen yang dibunuh di WC kampusnya di Tokyo. Tidak kurang dari 20 tusukan menyebabkan dosen tersebut meninggal. Kejadian yang berlangsung pagi hari ini masih diusut polisi dan belum dapat ditemukan tersangkanya. Padahal dosen ini dikenal sebagai orang baik yang tidak mempunyai musuh (di permukaan). Wah bahkan di kampus pun sudah tidak aman!

Lalu kemarin pagi saya melihat berita tentang pesawat yang jatuh di Sungai Hudson NY, dan penumpangnya bisa diselamatkan semua. Korban yang kedinginan berjalan basah berselimut …. langsung saya membayangkan duh bagaimana nanti kalau saya nanti naik pesawat dengan Riku dan Kai. Seandainya terjadi apa-apa, aku tidak bisa membantu dua orang anak. Lalu saya bilang pada Gen, “Gen ngeri juga ya… kalau tiba-tiba harus mendarat darurat, aku kan tidak bisa pegang dua anak sekaligus ya.” Lalu Gen bilang, “Riku harus bisa menolong dirinya sendiri!”. Mulai deh “parno”(paranoid) sayanya. Kepikiran seandainya benar terjadi.

Lalu saya jadi ingat komentar saya di posting ibu Enny mengenai Ayah dan putrinya. Saya dulu memang Parno berat. Bahkan mungkin lebih parno dari orang tua saya. Sebagai anak tertua selalu takut jika terjadi apa-apa pada kedua orang tua saya. Pernah suatu ketika ada acara Old n New, sudah jam 2 pagi mereka belum pulang…. Saya mengintip jendela terus menunggu mobil mereka. Di kepala saya terbayang kemungkinan-kemungkinan buruk. Karena capek menunggu saya tertidur dan jam 3 pagi ibu saya datang mengetuk jendela kamar saya.

Parno lain lagi waktu adik-adik saya belum pulang dari kegiatan di sekolah atau pesta. Saya yang sibuk mencari nomor telepon teman-teman mereka untuk menanyakan mereka di mana. Sedangkan ibu saya biasa-biasa saja. Dan mungkin karena saya mengerti perasaan mereka sebagai orang tua yang khawatir akan anak-anaknya, saya tidak pernah pergi tanpa memberitahukan orang tua. Atau jika dilarang pergi saya juga menerima tanpa membantah. Jam malam sampai SMA adalah jam 9 malam. Sampai saya pernah diantar jemput ke pesta oleh papa sendiri. Pesta mulai jam 8 dan waktu saya dijemput pulang, makan malam belum mulai. hehehe jadi deh saya pulang tanpa makan. Tidak demikian halnya dengan adik-adik saya yang “melawan” dan bertanya kenapa begini begitu. Saya yang mendengar “pertengkaran” mereka merasa heran… kok bisa melawan orang tua ya?

Lalu apakah sekarang saya masih parno? Ya, tentu saja, tapi tidak separah dulu. Mungkin mulai dilatih sejak saya pergi ke Jepang sendiri. Tidak ada biaya tentunya untuk menelepon setiap hari. Meskipun di awal-awal tinggal di Jepang saya harus mengalokasikan dana untuk telepon internasional sekitar 30.000 yen sebulan gara-gara homesick (dan jaman dulu tidak ada cara menelepon yang murah! Sekarang? dengan chatting atau IP phone, kartu telepon discount atau kirim sms/email….. banyak sekali cara untuk berhubungan. Dulu hanya ada surat atau telepon/fax. —Pak Oemar  pasti mengalami ini juga kan?)

Lagi pula irama hidup di Jepang yang sibuk membawa saya juga ikut-ikutan sibuk tidak mau kalah dengan orang Jepang. Waktu mahasiswa, mungkin cuma saya mahasiswa pasca sarjana yang datang 4 kali seminggu (dan mengambil banyak sks). Masih ditambah saya tinggal di Tokyo, dan untuk ke kampus Yokohama makan waktu  1jam. Dan setelah selesai kuliah malamnya saya masih arbaito mengajar bahasa Indonesia di sana-sini. Dan sibuk memang menjadi obat mujarab untuk menghilangkan rasa parno itu.

Tidak bisa disangkal Parno lebih banyak diderita perempuan. Kadang dipakai juga dalih PMS. Kalau berkunjung ke blog-blog wanita pasti deh banyak kita jumpai tulisan yang bernada ‘parno’ begitu. Seperti Jeng Rhainy pernah menuliskan di sini, bahwa untung dia tidak mentatokan nomor telepon pada anak-anaknya. hehehe. Tapi semuanya bisa dimaklumkan karena menunjukkan cinta pada anak-anak sehingga over protective. Atau seperti cerita mas trainer yang tidak mengajarkan anak-anaknya naik sepeda dan lain-lain. Tidak salah juga untuk menjadi overprotective menurut saya, tapi nanti kembali lagi ke kitanya… tidak bisa hidup tentram.

Saya pernah mengalami Panic Syndrome, setahun setelah menikah sampai harus pergi ke psikiater. Si dokter memberikan saya obat penenang dan kata dia, jangan mencari sebabnya kenapa kamu sering panic begitu. Karena bisa jadi itu akumulasi penggabungan dari bermacam-macam persoalan. Ya kamu ana tertua, menikah dan tinggal jauh dari orang tua. Harus menyesuaikan kehidupan berumahtangga dll. Panic Syndrome saya muncul terutama kalau berada di tempat gelap, atau naik subway (kereta bawah tanah). Saya harus bisa melihat LANGIT. Jadi kalau naik pesawat tidak apa-apa. Sampai sekarang saya sudah bisa membiasakan diri dalam gelap, tetapi masih belum bisa naik subway. Dan menurut dokter separuh wanita berusia 30 tahun ke atas pasti pernah mengalami hal ini. Jangan menyiksa diri, pergilah ke psikiater dan mendapatkan obat penenang (bukan obat tidur). Saya sendiri tidak minum obat itu setiap hari seperti yang tertulis di resepnya, hanya untuk waktu-waktu saya merasa panik saja. (semacam jimat) . Dan obat itu tidak pernah saya minum lagi setelah Riku lahir. (Kelahiran Riku menghilangkan penyakit saya ini)

Well, sekarang saya juga sedang berusaha untuk tidak parno yang berlebihan, karena saya lihat Riku sudah menunjukkan “keparnoan”nya. “Mama, kok papa belum pulang? Jangan-jangan mobilnya tertabrak?” atau “Mama… aku paling sayang mama…jangan pergi ya” dan dia tidak memperbolehkan aku buang sampah ke bawah… meskipun hanya 3 menit saja. Lalu saya katakan pada Riku, “Riku… kalau riku berpikir negatif, nanti akan terjadi benar negatif… jadi pikir yang bagus saja ya.” Dan tadi pagi dia bisa berkata begini:

“Mama, kalau Riku umur 100 tahun, Kai umur berapa?”
“Kai umur 96 tahun”
“Mama?”
“Mama sudah mati pasti. Mama di surga”
“Eeeehhh. ????”
“Iya tapi Riku juga belum tentu bisa hidup sampai 100 tahun loh”
“Jadi Riku juga mungkin sudah mati?”
“Iya…nanti kita ketemu di surga kan?”

Dia hanya tertawa…. biasanya dia akan menangis setiap saya bilang saya sudah mati.

Well, manusia memang tidak bisa lepas dari kekhawatiran hidup. Saya pernah mendengar seorang pelajar dari Aceh yang bersekolah di KOBE. Waktu gempa bumi besar di Kobe dia selamat. Tapi waktu Tsunami melanda Aceh dia ikut terhanyut. Atau orang yang pertama kali naik pesawat mengalami kecelakaan pesawat dan meninggal, sedangkan orang yang hampir setiap hari naik-turun pesawat masih hidup sehat. Yang penting adalah bersiap-siap senantiasa, karena kapan waktu kita berakhir tidak ada yang tahu. (Malaikat pun tidak tahu!)

(terinspirasi pada berita-berita TV di jepang + berita email yang menuliskan bahwa Mama Laurent kebanjiran …kok dia tidak bisa merawal bahwa rumahnya akan banjir lalu mengungsi? Dan saya tertawa membaca itu.)

Stroberi – Ichigo

15 Jan

Buah kecil empuk berwarna merah dengan biji di bagian luarnya. Saya punya cerita sedikit tentang stroberi, yang diingatkan papa waktu saya pulang beberapa waktu yang lalu. Ini terjadi mungkin waktu saya kelas 5 SD. Saya pertama kalinya pergi tanpa orang tua untuk darmawisata bersama teman-teman sekolah + guru dengan tujuan Cibodas. Dan waktu itu saya dibekali sedikit uang. Sampai dengan SMP, saya tidak pernah memegang uang saku atau uang jajan. Jadi kami juga dilarang jajan (Mungkin karena itu kami terlalu steril dan akhirnya adik saya sakit typhus)

Karena selalu menerima oleh-oleh jika papa pergi ke luar kota/luar negeri, jadi saya juga mau membelikan oleh-oleh. Tapi apa sih yang ada di Cibodas? Begitu mau pulang naik bus, ada banyak anak-anak penjual asongan yang datang mengerumuni kami. Mereka menjual kalung/gelang dari bambu, atau wortel dan stroberi. Nah karena saya juga belum pernah lihat stroberi asli ya akhirnya saya beli dengan harga yang cukup mahal (maklum tidak biasa beli jadi tidak bisa menawar). Dan dengan bangganya saya memberikan oleh-oleh itu pada orang tua begitu sampai di rumah. (padahal setelah dicoba makan duuuuh kecuuuuuut banget. Yah abis kecil-kecil dan warna kuning merah gitu pasti kecut lah. Sampai terpikir daripada beli ichigo lebih baik beli wortel deh hehhehe)

Hari ini adalah hari ICHIGO (strawberry dalam bahasa Jepang). Kok ada hari ichigo segala? Karena ichi = 1 dan go = 5. Jadi 15 Januari dibaca ii ichigo, stroberi yang baik. huh ada ada saja jepang. Nah, stroberi di Jepang setiap tahunnya diproduksi sekitar 200.000 ton, dengan waktu produksi dari bulan November sampai Juni (Ya karena musim panas, stroberinya sedikit dengan jenis yang kecut itu). Di Jepang sendiri ada 157 jenis/nama stroberi yang terdaftar. Saya sering melihat nama/jenis yang banyak terdapat di pasaran dan bentuknya besar serta rasanya manis adalah Toyonoka atau tochiotome. Stroberi yang saya beli di Cibodas itu pasti tidak masuk “hitungan” deh… atau mungkin bisa dibilang stroberi burung sebagai padanan pepaya burung atau pisang burung (buah-buahan yang dimakan burung saja, tidak dikonsumsi manusia)

Stroberi sendiri tentu saja ada yang manis sekali, tergantung mutu/ harganya. Tapi memang biasanya di sini juga makan stroberi dibubuhkan susu kental manis. Yang pasti stroberi memang cocok dengan susu sehingga banyak pula kita temukan produk permen (susu) stroberi atau susu stroberi. Dan stroberi memang paling cocok menjadi hiasan kue dnegan whipping berwarna putih yang diberi nama strawberry shortcake. (FYI satu kue stroberi shortcake yang berdiameter 18 cm harganya 3000-an yen — kayaknya ada yang mau beliin kue ini soalnya ya…wita heheheh)

hmmm yummy... meskipun saya akan lebih pilih kue coklat daripada kue stroberi ini
hmmm yummy... meskipun saya akan lebih pilih kue coklat daripada kue stroberi ini

Ada satu cerita yang menarik yang saya dengar di televisi, yaitu seorang peniup flute. Dia berkata bahwa dia punya “larangan” untuk tidak makan sesuatu sebelum konser. Ternyata dia tidak makan stroberi. Alasannya? Biji stroberi yang terdapat di permukaan itu saking kecilnya bisa menyelip di antara gigi dan membuat dia tidak nyaman untuk meniup flutenya. Kalau menurut saya ada satu lagi yang menyebabkan saya cukup berpikir dulu sebelum makan ichigo, yaitu jika dia berada dalam kue mochi. Ya akhir-akhir ini ada trend baru kue mochi ichigo “Ichigo Daifuku”. Tapi sensasi waktu mengunyah dan rasanya? Kenyal, juicy dan manis…. Hmmm lumayan untuk dicoba. Mau coba? Sayang karena tidak tahan lama saya tidak bisa membawakan sebagai oleh-oleh untuk Anda semua….

Kue mochi berisi ichigo/ stroberi
Kue mochi berisi ichigo/ stroberi

sumber informasi dan foto; wikipedia japan.

Happy Birthday to…

14 Jan

(cymbidium dan cyclamen —- bahasa bunga untuk tanggal 14 Januari )

—————————————-

Sebuah episode bulan April tahun 1994, di ruang mahasiswa pasca sarjana Yokohama National University.

Kami baru saja masuk program master Ilmu Pendidikan Sekolah di YNU, dan sebelum mengadakan kompa – kangeikai (penyambutan junior baru) dengan minum-minum di restoran, maka seorang mahasiswa yang bernama Miyashita Gen (cara baca Jepang) atau GM (bukan George Michael loh atau Gajah Mada) menawarkan diri untuk membuat profil penghuni “Ruang Mahasiswa S2” Room 519 (kalo ngga salah…lupa-lupa ingat). Dia tidak sama “seminar(spesialisasi)”nya dengan saya. Saya sejarah pendidikan, sedangkan dia filsafat pendidikan. Kami hanya bertemu di Ruang Mahasiswa itu saja, atau jika kami mengambil mata kuliah yang sama.

Kami diminta menuliskan nama, alamat, tgl lahir, hobby dsb dsb dalam selembar kertas, dan dia akan menjadikan buklet kecil yang wajib dibawa waktu kompa itu (halah kalo dipikir maksa banget supaya semua bisa akrab).

Nah, waktu buklet sudah selesai dan kami menerima bagian kami masing-masing, saya baca sekilas profil teman-teman baru saya ini. Dan disitu saya kaget waktu membaca profil si GM ini:

Nama :Gen Miyashita

asal : Yokohama

tanggal lahir : 14 Januari 1970…..

what! sama persis tanggal dan bulannya dengan saya?(Saya lebih tua 2 tahun)

Dan saya bilang,”Gen? kita ulang tahunnya sama?”

Dia cuma senyum-senyum saja…..

Meskipun akhirnya saya juga merasa dia punya perhatian khusus pada saya. Karena dia kadang-kadang suka bertanya, “Saya mau minum kopi, ada yang mau? Sekalian saya buatkan….” pertama ditujukan kepada semua mahasiswa yang ada di ruangan itu. Tapi lama-lama, “Mel, kamu mau kopi?”

Well, yang pasti tidak ada banyak  pria Jepang yang mau membuatkan kopi atau apa saja untuk seorang wanita. Yang ada kebalikannya. Dan itu juga merupakan salah satu yang menarik darinya (Hmmm cuman akhir-akhir ini kok sudah jarang tanya… “Ma, mau kopi?” hehhehe)

Dan kemudian memasuki bulan Juni dia tanya ke saya, “Kamu sudah pernah nonton Gion Festival? Mau ngga pergi sama-sama?” (Gion Festival adalah salah satu dari 3 festival akbar di Jepang yang dilakukan di Kyoto dalam bulan Juli selama satu bulan penuh)

“Belum pernah sih… tapi ngga deh kalau musti ke Kyoto” (weleh dia mau ajak aku ke luar kota… apa dia ngga tahu di Indonesia laki-laki ngajak perempuan single pergi bersama, ke luar kota itu tabu? Atau si perempuan sudah pasti ngga mau? kalau kita pergi bersama, terus nginepnya gimana —meskipun pisah kamar mungkin — tapi … well aku oldefo ngga pernah pergi berduaan sama cowo apalagi ke luar kota…dst dst)

Jadi ajakan dia yang pertama gagal. Baru kemudian berselang berapa lama dia bilang, “Aku ada karcis untuk menonton lukisan di Museum Ueno… mau pergi sama-sama?”

Menonton pameran lukisan? Well aku tidak pernah dengar ada orang kencan ke pameran lukisan (di Indonesia), dan saya juga belum pernah ke pameran lukisan … so….. jadilah kita pergi berdua untuk kencan pertama kalinya. Dan dengan demikian juga membuka mataku pada mahakarya lukisan orang-orang terkenal di dunia.

Dan akhirnya si GM itu menjadi pacar saya (sekarang mantan pacar)

Dan kami berdua merayakan ulang tahun bersama sejak 1995 (sudah 14 tahun ya Gen).

But bukan kami berdua saja yang berulang tahun sama…. Karena Gen anak kembar, maka Saya, Gen dan Taku merayakan ulang tahun tanggal 14 januari bersama. Dan karena Taku ingin mengajak istrinya dalam kebahagian kami bertiga, maka dia mencatat pernikahannya dengan Ryoko pada tanggal 14 januari 2000 (Happy 9th Anniversary Brother and Sister) .

Dan kami juga merayakan ulang tahun bersama seorang pastor SJ , Bambang Rudiyanto, SJ.

Dan dalam mengajar di banyak tempat saya mengetahui ada 2 (mantan) murid saya yang juga berulang tahun di tanggal 14 Januari.

SO….

HAPPY BIRTHDAY TO US…..

and saya mengucapkan terima kasih pada Yoga untuk postingnya yang ini. Buat my sister Jeunglala yang berhasil menguras airmataku dengan postingannya yang ini. Juga Bu Enny dan teman-teman lain yang mengirimkan sms khusus tengah malam. Buat Melati san yang bahkan sudah mengantarkan buket bunga mawar langsung ke rumah saya kemarin siang. Arigatou. Juga semua teman yang telah menulis pesan di FB, MP dll. Selamat ulang tahun pernikahan juga untuk Yessy.

Bday 2007 foto diambil Riku (4th)...pagi-pagi masih kepet...liat kuenya aja deh buatan aku tuh... tahun ini malas buat kue hehhe..
Bday 2007 foto diambil Riku (4th)...pagi-pagi masih kepet hihihi ...liat kuenya aja deh buatan aku tuh... tahun ini malas buat kue

Happy Monday

13 Jan

Happy Monday adalah istilah baru di Jepang, tentang “pemaksaan” hari Senin menjadi hari libur, supaya ada tiga hari libur beruntun yang membuat warga jepang beruntung . Beruntung bisa libur, dan bagi pekerja layanan wisata juga menghasilkan pemasukan dengan banyaknya warga yang berwisata.

Nah tanggal 10-11-12 kemarin adalah hari libur beruntung bagi kami. Karena Gen yang biasanya kerja hari Sabtu, tanggal 10 kemarin bisa libur…. dan akibatnya aku juga beruntung karena aku bisa hadir dalam acara rapat pembubaran panitia Natal KMKI (Keluarga Masyarakat Kristen Indonesia) dan pembicaraan program KMKI selanjutnya. Pak Barus yang ketua KMKI, waza-waza dengan sengaja menulis email padaku supaya aku hadir hehhehe (Maaf pak…. memang saya tadinya malas datang —bukan sekretaris yang baik ya pak) . Acaranya mustinya mulai jam 12, tapi karena aku mempersiapkan anak-anak yang dibawa jalan-jalan sama Gen di sekitar rumah jadinya aku baru bisa keluar rumah jam 12. Tapi karena tanpa anak-anak, bisa lari ganti kereta segala, sehingga bisa sampai di SRIT jam 1 kurang 15, dan masih bisa ikut doa makan bersama (maaf…tidak tungguin saya kan hehehe…ge er amat merasa ditungguin). Masakannya Nasi tumpeng sih…yummy…

Pak Barus memotong tumpeng dan memberikan pada Andhi selaku ketua panitia Natal 2008
Pak Barus memotong tumpeng dan memberikan pada Andhi selaku ketua panitia Natal 2008

Yang mengejutkan adalah pernyataan Pak Barus yang berkata bahwa beliau membaca blogku ini… haiyahhh … ketahuan deh jerohannya Imelda ya pak! Pak Barus protes katanya tidak ada cerita mengenai KMKI hihihi. OKOKOK pak, saya janji tulis dan masukkan ke Who Am I 🙂 (pikir-pikir emang tidak adil ya, karena saya sudah aktif di KMKI paling sedikit 10 tahun). Dan hasil rapat juga menetapkan bahwa saya harus jadi ketua untuk membuat acara Paskah nanti (tanggal 25 April). Hmmmmmm…. Gambarimasu!

Pulang dari rapat sudah jam 6:20 menit. Makan malam nasi kare yang sudah saya buat sebelum pergi siangnya. Dan malam itu harus tidur cepat karena esok harinya kita akan menghadiri acara keluarga di Yokohama.

Pagi tanggal 11 Januari (Minggu) kita berangkat ke yokohama dari rumah jam 8 pagi. Tumben bisa on time sesuai rencana. Kami semua pakai seragam baju formal = black dress. Karena sampai di Yokohama lebih cepat 1jam dari janji yang jam 10, kami sarapan dulu di MacDonalds. Duh aku benci deh dengan menu makan paginya Mac Donalds. Kenapa sih ngga ada hamburger yang biasa sebelum jam 10 pagi. Semua yang gridles atau bagels…aku ngga suka! Terpaksa deh aku beli satu-satunya hamburger yang ada yaitu Fillet o Fish burger.

Tiga sepupu bertemu kembali
Tiga sepupu bertemu kembali

Acara di Kuil Buddha ini adalah memperingati 49 hari Omnya Gen yang meninggal. Sekaligus upacara memasukkan abu (yang disimpan dalam guchi) ke dalam kuburan di kuil. Jam 11 dimulai dengan doa di depan altar Buddha. Pendeta Buddha membacakan doa Okyou dan kedengarannya seperti orang membaca Al Quran (karena ada iramanya). Nah, Kai membuat ulah di sini. Di tengah keheningan, Kai meniru ucapan (lagu)nya si pendeta dengan suara rendah…. duhhh jadi smeua ingin tertawa. Untung aku bisa tahan tertawa dan berusaha supaya Kai berhenti “bernyanyi” begitu. Duh…. pake acara ketawa-ketawa lagi…

Acara untuk 49 hari dengan pujian Okyou itu selesai kira-kira 45 menit. Dalam agama Buddha dipercaya bahwa manusia yang meninggal selama 49 hari (7 x 7 hari) masih berada di dunia antara (mungkin semacam api pencucian , untuk menanggung dosanya di dunia) dan pada upacara 49 hari almarhum diberikan nama baru sebagai hotokesama (buddha) dan disambut dalam dunia akhirat.

Sesudah acara di dalam kuil, kami pindah ke kuburan yang ada di halaman kuil. Makam keluarga dibuka bagian dasarnya dan di situ bisa terlihat guchi-guchi yang diletakkan dalam ruangan di bawah nisan. Guchi yang berisi abu dari Om juga ditaruh di dalam makam, dan kemudian dasar makam ditutup kembali (seperti memasukkan guchi ke dalam peti beton). Di sini juga dibacakan okyou oleh pendeta Buddha, dan setelah itu selesailah upacara 49 hari dan penguburan Om. Setelah peringatan 49 hari, biasanya ada peringatan 100 hari, meskipun sekarang jarang dilakukan oleh orang Jepang. Sebetulnya peringatan 100 hari itu bertujuan untuk menutup kesedihan atas kehilangan yang meninggal. Jadi pendeta Buddha itu menyarankan kalau bisa pada hari ke 100 untuk datang ke kuburan dan nyekar, sekaligus melaporkan bahwa “kami sudah sehat dan pulih”.

Setelah acara di Kuil biasanya keluarga akan berkumpul bersama, makan di sebuah restoran dengan kehadiran “foto” yang meninggal. Sambil makan dan minum bercerita tentang kejadian/kenang-kenangan orang yang sudah meninggal itu waktu dia masih hidup. Kami makan di sebuah restoran di Hotel Prince Yokohama. Sajian kuliner jepang yang apik dibawa bertahap ke depan kami.


Kami pulang ke rumah di yokohama sudah malam, dan perut masih kenyang… karena mabok minum sake juga maka semua terkapar di tempat tidur masing-masing.

Nah, hari Seninnya bener-bener happy monday bagi Kai dan Riku. Gen pergi mengikuti seminar di Pasifico Yokohama (semacam JCC di jakarta) sebagai wakil universitasnya. Sebetulnya aku juga tadinya mau ikutan mumpung udah lama tidak ikutin seminar yang serius, tapi karena musti pake acara ndaftar dulu segala, jadi aku putuskan aku mau ketemu adikku tersayang si Tina di rumahnya. (Sekalian nagih otoshidama – angpao untuk Kai dan Riku hihihi)



Jadi jam 12 kita janjian bertemu di Tama Plaza Stasion untuk makan siang bersama. Brrr udara dingin sekali, jadi kita begitu bertemu langsung masuk ke dalam ruangan departemen store. Sebelum makan kita pergi ke toko mainan untuk mencari mainan untuk Riku dan Kai. Ceritanya Tante Titin dan Tante Koko mau belikan hadiah natal yang terlambat. Riku langsung tahu apa yang dia mau. Dia lagi getol-getolnya mengumpulkan kartu Pokemon (Naruto kalah dalam hal ini). Sedangkan Kai? Dia baru pertama kali masuk ke toko mainan! Kasihan ya? Mamanya jahat ngga pernah ajak pergi ke toko mainan hehehe. Jadi Kai langsung coba-coba sendiri semua mainan yang bisa di coba di situ. Dari mainan memasukkan bola ke ke dalam kotak sampai coba bermain piano. Tapi aku pikir mungkin ke dua anakku ini ada bakat piano loh. soalnya ke dua-duanya mainkan tuts piano dengan jari nya bukan dengan TANGANnya, seperti biasanya anak-anak hahahha.

Setelah Riku membeli mainannya, dan Kai akhirnya tidak kita belikan apa-apa (biarin, ngga ngerti ini hihihi — nak kalau kamu besar dan baca blog ini maafkan mama ya…soalnya kalo beli mainan lagi untuk kamu  mama bisa jadi gila beresin mainan tiap malam hehehe).

Kami makan siang di restoran organik japanese food. Kebanyakan sayuran dan makanan yang healty. All you can eat deh di sini. Si Riku tumben-tumbenan mau makan banyak dan dia ambil sendiri dessertnya berupa agar-agar grape. (Yang akhirnya juga keluar waktu dia mun mun… hobi bener deh dia mun-mun, mungkin maagnya emang kecil ya? tapi kok ndut gini?) Aku yang mengharapkan Kai bobo, terpaksa harus gigit jari. Dan membiarkan Tina dan kok yang mengambilkan makanan untukku, karena Kai agak rewel, jadi musti digendong terus. Yah lumayan untuk diet …hihihi (diet??? perasaan jarum timbangan bergerak ke kanan mulu deh )

Sekitar jam 3 kita pergi ke LogHouse yang terdapat di taman agak jauh dari stasiun. Di taman ada tempat bermain bagi anak-anak, seperti jungkat-jungkit dan ayunan. Kai dengan suaranya yang lantang ikut teriak-teriak enjoy melihat anak-anak lain bermain-main. Lalu kita pikir dia juga mau coba naik ayunan atau jungkat-jungkit itu. Ternyata…. tidak suka! Dia memang cocok menjadi penggembira saja heheheh.

Dalam loghouse ada bermacam mainan dan dipenuhi oleh anak-anak. Ada basket mini, ada matras sumo, ada perpustakaan kecil dll dll. Kai juga dengan bebasnya berjalan ke mana-mana. Untung ada Tina dan Koko yang bisa mengejar dan memperhatikan ke dua chibi (bocah) itu. Kalau tidak aku bisa kewalahan sendiri. Tapi keliatan mereka puassss sekali bisa bermain sebebas-bebasnya gitu.  Dank je wel hoor Tina.

Akhirnya kami naik taxi pulang ke rumah Yokohama, dan naik mobil sendiri pulang ke Tokyo. Anak-anak langsung ngelempus bobo! Must be tired…

And liburan beruntun yang menyenangkan sudah berakhir untuk Gen…yang sampai tanggal 24 nanti tidak ada hari liburnya. Back to reality.

kopi dan Cinnamon Maple Meltsnya Mac Donalds sebagai penutup hari... (maniiiisssss sekali yieks)
Kopi dan Cinnamon Maple Meltsnya Mac Donalds sebagai penutup hari... (maniiiisssss sekali yieks)

Freezing

10 Jan

Yap… hari ini rasanya diriku bisa menjadi daging beku. Dingin banget euy. Tanggal 9 Januari kemarin tercatat salju pertama di Tokyo. Memang tidak menumpuk, begitu jatuh menjadi air. Dan setelah menjadi terang berubah menjadi hujan. Tapi yang pasti dinginnya menusuk tulang. Sebetulnya dingin yang menusuk itu sudah dimulai kemarin (hari Kamis) nya, karena pagi hari waktu aku buka pintu rumah, Gunung Fuji terlihat menjulang di kejauhan. Bisa melihat gunung Fuji dengan jelas, berarti hari akan menjadi dingin sekali.

Begitu buka pintu apartemen yang terlihat gunung Fuji seperti ini.... Today will be cold
Begitu buka pintu apartemen yang terlihat gunung Fuji seperti ini. Indah tapi pasti dingin. Seandainya itu tiang listrik dan kabel-kabel tidak ada .....(Canon PowerShot G9)

Dan hari Jumat ini adalah hari yang merepotkan untukku. Karena harus mengantar Riku ke TK, lalu mengantar Kai ke penitipan Himawari, baru pergi ke universitas Senshu. Memang waktu aku keluar rumah dalam keadaan hujan tapi mungkin saja akan berubah menjadi salju lagi, sehingga lebih baik tidak naik sepeda. Aku mendorong Kai dalam baby carnya dan Riku berjalan di sebelahku. Tentu saja dia sambil merengut dan berkata,”Mama…dingin” — meskipun sudah pakai coat memang bagian kaki pasti dingin. Apalagi kalau sepatu basah kena tempias air hujan. Makanya aku selalu kagum pada pelajar SD, SMP dan SMA, yang tidak pakai stocking dan selalu biasa saja seragam bawahnya seperti waktu musim panas (bagian atas pasti pakai sweater dan coat) …. brrr….

duh anakku yang satu ini tambah nakal deh. Coba liat dia masuk dalam kopernya Riku, dan nangis waktu ngga bisa keluar dari situ. hihihi
duh anakku yang satu ini tambah nakal deh. Coba liat dia masuk dalam kopernya Riku, dan nangis waktu ngga bisa keluar dari situ. hihihi

Masalahnya aku tidak bisa titip baby carnya Kai di penitipan. Dan sudah pasti aku tidak bisa bawa-bawa terus sampai ke univ. Baby carnya Kai jenis stroller yang bisa dilipat, sehingga kalau ada locker yang besar untuk koper mustinya bisa masuk. Tapi di stasiun kecil seperti di dekat rumahku ini tidak ada locker besar. Tapi karena aku dengar ada informasi bisa menitipkan baby car di sebuah parkiran sepeda seharga 200 yen, jadi aku ubek-ubek sekeliling stasiun deh cari tempat tersebut. Tanya sana sini, akhirnya ketemu. Hmmm bagus juga untuk pelajaran nanti kalau terpaksa harus menitipkan baby-car atau barang yang besar. Sekaligus aku titipkan mantel coat dan payung Riku di situ (tidak boleh bawa mantel/payung ke dalam TK –karena tidak ada tempat untuk menaruhnya di locker— jadi bayangkan deh bawaan aku hari itu, ransel ku sendiri, plastik isi coat, baby car dan KAI  —yang paling berharga dan paling berat 14 kg hehehe)

Setelah semua dititipkan aku bisa berlenggang-kangkung ke universitas. Hari aku hanya pergi mengumpulkan tugas akhir dan menilainya, kemudian menyerahkan ke Bag. Akademik. Jadi hari ini hari terakhir kerja untuk hari Jumat …yippieee (agak sedih juga sih… jadi penganggur di hari Jumat hehheh)

Kai dan Riku bermain bersama. Kebayang ngga sih tuh dua gembil masuk dalam satu kotak plastik itu?
Kai dan Riku bermain bersama. Kebayang ngga sih tuh dua gembil masuk dalam satu kotak plastik itu?

Tadinya aku pesan di penitipan Kai sampai jam 3:30 ternyata tidak keburu dan harus diperpanjang sampai jam 6. Gara-gara aku belanja dulu di Kichijoji, bawa pulang belanjaan lalu ambil jacket Riku yang lain di rumah (di situ aku sadar aku bodoh menitipkan coatnya Riku di penitipan sepeda tadi). Dan hujan bertambah deras hiks…. Untung Riku berusaha sabar menahan dingin karena aku janjikan beli happy set di Mac Donalds (sekarang hadiahnya Naruto goods…. who can resist the temptation?). Ambil baby car di penitipan sepeda tadi, beli Mac D lalu jemput Kai lalu pulang ke rumah naik Taxi. Sampai di rumah 6:30 rasanya badan mau copot. Capek euy… tapi untung tidak usah masak untuk anak-anak karena mereka bisa makan Mac D. Pasang semua heater di kamar makan dan kamar tidur, berendam air panas bersama anak-anak dan bobo…… Hmmm harus bersyukur pada Tuhan karena masih bisa makan dan tidur di dalam kehangatan padahal banyak orang di luar sana yang kedinginan. Kami ni kansha 神に感謝。

Untung Riku skr sudah bisa mengajak adiknya bermain dan sayang padanya... Sudah bisa berubah sifat dari Anak Tunggal menjadi Anak Sulung. Kata dia, Di dunia ini yang aku sayangi adalah Mama, Papa dan Kai
Untung Riku skr sudah bisa mengajak adiknya bermain dan sayang padanya... Sudah bisa berubah sifat dari "Anak Tunggal" menjadi "Anak Sulung". Kata dia, "Di dunia ini yang aku sayangi adalah Mama, Papa dan Kai"

How JAWA are you?

7 Jan

Aduuuuh aku mau ngakak bener deh begitu selesai menjawab kuis tentang “How Jawa are you?” di FaceBook. Karena jawabannya gini :

Wong Jowo Asli

sampeyan benar-benar orang jawa Tulen, jangan melupakan kebudayaan, unggah ungguh dan tata krama, matur sembah nuwun

***********************

Nah loh…. padahal? Dalam diriku TIDAK ADA darah jowo-jowoan sama sekali! Meskipun mama pernah tinggal di Yogya (Tapi itu kan mama, bukan saya! Saya hanya pernah tinggal di jakarta dan JAPAN not JAVA  — tidak seperti abang Sony yang orang Batak tapi jawa banget karena pernah sekolah di sono). Saya juga bukan Novi, adik saya yang menikah dengan wong Solo dan punya rumah kedua di Klaten sono. Pernah sih punya mantan pacar orang Jawa (gede di Jakarta) sebentar hihihi (dan yang pasti tidak pernah dia mengajari saya bahasa/ budaya jawa). So? …mau tahu pertanyaannya? Sebetulnya lebih enak ikut kuisnya langsung di FB supaya bisa langsung dapat resultnya. (Terus terang saya sendiri tidak tahu jawaban benernya apa… jadi cari sendiri ya jawabannya hehehhe. Lha wong aku jawabnya juga sambil ketawa-ketiwi ngga yakin dan kayaknya pasti salah — ada sih niat untuk pake Uncle Goole mencari jawabnya, but ngga lah moso mau serius gitu hihihi)

kuis ini mengukur betapa JAWA diri anda, monggo dipun jawab !

  1. Apa nama Ibukota Jawa Tengah

  2. Raden Harjuna satriyo ing?

  3. Apa bahasa jawa halusnya “Makan”?

  4. Isi Sawo arane?

  5. Kota Batik adalah?

  6. Gendhing untuk mengiringi temanten adalah?

  7. Anake Kebo arane?

  8. Becik ketitik, …………

  9. Jamu untuk mengobati Panas Dalam adalah?

  10. Ing …… mangun karso

SO? gimana …. bagi yang Jawa apakah Anda jawa tulen….seperti saya hhihihihi.

But, sebagai kelanjutan tulisan ini, Anda kenal Ki Manteb Sudharsono? Ya, saya pernah berkesempatan mewawancarai beliau waktu beliau datang ke Jepang dalam rangka undangan Nihon Wayang Kyokai yang diketuai Bapak Matsumoto Ryo (tahunnya saya lupa). Dan waktu itu pertama kali saya melihat langsung pertunjukan wayang langsung (bukan lewat TV — saya ingat duluuuuuu sebelum saya datang ke Jepang, di TV ada pertunjukan wayang dini hari, dan adik saya Andy dengan getolnya nonton di depan TV, syaa kadang hanya menemani dia….. lah saya juga tidak mengerti bahasa Jawa hiks) yang didalangi oleh pedalang Indonesia apalagi terkenal begitu. Dan memang, Ki Manteb memang mantap sekali membawakan cerita dan menggerakkan wayang kulit… ya saya ingat terkadang beliau menyelipkan humor (sedikit berbau politik juga) sehingga yang mengerti bahasa Indonesia dan situasi Indonesia waktu itu bisa tertawa. Saya kagum pada pedalang yang bisa membuat penontonnya tertawa seperti itu.

Mewawancarai Ki Manteb Sudarsono untuk acara Radio Gita Indonesia di InterFM 76,1 MHz Tokyo
Mewawancarai Ki Manteb Sudharsono untuk acara Radio “Gita Indonesia” di InterFM 76,1 MHz Tokyo
******************************

 

Saya banyak mempelajari wayang justru setelah saya datang ke Jepang. Sejak saya berkenalan dengan Nihon Wayang Kyokai, secara tidak langsung akhirnya saya mempelajari wayang juga, terutama tokoh-tokoh yang keluar dalam cerita perwayangan itu. Itu masih awal-awal kedatangan saya di Jepang, sambil belajar di Universitas Yokohama, saya arubaito (part-time) mengajar bahasa Indonesia di Kelompok Wayang itu. Setiap hari Selasa malam, saya mendatangi apartemen Bapak Matsumoto/ Sebuah apartemen kecil yang dijadikan studio wayangnya. Begitu masuk langsung terhampar layar putih lebar yang memakan semua kelebaran apartemen. Bukan layar itu saja yang memenuhi ruangan. Bermacam wayang kulit tersimpan dalam peti kayu, buku-buku wayang, batik (kebetulan istri dari Bapak Matsumoto adalah juga pembuat batik — dan jangan pikir dia orang Indonesia…. pasangan suami istri ini JAPANESE tulen yang menguasai JAVANESE culture! ) dan sebuah kotatsu (meja rendah berukuran 1 meter x 1 meter untuk kita belajar. Memang serasa masuk “gudang” tapi langsung bisa merasakan suasana Indonesia di dalam kamar itu!
 Bersama Bapak Matsumoto Ryo, Restoran Jembatan Merah,Akasaka-Tokyo dalam penyambutan Pedalang Ki Manteb Sudharsono
Bersama Bapak Matsumoto Ryo, Restoran Jembatan Merah,Akasaka-Tokyo dalam penyambutan Pedalang Ki Manteb Sudharsono
********************

 

Bapak Matsumoto sendiri sudah pintar berbahasa Indonesia. Sebetulnya Bapak Matsumoto ini adalah lulusan bahasa Perancis pada Universitas Bahasa Asing Osaka, 40 tahun lebih berkecimpung dalam dunia perwayangan, sampai mendirikan Nihon Wayang Kyokai (Perhimpunan Wayang Jepang). Dan tidak heran atas usahanya ini, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan Satyalencana Kebudayaan. Setiap hari selasa ini, saya hanya mengajar anggota Nihon Wayang Kyokai yang belum begitu mahir berbahasa Indonesia. Meskipun pada awalnya saya sudah katakan, mungkin lebih baik mencari guru bahasa Indonesia yang berasal dari jawa sehingga kalau ada bahasa Jawa bisa juga sekaligus diajarkan. Tapi mereka berkata, soal bahasa Jawa gampang, kami tinggal bertanya pada Bapak Matsumoto. Yang kami perlu bahasa Indonesianya. OK then…

 

Nah, bahan pelajaran yang dipakai adalah cerita dalam bahasa Indonesia dari sebuah majalah bulanan kepunyaan bapak Matsumoto. Biasanya satu cerita sepanjang 3 halaman A4, kadang bisa selesai diterjemahkan  dalam 1 kali pertemuan (2 jam) jika banyak yang hadir, tapi kadang harus  2 kali pertemuan jika sedikit yang hadir. Banyak itu berapa orang? Maximum 6-7 orang. Ceritanya mengenai Karna, Durna, Pandawa …. dsb dsb (hmmm saya harus mengumpulkan kembali fotokopian itu! pasti ada… somewhere hehehhe)

 

Saya memang mengajar bahasa Indonesia kepada mereka, tapi saya belajar banyak dari mereka! Saya belajar wayang, cerita Mahabarata, bahkan bahasa Jawa dan sedikit bahasa Jepang yang kromo. Sebelum saya mengajar di situ, saya tidak tahu apa bahasa Jepangnya “pamit” …. eh rupanya 暇乞い(いとまごい)をする。Sayang saya terpaksa harus menghentikan mengajar di situ, karena konsentrasi untuk pembuatan thesis dan kesibukan lain.

 

Tapi sekitar awal tahun 2006, saya bertemu kembali dnegan Bapak Matsumoto dan mendapat kehormatan dipercayakan mengisi suara (narasi) dalam bahasa Indonesia sebuah lakon “Mizu no Onna” (kalau tidak salah bahasa Indonesianya Dewa Ruci….  lupa deh) karya bapak Matsumoto sendiri yang akan ikut serta dalam Festival Wayang Internasional di Yogya 23-Juli 2006. Waaaah, waktu itu saya senang sekali karena menjadi “artis suara” merupakan impian saya. Saya harus mengganti suara sesuai karakter yang ada dalam skenario. Kadang sedih, kadang genit, kadang marah…. wah itu susah. Skenario itu merupakan challenge pertama untuk saya. Dan untung saja masih ada kesempatan ke dua, karena tahun berikutnya, 2007, saya  diberi kesempatan lagi untuk membacakan cerita “Menuju Istana Bayangan” (Wayang Jepang) yang akan digelar di Mangkunegaran. Nah… ini benar challenge karena dalam cerita banyak terdapat karakter pria, wanita dan jin hehhehe. Sayang sekali saya tidak bisa hadir di kedua acara pagelaran wayang dari bapak Matsumoto itu di Yogya.
bersama pak Matsumoto Desember 2010

 

Saya percaya, jika manusia keluar dari “sarang”nya bukan hanya bisa melihat pemandangan indah di luar, dan terlebih dapat melihat ke dalam sarangnya sendiri dengan lebih obyektif dan bahkan mendalaminya. Meskipun kadang saya –sebagai manusia tak bersuku– merasa gamang dalam menentukan dimanakah sebetulnya sarangku itu. Yang saya tahu, hutanku adalah Indonesia!