Kelas Satu Berseri

8 Apr

Pika-pika no ichinensei. ぴかぴかの一年生。Pika-pika adalah mengkilap, dan ichinensei adalah kelas satu. Ucapan ini mengacu pada anak berusia 6 tahun yang masuk Sekolah Dasar.  Hei, memang kalau masih baru pasti bersih mengkilap kan? Karena itu juga aku tidak menghalangi keinginan Gen untuk membelikan semua yang baru untuk Riku, meskipun mungkin sudah ada barang-barang yang dicari, yang sudah bekas dipakai. Gen bilang bahwa kelas satu itu ingin diawali dengan barang baru, semangat baru, yang pastinya rasanya lain jika kita sebagai orang tua memberikan yang bekas. OK saja, selama kita masih bisa membelikannya. Sehingga akupun  sebetulnya sudah siap juga seandainya Gen mau membelikan meja belajar yang baru! (entah kenapa di Jepang, masuk SD = ransel dan meja belajar + jas)  Gampang deh soal tempat, kalau perlu ada perabot yang dibuang juga tidak apa.  Tapi akhirnya dia sendiri yang membatalkan keinginan membelikan meja belajar.

Tibalah tanggal 6 April yang dinanti. Jam 4 pagi aku sudah terbangun dan menyiapkan tasnya Kai untuk ke penitipan. Tentu saja semua barang yang dibawa ke penitipan harus diberi nama semua. Huh, kadang aku bosaaan banget deh dengan ketentuan begini.

Semua bangun sebelum jam 7 pagi. Tumben! Aku siapkan sarapan cepat-cepat dan bersiap untuk mengantarkan Kai ke penitipan jam 8 pagi. Ya, hari ini aku menitipkan Kai, supaya aku bisa konsentrasi untuk acaranya Riku saja. Dan setelah menurunkan Kai di penitipan aku mampir ke ATM terdekat, dan saat itulah aku melihat si TukTuk yang pernah aku ceritakan. Rupanya pemiliknya tinggal di sekitar stasiun. Cepat-cepat aku ambil kamera dan mencuri foto dari samping.

Buru-buru aku kembali ke rumah, dan ganti baju dandan, dan pukul 9 teng kita berjalan dari rumah menuju ke SDnya yang terletak 15 menit jalan kaki. Acaranya sendiri dimulai pukul 9:30. Di depan sekolah ada sebuah taman dan sakura menghiasi taman dan jalanan di sekitarnya. Ah sakura ini memang melengkapi kegembiraan dan memberi keindahan tersendiri dalam memulai sesuatu yang penting. Apalagi hari ini samat hangat, dengan suhu sekitar 20 derajat. Dari jauh kami bisa melihat antrian orang tua di depan gerbang, yang menunggu giliran untuk bisa berfoto di depan papan bertuliskan “Upacara Penerimaan Murid Baru” Nyuugakushiki 入学式。Tapi aku bilang itu belakangan saja.

(antri masuk di depan halaman sekolah – pakai uwabaki sepatu dalam yang diberi nama dan kelas)

Begitu masuk ke kompleks sekolah, kami disambut oleh murid kelas 6 SD tersebut yang membagikan lembaran kertas yang berisi pembagian kelas. Ada 99 murid baru yang dibagi menjadi 3 kelas. (Jumlah ini sedikit menurut Gen, tapi banyak menurut aku mengingat semakin sedikit jumlah anak di Jepang) Dan Riku masuk ke kelas I – 2. Sedihnya tidak ada temannya laki-laki yang dari kelas TK yang sama. Jadi dia benar-benar harus membuat teman baru di sini. Gen bilang, bagus dong…awal baru teman baru.

Begitu mendaftar dan mendapatkan tanda nama yang disematkan oleh sempai (kakak kelasnya) , kami bersama Riku menuju ke kelasnya. Di sana juga sudah menunggu sempai yang lain, yang membantu adik-adiknya menaruh tas ransel dan menunjukkan tempat duduknya. Hmmm sistem sempai membantu adik kelasnya ini juga bagus kalau menurut saya. Menjadikan lebih akrab. Saya tanya pada Gen apakah dulu juga ada sistem seperti ini, dan katanya hampir di semua sekolah menerapkan sistem “mentoring” seperti ini. (Jadi ingat waktu aku masuk ke Yokohama univ juga ada mentor yang membantu … hmmm siapa ya? kok lupa sih. Ohh… kayaknya Kimiyo dan Kayoko deh, mentoringnya malah ngajak jalan-jalan ke Kamakura hahaha)

(sempai membantu murid baru–kohai— memasuki kelas – Riku bersama teman sebangkunya)

Sementara Riku dan teman-temannya menunggu di kelas, kami para orangtua menuju ke sport hall untuk mengikuti upacara murid baru. Sport Hall dihias dengan tulisan omedetou (Selamat) di panggung dan slogan Mirai to yume e tsukisusume (menyongsong mimpi dan masa depan) menghadap panggung. Di sekeliling hall ditutup dengan kain bergaris merah putih, tanda selamatan oiwai. (Kalau duka maka kain bergaris hitam putih). Kebetulan aku duduk di tempat yang strategis sehingga bisa memotret waktu defile murid-murid baru masuk menurut kelasnya. Mereka masuk berpasangan dengan teman sebangkunya. Dan yang mengherankan aku pasangannya laki-laki perempuan bergandengan tangan. Rupanya di Jepang tempat duduk di SD pasti berpasangan laki-laki perempuan.(wahhh jadi inget waktu SMP aku sebelahan sama Gatot –si tukang nyontek — ups sorry tot… jangan marah yaaa hehehe – kapan lagi nama loe aku tulis di sini kan)

(masuk sporthall bersama teman-teman sekelas – liat tuh… Riku mencari-cari mamapapanya di antara pengunjung duuuh duduk yang manis nape?)

Acara diawali dengan sambutan dari Kepala Sekolah SD, kemudian perkenalan wali kelas dari ketiga kelas satu. Eh sebelum pidato dari Kepsek, kami menyanyikan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo. (terus terang aku ngga bisa nyanyinya dan pas udah tengah-tengah baru ngeh sadar bahwa itu adalah lagu kebangsaan) Baru di situ aku juga sadar bahwa SD ini adalah SD Negeri yang didirikan oleh pemerintah daerah.

Setelah perkenalan wali kelas, ada perkenalan seluruh staf guru dan pegawai TU. Penyerahan hadiah dari pemerintah/ pemerintah daerah yang diserahkan oleh Kepala Sekolah kepada salah satu wakil murid baru. Hadiah itu berupa pelindung kepala waktu gempa, cover penutup ransel berwarna kuning, buku pelajaran dan buku tulis. Dari kepolisian diberikan hadiah buzzer, alat pencegah kejahatan berupa alarm yang cukup keras untuk digunakan jika bertemu dengan orang yang mencurigakan/ bermaksud jahat. (Sampai di rumah sempat coba, dan suaranya rek…kenceng banget)

Penyampaian ucapan selamat dari tamu agung (dari kelurahan, kepsek SMP negeri terdekat, kepsek TK di lingkungan sekitar termasuk dari TK nya Riku, serta pengurus PTA. Selain itu juga dibacakan telegram indah yang diterima yang berisi ucapan selamat. Setelah upacata selesai, ada pertunjukan dari murid kelas 2 SD, berupa puisi/ wejangan dari kakak kelas serta permainan pianica. Hebat! aku terharu juga melihat usaha mereka. Anak-anak kelas 2 ini kan tahun lalu juga murid 1 SD. Berarti kelak tahun depan, Riku juga aan mengucapkan selamat datang lagi bagi juniornya, murid SD yang baru.

(pertunjukan musik dan pesan dari kelas 2 – suasana kelas Riku dengan walikelas —tannin–nya)

Selesai acara ini, maka murid-murid kelas 1 kembali ke kelasnya untuk mendengarkan pesan dari guru, sambil menunggu giliran untuk berfoto bersama.  Walikelas (tannin 担任) Riku di kelas 1-2 itu bernama Chiaki Sensei. Cantik, dan ….kelihatan galak. Aku heran deh semua guru awal Riku (baru 2 kali sih) cantik tapi galak hehhehe. Apakah karena mamanya juga guru dosen yang cantik tapi galak? cihuuuy (ehhh aku ngga galak kan? ne Melati san). Sambil membawa semua barang-barang yang dibagikan di sekolah, anak-anak berbaris menuju pintu untuk bersalaman dengan gurunya dan pulang. Hmmm di sini terlihat ya, perbedaan dari pendekatan guru TK dan SD. Di TK, guru memeluk muridnya, sedangkan di sini guru sudah mengajarkan budaya salam yang menunjukkan juga bahwa si anak sudah mulai memasuki masyarakat yang formal, bukan anak kecil yang suka main-main lagi.

Sebelum pulang aku juga sempat berbicara dengan gurunya, meminta maaf aku tidak bisa datang pertemuan PTA jika diadakan pada hari Jumat. Padahal aku ingin sekali loh ikut aktif di PTA …..

(di depan papan “Nyuugakushiki”)

Keluar gedung sekolah, langsung antri untuk berfoto di depan papan Upacara Penerimaan Murid Baru, juga tak lupa berfoto di bawah naungan pohon sakura di taman depan sekolah.

Masih dalam rangka “selamatan” Riku memilih makan siang di restoran sushi. (Mang Kumlod, Yug, Japs dan Lia, liat deh sushi dengan topping telur ikan salmon, Ikura. Ini yang saya bilang seperti levertran) Dan papa-mama menutup hari “bersejarah” dalam hidup berkeluarga dengan KAMPAI! ting

(Riku makan tobiko, telur ikan terbang – set menu dengan hotaru ika, cumi-cumi – ikura, telur ikan salmon)