Tomat dan Stroberi

3 Mei

Akhir-akhir ini aku sering membeli stroberi, karena kebetulan toko sayur – yaoya 八百屋 tempat aku biasa membeli sayuran menjual stroberi dengan harga murah. Tahun-tahun lalu aku “pelit” sekali dalam soal membeli buah-buahan karena mahal, tapi tahun ini aku cukup royal. Satu kotak plastik bisa berisi sekitar 24 biji stroberi berukuran sedang seharga 200-250 yen (20rb-25rb rupiah). Dan kemarin toko sayur itu mengatakan bahwa setelah GW tidak akan menjual stroberi lagi karena musimnya sudah selesai.

 

Untuk tomat, terus terang aku juga jarang membeli. Apa sebab? Aku kurang suka tomat Jepang. TIDAK MANIS! Perasaan dulu waktu di Indonesia, aku sering makan tomat dan manis rasanya. Oleh ibuku sering dibuat sebagai “snack” tomat yang dipotong dadu lalu diberi gula pasir. Jadi buatku tomat adalah buah 😀 karena manis. Sedangkan tomat Jepang tidak ada rasanya. Biasanya dimakan untuk salad, setelah didinginkan di lemari es. Sedangkan kalau aku akhir-akhir ini sering membuat appetizer tomat dengan mozzarella chesse dan bumbunya lada, garam dan olive oil (Kalau suka basil bisa diberi basil, tapi aku ngga suka sih :D).

 

Kok aku menulis Tomat dan Stroberi untuk judul? Sebetulnya aku ingin bertanya menurut teman-teman Tomat dan Stroberi itu termasuk kategori “sayur 野菜” atau “buah 果物” ?

Setelah makan malam beberapa hari yang lalu, aku mengeluarkan dessert stroberi, hanya dicuci begitu saja. Biasanya Riku dan Kai akan “mencolek” stroberi itu pada susu kental manis (kalau ada) atau gula pasir. Sedangkan papa Gen selalu makan begitu saja. Nah saat itu, tiba-tiba Kai bertanya padaku,
“Mama, mama tahu stroberi itu apa? sayur atau buah?”
“eh? Buah kan?”
“BUKAN! Stroberi itu sayur loh!”
“Masa sih? Kok bisa?”
“Iya, kan nih liat masih ada rantingnya”

Lalu Riku menimpali, “Iya betul. Stroberi sama dengan tomat dan semangka, juga waluh termasuk sayur loh. Cuma karena manis aja maka ditaruh di tempat buah.”

Nah loh… aku langsung googling dengan bahasa Jepang イチゴは野菜?くだもの? dan ternyata memang (menurut orang Jepang) stroberi itu termasuk sayur. Karena pohonnya tidak tinggi (alasannya kurang jelas sih dan memang masih merupakan polemik). Jadi memang di Jepang Stroberi dan Tomat itu termasuk kategori “sayur”.

Tapi jika cari dengan bahasa Inggris akan bertemu jawaban lagi yaitu stroberi itu bukan termasuk buah, karena dia adalah pseudofruit (bijinya di luar). Polemik “sayur” atau “buah” itu muncul karena ada perbedaan pendapat antara “kuliner” dan “botanis”, atau antara yang membuat tumbuhan itu dan pemakai tumbuhan itu. Persepsinya berbeda.

Apapun kategorinya, stroberi itu memang enak yah hehehe.

Stroberi yang kami petik di kebun stroberi setahun yang lalu

Kembali lagi ke Kai dan Riku yang memberitahukan aku bahwa Stroberi adalah sayuran. Setelah aku googling, lalu aku berkata pada Kai dan Riku….
“Eh bener loh ternyata stroberi itu sayur! Terima kasih ya sudah kasih tahu mama. Mulai sekarang bukan hanya mama yang ‘mengajar’ Kai dan Riku tapi sebaliknya mulai sekarang kalian juga “mengajar” mama yah

Dan, persis sehari setelah itu aku menemukan dua buah pepatah  bahasa Jepang yang diperkenalkan dalam acara NHK kids, yaitu:

聞くは一時の恥、聞かぬは一生の恥

Kiku wa ittoki no haji, kikanu wa isshou no haji

Waktu bertanya itu mengalami rasa malu saat itu, tapi kalau tidak bertanya maka akan malu seumur hidup.
(Ya mungkin hampir sama dengan Malu bertanya sesat di jalan, tapi penekanannya berbeda. Di pepatah bahasa Jepang yang ditekannya rasa malunya. Ah memang orang Jepang berbudaya malu. Malu kalau tidal bisa! Malu kalau tidak berhasil sesuatu dsb dsb)

稽古とは 一より習ひ 十を知り 十よりかへる もとのその一 (千利休)

Keiko to wa ichi yori manabi ju wo shiri ju yori kaeru motono sono ichi (Sen no Rikyu)

Latihan itu belajar dari urutan pertama, sampai mengetahui urutan ke sepuluh, kemudian dari urutan ke sepuluh kembali lagi ke urutan pertama.
(Maksudnya jika kita berlatih dari awal sampai pada tingkat penguasaan maksimal, kemudian kembali ke awal, kondisi kita berbeda  dengan waktu pertama kali sekali kita berlatih. Jika manusia merasa sudah menguasai dan merasa cukup, maka manusia itu berhenti sampai di situ saja. Tidak benar-benar menguasai ilmu tersebut. Jadi sampai kapanpun harus terus belajar dan berlatih)

Sebetulnya aku ingin menuliskan tentang pepatah ini kemarin, pas hari Pendidikan Indonesia, tanggal 2 Mei, tapi biasa deh tertunda sampai sekarang. Silakan menghubungkan sendiri cerita Tomat dan Stroberi serta kedua pepatah di atas. Intinya tentu saja BELAJAR TERUS ya.

 

LPF dan Bali Lax

24 Apr

Bukan nama partai politik atau organisasi deh pokoknya. Cuma LPF ini adalah “pelajaran” baru yang kudapatkan hari ini. Singkatan dari Low Pass Filtering. Mau tau isinya apa? Silakan baca wikipedia di sini yah. Soalnya aku juga tidak ngerti hihihi.

Jadi ceritanya kamera DSLR Nikon D-80  kami (yang lungsuran dari bapak mertua) itu ternyata kemasukan kotoran di lensa bagian dalamnya. Aku sadarnya waktu aku bawa ke Jakarta waktu mama meninggal Februari lalu. Setiap memotret pasti ada titik noktah hitam yang tidak bisa hilang meskipun sudah diganti lensa atau dibersihkan lensa luarnya. Hmmm pasti butuh servis nih. Apalagi waktu aku pakai untuk memotret sakura di Taman Inokashira waktu itu, kehadiran noktah itu amat sangat mengganggu. Sayang keindahan sakuranya jadi berkurang banyak, meskipun sudah aku usahakan hapus dengan photoshop.

Waktu kutanya bapak mertuaku, ternyata memang sering terjadi seperti itu, dan tinggal bawa saja ke service center Nikon, yang ada di Ginza atau di Shinjuku. Karena rumahku lebih dekat ke Shinjuku, pagi tadi kubawa kamera itu ke Nikon Plaza di Gedung L Tower, Shinjuku. Aku beritahukan masalahnya, dan oleh petugas aku diberi kertas order servis dan bisa diambil pada jam 1 (waktu itu pukul 11:30). Wah cepat juga. Dan tertulis biayanya 1500 yen (150.000). Murah! Aku sudah takut saja kalau biayanya mahal.

Sambil menunggu servis selesai, aku janjian makan siang dengan Tina adikku dan temannya, di sebuah restoran Indonesia di Shinjuku. Bukan di restoran  Jembatan Merah, tapi di restoran Bali Lax. Hmm aku baru pertama kali ke sini. Oleh Tina disarankan ke sini karena semua lunch menu setnya seharga 980 yen dan sudah termasuk salad bar, minuman, dessert dan sup. Tina sukanya karena bisa makan sayur sebanyak-banyaknya di sini. Well memang sih salad pumpkin yang digiling dengan cream cheese nya enak!

Penampakan nasi campurnya 😀

Kami memesan Nasi Campur, yang terdiri dari sate daging, ayam bumbu, bakmi goreng, acar, kerupuk dan ikan goreng tepung. Semuanya jumlahnya sedikit (untung juga karena pasti tidak habis). Supnya sup thailand semacam Tom Yan. Dessertnya irisan orange, nanas dan coktail buah. Ada kopi dan teh juga (Aku tak tanya kopinya kopi apa. Tapi yah kalau menurutku rasa masakannya jauh dari masakan Indonesia, meskipu mungkin cocok untuk lidah orang Jepang. Tapiiii di sini suasananya bagus. Ada kolam-kolaman dengan hiasan-hiasan Bali. Di pintu luar tertulis sih kalau dinner, setiap orang dicharge 525 yen selain pesanan makanan dan minuman.

Menu yang kami pesan: Nasi Thanpuru!

Salah dua yang menarik adalah penulisan Nasi Campur dalam alfabeth yang aneh! Padahal tulisan dalam katakananya sudah benar Nashi camupuru, eeeeeh kok alfabethnya jadi Nasi Thanpuru 😀 Selain itu koki dalam bahasa Inggrisnya menjadi shef. Lucu jadinya. Yang lainnya adalah sebuah “sayur” yang baru kukenal. Namanya Romanesco. Cuma kok kelihatan grotesque ya?

Sayur baru, Romanesque yang terlihat grotesque 😀 Rasanya sih enak loh

Setelah makan (salada sebanyak-banyaknya) dan bercakap-cakap, Tina dan temannya harus kembali ngantor dan aku juga harus mengambil kameraku. Nah baru saat aku mengambil kembali kameraku itu aku membaca di papan digital bahwa Low-pass itu memakan waktu 1 jam. Ya pembersihan lensa dalam itu dengan cara yang diberi nama Low Pass. Sebetulnya bisa sendiri, karena waktu aku googling ketemu caranya di Youtube ini. Tapi kok aku takut coba-coba (awalnya juga tidak tahu sih) padahal kalau bisa sendiri, kan tidak usah keluar 1500 yen. But still leave it to the pro’s. Lebih afdol a.k.a lebih mantap! Betul kan?

Sebelum dibersihkan dengan LPF
Setelah dibersihkan dengan LPF, langit di Tokyo sore ini dilihat dari apartemenku

Tangan Sayuri-chan Dingin

17 Apr

Dunia sudah berubah, menjadi aneh bin ajaib. Aku tidak mau menyinggung soal kejadian-kejadian “aneh” di Indonesia, karena aku tidak tinggal di sana, tapi aku mau mendongeng tentang keanehan di Jepang saja.

Biasanya setelah Higan atau equinox day (tanggal 23 Maret) atau setelah bunga Sakura mekar, tidak ada lagi hari-hari yang membuat badan menggigil. Memang satu dua kali pernah mendengar dan melihat foto Sakura dalam salju, tapi aku tidak menyangka akan mengalami “kedinginan” back to winter saat ini.

Sakura dalam salju, Hakone 16 april. Foto : mainichi shimbun

Sudah dua hari ini suhu udara di Tokyo di bawah 10 derajat, hari ini cuma 7 derajat max. Baru kali ini aku pergi ke kampus bulan April, mengawali kuliah semester ganjil dengan memakai coat!  Biasanya kuliah awal cukup dengan jaket saja, dan otomatis memakai warna-warna cerah sesuai dengan musim semi. Tapi kali ini, aku terpaksa memakai baju yang biasa dipakai di musim dingin berwarna coklat. Untung saja ada satu perkataan muridku tadi yang cukup menghangatkan hariku. Dia pernah ikut kuliah Bahasa Indonesia dasar kelasku 3 tahun lalu, dan sekarang mengambil kelas menengah. Katanya, “Sensei, saya masih sekali-sekali melihat blog sensei loh. Saya suka sekali kalau sensei upload video kehidupan sensei. Dulu kan sensei sering pasang tuh, sekarang tidak pernah lagi…” Hmmm ya, aku memang jarang membuat video tentang Kai. Dulu sering membuat dan upload video clip Riku di youtube dan embed ke blog. Ternyata ada juga yang kangen dengan video klip kehidupan keluargaku hihihi.

Foto jadul, aku mengajar di Senshu University. Riku belum lahir tuh...

Dingin-dingin begini membawa dampak yang kurang bagus juga bagi “perekonomian” rumah tangga kebanyakan orang Jepang. Dompetnya jadi dingin gara-gara ngga ada uangnya deh. Apa pasal?

Seharusnya musim semi begini, kami bisa menikmati sayur-sayur segar yang beragam, terutama cabbage (kyabetsu– kol). Aku sendiri jarang membeli kol, tapi kebanyakan orang Jepang suka makan kol sebagai pelengkap salad sayuran mentah. Nah, akibat musim dingin yang berkepanjangan, produksi sayuran berkurang, dan tidak bisa memenuhi pasar. Akibatnya harga sayur naik. Bayangkan tiga hari yang lalu aku masih bisa membeli satu kol seharga 150 yen, sekarang harganya 250 yen! Harga-harga sayur naik 40%. Bener-bener mikir kalau mau membeli sayur deh. Atau terpaksa aku pergi ke toko grosiran yang menjual sayur lebih murah, bukan di supermarket biasa dan agak jauh dari rumahku. Karena jika di supermarket rumahku satu ketimun seharga 60 yen, di toko grosir itu cuma 40 yen. (wah kok posting belanjaan jadinya ya hihihi… gara-gara si dingin sih).

Nah yang aku mau tulis juga di sini sekalian mumpung bertema dingin, yaitu soal tangan dingin. Kalau mendengar kata “bertangan dingin” tentu ada dua konotasi yang berbeda, yaitu bertangan dingin yang berarti “tanpa perasaan”. Seperti pembunuh bertangan dingin. Orang-orang yang bisa tega membunuh orang seperti binatang. Eh salah… itu berdarah dingin.  Kalau tangan dingin, tangannya bisa membuat hasil yang bagus untuk apa yang dipegang, terutama pertanian. Sepertinya si Ata-chan tuh “tangan dingin”. (thanks to Mangkum untuk penjelasannya)

Tapi dulu aku juga bertangan dingin, yang memang bukan arti kiasan. Tanpa ada sangkut paut dengan musim dingin, tanganku dulu memang biasanya dingin. Ciri-ciri orang yang jarang berolahraga, aliran darahnya tidak teratur, atau menderita penyakit kurang darah. Biasanya memang wanita tangan dan kakinya sering “dingin” dan dalam bahasa Jepang disebut  hieshou 冷え性. Selain olahraga ada juga beberapa minuman “jamu” tradisional yang bisa membantu memperlancar aliran darah.

Namun, ternyata tangan dingin menjadi syarat untuk menjadi pembuat sushi yang ulung. Kemarin pagi di berita TV, ditampilkan seorang pembuat sushi, itamae 板前 yang sudah bekerja sebagai pembuat sushi selama 30 tahun. Waktu datang ke restonya pagi-pagi, dengan kamera khusus bersensor panas tubuh, terlihat tangannya merah, dengan suhu 34 derajat. Kemudian dia mulai menyiapkan dapurnya, dan diperlihatkan tangannya berangsur menjadi biru…. selama dia membuat sushi itu tangannya bersuhu 20 derajat! Waktu makan siang, sedikit kembali menjadi hangat (menjadi sedikit merah), tapi setelah itu biru lagi. Benar-benar mengherankan. Kalau dikatakan, pasti dia merendam tangannya dalam es… mungkin juga sih, tapi kan tidak mungkin terus menerus, karena dia harus bekerja menyiapkan nasi dan ikan mentah, memotongnya dsb sampai ke mengepalkan nasi dengan ikan menjadi sushi. Pasti bergerak terus kan? Tapi selama itu tangannya bersuhu 20 derajat.

Waktu ditanya sih katanya memang setelah bekerja sekian tahun menjadi pembuat sushi, otomatis badannya menyesuaikan dengan pekerjaannya. Tangan dingin ini amat menunjang “kesegaran” sushi yang dibuatnya. Sushi dengan topping ikan mentah akan berkurang kesegarannya jika tangan yang mengepalkannya panas. Bahkan menjadi cepat busuk. Jadi ternyata tangan dingin itu memang perlu dan menguntungkan.

Nah, kalau dilihat dari judul posting kali ini, tangan dan dingin sudah aku bahas. Sayuri-chan (sayuri adalah nama anak perempuan umum di Jepang)  nya mana? Sebetulnya bukan sayuri-chan, tapi sayur. Tapi dalam mengajarkan bahasa Indonesia, untuk mempermudah orang Jepang menghafal, biasanya saya memperkenalkan kalimat yang menunjukkan kemiripan seperti : “Sayuri-chan wa yasai ga suki (terjemahannya Sayuri chan suka sayur)” Sayur = yasai. Ingat saja sayuri chan kalau mau mengatakan sayur dalam bahasa Indonesia.

Jadi deh judul posting hari ini: “Tangan Sayuri-chan Dingin”… meskipun perlu diketahui bahwa pembuat sushi tidak ada yang perempuan! heheheh (ada jenis pekerjaan tertentu di Jepang yang tidak bisa menerima perempuan…. seperti tidak ada pastor perempuan di agama Roma-katolik)

Dan ketika kubuka jendela pagi ini, salju menutupi atap rumah. Salju di bulan April? setelah 41 tahun, baru kali ini terjadi winter berkepanjangan begini. Foto dari teras apartemen kami

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

読み込み中

クリックでキャンセルします

画像が存在しません

Salada dan Sayur Lodeh

31 Agu

Wah ngga matching banget ya? Tapi emang tidak dalam satu kali makan dong. Pagi saya persiapkan makan paginya ala Japanese tuh…. yaitu NATTO, si kedelai busuk hehhehe. Yang makan Riku dan papanya, saya hanya makan salada dan mentaiko. Biar gimana juga males deh makan Natto…. selama masih ada yang lain dan kalau tidak terpaksa sekali.

Lalu untuk makan malam saya masak sayur lodeh…. dan ini sayur lodeh beneran bukan sayur lodeh jieee kayak mas trainer hehehe.  Sayur lodeh ala Tokyo ini isinya disesuaikan dengan sayur yang ada aja.  Nangka mudanya dari kalengan, terong dan cabe hijau, cabe merah lalu pakai jagung. Tidak lupa ikan asin jambal dan sambal lombok goreng…. (ayo Melati san ….semoga masih ada sisanya untuk hari selasa ya hehehe)

Hari ini harus makan SAYUR!!!. Karena hari ini tanggal 31 Agustus adalah peringatan untuk Sayur. Kenapa? Karena 8-31 bisa dibaca menjadi YA (dari Yatsu), SA (dari San) dan I (dari Ichi)…. Maksaaaaaa banget ya. Rupanya sejak 1983 berbagai organisasi pangan di jepang merasa perlu menekankan pentingnya sayur dalam kehidupan manusia.

Saya mah suka makan sayur… Apa juga hayuuuk. Mungkin karena mama juga begitu ya. Kata mama, “Saya dilepas di hutan juga bisa hidup, kan kambing …. (padahal dia kerbau tuh bukan kambing. yang kambing saya karena capricorn” heheheh. Saya paling benci kalau ada orang yang bilang, “Aduh aku benci daun bawang… aduh aku ngga bisa makan wortel…. dll” (Kayaknya ada asunaro yang kena deh nih hehehhee). Untung saja Riku suka makan sayur, bahkan peaman (paprika) juga bisa makan. Tapi memang kalau daun bawang masih terasa pedas kalau ditabur begitu saja.

Sesuai dengan hari sayur ini, ada angket yang diadakan secara online yang bisa menggambarkan kesukaan orang Jepang terhadap sayuran. Ternyata sayuran yang menempati ranking nomor 1 sebagai sayuran yang paling disukai adalah TOMAT, dan Tomat ini disukai baik oleh wanita maupun pria. Hmmm memang tomat enak ya… padahal dulu saya tidak suka spaghetti dnegan bumbu tomat karena menganggap kecut, tapi sekarang OK ok aja. Apalagi tomat yang ada di pipi anak-anakku hihihi. Empuk untuk dicubit dan dicium.

Selanjutnya di ranking 2, [kentang] bagi pria dan [terong] bagi wanita. Ranking ke tiga, [kol] bagi pria dan [kentang] bagi wanita. Yang paling aneh sebetulnya KOL, karena bagi pria dia masuk nomor 3 tapi bagi wanita cuman nomor 9. Kenapa ya? Tapi memang saya juga tidak begitu suka KOL.  Awal-awal datang ke Jepang saya pasti tidak makan kol iris yang segunung di sebelah daging/ayam goreng (Tonkatsu/Chicken Katsu) Tapi sekarang…. saya makan irisan kol itu cuman tidak suka jika dimasak menjadi Rol Cabbage (Kol rebus didalamnya ada daging giling). Sayuran lain yang masuk dalam kategori disukai adalah waluh (labu), ketimun, ubi, bawang bombay, Lobak, daun bawang dan bayam.

Nah sayuran apa yang yang paling tidak disukai? Nomor satunya tidak ada karena 41% responden mengatakan [tidak ada yang tidak disukai], tapi ranking yang kedua adalah SELEDRI (hmmm sledri disini memang besar dan punya rasa yang khusus sih…tapi u know, sledri sangat berkhasiat menurunkan darah tinggi loh —- bener kan la?),  ranking ke tiga adalah PARE. Moroheiya, Shungiku (daun yang sering dipakai dalam sukiyaki), zuccini (biasa ada di masakan Italia seperti ketimun), shishito (cabe yang tidak pedas, lebih kurus dari paprika), wortel, peaman (paprika), daun bawang…. Hmmmm ternyata banyak juga yang tidak suka wortel dan paprika ya?

So… untuk teman-teman, terutama yang akan menjalankan ibadah puasa mulai besok, jangan lupa makan sayur ya… demi kesehatan loh. Selamat menjalankan ibadah puasa ya.