Pertanyaan Riku di Yogya

10 Mar

Beberapa menit sebelum kami naik ke pesawat menuju Jakarta di Bandara Adi Sutjipto Jogja (9 Maret 14:35), Riku bertanya padaku,

“Mama, kenapa tidak ada Ibu dan Bapak tapi anak itu bisa lahir?”

………………..

sebuah pertanyaan yang tiba-tiba, yang amat wajar, tetapi aku perlu waktu menyusun kalimat yang singkat tapi mudah dimengerti. Aku tahu dia bertanya begitu, karena aku marahin dia waktu dia merengek minta alat tulis yang sedang kami masukkan dalam plastik untuk kemudian dibagikan kepada bocah Kweni. Siang tanggal 7 Maret yang lalu di Villa Hani’s.

“Riku, ini buat teman-teman nanti. Mereka tidak ada ayah atau ibu yang bisa membelikan buku tulis setiap saat. Kamu punya mama dan papa, dan setiap kamu minta, mama dan papa berusaha belikan, kan? Tapi mereka tidak ada papa dan mama, bagaimana mereka bisa minta belikan buku atau alat tulis yang mereka inginkan? Riku harus menahan diri! Tidak bisa setiap apa yang Riku minta harus ada. Please, ini untuk anak-anak itu ya. Nanti jumlahnya kurang, Riku nanti saja ya!”

Dan rupanya perkataan saya bahwa anak-anak itu tidak punya papa/mama melekat terus di kepalanya. Meskipun aku tidak tahu apa pikirannya ketika dia bermain bersama mereka.

Sebetulnya sudah sejak di Tokyo, aku mengatakan pada Riku, bahwa nanti kita ada acara bermain bersama. Dan 2-3 hari sebelum berangkat waktu aku sedang packing koper, tiba-tiba dia datang dan memberikan kumpulan mainan “bekas” yang dia tidak mau main lagi (benar-benar bekas sehingga menyerupai sampah), dan dia bilang “mama aku mau kasih ini pada teman-teman yang tidak punya mainan”. Aku melongo saat itu, dan waktu aku ceritakan pada Gen, dia ikut terharu.

Tidak, saya tidak bermaksud untuk membanggakan Riku dengan menuliskan ini. Bahkan sesungguhnya saya tidak mau menuliskan ini awalnya. Tapi pertanyaan Riku di Bandara Adisutjipto itu yang membuat saya pikir, pertanyaan itu bagus untuk mengawali tulisan saya, tentang “Kopdar Yogya bersama Bocah Kweni”.

Saya beruntung mempunyai bapak dan ibu, mama dan papa, lengkap, dan masih hidup sampai sekarang. Tapi banyak teman yang sudah tidak punya salah satunya atau keduanya. Dan tidak usah jauh-jauh, Ibu saya kehilangan ibunya sewaktu balita. Duh, saya bisa membayangkan betapa sedih atau kehilangannya jika hidup tanpa seorang ibu atau seorang ayah. Dan di jaman sekarang ini, banyak pula anak-anak yang merupakan anak dari single mother, atau hasil dari perkosaan, etc etc. Atau orang tua biologisnya ada tetapi tidak hadir dalam kehidupannya. Seperti yang ditulis oleh Uda Vizon dalam “Yatimkah dia.”

Saya dulu juga selalu menangis melihat anak-anak yang kurang beruntung. Mungkin saat itu karena saya belum bisa berbuat apa-apa, sehingga emosi saya lebih bekerja daripada pikiran saya. Hingga suatu kali saya pernah tersentil dengan perkataan suami saya. “Saya tidak butuh simpati!”, dan membayangkan memang banyak orang yang tidak mau dikasihani. Mereka membangun dinding tinggi di sekitar hatinya, karena juga curiga akan perbuatan baik yang diberikan oleh teman-temannya hanya sebagai “rasa kasihan” . Saya selalu berusaha menempatkan diri saya jika saya di posisi mereka. Dan terpikir apa sih yang mereka butuhkan? Sebetulnya hanya satu, tapi amat sulit untuk kita beri, karena menyangkut waktu dan eksistensi kita. Mereka akan lebih membutuhkan kasih dan keberadaan seseorang yang mencintai mereka, daripada hanya barang-barang atau uang yang bisa habis sekejap mata.

Saya tidak tahu apakah rencana saya bermain dengan bocah Kweni (baik yatim ataupun tidak) itu baik atau tidak, tapi yang pasti saya hanya ingin berbagi sedikit kasih dan sedikit waktu  pada mereka. Karena saya juga tidak punya materi yang cukup. Saya masih belum bisa berbuat banyak. Saya ingin memberitahukan pada Riku (dan Kai jika dia besar sedikit lagi) bahwa ada banyak anak-anak yang tidak seberuntung dia. Saya juga bukanlah malaikat seperti yang ditulis Jeunglala di postingan “Hidden Angels”. Tapi yang pasti saya merasa sangat beruntung, memiliki sahabat-sahabat blogger yang satu perasaan dengan saya, dan saling membantu mewujudkan “pernyataan kasih” kepada bocah-bocah di Kweni. Sahabat-sahabatku, terimalah tanda terima kasih saya yang keluar dari lubuk hati.

Dua orang utama yang memang tinggal di Kweni, Uda Vizon dan Mbak Icha (mbak Icha sudah terlihat jawa banget sih) yang menyambut rencana sederhana saya dengan antusias, dan membuat saya yakin untuk maju terus, seberapapun orang yang hadir di Yogya (dan seberapapun yang kita bisa berikan pada anak-anak ini) . Nama Uda yang terkenal di kampungnya, juga turut memudahkan saya mencari rumahnya sehari sebelum hari H. Bayangkan tanpa briefing, Lala, Mas Goenoeng, Mas Arif, Tyan, Ipi, Noengki Prameswari, Daniel Mahendra bisa berbaur dengan anak-anak itu dan menggambar bersama. Belum lagi kehadiran Bunda Dyah yang benar-benar menguatkan hati (dan jasmani karena Bunda membawakan makanan kecil yang dibuat  Mbak Vivi untuk anak-anak ini). Mbak Tuti Nonka yang meringankan kaki juga hadir bersama dan bahkan memberikan tas ransel hijau serta buku cerita sebagai cikal bakal perpustakaan mereka. Lihat betapa bangganya anak-anak ini menggendong tas ransel mereka, yang juga berisikan sikat gigi lucu dari bu Dokter Noengki. Sampai-sampai Riku pun bangga sekali mempunyai tas ransel itu, dan dia gendong terus sampai di pesawat (maaf jadi berkurang satu jatah anak-anak itu…. hiks)

Dengan satu tindakan, 12 blogger yang terpencar di mana-mana, beserta 60-70an bocah bersatu dalam satu episode kehidupan. Di Jogjakarta, tepatnya di desa Kweni. Unforgetable Moments.

Saya tahu, saya memang tidak menangis waktu berada di antara bocah-bocah ini, tidak seperti Jeung Lala. Mungkin karena saya terlalu sibukberpikir “what next” dan terlalu exciting. Tapi saya memang menangis setiap kali melihat foto-foto yang merekam peristiwa itu, yang mengabadikan kegembiraan, persatuan, kebersamaan, kasih, persahabatan di antara kita. Dan sambil menuliskan inipun perasaan saya masih campur aduk, sambil menahan isak. Entah kapan kita bisa bersama seperti ini lagi…. semoga saja ya.

Ini bukan laporan lengkap perjalanan Yogya, tapi saya tak bisa menunggu lagi urutan posting perjalanan saya yang amat sangat terlambat sehingga saya selipkan tulisan ini. Jika ada yang mau membaca laporan Yogya yang sudah ditulis kawan-kawan yang lain, silakan coba klik nama-nama peserta di atas.

Related Posting :

Mbak Tuti Nonka :

Bloger & Bocah-Bocah Kweni

Uda Vizon:

bocah kweni vs blogger

JeungLala:

Hidden Angels

Jeung Ipi:

Kopdar bareng Bocah Kweni

Noengki Prameswari:

Jogja Seru

Tyan

Blogger kumpul dengan bocah kweni

Hari ke 17 – Arisan dan Inisiasi Sashimi

10 Mar

Hari ke 17, tanggal 3 Maret 2009. Rupanya keluarga kami menjadi host untuk sebuah arisan yang diikuti papa-mama sejak puluhan tahun lalu. Jadi anggotanya juga saya kenal sekali. Sebagian merupakan orang tua dari teman sekelas atau teman sesekolah yang tinggal di kompleks yang sama. Dan karena papa ada urusan di Lemhanas sampai dengan pukul 10, maka papa minta aku untuk membantu mama menjadi host arisan tersebut.

Salahnya saya tidak membantu persiapan sejak awal. Karena saya pikir toh ada tante yang membantu memasak, jadi tidak perlu bantuan saya. Asisten rumah yang 3 orang itu dikerahkan untuk membantu urusan masak dan siap-siap, sehingga aku sendiri yang harus menjaga dan bermain dengan Kai. (Yang untung saja sejak kemarin tidak demam lagi) .Dan sebetulnya saya agak menyesal tidak membantu dari awal. Karena ternyata sampai dengan pukul 9:30 (acara mulai pukul 10 pagi), persiapannya masih jauh dari sempurna. Untung Kai mau saya biarkan bermain sendiri, jadi saya cepat-cepat ikut membantu menyiapkan piring, gelas, sendok, garpu dan lain-lain.  Untung saja selesai perfect sebelum waktu makan siang, dan para tamu saya lihat bisa menikmati sajian yang disuguhkan.

Acara arisan selesai pukul 1-2 an dengan menyisakan bertumpuk piring kotor, dan sisa makanan. Persiapannya berjam-jam, pelaksanaannya sebentar saja, penuntasan (beres-beres) nya jauh lebih singkat …. begitulah hidup. Bersiap menjadi pasangan hidup yang butuh proses lama, bersiap menjadi ayah-ibu, menjalani kehidupan sebagai pasutri, sebagai orang tua, dan akhirnya waktu kita meninggal, prosesnya pun tidak lebih dari 3 hari. Bukan pesimis atau apa, tapi memang dimensi “waktu” itu penuh misteri.

Karena terlalu asyik mengerjakan posting dan editing foto-foto, aku tidak sadar bahwa ternyata jam sudah menunjukkan pukul 6:30 malam. Padahal aku ada janji jam 7:30 di FX bersama beberapa kawan blogger. Kopdar lagi deh nih.

Cowo yang pertama hadir, si Japs…. adik mayaku ini orangnya keren sekeren blognya. (Ssssst masih available loh, yang berminat lewat saya yah hihihi). Kalau Yoga sih emang sudah datangnya (hampir) bersama saya.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Tujuan kopdar kali ini adalah….. “Berdamai dengan SA SHI MI “Bukan mie nya si Sashi” tapi irisan ikan mentah ala Jepang yang mungkin bagi sebagian orang menjadi momok yang menakutkan. Atau yang mengatakan bahwa tidak bisa makan sashimi/makanan Jepang lainnya berarti “Katrok”. Tidak, saya tidak mau mengatakan bahwa sashimi = borjuis = mewah = prestige. Tapi yang saya mau tekankan di sini adalah justru back to nature, ikan yang segar diiris tanpa digoreng (minyak = menambah kalori dan mengubah rasa) cukup dibubuhkan seoles kecap asin. Tidak bisa makan? Tidak apa-apa. Setiap orang punya seleranya masing-masing. Saya hanya mau memperkenalkan bahwa ada banyak macam makanan di dunia yang hampir tanpa batas ini.

Mulanya saya mengajak Mang Kumlod yang ingin mencoba sashimi, dan Yoga untuk ikut menemani kami. Kemudian saya juga  berhasil menghubungi Japs, yang ternyata sudah dipindahkan pekerjaannya dari Bandung ke Jakarta. Bagi saya, pertemuan dengan Japs adalah untuk yang pertama kalinya. Kemudian Mang Kumlod ternyata mengajak temannya seorang Penyiar, Lia Christie di radio Trijaya FM, yang hadir dengan temannya (Mas Tias yang ternyata adalah sepupu dari seorang dosen bahasa Indonesia di Tokyo, yang juga temanku, yaitu mbak Ajiek Stoneman) juga.

Jam 8 akhirnya lengkaplah anggota “Inisiasi sashimi”@ Kuishinbou FX, Jakarta. Saya pilihkan Maguro Yukke sebagai pembuka, juga wakame salada, dan Agedashi tofu, Ikan Kampachi dan salmon iris untuk sashiminya.   Ternyata Kampachi dan salmon bisa lewat dnegan sukses. Kemudian saya pilihkan ikura —telur ikan salmon— (sayang sekali ikuranya tidak fresh alias sudah shoyuzuke —sudah diinapkan dalam kecap asin dahulu.

Kemudian untuk makimononya tuna negi dan californian roll.

Sambil ngobrol-ngobrol dan tentu saja berfoto narsis- ria aku pilihkan  Zaru soba (mie soba dingin) dan Tanuki Udon (mie udon panas). Sebelumnya sempat juga coba makan Jigoku Ramen dengan tingkat kepedasan 3.

Selama kita nyoba-nyoba makanan ini, Riku berpisah dengan kami, dan bermain di PlayLand di Lantai 6. Baru setelah sekitar jam 9:15 malam dia bergabung, setelah dijemput Yoga. Dasar orang Jepang, tanpa ragu dia habiskan semua yang tersisa di atas meja, dan begitu Soba datang langsung melahapnya, tanpa menunggu ijin ibunya (pikirnya pesanan itu untuk dia hihihi)

Berhubung Riku juga sudah capek seharian waktu arisan, bangun terus (dia tidak pernah tidur siang) dan juga banyak bermain di PlayLand, juga bermain sumo di dalam kompleks makanan Kuishinbou ini bersama Japs, maka menjelang jam 10 dia tertidur kecapekan menyender ke saya. Wah gawat deh, musti ada yang mau berkorban untuk menggendong Riku sampai di Taksi. Aku terus terang ngga sanggup angkat dia yang berbobot 26 kg itu. Untuk ada Japs yang bersedia mengendong sampai bawah.

Akhirnya inisiasi malam ini harus diakhiri, 6 cowok +Riku berpisah di depan restoran sebelum semuanya bubar karena ada sebagian yang ke wc dan sebagian langsung menuju lantai dasar. Seperti tulisan Yoga di Celoteh Sebelum Tidur, makanan mungkin faktor yang bisa mencairkan suasana. Tapi kali ini saya rasa keinginan untuk lebih mengetahui kebudayaan asing lebih berperan dalam acara kopdar malam ini.

Hari ke 14 – Homecoming – Come to My Home

7 Mar

Hari ke 14, hari terakhir bulan Februari, 28 Februari 2009. Aku di rumah saja. Karena hari ini aku akan kedatangan banyak tamu. Bahkan secara tiba-tiba banyak saudara yang bertandang ke rumah, karena rumahnya ada saudara jauh yang akan menikah.

Tamu pertama aku adalah de Mascayo’s…. Mas Cahyo yang pengelola blog http://mascayo.com, istrinya mbak S dan si manis Zia. Mereka datang pukul 12:30 dan karena banyak anak-anak, aku membeli Mac Donald dengan maksud supaya anak-anak bisa makan bersama dan bermain. Eeee Zianya malu, anakku juga malu, begitu juga saudara-saudara yang lain Dharma, Sophie dan Kei. Jadinya tidak bermain malahan menonton video Ants. Kata Mas Cahyo, Zia itu mirip papanya, karena itu perlu kehadiran “pengencer” Mbak S nya hihihi. Sambil ngobrol ngalor-ngidul terutama soal perusahaan Jepang yang ada di Indonesia, kita mulai khawatir juga dengan hujan yang mengguyur di luar. Memang tidak lebat sih, tapi juga menahan dan membuat de Mascayo’s urung pulang. Jadi begitu hujan berhenti, Keluarga ini pamit pulang.

Setelah tamu pulang, aku sempat istirahat siang sebentar bersama Kai. Kai mulai demam dan rewel. Untung dia mau bermain dengan mbak Riana, yang memang dia sudah pernah bertemu sebelumnya waktu kami pulang Oktober lalu.

Tamu agung aku yang ke dua hari ini adalah ENDAYORI….. yang mengadakan pertemuan part 2 di rumahku. Tadinya aku memang berniat untuk masak masakan Jepang, paling tidak mau coba masak okonomiyaki. Tapi berhubung rumah di jkt ini bukan milikku, dan aku kurang tau penyimpanan barang-barang untuk memasak, dan jarak antara dapur dengan ruang tamu yang cukup jauh sedangkan masakan jepang itu paling enak kalau langsung dimakan setelah matang, jadi aku urungkan niat untuk memasak. Tema hari ini bukan pada makannya tapi justru pada ngobrolnya kok.

Yoga data ng kemudian kita menyusun menu untuk minta delivery. Tidak lama setelah pukul 7 malam, Ibu Enny muncul dengan memakai baju sutra berwarna biru yang manis. Dan tak lama sesudah itu lengkaplah kehadiran ENDAYORI dengan datangnya Daniel Mahendra. Dan ternyata kami juga kedatangan seorang tamu dari jauh, yaitu Mbak Noengki Prameswari yang kebetulan waktu itu sedang berada di Bandung dalam rangka tugas. Jadilah Endayori plus ibu dokter gigi yang manis ini.

Ngobrol punya ngobrol, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Pertemuan jilid dua sudah terlaksana dengan baik. Dan semoga masih ada pertemuan jilid berikutnya yang entah kapan akan terjadi lagi. Semoga saja bisa diadakan di Jepang, sehingga bisa saya masakin makanan Jepang.

Hari ke 13 – Reuni SMP thanks to FB

4 Mar

Ya, mau tidak mau saya harus mengucapkan terima kasih pada FB alias Facebook. Karena dengan adanya FB, terkumpullah alumni SMP saya dan kita bisa mengadakan reuni dengan sukses besar sepanjang saya reunian dengan teman SMP!!! 31 orang berhasil dikumpulin dan datang ke temu kangennya SMP Tarli yang diadakan tanggal 27 Februari (Hari ke 13) lalu.

Monica yang kirim sms-sms terutama pada mereka yang tidak punya account di FB, kemudian Joko U yang sebarin undangan di FB. Aku yang tentuin tanggal, dan akhirnya juga yang tentuin tempat. Tadinya aku sudah mau booking di Barcode. Sampai waktu di Bandung aku sudah berkali-kali telepon managernya, tapi tidak ada. Dan untung sekali, di sabtu itu aku dapat telpon dari Joko, bahwa teman-teman “berteriak-teriak” kalau akan diadakan di Kemang, Mereka sudah putus asa mendengar kata KEMANG, karena memang terkenal macetnya daerah itu. Padahal sebetulnya Barcode, ngga terlalu jauh dari mulut Kemang Raya, jadi menurut aku dan Wawam mustinya OK-OK saja.

But karena banyak yang komplain, akhirnya Senin aku putuskan untuk mengubah tempat ke Cafe Amor. (Untung banget telpon ke manajernya Barcode ngga nyambung ya?? Kalo ngga aku kan kudu telpon lagi untuk ngebatalin). Eeee ternyata si Intan punya teman yang orang dekatnya Cafe ini, dan dia yang akan arrange pemakaian Cafe Amor untuk 20 orang, dan akan disediakan LIVE MUSIC!… wah wah wah….

Aku sampai Cafe Amornya, hari Jumat tanggal 27 February 2009 (Hari ke 13 ), pukul 6 lebih. … malahan hampir setengah 7 malam. Karena aku mau bertemu dengan teman karibku, Adityana Kassandravati dan Devy yang sudah datang sejak pukul 5 katanya (ternyata mereka juga baru datang jam 6…untung aku udah bilang kalau jam 5 ngga bisa coba kalo aku datang jam 5 cengar-cengir deh sendiri). Adit, si psikolog yang sedang naik daun karena sering muncul di tipi ini membawa anak perempuannya, yang lahirnya cuma beda 3 hari dari Kai. Sayang juga aku tidak ajak anak-anakku ke sini…. tapi sekali lagi, kalau aku bawa berarti aku harus bersiap-siap tidak enjoy.

Dan benar saja, Adit juga terpaksa pulang lebih cepat karena sang Putri tidak betah berada di luar terus. Pastilah mengantuk lagipula di Cafe kan tidak ada mainan atau televisi yang bisa menghibur anak-anak balita. Devi juga harus pulang sehingga kloter pertama kurang dua orang deh.

Tapi kekhawatiran akan sepi acara reuni ini bisa terhapus, karena satu persatu mulai berdatangan deh. termasuk teman-teman yang benar-benar sudah 20 tahun lebih tidak bertemu. (Ya sejak lulus SMP gitu deh). Rameeee banget. Kalau duah kayak gini, ngga bakal deh bisa bikin acara lain.

Pemain musik yang harus memulai acara akhirnya menghubungiku, dan tanya kapan bisa dimulai acaranya. Waktu itu memang sudah 90% berkumpul dan sudah bisa dimulai acaranya. Jadilah aku memulai acara, meskipun aku tidak memegang jabatan apa-apa di reunian ini. Bu RT nya Monica, Pak RT nya Ucup, tapi keduanya malas bicara. Jadilah aku diangkat jadi JUBIR deh.

(baju putih singer profesional, baju hitam paranormal maksa jadi singer hihihi)

Emang udah biasa jadi MC jadi nyerocos aja deh tuh, termasuk menyampaikan berita-berita terkini dari teman-teman, lalu rencana pendirian perpustakaan oleh Sinta di daerah Cicalengka, sehingga menghimbau teman-teman untuk mengumpulkan buku-buku bekas. Kemudian menyampaikan rencana yang sebetulnya tercetuskan oleh Romo Ari (ya teman kita seangkatan ada yang menjadi Romo/Pastor) yaitu mengadakan Family Gathering di bungalow/villa… (Kayaknya terbentur lagi masalah EO nya…kagak ada yang mau hihihi… well… kalau aku bisa pulang Agustus sih OK aja, but untuk sementara waktu aku tidak bisa buat rencana mudik dalam tahun ini.

Akhirnya acara musik dibuka dengan lagu-lagu jadul angkatan 80-an, yaitu lagu-lagunya Vina deh. Berhubung yang lain malu-malu, jadilah MC yang seksi sibuk ini menjadi singer dadakan, hihihi. (Eh pertama kali loh aku nyanyi pake band…. biasanya karaoke. Rasanya sih kurang greget …abis aku memang bukan wanita penghibur sih —eits maksudnya entertainer loh)

4 orang di belakang panggung: me, wawam,intan dan monika yang pulang paling belakangan

::::::::::::::::::::::::

Ngobrol-ngobrol ngalor ngidul… akhirnya aku pulang jam 11:30 malam diantar oleh Wawam dalam hujan. Aku sengaja sebelum sampai di rumah, kirim sms dulu ke papa minta bukain pintu (suatu kondisi yang ngga akan bisa dan tidak mungkin terjadi di masa lalu) Padahal rumahnya Wawam di Radal tuh, sengaja banget muterin khusus untuk aku hehehe. Memang dia dari dulu selalu jadi Ketua kelas sih (dan aku selalu jadi wakil hehehe) jadi bertanggung jawab terhadap anak buahnya.

Well, meskipun ada beberapa yang tiba-tiba tidak bisa datang, boleh dikatakan acara reunian kali ini adalah yang tersukses sampai saat ini. Semoga pertemuan berikutnya bisa lebih sukses lagi. Terutama jika teman-teman yang tinggal di Amerika bisa bergabung bersama.

YOGYA I’m Coming!!!

3 Mar

Sesuai dengan postingan : Aku ingin pergi Jauuuuuh … aku memang berencana untuk pergi ke Yogyakarta dalam liburan kali ini. Dan pasti dong pengen ketemuan alias KOPDAR alias NARBAR di sana juga. Sudah disetting tanggalnya dari jauh hari yaitu tanggal 7-8-9 Maret untuk mengadakan wisata/kopdar bareng dengan Jeunglala dan EM di Yogyakarta.

Saya sudah setting untuk acara Kopdar Yogya akan diadakan pada:

tanggal 7 Maret pukul 15:00-17:00 Bermain Bersama Bocah Kweni” yang diarrange Uda Vizon. Dress Code: Casual

7 Maret pukul 18:00 – selesai Kopdar Yogya, “Talking and Dining hosted by Ibu Dyah Suminar “di Resto Taman Pring Sewu, (tempat bisa berubah). Dress code: Rapih

Hari Minggu tanggal 8 Maret 2009, pukul 18:00 Kopdar Yogya, “Singing and Dancing hosted by Ibu Tuti Nonka” bertempat di Balai Melayu. (waktu bisa berubah sedikit) Dress Code: Dancing costum (maksa.com)

Untuk acara Kopdar Yogya ini, saya mohon untuk memberikan konfirmasi kedatangannya (untuk acara apa saja) ke saya. VIA EMAIL saja(tau dong ya!). Karena waktu saya mencantumkan nomor HP saya di postingan yang lalu, ada orang iseng yang kemudian menyebarkan nomor saya. Yang akibatnya sampai dengan dua hari yang lalu, banyak sms dan nomor telpon yang meneror saya.

Saya sendiri sudah sampai di Yogya tanggal 5 untuk keperluan pribadi. Tanggal 7 kita akan bertemu di Villa Hanis pukul 13:00 dengan alamat (waktu pertemuan untuk berangkat ke Desa Kweni mungkin akan berubah– konfirmasi terus dengan saya atau Lala) :

Jalan Palagan km 7.5
(600m north of Hyatt hotel)
Yogyakarta
Tel: 0274867567

Bagi yang akan menginap bareng juga dimohon konfirmasinya karena tempat terbatas, melalui email atau HP.

Daftar peserta Keseluruhan :

1. Imelda
2. Lala
3. Riku
4. Ipi
5. Tyan
6. Tanti
7. temennya Tyan
8. Mas Goenoeng
9. Arif
10.

Kopdar tgl 7 malam:
+ 1. Septarius

Hei…. RIKU dan Mamanya siap ke JOGJAKARTA dengan memotong rambut GONDRONG, demi bertemu Ibu, BUnda Tercinta, Ibu Dyah Suminar dan Mbakku terpandai, Mbak Tuti NONKA. Keren kan????

Hari ke 12 – Date with Riku @ FX

3 Mar

Hari ini Hari ke 12 : 26 Februari 2009 kami berdua kencan ke FX, sebuah mall baru yang terletak diujung pintu satu senayan, jalan sudirman. Jadi begitu Kai tidur, aku langsung ajak Riku untuk pergi. Sebetulnya ada happening sedikit sebelum kami pergi. Waktu aku mau pamit pada mama, aku menemukan pintu kamar mama terkunci. Dan kata Riku Sophie dan Kai ada di dalam kamar dengan Oma. Mereka bertengkar rupanya. Dan aku marah pada Riku… kenapa harus bertengkar? Aku marah pada kenyataan bahwa OMA yang boleh dibilang tidak sehat, mengunci pintu kamar, dengan 2 cucu. Kalau ada apa-apa siapa yang mau dan bisa buka pintu?

Rupanya dengan aku marah begitu, Riku merasa terkucil. Dia teriak dan lari bersembunyi di taman. Dia bilang, “Mama hanya perhatikan Oma saja”
“Jelas Riku Oma adalah mamanya mama…kalau ada apa-apa bagaimana?”
“Jadi Oma yang nomor satu buat mama? Riku sama sekali ngga dipikirkan?
Mama ngga ngerti Riku sedih…. mama tidak pikirkan Riku. Mama marah sama Riku.
Padahal bukan salah Riku….”
“Ya mama marah pada Riku, karena dengan Riku bertengkar sama sophie dan Kei, membuat Oma ambil tindakan mengunci pintu… dan seandainya ada apa-apa bagaimana? ….”
sambil bicara begitu aku sadar aku juga keterlaluan ….. well sebetulnya semua memang bukan kesalahan Riku. Awalnya mungkin begitu, dan kenapa aku harus marah pada Riku….
“Riku maaf… gomennnasai… kalau kamu sedih mama marah begini. Bukan salah Riku. Maaf ya…sekarang mama mau ajak kamu pergi main. Mau kan?

Setelah aku yakinkan berkali-kali baru dia mau terima permohonan maafku. Dan sambil kita keluar rumah, Oma keluar ke parkiran tanpa sesuatu apapun. Kekhawatiran aku menutup hati dan pikiran sehingga marah pada orang yang sebetulnya tidak bersalah, Phew…Betapa seringnya manusia begitu ya? Untung aku bisa sadar cepat, karena Riku melawan. Aku tahu dulu waktu kecil aku tidak seperti Riku, sehingga jika dimarahi, aku telan mentah-mentah. Dan itu tidak baik bagi perkembangan psikologisku. Menjadi orang yang introvert.

Andy mengantar dan menurunkan kami di FX. Begitu masuk Riku langsung membelalakkan mama, dan bilang, “Aduh mama aku suka tempat ini”. Apalagi waktu dia lihat peluncuran high slider bernama ATMOSTFEAR (setinggi 28,25 meter dan 72 meter panjang) yang meluncur dari dari lantai 7 dalam 12 detik itu…. sayangnya setelah aku tanyakan ada batas umurnya untuk bisa menggunakan fasilitas itu, yaitu berumur 15 tahun ke atas, tingginya 130 cm. Hmmm dia tidak bilang soal berat badan… kalau aku gimana ya? bisa-bisa rusak kali tuh…atau… bukan 12 seconds tapi 2 seconds hahahaha. (padahal masuk ke lubangnya aja belum tentu bisa loe Mel!!!)

Jadi kita langsung ke lantai 6, tempat bermain anak-anak yang bernama Playland. Aku pikir ini semacam Timezone, tapi ternyata lebih ke permainan bola, trampolin dan lain-lain yang lebih mengutamakan gerak badan. Nahhh kalo begini oleh banget untuk Riku. Lagipula masuk di sini satu anak Rp 50.000 bisa sepuasnya bermain dan boleh juga keluar masuk. Wahhh murah juga kalau dibanding aku harus cari penitipan di Jepang, 1 jam penitipan di Jepang jika bukan anggota harus membayar minimum 120.000 rupiah/jam (1000 yen/jam).

Dan karena aku lapar, ya aku tinggal aja si Riku bermain, sedangkan aku cari makan. Jadi deh aku makan kwetiau di salah satu gerai di lantai 7 dan…..tidak enak. Payah ah. Kembali lagi ke tempat Riku dan menunggu dia bermain sambil aku membaca buku yang barusan saja aku terima dari pak pos (terima kasih banyak ya Kris…), buku karangan Krismariana, termasuk kategori buku rohani, berjudul, “Knock..knock…knock are you there God”. Duh hebat ya temen-temen blogger aku, udah pada nerbitin buku.

Setelah Riku lumayan puas bermain, aku ajak dia makan. Ternyata di lantai 5 ada, sebuah corner penuh dengan masakan Jepang yang bernama Kuishinbou. Kuishinbou itu artinya anak laki-laki tukang makan. Di situ ada berbagai gerai khusus menjual Ramen, Soba, sushi, nasi kare dll…. wah serasa pulang kampuang deh masuk ke situ.

Dan Riku tentu saja memilih makan sushi. Karena toh Riku saja yang makan aku pilih tempat di counter Sushinya. Dan memilih sushi yang disukai Riku saja. Lucunya si Itamae (pembuat sushinya) tidak bisa bahasa Jepang. heheheh Jadi gimana dong kalau ada orang Jepang yang pesan sushi? Dia hapalin aja kali ya….

(kiri ke kanan : negitoromaki – tobiko -hamachi (sashimi) -appetizer)

Di dalam ruangan seperti Pujasera itu memang ada beberapa hiasan Japanese banget termasuk sebuah lapangan untuk Sumo. lucu juga sih. Satu hal yang sangat saya sayangkan adalah… soal pembayaran. Waktu aku mau membayar dengan Credit card jepang, ternyata mesin card readernya (kalo ngga salah dari Bank Permata) itu tidak bisa membaca CC Jepang. Memang aku tahu kadang membayar pakai CC Jepang sulit karena semua CC di Jepang sudah pakai sistem chips, jadi kadang bukan digesek lagi. Tapi sebelum berangkat aku sudah pastikan semua CC aku bisa dipakai baik utk gesek maupun chips reader. Eeee di Kuishinbou itu ngga bisa. Gimana kalau ada tamu dari Jepang langsung ya? (Tapi pikir-pikir iya juga sih, kalau tamu dari Jepang langsung pasti dibawa oleh expatriate yang sudah lama tinggal di Jakarta, jadi bukan dia yang bayar, staff lokal yang bayar) Well, pokoknya jika ada yang dari Jepang, hati-hati saja deh di situ. Malu juga kan kalo tidak punya uang tunai, dan hanya mengandalkan CC saja.

Sebelum kembali ke tempat bermainnya Riku, kami mampir ke WC. lucu juga di lantai 5 itu ada WC khusus anak-anak. Lalu di dalam WC perempuan aku menemukan hal yang tidak lazim lagi… (nyari-nyari tombol Flush ternyata….. )katro banget deh heheheh.

Sebetulnya di FX ada Wifi, dan aku memang menyesal tidak membawa laptopku. Setiap pembelian seharga akumulasi Rp 50.000 bisa memakai Wifi gratis. Tapi tadi aku pikir susah juga kalau aku mau menjaga Riku smabil nge-net, ternyata memungkinkan sekali. Lain kali kalau ke sini lagi aku mau bawa laptop ah…

Memang pernah ada teman di FB yang mengusulkan Wolrd Coffe sebagai tempat reunian… well kalau cuman untuk 6-10 orang sih gpp. Tapi kalau sampai 20 orang…tunggu dulu deh. Kurang bagus tempatnya.

Lalu di situ juga ada semacam ruang yang bisa disewa, bernama POD, yang dilengkapi dengan TV/display dan komputer. Hmmm setelah aku baca tariff nya lumayan juga mahal. Lagian kalo mau meeting di situ apa bisa konsentrasi ya? diliatin orang lalu lalang …hehehehe

Capek menunggu Riku aku sempat jalan sampai ke lantai bawah dan mampir di Century untuk beli suplemen calsium. Berhubung aku tidak minum susu segar di Indoensia, berasa juga kalau aku kurang kalsium.

Akhirnya sekitar jam 3 aku ajak Riku pulang, dan sebelum pulang makan es krim dulu di Cold Stone. Well, Riku …hadiah ulang tahunnya udah lunas ya….

Hari ke 11 – And The Main Cast is….

2 Mar

My Crown Prince. Riku Miyashita.

Hari ini 25 Februari adalah hari Rabu Abu, hari awal masa Puasa bagi umat Katolik, untuk menyambut Paskah. Sesuai namanya, pada hari ini, kami menerima tanda abu di dahi, sebagai pengingat bahwa manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. Jadi perlu adanya mati raga dan pantang untuk makan kesukaan atau melakukan suatu hobby. Pagi jam 5:45 aku sudah di dalam mobil bersama papa dan mama, untuk mengikuti misa Rabu Abu, dan berdoa juga untuk ulang tahun Riku yang ke 6. Merupakan kebiasaan keluarga kami untuk memulai hari ulang tahun dengan misa.

Pagi ini aku merasa dingin karena angin yang bertiup cukup kencang. Sesudah misa sempat bertemu dengan Romo Chris yang juga menjadi contact aku di FB. Beliau dulu sering membantuku untuk urusan teks misa. Tapi berhubung kemudian aku hamil dan tidak bisa urus kelangsungan misa bahasa Indonesia di Tokyo, jadi pengiriman teks misa juga terhenti.

Sampai di rumah, Riku sudah bangun, dan menagih kado. Kemarin aku menjanjikan kue ulang tahun dan main di game center + makan sushi sebagai kado. Jadi kita bersama-sama dengan Opa Oma dan sepupunya Riku ke restoran Midori di Mayestik untuk makan siang bersama. Ternyata restoran ini mempunyai cabang (entah yang mana cabang yang mana pusat) di Pondok Indah. Dan aku pernah pergi ke Midori yang di PI bersama teman-teman alumni FSUI waktu kita reunian Agustus lalu.

Kami menempati tempat di sebelah panggung, yang kemudian didaulat anak-anak sebagai tempat bermain mereka. Pesanan Riku datang yang terakhir, padahal dia sudah lapar. Lalu aku bilang, “Ikannya musti diambil di Tokyo dulu sih…”

Akhirnya datanglah pesanan Riku. Dan seperti biasa, dia memang tidak bisa menghabiskannya. Dan merupakan tugas seorang ibu untuk menjadi Tong Sampah. Karena itu aku sendiri tidak pesan apa-apa. Anak-anak yang lain, Kei dan Sophie minta obento yang khusus dihias untuk anak-anak. Opa makan bento untuk dewasa yang berisi ikan dan udang goreng. Aku pesan oden untuk Kai, dan aku senang karena Kai mau makan banyak, daikon, wortel dan tahu.

Karena Kai capek dan hujan, kita pulang kembali ke rumah dulu, kasih tidur Kai, kemudian kita pergi ke Pand’Or di jl Wijaya. Riku sih maunya kue bergambar heroes yang dia suka, tapi di Indonesia mana ada. Jadi aku suruh dia yang pilih sendiri mau kue dengan rasa apa.

Pulang, mendapati Kai sudah bangun dan kita bernyanyi deh. Setelah selesai makan kue, Riku menagih kadonya yang lain yaitu game center. Tapi karena aku sebenarnya sakit kepala sejak pagi dan memaksakan diri pergi-pergi, jadi aku minta maaf pada Riku dan berjanji esok aku akan antar dia pergi bermain.

Malam, sekitar jam 8 WIB, (jam 10 di Tokyo) aku telpon Gen, dan membiarkan Riku berbicara dengan papanya. Kai duduk di sebelah Riku, dan jadilah si mama Imelda menjadi photografer deh.

Memang primadono hari ini adalah Riku.

Tidur ke dua

1 Mar

Tidur ke dua ini merupakan terjemahan harafiah dari Nidone 二度寝, atau lebih sering kita sebut dengan Tidur Lagi. Jadi setelah kita bangun pagi, kita tidak langsung bangkit berdiri tapi tidur sekali lagi. Dan katanya Tidur ke dua ini nikmat sekali.Dalam buku “Tidur dan Mimpi” yang dikarang Prof Ishihara dari Universitas Toyama dikatakan bahwa, manusia tidak bisa masuk lagi dalam tidur yang nyenyak, jika dia sudah terbangun. Jadi tidur ke duanya merupakan tidur yang dangkal. Akan tetapi meskipun dangkal, indera penglihatan dan pendengaran tetap akan terputus, dan berlainan dengan tidur yang dalam, badan masuk dalam kondisi putus dengan indera langsung, sehingga badan terasa melayang, dan kondisi ini yang membuat Tidur ke dua ini menjadi nikmat. Kondisi ini sering dikatakan sebagai Natural hi yang membawa kita berpindah-pindah dari tidur kedua dengan kenyataan yang berulang kali. Kondisi nikmat ini merupakan satu kebahagiaan mewah yang sering dipilih oleh manusia. Seperti membayar tidur.

Saya sendiri jarang sekali Tidur ke dua, atau tidur lagi setelah bangun. Bagi saya tidur ke dua ini hanya akan menimbulkan sakit kepala saja. Lebih baik saya bangun dulu, beraktifitas, dan setelah mulai capek atau mengantuk baru take a nap, tidur singkat (meskipun pada kenyataan tidak bisa. KECUALI di dalam mobil—-sepertinya saya harus memindahkan tempat tidur saya di mobil. Atau inikah tanda bahwa saya ini Gypsy?)

Semalam Kai demam sampai 39,5 derajat. Tapi untungnya dia tidak menggigil seperti waktu kali lalu kami mudik yang cukup mengkhawatirkan saya. Sudah lewat 14 hari, dan anehnya anak-anak saya selalu demam atau sakit setelah 2 minggu di Jakarta. Hampir setiap kali pulang, mesti begitu. Malam tadi saya pikir kalau perlu saya akan memeluk dia seperti biasanya Riku jika sakit. Tapi sifat Kai dan Riku ternyata lain. Kai malah tidak mau diselimuti atau dipeluk. Jadi saya hanya stay alert jika dia mengeluh saja.

Tapi tak lama, justru Riku yang datang minta dipeluk. Dia bilang, “Mama aku takut. Aku melihat mimpi yang menakutkan” Lalu sambil saya peluk dia erat-erat, dia menceritakan mimpinya, sambil tidur…. ya sepotong-sepotong saja kata-kata yang keluar dari bibirnya. Ada cerita bahwa manusia disihir menjadi tinta, dan tinta-tinta itu dihapus…. jadi manusianya tidak kembali lagi. Hilang!

Untung saya memang mengantuk sehingga tidak terlalu memperhatikan cerita dia, dan mengajak dia tidur lagi. Karena entah kenapa akhir-akhir ini saya mudah untuk menjadi takut hehehe. Apalagi persis sebelum Riku bercerita, yaitu sekitar jam 3 itu, anjing-anjing yang berada di dekat rumah menyalak-nyalak.

Ketika Riku bangun pagi dalam pelukan saya jam 6 pagi, dia berkata,

“Mama bangun! Sudah pagi loh”
“Hmmm mama masih ngantuk….”
“Ya sudah mama bobo lagi aja. Mama…. maaf ya aku sudah bikin mama tidak bisa tidur dengan mimpiku”

Mendengar itu, aku malahan tidak bisa tidur lagi. Malah berpikir anakku ini perasa sekali sih. Kenapa dia tahu bahwa dia membuat tidurku tidak nyenyak, bahkan sampai minta maaf segala. Dan sifat “minta maaf” di saat yang tepat begini memang merupakan sifat dia. Dia tidak segan untuk minta maaf, bahkan untuk sesuatu yang sebetulnya tidak perlu. Anakku ini ternyata sudah lebih dewasa daripada orang dewasa lain atau mamanya juga yang masih saja sering merasa sulit untuk minta maaf. Dan yang pasti masih banyak orang Indonesia yang bahkan tidak menyadari bahwa dirinya berbuat salah, merugikan atau mengecewakan orang lain dan sulit mengucapakan sepatah kata “maaf” itu. Ya, memang orang Jepang memang jauh lebih sering mengucapakan kata maaf.

So, kali ini saya mau minta maaf karena sebetulnya dalam 2-3 hari ini blog ini sulit untuk diakses, karena ada perpindahan server. Bahkan kemarin saya sendiri tidak bisa membaca posting terakhir saya, meskipun banyak komentar yang masuk, yang copynya masuk ke dalam inbox emails saya.Tapi saya amat berterima kasih karena masih banyak teman yang setia untuk membaca blog saya, seperti ANDA! Ya Anda yang sekarang sedang membaca tulisan tak bermutu yang ditulis demi memanfaatkan waktu sebelum Kai terbangun.

Jakarta 1 Maret 2009, 8:06 AM

Hari ke 9 : Kopdar atau Narbar (narsis bareng)

28 Feb

Judul diatas adalah royalti Pak Andri A. A. seorang contact saya di FB, dalam komentarnya mengenai foto-foto 9 wanita Kopdar tanggal 23 Februari yang lalu yang saya pasang di FB. Well memang sekilas lebih tepat disebut Narsis Bareng, karena banyaknya lembar foto yang membuktikan kenarsisan mereka (lah posenya aja banyak yang sama gitu kok) Tapi tanpa ada “Kopi Darat” itu Narbarnya tidak akan terwujudkan.

Hari ke 9 perjalananku, memang merupakan hari yang terpadat. Mungkin semua bisa baca sendiri di postingan “Ngumpul yuuuk!!!” betapa padatnya jadwal hari itu. Omah Sendok dari jam 11:00- 15:00, Karaoke dari jam 15:00-17:00 dan malam di Pisa Cafe Mahakam. Sengaja saya set begitu, karena saya tahu para pengikut (terutama Lala dan Yessy yang mantan penyanyi Band) pasti ingin bernarsis ria dengan suaranya. Saya bilang lebih baik setting karaoke dari jam 15:00 sampai jam 19:00 malam baru makan…. karena saya tahu mana cukup 2 jam untuk penyanyi-penyanyi mencapai kepuasan bernyanyi? Tapi apa kata Lala? “Aku butuh waktu untuk pulang, mandi dan berdandan kembali” … HAH? Mau pulang lalu kembali melakukan kopdar? Oi oi ini JAKARTA sekali kamu pergi ke luar, jangan pernah pikir untuk pulang dulu lalu keluar lagi (Hal yang sama jika tinggal di Tokyo…. kecuali Anda seorang CEO yang mempunyai supir yang siap mengantarkan Anda ke setiap penjuru kota). Atau kamu mau pergi sendiri untuk session berikutnya? Memang jarak rumah dengan tempat-tempat ini dekat, tapi ceritanya akan lain jika kamu mempunyai 2 orang anak yang selalu maunya nempel dengan ibunya kemana-mana. Aku pasti tidak akan bisa keluar lagi.

(Kiri : hiasan di Omah Sendok — kanan yang menghias Kopdar kali ini : TRIO MACAN MAKAN : Lala – aku – Yessy)

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Mau membawa 2 bocah itu ikutan kopdar? Oh NOOOOO…. kasian mereka terkontaminasi udara luar yang pasti amat sangat ribut itu… bisa-bisa mereka pulang dengan shock heheheheh. Atau aku yang tidak bisa konsentrasi menjadi host yang baik untuk acara yang sudah dirancang jauh hari ini. Memang kopdar tidaklah cocok bagi seorang ibu RT, kecuali ada seorang suami yang baik seperti Mas Totoknya mbak Rhainy, yang mau menjadi baby sitter bagi ke dua anak yang tampan itu. Maaf ya abang, memang tante sengaja tidak mengajak Riku dan Kai saat itu. Kalau mau bermain- main bersama, lebih baik datang ke rumah atau tentukan waktu yang terpisah khusus untuk anak-anak.

kalau ada anak-anak mana ada waktu untuk iseng begini????

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Satu kesamaan dari kesembilan perempuan yang hadir ini adalah mereka berkenalan di dunia maya melalui blog. Masing-masing mempunyai spesialisasi sendiri, dan avatar yang belum tentu mencerminkan wajah mereka sendiri. Baru hari itulah kami bertatap muka, dan cukup gembira karena menemukan banyak kesamaan yaitu berbody gede, bongsor dan ….. ah isi sendiri deh (Kecuali Bu Enny dan Yessy deh)

Dan kesembilan perempuan ini memang RIBUT. Sepertinya kalau mau membuat kopdar di Tokyo, harus dipikirkan untuk membuat di Taman atau udara terbuka, karena pasti mendapat keluhan dari masyarakat sekitar, sukur-sukur kalau tidak ditangkap polisi dengan tuduhan membuat keonaran. DAN perempuan-perempuan ini BISA diam hanya pada waktu makan saja. (Lihat deh makanan yang dipesan …. Bebek panggang, Iga Bakar, Soto Tangkar, Sup Buntut Goreng….. diet terlupakan. Tapi memang makanan di sini lumayan enak, meskipun sup buntut gorengnya agak asin menurut saya)

Kami sempat membicarakan bermacam issue tentang wanita, sampai kami merasa beruntung tidak ada lelaki yang hadir sehingga bisa BEBAS bicara seenaknya. (Padahal di ruangan sebelah beberapa babe babe pasang kuping juga sih). Mudah-mudahan kami bisa melaksanakan rencana yang dicetuskan untuk membantu kaum wanita dalam permasalahan sehari-hari wanita itu sendiri melalui Blog.

(tidak!!…aku tidak sedang chatting, hanya berusaha menuliskan input teman-teman kok)(aku dan bulet…. padahal siapa sih yang lebih bulet??? )

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Sebetulnya selain 9 orang ini, masih ada Reti dan Krismariana yang rencananya hadir, tapi karena satu dan lain hali terpaksa tidak bisa bergabung. Sembilan perempuan pemilik blog yang hadir pada waktu itu adalah : (klik di foto untuk jump ke blog mereka dan bacalah juga laporan masing-masing mengenai kopdar ini)

Apalah artinya 4 jam untuk wanita-wanita ini. Kalau bisa tentu saja ingin menambah lagi waktu untuk bisa berbicara, bergossip ria dan melepas kerinduan. Tapi karena beberapa harus pulang/kembali ke pekerjaannya, dan session kedua sudah menanti, maka Kopdar hari ini session pertama dituntaskan pada pukul 3 sore. Sebelum pulang, dan menunggu kendaraan, masih sempat-sempatnya Narbar – Narsis Bareng di Omah Sendok.

]

Session ke dua adalah karaoke. Cuman berlima tapi menempati ruangan berkapasitas 20 orang (maksudnya supaya bisa joget, berdansa dan melantai — ngepel gitu). Heboh heboh deh, apalagi ketika mulai dinyanyikan lagu Terajana. Tapi bener deh, berasa tua sendiri berada di antara 4 cewek muda ini. Saat itu saya menyayangkan ketidakhadiran Ibu Enny atau Yoga untuk menemani saya menyanyikan lagu evergreen …hiks hiks… (Eh tapi aku sempet nyanyi Kopi Dangdut loh! hihihi —segitu bangga!???). PR begitu pulang ke Jepang: Belajar lagu Rihanna atau lagu-lagu yang ngepop sekarang, termasuk belajar tereak hihihi.

(kiri …untung ngga ada 9 orang yang begini…kalo ngga hancur deh tuh Inul Vista Melawai)(ceritanya sambil nunggu hasil rekaman CD yang lagi diburn. Hasilnya? Ancurrrrr!)

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Session ketiga tadinya direncanakan jam 6 tapi karena Karaoke diperpanjang dan terbuang waktu untuk menunggu burning CDnya, Kami (Lala, saya dan Ria) sampai di Cafe Pisa, Mahakam pukul tujuh. At last sampai ke session terakhir di hari Senin yang melelahkan ini.

Sambil menunggu kehadiran yang lain, makan es krim bukan sebagai dessert tapi sebagai Appetizer hihihi

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Kalau melelahkan buat apa merencanakan sampai acara makan malam? Ya, karena saya tahu tentu saja ada orang-orang pegawai yang hanya bisa datang di malam hari sesudah pulang kantor. Karena itu settingan untuk malam hari mutlak diadakan. Dan benar saja, kumpulan blogger yang tidak saya kenal sebelumnya selain Lala dan Mangkumlod itu, datang berkumpul (demi bertemu Lala) memeriahan acara session ke tiga dan membenarkan istilah jawa, Mangan ora mangan asal ngumpul. (Padahal makannya roti dan mi Italia –Pizza dan Pasta)

(ber-8 di Cafe Pisa Mahakam) (Bukan maksud buat gossip, tapi kita berdua emang yang paling sepuh di sini)

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Sayang sekali di Pisa Cafe ini, -G-, Wita, Yoga dan Julehajones mendadak tidak bisa join. Tapi di sini, saya bisa bertemu Mas Nugroho yang pandai memotret dan menulis puisi, Daddynya si Sassie. Lalu Hilman yang pernah jadi body guardnya Lala waktu Lala launching buku di Jakarta (Kok banyak diamnya ya Hilman malam itu?). Abi dan tukang siomay yang termasuk dalam kelompoknya Mas Nug. Serta Bayu yang segera akan mempunyai blog (bener kan Bayu? ehehehe) . Selain Blog nya Mas Nug, yang lain saya belum pernah bertandang. Di sinilah terjadi hukum terbalik dari Kopdar. Biasanya baca blog dulu baru Kopdar, tapi kali ini Kodar dulu baru baca blog. Dan itu memang MUNGKIN terjadi.

Hari yang melelahkan, tapi sekaligus memuaskan. Akhirnya saya dan Lala sampai rumah pukul 10 lebih dengan diantarkan Mas Nug. 11 jam di luar rumah! Kopdar Jakarta kali ini boleh dikatakan sukses banget! (siapa dulu dong EO nya… uhuy….)