Joyo Kanji

15 Apr

Tanggal 13 April yang lalu, Komite Masalah Budaya (Cultural Affairs Council) dari Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology Jepang mengumumkan  penghapusan 5 kanji dalam bahasa Jepang yang sudah tidak dipakai lagi, alias sudah mati, dan penambahan 196 kanji baru sebagai Joyo Kanji  sehingga menjadi 2136 kanji (dari 1945 dulunya) yang wajib diketahui warga Jepang.

Joyo Kanji 常用漢字 adalah kanji pilihan yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari dalam berbahasa Jepang, misalnya dalam siaran, surat kabar dan surat-surat resmi. Jadi boleh dikatakan bahwa jika ingin bisa membaca surat kabar Jepang wajib mengetahui semua kanji yang terdapat dalam daftar Joyo Kanji. Well, 2136 kanji dari sekian banyak kanji yang ada (tidak ada yang bisa mengatakan persis berapa banyak sebetulnya jumlah kanji Jepang itu… mungkin bisa diperkirakan 10.000 lebih) , semestinya bisa menjadi standar pengetahuan minimal.

Yang menarik sebetulnya adalah melihat kanji “baru” yang masuk kedalam daftar. Selain dari kanji yang banyak menempel pada nama perfektur di Jepang, ada kanji “UTSU” 鬱 yang amat rumit ditulis tangan.  Utsu adalah nama penyakit stress yang sekarang banyak “diderita” masyarakat Jepang. Penyakit modern tapi tidak bisa diabaikan karena penyakit baru ini mulai mengganggu masyarakat. Contohnya seorang penderita utsu tidak mau mandi dan keramas untuk beberapa waktu, hidup dalam kekosongan jiwa. Tidak mau beraktifitas pergi ke kantor dsb nya dan kadang utsu ini juga memicu perasaan untuk bunuh diri.

Ada satu kanji yang sebetulnya diajukan oleh pemerintah daerah Mitaka yaitu TAKA 鷹 yang berarti elang, tapi tidak lolos seleksi untuk masuk dalam list Joyo Kanji. Saya bukan warga Mitaka, tapi cukup heran dan menyayangkan juga kenapa kanji ini tidak masuk daftar, karena selama saya tinggal di sini 17 tahun, cukup sering harus menuliskan kanji ini. Kebetulan dulu saya tinggal di jalan yang bernama takaban 鷹番 jadi kenyang deh menulis kanji Taka di berbagai formulir heheheh.

Saya tidak tahu apakah Joyo Kanji baru ini juga menjadi standar untuk penguasaan peserta ujian Kemampuan Bahasa Jepang yang baru. Mulai tahun ini Ujian Kemampuan Bahasa Jepang JPLT berubah dari yang selama ini saya ketahui (dan pernah ikuti). Dulu hanya 4 tingkat, sekarang menjadi 5 tingkat. Bagi yang memerlukan informasi JPLT yang baru bisa juga melihat penjelasannya di website The Japanese-Language Proficiency Test (JLPT).

Yang pasti saya bertekad membantu anak saya, Riku belajar Kanji yang semakin sulit di kelas dua SD. Kemarin siang ,saya mengikuti pertemuan orang tua murid dengan pihak sekolah mengenai target pendidikan kelas dua SD selama satu tahun ajaran (April 2010-Maret 2011), dan mengetahui bahwa Riku dalam setahun ini harus mempelajari 160 kanji, yang jumlahnya berlipat dari waktu kelas satu yang hanya 80 kanji. Bukan saja jumlah yang ditakuti, tapi kerumitan penulisan juga cukup mengagetkan. Kerumitan penulisan kanji biasanya ditentukan dengan banyaknya “stroke” – satu kali kuas/bolpen bergerak bisa berupa garis atau titik. Semakin banyak “stroke” nya semakin rumit, karena jika kurang atau salah sedikit saja, kanji itu tidak bisa dibaca.

Sebagai penutup, saya akan tuliskan dua kanji yang hari ini menjadi PR untuk Riku yaitu:

HARU 春 (musim semi)  dan KAZE 風 (angin).

春風に吹かれて tertiup angin musim semi..... kelopak bunga sakura berjatuhan

Malarindu Tropikangen

28 Okt

Dulu kita sering bermain kata seperti ini, untuk menamai penyakit yang tidak jelas. Lalu dikatakan obatnya adalah Bodrexsun…. Well, yang pasti penyakit ibu saya bukan itu. Memang dia terkena stroke (ringan- yang kedua kali,setelah pertama th 1999), tapi tidak terbaca oleh CT Scan, entah apakah masih mau dicari dengan MRI. Tapi setiap hari dia mendapat obat pengencer darah yang disuntik. HB mama memang tinggi, yaitu 18, seperti yang pernah saya tulis di Transfusi Darah bahwa mama dan saya menderita mempunyai keturunan thalasemia. Entah karena itu, entah karena stress atau yang lainnya, masih belum diketahui dokter. Tapi memang kondisi darah mama buruk. Hari pertama masuk RS, mama merasa mukanya “bebal/beku” untung segera diberi obat suntik pengencer darah, sehingga tidak menjadi parah, tetapi imbasnya pada hari keempat, kaki kanan tidak bisa digerakkan.

Sudah 10 hari lebih mama dirawat di RS, dengan dijaga oleh adik perempuan saya Novi dan tante Diana, adik papa bergantian. Papa tentu saja juga menjaga di siang hari, selain juga menjadi seksi akomodasi serta pembantu umum… ya urusan logistik deh. Dan pekerjaan menunggu orang sakit pastinya melelahkan, akibatnya papa mengalami “gikkuri goshi” bahasa Jepangnya atau bahasa kerennya Low Back Pain. Tapi berkat Tuhan, semua masih sehat dan mamapun berangsur pulih.

Adalah hari minggu pagi lalu, kalau boleh saya katakan merupakan titik pemicu kesembuhan mama. Jam 8 pagi saya “berendap-endap” datang dengan papa memasuki kamarnya. Papa bilang,”Ma, ada yang mau ikut berdoa bersama, nanti mama dapat hosti, dia mau minta secuil boleh?”… “Oh boleh saja”…. Dan saya masuk langsung memeluk mama. Really, saya sedih melihat mukanya yang pucat dengan uban yang jelas terlihat di kepalanya… hmmm sudah lewat waktunya untuk mengecat rambut. Saya ciumi dia… tapi…. dia tidak bicara apa-apa. Saya tahu dia belum sadar saya itu siapa. Sama seperti waktu pertama kali dia datang ke Jepang dalam keadaan stroke, tidak mengenali orang. (nanti saya cerita ttg ini di postingan lain).

“Mama tahu saya siapa?”

“Tahu dong….. (tapi tidak menyebutkan nama)”

“Bener tahu saya siapa?”

Lalu dia raba muka saya ….(ahhh de javu lagi…. di suatu saat yang lalu)

“Loh….Kok BISA?”

“Bisa apa?”

“Kok kamu datang?”

“Ohhh tidak boleh datang? Ya sudah saya pulang saja….”

Dan dia tertawa lebar… sementara saya mengusap air mata yang sudah mengalir sejak pertama saya peluk dia. “Anak-anak mana?”

“Ada, di rumah…. di jakarta … kami sampai tadi malam jam 10 malam naik SQ”

“Ya Ampun….Imelda…..”

Minggu yang ceria……..

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Tante Diana dan Novi+Fam

Well, I like surprises. Untung mama dan papa yang memang berpenyakit jantung tapi selalu kuat menghadapi surprises dari anak-anaknya. Ini kali kedua saya datang tanpa memberitahukan kedua orang tua saya. Kali ini hanya adik saya, Novita yang mengetahui rencana saya. Hanya untuk meyakinkan bahwa saya ada tempat menginap. Sedangkan papa pun baru mengetahui beberapa saat sebelum Chris, adik ipar saya akan menjemput saya di bandara. Itu pun karena Chris ingin menukar mobil sedan dengan mobil kijang, karena dipikir saya banyak membawa barang seperti biasa (padahal 1 koper saja tidak penuh, hanya sempat masukkan baju saya, riku dan kai dan perlengkapan Kai seperti susu dan pampers).

Saya beruntung mempunyai suami yang baik(愛しているよ), yang mendorong saya untuk pergi meskipun saya yakin waktu itu mama tidak parah, tapi daripada ada apa-apa dan menyesal….. Gen bilang (dalam bahasa Indonesia) ,” pergi aja, pasti mama senang… Nanti pikir lagi soal natal”  Karena sebetulnya saya bingung mau pulang sekarang atau nanti kalau Natal. Untung saya dan Gen selalu punya pikiran yang sama, apa yang bisa dilakukan sekarang, lakukanlah sekarang — kalau mau pinjam perkataan Aida Mitsuwo, “Ima ga Daiji” (The important thing is NOW). Well, terima kasih sayang…

Memang saya tidak bisa ikut bantu jaga malam, dan tidak bisa lama-lama di RS karena anak-anak di bawah 13 tahun dilarang masuk ke RSPP. Tapi seakan hanya dengan mengetahui bahwa putri tertuanya ada di Jakarta saja, sudah membuat mama bersemangat, sampai-sampai kemarin siang Dokter mengatakan,”Kok kaki kanannya sudah bisa gerak dengan cepat begini…. Fisioterapi ya Bu…” Semoga, sebelum saya pulang kembali ke Jepang, Mama bisa keluar dari RS. Amin.

So, teman-teman semua…siapkanlah selalu di saku Anda, Bodrexsun yang bisa Anda bagikan pada orang-orang terkasih di sekitar Anda yang mungkin membutuhkannya, atau menderita penyakit Malarindu Tropikangen ini.

Do you like surprises? Or do you want me to surprise you? I’m the expert lol.