Hari Manga (baca Mangga)

4 Nov

Mungkin untuk orang Jepang sendiri tidak banyak yang tahu bahwa tanggal 3 November itu adalah Hari Manga  (dibaca : Mangga) yaitu komiknya Jepang.  Yang biasanya diketahui sebagai hari peringatan tanggal 3 November adalah Hari Kebudayaan, bahkan sampai ditetapkan menjadi hari Libur Nasional di Jepang (makanya Gen kemarin seharian ada di rumah, dan waktu riku telpon dia tanya ,”Kenapa papa tidak ke kantor?”) Banyak fans film anime di Indonesia mencampuradukkan Manga dengan Anime. Memang Anime adalah satu langkah lebih maju daripada Manga.

まんがの日, hari Manga, yang ditulis dengan hiragana ini baru saja ditetapkan, yaitu pada tahun 2002 oleh Asosiasi Pemanga (Pelukis Manga) Jepang dan 5 penerbit komik Jepang, dengan alasan bahwa tanggal 3 November itu merupakan hari Ulang tahun Tezuka Osamu, pemanga Jepang yang terkenal, yang bisa disebut sebagai Bapak Komik Jepang. Saya pernah mengulas salah satu hasil karyanya, BlackJack di sini.  Karya Tezuka Osamu (3 November 1928- 9 Februari 1989) yang legendaris adalah Atom Boy (Astro Boy).  Bapak Manga ini yang membawa gaya “Mata besar” dalam sejarah komik Jepang, karena pengaruh komik-komik masa itu seperti Betty Boop dan Mickey Mouse. Dan dalam karyanya “Kaisar Hutan Leo” ini membawa polemik yang cukup hebat karena melawan tokoh Disney “Lion King”, yang semestinya bila dirunut sejarah (tahun) pembuatannya bisa diketahui bahwa Tezuka Osamu yang terlebih dahulu menciptakan tokoh raja hutan Leo itu.

Selain tokoh Manga Tezuka Osamu, ada beberapa karya akbar yang berhasil dianimasikan dan juga menyebar ke seluruh dunia. Seperti Captain Tsubasa (Takahashi Youichi) dan Kinniku Man (Muscle Man -karya Yude tamago)

Manga memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang Jepang. Dari mulai bisa membaca disuguhi Picture Book, dan kalau bisa membaca sendiri mulai beralih ke Manga. Banyak sekali kita jumpai orang yang membaca manga di kereta, bahkan mereka yang perlente memakai jas pun membaca manga. Dan manga juga ada banyak tingkatan kelasnya…karena ada pula manga yang jorok, yang saya juga merasa risih jika si bapak perlente itu membaca mangga begituan di dalam kereta tanpa ada rasa malu sedikitpun.

Adakah manga yang menarik hati saya? Sayangnya belum ada, meskipun ada beberapa manga tentang remaja atau sejarah yang disarankan oleh Gen. Mungkin kelak kalau Riku sudah bisa baca sendiri, dan membeli mangga kesukaannya, saya akan coba intip hehhehe.

Dan penyakit itu masih menghantui

3 Nov

Demam Berdarah atau Dengue Netsu (Panas akibat dengue) bahasa Jepangnya. Setiap saya ke Jakarta, cuma inilah yang selalu menghantui saya. Sudah banyak kenalan yang anggota keluarganya meninggal gara-gara penyakit ini. Karena itu begitu Kai demam hari Kamis lalu, saya segera membawanya ke dokter anak RSPP. Tapi waktu itu didiagnosa dengan flu, akibat AC yang terlalu dingin. Diberi obat. Selesai.

Tapi karena panasnya naik turun (naik terutama pada malam hari) dan Sabtu malam mencapai 39,8, saya putuskan untuk membawa Kai ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk periksa darah. Terima kasih pada teman-teman di Plurk yang mengingatkan saya untuk tidak gegabah, karena Demam berdarah sekarang tidak pakai acara berbintik-bintik merah lagi. Minggu dini hari jam 1 pagi, saya bangunkan Novi dan Chris dan minta diantar ke UGD.

Karena pembuluh darahnya halus, tidak bisa menerima infus
Karena pembuluh darahnya halus, tidak bisa menerima infus

Siapa sih yang tega melihat anaknya sakit? Saya ingat Riku juga pernah ke UGD ini saat dia berusia 1 tahun, persis 2 hari sebelum hari ulang tahun pertamanya. Waktu itu dengan bercucuran air mata, saya menahan tangannya yang akan diambil darah untuk pemeriksaan laboratorium. Kali ini saya lebih kuat, tidak pakai airmata segala (sudah lebih pengalaman? hehhehe) Saya juga ikut menahan tangan Kai yang chubby itu untuk diambil darahnya. Dan Kai amat sangat bertenaga… dia meronta sampai kepalanya bisa terangkat dari kasur. Dan karena gerakannya itu mungkin yang menyebabkan juga sang suster tidak bisa menemukan pembuluh darah yang cocok. Tiga tempat tidak berhasil. Akhirnya kita suspend dulu berapa saat. Sekitar jam 3 pagi, seorang bruder berhasil mengambil sampel darah dan membawanya ke laboratorium. (dengan iringan doa saya semoga jangaaaaaaan DB) (Demam berdarah disingkat DB, padahal saya dan gen punya istilah lain untuk DB yaitu….tamu bulanan hehehhe)

Alhasil jam 4, dokter jaga memberikan hasil lab yaitu DB (- ) Typhus (-) trombosit 256 (normal), dan HB 13 (normal). Puji Tuhan…. Kami bisa pulang dengan lega, setelah yakin Kai bukan demam berdarah. Dan dari pukul 4 sampai pukul 8 saya masih sempat melanjutkan pekerjaan terjemahan yang tertunda. (kamu sih mel, mau aja menerima kerjaan udah tahu akan sibuk gini di jakarta). Ada satu lagi perenungan yang saya dapat hari ini, yaitu Jangan sakit di jakarta….apalagi tanpa asuransi. Jadi ingat postingan ini, orang miskin dilarang sakit. Bayangkan… untuk biaya pemeriksaan laboratorium saja biayanya 500 ribu euy. Keseluruhan yang harus saya bayar adalah 907rb rupiah saja. Bagaimana yang tidak punya uang lebih untuk keperluan-keperluan mendadak begini? Memang RS ini mahal…tapi pelayanan yang cepat membuat tenang. Kesehatan adalah nomor satu. Semoga jangan ada di antara teman-teman yang perlu sampai mengalami ‘deg-degan’ dobel… penyakit dan tagihan RS.

Dan satu lagi berita gembira yaitu Mama sudah berada di rumah sejak Sabtu siang. Dia senang sekali bisa pulang ke rumah, bisa bertemu cucu-cucu, bisa makan enak (katanya makanan RS ngga enak — RS mana sih yang makanannya enak lha wong sakit apa saja ngga enak), dan bisa berlatih berjalan setiap saat dengan bantuan penyangga khusus training jalan fisioterapi.

Semalam Kai masih demam, dan semoga dia bisa sehat paling tidak sampai waktu keberangkatan kita kembali ke Tokyo besok malam. Tak terasa waktu kepulangan kami juga sudah mendekat… (Posting ini saya tulis sambil mendengar tempias air hujan yang deras turun di subuh jakarta …semoga besok jangan hujan …teru-teru-bozu)

Teh Koucha

1 Nov

Postingan ini bukan merefer sebutan untuk kakak perempuan bahasa Sunda. Tapi untuk Teh yang memang Teh… Tapi di Jepang, kami mengenal dua sebutan yaitu : Ocha untuk teh Jepang, dan Koucha untuk teh ceylon, teh jawa, teh darjeling …apa saja….teh yang berwarna merah kecoklatan itu, selain dari Teh Jepang. Nah hari ini tanggal 1 November di Jepang diperingati sebagai hari Teh KOUCHA. Dan menurut sejarahnya pertama kali Teh Koucha masuk ke Jepang adalah hari ini di tahun 1791 , Daikokuya Koudayu membawa teh hadiah dari Ratu Rusia Ekaterina Alekseevna II ke Jepang. Jadi tanggal ini ditetapkan menjadi hari peringatan teh.

Saya yang sebenarnya coffee addict, sudah hampir 2 minggu ini berpindah ke lain hati…. ya sekarang saya lebih mengkonsumsi Teh dibanding kopi. Gara-gara sering sakit kepala, sehingga saya pikir coba kalau saya mengganti kopi dengan teh. Akibatnya…. saya ngantuk terus nih bawaannya hehheeh (teh yang disalahin). Tapi yang pasti saya masih lebih bisa minum teh Jawa atau jasmine tea, daripada teh herbal-herbalan dengan rasa macam-macam yang aneh-aneh. peppermint, atau apple atau ….chamomile (yieks begitu cium baunya saja, saya teringat pada jamu hehhehe)

Tanggal 1 November ternyata banyak peringatannya, tapi yang menarik bagi saya itu adalah hari Sushi, entah apa alasannya…saya tidak menemukan data yang menyebabkan sushi harus diperingati tanggal 1 november…but… mungkin…mungkin loh…. karena sushi itu berupa potongan ikan/udang/telur yang bentuknya seperi angka satu (ya lurus lurus aja kan) makanya dipilih tanggal 1-11 ini sebagai hari peringatannya. Ini hipotesa saya yang mungkin salah…..

Kemudian hari ini juga merupakan peringatan huruf braille di Jepang, karena pada tanggal 1 November 1890 untuk pertama kalinya huruf Braille yang memakai 6 titik dipakai untuk menggantikan huruf titik bagi penderita tunanetra di Jepang yang 12 titik. Yang merupakan bapak huruf titik untuk tuna netra di Jepang adalah Ishikawa Kuraji ( Huruf titik di Jepang berlainan dengan huruf yang dipakai di luar negeri, mungkin dikarenakan Bahasa Jepang tidak memakai alfabet, sehingga tidak cocok jika huruf Braille dipakai begitu saja. ) Yang pasti penderita tuna netra di Jepang sejak tahun 1890 ini sangat diperhatikan dengan pemakaian huruf titik ini di hampir semua fasilitas umum. Bahkan di kaleng-kaleng minuman, atau pegangan tangga, pasti didapati tulisan titik ini. Bila mau melihat dokumen mengenai huruf titi silakan baca wikipedia ini , yang memang berbahasa Jepang, tapi dnegan melihat fotonya saja mungkin dapat kita lihat usaha-usaha melakukan Barrier Free bagi penyandang Tuna netra.

Yang terakhir yang saya anggap menarik dijadikan hari peringatan untuk tanggal 1 November ini adalah Hari Anjing… loh kok? Ya, alasannya 1 November jika dibaca menurut bahasa Jepang adalah 11-1 dalam bahasa Inggrisnya One One One (wan wan wan). Sedangkan suara anjing di Jepang adalah wan-wan-wan (seperti yang sudah pernah saya tulis di postingan ini. Sehingga jadilah tanggal 1 November sebagai hari Anjing. (Sekelibat saya berpikir, kalau mau merefer ke bunyi saja, berarti nanti tanggal 22 Februari dibaca two two two …. dalam bahasa Indonesianya jadi tut tut tut….hari kereta api deh…. hehheh —INFO INI TIDAK BENAR, HANYA REKAAN SAYA SAJA—-)

Panenan 2 hari

1 Nov

Kemarin pagi, karena Kai masih demam (sejak malam sebelumnya), saya bawa dia ke dokter. Pertama kali Kai ke dokter di LN. Jam 6 pagi mendaftar, jam 8 pagi diperiksa dokter, jam 8:20 selesai. Kasihan Kai, karena demam, batuk dan pileknya membuat dia malas dan  tidak ada nafsu makan.

Setelah merawat Kai kemarin dan seharian tadi, sore jam 5 Riku merengek minta diantar ke Game Center. Karena aku lihat Kai bisa ditinggal sama mbaknya, kita langsung menuju BlokM plaza, untuk ke Game Center bersama Andy. Karena Andy bisa tungguin Riku bermain, saya lari sebentar keluar… Memanfaatkan waktu untukku sendiri yang hanya 1 jam. So…what have I done in 1 hour?

  1. Makan bakwan malang sendirian selama tidak sampai 10 menit.. yummy
  2. Pergi ke Money Changer 10 menit
  3. Ke Matahari beli baju untuk Riku 15 menit
  4. Ke Gunung Agung beli buku 20 menit

Dan hasil panenku kali ini adalah:19 buku +1 CD Dewi Lestari

Buku Pramoedya yang aku punya bahasa Jepang sih, jadi kudu beli versi bahasa Indonesianya kan …hehehe. Kemudian supernovanya Dee juga untuk melengkapi koleksi (yang masih terbungkus plastik)— so maybe these three books will end like the first one.  Layla Majnun aku beli karena aku sudah pernah baca di kala SMP, dengan tulisan Ejaan Lama dan bukunya (pinjaman) bener-bener harus hati-hati membukanya saking kunonya. Bener-bener banjir air mata waktu itu. Ada 2 yang tidak difoto yaitu buku kedua dan ketiganya Andrea Hirata. Sebetulnya masih ada (mungkin) buku yang aku mau beli, tapi sudah beraaaat banget. Dan untuk 19 buku + 1CD itu harganya semua 1,17 juta…. waaah mahal juga buku Indonesia ya….Gimana orang Indonesia mau cinta buku hihihi

Hayoooo tebak kira-kira saya bakal baca buku yang mana duluan?

Late Passenger

31 Okt

ya sesuai dengan tulisannya, saya pernah menjadi late passenger dan semoga tidak terulang lagi. Tahun 1989, bulan desember tanggal 21, Papa, mama, saya dan Andy, berempat harus naik pesawat garuda dari London Gatwick pulang ke kampung halaman kami, Jakarta. Papa menyelesaikan tugas di London waktu itu sebagai kepala perwakilan kantor minyak negara untuk wilayah Eropa, setelah bertugas  2 tahun. Karena waktu itu saya “hanya” berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sudah tinggal nulis skripsi, masih punya waktu flexible untuk bisa pergi ke London, membantu mama packing barang, atau baby sitting Andy ( di negara eropa, minor tidak boleh ditinggalkan sendirian di rumah) sementara mama dan papa sibuk dengan acara perpisahan sana-sini.

Ternyata, waktu 3 bulan saya di sana tidak cukup untuk mengepack semua barang… Anehnya juga kami tidak memakai jasa pengepackan saja. Mungkin mama sudah terbiasa mengerjakan segalanya sendirian, sehingga enggan memakai jasa-jasa begitu. Yang pasti saya kerja siang malam (tentu saja sambil cerita-cerita dengan mama sehingga progressnya lambaaaaat sekali) packing barang, dan setelah semua barang yang besar-besar masuk container. Kirim, maka kami mulai mengepack barang-barang kecil…yang ternyata dengan baju-baju sisa kami, mengharuskan kamu membawa 20 koper (4 orang tuh) . Susah memang, karena biasanya pada saat-saat terakhir masih ada orang yang memberikan hadiah kenang-kenangan untuk dibawa pulang. (Please kalau ada teman yang akan pulang/pergi ke LN tanya dulu padanya masih bisa bawa, atau berikanlah sesuatu kenang-kenangan saja yang kecil).

Tibalah hari keberangkatan. Koper naik mobil lain duluan, kami penumpang naik mobil yang dikemudikan pak Gozy (hallo pak…dimanakah Anda berada?) , yang entah kenapa melewati jalan yang STUCK, maceeeeet banget. Padahal waktu keberangkatan sudah tickling. Petugas Garuda monitor terus kami berada dimana,…. dan terus terang saya dan Andy sudah sakit perut….. panic. Koper sudah sampai duluan jadi bisa check in langsung, tinggal penumpangnya. Jadilah kami berlari-lari ke counter check in untuk mendapatkan boarding pass (tanpa bertele-tele karena paspor biru…hihihi kekuatan warna paspor itu ternyata ada), dan langsung boarding. Yah, seakan pesawat garuda itu menunggu saya, ups bukan saya tapi papa dan mama, karena mereka first class. Tapi saya dan Andy, harus menekuk muka, menahan malu, duduk di kelas ekonomi sebagai penumpang terakhir. Begitu kami dulu, pintu ditutup dan terbanglah kita.

Tapi mama pernah menjadi late passenger untuk pesawat domestik. Kejadiannya di bandara Yogyakarta. Sudah check in tentu saja tepat waktu. Lalu mama mau ke WC. Masuk WC wanita (ya masak pria sih)…. dan TERKUNCI… tidak bisa dibuka kuncinya. Untung tidak lama datang seorang ibu, sehingga ketahuan mama masih terkunci dalam wc. Dipanggillah petugas bandara. Dicoba dari luar tidak bisa. Padahal announcement panggilan pesawat sudah terdengar, dan papa sudah senewen tunggu di luar (Papa tidak tahu bahwa mama terkunci). Karena dicoba dari luar tidak bisa, terpaksalah si petugas memanjat ke atas, dan masuk bilik WC …. (jadi berdua mama tuh di dalam) dan dia dobrak pintu dari dalam…. horray…. tapi mama harus bergegas menuju pesawat. Dengan pengalaman ini sebaiknya kalau pergi ke WC harus kasih tahu teman atau pergi bersama teman. Kalau saya karena terbiasa sejak kecil (ntah mungkin ini ajaran di pramuka) selalu memeriksa kondisi tempat dulu sebelum masuk/mengunci pintu sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bisa mengambil tindakan (seperti Mac Gyver deh — pasti Lala ngga tau nih)

Menuju pesawat SQ A-380 yang heboh, tapi kayaknya biasa-biasa aja
Menuju pesawat SQ A-380 yang heboh, tapi kayaknya biasa-biasa aja

Untung saja waktu saya menumpang pesawat SQ dari Singapore ke Jakarta hari Sabtu lalu, kami tidak terlambat untuk masuk pesawat. Padahal waktu ganti pesawat hanya 50 menit (minus 10 menit tutup pintu), dan harus pindah dari terminal 3 ke terminal 2 yang cukup jauh. Saya cukup khawatir karena membawa 2 anak, sehingga saya sebelumnya sudah minta bantuan ground staff untuk membantu pindah pesawat. Saya pikir akan disediakan mobil (seperti mobil golf) yang akan membawa kami, ternyata tidak. Hanya ada petugas yang membantu mendampingi dengan berjalan….huh… kalau begini sih saya juga bisa. Sayang sekali di dalam bandara Changi itu tidak ada Bajaj ….

Kai sudah baca The Bling of My Life
Kai sudah baca "The Bling of My Life"

Kebetulan yang aneh

30 Okt

Sebetulnya mau dibilang aneh bener juga nggak. Karena saya sudah tahu bahwa ada seorang tante juga yang masuk rumah sakit yang sama dengan mama. Dia di lantai 5 sedangkan mama di lantai 7 dengan penyakit yang berlainan.

Kemarin pagi mulai jam 6 aya aplus menjaga mama di RS, dan kemudian menemaninya ikut fisioterapi untuk kaki dan tangan kanannya (ternyata tangan kanannya juga sulit dipakai, yang saya ketahui baru waktu menemaninya menggosok gigi…. bukan tangannya yang bergerak tapi gigi/mukanya…Ffffhhhh).

Masuk ruang Fisioterapi, di sana ada 3 orang lain, satu anak kecil yang kemudian pergi karena sudah selesai, lalu ada seorang oma dan seorang kakek lain. Kemudian mama menempati tempat tidur di seberang si Oma Belanda ini. Kenapa belanda? Karena si Mas Bambang, ahli fisioterapi ini menyapa dia dengan sedikit bahasa Belanda.  Sambil mama disinar tangannya, si Mas Bambang ini melatih si Oma Belanda dengan, “Ein twee drie fier ….. tin 1,2,3,4 …10 bahasa Belanda. Aku rasa geli sekali karena pengucapannya itu `medok’ ..Belanda jawa gitu. Nah…setelah selesai, Si Mas Bambang ini menuntun si Oma berlatih jalan. Saat itu saya merasa aneh….

“Pak, pasien itu namanya Mutter?”

“Betul bu…. ”
Ya Ampun….. ya itu tante saya, alias kakak iparnya Mama. Saya tidak yakin dengan tampilang tubuh bagian belakang, tapi setelah meyakinkan wajahnya…

“Tante …ingat saya? (Duuuh pertanyaan yang salah ditujukan kepada orang yang aku ketemu 10 tahun sekali hehehhe)

“Coutrier…. Imelda”

“(Dalam bahasa Belanda) Tunggu sebentar… mana mama? dia kan juga di RS ini…”
“(Dalam bahasa Belanda) Ya…itu di depannya tante….)

Jadilah dua pasien adik ipar dan kakak ipar saling menjenguk di Ruang Fisioterapi. Sambil Mas Bambang dan petugas lain ramai bercanda dengan bahasa Jawa… (Kok iso ketemune di rumah sakit…. Si Mbak pinter boso londo gitu, kok iso ya? Yo, biasa denger… Lah…anakku ora iso jowo, tiap hari denger…krusak krusuk)

“Ya, saya juga iso jowo….hihihi, ngerti aja kalo bicara ya ngga bisa… ”

So, pagi kemarin ada lagi satu kejadian pertemuan yang aneh, meskipun prosentase kemungkinan terjadinya memang tinggi. Tapi saya pernah mengalami suatu pertemuan yang aneh di Lourdes, Perancis Utara Selatan. Lourdes adalah tempat Ziarah bagi umat Katolik dan setiap hari jutaan orang berkunjung di sini dari berbagai negara. Di situ saya bergabung dengan Day Pilgrim berbahasa Inggris, mengikuti misa bersama di bawah gereja utama…dan kebetulan karena grup ini kecil, saya yang disuruh mewakili grup membawa “papan nama” bahasa Inggris (seperti defile gitu deh). Nah berkat itu juga, tiba-tiba saya dipanggil oleh kakak teman sekelas, Mbak Elmi dan suami. “Imelda…. ya ampun kok bisa ketemu di sini”.

Ya memang aneh, karena dia dan suaminya sedang belajar Sastra Jawa di Belanda dan kebetulan ke Lourdes, sedangkan saya sedang short stay di London dan kebetulan ke Lourdes…. Dan di situ saya merasa bahwa dunia ini kecil adanya.

“Its a small world afterall”

Saya rasa banyak juga di antara teman-teman yang mengalami pertemuan aneh seperti ini. Bertemu kenalan di suatu tempat yang tidak diduga.

Mama dan Tante Zus (Eleonora Mutter)

Malarindu Tropikangen

28 Okt

Dulu kita sering bermain kata seperti ini, untuk menamai penyakit yang tidak jelas. Lalu dikatakan obatnya adalah Bodrexsun…. Well, yang pasti penyakit ibu saya bukan itu. Memang dia terkena stroke (ringan- yang kedua kali,setelah pertama th 1999), tapi tidak terbaca oleh CT Scan, entah apakah masih mau dicari dengan MRI. Tapi setiap hari dia mendapat obat pengencer darah yang disuntik. HB mama memang tinggi, yaitu 18, seperti yang pernah saya tulis di Transfusi Darah bahwa mama dan saya menderita mempunyai keturunan thalasemia. Entah karena itu, entah karena stress atau yang lainnya, masih belum diketahui dokter. Tapi memang kondisi darah mama buruk. Hari pertama masuk RS, mama merasa mukanya “bebal/beku” untung segera diberi obat suntik pengencer darah, sehingga tidak menjadi parah, tetapi imbasnya pada hari keempat, kaki kanan tidak bisa digerakkan.

Sudah 10 hari lebih mama dirawat di RS, dengan dijaga oleh adik perempuan saya Novi dan tante Diana, adik papa bergantian. Papa tentu saja juga menjaga di siang hari, selain juga menjadi seksi akomodasi serta pembantu umum… ya urusan logistik deh. Dan pekerjaan menunggu orang sakit pastinya melelahkan, akibatnya papa mengalami “gikkuri goshi” bahasa Jepangnya atau bahasa kerennya Low Back Pain. Tapi berkat Tuhan, semua masih sehat dan mamapun berangsur pulih.

Adalah hari minggu pagi lalu, kalau boleh saya katakan merupakan titik pemicu kesembuhan mama. Jam 8 pagi saya “berendap-endap” datang dengan papa memasuki kamarnya. Papa bilang,”Ma, ada yang mau ikut berdoa bersama, nanti mama dapat hosti, dia mau minta secuil boleh?”… “Oh boleh saja”…. Dan saya masuk langsung memeluk mama. Really, saya sedih melihat mukanya yang pucat dengan uban yang jelas terlihat di kepalanya… hmmm sudah lewat waktunya untuk mengecat rambut. Saya ciumi dia… tapi…. dia tidak bicara apa-apa. Saya tahu dia belum sadar saya itu siapa. Sama seperti waktu pertama kali dia datang ke Jepang dalam keadaan stroke, tidak mengenali orang. (nanti saya cerita ttg ini di postingan lain).

“Mama tahu saya siapa?”

“Tahu dong….. (tapi tidak menyebutkan nama)”

“Bener tahu saya siapa?”

Lalu dia raba muka saya ….(ahhh de javu lagi…. di suatu saat yang lalu)

“Loh….Kok BISA?”

“Bisa apa?”

“Kok kamu datang?”

“Ohhh tidak boleh datang? Ya sudah saya pulang saja….”

Dan dia tertawa lebar… sementara saya mengusap air mata yang sudah mengalir sejak pertama saya peluk dia. “Anak-anak mana?”

“Ada, di rumah…. di jakarta … kami sampai tadi malam jam 10 malam naik SQ”

“Ya Ampun….Imelda…..”

Minggu yang ceria……..

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Tante Diana dan Novi+Fam

Well, I like surprises. Untung mama dan papa yang memang berpenyakit jantung tapi selalu kuat menghadapi surprises dari anak-anaknya. Ini kali kedua saya datang tanpa memberitahukan kedua orang tua saya. Kali ini hanya adik saya, Novita yang mengetahui rencana saya. Hanya untuk meyakinkan bahwa saya ada tempat menginap. Sedangkan papa pun baru mengetahui beberapa saat sebelum Chris, adik ipar saya akan menjemput saya di bandara. Itu pun karena Chris ingin menukar mobil sedan dengan mobil kijang, karena dipikir saya banyak membawa barang seperti biasa (padahal 1 koper saja tidak penuh, hanya sempat masukkan baju saya, riku dan kai dan perlengkapan Kai seperti susu dan pampers).

Saya beruntung mempunyai suami yang baik(愛しているよ), yang mendorong saya untuk pergi meskipun saya yakin waktu itu mama tidak parah, tapi daripada ada apa-apa dan menyesal….. Gen bilang (dalam bahasa Indonesia) ,” pergi aja, pasti mama senang… Nanti pikir lagi soal natal”  Karena sebetulnya saya bingung mau pulang sekarang atau nanti kalau Natal. Untung saya dan Gen selalu punya pikiran yang sama, apa yang bisa dilakukan sekarang, lakukanlah sekarang — kalau mau pinjam perkataan Aida Mitsuwo, “Ima ga Daiji” (The important thing is NOW). Well, terima kasih sayang…

Memang saya tidak bisa ikut bantu jaga malam, dan tidak bisa lama-lama di RS karena anak-anak di bawah 13 tahun dilarang masuk ke RSPP. Tapi seakan hanya dengan mengetahui bahwa putri tertuanya ada di Jakarta saja, sudah membuat mama bersemangat, sampai-sampai kemarin siang Dokter mengatakan,”Kok kaki kanannya sudah bisa gerak dengan cepat begini…. Fisioterapi ya Bu…” Semoga, sebelum saya pulang kembali ke Jepang, Mama bisa keluar dari RS. Amin.

So, teman-teman semua…siapkanlah selalu di saku Anda, Bodrexsun yang bisa Anda bagikan pada orang-orang terkasih di sekitar Anda yang mungkin membutuhkannya, atau menderita penyakit Malarindu Tropikangen ini.

Do you like surprises? Or do you want me to surprise you? I’m the expert lol.

Jinx

27 Okt

Pernahkah kamu dibilang, “wah…kamu pembawa matahari…. begitu kamu datang cuaca cerah sekali, padahal kemarin mendung loh!” Well, saya (keluarga saya) sering….

Kalau seperti ini bukan JINX…karena tidak merugikan. Tapi jika kamu dibilang, “Huh kalau bikin acara, kalau kamu datang selaluuuuuu saja hujan. Kamu pembawa hujan ya????” Dianggap hujan itu tidak baik karena tentu saja jika hujan, kebanyakan acara akan sedikit kedatangan tamunya, sepi dan mungkin jadi terlambat untuk dimulai. Untung saja saya tidak pernah dikatakan demikian.

Kalau di cari di kamus, maka jinx artinya pembawa sial/nasib malang. Di Jepang ada istilah Ame Otoko “Lelaki pembawa hujan” atau Ame Onna “Wanita pembawa hujan”. Yang dimaksud disini adalah, seseorang (biasanya orang penting) yang secara prosentasi, jika akan hadir di acara penting, maka kebanyakan akan turun hujan pada hari tersebut. Bapak keluarga homestay saya yang politikus itu begitu. Sehingga sering sekretarisnya tidak mau memberitahukan pihak penyelenggara kehadirannya (kecuali penting untuk diketahui)

Tapi ada satu lagi, kondisi yang aneh yang terjadi pada Ibu saya dan mungkin menurun ke saya. Yang pasti bukan JINX. Begini… Setiap ibu saya masuk ke sebuah toko…toko yang yang tadinya sepi, maka akan menjadi ramai tiba-tiba. Dan kadang kondisi ini merugikan kami (tapi menguntungkan pemilik toko). Seperti yang terjadi  jika ibu saya memilih barang obralan. Pasti apa yang pernah dipegang ibu saya, akan diperebutkan ibu-ibu lain. Sehingga sering ibu saya bilang ke saya, “Imelda pegang itu jangan lepaskan”. Like a battle lol. Tapi kadang si pemilik toko menyadari bahwa ibu saya adalah “pembawa/pengundang tamu”, sehingga dengan bisik-bisik dia berkata… “ibu…tunggu sebentar ya… saya kasih harga khusus untuk ibu”.

Dan kelihatannya “bakat” ini menurun ke saya, yang baru saya sadari jika saya bepergian dengan Tina, dan kemudian Tina berkata…”Kamu sih mel, jadi rame deh toko ini” . Dan terkadang saya harus menderita, yaitu dengan menjadi yang terakhir untuk dilayani. Mungkin pemilik toko harus menggaji ibu saya atau saya untuk menjadi “Kamban musume” toko itu.

(Kamban Musume, adalah ungkapan untuk seorang gadis yang menjadi “maskot” sebuah restoran/toko, yang dipercaya akan mengundang tamu untuk datang (bukan dalam arti negatif))

So, apakah Anda pembawa matahari atau hujan? atau bahkan bisa menjadi Kamban Musume?

foto diambil dari sini

LOST

27 Okt

Memang banyak cara orang menyatakan cintanya. Ada yang mengirim surat cinta, dengan kalimat yang memuja-muja ….tapi kok kalau sekarang kita baca akan terasa norak sekali. Ada yang mengirim foto hasil karyanya, dan di belakangnya tertulis “Ini lebih dari sekedar menuntaskan janji” (euy janji apa sih?). Ada yang mengirimkan hasil lukisannya yang berjudul “Self potrait”, dan mungkin akan menjadi penjaga gudang belakang rumah. Atau ada yang lebih pujangga dari pujangga yang mengirimkan puisi. Dan sebetulnya dari seorang ini juga saya belajar menulis puisi, lebih karena merasa HARUS membalas.

Dan mungkin yang juga terasa romantis adalah menerima sebuah lagu dari pemujanya. Entah itu lagu pilihannya yang minta diputarkan di radio kesayangan. Atau sengaja merekamkan lagu itu kemudian diberikan bersama selembar kartu bergambar hati. Atau menyanyikannya dengan guitar atau piano di depan matamu.

Saya pernah menerima sebuah lagu ini, yang sebetulnya saya belum pernah dengar bagaimana melodynya. Tapi jika membaca kata-katanya…. mirip dengan suasana hati saya saat ini. Lost!!!

“Lost”

If roses are meant to be red
And violets to be blue
Why isn’t my heart meant for you

My hands longing to touch you
But I can barely breathe
Starry eyes that make me melt
Right in front of me

Lost in this world
I even get lost in this song
And when the lights go down
That is where I’ll be found

This music’s irresistible
Your voice makes my skin crawl
Innocent and pure
I guess you heard it all before

Mister Inaccessible
Will this ever change
One thing that remains the same
You’re still a picture in a frame

Lost in this world
I even get lost in this song
And when the lights go down
That is where I’ll be found

I get lost in this world
I get lost in your eyes
And when the lights go down
That’s where I’ll be found
Yeah yeah

I get lost in this world
I get lost in your eyes
And when the lights go down
Am I the only one
Ooh

song by anouk