Kodomo no hi

5 Mei

Tanggal 5 Mei adalah hari Anak-anak (laki-laki) yang disebut Kodomo no hi. Tidak seperti tahun-tahun yang lalu, hari ini deMiyashita tidak melewati satu hari bersama-sama. Karena hari ini Papa Gen dan Riku pergi mengikuti “Kelas Serangga” dari  “Perkumpulan Henri-Fabre Jepang“  NPO日本アンリ・ファーブル会(奥本大三郎会長). Gen  sudah resmi menjadi anggota NPO ini dan membayar iuran 3000 yen pertahun. Kupikir bagus juga jika Riku punya suatu kegiatan rutin setiap tahunnya, dan kali ini mereka pergi ke Gunung Takao, naik kereta kira-kira 1 jam dari rumah kami. Dan Kai tidak bisa ikut karena belum SD. Seandainya Kai sudah SD maka kami bisa pergi sekeluarga. Tentu saja aku bukan menangkap kupu-kupu tapi jadi fotografer :D…. 2 tahun lagi deh.

Fajar dari beranda apartemenku

Seperti biasa kalau mereka pergi menangkap kupu-kupu, aku mesti bangun pagi dan mempersiapkan bento (bekal) untuk mereka. Tapi hari ini hisashiburini cuacanya cerah sekali sejak pagi, sehingga memang cocok untuk kegiatan outdoor. Aku sempat menangkap pemandangan pagi hari dari beranda apartemen kami.

Kegiatan Riku menangkap kupu-kupu di Gn Takao, pada hari Anak-anak

Mereka pergi pukul 7:20 dan menurut laporan setelah pulang, rupanya cukup banyak terlihat berbagai jenis  kupu-kupu, tapi tidak ada satupun anggota yang berhasil menangkapnya. Dari foto-foto yang diambil, aku bisa melihat bahwa salah satu gurunya menangkap ular dan Riku tidak terlihat takut. Kalau aku….hiiii aku paling geli pada ular. Dan mereka cuma membawa pulang sebuah serangga yang bernama Hanmyo (Japanese Tiger Beetle). Warnanya memang bagus tapi…tetap saja serangga, dan aku tidak suka! (Meskipun aku tidak suka, laki-laki tetap harus bisa menangkap serangga jadi akunya saja yang tidak mendekat 😀 )

Hampyo yang berwarna-warni

Riku dan papanya sampai di rumah kembali sekitar pukul 3 siang. Dan setelah itu mereka pergi ke “Thermae“, pemandia umum yang letaknya dekat rumah kami. Gara-gara menonton film Thermae Romae, sekarang Riku menyebut pemandian air panas dengan Thermae, dan aku lanjutkan Thermae Japonaise :D. Mengapa penting pergi ke pemandian umum? Karena pada hari anak-anak ini biasanya pergi berendam dengan air shobu, shobuyuu. Dan anak-anak hari ini gratis (biasanya harus bayar). Jadi 3 boys pergi ke pemandian umum itu serta pulangnya membeli kashiwa mochi untuk snack.

Thermae Japonaise 😀

Lucunya waktu mereka pergi ke pemandian umum itu, mereka bertemu dengan anggota parlemen dari partai liberal demokrat (LDP) yang sedang membenarkan poster-poster di rumah pendukungnya, sambil menyapa warga sekitar (Nah gitu seharusnya perwakilan rakyat harus turba! Silakan baca –Pengalaman Demokrasi -1-) Dan ini merupakan peristiwa “bertemu anggota parlemen” yang ke dua, karena sebenarnya kemarin dulu mereka sempat juga bertemu seorang wakil rakyat di festival teh di Sayama.

Malam harinya kami menikmati makan malam sederhana sambil menikmati Supermoon di luar beranda kami. Besok minggu adalah hari terakhir libur panjang kami (Golden Week). Rasanya malas untuk mengakhiri, tapi rasanya kalau terlalu lama libur kok membosankan  juga ya? Atau ini hanya perasaanku saja 😀

Oh ya aku juga ingin mengucapkan selamat Waisak bagi teman-teman yang beragama Buddha.

 

Perjalanan Jauh Pertama

4 Mei

Malam ini aku menonton sebuah acara di chanel 7 TV Tokyo yang bertajuk “Papa Jepang yang bekerja di seluruh dunia – Sekai de hataraku Nihon no otosan” 世界で働く日本のお父さん。Acara yang sudah pasti membuat penontonnya menangis 😀 tapi aku suka 😀

Jadi anak-anak expatriates (orang Jepang yang bekerja di luar negeri) ini kebanyakan berusia 10 tahun, sekitar kelas 5 SD. Mereka pergi SENDIRIAN (tanpa ibunya) atau dengan adiknya, mengunjungi kota tempat ayahnya bekerja. Tentu saja karena diliput TV, sudah pasti mereka akan aman-aman saja dalam perjalanan, tapi pertama kali melakukan perjalanan jauh dengan pesawat untuk bertemu ayahnya tentu tidak mudah. Dan yang mengharukan adalah : Sang ayah tidak tahu apa-apa mengenai rencana ini. Surprise!!!

Bayangkan seorang anak lelaki berusia 10 tahun, mengadakan perjalanan dari Jepang ke Morokko, tempat ayahnya yang ahli perkebunan bekerja membuat tomat yang cocok untuk daerah Morokko. Dia memang didampingi oleh seorang artis (yang tentu saja tidak tahu juga bahasa Arab). Tapi hebatnya si anak laki-laki ini sudah belajar bahasa Arab dasar dan membawa buku “Sekai no arukikata – Morokko” (Berkeliling Dunia – Morokko) sebagai pegangannya. Setelah sampai di tempat ayahnya bekerja, dia mengagetkan ayahnya dengan muncul tiba-tiba di dalam Vynil House Tomatnya. Tentu saja ayahnya kaget, cuma sangat aku sayangkan ayahnya tidak langsung memeluk anaknya 😀 Yah, memang orang Jepang lebih banyak yang malu untuk langsung mengungkapkan sayangnya di depan umum. Mereka tidak terbiasa berpelukan.

Oh ya pertemuan kedua anak-ayah ini ditutup dengan si ayah menggendong anaknya di pundak. Dalam bahasa Jepang disebut dengan kataguruma. Kalau bahasa Indonesia apa ya? Kebiasaan ayah menggendong kataguruma ini jarang aku lihat di Indonesia. Lalu Gen berkata, “Mungkin karena orang Indonesia tidak boleh menyentuh kepala orang yang lebih tua ya? Jadi tidak menggendong anak di bahunya.” Padahal dengan cara ini, anak akan merasa tinggi sekali, lebih tinggi dari ayahnya.

Untung saja anak yang ke dua seorang gadis yang menjumpai ayahnya yang bekerja di Vietnam lebih bisa mengekspresikan sayangnya pada ayahnya yang juga terlihat lebih “luwes”. Memang si anak gadis ini cukup sulit menemui ayahnya yang kebetulan sedang bekerja di kota lain, yang jaraknya 100 km dari kota Hanoi. Dan si gadis tidak keburu naik kereta malam, sehingga harus bermalam sendirian di Hanoi. Sudah pasti dia capek lahir dan batin.

Anak yang ketiga mengunjungi ayahnya yang sudah  bekerja di Kenya selama 12 tahun! Dia ingin memperlihatkan sertifikat kelulusannya (lulus SD) kepada ayahnya langsung. Dan anak yang keempat mengunjungi ayahnya yang bekerja di Brussel, bersama adiknya yang baru masuk SD. Adiknya ingin memperlihatkan tas sekolah (ransel) barunya pada ayahnya.

Setiap anak mempersiapkan diri untuk mengadakan perjalanan jauh, juga mempersiapkan diri untuk membuat masakan kesukaan ayahnya (terutama yang anak perempuan). Penonton dibuat terharu waktu ayahnya makan makanan kesukaannya yang dibuat oleh anaknya sendiri, untuk pertama kali, tapi bukan di Jepang. Masakan pertama dari putri-putrinya.

Ah, acara TV ini memang bertujuan membuat penonton menangis dan terharu. Tapi menunjukkan pula bahwa banyak sekali orang Jepang yang harus berpisah dengan keluarganya dan bekerja di negara lain, yang amat jauh dari Jepang. Tapi keakraban keluarga tetap terjalin meskipun keluarga mereka terpisah benua dan samudra. Dan kupikir anak-anak Jepang ini memang berani. Atau boleh dikatakan ibunya juga hebat karena berani membiarkan anaknya yang masih SD untuk pergi sendiri ke luar negeri.

Ayahku pernah bekerja di luar negeri, dan untuk pertama kalinya aku melakukan perjalanan sejauh 16 jam dari Jakarta untuk mengunjungi ayah -ibuku pada saat aku berusia 20 tahun, bukan 10 tahun. Itupun tidak sepenuhnya sendirian, karena bersama 2 adik perempuanku. Saat itu juga kami sudah cukup bisa berbicara bahasa Inggris, dan negara tujuan memang memakai bahasa Inggris. Aku tak bisa membayangkan jika aku harus ke Kenya, misalnya.

Satu lagi acara TV bagus menurutku, yang begitu humanis…. meskipun kutahu pasti membutuhkan biaya produksi yang besar 😀 Tapi mungkin TV Indonesia, jika ada sponsor bisa membuatnya dengan skala kecil, cukup di dalam negeri saja, sekaligus memperkenalkan daerah-daerah di Indonesia. Usul yang bagus, bukan?

Perjalanan jauh pertama kamu ke mana dan pada umur berapa?

 

Tomat dan Stroberi

3 Mei

Akhir-akhir ini aku sering membeli stroberi, karena kebetulan toko sayur – yaoya 八百屋 tempat aku biasa membeli sayuran menjual stroberi dengan harga murah. Tahun-tahun lalu aku “pelit” sekali dalam soal membeli buah-buahan karena mahal, tapi tahun ini aku cukup royal. Satu kotak plastik bisa berisi sekitar 24 biji stroberi berukuran sedang seharga 200-250 yen (20rb-25rb rupiah). Dan kemarin toko sayur itu mengatakan bahwa setelah GW tidak akan menjual stroberi lagi karena musimnya sudah selesai.

 

Untuk tomat, terus terang aku juga jarang membeli. Apa sebab? Aku kurang suka tomat Jepang. TIDAK MANIS! Perasaan dulu waktu di Indonesia, aku sering makan tomat dan manis rasanya. Oleh ibuku sering dibuat sebagai “snack” tomat yang dipotong dadu lalu diberi gula pasir. Jadi buatku tomat adalah buah 😀 karena manis. Sedangkan tomat Jepang tidak ada rasanya. Biasanya dimakan untuk salad, setelah didinginkan di lemari es. Sedangkan kalau aku akhir-akhir ini sering membuat appetizer tomat dengan mozzarella chesse dan bumbunya lada, garam dan olive oil (Kalau suka basil bisa diberi basil, tapi aku ngga suka sih :D).

 

Kok aku menulis Tomat dan Stroberi untuk judul? Sebetulnya aku ingin bertanya menurut teman-teman Tomat dan Stroberi itu termasuk kategori “sayur 野菜” atau “buah 果物” ?

Setelah makan malam beberapa hari yang lalu, aku mengeluarkan dessert stroberi, hanya dicuci begitu saja. Biasanya Riku dan Kai akan “mencolek” stroberi itu pada susu kental manis (kalau ada) atau gula pasir. Sedangkan papa Gen selalu makan begitu saja. Nah saat itu, tiba-tiba Kai bertanya padaku,
“Mama, mama tahu stroberi itu apa? sayur atau buah?”
“eh? Buah kan?”
“BUKAN! Stroberi itu sayur loh!”
“Masa sih? Kok bisa?”
“Iya, kan nih liat masih ada rantingnya”

Lalu Riku menimpali, “Iya betul. Stroberi sama dengan tomat dan semangka, juga waluh termasuk sayur loh. Cuma karena manis aja maka ditaruh di tempat buah.”

Nah loh… aku langsung googling dengan bahasa Jepang イチゴは野菜?くだもの? dan ternyata memang (menurut orang Jepang) stroberi itu termasuk sayur. Karena pohonnya tidak tinggi (alasannya kurang jelas sih dan memang masih merupakan polemik). Jadi memang di Jepang Stroberi dan Tomat itu termasuk kategori “sayur”.

Tapi jika cari dengan bahasa Inggris akan bertemu jawaban lagi yaitu stroberi itu bukan termasuk buah, karena dia adalah pseudofruit (bijinya di luar). Polemik “sayur” atau “buah” itu muncul karena ada perbedaan pendapat antara “kuliner” dan “botanis”, atau antara yang membuat tumbuhan itu dan pemakai tumbuhan itu. Persepsinya berbeda.

Apapun kategorinya, stroberi itu memang enak yah hehehe.

Stroberi yang kami petik di kebun stroberi setahun yang lalu

Kembali lagi ke Kai dan Riku yang memberitahukan aku bahwa Stroberi adalah sayuran. Setelah aku googling, lalu aku berkata pada Kai dan Riku….
“Eh bener loh ternyata stroberi itu sayur! Terima kasih ya sudah kasih tahu mama. Mulai sekarang bukan hanya mama yang ‘mengajar’ Kai dan Riku tapi sebaliknya mulai sekarang kalian juga “mengajar” mama yah

Dan, persis sehari setelah itu aku menemukan dua buah pepatah  bahasa Jepang yang diperkenalkan dalam acara NHK kids, yaitu:

聞くは一時の恥、聞かぬは一生の恥

Kiku wa ittoki no haji, kikanu wa isshou no haji

Waktu bertanya itu mengalami rasa malu saat itu, tapi kalau tidak bertanya maka akan malu seumur hidup.
(Ya mungkin hampir sama dengan Malu bertanya sesat di jalan, tapi penekanannya berbeda. Di pepatah bahasa Jepang yang ditekannya rasa malunya. Ah memang orang Jepang berbudaya malu. Malu kalau tidal bisa! Malu kalau tidak berhasil sesuatu dsb dsb)

稽古とは 一より習ひ 十を知り 十よりかへる もとのその一 (千利休)

Keiko to wa ichi yori manabi ju wo shiri ju yori kaeru motono sono ichi (Sen no Rikyu)

Latihan itu belajar dari urutan pertama, sampai mengetahui urutan ke sepuluh, kemudian dari urutan ke sepuluh kembali lagi ke urutan pertama.
(Maksudnya jika kita berlatih dari awal sampai pada tingkat penguasaan maksimal, kemudian kembali ke awal, kondisi kita berbeda  dengan waktu pertama kali sekali kita berlatih. Jika manusia merasa sudah menguasai dan merasa cukup, maka manusia itu berhenti sampai di situ saja. Tidak benar-benar menguasai ilmu tersebut. Jadi sampai kapanpun harus terus belajar dan berlatih)

Sebetulnya aku ingin menuliskan tentang pepatah ini kemarin, pas hari Pendidikan Indonesia, tanggal 2 Mei, tapi biasa deh tertunda sampai sekarang. Silakan menghubungkan sendiri cerita Tomat dan Stroberi serta kedua pepatah di atas. Intinya tentu saja BELAJAR TERUS ya.

 

Thermae Romae

1 Mei

Mayday Mayday… Awal bulan Mei 2012 di Tokyo digelayuti awan mendung sejak pagi, dan siang hari sudah mulai turun hujan. Padahal prakiraan cuaca mengatakan hujannya mulai munculnya Rabu 2 Mei  besok sampai hari Jumat. Gimana sih kamu! (Ini yang selalu diucapkan Kai kalau menyalahkan orang lain :D). Padahal kami baru saja melewati Golden Week Part 1. Ya, untuk yang mengambil cuti tanggal 1 dan 2 Mei memang akan menjadi libur GW yang panjang! 9 hari libur berturut-turut. Tapi untuk yang majime, (rajin /tidak berani ambil cuti) tentu saja akan ada GW part 1 (28-29-30 April)  dan part 2 (3-4-5-6 Mei) .

Nah GW part 1 untuk deMiyashita benar-benar biasaaaaa saja. Maksudnya : tidak ke mana-mana. Kami cuma bisa libur bersama hari Minggu dan Senin. Jadi setelah pergi ke gereja Minggu pagi, kami langsung pergi ke Yokohama ke rumah mertua dan melewati GW part1. Karena tanggung rasanya mau pergi ke tempat-tempat wisata kalau sudah tengah hari. Dan mungkin kami tidak bisa datang ke rumah mertua pada part ke dua, jadi lebih baik hari Minggu itu.

Riku serius membaca manga (komik) Thermae Romae yang dibeli papanya

Seperti biasa jika di rumah mertua kami cuma makan-makan dan minum-minum, santai lalu tidur. Tapi Gen sempat membeli sebuah komik (manga) berjudul Thermae Romae karya Yamazaki Mari. Aku tahunya bahwa ini adalah judul sebuah film yang baru saja diputar di bioskop Jepang. Rupanya aslinya manga hihihi, baru tahu! Film ini memang menjadi topik pembicaraan kami hari Sabtunya. Karena Gen ingin menonton film itu, dengan alasan : tema cerita yang menarik. Aku sendiri sudah tahu lama bahwa akan keluar film itu, karena pemeran utamanya adalah Abe Hiroshi, aktor Jepang yang tingginya hampir 190cm, dan KEREN! (kudu pakai huruf besar hehehe). Wajahnya tidak seperti orang Jepang deh…. cakep 😉 Idolaku deh 😀 Dan dia muncul dalam sebuah acara TV yang mewawancarai dia dan artis yang bermain bersama. Di situ si artis bilang begini “Susah sekali konsentrasi karena dia telanjang bulat terus!” hahaha.

Pemeran utama : Abe Hiroshi dan artis Ueto Aya

Jelas saja telanjang bulat, karena cerita Thermae Romae itu berhubungan dengan MANDI. Yaitu tentang seorang “arsitek” pemandian air panas umum yang disebut thermae (hot spring) di Roma pada abad 200AD bernama Lucius Modestous (diperankan Abe Hiroshi). Nah dia mengalami “time slip” alias berpindah waktu ke jaman sekarang, yaitu ke pemandian (umum) Jepang. Pertama dia “mendarat” di Sento, pemandian umum Jepang dan terkejut bertemu dengan “orang orang bermuka datar” atau “budak-budak”. Tapi yang dia temukan di Sento itu amat menakjubkan. Misalnya susu rasa buah, ember dan gayung dari kayu  untuk mandi sebelum masuk bak, noren (kain tirai di pintu masuk), dan lukisan gunung Fuji besar di dinding. Dan dia kembali lagi ke abad 200AD setelah salah masuk kamar mandi wanita dan dilempar ember.

Pengalaman Lucius di Jepang itu kemudian diaplikasikan untuk pemandian air panas THERMAE di Roma saat itu. Dinding dihias gunung Pompey, dan dilengkapi ember kayu (lengkap dengan tulisan katakana) dan dijual juga susu rasa buah. Angin baru yang dibawa Lucius membuat namanya sebagai arsitek pemandian mulai menanjak. Sampai suatu kali dia dipanggil oleh kaisar Roma saat itu Hadrianus. Hadrianus ternyata juga berjiwa seni tinggi dan menghargai hasil kerja Lucius. Dia meminta Lucius membuat pemandian-pemandian menarik lainnya. Karena bagi orang Roma Thermae amat penting dalam kehidupan mereka.

4 orang aktor ini tidak seperti orang Jepang umumnya kan 😀

Saat dia sedang bingung untuk memenuhi permintaan kaisar, dia terseret lagi ke peradaban sekarang, yaitu di sebuah showroom toilet/kamar mandi. Wah wah wah di situ dia melihat berbagai “kemajuan” jaman sehingga menambah lagi kebingungannya mengapa si budak-budak berwajah rata itu bisa begitu maju kebudayaannya 😀 Nah bisa bayangkan deh kalau orang Roma kuno melihat Jaccuzi (Whirl pool), dengan kamar mandi yang dilengkapi video, WC otomatis yang terbuka jika masuk, lengkap dengan bidet (shower untuk cebok), dan dilengkapi papirus a.k.a tissue WC 😀 Laluuuuu semuanya diaplikasikan di jamannya. Fantastic, bukan?

poster film

Tapi memang untuk menonton film ini, kita perlu mengetahui banyak hal kebudayaan “mandi” di Jepang. Kalau tidak ya tidak bisa melihat sisi “lucu” dari film ini. Aku berdua Riku bisa ikut tertawa dalam banyak hal bersama orang Jepang yang memenuhi studio 2 saat itu. Padahal biasanya orang Jepang paling jarang kudengar tertawa di bioskop. Belum lagi semua kursi penuh! Memang film ini baru dirilis tgl 28 April. Tapi Riku yang jeli mengatakan pada papanya, “Papa harus nonton deh, karena komik manganya tidak sama dengan filmnya”. Tentu saja untuk membuat cerita di film lancar, kadang isi cerita originalnya lain dengan filmnya.

Kenapa papa Gen tidak ikut menonton bersama kami? Ya karena kami memutuskan untuk “berpisah” di bioskop. Aku menemani Riku menonton “Thermae Romae” sedangkan papanya menemani Kai yang mau menonton Kamen Rider. Aku tidak suka Kamen Rider sih, jadinya tidak mau menemani Kai. Coba kalau Kai mau menonton Conan, pasti aku lebih pilih Conan daripada Thermae ini. Eh tapi seneng juga sih menonton Thermae, apalagi bisa melihat idolaku si Abe san 😀 dan aku setuju pada pendapat Gen bahwa ceritanya unik.

Bagi yang mau mengetahui sedikit tentang “mandi” di Jepang silakan baca:

Kei-chan dari Pemandian Fukunoyu

 

 

 

Seberapa Sering Anda Mengganti….

28 Apr

Pacar? Oh no… jangan diingat-ingat lagi deh kalau itu hohoho. Tapi kalau mengganti baju dalam sehari tentu boleh ditanyakan dong ya? Atau mengganti kaus kaki (biasanya sih sehari sekali bukan? ….yang jawab bukan, aku ngga ngerti deh seberapa baunya kakinya hehehe. Kecuali kalau basah kena hujan yaaaa). Atau mengganti gelas/mug dalam sehari? Nah ini aku tahu pasti ada yang bilang setiap kali minum, tapi kalau yang “environmentalist” pasti berkata satu hari sekali, pakai satu gelas diberi tutup/nama. Aku termasuk orang yang pakai satu mug satu hari 😉

Entah kenapa pagi ini aku sambil menjemur pakaian teringat pada sebuah acara di TV yang bernama “Nandemo World Ranking” yang diasuh oleh Imoto dan Neptune (Sekai Bantzuke). Sesuai dengan namanya acara ini menampilkan G20, 20 orang dari berbagai negara yang menjawab tentang kebudayaan di negerinya. Dan tentu saja termasuk orang Indonesia, yang jika dilihat dari daftar namanya bergantian dengan 3 orang.

Biasanya staff menyediakan suatu ranking tentang topik tertentu dan dari hasilnya akan dikomentari wakil dari negara yang bersangkutan. Ranking itu memang bermacam-macam, dan ada yang sudah pernah aku tulis juga di Graffiti or Rakugaki. Untuk sebuah episode misalnya ada ranking mengenai:

・よく掃除をする国ランキング Ranking mengenai negara mana yang paling sering membersihkan rumah. Hasilnya nomor 1 adalah Chile dengan angka 17,8 kali/seminggu. Alasannya karena di Chile banyak laba-laba beracun sehingga perlu sekali sering membersihkan rumah agak laba-laba itu tidak sempat datang dan menghuni rumahnya. Sedangkan yang paling jarang membersihkan rumah adalah Norwegia dengan angka 3,4kali/minggu, karena kedua orang tua bekerja sehingga tidak sempat membersihkan rumahnya (dan tentu saja tidak ada ART seperti di Indonesia). Jepang sendiri berada di posisi 27 dengan 9,5 kali seminggu.

・お風呂(シャワー)に入る国ランキング Ranking negara yang paling sering mandi. Nah ini perlu berbangga karena Indonesia mendapat ranking no 1 dengan 13,8 kali/minggu, dan yang paling jarang mandi adalah negara China dengan 4,5 kali/minggu. Memang China luas sekali, sehingga daerah yang panas tentu lebih sering mandi, tapi di daerah yang dingin mereka tidak ada air panas untuk mandi, sehingga jarang mandi. Kebiasaan mandi ini memang bergantung pada suhu udara rata-rata. Yang menarik jawaban dari Orang India, yaitu bahwa mereka pasti makan kare setiap hari, sehingga badannya juga ikut berbau kare. Karenanya perlu sering mandi. (sambil ingat temanku pernah berkata bahwa orang India sering berbau bawang bombay)

´パンツを取り替える国ランキング Ranking negara yang paling sering mengganti celana dalam. Di sini juga Indonesia menempati posisi pertama dengan alasan bahwa setiap sembahyang ganti celana dalam, sehingga dalam sehari bisa beberapa kali ganti celana dalam. Sedangkan yang paling jarang ganti adalah China (lagi) . Hmm aku sendiri cukup kaget mendengar hasil ini, karena memang biasanya kita mengganti CD sesudah mandi (jadi 2 kali sehari), tapi aku baru tahu bahwa umat muslim mengganti CD setiap sembahyang. Wakil Indonesia yang perempuan bahkan mengatakan (sambil menunjukkan) bahwa dia selalu membawa tas isi peralatan sembahyan+CD untuk ganti).  Tapi dalam pembahasan soal ini, ada suatu fakta yang mengherankan yaitu orang NewZealand jarang mengganti kaos kaki. Wakil NZ mengatakan bahwa dia sudah pakai kaos kaki yang sekarang dia pakai selama 65 hari. hiiiiii jorok (Si Kai sering loh pakai kata “jorok” meskipun sering kebalik-balik dengan “jelek” hahaha)

Masih ada bermacam-macam ranking yang dibahas, tapi yang aku teringat waktu tadi menjemur baju ya yang tentang ganti CD itu. Jadi aku ingin tahu apakah benar setiap sembahyang umat muslim mengganti CD nya?  Lalu kira-kira apa lagi ya yang sebetulnya perlu diganti secara rutin secara berkala? Yang kutahu sahabatku si Nique pernah menulis tentang SIKAT GIGI. Oh ya, Aku juga pernah menulis tentang Handuk loh….

Selamat berakhir pekan! Dan untuk yang di Jepang, selamat menyambut Golden Week 😉

.

 

 

Herbarium

25 Apr

Ada yang tahu apa itu herbarium (pluralnya: Herbaria) ? Wah aku natsukashii (kangen) sekali mendengar kata herbarium. Mungkin sudah lebih dari 25 tahun tidak mendengar kata itu. Herbarium adalah koleksi contoh tumbuhan yang dikeringkan. Jadi  ingat dulu pernah membuat daun yang dikeringkan di dalam buku sampai hanya tinggal tulang daunnya saja. Nah itu termasuk cara untuk membuat herbarium. Dan, tentu mengingatkanku juga bahwa dulu aku pernah ingin belajar biologi, tapi akhirnya nyasar di Sastra Jepang :D. Oh ya, waktu aku mencari definisi herbarium, aku boleh berbangga sedikit karena Herbarium Bogoriense (BO) (Bogor, West Java, Indonesia) termasuk dalam 23 herbaria terbesar di dunia.

Kenapa tiba-tiba aku bicara soal herbarium? Ya karena tadi pagi aku pergi ke Makino Memorial Garden dan Museum yang hanya 5 menit naik sepeda dari rumahku. Dan siapa itu Makino?

Makino Tomitaro, bapak botanist Jepang

Seperti biasa kemarin aku mencari di Jepang itu hari peringatan apa, dan ternyata kemarin tanggal 24 April adalah Hari Botanical di Jepang, untuk memperingati botanist Jepang Makino Tomitarou yang merupakan bapak Botanist Jepang. Dan persis tahun ini sebetulnya adalah 150 th hari kelahirannya (24 April 1862). Aku mulai curiga karena nama Makino kok aku sering dengar, ternyata memang benar nama yang sama dengan sebuah museum di dekat rumahku. Dulu Gen dan Riku pernah pergi ke situ tapi waktu itu sedang direnovasi, jadi tidak banyak foto yang diambil. Sayang sekali aku terlambat tahu mengenai hari kelahiran Prof Makino ini (sudah hampir jam 7 malam), kalau tidak aku bisa lari sebentar ke sana.

 

Kebetulan hari ini tidak hujan meskipun agak mendung, jadi setelah mengantar Kai ke TK, aku pergi ke tempat tersebut naik sepeda. Sebuah tempat yang teduh sekali. Setelah mengisi buku tamu, si Penjaga sempat bertanya, “Anda bukan orang Jepang kan?”  hehehe. Dan sekaligus aku tanyakan apakah aku boleh mengambil foto di situ. Boleh katanya… tapi untung saja waktu di museumnya aku tidak memotret, karena ternyata di dalam museum tidak boleh memotret. Kalau di halaman boleh.

halaman dengan berbagai tumbuhan, lengkap dengan nama-namanya

Aku mengelilingi kebun yang penuh dengan jenis-jenis pohon, termasuk pohon sakura. Sayang sekali sakura yang umum (mekar awal April) sudah tidak berbunga lagi. Coba pas mekar-mekarnya aku ke sini, pasti bagus deh. Well, masih ada tahun depan. Ada sebuah pohon sakura yang jenis Yaesakura yang mekarnya memang terlambat, namanya Fukurokuju Cerasus lannesiana ‘Contorta’ Miyoshi . Pantas aku banyak melihat jenis ini di jalan ke Universitas W, rupanya memang mekarnya sesudah pohon sakura Someiyoshino.

Setelah puas melihat di halaman, aku masuk ke museumnya. Masih ada bagian kamar belajarnya Prof Makino yang asli terbuat dari kayu dan menggambarkan kehidupannya waktu itu. Di situ juga ada tumpukan buku yang tentu saja hanya sebagian kecil dari koleksinya. Termasuk juga maket rumah yang di Nerima ini. Rupanya dulu sebelum tinggal di daerah Nerima, beliau tinggal di Shinjuku, dan rumahnya kebakaran. Untuk menyelamatkan koleksi dokumen dan buku-bukunya, dipinjamkan rumah yang cukup luas di Nerima ini. Luasnya 2.222 meter persegi dan dipenuhi dengan berbagai tumbuhan untuk keperluan penelitiannya juga. Beliau tinggal di sini sampai akhir hayatnya dalam usia 94 tahun pada tahun 1957. Museum dan taman ini dibuka untuk umum setahun sesudahnya. Dan yang bagusnya, karena dipelihara pemerintah daerah Nerima, untuk memasuki museum ini tidak dipungut biaya.

Ruang belajar (meneliti) Prof Makino. Bisa dibayangkan dinginnya

Dalam museum dipamerkan artifak, benda-benda yang dipakai profesor Makino, serta contoh buku, gambar-gambar yang dibuatnya. Ada pula riwayat perjalanan hidup profesor Makino ini. Dari wikipedia kemarin aku juga mengetahui bahwa sebetulnya beliau bahkan tidak lulus dari SD. Tanpa masuk sekolah menengah, beliau belajar otodidak bahasa Inggris, geografi dan botany. Waktu beliau menjadi guru bahasa Inggris itulah, beliau pertama kali membuat tulisan akademis mengenai ilmu tumbuhan. Dengan bekal itu beliau diperbolehkan belajar di Universitas Tokyo, dan meraih gelar doktor pada usia 65 tahun. Dan dari foto-foto yang dipajang, ada satu yang membuat aku bergetar…. yaitu foto waktu beliau berusia 93 tahun dan sakit-sakitan sehingga harus tetap di tempat tidur, tapi masih meneliti dan memeriksa gambar yang dibuat muridnya. Benar-benar belajar (meneliti) sampai mati!

Benar-benar menghabiskan hidupnya untuk meneliti tumbuhan. Tak heran beliau menerima penghargaan dari Kaisar.

Kalau melihat betapa detilnya gambar tetumbuhan yang dibuat oleh Prof Makino, aku juga bisa membayangkan bahwa profesor ini pastinya pandai menggambar seperti paktuonya Inon. Detil dari bunga-bunga, daun dan bebijian begitu apik digambarkan dan menjadi bagian dari ensiklopedi tumbuhan Jepang. Kalau dipikir jaman sekarang ini jauuuuh lebih mudah, karena ada kamera (apalagi yang lensa makro). Semua tinggal jeprat-jepret. Dulu mana ada? Hebat euy.

Sketch Prof Makino Tomitaro by Vyan RH

Apalagi kalau mengatahui bahwa beliau itu yang menemukan dan memberi nama 2500 tumbuhan termasuk 1000 species dan 1500 varietas baru! Passion dan semangatnya itu loh, patut ditiru. Semoga saja bisa tertular padaku, karena sesungguhnya mengetahui bahwa pernah ada orang hebat yang tinggal sedekat ini saja, aku sudah bangga hehehe :D. Bagi yang berminat mengunjungi Taman dan museum kecil ini bisa menghubungi aku sampai dengan tanggal 17 Juni 2012 (khusus untuk pameran lukisan Sakura yang dibuat oleh pelukis/peneliti khusus dalam rangka memperingati 150 tahun kelahiran Prof Makino).

Ditunggu loh 😀

Gambar Sakura karya prof Makino yang dipakai dalam pamflet peringatan 150 tahun kelahiran beliau.

 

 

LPF dan Bali Lax

24 Apr

Bukan nama partai politik atau organisasi deh pokoknya. Cuma LPF ini adalah “pelajaran” baru yang kudapatkan hari ini. Singkatan dari Low Pass Filtering. Mau tau isinya apa? Silakan baca wikipedia di sini yah. Soalnya aku juga tidak ngerti hihihi.

Jadi ceritanya kamera DSLR Nikon D-80  kami (yang lungsuran dari bapak mertua) itu ternyata kemasukan kotoran di lensa bagian dalamnya. Aku sadarnya waktu aku bawa ke Jakarta waktu mama meninggal Februari lalu. Setiap memotret pasti ada titik noktah hitam yang tidak bisa hilang meskipun sudah diganti lensa atau dibersihkan lensa luarnya. Hmmm pasti butuh servis nih. Apalagi waktu aku pakai untuk memotret sakura di Taman Inokashira waktu itu, kehadiran noktah itu amat sangat mengganggu. Sayang keindahan sakuranya jadi berkurang banyak, meskipun sudah aku usahakan hapus dengan photoshop.

Waktu kutanya bapak mertuaku, ternyata memang sering terjadi seperti itu, dan tinggal bawa saja ke service center Nikon, yang ada di Ginza atau di Shinjuku. Karena rumahku lebih dekat ke Shinjuku, pagi tadi kubawa kamera itu ke Nikon Plaza di Gedung L Tower, Shinjuku. Aku beritahukan masalahnya, dan oleh petugas aku diberi kertas order servis dan bisa diambil pada jam 1 (waktu itu pukul 11:30). Wah cepat juga. Dan tertulis biayanya 1500 yen (150.000). Murah! Aku sudah takut saja kalau biayanya mahal.

Sambil menunggu servis selesai, aku janjian makan siang dengan Tina adikku dan temannya, di sebuah restoran Indonesia di Shinjuku. Bukan di restoran  Jembatan Merah, tapi di restoran Bali Lax. Hmm aku baru pertama kali ke sini. Oleh Tina disarankan ke sini karena semua lunch menu setnya seharga 980 yen dan sudah termasuk salad bar, minuman, dessert dan sup. Tina sukanya karena bisa makan sayur sebanyak-banyaknya di sini. Well memang sih salad pumpkin yang digiling dengan cream cheese nya enak!

Penampakan nasi campurnya 😀

Kami memesan Nasi Campur, yang terdiri dari sate daging, ayam bumbu, bakmi goreng, acar, kerupuk dan ikan goreng tepung. Semuanya jumlahnya sedikit (untung juga karena pasti tidak habis). Supnya sup thailand semacam Tom Yan. Dessertnya irisan orange, nanas dan coktail buah. Ada kopi dan teh juga (Aku tak tanya kopinya kopi apa. Tapi yah kalau menurutku rasa masakannya jauh dari masakan Indonesia, meskipu mungkin cocok untuk lidah orang Jepang. Tapiiii di sini suasananya bagus. Ada kolam-kolaman dengan hiasan-hiasan Bali. Di pintu luar tertulis sih kalau dinner, setiap orang dicharge 525 yen selain pesanan makanan dan minuman.

Menu yang kami pesan: Nasi Thanpuru!

Salah dua yang menarik adalah penulisan Nasi Campur dalam alfabeth yang aneh! Padahal tulisan dalam katakananya sudah benar Nashi camupuru, eeeeeh kok alfabethnya jadi Nasi Thanpuru 😀 Selain itu koki dalam bahasa Inggrisnya menjadi shef. Lucu jadinya. Yang lainnya adalah sebuah “sayur” yang baru kukenal. Namanya Romanesco. Cuma kok kelihatan grotesque ya?

Sayur baru, Romanesque yang terlihat grotesque 😀 Rasanya sih enak loh

Setelah makan (salada sebanyak-banyaknya) dan bercakap-cakap, Tina dan temannya harus kembali ngantor dan aku juga harus mengambil kameraku. Nah baru saat aku mengambil kembali kameraku itu aku membaca di papan digital bahwa Low-pass itu memakan waktu 1 jam. Ya pembersihan lensa dalam itu dengan cara yang diberi nama Low Pass. Sebetulnya bisa sendiri, karena waktu aku googling ketemu caranya di Youtube ini. Tapi kok aku takut coba-coba (awalnya juga tidak tahu sih) padahal kalau bisa sendiri, kan tidak usah keluar 1500 yen. But still leave it to the pro’s. Lebih afdol a.k.a lebih mantap! Betul kan?

Sebelum dibersihkan dengan LPF
Setelah dibersihkan dengan LPF, langit di Tokyo sore ini dilihat dari apartemenku

World Book Day

23 Apr

Hari ini tanggal 23 April diperingati sebagai Hari Buku Sedunia, World Book Day seperti yang sudah kutulis di posting tahun 2008. Tapi di Jepang juga diperingati sebagai hari “Hari Baca Anak-anak”, yang ditentukan dalam UU No 154/ 2011. Wah betapa pemerintah Jepang merasa bahwa membaca itu perlu bagi anak-anak sampai perlu membuat UU. Dan jika melihat undang-undang tersebut bisa diketahui bahwa UU Meningkatkan Minat Baca Anak-anak ini berhubungan dengan UU Dasar Pendidikan Kyouiku Kihonho 教育基本法, UU Perpustakaan 図書館法, UU Perpustakaan Sekolah 学校図書館法, dan Internasional Library of Children Literature 国際子ども図書館.

Perpustakaan memang mempunyai fungsi yang sangat besar dalam mengembangkan minat baca anak-anak. Perlu diketahui bahwa perpustakaan terbesar di Jepang adalah National Diet Library Kokuritsu Kokkai Toshokan  国立国会図書館. Semua buku yang diterbitkan di Jepang baik oleh penerbit atau individu, pasti mengumpulkan contoh bukunya di Perpustakaan Kokuritsu Kokkai Toshokan  yang terletak di Chiyoda-ku. Jumlah buku, majalah, surat kabar dan peta yang terkumpul di sini ada kira-kira 38juta buku. Luas perpustakaan yang di Tokyo sebesar 148.000 meter persegi atau sekitar 21 buah lapangan sepakbola. Pengunjung perpustakaan ini setahunnya tidak kurang dari 500.000 orang, dengan 890 pegawai yang bekerja di sana. Buku tertua yang disimpan dalam perpustakaan ini adalah buku doa agama Buddha yang ditulis tangan pada tahun 740, atau yang tercetak pada tahun 770.

National Diet Library, Kokuritsu Kokkai Toshokan. Foto dari wikipedia

Nah, buku anak-anak yang terdapat di perpustakaan Kokuritsu Kokkai Toshokan ini kemudian dipindahkan ke Perpustakaan Sastra Anak Internasional Kokusai Kodomo Toshokan 国際子ども図書館 yang terletak di Ueno. Konon 300.000 buku anak-anak disimpan di sini. Waktu kubuka website Perpustakaan Sastra Anak Internasional ini aku kaget membaca tentang daftar buku anak Indonesia yang disimpan di situ. Pas dibuka ternyata hanya ada 200 judul buku :D. Terus terang aku sendiri belum pernah pergi ke perpustakaan terbesar di Jepang Kokkai Toshokan, dan Perpustakaan Sastra Anak Internasional ini. Suatu hari aku ingin pergi ke sana.

Internasional Library of Children Literature, Kokusai Kodomo Toshokan. Gambar dari wikipedia

Tapi aku sudah pernah pergi ke distrik atau kota BUKU terbesar di dunia yang terdapat di Jinbocho Kanda. Satu daerah itu mempunyai  18o toko  yang masing-masing mempunyai spesialisasi masing-masing, mulai dari pamflet film sampai buku mengenai kendaraan. Aku sendiri waktu itu pergi ke toko buku ASIA BUNKO, sebuah toko yang menjual berbagai buku dan kaset mengenai Asia sejak tahun 1984. Aku lupa waktu itu aku membeli buku apa, tapi yang pasti saat itu aku melihat sebuah kamus tebal Jepang-Indonesia seharga 20.000 yen (2 juta rupiah saja). Ingin beli tapi……  tentu saja tidak jadi 😀

Sekian dulu perkenalan mengenai buku dan perpustakaan di Jepang sehubungan dengan World Book Day dan Hari Baca Anak-anak di Jepang. Sayangnya akhir-akhir ini belum ada buku picture book lagi yang menarik untuk anak-anak yang bisa aku ulas di sini. Tapi hari Sabtu dan Minggu kemarin, waktu aku bolos menulis TE, aku menyempatkan diri membaca 2 buku novel karangan Maria A. Sardjono berjudul Istana Emas dan Kleting Kuning serta dua buah novel harlequin berbahasa Inggris.

Sudah baca buku apa hari ini (akhir-akhir ini)?

 

 

Yang Tak Bisa Dihindari

23 Apr

Dalam hidup kita tentu ada yang bisa dihindari dan yang tidak bisa dihindari. Yah, seperti kematian, jika kematian alami memang tidak bisa dihindari, tapi jika kecelakaan, semestinya bisa dihindari. Kalau sudah menghindari dengan berbagai cara tapi tetap terjadi kecelakaan ya namanya apes hehehe. Banyak yang bilang nasib (cuma aku kok tidak begitu suka kata nasib, seakan manusia itu pasif jadinya)  atau karma… apalah namanya yang penting sebetulnya manusia harus tetap berusaha sebaik mungkin.

Hari Kamis malam kemarin, mungkin hari apesnya Gen, meskipun aku dan Gen tidak menanggap sebagai apes sih, biasa saja. Waktu dia mengemudikan mobil di jalan tol, ada sebutir kerikil kecil yang seenak udelnya “loncat” ke front mirror, kaca depan mobilnya.  Pletak…. dan membuat lubang kecil yang mulai meretakkan kaca. Untung posisinya bukan di ketinggian mata, masih di bagian bawah. Tapi karena bahaya, kami memutuskan untuk membawa mobil itu ke bengkel untuk diganti. Wahhh pasti mahal deh.

Hari Jumat pagi, kebetulan Gen libur (mengambil cuti) karena menjaga Kai sementara aku mengajar. Jadi berdua Kai, dia pergi ke bengkel dealer Honda, dan diberitahu untuk kembali hari Minggu. Mungkin mereka harus memesan front mirror dulu di bengkel ya. Dan diberitahu bahwa kami harus membayar 50.000 yen (5 juta Rp) untuk penggantian kaca. Hmmm karena memang harus dan perlu karena bahaya jika dibiarkan, kami menyanggupi. Bayangkan jika sedang menyetir, karena getaran mobil, retakan kaca tambah besar dan… pyarr pecah, serta serpihan kacanya masuk ke dalam….. hiiiiii…… Itu saja sudah murah, karena seharusnya biayanya 12 juta. Asuransi yang kami ikuti ternyata tidak menanggung semuanya (tergantung pilihan option kami dan waktu memilih ternyata kami memilih asuransi mengcover biaya jika melebihi 50.000 yen). Sepertinya kami harus mengganti option asuransi mobil kami nih.

Jadi memang ada hal-hal tak terduga yang bisa terjadi dalam hidup ini, yang tidak bisa dihindari. Hal buruk, maupun hal baik 😀 Dan hal baik yang tidak bisa kami hindari itu antara lain adalah ulang tahun! Kebetulan sekali waktu aku mengajar di Universitas S hari Jumat, adikku yang rumahnya hanya beda 2 stasiun dari universitas tersebut, sedang bekerja di rumah. Dia memang programmer sehingga sering juga kerja dari rumah, daripada kantornya yang di Shinjuku. Kebetulan pula hari itu adalah hari ulang tahun adik kami yang terkecil, Andy. Karena mendapat laporan bahwa dirayakan sederhana di rumah Jakarta pakai nasi kuning, aku dan Tina janjian untuk nge-teh di sebuah kedai kopi  stasiun antara tempat kerja dan rumahnya. Aku bilang, “Pokoknya hari ini aku mau makan kue tart :D”. Tapi sayang waktu kami cari kedai kopi yang ada kue tartnya tidak ada, terpaksa kami masuk kedai teh yang display kue tartnya kelihatan enak-enak. The Darjeling, nama kedai itu. Pasti tempat yang cocok dan tepat untuk pecinta teh…sayangnya aku bukan pecinta teh 🙁

Jadi deh aku yang tidak biasanya memesan teh, kali itu memesan teh susu pakai whipping cream, serta sebuah kue tart kecil ntah apa namanya, tapi isinya semacam mousse dari strawbery, dilapis bolu tipis dan diberi gelatin strawbery dan dihias atasnya. Kupikir tadinya kecut (biasanya sih semanis-manisnya strawberry kan ada rasa kecutnya). ehhh ternyata tidak loh. Yang pasti aku malas untuk mencoba membuat kue macam begini yang butuh ketrampilan  dan ketelitian 😀 (emang imelda orangnya gradak gruduk sih hehehe). Merayakan ulang tahun adikku tanpa kehadirannya, ternyata lucu juga! Well, bertambah umur juga tak bisa dihindari ya….