Menyetir di Jepang

31 Mei

Pertama kali saya datang ke Jepang, a long long time ago, saya mendapatkan lalulintas Jepang yang…. tenang dan dewasa (uhuy). Terbiasa dengan lalulintas di Jakarta, saya agak kaget dengan perbedaan yang mencolok. Mobil-mobil yang berseliweran itu kebanyakan berwarna putih/silver. Jarang sekali saya melihat mobil berwarna-warni merah, biru, hijau dll. Ya mungkin kebetulan saja, atau jaman itu orang-orangnya belum begitu “ekspresif”. Karena sekarang cukup banyak mobil berwarna dibanding tahun waktu saya datang pertama. Selain warna mobil, yang pasti beda dengan mobil di Indonesia adalah soal kaca jendela yang tidak rayban. Kalau di Jakarta sedapat mungkin pakai kaca film 70% lebih , tapi di sini hampir tidak bisa dijumpai yang sehitam di Jakarta. Kalaupun ada biasanya mobil itu putih, disupiri pemuda berkacamata hitam dan bertirai putih renda di dalamnya. Nah biasanya ini mobil milik geng yakuza. Katanya sih dulu ada nomor tertentu di plat nomornya, tapi waktu aku tanyakan pada gen dia tidak tahu.

Selain faktor fisik mobilnya, ada lagi yang lain, yaitu tidak terdengarnya klakson mobil. Mereka hanya mengklakson JIKA DARURAT. Tidak ada ketergesaan, salip-menyalip, dan yang pasti belok kanan harus setelah jalur lawan selesai lewat. Kecuali memang kosong atau diberi “beam” oleh pengemudi di jalur lawan. WAHHHH masalah “beam” atau lampu besar yang terbalik dengan di Jakarta ini benar-benar membuat saya pusing awalnya. Kalau di Indonesia orang memberikan lampu “beam” berarti… “SEENAKNYA AJE LU, JANGAN MASUK GUE MAU LEWAT!” , sedangkan di Jepang, “MONGGO JENG, kamu masuk duluan aku tunggu…..”. Sehingga awal-awal menyetir saya masih suka bengong kalo di beam, sampai berkali-kali dibeam  baru “ngeh” dan jalan…. tak lupa mengangkat tangan mengucapkan terima kasih.

Kondisi ini juga sama jika kita ingin masuk dalam antrian. Dan tak lupa setelah diberi jalan, biasanya kita menyalakan “lampu hazard” 2-3 kali sebagai isyarat “arigatou–terima kasih”. Pertama saya tidak mengerti kenapa setiap mendapat jalan, Gen, suamiku selalu menyalakan lampu hazard itu. Baru setelah dia jelaskan bahwa itu “etika berkendara” saya juga selalu berusaha menyalakan hazard untuk menyatakan terima kasih. Kecuali kalau terburu-buru, daripada bingung ya bisa beri klakson ringan satu kali. Lampu Hazard juga dipakai jika tiba-tiba mendadak terjadi kemacetan/antrian di highway supaya mobil di belakang kita “alert” dan berhati-hati sehingga tabrakan beruntun dapat terhindari.

Pejalan kaki diutamakan, jadi tidak ada tuh yang “bablas” Zebra Cross jika ada yang mau menyeberang. Mobil harus menunggu pejalan kaki. Sangat senang melihat anak-anak SD yang imut-imut menyeberang sambil mengangkat tangan kanannya. Pertama saya pikir kenapa harus angkat tangannya ya? Lalu teringat…. mereka kan masih pendek, kalau-kalau tidak terlihat jadi lebih baik angkat tangan. Selain itu di badan mereka pasti ada warna kuning sebagai alert. Entah di ranselnya atau topinya.

Pokoknya menyetir di Tokyo itu harus sabar, alon-alon penuh perhitungan. Karena kondisi jalan yang sempit, berkelok-kelok, apalagi dekat stasiun yang banyak pejalan kaki dan pengendara sepeda… wadaw deh. Belum lagi di jalan besar perasaan setiap  500 meter ada lampu merahnya… huh… Kalau sekali sudah terjebak lampu merah, biasanya berikutnya dan berikutnya juga pasti akan bertemu lampu merah hihihi. Apalagi kalau musti berada di belakang pengemudi amatir yang menggunakan tanda “hijau” yang disebut wakaba mark (melambangkan musim semi? wakaba= daun muda…. hihihi masih ijo gitu) dan pengemudi lansia yang mengunakan tanda “merah” yang disebut momiji mark (melambangkan musim gugur… udah mau gugur?….hiiiii).

(Lambang daun hijau dan daun merah ini ditempelkan pada mobil di tempat yang mudah terlihat depan belakang)

Yang sering menjadi pertanyaan adalah berlakukah SIM Internasional di Jepang? Hmmm saya sendiri tidak pernah pakai SIM Internasional, jadi lebih baik ditanyakan di Jakarta sebelum ke Jepang. Tapi menurut saya akan sulit sekali menyetir di Jepang tanpa tahu bacaan Kanji, atau paling sedikit lambang-lambang kanji yang dipakai dalam berlalu lintas. Memang ada car-navigation yang berbahasa Inggris, tapi mencari mobil dengan car-navi yang berbahasa Inggris di rental car juga cukup sulit.

Saya sendiri menukar SIM A Indonesia saya tidak lama setelah tinggal di Jepang (itu berarti miminal 15-16 tahun lalu…. ) . Waktu itu saya sempat tersandung di ujian praktek karena tidak memperhatikan kanji  徐行  dibaca JOUKO (aduuuh mas JOKO ini memang menyulitkanku saja) artinya harus berhenti dalam jarak 1 meter setelah menginjak rem atau kecepatan 10 km. Oleh petugas testing, saya disuruh ikut kursus lagi. No way lahhh, kursus mengendara di sini?  Minta ampun mahalnya… 300.000-500.000 yen. Nah solusinya, saya pergi ke Tempat Ujian yang lain di Samechu, Shinagawa. Di sana memang bagi pemegang SIM Indonesia bisa menukar tanpa test, cukup membawa paspor saja. (Mungkin karena di daerah ini banyak diplomat Indonesia). Jadi deh dalam sejam saya punya SIM Jepang, sampai sekarang memegang Gold Card (Pengendara teladan tanpa kesalahan)

Mas Joko yang menyandungku...
Mas Joko yang menyandungku

Tapi cara seperti saya itu tampaknya sudah tidak berlaku lagi. Jadi bagi yang mau menukar SIM Indonesia di Jepang harap mencari informasi yang lebih aktual seperti di sini.

Oh ya satu lagi tambahan, kalau mau menyetir di Tokyo, disarankan pakai mobil otomatis, jangan manual. Selain jalan banyak tanjakan (pegeeeeel deh) jalan juga sering macet, apalagi di jalan-jalan utama. Mobil kami sekarang adalah manual, sehingga saya harus siap mental dan jasmani jika mau nyetir ke dalam kota Tokyo atau ke Yokohama. Kalau Gen yang nyetir sih…. saya bobo hihihihi…

Sekarang saya malas nyetir karena sebelum pergi sudah harus bertengkar dengan supir baru yang cerewet ini
Sekarang saya malas nyetir karena sebelum pergi sudah harus bertengkar dengan supir baru yang cerewet ini

(Posting ini terinspirasi oleh tulisannya Mbak Tuti yang berjudul “Nyopir Ampe Mati“.  )

Topeng Monyet? BUKAN!

30 Mei

Waktu saya baru datang ke Jepang, saya sempat kaget waktu berjalan di daerah pertokoan, dan mendengar suara musik seperti topeng monyet. Tentu saja lebih berirama dan lebih lengkap, tapi pasti mengingatkan saya pada topeng monyet di Indonesia. Karena pertunjukan musik sambil berjalan yang ada di Indonesia hanyalah topeng monyet, bukan?

sumber: wikipedia japan
sumber wikipedia Japan

Tapi yang pasti orang Jepang akan marah kalau kita menyamakan Chindon-ya ini dengan topeng monyet. Karena Chindon-ya adalah artis terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan komposisi 3 atau 5 orang dengan pakaian kimono. Mereka membawa tetabuhan dan alat tiup dan berjalan ke sana ke mari. Untuk minta uang seperti pengamen jalanan?

Tidak! Tugas mereka adalah mempromosikan sebuah toko yang akan dibuka atau memanggil tetamu supaya datang ke toko tersebut. Kadang kala mereka akan membagikan selebaran/pamflet yang berisi keterangan toko. Memang kebanyakan toko yang memakai jasa chindon-ya ini adalah toko pachinko (semacam pinball).

Chindon-ya ini awalnya di Osaka pada akhir abad 19, dan sekarang sudah mulai jarang terlihat. Jika Anda sedang berlibur ke Jepang, dan masih berkesempatan melihatnya, pasti Anda beruntung!

Galaxy Express dan buku

29 Mei

Apa hubungannya Galaxy Express dengan Twilight Express? Twilight Express adalah jalur kereta pada kenyataan yang bisa kita naiki, dan berlari di atas rel di dunia ini. Sedangkan Galaxy Express ini adalah jalur kereta fantasi yang “terbang” di galaxy, yang tentunya hanya ada di dunia animation.

Bahasa Jepangnya adalah Ginga Tetsudo 999, 銀河鉄道999 sebuah anime atau film kartun mengenai perjalanan fantasi di galaxi andromeda untuk mencari badan mesin abadi. Cerita lengkapnya bisa dibaca di wikipedia sini, soalnya saya sendiri tidak mengikuti anime ini. Tapi yang saya tahu adalah bahwa Matsumoto Reiji, si pengarang anime ini tinggal di daerah rumah saya. Sehingga jalur kereta yang menuju stasiun rumah saya dan eki (stasiunnya) sendiri sering dihias dengan lukisan dan karakter dari Galaxy Express ini. Kebetulan Riku dan papanya hari Minggu lalu pergi ke Ikebukuro dan sempat berpotret dengan kereta yang dilukis dengan karakter Galaxy Express.

 

 Hari Minggu kemarin adalah hari kencannya Riku dengan papanya. Seperti biasa saya dan Kai tinggal di rumah, karena Kai sedang tidak begitu sehat alias batuk-batuk. Apalagi sejak virus Flu babi sudah mulai menyebar di Tokyo, sedapat mungkin menghindari tempat-tempat yang penuh kerumunan orang. (Dan sebetulnya hari Seninnya Riku sempat demam dan saya bawa ke dokter. Ternyata kena bakteri di tonsil – amandel- nya sehingga harus minum antibiotik selama 10 hari).

Tujuan mereka pergi ke Ikebukuro adalah pergi ke sebuah toko buku besar di sana.  Riku ingin sekali membeli ZUKAN 図鑑 picture ensiklopedia yang berisi gambar burung dan binatang. Biasanya kalau kami sudah tahu judul bukunya, kami memesan lewat amazon.co.jp dan buku akan diantar keesokan harinya. Tapi Gen lebih suka pergi dan melihat sendiri di toko buku bersama Riku. Memang lebih asyik pergi ke toko buku langsung, tapi dengan resiko (BESAR)  “tergoda” membeli juga buku yang lain, bukan? Seperti Mang Kumlod yang berencana beli satu buku “Black Swan” di gramed gara-gara ada 30% diskon dan berdoa semoga tidak tergoda beli yang lain…. hehehhe.

capek berjalan di toko buku
capek berjalan di toko buku

Sebetulnya Riku sendiri punya gift-card “BUKU” seharga kira-kira 5000 yen, hadiah waktu dia masuk SD. Sehingga tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk membayar buku. Tapi waktu dia memasuki toko buku, seperti mamanya (cihuy) matanya jatuh pada buku yang mahal (mata mahal katanya). Picture encyclopedia itu seharga 1900 yen satu, sehingga kalau beli 3 jenis sudah melebihi anggaran. Lagipula isinya lengkap sekali untuk mahasiswa pun bisa. Untuk Riku tidak perlu sebagus itu, karena pasti akan cepat rusak…. maklum anak-anak. Jadi papanya mengajak mencari yang lain. Terbelilah 3 buku, dan 2 picture book pilihan Riku dan Papanya. Tapi untung mereka masih ingat mamanya yang kesepian di rumah, dan sebetulnya punya “wishlist” picture book yang “Skeleton Hiccups” itu. Jadi, dibelikan deh ….asyiiiikk…

Langsung mengambil crayon dan mulai menggambar
Langsung mengambil crayon dan mulai menggambar

Sesudah sampai di rumah Riku langsung membuka picture encyclopedia mininya dan mulailah dia menggambar. Memang tujuan dia membeli buku itu untuk dijadikan contoh menggambar. Lihat tampangnya sudah seperti artis kan?

Dan mamanya Riku langsung membaca Picture Book yang berjudul “Tengkorak Cegukan” shakkuri gaikotsu しゃっくりがいこつitu dalam 3 menit hahahaha. Memang lucu sih. Bayangin saja kalau tengkorak yang cegukan mau menghentikan cegukannya? Kalau manusia menghentikan cegukan bagaimana? Di sana disarankan minum air, atau makan gula, atau menekan sudut mata…. jadi bayangkan saja jika tengkorak yang berbuat begitu. Ya tidak bisa kan? Jalan keluar terakhir adalah membuatnya terkejut. Dan akhirnya memang si Tengkorak bisa terkejut dengan…… melihat mukanya sendiri di cermin. hahahaha….. Nonsense!!!!!

panen buku
"panen" buku

Tapi untuk anak-anak justru cerita nonsense itu yang disukai/digemari. Ternyata Picture Book lain yang dibeli juga cerita nonsense. Yang pertama adalah Suteki na sannin gumi すてきな三人ぐみ “The Three Robbers” karangan Tomi Ungerer. Tentang 3 orang perampok bermantel dan bertopi hitam yang mengumpulkan harta hasil rampokan tapi tidak tahu untuk apa. Mereka terbuka matanya karena ditanya oleh seorang anak perempuan yang mereka culik, “Untuk apa harta sebanyak ini”. Jadi mereka bertiga dan si anak perempuan membagi-bagikan harta itu kepada orang miskin dan sisanya dibelikan sebuah kastil. Mereka tinggal di sana, dan banyak anak yatim piatu yang dititipkan di sana, sehingga akhirnya setelah bertahun-tahun daerah sekeliling kastil itu menjadi sebuah desa yang bertopi dan mantel merah untuk menghormati 3 perampok itu.

Satu lagi Picture Book karangan orang Jepang berjudul Kyabetsu kun キャベツくん (Si Kubis). Cerita diawali dengan Babi yang ingin makan si Kubis. Tapi Kubis berkata, “Kamu jangan makan saya nanti kamu jadi Kubis”, dan di awan tergambarlah Babi yang bertranformasi menjadi kubis. Percakapan dilanjutkan dengan bermacam-macam binatang, sehingga Babi menjadi takut melihat gambar di awan itu. Tapi Si Kubis baik hati sehingga akhirnya mengajak Babi yang lapar itu pergi ke restoran.

Nonsense…. tapi penuh imajinasi. Dan bukankah anak-anak perlu imajinasi sehingga bisa menjadi orang dewasa yang bercita-cita?

Tidak henti-hentinya saya juga mengajak orang tua untuk membacakan buku cerita pada anak-anaknya yang belum bisa membaca. Dan memang hobi keluarga kami mengumpulkan Picture Book. Kebiasaan membaca harus ditanamkan sejak balita.

Saya mau mengutip pernyataan dari Pak Eka Budianta, sempai (senior) saya di Sastra Jepang UI, yang beliau muat di FB:

Eka Budianta: Mengherankan. Kegemaran membaca berbanding lurus dengan kemakmuran bangsa. Begitu juga kesadaran lingkungannya. Semakin suka membaca, semakin cinta lingkungan, semakin makmur masyarakat. Jadi bukan kaya dulu baru membaca dan cinta lingkungan. Justru dengan rajin membaca dan mencintai lingkungan, suatu bangsa bisa belajar untuk hidup cerdas, makmur dan berkelanjutan.

Mari mbaca yuuuk

 

 

 

Tidur Cepat, Bangun Pagi dan Makan Pagi

28 Mei

Ini adalah kampanye dari Departemen Pendidikan Jepang kepada pelajar di Jepang, serta orang tua mereka. “Hayane, Hayaoki, Asagohan 早寝早起き朝ごはん”。 Sudah sejak Riku di penitipan anak (hoikuen) 保育園 saya mengetahui slogan ini. Waktu itu baru mulai digembar-gemborkan. Tapi kondisi waktu itu tidak memungkinkan bagi saya untuk menjalaninya. Karena saya masih sering pulang mengajar larut, sehingga Riku baru pulang sampai rumah jam 9 malam bersama papanya. Saya sendiri sampai rumah jam 10 malam, masak 30 menit, makan 30 menit, dan tidur jam 11:30- 12:00an. Jadi Riku terbiasa tidur larut, meskipun bangun paginya juga tidak terlalu lambat (paling lambat jam 8 sudah bangun).

Tapi sejak Riku masuk TK, saya berhenti mengajar semua kelas malam. Sehingga Riku bisa tidur pukul 8-9 malam, dan bangun pukul 6-7 pagi keesokan harinya. Karena harus membawa bento (bekal makanan) di TK, maka sekaligus saya persiapkan makan pagi untuk dia, dengan menu yang sama dengan apa yang dibawa.

Simbol slogan Tidur Cepat, Bangun Cepat dan Makan Pagi
Simbol slogan Tidur Cepat, Bangun Cepat dan Makan Pagi

Kenapa sih Departemen Pendidikan Jepang sampai harus mengumandangkan slogan ini? Pertama, adanya kenyataan bahwa jumlah kejahatan anak dan remaja yang semakin serius. Misalnya pada tahun 2004 terdapat 134,852 kasus kejahatan anak/remaja. Selain itu dirasakan ritme kehidupan anak-anak yang semakin “ngawur”. Misalnya balita yang tidur sesudah pukul 10 malam, jumlahnya semakin bertambah. Dalam survey tahun 1990 diketahui bahwa jumlah yang sebesar 31% itu, 10 tahun kemudian (2000) menjadi 50%.  Jumlah murid SD/SMP yang tidak makan pagi juga dibandingkan 5 tahun sebelumnya terlihat pertambahan yang mencolok. Misalnya data tahun 1995 menunjukkan 13% murid SD dan 19% murid SMP tidak sarapan pagi, sedangkan pada tahun 2000 jumlah itu menjadi 16% dan 20%. Padahal dari survey diketahui bahwa murid yang selalu makan pagi, test/ujiannya cenderung mendapat nilai yang tinggi.

Dari berita NHK yang saya tonton seminggu lalu, juga dibahas tentang kegiatan kampanye “Tidur Cepat, Bangun Pagi dan Makan Pagi” ini.  Berdasarkan suatu survey, anak-anak yang tidak bersemangat (malas-malasan) ternyata 9% dari mereka selalu makan pagi setiap hari, sedangkan 38% tidak makan pagi. Hal ini juga terjadi pada anak-anak yang bertempramen “cepat panas, jengkel/kesal”. Ketika ditanya apakah kamu sering merasa jengkel/kesal, maka didapat jawaban 32% dari mereka itu tidak makan pagi, dibandingkan 18% dari mereka yang makan pagi setiap hari. Jadi makan pagi ternyata berpengaruh pada semangat dan kepribadian anak-anak. (Selain itu ada juga survey mengenai makan bersama keluarga atau makan sendiri… ternyata makan bersama keluarga itu lebih baik daripada makan sendiri —- ya memang semestinya begitu sih)

Jadi, sekarang pun saya selalu menyiapkan makan pagi untuk Riku sebelum dia berangkat ke sekolah pukul 7:45. Meskipun saya sudah tidak usah menyiapkan bento (bekal makanan) lagi.Wah tidak usah menyiapkan bento ini merupakan suatu “anugerah” buat saya. Pusing juga loh memikirkan isi bento itu. Karena harus memikirkan keseimbangan gizi/vitamin , dan faktor “keindahan” (supaya mau dimakan —untung Riku makan apa saja) dan “kepraktisan” (tidak bisa memasukkan masakan yang berkuah dalam bento itu).

Sekitar pukul 12:20 sampai 13:00 sesudah jam pelajaran ke 4, disediakan makan bersama di sekolah yang namanya kyushoku 給食. Karena sekolah Riku adalah sekolah negeri, maka yang memasak di dapur sekolah itu berada dibawah (dipekerjakan oleh)  pemerintah daerah. Sebetulnya hari Rabu kemarin, saya bisa mencoba makanan yang disajikan kepada anak-anak itu. Tapi karena kemarin ada rapat/kegiatan PTA dari pagi dan setelah itu saya harus cepat-cepat menjemput Kai di penitipan, maka saya tidak bisa mencoba makanan murid SD itu. Tapi bau kare yang enak (karena mild saya tidak merasa keberatan karena pada dasarnya saya tidak suka makan kare) yang dipersiapkan di dapur itu memenuhi satu gedung sekolah. Dan bau itu cukup menggugah perut yang lapar.

Menurut Riku sih makanan yang disajikan setiap hari sekolah (Senin-Jumat) ini enak. Selain makanan utama juga ada buah/kue dan susu. Jadi setiap hari Riku juga minum susu di sekolah. Bahkan pada tanggal 25 kemarin, dengan riangnya pulang ke rumah dan mengatakan, “Mama tadi kyushokunya dessertnya cake loh…enak!” Dalam hati saya pikir, mentang-mentang tanggal 25 adalah hari gajian (di Jepang kebanyakan hari gajian adalah tgl 25), jadi makanannya juga istimewa hihihihi.

Petugas kyushoku harus memakai baju ini, dan tugas ini berlaku selama satu minggu. Pada hari jumat, pakaian ini dibawa pulang untuk dicuci dan dibawa kembali ke sekolah seninnya.
Petugas kyushoku harus memakai baju ini, dan tugas ini berlaku selama satu minggu. Pada hari jumat, pakaian ini dibawa pulang untuk dicuci dan dibawa kembali ke sekolah seninnya.

Murid-murid itu makan di mana? Tentu saja makan di kelas masing-masing, karena tidak ada ruang makan khusus. Masing-masing anak setiap hari harus membawa alas piring dan serbet untuk melap mulut. Lalu setiap kelas mempunyai daftar petugas kyushoku. Murid-murid yang bertugas itu bersama gurunya akan mengambil sebuah meja dorong yang berisi panci nasi, sup dan lauk yang sudah diatur oleh pemasak. Jadi ada yang bertugas membagi nasi, membagi sup dan lauk. Juga jika ada sisa, bagi yang mau tambah masih bisa. Awal-awal Riku masuk SD, dia sering melapor pada saya bahwa dia menambah makanan waktu kyushoku (oi oi, jangan banyak-banyak ntar gendut hihihi)

meja dorong berisi nasi, sup dan lauk pauk
meja dorong berisi nasi, sup dan lauk pauk

Makan yang sama bersama teman-teman, bertanggung-jawab pada tugas masing-masing, menghabiskan makan tanpa ada suka/tidak suka pada makanan, banyak sekali manfaat dari kyushoku ini (selain meringankan tugas ibu menyiapkan bekal). Memang SD di Jepang itu gratis, tidak bayar uang sekolah, tapi untuk makan kyushoku ini kami harus membayar 4.358 yen (kelas 1 SD) setiap bulannya. Dengan perincian 1 tahun makan 198 kali, satu kali makan 227 yen. Yang pasti tidak bisa membeli makanan di restoran seharga 227 yen dengan keseimbangan nutrisi yang diperhatikan. Cara bayarnya dengan transfer otomatis dari rekening pos. (Jangan disangka tidak ada yang tidak mau membayar juga loh. Akhir-akhir ini banyak kejadian orang tua tidak mau membayar kyushoku bukan karena tidak bisa membayar tapi karena tidak mau membayar. Sehingga pemerintah daerah harus menutupi biaya tersebut dari pemasukan pajak warga. )

Well memang tidur cepat, bangun pagi dan makan pagi merupakan kebiasaan yang sangat baik untuk menuju hidup sehat.  BTW, hari ini sudah makan pagi belum?????

28-5-2009-12:12

6666 dan lain-lain

26 Mei

Pagi hari di Minggu yang agak mendung. Aku membuka dashboard WP ku setelah beberapa jam sebelumnya membuat tulisan baru mengenai “Singkat-menyingkat”. Selama ini aku selalu perhatikan jumlah pengunjung yang hadir sudah berapa tapi baru pagi itu aku sadar bahwa angka komentar sudah menunjukkan angka 6660. Wow, 6 komentar lagi akan menjadi 6666…. angka bagus kan tuh. Kalau tiga berderet memang “mengerikan” katanya (buat saya sih tetap saja angka heheheh). Tapi ini 6 nya ada empat kali. Kapan lagi nih bisa begini…. Dan bisa tidak ya tertangkap mataku siapa komentator ke 6666.

Aku jadi teringat Uda Vizon juga sempat menangkap angka 1000 untuk komentar di dashboardnya. Aku jadi membayangkan itu kebetulan sekali Uda pas menangkap saat-saat bersejarah itu, atau ditungguin ya? Soalnya terus terang, setelah pagi itu aku menemukan tinggal 6 komentar lagi ke angka cantik itu, aku tak bisa beringsut dari tempat dudukku. Datang Pak Oemar Bakrie, lalu Bu Enny…. yaaah saya pikir coba tunggu siangan lagi bu, pak hehehhe. Lalu Fanda dan Hastu…. sayang sekali Anda kurang beruntung! Yang lucunya di angka 6665, datanglah Mang Kumlod…. tapi dia sempat istirahat sebelum menuliskan komentar lagi (sampe 2 jam istirahatnya …coba langsung dapet deh Mang hihihi)

Akhirnya angka 6666 jadinya diisi Daniel Mahendra. What a coincidence, mungkin gara-gara aku pasang link ke blognya dalam posting terakhir, jadinya dia bertandang ke tempatku. Padahal kan dia lagi “hiatus”. So,…. selamat ya DM … tadinya aku pikir untuk sang komentator ke 6666 akan aku kirimi Picture Book bahasa Jepang aja. Karena biarpun bahasa Jepang kan Picture Book tetap bisa dimengerti (ya kalau perlu aku kasih terjemahannya di kertas lain). Tapi berhubung yang “juara” adalah DM, maka saya ganti aja ya…Picture Book nya dengan buku yang pasti dia suka, yaitu Bukunya Pramoedya Ananta Toer yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Jepang berjudul “Gerira no Kazoku” (Keluarga Gerilya) .

Mumpung lagi nulis tentang “blogthing” gini, sekalian deh aku mau meneruskan award yang aku terima selama ini. Minta maaf kalau sempat “terpendam” cukup lama di gudang. Sampai musti bongkar gudang, bersin-bersin karena alergi debunya yang sudah bertumpuk tuh. Maaf beribu maaf.  Bukannya saya tidak suka loh dapet award dari sahabat-sahabat blogger… tapi yang sulit itu kan meneruskannya hehehe (rakus banget deh si imelda maunya simpen sendiri).

Jadi saya deretkan saja ya awardnya di atas rak TE, silakan dipandangi dan ditimang-timang.

Award-award itu aku dapat dari sahabatku (berdasarkan tanggal penerimaan aja ya):

1. Ria , si pintar dalam postingan berjudul “Fabulous”, tanggal 5 April 2009.

2. Award yang sama: Fabulous dari si pencinta buku Fanda, dalam postingan berjudul Lingkaran Persahabatan, tanggl 17 April 2009.

3. Dari si penyiar  Lia Christie sekaligus dua,  i luv you blog sambil naik vespa. Bisa dibaca di postingannya “Award untuk blog favoritku“, tanggal 17 April 2009.

4. Si Seksi Eka, dalam postingan “Mungkinkah ini yang pertama?“. Beratnya ini judule “international award”. Lah blogku bahasa Indonesia jeh.

Kayaknya udah bongkar gudang sampai ke sudut-sudut, sudah habisin tissue kotak (bukan TISSUE WC) sampai 1 dus dan kayaknya udah ngga ada yang ketinggalan deh. BUT, kalau sampai ada yang merasa ngirim tapi belum ditaruh di atas Rak nya TE, mohon maaf, dan tulung ingatkan saya ya.

Nah katanya (menurut UU perblogeran), award-award ini harus diteruskan, dan masing-masing ada rule/ aturannya. Tapi karena udah capek ngeluarin ing*s (hiiii jorse deh) bikin sendiri deh rulenya. Ada yang musti diteruskan ke 7 orang, ada yang 10 orang. Bisa dibaca  rulenya di blognya pemberi hadiah ini, biar sekalian blogwalking ya….

Nah saya mau memberikan award ini kepada sahabat-sahabat saya, yang beberapa masih “niuwbee” dalam dunia perblogeran. Silakan ambil aja deh award yang kamu-kamu pada suka ya…. (dan dirinya merasa pantes ngga  pake …loh kok pake sih… majangin award itu di rak rumah mayanya masing-masing) . Saya juga tidak mau membebani sahabat-sahabat dengan kewajiban untuk meneruskan tradisi ini. Mau dikasihken yang lain juga boleh, mau masukkan gudang juga boleh…. asal please… jangan dijadiken gayung untuk c***k hihihi.

1. Hilda.  Waaah si Hilda ini hebring loh. Meskipun sedikit yang komentar di blognya dia, tapi semangatnya untuk nulis itu loh. Apa juga ditulis! Dan Hilda mengingatkanku waktu aku pertama-tama ngeblog… kalo bisa daftar belanjaan juga ditulis. Suer!!! Tapi aku rasa, yang penting semangat dan konsisten menulis yang sangat penting dalam ngeblog, atau menulis diary online. Karena menurut saya daftar belanjaan pun bisa jadi berguna untuk yang kebetulan sedang mencarinya. Baca deh postingan dia terakhir tentang “Blogwalking Pattern” atau sebelumnya tentang “Kosongkan Gelas“. Postingan dia kebanyakan pendek-pendek tapi mengena. Dan dia juga memperkenalkan tempat tinggalnya di Batam sana dengan detil. So, yang butuh informasi tentang Batam, bisa kunjungi blognya ya. Dear Hilda, keep blogging ya…. aku selalu intip blog kamu kok.

2. Krismariana. Hmmm kalau soal menyusun kalimat Kris ini sudah profesional deh. Di profilnya dia menulis begini, “seorang penerjemah dan editor lepas. suka menulis walaupun tulisan curhat biasa.”  Aku senang sekali membaca tulisannya yang sudah dibukukan berjudul  Knock… Knock… “Are you there, God?”, yang dikirimkan khusus ke alamat rumah saya di jakarta, waktu saya pulkam Maret lalu. Sayang belum sempat kopdar dengan Kris.  Tulisannya juga kerap dimuat di situs kristen Glorianet.org. Akhir-akhir ini bisa baca kerinduannya untuk pulang kampung dengan posting-posting yang menceritakan rumah dan masa lalunya.

3. Cindy. Ibu Dokter yang baru mulai blogging setelah disertasinya selesai. Istrinya Mas Nug ini meskipun “baru” tanggal 22 Maret menulis posting di “Sentuhan Jemari“, isinya daleeeemm bo. Postingan terakhirnya benar-benar menggambarkan betapa wonder-woman yang sibuk seabreg-abreg juga butuh waktu untuk diri sendiri. “Me and My Time“.  Gara-gara baca postingan ini, aku sampai berpikir, kapan terakhir I have my own me-time?…. Mungkin bu Dok akan sulit untuk menulis rutin, tapi tetap ditunggu postingannya ya. Dan please, jangan nulis di OK (Kamar Operasi) ya…. kasian pasiennya hihihi.

4. D Laraswati H, alias Diajeng, sahabatku waktu SMA (eh kita satu kelas ngga ya? sama-sama IPA kan?). Ketemunya lagi di FB. Dan gara-gara jadi “ghost reader” Twilight Express (awalnya), ingin mencoba buat blog juga…. ini pengakuannya loh. Posting pertamanya tentang Lebah Madu… cocok sekali untuk menjelaskan kenapa judul blognya Honey Bee. Tulisannya mungkin akan dianggap sebagian orang agak kaku, karena memang Ajeng ini kan peneliti yang bekerja di suatu badan pemerintah. Tapi dalam postingannya bisa juga dibaca perasaan seorang “ibu sebagai wanita karir”.  Sayangnya aku baru tahu tentang Kawah Putih sesudah aku kembali ke Tokyo. Coba waktu aku di Jakarta, pasti mau ke sana. So, my next destination deh. Tentu saja ditambah rencana kopdar di Eat & Eat Food Market (sekalian reuni SMA yuukkkk). Keep blogging ya jeng.

5. Afdhal. Om nya Riku (ngakunya). Aku ingat banget waktu Mas Trainer memperkenalkan trainee nya yang juga blogger di sini.  Kupikir dia baru juga ngeblognya eeeh ternyata dia sudah punya blog sejak awal Juli 2008. Tapi karena aku baru kenal sejak 24 Oktober itu, ya aku anggap baru aja ya Dhal.. (peace!). Eh tapi gini-gini udah pernah kopdar loh (makanya dia berani ngaku om nya Riku ihihi). Aku inget pertama nulis komentar di blognya dia tgl 11 November (boong kalo inget, yang bener setelah aku survey) menulis beberapa pertanyaan termasuk boleh ngga minta fotonya dia lagi makan duren hahaha. Dan lucunya lagi dia jawab pertanyaan aku di Who Am I…. yang terlewatkan aku baca/jawab. Sekarang sudah “sok” akrab, jadi kalo OM ADHAL ngga komentar di postingan aku, rasanya blogging tidak berarti lagi…. uhuuuyyyyyy. hihihi.

6.  Bro Neo. wah wah wah… ini bener-bener berantai. Aku kenal Afdhal dari Makelar Blog. Lalu aku kenal Bro Neo dari Afdhal yang menurut pengakuan Afdhal dia sudah menularkan virus ngeblog pada teman-temannya, dan salah satunya Bro Neo ini. Wah kalau baca tulisannya Bro Neo ini, bisa mengerti bahwa beliau (cihuy) pandai pula merangkai kata dan melek SASTRA. Bacaannya Anak Bajang Menggiring Angin jeh. Blognya banyak menceritakan tempat/kota di Sulawesi sono, tapi seperti juga Afdhal yang banyak bercerita ttg orangtuanya,  ada postingnya yang sweet tentang kasih ibu. Senangnya kalau membaca pemikiran pemuda-pemuda tentang kasih orang tua (kalo pemudi sudah pasti tidak diragukan deh, tapi kalo cowo kan lain tuh penyampaiannya … gimana gituh). So Bro Neo, aku akan selalu baca loh, ditunggu posting-posting berikutnya.

7. Muzda. well, seperti yang dia tuliskan di posting pertamanya awal January 2009. “Maksudku, kamu nggak perlu punya kemampuan seperti cenayang, Edward Cullen, Snape, atau temanku si pembaca tarot itu untuk tahu siapa aku .. apa yang aku pikirkan ..Just read this blog,, and i am exactly like open book ..”.Dan memang benar membaca blognya saya menemukan banyak kalimat yang berani. Lihat saja dalam tulisannya Profesi yang Aku tak Ingin Dilakukan oleh Anak Keturunanku. Pasti semua akan berkata, pekerjaan apapun asal halal. Tapi yang Muzda ingin sampaikan bukan soal halal ngga nya kok. Dan pasti pemikiran itu ada di dalam benak semua orang, masalahnya ngga diungkapkan saja kok. Sampai Muzda menulis begini di komentar saya,”Dan tentu saja, sepertinya aku menuliskannya dengan kekhawatiran yang menimbulkan kesan bahwa aku ini punya tingkat kesombongan akut.” Well aku tidak melihat begitu, so jujur saja Muzda. Kejujuran itu yang membuat kamu beda. Dan aku suka! Ditunggu terus postingannya.

Sebetulnya aku juga mau mengulas tentang pendatang baru si EKA (Ka, elo bukan penulis professional kan?), tapi berhubung aku dapet award dari dia, jadi ngga bisa deh dimasukkan dalam list “penilaian”ku. But really Eka, aku suka blog kamu… terutama kalo udah nyerempet-nyerempet hahahah (Eka mah bukan nyerempet lagi, dia udah tabrak lari hahaha).

Aku juga masih banyak ingin menuliskan nama-nama di sini, tapi karena aku batasi dengan blogger pemula, maka cukuplah 7 orang yang kupilih untuk mendapat so called hadiah award dariku. (nulis posting ini  merupakan rekor terlama untuk aku total  5 jam euy! soalnya pake mikir dan link sono sini sih)

So, sebelum jumlah komentar menjadi 7000, dan jarak posting yang terlalu lama, aku sudahi dulu tulisanku kali ini. Terima kasih atas pertemanan lewat blogsphere ini, and I love you all…. Keep blogging!

Singkat-menyingkat

23 Mei

“km b4 sdh smp di 7an dgn slmt. Bsk pg bgt brgkt naik GA ke Sby. ”

Arrrghhh saya paling benci membaca sms yang penuh dengan singkatan begitu. contoh saja b4 itu bisa dibaca berempat atau before dalam bahasa Inggris kan? Memang yang disingkat kebanyakan adalah bunyi vokal sehingga kita masih bisa mereka-reka dari ke 5 vokal yang ada, kata apa yang dimaksudkan. OK deh kalau singkatan itu dituliskan pada sms untuk menghemat pulsa. TAPI, please jangan diteruskan ke dalam blog atau catatan akademis Anda. Belum lagi kalau tulisannya dalam satu kata terdapat penggunaan huruf besar/angka yang tidak pada tempatnya. Semisal aQ suKa an9ka sEmbiLaN ugggh… sorry aja kalau ada yang merasa tapi terus terang bikin pusing. (Ada yang pake angka 8 untuk B ngga ya? seperti 8ukan)

Padahal bahasa Indonesia sudah mengakui adanya singkatan dan akronim. P.T.  yang bisa singkatan dari Perguruan Tinggi atau Perseroan Terbatas (bisa dilihat dari konteksnya), SIM atau WNI, yang merupakan penyingkatan huruf awalnya saja atau sosbud, pemilu, tilang (bukti pelanggaran) yang merupakan akronim. Kalau yang lain-lainnya juga mau disingkat lagi, bagaimana jadinya bahasa itu?

Posting ini memang bukan untuk membahas bahasa Indonesia. Apalah saya ini sehingga mau “sok tau” melangkahi pak Sawali yang memang guru Bahasa Indonesia, atau penulis-penulis handal seperti pak EWA dan mas DM (mas loh uhuuy) dan mbak Tuti Nonka. Saya cuma mau mencoba menjawab pertanyaan Ariez yang nyasar ke shoutbox saya (Ngga tau juga kenapa dia sampai mempertanyakan hal penyingkatan bahasa Jepang ke saya, dan sayanya kok jadi tergelitik untuk menjawab).

Sebetulnya satu kanji dalam bahasa Jepang sudah mewakili satu kata, sehingga untuk term tertentu, satu kanji saja bisa dipakai. Misalnya dalam rekening bank ada kanji (普) yang singkatan dari 普通 futsuu, rekening biasa. Atau simbol sebelum/sesudah nama perusahaan (株) yang merupakan singkatan 株式会社 kabushiki kaisha, perseroan terbatas.  Atau yang sering terdapat dalam kartu nama orang Jepang yang bekerja di Kantor besar (代) singkatan dari 代表 Nomor telepon utama mereka.

Satu Kanji juga sering dipakai di surat kabar untuk menunjukkan nama negara. Misalnya 印 untuk India, 仏 untuk Perancis,  独 untuk Jerman, 米 untuk USA, 伊 untuk Italia. Untuk Indonesia? tidak ada tuh, biasanya dipakai katakana saja インドネシア。

Biasanya kata-kata yang disingkat (略称)juga merupakan nama yang mungkin aslinya panjang, kemudian disingkat dengan mengambil huruf-huruf awal dari frase. Yang paling sering adalah nama perusahaan, nama universitas,nama departemen atau kantor-kantor pemerintah. Dan ini sering menghiasi poster, slogan-slogan yang dipasang di tempat umum selain surat kabar Jepang.

  • 東大 早大 慶大 上智大 専大 (Tokyo University, Waseda University, Keio University, Sophia University, lalu tempat saya juga ngajar Senshu University)
  • 全日空 (ANA) maskapai penerbangan ANA; 日航 (日本航空) maskapai penerbangan JAL; 日石(新日本石油) Nisseki, perusahaan minyak
  • 全農 (全国農業協同組合連合会) Japan Agriculture; 入管 (入国管理局) Kantor Imigrasi;  東京フィル (東京フィルハーモニー交響楽団) Tokyo Philharmonic Orchestra
  • 文科省 (文部科学省) Departemen Pendidikan dan Science;  農水省 (農林水産省) Departemen Pertanian, Kehutan dan Perikanan

Bagi mahasiswa, singkatan yang sering didapat misalnya, 入試 dari 入学試験 ujian masuk setiap jenjang pendidikan dari SD sampai universitas. 一限  dari 第一限目 Mata kuliah jam pertama (dst).  Untuk tugas akhir 卒論  dari 卒業論文 skripsi,  修論 dari 修士論文 thesis,  博論 dari 博士論文 disertasi.

Dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya tidak bisa lepas dari  kata-kata ini : アニメ anime singkatan dari アニメーション animation;  アポ apo singkatan dari アポイントメント appointment ; エコ eko singkatan dari エコロジーecology;  コネ kone  コネクション connection; コンビニ konbini singkatan dari  コンビニエンスストア convinience store; デパート depato singkatan dari  デパートメントストアdepartement store;  サントラ santora singkatan dari  サウンドトラック sound track;  ケータイ ketai singkatan dari 携帯電話 keitaidenwa (ponsel)  ;着メロ chakumero 着信メロディ chakushin melody (nada panggil); デジカメ dijikame singkatan dari  デジタルカメラ digital camera ; リモコン rimokon リモートコントローラー remote control;  バイトbaito singkatan dari  アルバイトarbaito (kerja sambilan); パンスト pansuto singkatan dari  パンティーストッキング panty stocking; ママチャリ mamachari singkatan dari  ママ用チャリンコ (自転車) mama yo charinko (jitensha) – sepeda untuk ibu-ibu yang mempunyai keranjang depan belakang untuk belanja.

Nah, ternyata bisa dilihat bahwa yang banyak dipakai itu singkatan dari  katakana ya? Meskipun belum bisa dikatakan kesimpulan karena perlu penelitian lebih lanjut. Kanji yang saya ambil contoh itu juga saya pilih yang paling sering saya dengar/lihat dan mungkin dimengerti orang asing. Karena banyak sekali yang tidak bisa dimengerti tanpa Anda tinggal di Jepang.

Wah senang juga sih bisa menulis yang agak serius sedikit tentang bahasa Jepang, dan ingat kembali keinginan untuk meneliti macam-macam.  Paling sedikit saya bisa menghasilkan satu posting deh dalam waktu 1,5 jam research (cihuuuy). Akhir kata saya mau bilang 39 sankyu (thank you ) -arigatou pada  Ariez yang telah membangkitkan kenangan mahasiswa (baca : meneliti) malam ini.

Lupa mau tulis ini 新型インフル shingata infuru singkatan dari shingata influenza a.k.a flu babi. Baru nih… fresh from the oven hihihi

*****************************

Gara-gara baca komentarnya Muzda, aku teringat deh pernah delete id YM seseorang yang berbahasa begini:

W   : Quwh dpet ID mu dri tmend quw namanya ***.. tau kan??
EM: oooh ok
W   : quwh tertarik nge add samean cz ktanya samean kerja d jepang yah??
EM: tinggal di jepang
W   : jga kerja d sanah kn??
EM: ya kerja sbg dosen  part timer
W   : ooooooooo skrg msh da d jepang??
EM: msh
W   : gmn critanya samean bsa kerja d sanah??
EM: wahhh panjang lah ceritanya, mending baca di blog saya
EM: sudah 17 th di sini, ceritanya ngga habis 5 menit
W   : gy sbug pa nie samean??
EM : saya sedang kerjain terjemahan
EM : kamu laki atau perempuan sih?
EM : bhsnya kayak laki2
W    : ya perempuan lah.. emangnya knp??
W    : mav yah klo emang ganggu samean….
W    : klo ganggu mending saya klwar ja deh…
EM : samean itu apa?
EM : sampeyan sih ngerti
EM : kebiasaan sms pasti
W   :  yah maksudnya sampeyan,, getoo..
W   : iyaah..

Langsung saya delete deh ID nya….. kesel bener, ngga ada hormat-hormatnya. Bukannya gila hormat, tapi daripada dia ngetik samean, jelas lebih dikit ngetik MBAK kan? trus seperti yang Muzda cerita, MAV untuk maaf, QUWH untuk aku (masih mending AQ deh) . Mau nyingkat tapi diperbanyak di kata-kata yang ngga perlu seperti QUWH dan Getoo (jelas lebih pendek gt kan?

(Kalau ada yang khawatir dia baca tulisan ini? Bodo amat deh biar dia tahu bahwa bahasanya aneh. Dan orang kayak gini jelas-jelas ngga akan baca kalimat yang panjang-panjang hahahaha…ywd (ya udah deh , ini juga singkatan baru sodara-sodara, kali ada yang ngerasa …sorry ya dipake jadi contoh hihihi)  ihhh syirik deh quwh.

Mendongeng di Sekolah

21 Mei

Sudah sejak Riku berusia 1 tahun, kami biasakan untuk membacakan Picture Book sebelum tidur. Selalu bergantian, siapa saja yang bisa, saya atau Gen. Dan setelah berusia lewat 4 tahun, Riku yang memilih sendiri cerita mana yang ingin dia dengar. Hampir setiap malam, sampai Kai lahir.

Kai paling mudah untuk tidur. Cukup berikan botol susu dan kadang tanpa ditemani tidurpun, dia bisa tidur nyenyak. Tak ada cerita, tak ada lullaby. Sepi…. Sampai Gen menyayangkan kondisi ini. Terasa dingin, kurang ada hubungan batin antara Kai dan kami sebagai orang tua. Sementara Riku juga biasanya sudah tertidur sebelum Gen pulang kerja, atau saya sedang menidurkan Kai, memberi makan atau lain-lain. Kalau capek, Riku bisa tertidur sambil duduk di meja makan!

Tapi sejak Kai mulai berinteraksi dengan teman-teman di Himawari (penitipan anak) yang tentu saja salah satu kegiatan mereka adalah membaca Picture Book, Kai mulai menunjukkan minat pada buku. Tak jarang dia mengambil sendiri sebuah buku dan membalik-baliknya, tak jarang mengoceh sendiri dengan suara keras. Sebuah pemandangan yang jarang kami temui waktu Riku berusia sama dengan Kai, 1 tahun 10 bulan.

Dan akhir-akhir ini setiap malam terpaksa saya harus “berantem” dengan mereka. Karena Riku minta dibacakan “Iyaiyaenいやいやえん” sebuah buku yang sedikit gambarnya, sedangkan Kai minta dibacakan buku yang lebih banyak gambar khusus untuk usia 0-1-2 atau sebuah buku “Daiku to Oniroku だいくとおにろく” . Dan biasanya yang menang Kai, karena Riku langsung tertidur begitu kepalanya kena bantal. Jadilah saya mendongeng untuk Kai, berkali-kali sampai… terkadang saya yang duluan tertidur karena bosan.

Beberapa hari yang lalu, saya baru tahu bahwa setiap hari Kamis pukul 8:30 sampai 8:45 (pelajaran mulai pukul 8:50) di setiap kelas dari kelas 1 sampai 6, diadakan pembacaan buku cerita/mendongeng di SD nya Riku. Yang membacakan adalah orang tua murid yang tergabung dalam kelompok “Yomoccha Asa no kai”. Saya mengetahui tentang keberadaan kelompok ini, karena ada surat ajakan untuk ikut masuk ke dalam perkumpulan itu. Saya sebetulnya ingin sekali masuk ke kumpulan itu, tapi berhubung saya orang asing, pengucapan kalimat bahasa Jepang saya bisa mengacaukan pendidikan bahasa anak-anak sehingga saya mengurungkan diri. Tapi yang saya kagumi, pertama: sekolah memberikan waktu khusus untuk dipakai mendongeng di kelas. Dan kedua, orang tua sukarela meluangkan waktu untuk membacakan cerita. Karena tujuan membaca cerita itu amatlah bagus. Pasti ada manfaatnya bagi anak-anak di kemudian hari.

Selain acara rutin setiap pagi sebelum pelajaran pertama mulai, ada juga sebuah kegiatan lain dari PTA, yang juga mengumpulkan anak-anak setelah pulang sekolah pukul 3:30 sore di ruang serba guna, dan membacakan cerita. Selama 30 menit, murid bisa mendengar, melihat dan juga bertanya. Hari ini cerita yang dibacakan adalah mengenai “Curious George Goes to Hospital”… tentu saja versi bahasa Jepang.

Mendongeng… Saya sampai besar dan datang ke Jepang belum pernah mengalami “didongengi” selain oleh orang tua (baca: mama, pada waktu kami belum bisa membaca). Tapi di Jepang sering saya temui acara “mendongeng” yang disebut juga dengan yomikikase atau roudoku. Yomikikase biasanya audiencenya anak-anak, sedangkan roudoku pembacaan di atas panggung (mungkin bisa dibayangkan seperti pembacaan puisinya Rendra). Dan roudoku ini biasanya menampilkan artis kawakan yang penghayatannya juga bagus. Dan sekali lagi, roudoku bukan hanya konsumsi anak-anak! Hebat memang Jepang.

Saya hanya tahu kegiatan mendongeng di Indonesia diadakan oleh  Poetri Soehendro, announcer yang banyak membacakan cerita untuk anak-anak. Tapi selain dia, saya tidak tahu. Or saya juga tidak tahu seberapa “banyak”nya kegiatan mendongeng di Indonesia. Padahal, bekalnya hanya buku loh. Dan suara. Murah bukan? Dan dengan didongengi begini, daya imaginasi anak-anak bisa dipupuk, selain memperkaya pengetahuan.

Memang masyarakat Jepang tidak bisa lepas dari buku. Sejak anak-anak sampai dewasa. (Dan saya tak henti-hentinya mengatakan Indonesia harus meniru Jepang untuk yang ini)

NB: Sssst… Ada satu Picture Book, yang saya pribadi ingiiiin sekali beli. Berjudul, “Shakkuri Gaikotsu” terjemahan dari “Skeleton Hiccups” karangan Margery Cuyler、 S.D. Schindler. Masih mikir-mikir mau beli ngga soalnya harganya 1575 yen … cukup mahal untuk sebuah Picture Book.

Amazon.com
Skeletons are a little less scary when they have the hiccups. This particular skeleton can’t seem to shake them–not in the shower (nice fuzzy bat slippers!), not while brushing his teeth (woops! there goes the bottom jaw!), not while polishing his bones, carving a pumpkin, raking leaves, or even when playing baseball with his friend Ghost. Ghost, instead of Boo-ing! away his buddy’s hiccups right away as we might expect, advises Skeleton to hold his breath and eat some sugar and drink water upside down. When he finally does Boo! it still doesn’t work. But when Ghost finds a mirror and holds it up to Skeleton’s face, he sees his reflection and screams in fright! The hiccups jump away, hic, hic, hic. While it’s novel to see a skeleton eating sugar, drinking water, showering, etc., it may be tricky to find the right audience for this unusual picture book that’s more about hiccups than Halloween. (Ages 4 to 8) –Karin Snelson

Akhirnya aku dibelikan buku ini, yang bisa dibaca ceritanya di sini.

Kunci Cinta?

20 Mei

Waktu saya datang ke Jepang, 4,5 tahun pertama  saya geshuku “indekost” dengan keluarga Jepang. Keluarga ini terdiri dari Bapak, Ibu, 2 anak laki-laki, 2 orang Srilanka (satu mahasiswa dan satu lagi sebagai “asisten rumah tangga”), dan 2 putri dari Indonesia (Ratih dan saya). Hanya kalau waktu makan saja, sang nenek yang tinggal di rumah belakang rumah kami, datang untuk makan bersama.

Kamar kost saya di Jepang -awal kedatangan jadi belum banyak barang-
Kamar kost saya di Jepang -awal-awal kedatangan jadi belum banyak barang-

Kami masing-masing menempati satu kamar, dan saya mendapat kamar di lantai dua, dengan tangga yang curam. Tapi dengan demikian, penyakit phobia saya akan ketinggian sedikit demi sedikit bisa sembuh. Setiap kamar berkunci karena dulunya rumah ini pernah dipakai sebagai ryokan (penginapan ala jepang), jadi tentu untuk privacy sang tamu, perlu dipasang kunci. Tapi biasanya kamar dalam rumah Jepang tidaklah berkunci. Kalaupun ada kunci pasti bisa dibuka dari luar untuk emergency.

kunci kamar
kunci kamar

Bagaimana dengan WC dan kamar mandi? WC pastilah berkunci, meskipun pintunya pintu geser atau pintu buka. Tapi seperti yang saya katakan di atas kuncinya bisa dibuka dari luar dengan menggunakan koin. Dan untuk kamar mandi di manapun baik di rumah ataupun di hotel/penginapan biasanya tidak berkunci. Biasanya pintu geser untuk memasuki ruangan space yang dipakai untuk wastafel dan buka baju, baru kemudian masuk ke dalam kamar mandi yang dilengkapi dengan bak untuk berendam. Awal-awal saya agak kagok mandi tanpa kunci, tapi semua anggota keluarga biasanya tahu kalau pintu geser tertutup berarti ada orang yang sedang menggunakan. Kalau ibu semang saya,Mrs K kami memanggilnya, sering juga memakai wastafel untuk make-up selagi saya berada di dalam kamar mandi. Tapi itu tidak menjadi masalah bagi saya, karena sebetulnya Jepang mempunyai kebiasaan untuk mandi bersama (tentu saja sesama jenis) di pemandian umum yang disebut sento  seperti yang pernah saya tulis di “Kei-chan dari Pemandian Fukunoyu”.

Semua lemari yang ada dalam rumah tidak berkunci. Kalau mau yang berkunci maka harus memesan/membeli khusus. Jadi otomatis kunci dari satu rumah hanyalah kunci pintu masuk saja. Satu saja. Dibandingkan dengan rumah saya di Jakarta yang bangunan belanda kuno, pernah kami hitung seluruh kunci pintunya ada 33 buah! Memang tidak kami bawa semua. Kunci kamar bisa kami sembunyikan di tempat-tempat tertentu, dan yang dibawa paling 1-2 anak kunci saja. Tapi ritual mengunci pintu setiap mau pergi paling sedikit makan waktu 5 menit sendiri (termasuk mengeceknya kembali hehehe).

Nah, karena di rumah ini ada Asisten rumah tangganya, kami tidak perlu membawa kunci rumah. Tapi karena saya sering pulang larut (letak universitas saya jauh dari kost kira-kira 1,5 jam perjalanan, dan kalau mengebel rumah, menunggu dibukakan bisa mengganggu kenyamanan semua (termasuk si Asisten RT) saya diberikan AIKAGI, kunci duplikat untuk bisa masuk langsung ke lantai dua lewat pintu belakang.

Aikagi, atau kunci duplikat memang merupakan jalan keluar yang terbaik jika rumah tangga itu tidak mempunyai pembantu. Dan di Jepang, biasanya semua anggota keluarga mempunyai kunci pintu rumah sendiri. Riku pun sekarang punya kunci rumah, seperti yang pernah saya tulis di “Anak Kunci”. Yang menjadi masalah, sering saya jumpai di dalam drama atau film di Jepang, pasangan yang belum menikah pun mempunyai kunci duplikat dari rumah pacarnya. Dia bisa masuk kapan saja dia mau.  Dan tentu saja kondisi yang sama bagi aijin (wil atau pil — selingkuhan) memiliki aikagi ini. Karena sering mendengar istilah aikagi yang seperti ini di drama, saya selalu berpikir tulisan kanji dari kunci duplikat adalah 愛鍵 tapi ternyata 合鍵 keduanya sama-sama dibaca aikagi, tapi yang kanji pertama berarti Kunci Cinta, sedangkan kanji yang kedua berarti Kunci yang Persis (sama). Padahal pakai tulisan kanji cinta juga tidak ada salahnya ya? (maunya saya aja hehehe).

So, apakah Anda sekarang mempunyai/membawa kunci rumah sendiri? Atau selalu menunggu dibukakan pintu oleh Asisten Rumah Tangga atau orang tua Anda?

(Saya tidak punya kunci rumah di Jakarta, sehingga waktu saya pulang larut abis dugem, terpaksa deh saya sms bapak saya minta dibukakan pintu. Untung baru jam 12:30 …. Belum jam 3 pagi hihihi)

NB: Saya sudah lama mau menulis soal AIKAGI ini tapi jadi lebih terdorong menulis hari ini setelah membaca postingan mas trainer yang INDEKOS.

Kembaran

18 Mei

Suatu pagi, aku tergesa masuk ke dalam gerbong kereta. Ada sebuah kursi yang kosong, dan aku langsung duduki. Tumben sekali ada yang kosong, karena biasanya naik Yamanote Line di pagi hari, hampir dipastikan tidak bisa duduk. Berdiripun biasanya tidak bisa bergerak ke mana-mana, alias nempel pada orang di depan/samping/belakang kita. Kalau bisa masuk ke bagian tengah, ya begitulah kondisinya. Tapi kalau dapat di pinggiran pintu? Bisa-bisa muka tertempel di kaca pintu. Sebuah pemandangan yang bisa menguncang tawa, jika kamu ada waktu. Karena….. wajah yang tertempel di gerbong itu mengingatkanmu pada ikan mas koki yang sedang megap-megap hihihi. (Sayang saya tidak bisa menggambar, kalau tidak tulisan ini akan lebih lengkap dengan ilustrasi ya)

Sebelahku seorang pemuda, orang kantoran…. Salaryman istilahnya di Jepang. Tentu berpakaian jas lengkap dengan dasinya. Sebuah pemandangan yang biasa sih. Tapi aku merasa ada yang aneh. Hmmmm… apa ya?

Astagaaaaa…. aku tidak bisa menahan mulutku untuk tidak terbuka…. Mau ketawa tapi sebel. Apa pasal? Setelan jas yang dia pakai, persis sama dengan setelan jas yang aku pakai!!! Whooaaaaaa…. Memang aku sering mengajar dengan memakai setelan jas, kelihatan lebih angkuh dan profesional penampilannya bukan? Setelan jas yang kupakai hari itu adalah celana panjang dan jas berwarna hitam, dengan garis-garis putih samar. Dooooh garisnya juga mirip besarnya. Jadi kami berdua kelihatan sebagai pasangan yang sengaja “kembaran” pakai baju yang sama. (padahal beda umurnya jauh lah hihihi, seperti tante-tante dengan  tsubame — bahasa jepangnya untuk daunmuda).

Aku lalu teringat pada pasangan anak kembar, yang sering didandani oleh ibunya (bapaknya kayaknya sih cuek aja) dengan baju yang sama. Sehingga tambahlah kebingungan kita menentukan mana yang Ani, mana yang Ina. Ani dan Ina ini dulu sama-sama satu SD dengan aku, dan hanya bisa dibedakan dengan tahi lalat. Yang ada tahi lalat di hidung itu Ani, yang tidak ada ya si Ina.

Gen suamiku, mempunyai saudara kembar, Taku. Dan waktu kutanya, apakah dulu dia sering dipakaikan baju yang sama, dia berkata, “NO WAY!”. Ya mungkin setelah dia “sadar” dia bisa kritik ibunya. Padahal sebelum dia sadar, pasti sudah dipakaikan segala sesuatu yang sama. Dan saya menemukan beberapa foto mereka…. (moga-moga Gen tidak marah…. jangan marah ya sayang hihihi dirayu dulu ahhh)

de twin : gen and taku

Asal kata “kembaran” yaitu memakai baju or anything deh yang sama memang berasal dari kata kembar.

kem·bar a 1 sama rupanya (keadaannya): anak-anak kucing itu berwarna — , kelima-limanya belang tiga; 2 dilahirkan bersama-sama dr satu ibu (tt anak): anak — biasanya berwajah mirip; 3 rangkap; dobel (tt nomor kendaraan, majalah, dsb); (KBBI Daring)

Sering kali meskipun bukan anak kembar, kita juga sering melihat kakak-adik yang memakai baju dengan corak yang sama persis. Pasti begitu kita melihat anak-anak yang lucu itu, kita akan berteriak, “Aduuuh lucunya…”….

dua adikku
dua adikku

Well, aku sendiri punya 2 adik perempuan. Kita bertiga dulu sering disebut sebagai “Lex Trio”… padahal ngga mirip loh. Dan kesukaan kami berbeda, paling-paling yang pernah papa saya lakukan adalah membeli sebuah TShirt bertuliskan “I’m the BIG sister”, “I’m the middle” dan “I’m the LITTLE Sister”. Dan entah kenapa, baju adik saya, “I’m the little sister” itu yang sekarang ada di dalam lemari saya. (Mungkin cita-citanya untuk diet dan menjadi “little” ya hihihi)

de shirt... punyaku mana ya?

Dan kupikir, mungkin banyak anak-anak kembar yang sebenarnya tidak suka memakai baju yang sama dengan kembarannya. Apalagi waktu mulai menjadi remaja. Sama seperti kami bertiga, tidak suka memakai baju kembar untuk menunjukkan kakak-beradik. Betapa anak-anak sering menjadi korban dari keinginan ibunya yang ingin menjadikan anak-anaknya pusat perhatian. Memang bisa dimengerti sih. Tapi waktu kutanya pada ibu mertuaku tentang baju kembar ini, dia berkata, “Kalau dibelikan kakak-neneknya memang ada, tapi saya sendiri tidak membeli baju kembar. Abis dong duit saya untuk beli baju yang sama. Mending beli yang lain-lain sehingga tidak ketahuan bahwa bajunya itu tuker-tukeran” hehehe… pinter juga akal ibu mertuaku ini.

Dan setelah aku mulai mengerti fashion, pasti deh cewek-cewek juga akan tidak suka jika tiba-tiba dia bertemu dengan orang lain, yang memakai baju yang persssiiiiiisssss sama dengan dia (Untung aku belum pernah kejadian hihihi). Ketahuan lah harganya, beli di mana dsb dsb. Kalau mereknya Chanel,  Christian Dior atau Aigner sih boleh-boleh aja (Eh…ngga tahu juga apa merek-merek mahal gitu bikin baju kodian ngga ya? Ngga pernah beli sih hihihi).

Memang untuk acara tertentu seperti reunian kadang menentukan dresscode tertentu, tapi…. ngga sama persis kan?

So, Anda sendiri mau tidak dikembarin saudara atau orang lain dalam berpakaian atau yang lain-lain?

de coutriers... miss you all so much bro and sis
de coutriers... miss you all so much bro and sis (kiri ke kanan: imelda, novita, tina, andy)