Semua pasti mau menjadi nomor satu! Tapi apakah mau jadi nomor satu untuk sesuatu yang negatif? OK, aku sedang berusaha untuk menjalankan “Positive Thinking” seperti yang dituliskan oleh Mbak Monda di sini. Kadang aku mungkin tidak berkata “negatif” tapi lebih pada “apatis” (terutama menghadapi keadaan tanah air), dan kurasa “apatis” ini lebih gawat dari negatif…. tanpa harapan jeh.
Beberapa ntah minggu ntah hari, tapi sepertinya masih di bulan Mei, aku menonton sebuah acara televisi NHK malam hari bersama Gen dan anak-anak. Judul program acaranya adalah “Tecchan no Worst Dasshutsu Daisakusen” atau kalau diterjemahkan menjadi “Strategi Besar Tecchan untuk Keluar dari Predikat WORST (Terjelek)”, program TV reguler. Wah…
Jadi yang kutonton waktu itu mengenai sebuah sungai di Nara yang bernama Bodaigawa. Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang, Sungai Bodaigawa adalah sungai terkotor di Jepang! Nah, jadilah sungai ini menjadi obyek proyek Tecchan ini, yaitu membantu mengeluarkan Sungai Bodaigawa dari predikat terburuk.
Dari penelitian diketahui bahwa pencemaran sungai terjadi karena sistem pembuangan yang tidak bagus, terutama sampah dapur. Rumah-rumah sepanjang sungai Bodaigawa membuang sampah dapurnya langsung ke sungai. Suatu “problem” yang sama dengan banyak (kalau tidak bisa dikatakan seluruh) sungai di Indonesia. Aku ingat kok Alamendah juga pernah mengatakan soal sampah rumah tangga di sungai Citarum pada posting “Citarum Menjadi Sungai Paling Tercemar di Dunia“.
Nah, untuk bisa membuat sungai Bodaigawa lepas dari predikat WORST ini, perlu tindakan langsung dari warga sekitar. Percuma hanya “minta perhatian” atau menghimbau saja. Perlu ada tindakan/aksi aktif dari warga sendiri. Tapi karena ini dijadikan proyek program televisi, sang seleb yang terpilih (maaf aku lupa namanya) mendatangi rumah-rumah sepanjang sungai. Meminta mereka “mengendalikan” sampah dapur, dan ikut dalam program membersihkan sungai.
Dalam acara itu kemudian diperlihatkan bagaimana ibu-ibu berusaha mengendalikan sampah yang terbuang langsung ke sungai itu. Antara lain dengan TIDAK MEMBUANG MINYAK BEKAS ke saluran air. Ada yang memakai kertas koran, ada yang memakai bubuk pembeku minyak goreng bekas seperti yang pernah kutulis di sini. Sampah sisa makanan dijadikan pupuk, juga tidak membuang air cucian beras ke saluran air, tapi dipakai menyiram tanaman dll. Belum lagi kegiatan memungut sampah di sekitar sungai yang diadakan oleh keluarga-keluarga di sepanjang sungai. Anak-anak pun tidak ketinggalan.
Hasilnya? Setelah beberapa bulan, bisa terlihat bahwa “transparansi” air sungai mengalami perubahan cukup besar. Yang tadinya batu-batu di sungai tidak bisa terlihat, setelah beberapa bulan bisa terlihat, meskipun belum bening. Dan setelah menunggu survey dari Kementrian Lingkungan Hidup, bisa diketahui bahwa Sungai Bodaigawa itu berhasil turun rangking menjadi nomor 5 an (dari nomor satu yang terkotor). Program “Keluar dari Predikat Buruk” ini berhasil. Dan tentu saja warga sekitar menjadi BANGGA dengan sungainya sendiri. Well, kalau bukan warga siapa lagi yang bangga? Tapi memang warga mengakui, si seleb itu yang men-trigger kegiatan warga. Warga memang tahu bahwa mereka sendiri yang harus berusaha, tapi perlu “orang yang mendorong”, dan kebetulan si seleb ini yang menjadi pemicunya.
Kurasa usaha-usaha “membersihkan diri” sudah banyak dijalankan di Indonesia. Kalau tidak, kan tidak ada hadiah Kalpataru (masih ada kan ya?) atau penghargaan-penghargaan lain. Tapi yang aku lihat dalam program di TV ini, usaha “keluar dari WORST” ini akan berhasil cepat bila SEMUA pihak bekerja sama, dengan sedikit sentuhan “sang seleb” dan PUBLIKASI televisi. Masuk TV loh! Coba ada TV Indonesia yang membuat program acara seperti ini satu saja deh, sebagai pengganti acara yang kurang bermanfaat. Dan ada seleb yang peduli juga. Jangan dong budget dijadikan alasan terus 😀
Yang menariknya dalam acara itu tentu bukan hanya masalah Sungai Bodaigawa saja, tapi setelah itu pun ada program keluar dari worst di bidang lalulintas dengan mengurangi korban jiwa akibat kecelakaan di suatu daerah (sepertinya Nagoya, aku lupa) yang paling tinggi se Jepang. Jadi memang dikumpulkan segala macam ranking bukan yang terbaik, tapi yang terburuk, dan bagaimana keluar dari predikat terburuk itu. PASTI BISA! dan sepertinya tidak perlu kan meminta para seleb Jepang untuk membantu warga Indonesia keluar dari keterpurukan negara Indonesia sendiri kan?