Salah satu narablogger memakai nama di FB dengan NhHerSabarNyempritt, dan entah kenapa waktu melihat kata “semprit” aku teringat kue semprong. Padahal ada juga loh kue semprit, biasanya terbuat dari sagu dan aku suka! Kalau kue semprong?
Waktu aku kecil dulu, sekitar kelas 4-5 SD, ada seorang penjual semprong yang secara rutin datang ke rumah kami untuk menjajakan kue semprongnya. Kue itu kebanyakan berbentuk roll dan dimasukkan ke dalam kaleng kotak seperti kaleng untuk krupuk di warung-warung begitu. Aku lupa apakah dia datang jalan kaki atau naik sepeda, tapi aku masih teringat wajahnya waktu berbicara dengan mama, di depan pintu masuk dekat dapur. Ah ya dulu rumah kami tidak mempunyai pintu pagar besar karena pintu masuk dipakai untuk dua rumah yang bersebelahan. Space di depan 2 garasi 2 rumah ini bisa masuk 6 mobil jika dipaksa, tapi kami sendiri hanya punya satu mobil, jadi kebanyakan space dipakai oleh tetangga kami yang punya 3 mobil.
Bapak penjual semprong ini pandai menjajakan dagangannya, sehingga biasanya mama membeli cukup banyak dan selalu mengingatkan agar jangan terlalu cepat datang lagi. Kalau setiap minggu datang, pasti kami kewalahan menghabiskan kue semprong itu. Bagi kami saat itu membeli kue semprong segitu banyak merupakan kemewahan, tapi Imelda kecil mengerti bahwa mama juga ingin membantu si bapak penjual semprong itu supaya jualannya laku. Hal yang sama yang dilakukan mama kepada kakek buah-buahan yang kadang mampir ke rumah kami menawarkan pepaya atau buah apa saja yang bisa dipikulnya. Kakek ini sudah tua dan bongkok tapi masih harus memikul buah-buahan.
Tapi dibanding kakek tua itu, aku masih mengingat jelasssss sekali wajah penjual semprong itu. Kenapa?
Dia berbicara seperti wadam dengan bibir yang lentur membuat gerakan-gerakan gemulai, meskipun suaranya biasa saja. Dengan gerakan tangan yang khas sekali. Sampa sekarang pun aku masih ingat jelas wajahnya. Hebat ya dia, sampai bertahun-tahun wajahnya tetap diingat oleh Imelda 😀 😀 😀 Dia tipe orang yang sering kita sebut sebagai #setengah lelaki #melambai #gemulai #wadam… apa lagi ya? Kalau di Jepang #Onee #half #okama dsb 😀 😀 😀
(dan aku mendengar suara semPRITTTTTT deh :D)
Maaf untuk postingan ini aku tidak pasang foto karena tidak punya foto kue semprit atau semprong hasil jepretan sendiri 😀
Kamu suka kue semprong? Aku makan kue semprong roll itu dimasukkan jari dan dipotel sedikit-sedikit…. lebih suka wafer sih, tapi kalau adanya semprong ya apa boleh buat kan?
Atau kamu pernah mengingat seseorang penjual atau apalah yang wajahnya terpatri di benakmu bertahun-tahun bahkan sampai sekarang, padahal namanya saja kamu tidak tahu?
pernah ingat seseorang nenek penjual gorengan, padahal ia sudah sangat tua. untuk memikul barang dagangan nya saja udah kewalahan… sampai saat ini masih ingat dengan nenek itu.. 🙂 btw, kalau ndak salah kalau disini kue semprit itu kayanya sama dengan kue sapit…
Salam
tidak jauh dari tempat tinggalku sekarang, aku beberapa kali ketemu penjual kue semprong. bapak ini selalu melas kalau jualan. pertama kali aku beli, itu semata-mata karena kasihan. beneran melas tampang dan suaranya. suatu kali aku ke daerah semanggi, di sana ada juga penjual kue semprong yg lain. orang itu jualan dengan cara memelas juga. sekarang aku jadi bertanya-tanya, apakah para penjual kue semprong itu jualan dengan cara memelas? 😀
tukang jualan rujak. selama di jogja dari SMA sampai kerja, pindah kos 4 kali dan selalu di daerah yang (ternyata) dilewati bapak penjual rujak itu. jadi ya eh, lo lagi..lo lagi 😀
kue semprit itu yang bentuknya letter S gitu bukan mbak?
Saya ada, Bu. Penjual permen jahe. Lelaki tua, kulitnya hitam legam. Sekitar sepekan sekali lewat di depan rumah, pakai sepeda onthel dengan dua kaleng kotak besar di boncengan belakang, berteriak “men jae men jae…”.
Tiap dengar suara itu, anak-anak pasti berhamburan keluar rumah, mengerubungi si bapak ini. Saya suka beli permen asemnya. Enak banget. Sampai sekarang masih ingat dengan jelas suaranya, wajahnya, dan ketawa khasnya.
Aku suka semprong yang ditaburi wijen. Teman dari Klaten suka bawa itu sebagai oleh-oleh, Bu. Enak.
Mama itu sama seperti Ibu saya …
memanggil abang-abang … bukan karena butuh … tapi karena ingin meringankan beban si Abang.
And yes … tukang buah adalah salah satu diantaranya …
Yang jelas …
saya tidak menggunakan sempritan saya …
kalau di Blog mah … mau memakai seribu hestek juga silahkan … tak ada pengaruhnya … karena tidak ada fungsi operasi didalamnya
asal jangan di FB saja … hahaha
So kalau di Blog … silahkan pakai seribu … dua ribu … tiga ribu hestek … aku tak peduli … yang penting isinya bisa aku mengerti …
(dan saya tau pasti … mau di Blog atau FB … Imelda pasti tidak akan menggunakan hestek … karena Imelda bukan tipe kacangan seperti itu … )(kecuali kalau terpaksa … nggodain saya misalnya …)(HUahahahaha …)
Salam saya EM
suka banget sama kue semprong mbak, kadang aku bawa oleh2 itu kalau pulang ke Semarang 🙂
Klo di kampung saya kue semprong mirip dengan kerupuk tipis berbentuk roll dan agak manis, sedangkan kue semprit biasanya dibuat sebagai kue untuk lebaran…. 🙂
Kue semprong itu gak pernah membosankan ya mbak.. 😀