Satu jam yang lalu, Kai yang sedang tidur terbangun dan saya memberikan susu untuknya. Tiba-tiba di luar kamar tidur terdengar sayup suara orang menangis. Wah, Riku kenapa? Langsung saya lari keluar dan mendapatkan dia setengah berbaring di lantai bersandar bantal. Dia menangis. Menangis sedih, bukan menangis kesakitan karena jatuh atau terbentur.
“Riku, kenapa kamu nangis sayang?” Sambil aku mendekap dia, membelai rambutnya.
“Aku sedih… aku kangen…..” Melihat dia menangis sampai segukan begitu membuat aku ikut mengeluarkan air mata.
“Riku kangen siapa?”
“Aku kangen teman-teman. Teman-teman di Himawari”…. Ya ampun…. Himawari adalah tempat penitipan bayi, tempat aku menitipkan Riku sejak dia usia 6 bulan sampai usia 4 tahun, karena aku harus bekerja. 4 hari seminggu terkadang dari pukul 9 pagi sampai 9 malam (Jam terbang dia sehari lebih banyak dari aku) Riku aku titipkan di sini (disebut Hoikuen). Kurikulumnya memang bermain, dan untuk 20 anak dijaga oleh 5-6 orang guru. Rupanya Riku kangen dengan teman-temannya di sini.
“Ya sudah besok mama telepon ke Himawari, lalu tanya apa masih ada teman Riku di situ” (Hoikuen itu menjaga bayi kita dari usia 50 hari sampai pre sekolah yaitu kurang dari 6 tahun, bagi yang mau)
” ………” masih menangis.
“Kalo Shun-kun mama ada email mamanya. Riku mau ketemu dia?”
Masih menangis. Berbagai cara aku pakai untuk membujuk Riku. Sampai akhirnya aku bilang, “Yuk kita telepon tante Mariko.” Baru dia bisa reda tangisnya, dan segera menelepon tantenya itu.
Ternyata seorang anak berusia 5 tahun pun bisa kangen pada temannya. Bisa kangen pada lingkungan tempat dia biasa hidup. Memang Riku amat perasa (seperti mamanya) sehingga dia kadang menangis untuk suatu hal yang rasanya “aneh” untuk ditangisi seorang anak kecil. Kuyashii, putus asa… kemarin dulu dia menangis putus asa karena dia tidak bisa bermain basket. Meskipun tante Mariko dan saya sudah bujuk-bujuk tetap menangis. Tapi memang sudah sejak dulu saya selalu tekankan pada Riku, bahwa manusia tidak mungkin BISA segalanya. Manusia itu bukan Tuhan. Coba, usaha, kalau tidak bisa, kita harus tahu juga bahwa mungkin itu bukan bakat kita. Kita bisa cari yang lain, yang mungkin lebih tepat. Saya benci pada ibu-ibu Jepang yang memaksakan anak-anaknya untuk ikut kegiatan/belajar sesuatu bukan karena si anak suka , tapi lebih merupakan “kewajiban” karena anak yang lain juga ambil, tidak mau tampil beda dari orang lain.
Rupanya hari ini adalah hari mellow yellownya Riku. Besok pagi aku akan coba untuk hubungi salah satu teman akrabnya dan mungkin mereka bisa reuni… (aduh …hidup baruuuu 5 tahun loh ….)