Saiga

14 Sep

Saiga adalah sejenis Antelope di daerah Rusia dan Mongol. Pagi tadi ada program tentang Saiga di NHK Bs, dan kebetulan Riku dan Gen tonton. Sambil makan menonton program itu, dan tiba-tiba Gen bilang, “Itu saiga tidak bisa membedakan anaknya atau bukan dengan suara anak-anaknya. Bagaimana dia bisa tahu ya bahwa yang itu anaknya atau bukan….”

Sambil membersihkan lantai yang kotor karena Kai makan belepotan, saya memikirkan kemungkinan-kemungkinannya, tapi tiba-tiba Riku bilang,”Pasti dari baunya…. Dia bisa tahu dari bau anaknya…”
Dan benar, narator di program itu berkata bahwa Saiga mengetahui anaknya dari baunya.

Langsung saya dan Gen lihat-lihatan dan kaget… ya ampun Riku…lebih pinter dari papanya ehhehe. Kami puji dia , dan dengan tersipu dia bilang, “Saya pikir pasti itu jawabannya deh. Riku pintar ya?”

Saiga…Saiga… Kayaknya Riku harus lebih banyak lihat film-filmnya National Geographic deh. Tapi selama ini dia selalu menonton Stanley dari Disney Channel, yang menurut saya juga banyak menjelaskan tentang binatang-binatang.

Kematian mengintip – lebah dan kerang

13 Sep

Kemarin malam, saya mendapat email dari teman se-mansion (apartemen), Miki san, yang memberitahukan agar berhati-hati kalau berada di parkiran sepeda/parkiran mobil dekat pintu keluar mansion kami. Karena di situ ternyata ada sarang lebah Suzume Bachi. Suzume bachi adalah lebah yang menghasilkan madu, tetapi lebih ganas dari lebah madu biasa, karena mereka memakan serangga lain…alias carnivora.Dan jika manusia disengat lebah itu maka bisa lebah yang beracun dapat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat membawa kita pada kematian.

So, saya cari dalam bahasa Inggris keterangan tentang Lebah jenis ini, tapi ternyata tidak ada/ atau baru sedikit sekali. Memang katanya Suzume Bachi ini asli dari Jepang, termasuk lebah mematikan. Jadi seandainya ada orang Indonesia yang tinggal di Jepang, harap berhati-hati jika bertemu lebah ini. Dan jika Anda tersengat lebah ini, jangan menghalau atau melakukan gerakan yang panik, karena semakin banyak gerakan akan mengundang lebah lain untuk mendekat…dan matilah Anda. Lari menjauh, dan usahakan mengeluarkan cairan bisa dari tempat yang disengat. Jangan pakai mulut (dengan cara diisap) karena jika dalam mulut terdapat luka, maka bisa akan masuk lewat luka di mulut tersebut. Alirkan air terus ke luka sengatan untuk mengeluarkan bisa tersebut. Bagus juga jika diberi ocha (teh) yang mengandun tannin atau katekin. Sambil didinginkan segeralah ke Rumah Sakit. Hal ini harus diperhatikan sekali, apalagi jika Anda sebelumnya pernah disengat lebah jenis yang sama. Yah…mudah-mudahan kita jangan sampai disengat lebah ini ya

Kematian yang mengintip kita dalam kehidupan di Jepang yang ke dua (menurut saya) adalah Kerang, Kai, dan itu jika dimakan dengan mentah. Kerang Mentah yang terkenal dari Hiroshima itu memang enak, tetapi jika tidak hati-hati, kita bisa keracunan kerang. Saya pernah mengalami keracunan kerang, dan aduuuuh bener-bener deh… rasanya mau mati. Selain buang air juga muntah-muntah ….dan seharian badan lemas. Waktu itu saya pikir, ngga lucu ah kalau ada surat kabar menulis; “Seorang mahasiswa dari Indonesia, Imelda, (28th) ditemukan tewas akibat mengkonsumsi kerang”… Ngga kerena kan cara matinya hahaha. Dan begonya saya waktu itu, tidak langsung pergi ke RS. Untung bisa sembuh, karena sesudah itu saya baru tahu bahwa orang bisa mati karena keracunan kerang …hiks.

Memang sih kita bisa mati dimana saja, kapan saja dan dengan cara apa saja. Tapi kalau bisa dihindarkan lebih bagus, bukan?

Waktu yang tepat

12 Sep

Kapan ya waktu yang tepat untuk memberikan anak-anak bermain play-station, komputer atau video game? Saya lihat banyak anak-anak sudah diberikan mainan itu sejak dini. Dan di Jepang pun dengan mewabahnya Wii, Nintendo DS, Xbox, banyak sekali temannya Riku (5 tahun)  yang sudah mempunyai DS sendiri. Waktu Riku minta, saya selalu berkata,”Nanti kalau kamu sudah umur 10 tahun!” Saya takut kalau dia kecanduan game. Tapi?

Setelah saya mengetahui bahwa DS juga mempunyai Soft untuk belajar hiragana, saya dan gen akhirnya memutuskan untuk membelikan Riku DS itu dengan harapan dia bisa belajar membaca dan menulis hiragana sebelum masuk SD. Dan kami membuat perjanjian, bahwa sehari main game “Naruto” dan sehari “Anpanman Hiragana” bergantian. Hari-hari pertama memang dia getol sekali main. Tapi setelah lewat seminggu tanpa dilarang untuk mainpun dia cuma main sejam…. Dasar bosenan (kayak mamanya hihihi)

Dan untuk mengimbangi Riku, saya beli soft untuk belajar Kanji. Mau ikut Test kemampuan Kanji (entah kapan)… bisa lulus level berapa ya…. meskipun harus bersaing dengan orang Jepang??? Level 5 aja mungkin udah bagus ya? Kalo Gen level 1? hehehe. Tapi ternyata waktu latihan cukup mandeg karena saya bisa baca tapi tidak bisa nulis. Karena terlalu banyak pakai komputer untuk menulis. HIKS… harus latihan lagi!!!

Gambarimasu!!!

Solitaire = Sendiri = Kesepian?

12 Sep

Judulnya seperti tag aja yah… Tapi memang hari ini tema yang saya dengar atau jalanin memang itu sih. Dimulai pagi hari, saya mendapat telepon dari teman dosen yang baru pulang dari Bali (yang saya pinjamkan proteksi Skimming untuk Kartu Kredit itu) . Dia cerita bahwa dia senang sekali pergi ke Bali dan karena dipinjamkan proteksi itu dia merasa aman dan sangat enjoy. Lalu saya bilang, “Untunglah Anda enjoy, padahal Anda kan pergi sendiri….”

“Iya semua orang yang saya jumpai bilang apa enaknya wisata sendiri dan apakah tidak takut?… tapi saya enjoy bisa santai sendiri, di pool sendiri, jalan-jalan ditemani penerjemah saja….”

“Wah kalau begitu saya harus coba juga ya wisata sendirian nih bu. ”

“Ya…nanti kalau kamu pulang ke Jakarta, tinggalkan saja 3 boys di Jakarta, lalu pergi ke Bali sendirian. Pasti enjoy deh!”

“Hmmm iya deh, nanti saya rencanakan begitu”

Kemudian saya pergi menyelesaikan urusan-urusan di luar, karena ibu mertua sudah datang untuk menjagai Kai. Beliau bilang, “Mumpung saya ada di sini, bisa jaga Kai, kamu enjoy saja di luar. Makan siang yang enak” Tadinya saya mau ajak dia makan di luar tapi dia bilang, dia sedang jaga dietnya karena minggu depan akan ke dokter. So saya pergi ke kantor pos dsb,  kemudian berjalan ke shopping mall. Huh saya paling sebal sebetulnya ke shopping mall, malas untuk buang waktu…tapi saya paksakan saja. Keliling-keliling lihat barang-barang bagus, dan sama sekali tidak tertarik beli. Setelah belanja keperluan dapur, saya putuskan untuk makan yang light saja. Maunya sih makan spaghetti, tapi tahu pasti tidak akan bisa habis satu piring. Sayang dibuang.

Jadi saya pergi ke resto Sushi. Karena jam 2 sepi, dan begitu saya duduk di counter, tiba-tiba ada seorang ibu berkata,

“Saya belum selesai makan kok sudah diangkat!!! Saya baru ke WC saja kok, belum mau pulang”

“Maaf … kami akan sediakan lagi yang baru… Sekali lagi Maaf.”

Pelayan restoran mengucapkan maaf berkali-kali sambil membawakan sup, minuman, dan sushi (mengantar setiap item +kata maaf)

Hmmm saya berpikir di situ… si ibu ini memang makan sendiri, dan mungkin tengah makan dia mau ke WC, dan dia bawa semua barang (tasnya) bersama dia…. Pelayan yang melihat tidak ada orang, dan tidak ada barang, menganggap tamu sudah pulang, lalu diangkat. Susah juga ya pergi makan sendiri jika harus seperti itu. Saya sendiri waktu pertama kali datang ke Jepang, mengalami masalah yang sama. Yaitu harus makan sendiri di restoran. Karena, mau membeli makanan jadi pun saya tidak tahu harus makan di mana. Di kantor? saya tidak berkantor. Baru kemudian saya tahu bahwa orang-orang makan di taman! Jadi selama 2 tahun lebih saya selalu makan di restoran sendiri, atau tunggu saja sampai pulang ke rumah makan malam di rumah. Jika saya dalam kedudukan ibu tadi, saya pasti akan meninggalkan tas saya di situ (bawa dompetnya saja), atau buku atau plastik atau apa saja. Atau saya tahan tidak ke WC sampai saya selesai makan dan mau pulang. Atau sebetulnya ibu itupun, bisa berbicara pada pelayan, jangan di angkat dulu, saya mau ke WC.

Intinya… susah ya makan sendiri!!! Biarpun makanan enak tersaji di depan muka, rasanya aneh sekali makan sendiri. Mau sambil baca tidak sopan (meskipun kadang akhirnya saya begitu), mau sambil telepon apa lagi ( di Jepang biasanya HP tidak boleh dipakai karena mengganggu tamu lain). Terpaksa deh sambil melamun makan dengan pikiran menerawang ke mana-mana. Kebiasaan saya di Indonesia, kalau makan pasti tidak sendiri. Pasti akan mengajak orang untuk makan bersama. Pernah kejadian, rombongan pelajar Indonesia naik kereta di Tokyo. Karena kebiasaan orang Indonesia untuk menawarkan makanan, maka ketika ada yang mau memberikan permen ke temannya, dia juga menawarkan pada orang yang duduk di samping kiri-kanannya. Tentu saja ditolak, bahkan diperhatikan orang segerbong. (“Jangan tawari!” dalam hati saya berkata). Setelah saya jelaskan, mereka tetap tidak mengerti kenapa tidak boleh menawarkan permen itu kepada orang lain. Hmmm susah menjelaskannya, karena banyak alasan yang bisa dipakai dilihat dari kebudayaan Jepang.

Akhirnya si ibu tadi pulang dan waktu membayar, masih saya dengar permintaan maaf dari pelayan toko. Saya juga pulang, dan mengakhir jalan-jalan sendiri saya siang itu. Sambil mengayuh sepeda, saya berpikir… Saya tidak enjoy “cuci mata” di shopping mall tadi. Saya tidak enjoy makan sendirian tadi. Saya juga semestinya tidak bisa enjoy wisata sendirian ya? Misalnya saya pergi ke Bali, menikmati keindahan laut, berbaring di pantai menatap langit, awan yang menggumpal di atas…. sendiri, hening, indah… mungkin saat itu saya bisa relaks. Tapi begitu hari berganti malam…. yang didengar hanya deburan ombak, pekatnya malam, dan …. sepi. Kok saya jadinya takut? Takut pada kegelapan (dan memang ini termasuk phobia saya). Hmmmm

Tapi saya juga tahu, bahwa manusia dilahirkan sendiri ke dunia ini. Dan pasti akan kembali sendiri. Takut? pasti! … tapi mungkin saya memang harus pergi sendiri untuk meyakinkan dan menemukan jawaban, apakah saya takut sendiri? Apakah saya takut kesepian? Kalau tidak dicoba, bagaimana saya bisa tahu? Tentu saja saya pergi sendiri itu bukan dalam konotasi “dinas/bekerja” ya , tapi dalam rangka “berlibur”. Saya juga pernah disarankan teman untuk retreat sendiri. Memang sudah lama sekali saya tidak retreat. Terakhir waktu SMA…. tapi… itu juga tidak sendiri kok. Bersama teman-teman SMA. Hmmm mikir lagi deh. Kenapa juga timbul pikiran ini ya? mungkin karena musim gugur = musim sedih. Daun-daun yang hijau berubah merah, dan rontok jatuh ke tanah. Ibaratnya mati. Semakin mendekati akhir tahun, semakin dingin… menusuk tulang, perasaan “lonely” itu akan tiba (makanya menjelang akhir tahun banyak kasus bunuh diri di Jepang).Saya rasa semua yang tinggal di negara 4 musim pernah merasakannya.

Arggghhhh, saya ingin terbang mengejar matahari sampai sayapku tak bisa dikepakkan lagi.

NB: Maaf kok jadi berat ya isinya hehehe. Lupakan saja!!!

Kala Riku Bernostalgia

11 Sep

Satu jam yang lalu, Kai yang sedang tidur terbangun dan saya memberikan susu untuknya. Tiba-tiba di luar kamar tidur terdengar sayup suara orang menangis. Wah, Riku kenapa? Langsung saya lari keluar dan mendapatkan dia setengah berbaring di lantai bersandar bantal. Dia menangis. Menangis sedih, bukan menangis kesakitan karena jatuh atau terbentur.

“Riku, kenapa kamu nangis sayang?” Sambil aku mendekap dia, membelai rambutnya.

“Aku sedih… aku kangen…..” Melihat dia menangis sampai segukan begitu membuat aku ikut mengeluarkan air mata.

“Riku kangen siapa?”

“Aku kangen teman-teman. Teman-teman di Himawari”…. Ya ampun…. Himawari adalah tempat penitipan bayi, tempat aku menitipkan Riku sejak dia usia 6 bulan sampai usia 4 tahun, karena aku harus bekerja. 4 hari seminggu terkadang dari pukul 9 pagi sampai 9 malam (Jam terbang dia sehari lebih banyak dari aku) Riku aku titipkan di sini (disebut Hoikuen). Kurikulumnya memang bermain, dan untuk 20 anak dijaga oleh 5-6 orang guru. Rupanya Riku kangen dengan teman-temannya di sini.

“Ya sudah besok mama telepon ke Himawari, lalu tanya apa masih ada teman Riku di situ” (Hoikuen itu menjaga bayi kita dari usia 50 hari sampai pre sekolah yaitu kurang dari 6 tahun, bagi yang mau)

” ………” masih menangis.

“Kalo Shun-kun mama ada email mamanya. Riku mau ketemu dia?”

Masih menangis. Berbagai cara aku pakai untuk membujuk Riku. Sampai akhirnya aku bilang, “Yuk kita telepon tante Mariko.” Baru dia bisa reda tangisnya, dan segera menelepon tantenya itu.

Ternyata seorang anak berusia 5 tahun pun bisa kangen pada temannya. Bisa kangen pada lingkungan tempat dia biasa hidup. Memang Riku amat perasa (seperti mamanya) sehingga dia kadang menangis untuk suatu hal yang rasanya “aneh” untuk ditangisi seorang anak kecil. Kuyashii, putus asa… kemarin dulu dia menangis putus asa karena dia tidak bisa bermain basket. Meskipun tante Mariko dan saya sudah bujuk-bujuk tetap menangis. Tapi memang sudah sejak dulu saya selalu tekankan pada Riku, bahwa manusia tidak mungkin BISA segalanya. Manusia itu bukan Tuhan. Coba, usaha, kalau tidak bisa, kita harus tahu juga bahwa mungkin itu bukan bakat kita. Kita bisa cari yang lain, yang mungkin lebih tepat. Saya benci pada ibu-ibu Jepang yang memaksakan anak-anaknya untuk ikut kegiatan/belajar sesuatu bukan karena si anak suka , tapi lebih merupakan “kewajiban” karena anak yang lain juga ambil, tidak mau tampil beda dari orang lain.

Rupanya hari ini adalah hari  mellow yellownya Riku. Besok pagi aku akan coba untuk hubungi salah satu teman akrabnya dan mungkin mereka bisa reuni… (aduh …hidup baruuuu 5 tahun loh ….)

Nge-blog

11 Sep

Membaca tulisan dari Ibu Enny tentang Menyebarkan Virus Nge-blog, lalu melihat tulisan mas trainer tentang Trainee ngeblog, dan melihat daftar blogwalking saya yang semakin panjang, saya jadi ingin merenung kembali, kenapa sih saya nge-blog?  Dan kapan tuh mulainya?

Kebetulan dua hari yang lalu, saya tidak bisa tidur padahal sudah jam 2 malam (sebetulnya sudah biasa sih). Kemudian saya nyalakan Yahoo Mail saya dan iseng saya konek ke Chat. Dan di sebelah kiri biasanya berderet nama-nama id yang sedang online yang terdapat dalam daftar list saya. Dan waktu itu saya hampir berteriak melihat sebuah nama yang menyala. Id itu termasuk id awal-awal saya mulai chatting di tahun 2002 akhir. Saya mulai chatting juga karena saya hamil dari Riku dan dengan terpaksa saya harus membatalkan tiket mudik saya ke Jakarta, karena kehamilan saya bermasalah. Untuk mengurangi kesepian saya mulai chatting, dan mengenal cyber world di situ.

Id yang menyala itu kepunyaan Kiki, teman saya yang tinggal di Belanda. Kami memang jarang berhubungan tapi tanggal 24 Agustus kemarin saya teringat bahwa itu merupakan ulang tahunnya, dan saya kirim sms padanya. Hampir setahun saya tidak mendengar kabarnya, sejak kematian tantenya di Batam. Dan dua hari yang lalu itu, saya kembali bisa bercakap-cakap dengan dia.

Saya tahu Kiki tidak mau dikasihani, tapi terus terang awal perjumpaan saya dengan dia, karena simpati saya terhadapnya. Siapa yang mau menjadi janda sih? Lagi pula janda di luar negeri dan harus membesarkan dua anak sendiri. Dia bercerai persis kelahiran anak kedua, seorang angel, Felicia. Kiki banyak bercerita atau memperlihatkan fe lewat webcam nya. Such a cute girl!! Dan bersama anak pertama Arend, mereka hidup bertiga di Belanda. Kebanyakan topik pembicaraan kami seputar anak-anak. Meskipun kadang aku dan kiki terlibat juga percakapan yang “off the record”, pembicaraan sesama wanita.

( Fe n Arend  cute children  —– kiki lagi gaya di webcam hihihi)

Mungkin Anda bertanya apa hubungannya Kiki dengan Blog? Kiki mempunyai blog di Blogspot (Blogger.com) dan saya sering, bahkan hampir setiap jam membuka blognya. Hanya untuk tahu keadaan mereka, cerita kiki tentang anak-anak, tentang dia, tentang hatinya, tentang keluarganya, dan semuanya itu dia tulis dalam bahasa Indonesia, Inggris dan Belanda. Saya salut dengan dia. Dia yang mengaku tidak mengecap pendidikan tinggi, tapi mampu menuliskan cerita-ceritanya dalam bahasa Indonesia dan asing dengan begitu lancar, dan mampu membuat saya sebagai pembaca ikut menangis, ikut tertawa dan ikut berpikir. Hmmm Saya paling pelit memberikan pujian, tapi saya tidak segan-segan memuji dia. Orang yang mau maju, mau belajar terus dan tegar menghadapi cobaannya. Saya lebih respek, lebih hormat pada orang yang mau maju meskipun tidak menyandang “S” di belakang namanya, daripada orang yang S nya berderet tapi mandeg dan sombong.

Karena blog Kiki itulah saya ikut nge-blog di blogspot. Mulai menulis tepatnya tanggal 28 April 2005, meskipun saya sudah punya account di blogger sejak Juni 2003.  Baru saat itu saya tahu blog itu apa, dan sejak itu berangsur-angsur kenikmatan berinternet pindah dari chatting yang hanya berhaha-hihi ke blog yang lebih serius. Sampai saking getolnya saya nge-blog saya mempunyai 11 blog yang isinya berlainan sesuai maksud dan tujuannya. Tapi yang paling banyak dan teratur adalah 13tahun karena itu merupakan blog-diary saya.

Dan karena itu adalah blog diary saya, saya tidak mau menerima komentar, saya matikan fungsi komentar dengan sengaja. Saya tidak mempromosikan blog saya kepada orang-orang, karena jika saya lakukan itu berarti saya membuka dan menyajikan isi perut saya sendiri. Saya hanya memberitahukan pada orang yang dekat saja, tapi tidak kepada keluarga saya.

Nah, kenapa saya kemudian memutuskan untuk membuat blog yang bisa dibaca umum seperti sekarang ini? Sembari nge-blog di blogspot dan di Multiply, saya punya beberapa domain. Dan saya mau membuat website keluarga saya. Tapi bingung juga isinya apa. Dari sebuah pengumuman di  multiply saya bergabung pada sebuah milis, dan di situlah saya bertemu pada seseorang  yang membuat saya ingin membuka blog pada umum dengan hosting pribadi memakai domain keluarga saya. Orang itu tidak lain adalah mas trainer yang dulu sekarang juga berprofesi sebagai makelar blog dan sekarang sekaligus sebagai penyebar virus cinta ngeblog. Saya membaca tulisan-tulisannya yang serius (awalnya serius loh…entah kenapa sekarang jadi ganjen) mengenai interview kerja, written test, presentation dll pokoknya tips mengenai bagaimana seharusnya jika melamar bekerja di suatu tempat. Karena saya belum pernah melamar orang kerja jadi saya pikir bagus juga kalau nanti saya mau melamar di kantor (duuuh sapa ya yang mau terima tante-tante gini hihihi). Tentu saja tulisan ini merupakan pengalamannya sebagai trainer yang seabrek-abrek itu.

Di situ saya mulai berpikir,  blog saya yang banyak dan beragam itu, yang sengaja saya pilah-pilah mengapa tidak saya jadikan satu saja sehingga akan memudahkan  mengurusnya. Dan dimasukkan dalam Domain keluarga yang saya punyai. Maka jadilah Twilight Express ini….

Karena itu dalam kesempatan ini (kayak pidato aja yah) saya mau mengucapkan terima kasih saya pada Kiki (memberi komentar dengan nama Uly) yang sudah memperkenalkan saya pada blog, dan mendorong saya untuk menulis. Kiki sekarang sedang mulai menulis lagi karena account yang dulu hilang, waktu blogger merging dengan google, dan mengharuskan pemakai untuk mempunyai gmail. Kami tunggu tulisannya ya ki. Juga kepada mas trainer yang membuat saya berani untuk membuka blog saya untuk umum dan menerima komentar. Katanya, “Kamu tidak tahu bahwa tulisan kamu yang kamu anggap tidak berguna ternyata bisa berguna untuk orang yang membacanya.” Yes, indeed… dan saya akhirnya sekarang bisa menikmati blogging dan bisa mempunyai teman blog yang demikian banyak, dan dari segala penjuru dunia dan yang paling utama saya punya 3 sahabat blog (mas trainer, bang hery dan lala) yang akhirnya kita menamakan kelompok 4 sekawan ini sebagai Asunaros (ttg Asunaros tunggu nanti saya akan ceritakan di posting lain ya). Berkat kedua orang ini, kiki dan mas trainer, saya pun menjadi peblogger…dan mungkin kelak juga bisa menyebarkan virus blog pada yang lain.

Manusia Tak Berdosa

10 Sep

Dilahirkan ke dunia

Dititipkan oleh Tuhan

untuk dibesarkan, dirawat dan dididik

Selamat datang ke dunia ……

Martin Peter Hesketh. Lahir 12 – 08 – 2008, 3,7 kg. Selamat ya Roger and Shinta, nun jauh di Britain sana. (Hmmm kapan ya aku bisa main ke sana…. ) Shinta pernah tinggal di Tokyo untuk belajar satu tahun dan selalu membantu aku baby-sitting Riku waktu kecil kalau aku musti pergi mengajar /bekerja yang lain.

Hai Martin…cepet gede dan nanti kita main bersama ya… by Riku and Kai

Sebelah kiri foto Martin kurang lebih 1 bulan….sebelah kanan foto Riku dalam usia yang kurang lebih sama…  uhhh babies ….so cute.

(Blind Power) Tatkala Gelap Tak Lagi Mencekam

10 Sep

Well, akhirnya Pe-eR saya dari Bang Hery selesai juga. Hari Sabtu lalu saya baca buku tersebut di kereta sampai halaman 30, lalu hari ini saya konsentrasi selesaikan sisanya sampai halaman 373…. capek karena sambil diganggu unyil-unyil kecil dan kesibukan rumah tangga. Tired but satisfied!

Saya tidak tinggal di Indonesia. Saya belum pernah menonton acaranya Kick Andy, sehingga saya tidak tahu nama Ramaditya kalau tidak membaca buku ini. Memang sebelumnya saya diberitahu bahwa Rama adalah tunanetra yang menjadi Motivator. Terus terang saya tidak akrab dengan kata motivator, karena menurut saya apa saja atau siapa saja bisa menjadi motivator yang bisa memotivasi, inspiring somebody yang kebetulan “pas”. Tetapi kelihatannya kata ini sedang naik daun di Indonesia karena memang masyarakatnya sedang membutuhkan “angin segar” di masa-masa seperti sekarang ini. Indeed.

Waktu saya baca buku “BLIND POWER Berdamai dengan Kegelapan” ini sampai halaman 97 kecepatan membaca saya yang biasanya cepat menjadi agak lambat, mungkin karena ada beberapa istilah game/komputer yang tidak saya mengerti (padahal ngga bego-bego amat loh). Tapi setelah itu, saya bisa menikmati perjalanan hidup seorang RAMA yang begitu padat dan berisi. Kalau Anda berpikir bahwa dengan membaca buku ini Anda akan menangis terharu maka Anda salah besar. Buku ini tidak menceritakan tentang “kemalangan” seorang tunanetra, meskipun ada bagian-bagian tertentu yang sempat membuat saya menghapus air mata yang menggenang di sudut mata. Tapi lebih sering saya terbahak-bahak atau terkikik-kikik waktu membaca sehingga mengagetkan anak-anak saya (mereka pikir wah ibunya mulai …… deh). Enchanting book!

Sembari membaca, saya menaruh Post-It di halaman yang penting, mencoret dan membuat catatan-catatan dan juga membuka website Yayasan Mitra Netra, yang sempat membuat saya tak tahan untuk tidak klik pages nya yang bilingual itu….. semua ini membuat proses membaca saya juga akhirnya menjadi lambat. Dan saya tahu pasti editor buku ini cukup keras bekerja memadatkan buku menjadi 373 halaman, sebab mungkin kalau Rama mau menceritakan pengalamannya lebih mendetil pasti ketebalan buku akan menjadi 2-3 kali lipat. Tapi percayalah, seandainya sampai sebegitu tebalnya pun, pengalaman Rama tetap akan menarik untuk dibaca. Believe me.

Seperti yang Anda semua ketahui, Rama memang lain daripada yang lain yaitu dia tunanetra. Tapi saya salut dengan Rama yang tidak mau menggunakan “keterbatasan” nya itu sebagai alasan atau halangan. Dia mau menunjukkan bahwa dia bisa sama seperti yang lain, tapi juga tidak maksa untuk menjadi manusia super. Bahkan di halaman 196 dia menekankan….. (kita ini cacat, jadi buang jauh-jauh gengsinya!), menanggapi tunanetra lain yang malu memakai alat-alat ketunanetraan. Dan tongkat itu amat membantu Rama misalnya pada saat dia tidak sengaja harus berurusan dengan “gunung putri”. (hal. 253) Face the fact.

Rama pasti bisa menjadi motivator untuk penyandang tunanetra lainnya dengan mengisahkan pengalaman pribadinya yang seabrek-abrek itu. Bayangkan saja selain Game Music Composer, Blogger, Motivator, Penulis, Wartawan dan Editor, seperti yang tertulis di halaman sampul buku, dia juga pengembara. Mengembara bepergian ke tempat yang jauh dan belum pernah dikunjunginya seakan hal yang lumrah bagi Rama, karena dia punya tekad yang kuat. Apalagi dia selalu dilindungi oleh Lima Bidadari imajinasinya. Waktu membaca percakapan-percakapan Wahita, Tiara, Lala, Aurora dan Darth Aurora, awalnya saya sulit memahami percakapan itu, tapi dengan saya berfantasi dengan membayangkan film anime, saya bisa memahami peran dari masing-masing bidadari. Sungguh Rama berhasil mengendalikan dirinya dengan baik. Mungkin dengan imajinasi yang kuat seperti penciptaan 5 bidadari ini Rama kelak bisa juga menjadi pencipta film anime asli Indonesia? Who knows?

Dan kalau saya boleh tambahkan Rama juga adalah pengembara cinta (maaf ya Rama) yang tidak sungkan juga untuk bergaul dengan lawan jenis yang normal. Coba lihat deretan nama wanita yang pernah singgah di hatinya (saya rasa ini belum semua hehehe). Mungkin jumlahnya lebih banyak daripada pemuda “biasa”. Dan ini menunjukkan juga bahwa dia itu percaya diri. Baca pula tulisannya kepada sesama tunanetra yang curhat mengenai masalah cinta. Saya rasa nasehat itu tidak hanya berlaku untuk penderita tunanetra tapi juga bagi kita yang “biasa”! Bahkan saya sempat tertawa waktu membaca bahwa dalam komputer Rama ada video joroknya. Hei, itu wajar bukan? So penyandang cacat… Jangan rendah hati, jangan pula tinggi hati… Be normal and head ahead!! (hal. 316)

Tetapi siapa bilang Rama tidak bisa menjadi penggugah untuk kita manusia normal? Saya sempat tertegun waktu membaca kisahnya di Bab 12. Ya, Rama menunjukkan bahwa dia juga manusia biasa yang sama seperti kita, punya lara hati, putus asa dan pernah melarikan diri. Analoginya bahwa manusia bagaikan pedang yang harus ditempa, dipanaskan, dipahat, dibakar dalam kobaran api supaya kuat. Atau 4 “terlalu” yang dia gambarkan dapat membuat kita lara, rasanya pas untuk saya yang sering mengkonsumsi TERLALU seperti Rama juga. Mari Rama, kita sama-sama berjuang dan menaikkan level kita menuju bahagia (yang tidak terlalu). Go for it!

Rama memang hebat…. Bahkan Ibunya mengatakan, “Kamu akan jadi orang hebat, Nak” sambil memeluk Rama ketika Rama kembali dari pelariannya di tahun 2005… Dan kalau saya boleh berkata… Orang tua Rama lebih hebat lagi. Saya merasa luar biasa dan berpendapat mustahil kedua orang tua Rama tidak memberitahukan pada Rama bahwa dia “lain”…. berbeda dengan orang “biasa” sampai umur 7 tahun. Bagaimanapun juga pasti caranya berbeda dalam membesarkan dan mendidik anak tunanetra. Di Jepang biasanya banyak diterbitkan juga buku kisah orang tua yang membesarkan anak-anak hebat. Dan kiat atau pengalaman orang tua Rama inilah yang saya ingin sekali baca, sehingga kalau Rama berhasil menjadi motivator untuk kaumnya dan kaum muda, maka saya berharap orangtua Rama menjadi motivator bagi orang tua-orang tua yang mempunyai anak cacat. Hoping and waiting.

Semoga dengan kehadiran buku Rama, semakin banyak manusia Indonesia, baik yang mempunyai kekurangan fisik maupun yang mempunyai kesempurnaan fisik dapat terinspirasi dan termotivasi. Saya juga berharap barier free – bebas hambatan – bagi penderita cacat tubuh di Indonesia dapat dipikirkan dengan serius (Kalau bisa contohlah Jepang!). Akhir kata, Selamat pada Rama dan semoga saya bisa bertemu Anda di Tokyo, mungkin dalam rangka jalan-jalan atau bekerja. Selamat juga bagi Grafindo atas peluncuran buku hebat ini. Congratulations!

***imelda coutrier miyashita***
Foto contoh panduan jalan bagi tunanetra yang ada di setiap stasiun dan jalan-jalan di Tokyo:

Baca juga ulasan buku ini dari teman-teman saya:

“RAMA, SANG RAMA-RAMA”

“in search of lights”

“Blind Power: Berdamai dengan Kegelapan”

Buat yang akan ke US

8 Sep

Saya mendapat email dari milis, yang saya rasa saya harus berbagi dengan teman-teman semua sbb:

Buat teman2 yg akan travel ke US (terutama for biz), please be aware
dg peraturan dari Dept. of Homeland Security yg memberi power kepada
petugas bea cukai/imigrasi/border untuk menyita laptop, cellphone,
blackberry, memory stick, external hard drives, buku dll di bandara
atau pos border darat/laut. Recently ada temannya teman dari Canada yg
berkunjung ke US utk presentasi hasil researchnya. Laptopnya disita
dan tidak kembali lagi, hilanglah data risetnya bertahun-tahun.

Draconian measures based on paranoia, I know, but what can one do. To
be safe, better send your files to your own email or other online
storage before your trip. And carry as little gadgets as possible.

Ini artikel with the  link to Homeland Security press release. In
essence it says:

…DHS officials said the newly disclosed policies — which apply to
anyone entering the country, including U.S. citizens — are reasonable
and necessary to prevent terrorism. Officials said such procedures
have long been in place but were disclosed last month because of
public interest in the matter.

The policies state that officers may “detain” laptops “for a
reasonable period of time” to “review and analyze information.” This
may take place “absent individualized suspicion.”

The policies cover “any device capable of storing information in
digital or analog form,” including hard drives, flash drives,
cellphones, iPods, pagers, beepers, and video and audio tapes. They
also cover “all papers and other written documentation,” including
books, pamphlets and “written materials commonly referred to as
‘pocket trash’ or ‘pocket litter.’ ”

http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2008/08/01/AR2008080103030.html
–~–~———~–~—-~————~——-~–~—-~
Indonesian Community in Japan