Musim Wisuda

18 Mar

Yah di Jepang mulai tanggal 15 an Maret sampai akhir Maret (paling lambat sih 26 an) adalah musim wisuda. Di mana-mana terlihat sosok berhakama (kimono khusus) atau kimono biasa….atau paling tidak setelan jas. Musim Wisuda tiba. Dan yang wisuda bukan hanya Mahasiswa saja, tapi semua jenjang sekolah, mulai dari TK sampai S3. Makanya saya bilang TK adalah S minus 3, kalau hitung mundur SMA = S 0, SMP – S-1, SD=S-2, jadi deh TK S-3. hehehe

Hari ini adalah hari Wisuda untuk universitasnya Gen, yang dilakukan di sebuah hotel ternama di Tokyo. Jadi dia harus pakai baju formal, and formal means HITAM. Dengan dasi putih kalau pria. Mudah-mudahan nanti dia pulang membawa bingkisan nasi merah kesukaan nya (kalau di Indonesia, selamatan pakai nasi kuning, kalau di Jepang nasi merah).

Nah, hari ini juga merupakan hari Wisudanya Riku. Coba seandainya hari ini tidak bersamaan dengan tempat kerjanya Gen, pasti Gen juga mau ambil cuti dan ikut dalam acara wisuda Riku. Susah memang untuk orang tua yang bekerja di dunia pendidikan juga. (Aku juga begitu, waktu upacara masuk sekolah Riku terpaksa tidak datang ke Universitas untuk acara yang sama)

Jam 9 aku antar Kai ke Himawari, tempat penitipannya. Kali ini yang menyambut adalah guru yang dia kenal, sehingga dia langsung memeluk guru itu. Duh aku senang melihatnya, daripada mendengar dia menangis waktu ditinggal kan, lebih baik melihat bahwa dia tinggal di situ dengan senang. Tadinya aku pikir masih bisa mampir ke rumah dulu sebelum ke TK yang acaranya jam 9:40. Tapi pikir-punya-pikir mendingan langsung saja, toh aku dan Riku sudah siap semuanya. Lebih cepat sampai lebih baik.

Untung saja, karena waktu kami datang, sudah melihat antrian orang yang akan masuk ke dalam gedung TK. Jadi kami ikut antri. eh tahu-tahunya bukan untuk masuk, tapi untuk mengambil foto di depan papan bertuliskan “卒園式” Wisuda TK. Tapi karena kami sudha harus mulai masuk ke kelas, aku tidak jadi ikut antri dan foto saja dari kejauhan. Selama acara aku berdiri dekat Ibu asal Taiwan, yang anaknya juga termasuk teman akrabnya Riku. Jadi kita gantian motret…simbiosis mutualisma deh. Begitulah kalau datang tanpa pasangan (ceritanya agak ngiri dengan anak-anak lain yang papanya juga bisa datang di acara wisuda!)

Di dalam kelas, bertemu dengan gurunya yang cantik. Ah sejak pertama kali aku datang ke TK ini, sudah melihat sensei ini. Tak tahunya dia jadi gurunya Riku di kelas atas (nenchou). Dia memakai Hakama, kimono khusus yang biasanya dipakai untuk upacara wisuda). Selain absen, mempersiapkan anak-anak untuk berbaris ke dalam Aula, tepat upacara. Sementara itu orang tua bisa melihat pameran foto di dalam kelas, yang salah satunya adalah foto anak-anak dengan parasut.

Pukul 10, orang tua menuju ke Aula, yang ternyata sudah dipenuhi oleh orang tua bahkan kakek-nenek atau adik-adik si wisudawan. Banyak yang harus berdiri. Meskipun aku dapat tempat duduk, akhirnya aku berdiri di sebelah ibu Taiwan dan dengan leluasa bisa memotret jalannya upacara. Di kejauhan aku melihat bapaknya Agus, yang berasal dari Bali datang dengan memakai baju balinya. Katanya sih ibunya mau pakai kebaya, tapi aku tidak melihat sosoknya sama sekali. Dia memang pernah mengajak aku datang ke acara ini pakai kebaya. Tapi ngga ah… kebayang ngga sih naik sepeda pake kebaya hahahha.

Yang bener-bener membuat aku khawatir adalah waktu upacara penyerahan ijazah dari kepala sekolah. Aku lupa menanyakan apakah Riku sudha tahu caranya. Karena Riku libur  1bulan, sia tidak ikut latihan. Hmmmm dan bener juga, dia maju dengan slebor deh…. hiks…malu aku. Awas nanti kalau lulusan SD aku ajarin kamu harus ojiki (membungkuk ala Jepang) yang baik dan benar!

Setelah penyerahan ijazah untuk 128 murid, dilanjutkan dengan penyerahan piagam penghargaan untuk yang “100% tidak pernah absen” dan “Hanya 3 kali saja absen”…. Yang pasti Riku tidak akan bisa dapat piagam begituan…wong banyak mbolosnya hehehe (dan mamanya juga sebagian bertanggung jawab, karena memboloskan dia waktu liburan ke Jakarta)

Ada satu acara yang menarik, penyerahan piagam penghargaan untuk pegawai/guru yang mencapai bekerja dalam jumlah tahun-tahun tertentu. Ternyata bukan 50 tahun tapi 45 tahun bekerja di TK itu, seperti yang kemarin aku dengar. Ada dua orang, yaitu kepala sekolahnya sendiri, dan wakil kepala sekolah. Si Ibu Wakil ini benar-benar hebat juga. Aku selalu kagum sama dia. Tenaganya itu loh. Dia selalu ada di garis terdepan di sekolah itu. Dan dia juga sering berdiri di depan gerbang TK, hampir setiap pagi untuk menyambut anak-anak….dan hafal nama semua anak!!!.

Acara wisuda akhirnya ditutup dengan lagu-lagu khusus wisuda, dan salah satu yang aku bisa nyanyikan adalah “Omoide no Album” (Album Kenangan)…. Kalau dinyanyikan dengan penghayatan oleh orang yang biasa tinggal di Jepang, maka pasti terharu. Bagi yang tidak pernah merasakan 4 musim, tentu saja lagu ini tidak ada artinya.

Begini Liriknya:

(1) Ingatlah kembali waktu kapan itu
semua peristiwa yang terjadi
Baik yang menyenangkan atau yang lucu
sampai kapanpun tidak akan dilupakan

(2) Ingatlah kembali waktu musim semi
semua peristiwa yang terjadi
bermain di lapangan yang hangat
Bunga yang cantik bermekaran

(3) Ingatlah kembali waktu musim panas
Semua peristiwa yang terjadi
Memakai topi jerami dan semua telanjang
melihat kapal dan gunung pasir

(4) Ingatlah kembali waktu musim gugur
Semua peristiwa yang terjadi
tumpukan donguri (semacam biji melinjo) dan hiking
Daun marah pun beterbangan

(5) Ingatlah kembali waktu musim dingin
Semua peristiwa yang terjadi
menghias pohon pinus Merry Christmas
Santa klaus pun tertawa

(6) Ingatlah kembali musim dingin
Semua peristiwa yang terjadi
Hari bersalju yang dingin di dalam kamar yang hangat
Mendengarkan cerita yang menghangatkan tubuh

(7)Ingatlah kembali selama satu tahun
Semua peristiwa yang terjadi
saat ini bunga peach bermekaran
sebentar lagi semua akan menjadi kelas satu (SD)

terjemahan oleh Imelda Coutrier

(1) いつのことだか 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
嬉しかったこと 面白(オモシロ)かったこと
いつになっても 忘れない

(2) 春のことです 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
ポカポカお庭で 仲良く遊んだ
きれいな花も 咲いていた

(3) 夏のことです 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
麦藁(ムギワラ)帽子で みんな裸んぼ
お船も見たよ 砂山も

(4) 秋のことです 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
どんぐり山の ハイキング ラララ
赤い葉っぱも 飛んでいた

(5) 冬のことです 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
樅(モミ)の木飾って メリークリスマス
サンタのおじいさん 笑ってた

(6) 冬のことです 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
寒い雪の日 暖(アッタ)かい部屋で
楽しい話 聞きました

(7) 一年中(ヂュウ)を 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
桃のお花も きれいに咲いて
もうすぐみんなは 一年生

Semua murid kembali ke kelas masing-masing dan di kelas mereka kembali menerima ijazah langsung dari gurunya. Dan terakhir, terakhir kali mereka mendapat permen vitamin seperti hari-hari biasa. Permen yang terakhir dari guru TK mereka. Sambil memeluk gurunya, apakah mereka rasakan manisnya permen itu juga akan segera habis? Entahlah. Yang pasti sebagai anak SD, mereka membawa harapan besar orang tua, masyarakat dan sekolahnya. BERAT!

Selamat mengakhiri masa Balita anakku! Masa bermain sudah selesai….

Mari kita belajar sama-sama, di negeri yang kaku ini.

(bersama kepala sekolah  —  dengan guru kelas sore — bersama semua guru)

Surya Bersinar Udara Segar

17 Mar

Surya bersinar, udara segar… terima kasih…..
di tepi pantai ombak berderai…. terima kasih….
Terima kasih seribu pada Tuhan Allahku
Aku bahagia karena dicinta Terima kasih…..

sebuah lagu pujian yang memang patut aku nyanyikan pada hari Minggu tanggal 15 Maret 2009. Kami tiba di bandara Narita dengan selamat pukul 7:30 pagi, dan dengan bantuan petugas MAAS, kali ini perempuan muda, dibantu untuk keluar imigrasi dan mengambil koper. Kali ini Gen sudah menunggu di pintu kedatangan sehingga seharusnya kami bisa langsung pulang ke rumah. Tapi… no no no…perut aku mulai aneh, so harus mampir ke wc dulu. Setelah pakai stocking dan baju tebal, akhirnya kami naik mobil dan pulang ke rumah. Matahari bersinar memang tapi suhu di luar 4 derajat saja.

Setelah sampai di rumah, buka koper sebagian, dan mempersiapkan makan siang untuk Gen. Rendang Natrabu deh. Pokoknya oleh-oleh yang sudah pasti disambut hangat oleh Gen adalah rendang dan Marlboro hihihi. Eh, tapi di Singapore aku selain membeli Marlboro, sempat juga membeli Port Wine, sejenis wine yang manis tapi kadar alkoholnya lebih tinggi, atau kalau disamakan bisa dibilang seperti Brandy (kadar alkoholnya 20%) . Wine jenis ini tidak dijual di Jepang, padahal aku sempat “ketagihan” wine ini sejak diberi oleh-oleh dari Australia dan Amerika.

Selain membeli wine dan rokok, sambil transit, Riku dan Kai sempat bermain di Butterfly World, Terminal 3. Ada semacam playground di sana. Dan ada pula koneksi internetnya…cihuy. Aku sempat melihat emails sebentar, hanya 5 menit, padahal sekali koneksi dijatahi 15 menit loh. Aku pikir Changi ini hebat betul deh. Gratis lagi. Kalau di Narita, masih harus bayar 100 yen untuk 20 menit (kalau tidak salah). Singapore really a fine city hehehe. Aku cuman bisa pakai 5menit karena tetap saja aku harus memperhatikan anakku yang lari kemana-mana.

Waktu mencari toilet kami harus melewati Hard Rock Cafe, dan juga smoking room…. Aduuuuh ini smoking room udah kayak lokomotif. Bener banget kerasa bedanya antara daerah sekitar situ dengan daerah lainnya yang steril dari asap rokok.

So, hari minggu aku cukup menderita dengan sakit perutku, yang ternyata tambah menjadi-jadi pada hari Seninnya, sehingga aku terpaksa tidak bisa pergi ke TKnya Riku untuk menghadiri PTA terakhir. Aku tahu hari Senin itu pasti penuh air mata, karena itu merupakan kesempatan terakhir orang tua bertemu dnegan guru dan mengungkapkan rasa terima kasihnya. Sayang sekali aku tidak bisa hadir, sehingga banjir air matanya berkurang untuk jatah satu orang hihihi.

Baru malam harinya aku minum obat yang dibelikan Gen sesudah pulang kantor. Dan tertolonglah aku, sehingga hari ini, Selasa 17 Maret, aku bisa menghadari acara “Perpisahan TK” bersama Riku. Udara cerah, maximum temperatur 9 derajat. HANGAT!

Pukul 10 pagi aku antar Kai ke himawari. Yang lucu dia tahu bahwa kami mau keluar, jadi dia minta dipakaikan sepatu dan HELM SEPEDA. lucu banget…. Tapi dia menangis begitu dia tahu dia akan ditinggal di penitipan. Hiks…sorry sayang Mama dan kakakmu harus menghadiri acara khusus yang kurang nyaman jika dihadiri bayi. Sekali-sekali mama juga mau menemani Riku dengan berkonsentrasi untuk dia saja.

Tapi jam 11:00 waktu kami sudah mau berangkat ke TK, Riku mengeluh sakit perut. Entah benar, entah pura-pura (kebyo bahasa jepangnya =pura pura sakit). Tapi aku tidak mau menuduh dia pura-pura karena tidak baik. Karena kelak, seandainya dia benar-benar sakit, dia tidak percaya padaku lagi dan tidak mau terbuka padaku jika sakit. Jadi aku bilang, “Kalau kamu sakit, pergi ke wc, kalau masih sakit juga, TIDUR! tidak boleh nonton TV.”

Eee benar saja taktik aku berhasil, baru tidur 5 menit dia bilang, “Mama, perutku tidak sakit lagi!”.

“OK, mari cepat ganti baju dan berangkat!”

Pasti terlambat, karena acara mulai jam 11:30, sedangkan kita sampai pukul 11:35. Tapi biarlah, memang ada alasan sakit perut sih. Untung kami berdua tidak terlambat-terlambat banget, karena sesudah kami masih ada 2 orang lagi yang terlambat.

(susunan acara – gambar riku ditaruh di atas bento – tulip hasil origami bersama)

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Well, acara perpisahan yang bahasa Jepangnya SHAONKAI 謝恩会 (Thank you party for the teachers) disusun dan dijalankan oleh ibu-ibu murid TK, dan yang menjadi Tamu Utamanya adalah guru-guru itu sendiri. Jadi semuanya tanpa campur tangan pihak sekolah/guru, meskipun nantinya ada sumbangan acara dari guru juga. Aku rasa “pemikiran” shaonkai ini benar-benar mencerminkan kedudukan guru yang sangat dijunjung tinggi di Jepang.

Waktu aku datang, kepala sekolah baru saja akan mengucapkan pidato. Beliau seorang nenek yang sudah bekerja di sekolah itu sejak awal berdirinya. HEBAT! dan yang lebih hebat lagi dia tinggal jauuuuh dari sekolahnya ini, katanya 2 jam perjalanan. Butuh dedikasi yang tinggi!!! Tahun ini menyambut kelulusan yang ke 45, tapi pada dasarnya si ibu/nenek itu akan merayakan 50 th Perayaan Emas bekerja di TK itu. Duh, kalau ingat dulu waktu pertama kali aku ketemu dia, waktu mau ambil formulir pendaftaran, aku pikir dia hanyalah nenek penjaga sekolah…hiks… underestimate banget ya. Abis orangnya baik dan sederhana sekali sih.

Setelah acara pidato dari kepala sekolah, dilanjutkan dnegan acara hiburan dari ibu-ibu smabil menikmati makanan (bento) yang sudah disediakan di meja masing-masing. Wah wah wah deh…. aku salut benar dengan usaha ibu-ibu (muda) ini. Memang aku mungkin termasuk yang tertua di kelasnya Riku, karena aku baru melahirkan Riku umur 35 tahun….. Ada ibu yang baru berusia 22 tahun dengan anak seumur Riku!

Kenapa wah? Karena acara yang dipertunjukkan adalah tari Hula Hawai (tentu saja dengan baju lengkap karena dingin euy hehehhe, jangan bayangkan bh batok kelapa yah!). Yang menarik, dua orang guru OR yang masih muda, yang merupakan dua-duanya pemuda “belia dan keren” di TK ini, ikut beratraksi dengan menari LIMBO (coba yahhhh aku tahu nama tarian ini dari RIKU!!!, dia berteriak, “Sensei…menari Limbo! asyik!” duh duh duh anak jaman sekarang kok tahu yang begituan?) Tarian Limbo itu yang menari melewati bambu yang direndahkan serendah-rendahnya. Menarik!

Selanjutnya tarian yang menarik adalah Mario Bross. Dengan atraksi sirkus yang lucu dari 5 orang berpakaian hitam-hitam. Ada juga pertunjukan alat musik dengan lagu-lagu yang dikenal anak-anak. Sumbangan acara dari guru-guru juga menarik, sebuah sendratari berjudul Takoyaki Man, semacam hero yang mengalahkan Tikus tanah yang menjadi hama untuk panenan sayuran. Aku juga heran kok mereka punya aja ya kaset BGM lengkap untuk cerita-cerita begitu. Menarik sekali loh. Jadi hanya tinggal menari dan bergerak mengikuti lagu dan jalan cerita saja. Bagus untuk mengisi acara di sekolah-sekolah. Nanti aku mau tanya deh, siapa tahu bisa diterjemahkan ke bahasa Indonesia ….hihihi…

Acara terakhir adalah pidato dari sensei-sensei, guru-guru dari kelas Nencho (usia 5 tahun) yang akan mengantar murid-muridnya lulus TK besok. Tentu saja penuh dengan isak tangis. Dan terakhir yang juga membuat aku berusaha menahan tangis (dengan tidak ikut menyanyi) adalah sebuah lagu yang dinyanyikan oleh ibu-ibu dan anak-anaknya bersama-sama. Riku juga hafal lagu ini, dan waktu aku tanya, “tentu saja hafal, hampir tiap hari nyanyi lagu ini kok!”

Yah, memang lagu ini liriknya bagus. Sebuah lagu yang sering dinyanyikan di SD/SMP yang awalnya merupakan ending theme song untuk acara NHK yang dinyanyikan oleh kelompok Angels Harmoni tahun 1998.

BELIEVE

【作詞・作曲】杉本竜一 Lirik/lagu Sugimoto Ryuichi

1.

Seandainya kamu terluka dan menjadi lemah
pasti aku akan berada di sebelahmu dan menyangga bahu itu

Panggullah harapan seluruh dunia
Sekarang dunia berputar
Dan waktu engkau buka pintu masa depan
Kesedihan dan kesulitan pada satu saat nanti
pasti akan berubah menjadi kegembiaraan
I believe in the future
Aku Percaya!

2.

Seandainya seseorang sebelahmu menangis
Kamu pasti akan menggandeng tangannya diam-diam
dan berjalan bersamanya kan?

Dengan kebaikan seluruh dunia
Ingin ku selimuti bumi ini
Jika sekarang kau bisa menunjukkan isi hati yang jujur
Aspirasi dan cinta pasti bisa menerangi cakrawala
I believe in the future
Aku Percaya!

terjemahan bahasa Indonesia sebebas-bebasnya oleh Imelda Coutrier.

1.たとえば君が 傷ついて
くじけそうに なった時は
かならずぼくが そばにいて
ささえてあげるよ その肩を
世界中の 希望をのせて
この地球は まわってる
いま未来の 扉を開けるとき
悲しみや 苦しみが
いつの日か 喜びに変わるだろう
アイ ビリーブ イン フューチャー
信じてる

2.もしも誰かが 君のそばで
泣き出しそうに なった時は
だまって腕を とりながら
いっしょに歩いて くれるよね
世界中の やさしさで
この地球を つつみたい
いま素直な 気持ちになれるなら
憧れや 愛しさが
大空に はじけて耀(ひか)るだろう
アイ ビリーブ イン フューチャー
信じてる

いま未来の 扉を開けるとき
アイ ビリーブ イン フューチャー
信じてる

Hari yang tersisa

16 Mar

Hari ke 24 – 10 Maret 2009 Istirahat total dan bermain bersama Kai

Hari ke 25 – 11 Maret 2009 sore pukul 5, teman SMP ku Joko, menjemputku di rumah, lalu sama-sama pergi ke Bubur Ayam Barito. Sudah lama aku mendengar soal tempat ini tapi belum pernah sekalipun ke sana, padahal in the neighbourhood loh. Sehingga waktu aku baca tulisan Joko di FB : Buryam Barito memang ngga ada duanya, aku nagih untuk diajak makan ke sana.

Well, warung! Tapi gila juga omzetnya. Bahkan si Joko yang kerjanya juga bagus sampai bilang, “Mel tahu bahwa jadi tukang bubur ayam gini aja bisa dapet segitu, aku ngga usah susah-susah masuk universitas dan belajar …..” hihihi. Jadi kamu lebih pilih jadi jurangan Bubur Ayam daripada kerja di kontraktor seperti sekarang? Hmmm manusia memang selalu berpikir yang mudah ya.

So, bagaimana rasanya? Terus terang … ENAK!  Dan katanya kata kunci yang menjadikan bubur ayam ini lezat adalah “Cheesestick” yang dipakai sebagai tambahan selain cakwe, ayam, irisan daun bawang dan bawang goreng. Aku juga kaget karena bubur ini PANAS sekali. Hmmm enak nih untuk “program penyembuhan” waktu sakit.

Sambil makan di mobil, ngobrol dengan Joko, dan baru tahu bahwa bapaknya dia dulu mantan Asean Center di Tokyo, sampai meninggal dalam tugas di Tokyo. Dan itu sekitar tahun 1992-93an, waktu aku sudah ada di Jepang. Well, the world is really small indeed!

Tak sampai 30 menit aku pergi dan kembali ke rumah. Thanks ya Joko… gochisosamadeshita!

Malam harinya aku mengirimkan sms pada Ira menanyakan tentang janji besok. Sebelum aku ke Yogya, dia bilang ada waktu tanggal 12 siang/sore. Tak tahunya dia menelepon kembali dan bilang, “Mel, kalo bisa malam ini, kita sekarang ada di Decanter, Kuningan… tempat wine”… Waaaah sebuah undangan yang benar-benar menggoda iman. Sayang sekali, aku terpaksa menolak. Sebabnya?

Di rumah biasanya ada 3 asisten, untuk keperluan rumah tangga dan menjaga 3 anak (;2 tambahan dari Tokyo). Tapi tadi sore, dua diantaranya pulang untuk selamanya. Dua ini bersaudara, dan salah satunya harus menikah. Hmmm masih muda begitu harus cepat-cepat menikah, hanya karena Neneknya meninggal, dan bla bla bla ntah apa alasannya. Jadi, mulai hari ini hanya ada Mbak Riana saja yang harus mengurus rumah segede gini + keperluan anak-anak (Baru tahu juga bahwa anak-anak semua masih harus dibantu kalau buang air… wah untuk Riku bisa sendiri di Tokyo, hanya selama dia Jakarta dia tidak tahu caranya sehingga perlu bantuan. Memang tinggal di luar negeri membuat anak-anak lebih cepat mandiri)

Jadi kasihan pada Mbak Riana, aku sedapat mungkin tidak keluar rumah, apalagi kalau malam. Kasian dia harus bukain pintu malam-malam (dan kalau aku pergi ke Decanter mungkin pulangnya pagi bukan malam hahahaha)

So, malam ini aku “alim” dan “kalem” di rumah saja.

Hari ke 26 – 12 Maret 2009

Aku janji makan siang bersama Ira Wibowo di Kemang. Tadinya sih maunya di Barcode, tapi ternyata berubah. Karena Katon harus bertemu seorang poduser, maka tempatnya ganti di Gourmet Garage, Kemang Raya.

Tempatnya? well khas luar negeri. Rupanya di situ menjual barang-barang luar negeri, selain berupa restoran, yang pengunjungnya 80% adalah orang ASING! Serasa berada di London deh hihihih. Makanan yang disarankan Ira adalah the Blue Aussie, hamburger dengan olesan melted blue cheese di atasnya. Tapi katanya sih, kok hari ini tidak seperti biasanya. hehehe. Untuk aku pemakan segala sih ngga jadi masalah. Tapi mungkin aku tidak akan pergi sendiri makan di sini. Makanannya universal, ada Udon dan soba segala, selain steak. Tapi lebih berkesan sebagai restoran untuk prestise (harganya lumayan mahal) daripada untuk menikmati masakan yang enak rasanya. Padahal interiornya biasa aja ya? Kenapa banyak orang asing ke sini? Hmmm… mungkin karena winenya enak? Ntah lah, karena siang hari aku tidak mencoba wine di sini.

Aku agak menjadi “outsider” dalam pembicaraan Katon/Ira dengan produsernya, tapi aku jadi bisa mendengarkan suatu rencana-rencana besar yang ada di benak orang film saat ini. Karena aku bukan artis atau orang film, aku tidak terlalu merasakan passionnya, tapi memang perlu untuk membuat orang Indonesia tetap mempunyai passion akan pekerjaan, negara dan MIMPI nya. Begitu manusia tidak punya mimpi, hancurlah dia. (padahal aku tidak punya mimpi tuh hehehhe)

Let me stick to my field, yaitu dunia sejarah, pendidikan dan bahasa. Meskipun mungkin pengetahuan ini bisa dikolaborasikan dengan yang lain. Well this is my agenda back in Tokyo.

Karena Ira ada acara lain dengan teman-teman artisnya, maka kita berpisah di Gourmet Garage, pukul 3 sore. Well 3 jam bersama Ira dan Katon bisa memberikan masukan-masukan baru bagi diriku. Aku selalu kagum pada pemikiran Katon yang berpusat pada pendidikan dan lingkungan hidup. Oh ya, sayangnya aku belum sempat membeli CD KLA Returns sehingga tidak bisa meminta tanda tangannya.

Dalam macetnya kemang, aku kembali pulang ke rumah dan sampai di rumah jam 4. Kemang … kemang… kapan sih ngga macet?

Hari ke 27 – 13 Maret cuma pergi sore hari ke Carrefour Permata untuk belanja bumbu-bumbu dan perlengkapan yang mau dibawa ke Tokyo, dengan diantar Andy. Packing? hmmm wait untill last minutes, as as usual.

Hari ke 28 – 14 Maret Countdown…. Aku ditelepon Yati bahwa sebagian alumni Sastra Jepang angkatanku akan berkumpul dan makan siang di EN- restoran okonomiyaki di atas Kamome, Melawai pukul 12:30. Well, aku rencananya berangkat dari rumah jam 3-3:30 siang, mana bisa aku ke sana, meskipun aku mau? Aku harus tahu diri, dan tidak memaksakan badan yang tentunya aku harus bersiap tidak tidur selama di pesawat. Apalagi packing masih terus berlangsung hehehe.

Akhirnya kami berangkat dari rumah pukul 4 sore, dan langsung cek in untuk menaiki pesawat SQ ke Singapore. Tentu saja aku minta bantuan si MAAS, dan aku harus kembali ke counter pukul 6, waktu boarding pesawat.

Kali ini yang membantu seorang pemuda bernama Denny, yang mengakui bahwa dia freak pada dorama Jepang. Oleh petugas imigrasi aku disarankan membuat surat kewarganegaraan untuk Riku dan Kai, sehingga bisa sering-sering pulang dan tidak perlu memakai visa. Hmmm dulu aku memang bisa sering pulang, sehingga mungkin perlu, tapi sekarang? pulang setahun sekali saja sudah bagus. BUT, who knows…. siapa tahu aku bisa bekerja di kantor yang sama dengan Zay sehingga bisa bolak balik ke Indonesia? Thank you mister, I will consider it. Apalagi aku harus mengurus perpanjangan pasporku yang habis bulan November mendatang di KBRI, jadi bisa sekalian.

Begitu naik pesawat, Riku langsung tidur. Ya pasti dia kecapekan karena terus bermain dnegan sepupunya tadi. Hanya Kai yang masih segar bugar dan menghabiskan jatah dinnernya dengan lahap.

Kali ini aku naik pesawat pulang tanpa perasaan sedih atau gembira. Sedih karena meninggalkan Jakarta, dan gembira karena pulang ke Tokyo. Biasa saja. Mungkin aku memang Nomaden, Gipsy yang selalu berpindah tempat, dan hatiku tidak mengenal tempat statis di kenyataan. Rumahku adalah hatiku, or, I should say, Hatiku adalah Rumahku!

Saraba (Farewell) kampung kota halamanku Jakarta, sampai liburan berikutnya!

Hari ke 23 – Tot Ziens Yogya

16 Mar

Ya aku harus mengakhiri バカンス (baca: Bakansu)  atau bahasa aslinya vacances (bahasa Perancis) yang sepertinya sudah menjadi bahasa Jepang. Karena kata vacances ini mengacu ke liburan musim panas yang panjang…. yang amat santai dalam keadaan “tidak usah berbuat apa-apa”.

Well memang liburan aku di Yogya tidaklah panjang hanya 4 hari, juga bukannya “santai dan tidak usah berbuat apa-apa”, tapi kapan lagi aku menikmati pemandangan yang indah, teman yang superb dan makanan yang lezat tanpa harus memikirkan hari ini masak apa, dan menjaga anak saja… Dan vacances ini harus kuakhiri hari ini tanggal 9 Maret 2009 – di Hari yang ke 23 aku di Indonesia.

jam 3 pagi aku terbangun dengan masuk angin, dengan sangat terpaksa aku berkali kali memuntahkan isi perut yang sebetulnya tak bersisa sehingga menyakiti ulu hati. Dan aku tahu aku harus minum teh panas sambil berusaha mengeluarkan angin yang semena-mena tanpa diundang masuk ke tubuhku. Sayang tidak bawa koyok cabe, atau tidak ada bath tub supaya aku bisa berendam air panas. Akhirnya dengan memijat leher dan tengkuk sendiri, tidur-bangun-tidur-bangun sampai jam 7-an aku keluar villa, dan memotret pemandangan sekitar villa. Sayang aku kesiangan, sehingga cahaya terlalu kuat untuk difoto.

Aku sempat tertidur lagi pukul 8 dan dibangunkan pukul 9 pagi oleh Lala, karena dia harus pulang ke Surabaya naik bus. Dan aku mengantar dia sampai menaiki taxi yang aku panggil lewat mbak Wanti sekitar jam 9. Seperti biasa, tentu saja adikku ini melambai dalam taxi dengan air mata berlinang. Yah… sampai ketemu lagi ya…entah kapan. Aku tidak bisa berjanji kapan aku bisa mengambil cuti lagi dan pulang kampung.

Kembali ke villa, perut aku masih sakit sehingga aku telepon mbak Wanti untuk membuatkan sup jagung. Memang di menunya tidak ada, tapi dia bersedia membuatkan untuk aku. Sebelumnya aku tanya apakah ada bubur ayam? Sayangnya sudah kesiangan, kalau lebih pagi bisa dibelikan katanya. Wow, what a hospitality. Aku memang sudah jatuh cinta pada pelayanan di sini.

Jadilah aku dan Riku makan pagi sup jagung + garlic bread, dan sedikit nasi goreng yang memang merupakan “jatah” breakfast, sementara Danny yang  molor terus sampai Lala pergi juga hanya menghabiskan setengah porsi. Oi oi ada apa ini? Semua kecapekan kah?

And the time has come to leave. Pesawatku jam 2:55 siang. Sekitar jam 11:30 aku menyelesaikan bill dengan Mbak Wanti dan minta dipanggilkan taxi untuk membawa kita ke Bandara. Setelah taxi datang, kami pergi ke tempat reservasi tiket kereta untuk mencari tiket bagi Danny, yang akhirnya tidak dapat. Aku baru tahu bahwa di Yogya ada juga tempat seperti itu, reservasi tiket, yang di Jepang namanya Midori no madoguchi hehehe. Ssitem penjualannya juga bagus kok, dibagikan nomor antri untuk dilayani di loket. Ruangannya juga nyaman karena berAC. Tapi hari ini hari terakhir liburan jadi pasti kosong, karena orang sudah tahu pasti tidak ada karcis available. Coba kalau aku datang sebelum liburan, mungkin aku tidak merasa tempat reservasi ini nyaman.

Karena tiket kereta habis, Danny memutuskan untuk naik bus, entah kemana. Well, kalau aku tanpa anak dan punya waktu banyak mungkin aku juga akan begitu…. kapan ya bisa bertualang begitu. Kalau di Jepang mungkin aku berani, kalau di Indonesia…hmmm tunggu dulu. Terlalu banyak faktor yang harus dipikirkan. Jadi teringat cita-citaku kalau Riku dan Kai sudah masuk SD, atau SMP, aku ingin berjalan ke daerah-daerah di Jepang dan… hunting foto! Sepertinya ini hobby yang akan aku tekuni kelak. Bapaknya Gen setiap 2 minggu sekali pasti naik gunung, dan hunting foto. Aku tidak usah naik gunung (karena takut), cari daerah-daerah datar saja deh heheheh. (dasar penakut… phobia)

Keluar dari tempat reservasi dan menuju taxi yang sedang menunggu, aku melihat becak. Well, satu lagi kesempatan yang harus kuberikan untuk Riku yaitu naik becak. Meskipun hanya 100 meter! Riku sih maunya naik sampai bandara, tapi…kasihan tukang becaknya nak hehehe.

Sessampai di bandara, aku langsung cek in di counter garuda, dan keluar lagi menemui Danny yang menunggu di luar. Dan seseorang yang berjanji menemuiku di bandara. Sambil menghabiskan waktu aku membeli dunkin untuk Riku, dan memberitahukan pada Afdhal bahwa aku ada di gerai Dunkin. Tidak sampai 3 menit dia sudah ada di belakangku. Rupanya dia sudah ada di kompleks bandara. Afdhal datang bersama “sang pujaan hati” yang langsung aku kenali karena persis sekali wajahnya dengan foto di blog. Hanya aku agak kaget melihat Afdhal yang berbadan kecil dan berwajah anak muda sekarang. Persis deh mahasiswa-mahasiswa ku di Jepang sana. Tinggal dicat rambut dan pakai anting-anting mungkin hahaha. Eh dhal , ini pujian loh…. bahwa kamu memang kelihatan muda!(wong emang masih muda mel….hihihi). Terima kasih untuk oleh-olehnya, terutama untuk si Marlboro Man, my husband …. dia suka sekali.

Akhirnya tiba waktunya untuk boarding pesawat. Mengucapkan selamat tinggal pada Danny, dan kota Yogya. Aku tahu aku akan kembali ke sini dengan Gen dan anak-anak…someday.

Sebelum naik pesawat, Riku sempat minta dibelikan cicak dari kuningan, dan saat itu, waktu menunggu naik pesawat di bertanya padaku ,“Mama, kenapa tidak ada Ibu dan Bapak tapi anak itu bisa lahir?” (lihat posting Pertanyaan Riku di Yogya)

Kami mendarat di Cengkareng pukul 4 sore. Beberapa saat sebelum mendarat pesawat sempat terguncang, dan seakan memasuki awan tebal. Pasti jarak pandangan pilot hanya berapa meter saja. Aku yang tidak terbiasa naik pesawat kecil, menggenggam tangan Riku sambil berdoa. Dan akhirnya kami dapat mendarat dengan selamat sekalipun dalam hujan lebat di jakarta.

Opa tidak bisa menjemput kami karena mereka pergi ke rumah sepupu kami Rosa, dalam rangka hari ulang tahun anaknya. Sehingga aku berdua Riku naik taxi pulang ke rumah. Dan mendapati Kai juga pergi bersama opa…. Uhh bagaimana kabarnya Kai yang  4 hari aku tinggalkan ya? Dengan harap-harap cemas aku menunggu kepulangan mereka. Dan aku merasa lega, begitu Kai melihat wajahku dia tersenyum lebar, dan meskipun malu-malu mau mendekat ke aku dan minta digendong. Dan setelah itu dia tidak akan pernah mengijinkan aku pergi sendiri. Dia selalu harus ikut! Mungkin dia takut kalau mamanya akan pergi jauh lagi dan lebih lama lagi… hehehe.

Sambil menonton televisi yang memberitakan pesawat lion air dari makasar yang tergelincir di Bandara Cengkareng, aku mengucap syukur bahwa Tuhan selalu melindungi kami.

Tot Ziens Yogya, sampai berjumpa kembali. Tot Ziens sahabat-sahabatku yang kutemui di Yogya. Kalian terus ada dalam pikiranku. Dan aku berharap untuk bisa bertemu lagi ….someday.

Hari ke 22 – Balai Melayu

14 Mar

Hari ke 22, tanggal 8 Maret 2009…. bagaikan antiklimaks, aftermath yang meninggalkan rasa kosong di hati.

Aku terbangun sekitar pukul 6 pagi, masih melihat beberapa teman tergolek di kasur. Tapi Riku yang selalu bangun pagi, segar bugar bangun dan berjalan-jalan sendiri. Di luar aku melihat Mas Totok dan entah Mas Goen, ntah Mas Arief masih ngobrol. Wah bener-bener lek-lek-an dia. Kemudian Mas Tok pamit untuk menjemput istrinya.

Banyak yang tidak kuingat pagi itu, termasuk siapa yang memesan sarapan … Lala pastinya. Karena hanya yang dia memesan Mie Goreng, sedangkan yang lainnya Nasi goreng. Oleh petugas Hanis, sarapan di atur di meja di luar, padahal waktu aku cek in, mereka bilang harap makan di restoran, karena mereka tak sanggup bawa peralatan untuk 8 orang ke villa. Wah, pelayanan extra lagi. Memang pelayanan di Villa Hanis ini top banget. Apalagi Mbak Wanti yang selalu menanyakan padaku apa ada yang mereka bisa bantu. (Aduh aku ingat dia yang membereskan semua sampah yang kami tinggalkan begitu saja sewaktu berangkat ke Kweni. Aku sampai mempercayakan kunci padanya, padahal ada laptop yang kami tinggalkan)

Sarapan pagi di luar, di halaman Villa, di pagi yang masih berselimutkan embun. Alangkah romantisnya. Apalagi kelak jika pembangunan kolam renang di sisi kanan villa selesai. Wah deh…. Semoga saja suatu waktu aku bisa mengajak Gen datang ke sini. Villa ini jauh masuk ke dalam sehingga memang privasinya terjaga.

Mas Arief, Mas Goenoeng, Riku, Lala, Noengki, Danny dan aku mengelilingi meja, menikmati breakfast di udara terbuka. Topik pembicaraan kemarin dilanjutkan, masih mengenai zodiak dan sifat-sifat mereka. Paling senang mengganggu Mas Arief yang selalu kupotong kalimatnya hehehe. Jangan marah ya Mas.

Setelah sarapan selesai, aku mandi. Karena tadi pagi setelah bangun tidur, aku sempat dipijat oleh Noengki. Oh ya! sekarang aku ingat…. memang Lala yang memesan sarapan karena saat itu aku masih berteriak kesakitan setiap kali Noengki memijat bagian yang sakit. Memang aku terbangun dengan bahu kanan nyeri sampai ke telapak tangan, dan aku tahu bahwa Noengki bisa memijat, jadi aku minta tolong padanya. Satu botol balsem habis deh dipakai (abis badan kamu gede sih mel! hihihi). Hebat memang kamu Noengki, selain jadi dokter gigi bisa menjadi pemijat. Atau pijatanmu ini bisa jadi service tambahan untuk pasiennya? seperti di salon-salon jika kita potong rambut mendapat extra service dengan pijatan? Enak juga pasiennya Noengki ya…..heheeh

Waktu aku selesai mandi, rupanya Mas Totok sudah kembali dengan istrinya. Dan mau langsung pamit pulang ke Gunung Kelir. Sayang sekali aku tidak sempat bercakap banyak dengan istri Mas Tok yang kelihatan cerdas dan manis itu. Mungkin lain kali aku akan pergi ke Gunungmu yang kamu banggakan itu Mas! Tunggu saja aku akan ke sana. Dan saat itu tolong siapkan anak kambing etawa guling yang katamu enak itu. Tapi jangan tagih aku seharga avanza ya…. Karena kalau seharga itu bagaimana aku mau beli avanza untuk pergi ke Gunung Kelir? (Salh mel… kamu musti beli 4WD untuk bisa ke sana, surga bandwith internet tapi tanpa sinyal XL)

Mengantar Mas Totok sekeluarga sampai depan pagar Villa, dan setelah itu “NARSIS TIME”. Untung aku sudah mandi, meskipun belum bermake up. Dengan pose ala pre-wed, jadilah kami model dadakan. Ada satu foto yang bagus dengan judul “Majikan dan Tukang Kebun” tapi sayang tidak bisa saya tampilkan di sini tanpa ijin si Tukang Kebun hahaha. (Baru kali ini kan Majikan harus minta ijin dulu pada si tukang Kebun). Sementara itu saya akan menampilkan foto narsis 3 dara (ups bukan dara lagi sih hahaha) tiga primadonanya Villa Hani’s.

Selesai berfoto-foto, Mas Goenoeng dan Mas Arief pamitan untuk pulang ke Semarang. Terima kasih banyak atas kehadirannya dan partisipasi dalam acara Bocah Kweni. Mungkin tahun depan bisa kita adakan di Semarang, dengan Mas Goenoeng selaku EO nya? Who knows….

Karena Noengki harus pulang dan mengejar kereta pukul 14:30, sekitar jam setengah satu kami keluar villa menuju stasiun dengan mobil rental. Pak Sudi kali ini yang mengantarkan kami. Mobil ini sangat mendadak aku pesan, dan hebatnya bisa datang dalam 1 jam! Kupikir kalau tidak bisa, ya kita pakai taksi pergi bersama… meskipun kurang praktis. Satu lagi pelayanan Villa Hani’s yang patut diacungkan jempol.

Mampir di toko Gudeng (ngga ngerti namanya apa) untuk membeli oleh-oleh, kemudian bergegas ke stasiun. Mas DM mengantar bu dokter gigi sampai beliau aman naik kereta, sementara kami mengobrol di dalam mobil. Dan setelah itu kami pergi bersama ke arah Pasar Bering Harjo (bener ngga ya tulisnya) untuk makan Mpek-mpek sementara si Lala jalan ke arah pasar untuk mencari batik (yang akhirnya tidak ketemu jg).

Dari situ kami menuju Ambarukmo Plaza, untuk mencari hotspot (apalagi hahaha), sambil bertemu blogger pengunjung tetapnya Penganyam Kata (sorry I can’t recall her name) di AW lantai sekiannya Ambarukmo Plaza. Di sini Riku sempat bermain di game center sebelahnya AW ditemani Lala. Makasih ya La….

Mengingat kami punya janji dengan Mbak Tuti Nonka jam 7 malam di Balai Melayu, sekitar jam 5 kami meninggalkan Ambarukmo Plaza dengan maksud pulang ke Villa Hanis untuk ganti baju dan mandi, dan berdandan…supaya harum, cantik dan tidak malu-maluin datang ke acara “Singing and Dancing” Mbak Tuti.

Tapi hitung punya hitung, kami tidak akan keburu pulang dan kembali lagi ke Balai Melayu tepat waktu. Dan aku tidak mau kita terlambat seperti kemarin. Jadilah kita pergi ke Balai Melayu dengan baju yang sama, tanpa mandi, hanya membetulkan make up dalam mobil setelah kami memarkirkan mobil di seberang Balai Melayu pukul 18:30. (Mandi parfum saja deh Mbak Tuti heheheh)

Kami turun mobil 5 menit sebelum pukul tujuh, dan memasuki Balai Melayu. Tidak begitu besat tempatnya tapi apik dan benar-benar bisa merasakan nuansa melayu di sana. Mbak Tuti tentu saja pernah mengulasnya di blognya. Kami dipandu melihat lantai atas sampai ke teras balkon lantai atas yang sejuk. Konon teras ini ikut ambruk waktu gempa menghantam Yogya, kemudian dibangun kembali. Tentu saja ini merupakan spot yang bagus untuk narsis kembali. (Bukan blogger deh kalo tidak bisa narsis hahaha)

Ada detil-detil Balai yang sempat terekam dalam kamera, berkat kejelian Danny. Sehingga mungkin kelak bisa dicatatkan royaltynya loh Mbak Tuti…. yaitu pegangan pintu berupa “keris” (entah apa namanya…keris bukan ya?). Unik!!

Setelah berjalan-jalan mengitari Balai Melayu dari atas sampai bawah, kami diajak bersantap malam yang sudah disediakan Mbak Tuti. Ada bistik, ada nasi goreng, ada lasagna…. Kalau tidak ingat diet, pasti aku coba semua tuh mbak. (Tapi dibungkus juga sih akhirnya untuk dibawa pulang)

Setelah selesai makan, lanjut deh dengan acara Dancing!!! Karena guru dansa Mbak Tuti ikut hadir, jadi kita seakan menonton para profesional menari. Lala dan Hesti ikut berdansa.

Aku? OH NOOOOO kalau aku ikut berdansa, Gempa kedua akan menghantam Yogya lebih kuat lagi. Aku paling tidak bisa memadukan gerakan kaki dan tangan dan seluruh badan deh. Ritmenya itu loh. (Goyang dangdut itu juga sulit loh…udah coba juga dan ngga bisa hahahah) . Hanya pernah dansa walts yang dipandu cowok (hmmm siapa ya waktu itu… oh Darma Sutantio yang di New York sekarang (apa kabarnya dia ya?)! dia yang mengajari aku dansa (once and the last one) dan pasti dia kapok deh sakit kakinya keinjek-injek hahaha). Jadi, boleh percayakan mike padaku tapi jangan percayakan lantai dansa padaku. Bubar maning! Bubar kabeh! Bubar grak!!

Sambil makan desert, kita dihibur calon penyanyi broadway, Miss (tra) Lala dengan lagu-lagu eighties. Mbak Tuti juga…dan saya juga. Lagu andalan saya semuanya Jazz sih, Masquerade, Just the way you are, You needed Me… paling yang pop If we hold on together… Yang agak sulit adalah lirik yang tercantum di buku pinternya suka salah, jadi aneh hehehe.

Semua yang hadir dari blogger akhirnya menyanyi. Uda Vizon dengan lagu kesayanganku juga, “Arti Kehidupan” nya Mus Mujiono (udah tahu sekarang artinya kehidupan itu apa uda?) dan Danny dengan lagu-lagunya MJ… Jadilah dia Daniel Jackson (jadi nama whiskey deh dia — Daniel Jackson. Another name for the Whiskey drink Jack Daniels.)! Hebat! (jangan-jangan DM juga jago melantai nih) …. Maaf foto tak bisa saya pajang tanpa ijin ybs hihihi.

Gantian deh aku dan lala menguasai panggung… doooh panggung ni ye…. Tapi kita juga musti tahu diri karena Balai Melayu bukan Karaoke Box yang kedap suara. Dan masih untung Host kita mbak Tuti masih mau memberikan waktu sampai lewat dari jam 10 loh.  Jadi sambil kukut-kukut, dibungkusin sangu untuk nyemil.

Yang paling asyik waktu kami menerima hadiah CD LANGKA. Yang dicari dan mau bayar mahalpun belum tentu dapat di toko-toko. CD nya bermeteraikan nama ku khusus!!! Dan boleh dong PAMER hihihi… Penyanyinya Top, Mbak Tuti Nonka yang dulu kukenal sebagai novelist, tapi sekarang bertemu sebagai blogger. Terima kasih banyak untuk kado special (pake telor) nya mbak. Juga sebuah buku yang aku tahu aku HARUS punya, yaitu 366 Cerita Rakyat Indonesia dari Adi Cita, penerbit kepunyaan suami Mbak Tuti.

Terima kasih banyak Mbak Tuti untuk malam yang begitu mengesankan. Jangan kapok untuk memanggil/mengundang bloggers datang lagi. Mungkin saya juga akan mengajak Mr. Miyashita untuk mengunjungi Balai Melayu, jika kami bisa vacation lagi ke Yogyakarta. Malam terakhir di Yogya benar-benar mengesankan.

Hari ke 21 – Kweni the Climax

13 Mar

Hari ke 21 – 7 Maret 2009, merupakan klimaks perjalananku ke Indonesia dalam rangka liburan kali ini. Aku sudah merencanakan kunjungan ke desa Kweni ini dari jauh-jauh hari. Surat elektronik, chat, sarana internet yang canggih membantu banyak dalam membuat rencana ini bersama Uda Vizon. Awalnya hanya sebuah perbincangan, bagaimana jika…. Dan akhirnya menjadi suatu rencana yang bertajuk “Bermain bersama bocah Kweni”. Dan alangkah bahagianya juga bahwa Gen, mendukung rencanaku ini. Melati san, Akemi san, Nishimura san juga ikut menitipkan sedikit “hati” mereka untuk ikut berbagi dengan bocah-bocah ini. 心から感謝いたします。 Saya tahu kalau saya lebih memusatkan perhatian dan lebih berusaha, semestinya ada lebih banyak teman-teman Jepang saya yang sudi membantu. Tapi karena waktu yang tidak mengijinkan, hanya teman dekat yang mengetahui rencana saya sajalah yang menghubungi saya dan memberikan bantuan itu. Memang sedikit yang terkumpul, tapi saya tahu ada “Hati yang tulus” di sana.

Pagi hari terbangun pukul 8 dan baru menyadari adanya sms dari Lala masuk ke HP saya. Saya juga menemukan sms dari Uda Vizon, yang memberitahukan akan lebih baik jika bingkisan dilebihkan 5 buah, sehingga berjumlah 65 paket. Hmmm …. barang dari Jepang memang pas-pasan, tapi mungkin aku bisa lari sebentar ke Toko Merah lagi untuk membeli tambahan untuk 5 anak itu.

Jadi begitu jam 10 mobil datang, aku pergi ke Toko Merah, membeli paket yang sama dengan 60 yang lain (dan gobloknya aku kok cuman beli 5 saja…semestinya lebih lagi). Dari situ aku minta diantarkan Pak Daniel, (supirnya kali ini bernama Daniel…bukan Daniel Mahendra hihihi) pergi ke Ambarukmo Plaza, karena aku perlu melihat email yang masuk. Cepat-cepat duduk di Dunkin Donuts, menghubungkan koneksi internet, dan melihat emails yang masuk.

Wah bener-bener diburu waktu, karena aku harus check out dari rumah Mertua sebelum jam 12. Padahal saat itu sudah hampir setengah sebelas…pasti terlambat. Akhirnya aku minta Lala, untuk mengeluarkan barang yang aku tinggalkan di dalam kamar, dan memberitahukan bahwa aku akan cek out secepatnya.

Kira-kira jam 12:30 aku sampai di Rumah Mertua, menyelesaikan bill tambahan dan cek out dari sana. Untung saja barang kiriman Lala yang semestinya sampai kemarin itu sudah sampai. Cepat-cepat masukkan semua barang ke dalam mobil, lalu ke Villa Hani’s. Beuh waktunya ….. mepet banget.

Setelah menurunkan semua barang, aku bertiga dengan Lala dan Riku (aku mohon pada Riku untuk ikut bantu….) memasukkan buku tulis, dan alat tulis ke dalam kantong plastik. Harus kerja cepat karena the time is tickling! Di situ aku merasa salah… aku pikir dari Palagan ke Bantul dekat, ternyata tetap harus menghitung kemacetan, sehingga kalau dihitung mundur, untuk tiba di Kweni jam 3 , paling lambat kita harus keluar dari Hanis pukul 2 siang. Padahal aku tulis/umumkan berkumpul jam 1 siang…. dan tahu sendiri orang Indonesia kan, disuruh kumpul jam satu, bisa saja dia datang jam 1:05 atau 1:59…. depannya masih satu jeh hahahaha. (its Indonesian way of thinking about time you know!)

Jadi begitu Ipi, Tyan, Mas Goenoeng dkk datang, aku tidak bisa menyambut mereka dengan ber hahahihi. Spanning jeh… mohon maaf ya…. Tapi untung saja mereka cekatan sehingga bisa mengambil alih tugas mengisi plastik dan menghitungnya. Kemudian tak lama Danny dan Noengki datang, sehingga lengkaplah peserta rombongan ke Kweni. Teng Jam 2 siang, kita menuju mobil and GO……

Tanpa briefing… karena memang tidak ada waktu. Jadi aku briefing pada cewek-cewek yang satu mobil dneganku saja. DM, Mas Goenoeng dan Arif yang naik mobil lain tidak mendengar sama sekali rencana dan susunan acara dariku. Biarlah…. santai saja aku pikir. Ikut arus aja nanti gimana kan….

Kami sampai di desa Kweni pukul 2:45… Wah masih ada 15 menit aku pikir. Jadi bisa briefing. Eeee tau tau langsung ke pendopo tempat pelaksanaan acara, taruh barang dan …. mulai…. Sulit juga untuk mengadakan briefing kalau sudah melihat anak-anak itu sudah berkumpul dan duduk dengan manis melihat kita-kita seliweran di depan mereka tanpa berkata apa-apa. Mana bisaaaa…

Akhirnya meskipun lebih cepat dari rencana yang mulai jam 3, kita mulai acara “bermain dengan bocah Kweni”. Terus terang aku grogi… Mungkin kalau dalam bahasa Jepang aku ngga segrogi itu. Dan sebetulnya aku mau ngaku, satu hal “kata kunci” yang membuat aku grogi adalah, aku tidak bisa fasih mengucapkan “Assalamualaikum Wr Wb”… Mungkin karena aku tidak mau ucapkan sambil lalu saja ya? sehingga jadi grogi duluan. Padahal salam ini selalu harus diucapkan dalam setiap pertemuan dengan orang Indonesia. hiks…

Anyway setelah membuka acara, di dalam kepala berputar terus what next… jangan sampai anak-anak ini ngantuk dan bosan. Jadi langsung saja masuk ke acara perkenalan dengan kakak-kakak blogger yang hadir (kakak-kakak blogger itu rupanya sudah menjadi istilah baru hehehh)

Setelah perkenalan kami menikmati acara tarian Badindin (Din… siunyil_kutupret…kamu disebut terus tuh hihihi) yang disuguhkan oleh bocah Kweni. Aku selalu kagum pada mereka yang bisa menari, karena aku sama sekali tidak bisa menari. Kelihatannya sih Riku suka menari, karena dia lumayan suka goyang-goyang kalo dengar musik. Buktinya dia juga bisa bergoyang di panggung pertunjukan TK nya. Kai gimana ya? Lets wait and see…..

Setelah tarian selesai, mumpung sudah moriagaru (meriah) langsung dilanjuti dengan gerak dan lagu bahasa Jepang. Sebuah lagu anak-anak yang sering dinyanyikan untuk anak Balita, mulai 0 tahun. Sekaligus mengajarkan nama anggota tubuh. Atama Kata Hiza..pon….. Me… Mimi Hana..Kuchi. Kalau bisa hafal lagu ini, berarti kamu sudah bisa menyebutkan kepala pundak lutut, mata, telinga, hidung dan mulut dalam bahasa Jepang! Untuk lagu ini Satira (anaknya Uda) dan Della yang kemarin sudah latihan ikut berdiri di depan dan mengajarkan teman-teman yang lain.

Setelah capek bernyanyi…(wah bener deh bermandikan keringat saat ini selain bergerak juga panasnya rek… setelah itu memang hujan mengguyur dari langit) kita lanjutkan dengan permainan suit jepang yang Kertas, Batu dan Gunting, tadinya untuk menentukan grup…. TAPI ternyataaaaaaa sulit mengendalikan anak-anak stick to their answer!. Kalau dibilang yang kertas kumpul di kakak yang ini…. semua ikut-ikutan padahal mereka tidak menjawab kertas. ADUH deh….

Langsung aku sadar, tidak bisa dengan cara ini. Dan sayang saat itu tidak ada mas trainer yang mungkin bisa menemukan cara atau permainan yang tepat untuk membagi kelompok untuk anak-anak. Well memang teori itu banyak , bisa dengan cara ini itu, tapi pada pelaksanaan suliiiiit banget jeh. Jadi sebisanya saja buat anak-anak itu mau berkumpul ke Kakak-kakaknya. (Kayaknya aku harus ngajar di TK/SD atau pramuka  deh supaya mahir dengan permainan-permainan anak-anak)

Masing-masing kelompok dibagikan kertas manila putih, crayon, penggaris dan pensil. Sebetulnya tujuan aku adalah menceritakan tema dari Picture book yang pernah aku posting, “The Story of Black Crayon“. Tapi apalah daya… tidak bisa sesuai dengan keinginan. Ya gpp lah, yang penting anak-anak ini enjoy (kakaknya enjoy atau ngga masa bodo hahhahaa). Mungkin kalau skalanya lebih kecil bisa tapi untuk 60 anak sulit euy.

Sambil anak-anak menggambar, kami kedatangan tamu agung, Ibu Dyah Suminar dan Mbak Tuti Nonka. Yang membawa makanan kecil untuk dibagikan buatan Vivi. Kebetulan sekali bisa buat selingan, jadi deh gambar sambil makan snack…. (padahal aku juga laper banget loh, ngeliat anak-anak itu makan pengeeeen… tapi drpd makan lebih pingin minum teh botol atau air yang dingiiiin banget, karena haus dan puanas)

Separuh acara sudah selesai, anak-anak sibuk menggambar dan makan, sedangkan kakak blogger nya juga sudah mulai wara wiri, berfoto-foto narsis… aku juga sudah santai, pikirku tinggal nutup acara hehehe. Jadi setelah kira-kira pada selesai gambarnya, aku minta mereka mengumpulkan gambar mereka, kembali ke tempat duduk masing-masing dan …. karena masih ramai, ya sudah lanjutkan dengan pameran gambar untuk ambil foto bersama kakak bloggernya setiap kelompok. Biar sekalian ramai. Tapi hadiah belakangan ya dik….

Kemudian Uda Vizon berpidato, menyambut kedatangan Ibu Dyah dan Mbak Tuti sambil menjelaskan maksud acara ini. Acara dilanjutkan dengan wejangan dari Mbah Dyah (duh Bunda Dyah ini masih muda jeh, ngga pantes dipanggil Mbah meskipun sudah punya cucu) Setelah wejangan Bu Dyah, anak-anak mendengarkan cara- sikat gigi yang baik dan benar (kok seperti bahasa Indonesia yang baik dan benar ya?) dari Ibu Dokter Noengki. (oi oi kakak-kakak yang lain mulai deh ngerumpi sendiri, sehingga aku yang nemenin Noengki di depan anak-anak…. padahal pengennya ikut ngerumpi juga hihihi)

Tiba acara terakhir yaitu pembagian hadiah dari “Komunitas Blogger” kepada bocah Kweni, sekaligus penutupan acara. Untung saja acara pembagian hadiah juga berjalan dengan lancar, meskipun belum dibriefing bagaimana cara mbaginya. (karena ada beberapa potong). Tapi karena ada tas ransel hadiah dari Mbak Tuti, akhirnya semua bisa dimasukkan dalam ransel, sehingga anak-anak dapat bawa pulang dengan mudah. Riku ikut membantu membagikan ransel, dan bantu memakaikan ransel pada kakak-kakak –teman-temannya ini. Meskipun akhirnya Riku juga minta bagian hihihi. (maafin ya…. namanya juga anak-anak)

Anak-anak yang sudah menerima ransel, langsung berkumpul di luar dan kita berfoto bersama di depan pendopo. Senang sekali melihat wajah mereka yang berseri-seri dengan senyuman di terangnya siang (karena pendopo agak gelap). Sambil berfoto bersama, aku hanya bisa mengucapkan doa dalam hati, “Tuhan lindungi anak-anak ini, dan kiranya Engkau mau memperhatikan dan membimbing mereka”.

Kakak-kakak blogger yang baru aku temui secara langsung di tempat itu pun memancarkan senyum yang keluar dari hati.  “Terima kasih Tuhan, Engkau juga telah memberikan aku teman-teman baru yang baik. Kunikmati semua anugerahMu melalui pertemanan ini. Kami datang tanpa materi yang berlimpah tapi kami ingin berikan sepotong hati kami pada sesama.”

12 orang Blogger yang berkumpul di desa Kweni ini akhirnya ribut membicarakan acara Kopdar malam, dan merasa mendapat kehormatan karena Mbah eh Bunda Dyah berkenan menyediakan rumah dan makanan untuk kami. Kami berjanji untuk berkumpul kembali malam harinya di rumah Bunda Dyah, lalu kami bubar dan acara “Bermain bersama Bocah Kweni” selesailah sudah. Dua setengah jam yang sangat berharga. Semoga kedamaian yang dirasa bisa tetap bersemayam dalam hati.

Rombongan Villa Hani’s kemudian berkumpul di rumah Uda Vizon, untuk cuci kaki, beristirahat… dan akhirnya aku juga bisa mencicipi kue buatan Vivi. Belum lagi adikku Lala membelikan semangkuk bakwan tok tok yang kebetulan berhenti di depan rumah Uda. Its delicious La! Thank You. (sementara mamanya makan bakwan si Riku di dalam main PS tuh)

Capek, lepek karena keringat dan mau mandi… Kami tentu butuh mandi sebelum bertandang ke rumah Ibu Walikota Yogya. Jadi cepat-cepat kami naik mobil, kembali ke Villa Hani’s di jalan Palagan. Sayang sekali Ipi dan Tyan tidak bisa ikutan ke jamuan makan malam. Tapi kehadiran Mas Totok dari Gunung Kelir bisa menambah “ramai”nya rombongan.

Bergiliran memakai dua kamar mandi yang ada, dan akhirnya aku bilang mendingan kita kasih tahu Bunda Dyah minta diundur sampai jam 8 saja deh. Tapi karena dua mobil yang menuju rumah Bunda agak tersesat, kami sampainya melebihi waktu yang ditentukan. Mohon maaf ya Bunda.

Sebetulnya sudah sejak di mobil, aku tahu Riku sudah capek dan mengantuk. Akhirnya terpaksa digendong Danny masuk ke dalam ruang tamu dan Riku ditidurkan di sofa. Karena agak rewel, terpaksa aku temani dia dulu di sofa, sementara teman-teman yang lain langsung mulai makan malam. (Sayang deh aku ngga bisa ikutan foto di depan meja makan) . Setelah Riku bisa tidur dengan tenang, baru aku bisa ambil makanan yang disediakan Bunda Dyah. Ada gudeg yang tidak manis (asyiiik…gudeg wijilan terlalu manis untuk saya) , lalu sate ayam dan lontong. Katanya ada nasi kucing, tapi aku tidak coba. Mungkin karena terlalu capek jadi tidak ada nafsu makan. Pinginnya minuuum aja terus.

Sambil menikmati buah duku dan salak, aku mengikuti percakapan bloggers yang lucu dengan Lala sebagai Main guest merangkap wanita penghibur dengan menyanyikan tembang lawas yang diiringi Mbak Tanti. Aku sempat memindahkan Riku yang tertidur dari dalam ruang tamu ke tempat duduk di teras tempat kita berkumpul. Berat euy….

Akhirnya pukul setengah sebelasan (wah lupa ngga liat jam euy) kami mohon pamit dan kembali ke Villa Hani’s. Terima kasih banyak Bunda Dyah untuk undangannya.

Sesampai di Villa Hani’s, siapa ya yang gendong Riku? Danny tentunya…menaruh Riku di tempat tidur, dan kami berpencar dengan kegiatan masing-masing. Ada yang ganti baju tidur dan rebahan… ada yang berkumpul di teras villa untuk merokok dan bersenda gurau… Aku? Kayaknya aku sempat ganti baju lalu mengambil sebotol wine yang ada di mini bar, membuka cork dan mengambil dua gelas. Yang minum memang hanya saya dan Mas Tok (pengaruh Jepang sih ya…sayang ngga ada draught beer dingin  atau sake jepang dingin ….hmmmm…) cling… dua bibir gelas beradu dan …. KAMPAI! dan otsukaresamadeshita!

Sayup sayup masih kudengar candaan Mas Arief yang bercerita soal selingkuhan dan bertanya soal sesuatu padaku, tapi akhirnya aku tidak sanggup lagi menahan mata, akupun pamit dan tidur di samping Riku. Mungkin sekitar pukul 2 pagi.  Ada 8 tempat tidur, jadi kalau mau tidur biarlah masing-masing mencari tempat tidur kosong. It’s been a looooong and tyring day. Dan aku berharap semua menyunggingkan senyum dalam tidurnya. Bocah Kweni dan semua yang terlibat dalam acara hari ini.

Hari ke 20 – Toko Merah

13 Mar

Hari ke 20- tanggal 6 Maret 2009, Hari ke dua di Yogyakarta. Pagi aku sarapan pagi berdua Riku di hotel butik Rumah Mertua. Makanannya lumayan lah, meski tidak bisa dibilang enak banget. Aku minta mobil untuk datang jam 9 sebenarnya, tapi jam 8:30 Riku minta diperbolehkan berenang. Ya sudah kapan lagi, asal dia bisa sendiri. Jadi aku temani dia di samping kolam renang. Baru setelah jam 9, kita bersiap-siap untuk pergi.

Karena kemarin malam sudah terlalu capek, aku juga tidak terpikir untuk membuat foto-foto hotel Rumah Mertua ini. Kami menempati kamar terujung, nomor 11. Setiap kamar mempunyai beranda sendiri-sendiri. Tempat tidur nya biasa saja, kerasnya cukup untuk punggungku yang sering bermasalah (dan tidak bunyi hihihi). Tapi lukisan abstrak di atas tempat tidur membuat Riku takut.

Kemarin sempat terlintas untuk pergi ke Candi Prambanan. Tapi saya tahu, pasti candi itu tidak menarik untuk Riku. Lagipula aku ingin pergi ke rumah Uda Vizon untuk briefeng acara keesokan harinya. Dan kemarin malam juga sudah diinformasikan Uda mengenai Toko Merah, yaitu toko alat tulis grosiran, tidak begitu jauh dari tempat kami menginap ini. Jadi aku langsung minta Pak Edi mengantar aku ke sana.
Ternyata waktu sampai di Toko Merah itu, Riku tertidur di mobil. Jadi aku keluar sendiri dan masuk ke dalam toko. Waduh …jadi ingat toko Itoya di Ginza yang penuh dengan alat tulis. Memang beda kelasnya, karena di Itoya harganya juga beragam dari yang murah sampai yang mahal. Kalau di Toko Merah, yah buatan dalam negeri semua gitchu. Tapi emang kenapa dengan buatan dalam negeri? Selama masih berfungsi dan bisa dipakai, apa salahnya. Jadi deh aku mengelilingi toko itu untuk melihat apa saja yang tersedia. Aku sudah tahu bahwa aku harus membeli buku tulis, karena ternyata buku tulis yang kami pesan melalui Lala tidak ada.

Tapi melihat toko sebesar ini, khayalan aku jadi berkembang untuk membuat acara bermain bersama bocah kweni. Jadi selain buku tulis, aku juga membeli karton manila, alat menggambar untuk 10 kelompok dll. Karena di situ juga dijual makanan kecil, jadi sekaligus saja buat bungkusan snack seperti acara ulang tahunan. Yang lucunya meskipun grosir, toko ini ternyata tidak punya stock kue-kue kecil dengan jumlah lebih dari 60 buah. Jadi terpaksa deh ambil jenis apa saja yang jumlahnya cukup.

Tidak sadar aku sudah 2 jam di dalam toko. Maklumlah untuk membeli satu jenis barang yang berada dalam satu kelompok dengan satu penanggung jawab (petugas toko) itu perlu waktu paling sedikit 10 menit…. hitungnya, tulis bon nya, lalu dihitung lagi…duuuuh lelet banget deh. Untuk pembayaran juga dengan sistem unik. Bayar dulu, kemudian bon dikasih ke petugas sampingnya untuk mengecek, menghitung lagi, kemudian membungkusnya. (Belum ngantri bayarnya dan antri ambil barangnya) Untung aku lagi sabar saat itu jadi aku tahan-tahanin aja. Aku memang suka heran, kenapa sih orang Indonesia ngga bisa kerja cepat, yang cekatan gitu kenapa ya? Mungkin banyak yang akan bilang, “ya itu kan Yogya bu… “tapi menurut aku bukan soal Yogya atau Jakarta nya, di Jakarta juga sama kok hehehehe. Jangan alasan panas deh, kan dalam toko ber-AC? Makanya orang (baca: saya) akan lebih senang berbelanja  di supermarket, karena kita dapat memanage waktu kita sendiri tanpa harus tergantung orang lain. Paling-paling yang butuh waktu itu saat antri bayarnya.

Sudah hampir jam 1, perut sudah keroncongan, padahal untuk ke tempat Uda juga butuh waktu yang tidak sedikit. Tidak ada waktu untuk makan di restoran juga. Jadi saya tanya pada Pak Edi, apa yang bisa dibungkus bawa dan makannya nanti saja di rumah Uda…. untuk menghemat waktu. Jadilah kami ke Wijilan, sebuah tempat (jalanan) yang katanya merupakan pusatnya gudeg. Tokonya berderet-deret. Yah aku sih ngga tau mana yang enak, jadi sembarang saja (sambil menyerahkan pemilihan Toko pada pak Edi). Cepat-cepat minta dibungkus, lalu langsung tancap ke Desa Kweni, Bantul.

Sesampai di rumah Uda, langsung deh tanpa ba bi bu… (pake kenalan dulu sebentar sih sama istrinya Uda, Mbak Icha) langsung makan deh. Sambil makan ngomongin rencana susunan acara (multitasking deh), dan sesudah makan sambil mengisi snack ke dalam plastik-plastik, masih membicarakan soal acara untuk besok.

Nah, setelah selesai kerja bungkus-bungkusnya datanglah anak Uda Satira dan Della jadi kelinci percobaan untuk suit Jepang, lagu dan origami…. Aku pikir saat itu, kalau anak-anaknya cuman sedikit sih ngga jadi masalah ya. Tapi kalau banyak, sebanyak 60 orang gimana aturnya? well, que sera sera aja deh, Pasti bisa.

Sekitar jam 4 aku pamit dari rumah Uda, dan pulang ke Rumah Mertua, untuk membereskan barang, dan cek in di Vila Hannis. Aku sengaja menambah hari penyewaan di Vila Hanis, karena waktu cek in esok hari yang terasa terburu-buru, dan aku pikir kamar di Rumah Mertua bisa dipakai untuk mereka yang datang lebih cepat.

Vila Hani’s memang romantis di malam hari…. lihat saja pencahayaannya. Tempat tidur berkelambu, cocok untuk honeymooners. Lalu kamar mandi setengah terbuka… (jadi ingat postingnya mas NH18 tentang kamar mandi terbuka). Kalau ini sih memang berupa pancuran saja, laksana mandi di air terjun deh. Sayang juga coba mereka buat bath tub (di Rumah Mertua juga hanya shower), pasti bisa lebih romantis lagi. Apalagi kalau pakai Jacuzzi wah wah wah deh (maunya loe aja mel hihihi). Soalnya orang Jepang kan suka berendam. Pasti deh laku orang Jepang nginap ke situ.

Hanya satu kekurangan yang saya agak sesalkan ….yaitu mereka punya koneksi internet Speedy, tapi entah kenapa tidak bisa dipakai. Tidak terbaca ,meskipun sudah diusahakan pakai password dan lain-lain. Ya sudah terpaksa aku angkat tangan untuk internet. Tapi… aku perlu tahu apa ada peserta tambahan yang ikut dan mendaftar lewat email, sehingga aku dipinjami komputer di dapurnya Villa Hanis. Ya cukuplah kalau hanya untuk email. Kalau untuk membuka website hmmm tunggu dulu. Butuh kesabaran yang amat sangat.

Jadi teringat, aku mengirimkan file kerjaan kemarin dengan “lari” ke Malioboro Mall. Di sana satu mall disediakan hotspot sehingga kita duduk di toko manapun bisa memakai fasilitas hotspot. Satu yang saya tidak coba adalah, apakah hotspot itu juga terdapat di areal parkir. Kalau ya, maka cukup duduk dalam mobil untuk browsing bukan? Saya mau deh kerja jadi supir kalau begitu, nunggu majikan sambil nge-net hehehe.

Malam ini kami makan di Cak Koting, rumah (tenda) makan yang menjual ayam/bebek/burung dara gorng/bakar. Letaknya di depan bioskop xXxX (ngga tau ..lupa). Saya diberitahu Yoga mengenai rumah makan  ini. Lumayan….

Hari ke 19 – Keraton dan Borobudur

12 Mar

Hari ke 19 – Tanggal 5 Maret mulailah perjalananku ke Yogyakarta. Pukul 6:30 pagi taksi yang akan mengantarku ke bandara sudah tiba. Satu koper berisi alat-alat tulis dan pakaian masuk ke dalam bagasi taxi. Sebelum pergi kita berdoa bersama supaya perjalanan lancar dan Kai yang ditinggalkan tetap sehat. Aku sempat masuk ke kamar lagi terakhir kali, melihat Kai masih tidur, dan tidak bisa memeluk dia. Ah… aku jadi sedih meninggalkan dia sendiri. Tapi aku juga tidak mau melihat dia menangis pada waktu aku berangkat, sehingga aku biarkan dia tetap tidur di bed, sambil berkata lirih, “Mama pergi dulu ya sayang….” (mewek lagi deh)

Opa ikut mengantar kami dengan taxi sampai bandara narita eh cengkareng dan kemudian pulangnya naik limousine. Kami langsung cek in, dan masih punya waktu sekitar 2 jam sebelum boarding pesawat. Aku mencari gerai Starbuck untuk mengakses internet sambil minum kopi. Riku terpaksa ikut bengong bersama aku, tapi untung aku membawa buku dan bolpen sehingga dia bisa menggambar-gambar. Aku sendiri sebetulnya masih mempunyai pekerjaan editing majalah Nipponia tahap ke tiga. Jadi sambil aku kerjakan editing terus melihat ke arah jam. Mereka minta kalau bisa sebelum tengah hari. Apa bisa selesai ya?

Sebetulnya tepat sebelum aku boarding, pekerjaan itu selesai. Tapi bermasalah dengan attach ke email. Terpaksa aku boarding dengan meninggalkan pekerjaan belum selesai.

Terbiasa duduk di lorong, membuat aku agak panik waktu kutahu bahwa aku harus di bagian tengah dan Riku di bagian jendela. Untung saja perjalanan Jakarta Jogjakarta hanya ditempuh dalam 45 menit. Gile cepet amat ya? Jadi aku memanfaatkan waktu 45 menit itu dengan menutup mata dan zZZzZzz. Memang boleh dibilang aku tidak tidur semalam, mempersiapkan koper (yang tidak beres beres heheheh) . Ngga deh, ngaku bahwa aku tidak tidur karena chatting dengan seorang sahabat hati.

Sampai di Bandara Adisutjipto, tidak begitu panas. Turun tangga pesawat. Nah seperti ini tidak ada di Jepang, jadi tentu saja harus jepret!!! cissss aku suruh Riku berdiri di samping pesawat. Kemudian masuk ke ruang kedatangan untuk mengambil bagasi. Begitu keluar bandara, aku menemukan pak Edi membawa papan nama bertuliskan IMELDA MIYASHITA (eh lupa, miyashita atau coutrier ya? masa bodo deh yang penting namaku hihihi). Pak Edi ini yang akan mengantar-antar aku selama dua hari pertama di Yogya. Aku pesan melalui Alma dari indo.com untuk akomodasi dan transportasi.

Mobilnya Avanza masih baru berapa hari keluar euy…masih kinclong! warnanya juga aku suka Wine Red. (uh kok jadi laporan soal mobil sih?). Pokoknya aku dan Riku serasa jadi Raja dan Ratu sehari, diantar dengan supir pribadi. Sebuah kemewahan yang tidak bisa kita rasakan di Jepang (Kalo di Indonesia sih mah biasaaaaa mel!). Lah aku tiap harinya di Jepang naik sepeda, ya gembira dong kalau bisa naik mobil, bersupir lagi hihihi. Ah pokoknya aku nikmati setiap detik perjalanan ini.

Begitu masuk mobil, aku tanya pak Edi, sebaiknya pergi ke mana dulu. Karena tujuan aku hanya dua, Keraton Yogya dan Borobudur. Jadi tolong diatur aja menurut kemudahan jalannya. Pak Edi menyarankan agar aku pergi ke Keraton dulu, karena Keraton tutup jam dua siang. Nah! bagus kan kalau kita menanyakan pada yang lebih expert.

Sementara itu aku menghubungi mbak Retno dengan terburu-buru. Nomor HP mbak Retno terhapus waktu ada eror pada O2 ku sehingga begitu aku dapat nomornya lagi dari temanku yang lain pagi ini, aku cepat-cepat menghubungi dia. Mbak Retno adalah orang yang HARUS kutemui dalam perjalanan ke Yogya ini. Karena dia adalah saksi pernikahanku di Tokyo 9 tahun yang lalu. Aku mau memperkenalkan dia pada Riku.

Jadi aku janjian bertemu Mbak Retno di Keraton, karena kebetulan rumah mbak Retno katanya cuma 2 menit jalan dari Keraton. wow! Memang kelihatannya keluarganya temasuk orang dekat istana deh (aku ngga pernah nanya-nanya soal latar belakang orang, jadi ngga tau …entah ya aku paling anti bertanya soal status atau latar belakang, kecuali kalau ybs cerita)

Kami sampai di Keraton dan memasuki pelataran pintu masuk, dengan dikerubuti penjaja cindera mata. Agak sulit juga aku menolak mereka, tapi kali ini aku berhasil. (Ada rambu yang masuk ke penglihatanku…. sepeda motor harap dituntun…. hmmm dituntun ya bahasa Indonesia yang benarnya?) Aku langsung menuju loket dan membeli karcis masuk. Dan seorang ibu mengantar kami masuk ke dalam keraton sambil menjelaskan isi keraton. Semacam guide lah. Ibu itu juga yang membantu mengambil foto kami berdua di beberapa tempat dalam keraton.

Kunjungan ke keraton ini merupakan kunjungan yang ke tiga untukku, tapi yang pertama untuk Riku. Namanya juga anak-anak, jadi tidak begitu antusias dengan barang-barang atau cerita bersejarah, sehingga cukup melihat sambil lalu saja. Yang pasti waktu aku cerita soal lukisan yang matanya bisa mengikuti pandangan mata kita (lukisan Hamengkubuono ke 8 atau 9) , Riku bilang tidak takut hehehe. Dia tidak merasa takut berada di dalam keraton, tidak ada setan katanya hihihi. Tapi yang dia paling senang adalah waktu dia boleh membunyikan kentongan yang ada di dalam keraton. Si ibu juga berbaik hati menunjukkan caranya.

Mendekati pintu keluar, Mbak Retno telepon dan memberitahukan bahwa dia sebentar lagi sampai di Keraton. Kami langsung naik ke mobil, dan mencari tempat makan siang. Kemudian kami diajak ke Restoran Bale Raos. Kabarnya Rumah Makan ini menyediakan makanan khas keraton untuk para sultan dan abdi dalem. Rumah makan ini masih di lingkungan keraton dan bersebelahan dengan Sarinah pusat kerajinan tangan batik. Di Restoran Bale Raos ini, Saya memesan masakan bebek masak jamur, Bebek Suwir-suwir , lalu masakan Paru dan bir jawa. Menyesal juga pesan bir jawa, karena memang non alkohol tapi boleh dikatakan ini bukan bir tapi minuman jamu manis heheheh (Pan aku pengennya minum bir hehehhe). Mungkin disebut bir hanya karena mengeluarkan buih jika di kocok/aduk.

Makanan di restoran ini cukup enak. Cuma yang kemudian saya perhatikan, kenapa di Yogyakarta banyak sekali masakan bebek ya? Setesai makan, kami mengantar Mbak Retno pulang sampai ke rumahnya, dan kemudian langsung menuju Borobudur. Cuaca memang tidak bersahabat, tapi aku berbekal payung lipat dan aku rasa tidak akan deras hujannya.

Sambil melangkah menuju tempat penjualan karcis masuk, dan kemudian masuk ke pelataran kompleks Borobudur, aku baru ingat perkataan Wita, “Onechan…jauh loh jalannya”… heheheh bener jauh euy. Untung Riku penuh semangat berjalan sendiri. Kalau sampai dia minta gendong susah deh. Aku juga ngga mau minta jasa pemandu, yang katanya bisa sekaligus memanggul Riku.  Mana mulai hujan rintik-rintik, meskipun aku bertahan tidak memakai payung.

Well sedikitnya Riku berhasil memanjat Borobudur sampai setengahnya sendiri, tanpa dibantu. Aku sebetulnya lebih takut daripada dia, karena aku ada phobia. Tapi aku akan berusaha ikut dia setinggi apa dia bisa. Sebetulnya kalau misalnya datang lebih pagi, tidak dalam keadaan hujan (licin) mungkin kami akan sanggup sampai puncaknya. Tapi berhubung sudah mendekati waktu tutup maka tiba-tiba dari arah atas, turun beberapa pengunjung. Ini yang membuat Riku ragu untuk terus memanjat sampai atas. Lalu aku bilang, “Nanti Riku naik sampai atas dengan papa saja ya? Kan Papa juga belum pernah ke sini”. OK deh… kami meninggalkan PR di kaki Borobudur.

Kami turun ke arah pintu keluar dalam hujan, dan sempat beristirahat di toko-toko yang mau tidak mau kami lewati supaya bisa keluar. Bagaikan labirin toko, aku sebetulnya tidak suka dengan kondisi ini. Tapi apa boleh buat, ini juga taktik untuk memajukan penghasilan di sektor pariwisata kan. Aku sih terus terang malas membeli kerajinan tangan lagi…. masalahnya di Jepang tidak ada tempat untuk menaruhnya.

Akhirnya kami sampai di pelataran parkir dan aku menuju tempat janji bertemu dnegan Pak Edi. Tapi memang tidak ada mobilnya. Di situ Riku mulai panik.

“Mama, kok mobilnya tidak ada?”
“Aduh bagaimana kita pulang?”
“Loh Riku…kenapa nangis…kan Riku sama mama, Tidak sendirian. Kalau mama tidak ada nah boleh Riku nangis. Percaya dong sama Mama. Kan mama ada uang, kalaupun seandainya mobilnya tidak ada, kan mama bisa minta mobil lain.”

tapi Riku tetap menangis, sampai akhirnya aku ajak dia berjalan ke arah parkiran. Dan akhirnya ketemu. Kami hanya terpaut satu blok saja. Dan Riku masih terisak….

“Mama kita pulang ke Jakarta saja yuuk… Mama ngga kangen sama Kai ya?”
“Mama kangen sama Kai, tapi kan mama juga mau pergi berdua sama Riku saja. Empat hari loh, Riku berdua mama saja, tanpa ada Kai. Enjoy aja”

Entah dia sudah capai, atau dia juga sedang PMS (ups…bukan PMS tapi sensi deh heheheh). Dan anakku yang satu ini memang sangat perasa. Akhirnya dalam mobil aku peluk dia, dan kami menatap jalanan pulang ke arah hotel yang dibasahi air hujan.

Kami menuju ke Jalan Palagan, untuk mencari hotel Rumah Mertua tempat kami menginap 2 malam pertama. Ternyata Hotel Mertua dan Villa Hani’s terdapat di jalan yang sama yaitu di jalan Palagan. Tapi lebih mudah mencari Vila Hani’s daripada Rumah Mertua, karena letaknya di bagian dalam dan dikelilingi perumahan.

Setelah Check in di Rumah Mertua, aku menunggu kehadiran dua temanku yang akan datang bertemu. Setiawan yang teman sejurusan Sastra Jepang beserta istri bertemu kembali setelah tidak bertemu hampir 20 tahun. Dan tidak lama Uda Vizon datang juga untuk membicarakan detil acara tanggal 7 nanti. Kami berempat beserta Riku pergi makan malam di Peleg Golek, tidak jauh dari hotel, rumah makan sea food yang lumayan enak. Karena sudah terlalu capek, Riku tertidur dalam mobil, dan terpaksa digendong Uda karena aku tidak kuat.

Hari yang melelahkan tetapi memberikan kesan yang mendalam di hati.

Hari ke 18 – santai

12 Mar

Ya, sebetulnya hari ke 18 tanggal 4 Maret, tidak banyak yang bisa diceritakan. Karena memang hari ini aku tidak merencanakan apa-apa yang khusus. Aku hanya ingin melewatkan waktu bersama Kai, karena selama 4 hari nanti aku akan meninggalkan Kai sendiri di Jakarta. Syukur pada Tuhan, bahwa Kai sembuh dari demamnya, sehingga aku bisa lebih lega meninggalkan dia pada mbak Riana.

Dengan maksud melewatkan waktu bersama anak-anak inilah, akhirnya Opa bersama semua cucu (kecuali Dharma) aku ajak pergi ke Plaza Senayan. Tujuan utama: cari MOS Burger, dan tentu saja makanan lain yang bisa dimakan. hehehhe. Oma malas pergi sehingga tinggal di rumah.

Pukul setengah duabelas, sampailah kita di PS. Dan aku menemukan gerai MOS Burger di lantai paling atas, lantai 3 di tempat yang terpisah dari Food Court. Opa mau makan MOS Burger tapi cucu-cucu mau makan Mac Donald, jadi terpaksa kita tinggalkann MOS dan menuju food court. Saya bilang pada Opa, kita makan yang lain, lalu bawa pulang MOS saja bagaimana?

Jadilah kita ke Food Court dan aku mencari Bakwan …Katanya orang-orang Saboga enak, jadi aku coba beli Bakwannya. Tapi maaf deh, aku tidak suka. Dengan terpaksa aku habiskan bakwan yang sudah kupesan. Sementara anak-anak ramai makan Mac Donald nya. Mungkin lebih tepat kalau dikatakan mereka senang karena mendapat mainan dari Happy Setnya daripada makan burgernya heheeh.

Selesai makan, karena Kai juga sudah ngantuk, akhirnya kita menuju Mos Burger yang tadi, untuk pesan dan bawa take away. Setelah memesan aku diberikan satu nomor. huh nomor 13 lagi heheheh. Yang aku rasa aneh juga tulisan di bawah nomor itu masih berupa tulisan bahasa Jepang. Perlu diterjemahkan ngga ya? “Dirikan papan nomor ini ditempat yang mudah terlihat, dan mohon tunggu sebentar”.

Sesudah kembali ke rumah, sekitar jam 4 aku pergi lagi bersama Riku diantar Andy ke Pasific Place sebentar untuk bertemu teman. Sempat foto Riku di sana. Tapi karena buru-buru tidak sempat ajak Riku jalan sampai ke atas. Hanya sampai lantai 3. Waah kalau sampai Riku melihat di sana ada Kidzania, bisa-bisa ngga pulang deh. Sepulang dari Pasific Place aku memutuskan untuk potong rambut dan untungnya Riku juga mau ikut. Jadilah aku bujuk dia dengan sate ayam dan coca cola, supaya dia mau dipotong rambutnya.

Wah aku juga menikmati dipotong rambut, karena sesungguhnya aku selalu potong rambut sendiri di Jepang. Biasanya setiap pulang ke Indonesia lalu memanjakan diri ke Salon di Jakarta. Jadi Riku dan mamanya sudah rapi dan siap berangkat ke Yogyakarta untuk bertemu Bunda Dyah dan Mbak Tuti, Lala, dan teman-teman yang lain.

NB: hari ini juga hari Ulang tahunnya Marten… happy birthday ya ten, jangan kapok kalau aku tanya-tanya soal c-panel hehehe.