Untuk Ortu – Anak

7 Okt

Ya, setelah 5 kali aku mengikuti acara “Hari Olah Raga”, undokai yang diadakan di TK Jepang, sejak Riku dan sekarang Kai, aku sampai pada kesimpulan bahwa kegiatan tersebut untuk ortu dan anak, bukan untuk TK nya. Memang kalau aku membandingkan dengan cerita teman-teman di Indonesia, banyak hal yang berlainan dalam penyelenggaraan PAUD dan TK di kedua negara ini. TK di sini amat mengusahakan hubungan harmonis antara guru (sekolah) – orang tua dan murid. Orang tua dilibatkan dalam setiap kegiatan sekolah, yang diwakili oleh 3 orang wakil per kelas. Atau untuk kegiatan besar seperti undokai ini, perlu lebih banyak lagi bantuan dan kerja sama orang tua.

Karena Sabtu hujan, pelaksanaan undokai diundur ke hari Minggu. Pagi pukul 6 aku melihat langit mendung dan memang hujan rintik masih terus tercurah sampai pukul 1 pagi. Hmmm kalau lapangan becek, meskipun tidak hujan sudah ditulis di lembar pengumuman bahwa akan dibatalkan. Aku was-was juga menunggu telepon beranting sambil masak nasi dan bersiap-siap membuat bekal makanan. Ternyata sekolah mengambil keputusan untuk tetap melaksanakan undokai yang diperlambat satu jam dari rencana semula yang jam 9 pagi, menjadi jam 10 pagi.

Tahun ini aku tidak sesibuk tahun kemarin. Aku sudah membeli sedikit lauk untuk bekal makanan, sehingga tidak perlu memasak lagi. Dan tahun ini Riku berangkat lebih dulu dari kami untuk mempersiapkan tempat duduk (dengan alas plastik). Sasuga onisan! Hebat deh kakak Riku. Begitu sampai di TK sekitar pukul 9:35, akupun mengantar Kai ke tempat duduk di kelasnya. Aku teringat 2 tahun yang lalu, Kai menangis meronta-ronta tidak mau duduk bersama temannya. Setahun lalu, mau duduk tapi tidak mau melakukan hal yang diaba-abakan gurunya, diam saja. Tapi tahun ini, dia mengikuti semua kegiatan kelasnya dengan aktif, tanpa ogah-ogahan. Ah, bungsuku ini juga sudah besar!

Kegiatan pertama yang dilakukan Kai, seperti yang telah kutulis di Alat Musik Pertama, Kai mengiringi defile peserta sport meeting ini dengan belurila. Setelah itu dilanjutkan dengan senam pemanasan.

kegiatan orang tua – anak nininsankyaku (harafiahnya 2 orang 3 kaki)

Tahun ini, kegiatan yang diadakan orang tua bersama anaknya adalah berlari dengan satu kaki diikat. Tahun sebelum-sebelumnya ada menari bersama, dan ada pula orang tua mendorong mobil-mobilan dengan anaknya di dalamnya. Tujuannya satu: memberikan kesempatan orang tua melakukan sesuatu bersama anaknya sebagai satu tim kecil, yang kemudian bergabung dalam tim kelas untuk memperebutkan kelas mana yang tercepat. Papa Gen dan Kai ternyata menjadi pasangan pertama dan terakhir yang menentukan kemenangan kelasnya. Kelas Yuri (Bunga Bakung) akhirnya menempati posisi ke dua.

Kegiatan ketiga hari itu untuk Kelas Yuri adalah membuat paraballoon (gabungan parachute dan baloon). Dengan memakai semacam tenda bulat mereka membuat bermacam bentuk yang menarik. Aku rasa bahannya seperti terpal berwarna dan agak tebal, sehingga cukup berat juga untuk anak-anak TK.

paraballoon

Yang keempat adalah lari estafet. Kai suka berlari. Tapi selama latihan dia sering malas dan mengaku kakinya sakit. Untung saja pada hari H nya, dia mau berlari sekuat tenaga sampai dipuji oleh gurunya. “Dibanding dengan latihan selama ini, hari ini Kai lari cepat sekali”. Meskipun demikian, lagi-lagi kelas Yuri hanya berhasil mendapat ranking ke dua.

Dan sebagai puncak kegiatan adalah senam ritmik yang biasa dilakukan oleh kelas tertua di TK. Senam ini memang perlu latihan dan keseriusan yang tinggi. Mereka harus bergerak cepat sesuai aba-aba gurunya. Dan Kai selalu mendapat bagian paling bawah, yang “dinaiki” temannya.

senam ritmik

Serangkaian acara yang dilakukan Kai ini seringkali membuatku harus mengusap air mata. Apalagi kalau teringat almarhum mama yang ikut menjaga Kai selama 3 bulan pertama setelah Kai keluar RS. Anak prematurku ini sudah tumbuh menjadi anak yang sehat, dan cukup tinggi. Dan dia juga sudah bisa bersosialisasi dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pengaruh senseinya juga cukup besar. Baru kali ini aku lihat dia mau dengan senang hati minta berfoto dengan gurunya. Biasanya aku yang memaksa dia untuk berdiri samping gurunya. Ah, Haruka sensei memang cantik dan baik hati!

Bersama Haruka sensei

Kami pulang berempat dengan hati senang meskipun capek. Dan sebelum pulang ke rumah, Kai menagih hadiah gohoubi ご褒美 yang aku janjikan. Aku memang menjanjikan jika dia mau latihan dengan senang hati (selama sebulan) dan ikut acara undokai dengan sekuat tenaga, maka setelah undokai aku menyediakan 1000 yen yang boleh dia belikan apa saja. TAPI lucunya, dia hanya membeli sebuah mainan kecil seharga 210 yen, dan tidak minta lagi sampai genap 1000 yen. Mamanya untung! hahaha

Tahun depan Kai akan menjadi kelas 1 SD. Tentu saja ada undokai juga di SD, dan lebih sulit daripada undokai TK. Tapi tahun depan akan menjadi tahun bersejarah untukku karena Kai kelas 1 dan Riku kelas 6. Undokai awal dan akhir untuk kedua anakku. Tanoshimi!

 

4 Replies to “Untuk Ortu – Anak

  1. Undokai…..Imel, menarik sekali kebersamaan, antara anak, orangtua dan guru.
    Di Indonesia, karena orangtua keduanya bekerja, sering anak hanya diantar pembantu dan atau baby sitter. Hanya acara tertentu, seperti terima rapor, orangtua bisa datang
    (sedih mengingat hal ini…karena nggak mungkin ijin dari kantor, karena cuti sudah habis untuk jaga-jaga kalau anak sakit).

    Padaal acara kebersamaan seperti yang diceritakan oleh EM di tulisan ini, akan menjadi kenangan manis untuk anak-anak.

  2. Seru banget mbak.. mungkin ada juga acara seperti ini disekolah indonesia. tapi gak ada yang rutin dilaksanakan semua sekolah seindonesia. mudah2an sekolah indonesia lebih baik lagi yak.. dicontoh aja dr postingan mbak hehehe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *