Hari ke 14 – Homecoming – Come to My Home

7 Mar

Hari ke 14, hari terakhir bulan Februari, 28 Februari 2009. Aku di rumah saja. Karena hari ini aku akan kedatangan banyak tamu. Bahkan secara tiba-tiba banyak saudara yang bertandang ke rumah, karena rumahnya ada saudara jauh yang akan menikah.

Tamu pertama aku adalah de Mascayo’s…. Mas Cahyo yang pengelola blog http://mascayo.com, istrinya mbak S dan si manis Zia. Mereka datang pukul 12:30 dan karena banyak anak-anak, aku membeli Mac Donald dengan maksud supaya anak-anak bisa makan bersama dan bermain. Eeee Zianya malu, anakku juga malu, begitu juga saudara-saudara yang lain Dharma, Sophie dan Kei. Jadinya tidak bermain malahan menonton video Ants. Kata Mas Cahyo, Zia itu mirip papanya, karena itu perlu kehadiran “pengencer” Mbak S nya hihihi. Sambil ngobrol ngalor-ngidul terutama soal perusahaan Jepang yang ada di Indonesia, kita mulai khawatir juga dengan hujan yang mengguyur di luar. Memang tidak lebat sih, tapi juga menahan dan membuat de Mascayo’s urung pulang. Jadi begitu hujan berhenti, Keluarga ini pamit pulang.

Setelah tamu pulang, aku sempat istirahat siang sebentar bersama Kai. Kai mulai demam dan rewel. Untung dia mau bermain dengan mbak Riana, yang memang dia sudah pernah bertemu sebelumnya waktu kami pulang Oktober lalu.

Tamu agung aku yang ke dua hari ini adalah ENDAYORI….. yang mengadakan pertemuan part 2 di rumahku. Tadinya aku memang berniat untuk masak masakan Jepang, paling tidak mau coba masak okonomiyaki. Tapi berhubung rumah di jkt ini bukan milikku, dan aku kurang tau penyimpanan barang-barang untuk memasak, dan jarak antara dapur dengan ruang tamu yang cukup jauh sedangkan masakan jepang itu paling enak kalau langsung dimakan setelah matang, jadi aku urungkan niat untuk memasak. Tema hari ini bukan pada makannya tapi justru pada ngobrolnya kok.

Yoga data ng kemudian kita menyusun menu untuk minta delivery. Tidak lama setelah pukul 7 malam, Ibu Enny muncul dengan memakai baju sutra berwarna biru yang manis. Dan tak lama sesudah itu lengkaplah kehadiran ENDAYORI dengan datangnya Daniel Mahendra. Dan ternyata kami juga kedatangan seorang tamu dari jauh, yaitu Mbak Noengki Prameswari yang kebetulan waktu itu sedang berada di Bandung dalam rangka tugas. Jadilah Endayori plus ibu dokter gigi yang manis ini.

Ngobrol punya ngobrol, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Pertemuan jilid dua sudah terlaksana dengan baik. Dan semoga masih ada pertemuan jilid berikutnya yang entah kapan akan terjadi lagi. Semoga saja bisa diadakan di Jepang, sehingga bisa saya masakin makanan Jepang.

Hari ke 13 – Reuni SMP thanks to FB

4 Mar

Ya, mau tidak mau saya harus mengucapkan terima kasih pada FB alias Facebook. Karena dengan adanya FB, terkumpullah alumni SMP saya dan kita bisa mengadakan reuni dengan sukses besar sepanjang saya reunian dengan teman SMP!!! 31 orang berhasil dikumpulin dan datang ke temu kangennya SMP Tarli yang diadakan tanggal 27 Februari (Hari ke 13) lalu.

Monica yang kirim sms-sms terutama pada mereka yang tidak punya account di FB, kemudian Joko U yang sebarin undangan di FB. Aku yang tentuin tanggal, dan akhirnya juga yang tentuin tempat. Tadinya aku sudah mau booking di Barcode. Sampai waktu di Bandung aku sudah berkali-kali telepon managernya, tapi tidak ada. Dan untung sekali, di sabtu itu aku dapat telpon dari Joko, bahwa teman-teman “berteriak-teriak” kalau akan diadakan di Kemang, Mereka sudah putus asa mendengar kata KEMANG, karena memang terkenal macetnya daerah itu. Padahal sebetulnya Barcode, ngga terlalu jauh dari mulut Kemang Raya, jadi menurut aku dan Wawam mustinya OK-OK saja.

But karena banyak yang komplain, akhirnya Senin aku putuskan untuk mengubah tempat ke Cafe Amor. (Untung banget telpon ke manajernya Barcode ngga nyambung ya?? Kalo ngga aku kan kudu telpon lagi untuk ngebatalin). Eeee ternyata si Intan punya teman yang orang dekatnya Cafe ini, dan dia yang akan arrange pemakaian Cafe Amor untuk 20 orang, dan akan disediakan LIVE MUSIC!… wah wah wah….

Aku sampai Cafe Amornya, hari Jumat tanggal 27 February 2009 (Hari ke 13 ), pukul 6 lebih. … malahan hampir setengah 7 malam. Karena aku mau bertemu dengan teman karibku, Adityana Kassandravati dan Devy yang sudah datang sejak pukul 5 katanya (ternyata mereka juga baru datang jam 6…untung aku udah bilang kalau jam 5 ngga bisa coba kalo aku datang jam 5 cengar-cengir deh sendiri). Adit, si psikolog yang sedang naik daun karena sering muncul di tipi ini membawa anak perempuannya, yang lahirnya cuma beda 3 hari dari Kai. Sayang juga aku tidak ajak anak-anakku ke sini…. tapi sekali lagi, kalau aku bawa berarti aku harus bersiap-siap tidak enjoy.

Dan benar saja, Adit juga terpaksa pulang lebih cepat karena sang Putri tidak betah berada di luar terus. Pastilah mengantuk lagipula di Cafe kan tidak ada mainan atau televisi yang bisa menghibur anak-anak balita. Devi juga harus pulang sehingga kloter pertama kurang dua orang deh.

Tapi kekhawatiran akan sepi acara reuni ini bisa terhapus, karena satu persatu mulai berdatangan deh. termasuk teman-teman yang benar-benar sudah 20 tahun lebih tidak bertemu. (Ya sejak lulus SMP gitu deh). Rameeee banget. Kalau duah kayak gini, ngga bakal deh bisa bikin acara lain.

Pemain musik yang harus memulai acara akhirnya menghubungiku, dan tanya kapan bisa dimulai acaranya. Waktu itu memang sudah 90% berkumpul dan sudah bisa dimulai acaranya. Jadilah aku memulai acara, meskipun aku tidak memegang jabatan apa-apa di reunian ini. Bu RT nya Monica, Pak RT nya Ucup, tapi keduanya malas bicara. Jadilah aku diangkat jadi JUBIR deh.

(baju putih singer profesional, baju hitam paranormal maksa jadi singer hihihi)

Emang udah biasa jadi MC jadi nyerocos aja deh tuh, termasuk menyampaikan berita-berita terkini dari teman-teman, lalu rencana pendirian perpustakaan oleh Sinta di daerah Cicalengka, sehingga menghimbau teman-teman untuk mengumpulkan buku-buku bekas. Kemudian menyampaikan rencana yang sebetulnya tercetuskan oleh Romo Ari (ya teman kita seangkatan ada yang menjadi Romo/Pastor) yaitu mengadakan Family Gathering di bungalow/villa… (Kayaknya terbentur lagi masalah EO nya…kagak ada yang mau hihihi… well… kalau aku bisa pulang Agustus sih OK aja, but untuk sementara waktu aku tidak bisa buat rencana mudik dalam tahun ini.

Akhirnya acara musik dibuka dengan lagu-lagu jadul angkatan 80-an, yaitu lagu-lagunya Vina deh. Berhubung yang lain malu-malu, jadilah MC yang seksi sibuk ini menjadi singer dadakan, hihihi. (Eh pertama kali loh aku nyanyi pake band…. biasanya karaoke. Rasanya sih kurang greget …abis aku memang bukan wanita penghibur sih —eits maksudnya entertainer loh)

4 orang di belakang panggung: me, wawam,intan dan monika yang pulang paling belakangan

::::::::::::::::::::::::

Ngobrol-ngobrol ngalor ngidul… akhirnya aku pulang jam 11:30 malam diantar oleh Wawam dalam hujan. Aku sengaja sebelum sampai di rumah, kirim sms dulu ke papa minta bukain pintu (suatu kondisi yang ngga akan bisa dan tidak mungkin terjadi di masa lalu) Padahal rumahnya Wawam di Radal tuh, sengaja banget muterin khusus untuk aku hehehe. Memang dia dari dulu selalu jadi Ketua kelas sih (dan aku selalu jadi wakil hehehe) jadi bertanggung jawab terhadap anak buahnya.

Well, meskipun ada beberapa yang tiba-tiba tidak bisa datang, boleh dikatakan acara reunian kali ini adalah yang tersukses sampai saat ini. Semoga pertemuan berikutnya bisa lebih sukses lagi. Terutama jika teman-teman yang tinggal di Amerika bisa bergabung bersama.

YOGYA I’m Coming!!!

3 Mar

Sesuai dengan postingan : Aku ingin pergi Jauuuuuh … aku memang berencana untuk pergi ke Yogyakarta dalam liburan kali ini. Dan pasti dong pengen ketemuan alias KOPDAR alias NARBAR di sana juga. Sudah disetting tanggalnya dari jauh hari yaitu tanggal 7-8-9 Maret untuk mengadakan wisata/kopdar bareng dengan Jeunglala dan EM di Yogyakarta.

Saya sudah setting untuk acara Kopdar Yogya akan diadakan pada:

tanggal 7 Maret pukul 15:00-17:00 Bermain Bersama Bocah Kweni” yang diarrange Uda Vizon. Dress Code: Casual

7 Maret pukul 18:00 – selesai Kopdar Yogya, “Talking and Dining hosted by Ibu Dyah Suminar “di Resto Taman Pring Sewu, (tempat bisa berubah). Dress code: Rapih

Hari Minggu tanggal 8 Maret 2009, pukul 18:00 Kopdar Yogya, “Singing and Dancing hosted by Ibu Tuti Nonka” bertempat di Balai Melayu. (waktu bisa berubah sedikit) Dress Code: Dancing costum (maksa.com)

Untuk acara Kopdar Yogya ini, saya mohon untuk memberikan konfirmasi kedatangannya (untuk acara apa saja) ke saya. VIA EMAIL saja(tau dong ya!). Karena waktu saya mencantumkan nomor HP saya di postingan yang lalu, ada orang iseng yang kemudian menyebarkan nomor saya. Yang akibatnya sampai dengan dua hari yang lalu, banyak sms dan nomor telpon yang meneror saya.

Saya sendiri sudah sampai di Yogya tanggal 5 untuk keperluan pribadi. Tanggal 7 kita akan bertemu di Villa Hanis pukul 13:00 dengan alamat (waktu pertemuan untuk berangkat ke Desa Kweni mungkin akan berubah– konfirmasi terus dengan saya atau Lala) :

Jalan Palagan km 7.5
(600m north of Hyatt hotel)
Yogyakarta
Tel: 0274867567

Bagi yang akan menginap bareng juga dimohon konfirmasinya karena tempat terbatas, melalui email atau HP.

Daftar peserta Keseluruhan :

1. Imelda
2. Lala
3. Riku
4. Ipi
5. Tyan
6. Tanti
7. temennya Tyan
8. Mas Goenoeng
9. Arif
10.

Kopdar tgl 7 malam:
+ 1. Septarius

Hei…. RIKU dan Mamanya siap ke JOGJAKARTA dengan memotong rambut GONDRONG, demi bertemu Ibu, BUnda Tercinta, Ibu Dyah Suminar dan Mbakku terpandai, Mbak Tuti NONKA. Keren kan????

Hari ke 12 – Date with Riku @ FX

3 Mar

Hari ini Hari ke 12 : 26 Februari 2009 kami berdua kencan ke FX, sebuah mall baru yang terletak diujung pintu satu senayan, jalan sudirman. Jadi begitu Kai tidur, aku langsung ajak Riku untuk pergi. Sebetulnya ada happening sedikit sebelum kami pergi. Waktu aku mau pamit pada mama, aku menemukan pintu kamar mama terkunci. Dan kata Riku Sophie dan Kai ada di dalam kamar dengan Oma. Mereka bertengkar rupanya. Dan aku marah pada Riku… kenapa harus bertengkar? Aku marah pada kenyataan bahwa OMA yang boleh dibilang tidak sehat, mengunci pintu kamar, dengan 2 cucu. Kalau ada apa-apa siapa yang mau dan bisa buka pintu?

Rupanya dengan aku marah begitu, Riku merasa terkucil. Dia teriak dan lari bersembunyi di taman. Dia bilang, “Mama hanya perhatikan Oma saja”
“Jelas Riku Oma adalah mamanya mama…kalau ada apa-apa bagaimana?”
“Jadi Oma yang nomor satu buat mama? Riku sama sekali ngga dipikirkan?
Mama ngga ngerti Riku sedih…. mama tidak pikirkan Riku. Mama marah sama Riku.
Padahal bukan salah Riku….”
“Ya mama marah pada Riku, karena dengan Riku bertengkar sama sophie dan Kei, membuat Oma ambil tindakan mengunci pintu… dan seandainya ada apa-apa bagaimana? ….”
sambil bicara begitu aku sadar aku juga keterlaluan ….. well sebetulnya semua memang bukan kesalahan Riku. Awalnya mungkin begitu, dan kenapa aku harus marah pada Riku….
“Riku maaf… gomennnasai… kalau kamu sedih mama marah begini. Bukan salah Riku. Maaf ya…sekarang mama mau ajak kamu pergi main. Mau kan?

Setelah aku yakinkan berkali-kali baru dia mau terima permohonan maafku. Dan sambil kita keluar rumah, Oma keluar ke parkiran tanpa sesuatu apapun. Kekhawatiran aku menutup hati dan pikiran sehingga marah pada orang yang sebetulnya tidak bersalah, Phew…Betapa seringnya manusia begitu ya? Untung aku bisa sadar cepat, karena Riku melawan. Aku tahu dulu waktu kecil aku tidak seperti Riku, sehingga jika dimarahi, aku telan mentah-mentah. Dan itu tidak baik bagi perkembangan psikologisku. Menjadi orang yang introvert.

Andy mengantar dan menurunkan kami di FX. Begitu masuk Riku langsung membelalakkan mama, dan bilang, “Aduh mama aku suka tempat ini”. Apalagi waktu dia lihat peluncuran high slider bernama ATMOSTFEAR (setinggi 28,25 meter dan 72 meter panjang) yang meluncur dari dari lantai 7 dalam 12 detik itu…. sayangnya setelah aku tanyakan ada batas umurnya untuk bisa menggunakan fasilitas itu, yaitu berumur 15 tahun ke atas, tingginya 130 cm. Hmmm dia tidak bilang soal berat badan… kalau aku gimana ya? bisa-bisa rusak kali tuh…atau… bukan 12 seconds tapi 2 seconds hahahaha. (padahal masuk ke lubangnya aja belum tentu bisa loe Mel!!!)

Jadi kita langsung ke lantai 6, tempat bermain anak-anak yang bernama Playland. Aku pikir ini semacam Timezone, tapi ternyata lebih ke permainan bola, trampolin dan lain-lain yang lebih mengutamakan gerak badan. Nahhh kalo begini oleh banget untuk Riku. Lagipula masuk di sini satu anak Rp 50.000 bisa sepuasnya bermain dan boleh juga keluar masuk. Wahhh murah juga kalau dibanding aku harus cari penitipan di Jepang, 1 jam penitipan di Jepang jika bukan anggota harus membayar minimum 120.000 rupiah/jam (1000 yen/jam).

Dan karena aku lapar, ya aku tinggal aja si Riku bermain, sedangkan aku cari makan. Jadi deh aku makan kwetiau di salah satu gerai di lantai 7 dan…..tidak enak. Payah ah. Kembali lagi ke tempat Riku dan menunggu dia bermain sambil aku membaca buku yang barusan saja aku terima dari pak pos (terima kasih banyak ya Kris…), buku karangan Krismariana, termasuk kategori buku rohani, berjudul, “Knock..knock…knock are you there God”. Duh hebat ya temen-temen blogger aku, udah pada nerbitin buku.

Setelah Riku lumayan puas bermain, aku ajak dia makan. Ternyata di lantai 5 ada, sebuah corner penuh dengan masakan Jepang yang bernama Kuishinbou. Kuishinbou itu artinya anak laki-laki tukang makan. Di situ ada berbagai gerai khusus menjual Ramen, Soba, sushi, nasi kare dll…. wah serasa pulang kampuang deh masuk ke situ.

Dan Riku tentu saja memilih makan sushi. Karena toh Riku saja yang makan aku pilih tempat di counter Sushinya. Dan memilih sushi yang disukai Riku saja. Lucunya si Itamae (pembuat sushinya) tidak bisa bahasa Jepang. heheheh Jadi gimana dong kalau ada orang Jepang yang pesan sushi? Dia hapalin aja kali ya….

(kiri ke kanan : negitoromaki – tobiko -hamachi (sashimi) -appetizer)

Di dalam ruangan seperti Pujasera itu memang ada beberapa hiasan Japanese banget termasuk sebuah lapangan untuk Sumo. lucu juga sih. Satu hal yang sangat saya sayangkan adalah… soal pembayaran. Waktu aku mau membayar dengan Credit card jepang, ternyata mesin card readernya (kalo ngga salah dari Bank Permata) itu tidak bisa membaca CC Jepang. Memang aku tahu kadang membayar pakai CC Jepang sulit karena semua CC di Jepang sudah pakai sistem chips, jadi kadang bukan digesek lagi. Tapi sebelum berangkat aku sudah pastikan semua CC aku bisa dipakai baik utk gesek maupun chips reader. Eeee di Kuishinbou itu ngga bisa. Gimana kalau ada tamu dari Jepang langsung ya? (Tapi pikir-pikir iya juga sih, kalau tamu dari Jepang langsung pasti dibawa oleh expatriate yang sudah lama tinggal di Jakarta, jadi bukan dia yang bayar, staff lokal yang bayar) Well, pokoknya jika ada yang dari Jepang, hati-hati saja deh di situ. Malu juga kan kalo tidak punya uang tunai, dan hanya mengandalkan CC saja.

Sebelum kembali ke tempat bermainnya Riku, kami mampir ke WC. lucu juga di lantai 5 itu ada WC khusus anak-anak. Lalu di dalam WC perempuan aku menemukan hal yang tidak lazim lagi… (nyari-nyari tombol Flush ternyata….. )katro banget deh heheheh.

Sebetulnya di FX ada Wifi, dan aku memang menyesal tidak membawa laptopku. Setiap pembelian seharga akumulasi Rp 50.000 bisa memakai Wifi gratis. Tapi tadi aku pikir susah juga kalau aku mau menjaga Riku smabil nge-net, ternyata memungkinkan sekali. Lain kali kalau ke sini lagi aku mau bawa laptop ah…

Memang pernah ada teman di FB yang mengusulkan Wolrd Coffe sebagai tempat reunian… well kalau cuman untuk 6-10 orang sih gpp. Tapi kalau sampai 20 orang…tunggu dulu deh. Kurang bagus tempatnya.

Lalu di situ juga ada semacam ruang yang bisa disewa, bernama POD, yang dilengkapi dengan TV/display dan komputer. Hmmm setelah aku baca tariff nya lumayan juga mahal. Lagian kalo mau meeting di situ apa bisa konsentrasi ya? diliatin orang lalu lalang …hehehehe

Capek menunggu Riku aku sempat jalan sampai ke lantai bawah dan mampir di Century untuk beli suplemen calsium. Berhubung aku tidak minum susu segar di Indoensia, berasa juga kalau aku kurang kalsium.

Akhirnya sekitar jam 3 aku ajak Riku pulang, dan sebelum pulang makan es krim dulu di Cold Stone. Well, Riku …hadiah ulang tahunnya udah lunas ya….

Hari ke 11 – And The Main Cast is….

2 Mar

My Crown Prince. Riku Miyashita.

Hari ini 25 Februari adalah hari Rabu Abu, hari awal masa Puasa bagi umat Katolik, untuk menyambut Paskah. Sesuai namanya, pada hari ini, kami menerima tanda abu di dahi, sebagai pengingat bahwa manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. Jadi perlu adanya mati raga dan pantang untuk makan kesukaan atau melakukan suatu hobby. Pagi jam 5:45 aku sudah di dalam mobil bersama papa dan mama, untuk mengikuti misa Rabu Abu, dan berdoa juga untuk ulang tahun Riku yang ke 6. Merupakan kebiasaan keluarga kami untuk memulai hari ulang tahun dengan misa.

Pagi ini aku merasa dingin karena angin yang bertiup cukup kencang. Sesudah misa sempat bertemu dengan Romo Chris yang juga menjadi contact aku di FB. Beliau dulu sering membantuku untuk urusan teks misa. Tapi berhubung kemudian aku hamil dan tidak bisa urus kelangsungan misa bahasa Indonesia di Tokyo, jadi pengiriman teks misa juga terhenti.

Sampai di rumah, Riku sudah bangun, dan menagih kado. Kemarin aku menjanjikan kue ulang tahun dan main di game center + makan sushi sebagai kado. Jadi kita bersama-sama dengan Opa Oma dan sepupunya Riku ke restoran Midori di Mayestik untuk makan siang bersama. Ternyata restoran ini mempunyai cabang (entah yang mana cabang yang mana pusat) di Pondok Indah. Dan aku pernah pergi ke Midori yang di PI bersama teman-teman alumni FSUI waktu kita reunian Agustus lalu.

Kami menempati tempat di sebelah panggung, yang kemudian didaulat anak-anak sebagai tempat bermain mereka. Pesanan Riku datang yang terakhir, padahal dia sudah lapar. Lalu aku bilang, “Ikannya musti diambil di Tokyo dulu sih…”

Akhirnya datanglah pesanan Riku. Dan seperti biasa, dia memang tidak bisa menghabiskannya. Dan merupakan tugas seorang ibu untuk menjadi Tong Sampah. Karena itu aku sendiri tidak pesan apa-apa. Anak-anak yang lain, Kei dan Sophie minta obento yang khusus dihias untuk anak-anak. Opa makan bento untuk dewasa yang berisi ikan dan udang goreng. Aku pesan oden untuk Kai, dan aku senang karena Kai mau makan banyak, daikon, wortel dan tahu.

Karena Kai capek dan hujan, kita pulang kembali ke rumah dulu, kasih tidur Kai, kemudian kita pergi ke Pand’Or di jl Wijaya. Riku sih maunya kue bergambar heroes yang dia suka, tapi di Indonesia mana ada. Jadi aku suruh dia yang pilih sendiri mau kue dengan rasa apa.

Pulang, mendapati Kai sudah bangun dan kita bernyanyi deh. Setelah selesai makan kue, Riku menagih kadonya yang lain yaitu game center. Tapi karena aku sebenarnya sakit kepala sejak pagi dan memaksakan diri pergi-pergi, jadi aku minta maaf pada Riku dan berjanji esok aku akan antar dia pergi bermain.

Malam, sekitar jam 8 WIB, (jam 10 di Tokyo) aku telpon Gen, dan membiarkan Riku berbicara dengan papanya. Kai duduk di sebelah Riku, dan jadilah si mama Imelda menjadi photografer deh.

Memang primadono hari ini adalah Riku.

Hari Ke 10 – Bukan Kumpul Kebo

1 Mar

Ya, hari ini sengaja saya beri judul menyangkut kebo, terinspirasi dari tulisan komentarnya Lala di Hari ke 9 – Kopdar atau Narbar. Dia tulis, “Hari ke-10 bakal crita tentang apa? Lala yang ngebo dari pagi sampai sore, ya? Haha!”

Yang membuat saya heran sebetulnya, kenapa untuk hal yang berhubungan dengan tidur itu, yang menjadi “korban” adalah Kerbau atau Kebo. (bukan bahasa Makassar Kebo, yang berarti putih loh!). Papa selalu berkata, “Wah penyakit ULAR nih, ngantuk setelah makan”. Jadi kondisi kenyang yang kemudian menyebabkan mengantuk itu dianggap sama dengan tindakan seekor ular yang memangsa korban, kemudian tidur lama. Karena itu dikatakan penyakit ular. Saya sendiri tidak tahu bagaimana di keluarga lain, tapi kondisi seperti ini di Jepang, dikatakan sebagai “Menjadi sapi (kerbau) 牛になる” Nah cocok deh Kerbau = tidur.

Kumpul kebo juga berhubungan dengan tidur meskipun mungkin lebih aktif. Dan untuk kumpul kebo, baik arti sebenarnya maupun arti buatannya, membutuhkan dua kerbau atau lebih. Tapi hari ini tanggal 24 Februari (hari ke 10 saya di Jakarta) kebo-nya cuma satu, alias si “gembul” ups Lala. Memang bukan tanpa alasan dia menjadi kebo. Sampai jam 3:30 pagi dia menulis postingan di blognya, sedangkan saat itu saya sudah tidur. (Kayaknya sih selisih jalan tuh kita berdua, dia mulai tidur, sayanya yang bangun.

Hari ini sebetulnya berencana pergi ke tempat Bang Hery…tapi maaf bang, berhubung ada yang jadi kebo, tidak jadi ke sana. Bener-bener santai di rumah saja. Dan Lala mulai memotret-motret Kai yang sedang mandi (karena takut melanggar UU Pornografinya Indonesia, terpaksa saya tidak bisa postingkan hihihi). Tapi…. saya mulai sakit kepala, dan tidak bisa tidur siang. Karena malam ini lala akan pulang dengan kereta jam 9:30 dari Gambir, maka paling sedikit kita harus keluar untuk makan bersama anak-anak. Akhirnya aku putuskan untuk makan malam bersama anak-anak di resto dim sum dekat rumah, tempat pertama kali aku ajak Lala makan, pada pertemuan pertama. Waktu bulan Agustus tahun lalu itu ada juga mbak Neph yang baru saja minggu lalu menikah.

Kali ini memang cuma saya, Riku, Kai dan Lala. Termakan rayuan dan kemanjaan Lala, Mas Nug yang baru saja selesai rapat datang bergabung (dengan setelan Jas loh, beda dengan kemarin heheheh) pada detik-detik terakhir. Makan dim sum yang masih tersisa (maaf loh Mas Nug). Dan pukul setengah sembilan lewat sedikit, akhirnya Mas Nug bergegas mengantar sang putri pergi mengejar kereta pulang ke Surabaya. Kami berpisah depan restoran, dan saya naik taxi pulang ke rumah dengan anak-anak.

Well, toh kita masih akan bertemu di Jogjakarta, so good bye for now…sleepin beauty (not sleeping cow hihihi)

Tidur ke dua

1 Mar

Tidur ke dua ini merupakan terjemahan harafiah dari Nidone 二度寝, atau lebih sering kita sebut dengan Tidur Lagi. Jadi setelah kita bangun pagi, kita tidak langsung bangkit berdiri tapi tidur sekali lagi. Dan katanya Tidur ke dua ini nikmat sekali.Dalam buku “Tidur dan Mimpi” yang dikarang Prof Ishihara dari Universitas Toyama dikatakan bahwa, manusia tidak bisa masuk lagi dalam tidur yang nyenyak, jika dia sudah terbangun. Jadi tidur ke duanya merupakan tidur yang dangkal. Akan tetapi meskipun dangkal, indera penglihatan dan pendengaran tetap akan terputus, dan berlainan dengan tidur yang dalam, badan masuk dalam kondisi putus dengan indera langsung, sehingga badan terasa melayang, dan kondisi ini yang membuat Tidur ke dua ini menjadi nikmat. Kondisi ini sering dikatakan sebagai Natural hi yang membawa kita berpindah-pindah dari tidur kedua dengan kenyataan yang berulang kali. Kondisi nikmat ini merupakan satu kebahagiaan mewah yang sering dipilih oleh manusia. Seperti membayar tidur.

Saya sendiri jarang sekali Tidur ke dua, atau tidur lagi setelah bangun. Bagi saya tidur ke dua ini hanya akan menimbulkan sakit kepala saja. Lebih baik saya bangun dulu, beraktifitas, dan setelah mulai capek atau mengantuk baru take a nap, tidur singkat (meskipun pada kenyataan tidak bisa. KECUALI di dalam mobil—-sepertinya saya harus memindahkan tempat tidur saya di mobil. Atau inikah tanda bahwa saya ini Gypsy?)

Semalam Kai demam sampai 39,5 derajat. Tapi untungnya dia tidak menggigil seperti waktu kali lalu kami mudik yang cukup mengkhawatirkan saya. Sudah lewat 14 hari, dan anehnya anak-anak saya selalu demam atau sakit setelah 2 minggu di Jakarta. Hampir setiap kali pulang, mesti begitu. Malam tadi saya pikir kalau perlu saya akan memeluk dia seperti biasanya Riku jika sakit. Tapi sifat Kai dan Riku ternyata lain. Kai malah tidak mau diselimuti atau dipeluk. Jadi saya hanya stay alert jika dia mengeluh saja.

Tapi tak lama, justru Riku yang datang minta dipeluk. Dia bilang, “Mama aku takut. Aku melihat mimpi yang menakutkan” Lalu sambil saya peluk dia erat-erat, dia menceritakan mimpinya, sambil tidur…. ya sepotong-sepotong saja kata-kata yang keluar dari bibirnya. Ada cerita bahwa manusia disihir menjadi tinta, dan tinta-tinta itu dihapus…. jadi manusianya tidak kembali lagi. Hilang!

Untung saya memang mengantuk sehingga tidak terlalu memperhatikan cerita dia, dan mengajak dia tidur lagi. Karena entah kenapa akhir-akhir ini saya mudah untuk menjadi takut hehehe. Apalagi persis sebelum Riku bercerita, yaitu sekitar jam 3 itu, anjing-anjing yang berada di dekat rumah menyalak-nyalak.

Ketika Riku bangun pagi dalam pelukan saya jam 6 pagi, dia berkata,

“Mama bangun! Sudah pagi loh”
“Hmmm mama masih ngantuk….”
“Ya sudah mama bobo lagi aja. Mama…. maaf ya aku sudah bikin mama tidak bisa tidur dengan mimpiku”

Mendengar itu, aku malahan tidak bisa tidur lagi. Malah berpikir anakku ini perasa sekali sih. Kenapa dia tahu bahwa dia membuat tidurku tidak nyenyak, bahkan sampai minta maaf segala. Dan sifat “minta maaf” di saat yang tepat begini memang merupakan sifat dia. Dia tidak segan untuk minta maaf, bahkan untuk sesuatu yang sebetulnya tidak perlu. Anakku ini ternyata sudah lebih dewasa daripada orang dewasa lain atau mamanya juga yang masih saja sering merasa sulit untuk minta maaf. Dan yang pasti masih banyak orang Indonesia yang bahkan tidak menyadari bahwa dirinya berbuat salah, merugikan atau mengecewakan orang lain dan sulit mengucapakan sepatah kata “maaf” itu. Ya, memang orang Jepang memang jauh lebih sering mengucapakan kata maaf.

So, kali ini saya mau minta maaf karena sebetulnya dalam 2-3 hari ini blog ini sulit untuk diakses, karena ada perpindahan server. Bahkan kemarin saya sendiri tidak bisa membaca posting terakhir saya, meskipun banyak komentar yang masuk, yang copynya masuk ke dalam inbox emails saya.Tapi saya amat berterima kasih karena masih banyak teman yang setia untuk membaca blog saya, seperti ANDA! Ya Anda yang sekarang sedang membaca tulisan tak bermutu yang ditulis demi memanfaatkan waktu sebelum Kai terbangun.

Jakarta 1 Maret 2009, 8:06 AM

Hari ke 9 : Kopdar atau Narbar (narsis bareng)

28 Feb

Judul diatas adalah royalti Pak Andri A. A. seorang contact saya di FB, dalam komentarnya mengenai foto-foto 9 wanita Kopdar tanggal 23 Februari yang lalu yang saya pasang di FB. Well memang sekilas lebih tepat disebut Narsis Bareng, karena banyaknya lembar foto yang membuktikan kenarsisan mereka (lah posenya aja banyak yang sama gitu kok) Tapi tanpa ada “Kopi Darat” itu Narbarnya tidak akan terwujudkan.

Hari ke 9 perjalananku, memang merupakan hari yang terpadat. Mungkin semua bisa baca sendiri di postingan “Ngumpul yuuuk!!!” betapa padatnya jadwal hari itu. Omah Sendok dari jam 11:00- 15:00, Karaoke dari jam 15:00-17:00 dan malam di Pisa Cafe Mahakam. Sengaja saya set begitu, karena saya tahu para pengikut (terutama Lala dan Yessy yang mantan penyanyi Band) pasti ingin bernarsis ria dengan suaranya. Saya bilang lebih baik setting karaoke dari jam 15:00 sampai jam 19:00 malam baru makan…. karena saya tahu mana cukup 2 jam untuk penyanyi-penyanyi mencapai kepuasan bernyanyi? Tapi apa kata Lala? “Aku butuh waktu untuk pulang, mandi dan berdandan kembali” … HAH? Mau pulang lalu kembali melakukan kopdar? Oi oi ini JAKARTA sekali kamu pergi ke luar, jangan pernah pikir untuk pulang dulu lalu keluar lagi (Hal yang sama jika tinggal di Tokyo…. kecuali Anda seorang CEO yang mempunyai supir yang siap mengantarkan Anda ke setiap penjuru kota). Atau kamu mau pergi sendiri untuk session berikutnya? Memang jarak rumah dengan tempat-tempat ini dekat, tapi ceritanya akan lain jika kamu mempunyai 2 orang anak yang selalu maunya nempel dengan ibunya kemana-mana. Aku pasti tidak akan bisa keluar lagi.

(Kiri : hiasan di Omah Sendok — kanan yang menghias Kopdar kali ini : TRIO MACAN MAKAN : Lala – aku – Yessy)

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Mau membawa 2 bocah itu ikutan kopdar? Oh NOOOOO…. kasian mereka terkontaminasi udara luar yang pasti amat sangat ribut itu… bisa-bisa mereka pulang dengan shock heheheheh. Atau aku yang tidak bisa konsentrasi menjadi host yang baik untuk acara yang sudah dirancang jauh hari ini. Memang kopdar tidaklah cocok bagi seorang ibu RT, kecuali ada seorang suami yang baik seperti Mas Totoknya mbak Rhainy, yang mau menjadi baby sitter bagi ke dua anak yang tampan itu. Maaf ya abang, memang tante sengaja tidak mengajak Riku dan Kai saat itu. Kalau mau bermain- main bersama, lebih baik datang ke rumah atau tentukan waktu yang terpisah khusus untuk anak-anak.

kalau ada anak-anak mana ada waktu untuk iseng begini????

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Satu kesamaan dari kesembilan perempuan yang hadir ini adalah mereka berkenalan di dunia maya melalui blog. Masing-masing mempunyai spesialisasi sendiri, dan avatar yang belum tentu mencerminkan wajah mereka sendiri. Baru hari itulah kami bertatap muka, dan cukup gembira karena menemukan banyak kesamaan yaitu berbody gede, bongsor dan ….. ah isi sendiri deh (Kecuali Bu Enny dan Yessy deh)

Dan kesembilan perempuan ini memang RIBUT. Sepertinya kalau mau membuat kopdar di Tokyo, harus dipikirkan untuk membuat di Taman atau udara terbuka, karena pasti mendapat keluhan dari masyarakat sekitar, sukur-sukur kalau tidak ditangkap polisi dengan tuduhan membuat keonaran. DAN perempuan-perempuan ini BISA diam hanya pada waktu makan saja. (Lihat deh makanan yang dipesan …. Bebek panggang, Iga Bakar, Soto Tangkar, Sup Buntut Goreng….. diet terlupakan. Tapi memang makanan di sini lumayan enak, meskipun sup buntut gorengnya agak asin menurut saya)

Kami sempat membicarakan bermacam issue tentang wanita, sampai kami merasa beruntung tidak ada lelaki yang hadir sehingga bisa BEBAS bicara seenaknya. (Padahal di ruangan sebelah beberapa babe babe pasang kuping juga sih). Mudah-mudahan kami bisa melaksanakan rencana yang dicetuskan untuk membantu kaum wanita dalam permasalahan sehari-hari wanita itu sendiri melalui Blog.

(tidak!!…aku tidak sedang chatting, hanya berusaha menuliskan input teman-teman kok)(aku dan bulet…. padahal siapa sih yang lebih bulet??? )

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Sebetulnya selain 9 orang ini, masih ada Reti dan Krismariana yang rencananya hadir, tapi karena satu dan lain hali terpaksa tidak bisa bergabung. Sembilan perempuan pemilik blog yang hadir pada waktu itu adalah : (klik di foto untuk jump ke blog mereka dan bacalah juga laporan masing-masing mengenai kopdar ini)

Apalah artinya 4 jam untuk wanita-wanita ini. Kalau bisa tentu saja ingin menambah lagi waktu untuk bisa berbicara, bergossip ria dan melepas kerinduan. Tapi karena beberapa harus pulang/kembali ke pekerjaannya, dan session kedua sudah menanti, maka Kopdar hari ini session pertama dituntaskan pada pukul 3 sore. Sebelum pulang, dan menunggu kendaraan, masih sempat-sempatnya Narbar – Narsis Bareng di Omah Sendok.

]

Session ke dua adalah karaoke. Cuman berlima tapi menempati ruangan berkapasitas 20 orang (maksudnya supaya bisa joget, berdansa dan melantai — ngepel gitu). Heboh heboh deh, apalagi ketika mulai dinyanyikan lagu Terajana. Tapi bener deh, berasa tua sendiri berada di antara 4 cewek muda ini. Saat itu saya menyayangkan ketidakhadiran Ibu Enny atau Yoga untuk menemani saya menyanyikan lagu evergreen …hiks hiks… (Eh tapi aku sempet nyanyi Kopi Dangdut loh! hihihi —segitu bangga!???). PR begitu pulang ke Jepang: Belajar lagu Rihanna atau lagu-lagu yang ngepop sekarang, termasuk belajar tereak hihihi.

(kiri …untung ngga ada 9 orang yang begini…kalo ngga hancur deh tuh Inul Vista Melawai)(ceritanya sambil nunggu hasil rekaman CD yang lagi diburn. Hasilnya? Ancurrrrr!)

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Session ketiga tadinya direncanakan jam 6 tapi karena Karaoke diperpanjang dan terbuang waktu untuk menunggu burning CDnya, Kami (Lala, saya dan Ria) sampai di Cafe Pisa, Mahakam pukul tujuh. At last sampai ke session terakhir di hari Senin yang melelahkan ini.

Sambil menunggu kehadiran yang lain, makan es krim bukan sebagai dessert tapi sebagai Appetizer hihihi

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Kalau melelahkan buat apa merencanakan sampai acara makan malam? Ya, karena saya tahu tentu saja ada orang-orang pegawai yang hanya bisa datang di malam hari sesudah pulang kantor. Karena itu settingan untuk malam hari mutlak diadakan. Dan benar saja, kumpulan blogger yang tidak saya kenal sebelumnya selain Lala dan Mangkumlod itu, datang berkumpul (demi bertemu Lala) memeriahan acara session ke tiga dan membenarkan istilah jawa, Mangan ora mangan asal ngumpul. (Padahal makannya roti dan mi Italia –Pizza dan Pasta)

(ber-8 di Cafe Pisa Mahakam) (Bukan maksud buat gossip, tapi kita berdua emang yang paling sepuh di sini)

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Sayang sekali di Pisa Cafe ini, -G-, Wita, Yoga dan Julehajones mendadak tidak bisa join. Tapi di sini, saya bisa bertemu Mas Nugroho yang pandai memotret dan menulis puisi, Daddynya si Sassie. Lalu Hilman yang pernah jadi body guardnya Lala waktu Lala launching buku di Jakarta (Kok banyak diamnya ya Hilman malam itu?). Abi dan tukang siomay yang termasuk dalam kelompoknya Mas Nug. Serta Bayu yang segera akan mempunyai blog (bener kan Bayu? ehehehe) . Selain Blog nya Mas Nug, yang lain saya belum pernah bertandang. Di sinilah terjadi hukum terbalik dari Kopdar. Biasanya baca blog dulu baru Kopdar, tapi kali ini Kodar dulu baru baca blog. Dan itu memang MUNGKIN terjadi.

Hari yang melelahkan, tapi sekaligus memuaskan. Akhirnya saya dan Lala sampai rumah pukul 10 lebih dengan diantarkan Mas Nug. 11 jam di luar rumah! Kopdar Jakarta kali ini boleh dikatakan sukses banget! (siapa dulu dong EO nya… uhuy….)

Hari ke 8 – 88 dan Cantent in Viis Domine

26 Feb

Seperti yang pernah saya posting di Apa artinya sebuah angka! Bagi orang Jepang, angka delapan adalah angka mujur. Dan dalam kehidupan manusia, ada suatu titik-titik usia tertentu yang “Diagungkan”. Usia o tahun atau usia 1 tahun pada hitungan Jepang lama yang merupakan hari kelahiran, usia 20 tahun yang menurut pemerintah merupakan pengakuan seseorang menjadi dewasa dengan sebutan khusus HATACHI 二十歳 , usia 60 tahun dengan sebutan KANREKI 還暦 (genap 4 kali putaran shio dan dikatakan bahwa manusia kembali lagi menjadi bayi), usia 88 tahun yang disebut BEIJU 米寿 , 90 tahun disebut SOTSUJU 卒壽 dan 99 tahun yang disebut HAKUJU 白寿.

Sedikit sekali orang yang bisa mencapai umur 88, dan lebih sedikit yang bisa mencapai 90 tahun. Ada dua muridku, orang Jepang yang bisa mencapai sotsuju, yaitu Almarhum Dr Fukuoka Yoshio, yang meninggal 11 januari lalu, dan Bapak Watanabe Ken yang masih segar bugar sekarang dengan usia 93 tahun. Ah aku ingin segera berjumpa Bapak Watanabe sepulang dari Indonesia. Dialah yang memberikan kesadaran pada saya bahwa umur tidak menjadi penghalang untuk belajar, belajar dan belajar terus. Dia mulai belajar bahasa Indonesia denganku pada umur 83 tahun dan sampai saat ini masih belajar di sebuah sekolah bahasa di Shinjuku. Bayangkan… SEMBILAN PULUH TIGA tahun.

Di keluarga Coutrier sendiri, Opa dan Oma (dari pihak papa) berhasil melewati 88 tahun. Padahal boleh dibilang mereka juga tidak fit 100% sampai akhir hidupnya. Opa meninggal persis di hari ulang tahunnya yang ke 88 dan saya bisa menghadirinya. Oma meninggal usia 89 tahun, tanpa ada yang memberitahukan saya (mungkin karena pikir saya toh tidak bisa datang). Dan dari Coutrier Clan ini, sesepuh yang masih hidup adalah Oma Dorothea Versluys yang tinggal di Amersfoort dan baru saja merayakan ulang tahun ke 89 tahun tanggal 7 Januari lalu. Aku juga sangat menyayangi oma Do ini, dan berkhayal kapan lagi bisa bertemu beliau in real.

Dan tanggal 18 Februari lalu, seminggu sebelum Riku ulang tahun, seorang Oma berulang tahun yang ke 88 tahun. Beliau memang bukan Oma yang terdaftar dalam pohon keluargaku. Oma Poel Fernandez dan saya, cucunya, tak ada hubungan darah sama sekali. Beliau yang terus melajang sampai sekarang, hanyalah tetangga belakang rumah kami yang lama. Tapi Oma Poel yang kucinta itu sudah hadir sejak aku lahir, yang memberikan aku nama julukan BARENDJE DONDER KOP (arti harfiah bocah gundul…. yang penggambarannya amat cocok dengan Ikkyu_san, si pendeta Buddha kecil yang gundul dan pintar).

Dan sejak aku bisa berjalan, beliau selalu membuatkan, menjahitkan baju untukku sampai aku SMA. Yang terakhir dia jahitkan adalah rok seragam Tarakanita dalam empat warna/corak, putih untuk hari Senin, abu-abu dan kotak-kotak, serta rok berwarna krem untuk hari Sabtu. Setelah itu dia angkat tangan, dan berkata, “Aku sudah terlalu tua untuk bisa menjahitkan kamu lagi, beli saja. Saya bahkan tidak yakin bisa hidup sampai kamu menikah.”

Nyatanya dia masih bisa melihat foto-foto pernikahan kami (karena dilaksanakan di Jepang), dan bisa menggendong Riku setiap kali aku ke Jakarta, dan bisa bertemu juga dengan cicit ke duanya, Kai di Jakarta. Tuhan memang yang terindah, dan Hanya DIA yang membuat hidup kita menjadi indah pada waktunya.

KAU YANG TERINDAH
DI DALAM HIDUP INI
TIADA ALLAH TUHAN YANG SEPERTI ENGKAU
BESAR PERKASA PENUH KEMULIAAN

KAU YANG TERMANIS
DI DALAM HIDUP INI
KUCINTA KAU LEBIH DARI SEGALANYA
BESAR KASIH SETIA-MU KEPADAKU

REFF:
KUSEMBAH KAU YA ALLAHKU
KUTINGGIKAN NAMA-MU SELALU
TIADA LUTUT TAK BERTELUT
MENYEMBAH YESUS TUHAN RAJAKU

KUSEMBAH KAU YA ALLAHKU
KUTINGGIKAN NAMA-MU SELALU
SEMUA LIDAH KAN MENGAKU
ENGKAULAH YESUS TUHAN RAJAKU

Aku menangis sambil mendengar dan ikut menyanyikan lagu ini. Sebuah lagu kesayanganku yang dinyanyikan oleh teman-teman yang tergabung dalam Paduan Suara Cantent in Viis Domine, atau disingkat CAVIDO, pada misa syukur ulang tahun Oma Poel Fernandez di gereja St Johannes Penginjil Blok B, tanggal 22 Februari (hari ke 8 aku di Jakarta) yang lalu. Aku memang pernah menjadi anggota Paduan Suara ini sejak SMP, sampai sebelum keberangkatanku ke Jepang tahun 1992. Adalah Oma yang mendorongku bergabung dalam paduan suara ini, sehingga menjadi anggota paling rawit saat itu. Tapi setiap kali selalu ditanya, mbak SMA kelas berapa? , karena badanku yang bongsor itu, padahal aku masih SMP.

Pindah ke Jepang tahun 1992, aku merasa kehilangan pada suasana kekeluargaan yang kocak yang ada dalam paduan suara ini. Tapi yang membuat aku bahagia adalah, bahwa mereka, meskipun banyak anggota baru yang tidak mengenal aku, tetap menyambutku dengan hangat setiap aku mampir dalam tugas-tugas mereka di gereja setiap kali aku mudik ke jakarta. Aku masih dianggap sebagai anggota. Dan seandainya aku mau jujur, aku merasa menyesal tidak mendengarkan mereka mengiringi misa pernikahanku karena dilaksanakan di Jepang. (Dan aku tahu Oma Poel juga kecewa dengan keputusanku…. maafkan aku Oma)

Paduan suara ini memang tidak bisa melupakan kehadiran Oma Poel dalam sejarahnya. Kepala sekolah SMA Tarakanita waktu itu, Sr Fraceline yang mendirikan paduan suara ini. Karena anggotanya adalah murid SMA Tarakanita maka tentu saja hanya bersuara wanita saja. Kemudian membuka diri dan menerima murid SMA Pangudi Luhur (yang pria semua) supaya bisa lengkap 4 suara, dan akhirnya menerima anggota umum. Baru setelah itu pelaksanaan sehari-hari untuk latihan dan pemilihan lagu kemudian dilakukan oleh Oma Poel Fernandez ini. Terus dilakukannya sampai saat kesehatan dan pendengarannya bermasalah sehingga akhirnya koordinasi latihan dan lagu-lagu diserahkan pada Mas Atok Joko dan istrinya Mbak Savitri. Dan PS Cavido tahun lalu sudah merayakan lustrum ke 6 atau 30 tahun berdirinya.

88 tahun dan 30 tahun

Oma Poel dan Cavido

aku dan komunitas gereja katolik indonesia

ikatan yang hanya bisa “abadi” dengan campur tangan Bapa Surgawi saja

Selamat ulang tahun untuk Oma Poel

Selamat berkarya dan terus maju untuk Cavido. I love you all, and always miss our togetherness.

The Lord bless you and keep you; The Lord make his face to shine upon you and be gracious unto you; The Lord lift up the light of his coutenance upon you and give you peace. Amen(Bilangan 6:24~26)

http://www.youtube.com/watch?v=O2WQ5yKhgLw compossed by Peter C. Lutkin. yang sering dinyanyikan Cavido juga.

Foto lengkap bisa dilihat di

http://www.facebook.com/album.php?aid=64867&id=787239774&l=31bec