Pergeseran

16 Jun

Hari ini aku pergi mengajar di universitas yang cukup jauh dari rumahku. Karena sejak musim dingin kemarin kakiku sakit (meskipun berangsur pulih), aku sering “memanjakan” kakiku dengan tidak naik turun tangga. Kalaupun naik turun tangga aku usahakan untuk tidak cepat-cepat. Daripada kakiku tidak bisa dipakai selamanya kan, lebih baik mencegah.

Jadi aku sekarang sering berangkat lebih pagi dari biasanya, dan memakai lift di stasiun. Di setiap stasiun biasanya ada lift, yang diperuntukkan bagi kaum lansia, atau mereka yang sedang hamil, sakit atau membawa barang besar (seperti koper) dll. Layaknya silver seat, bangku khusus untuk yang membutuhkan.

Waktu aku sehat, aku TIDAK akan menaiki lift karena kupikir, aku masih mampu jalan. Dan kalau aku buru-buru justru akan lebih cepat jalan/naik eskalator daripada naik lift. Tapi sekarang setelah aku lebih banyak menggunakan lift, aku banyak melihat yang tidak lazim. Yaitu anak muda, remaja baik perempuan atau laki-laki sehat yang tidak terlihat hamil atau sakit kakinya menggunakan lift. Dan mereka sabar menunggu datangnya lift, dibandingkan harus jalan dan naik tangga, tentu saja sambil bermain dengan HP nya. Duh….  Bahkan aku sering melihat mereka naik lift sendirian. Hmmm kalau aku sehat, aku tidak akan naik lift sendirian. Bukan, bukan memikirkan keamanan, tapi memikirkan boros energinya. Kan untuk menjalankan lift perlu listrik 🙂

Itulah, sudah terjadi pergeseran pemikiran manusia sekarang. Yang penting dirinya enak, tidak capai, tidak mau bergerak sedikit. Tidak memikirkan dampak perbuatannya pada lingkungannya. Rasanya masyarakat sekarang mulai menjadi “sakit” deh.

Di universitas, biasanya satu kali dalam 15 kali pertemuan, aku meminjam ruang komputer di universitas, untuk “memaksa” mahasiswa mencari informasi tentang Indonesia di internet, dan menjawab pertanyaanku (dalam bahasa Indonesia).  Setiap mahasiswa biasanya mempunyai akun sendiri yang dibagikan pihak universitas, sehingga untuk bisa login memakai komputer pun harus memasukkan id dan passwordnya. Untuk email juga disediakan webmail universitas sendiri, tapi kali ini ada dua mahasiswa (dari 20 orang) yang tidak bisa mengirim email karena lupa passwordnya. Untuk ini aku bisa bantu dengan “meminjamkan” aku emailku yang lain.

Dan pagi ini aku melihat pemandangan aneh seperti ini:

aneh kan? (foto sudah minta ijin si mahasiswa)

aneh tidak? Dia duduk di depan komputer, display besar. Tapi mencari informasi JUSTRU dengan smartphonenya yang berlayar kecil. Aku tidak bisa mengerti pemandangan seperti ini. Dan kelihatannya memang kaum muda sekarang tidak biasa memakai komputer. Segal-segalanya cukup dengan smartphone. Kalau dalam kondisi di jalan sih bisa dimaklumi, ini sedang berada di depan komputer loh 😀

Aku masih merasa pentingnya punya komputer. Karena secanggih-canggihnya smartphone, tetap saja kapasitas dan kemampuannya lebih kecil dari komputer. Misalnya akan sulit dong, membaca pdf dari smartphone. Untuk membaca format A4, tentu lebih baik dari komputer, daripada dari smartphone. Meskipun kalau terpaksa aku juga kadang memakai aplikasi Word untuk smartphone. Untuk browsing di internet, kalau mendadak dan mendesak tentu saja bisa pakai smartphone, tapi kalau aku ada di rumah atau tempat yang ada komputernya aku lebih suka mencari info-info itu dengan komputerku.

Aku tahu jaman memang berubah, juga manusianya. Sah-sah saja, sepanjang kita masih bisa memilah dengan hati tentunya.

Aku Jahat Ya!?

8 Mei

Baru beberapa hari yang lalu, setelah berbelanja sayur di dekat stasiun rumahku, aku membelokkan sepedaku dari jalan kecil, masuk ke jalan yang lebih besar. Ada beberapa sepeda beriringan, termasuk sepedaku. Dan tiba-tiba dari arah berlawanan ada sepeda yang melaju kencang dikendarai seorang anak lelaki muda. Yang menyebalkan, dia tidak memegang stang tapi hanya menempelkan kedua sikunya di stang sambil bermain dengan HP nya. Ntah sms atau browsing atau apa.

Karena belanjaanku berat memang aku mengayuh pelan-pelan, sehingga masih bisa melihat dia datang dari arah berlawanan, dan bersiap untuk berhenti juga. Tapi si remaja itu berkelit ke kiriku. Aku juga heran kenapa dia ke kiri bukan ke kanan, dan aku sempat berpikir dalam hati, “Duh kamu itu naik sepeda sambil sms an. Ntar jatuh baru rasa deh.”

Dan… selang berapa detik “brakkk …” Aku tidak menoleh lagi tapi sempat mendengar sepeda jatuh. RASAIN! Sambil nyegir …. makanya kubilang apa!

Aku kemudian teringat suatu peristiwa di stasiun Shibuya. Waktu itu aku sedang turun dari kereta hendak ganti kereta di peron lain. Dan saat itu dari arah yang berlawanan ada seorang gadis tinggi berlari-lari hendak masuk kereta yang tadi aku naiki, dengan baju berumbai-rumbai dan … bersepatu hak tinggi sekali! ada 15 cm kali. Aku langsung berpikir, “Aduuuh jeng, kamu ngga takut jatuh ya?” Dan… setelah 10 langkah menjauh, “Brukk” terdengar orang jatuh…. UPS pasti sakit sekali tuh jatuh dengan sepatu hak tinggi. Masih untung kalau tidak keseleo. Untung kereta belum jalan, sehingga tidak bahaya, coba kalau kereta itu jalan… hiiii.

Kadang kalau teringat peristiwa-peristiwa seperti itu, aku merasa kenapa aku kok jahat ya? Berpikiran jelek, dan akhirnya kejadian. Meskipun ya itu resiko yang harus diambil oleh orang-orang teledor semacam mereka. Jatuh dari sepeda karena sambil sms-an atau pakai sepatu hak tinggi lalu lari. Aku jahat ya!? hehehe…..Teman-teman pernah begitu?

HB dan satchel

4 Apr

Anda tahu kedua kata bahasa Inggris di atas? Apa yang terlintas jika membaca singkatan tersebut? Pensil HB, 2B ? atau Happy Birthday? Atau Home Base (bagi orang Jepang pecinta base ball pasti akan terpikirkan soal Home Base setiap melihat singkatan HB).

Kedua kata bahasa Inggris itu baru aku ketahui dari siaran pagi di televisi Jepang. Lupa chanel berapa, tapi sebuah pojok yang mengajak orang Jepang untuk mempelajari satu kata bahasa Inggris baru setiap hari. Dan yang ingin kutulis hari ini ya mengenai si HB dan satchel.

HB yang dimaksud oleh si pembawa acara adalah, “Hurry Back” yang disingkat HB dalam pembicaraan singkat seperti dalam chatting. Pemakaiannya misalnya:

A: brb gtg (be right back got to go)>>> bentar ya gue musti pergi
B: hb (hurry back) >>> cepetan gue tungguin

Sayangnya meskipun aku sudah lama berchatting ria, baru tahu ada singkatan gini… atau akunya kuper aja kali ya? Kamu tahu?

Kata yang kedua adalah satchel. Pertanyaan awalnya sebetulnya “Ransel dalam bahasa Inggris apa?”
Perlu diketahui ransel itu bukan bahasa Inggris, dan kalau aku tanya kepada orang Jepang, mungkin dia akan merasa itu bahasa Inggris karena  biasanya tertulis dalam katakana (garaigo – bahasa dari luar negeri). Dan kalau tanya orang Indonesia, mungkin malah berpikir ransel itu bahasa Indonesia 😀 Tapi sebenernya ransel itu bahasa Belanda. Dan setahuku bahasa Inggrisnya rucksack atau backpack. Namun, si pembawa acara mengatakan bahwa ransel itu bahasa Inggrisnya satchel.

Ransel sekolahnya Riku waktu kelas satu pakai lapisan kuning untuk menyatakan bahwa murid kelas 1 SD dan baru pertama kali jalan ke sekolah sendirian. (Diperhatikan warga sekitar dan polisi )

Bukan Imelda kalo ngga puas dengan jawabannya dong… Masa gue salah sih? Jadilah aku browsing di google image apa sih itu satchel , yaaaah ternyata dari foto-fotonya saja sudah ketahuan bahwa ransel itu tidak sama dengan satchel. Lalu aku sempat bertanya pada Gen, kenapa si pembawa acara kasih tahu jawaban yang aneh begitu ya? Lalu kesimpulan Gen, mungkin karena dia mau mengajarkan sesuatu yang jarang didengar/dipakai sehingga kelihatan lebih pinter! Hmmmm …. padahal menurutku TV harus lebih cermat mengajarkan sesuatu, jangan nanti malah orang Jepang atau si penonton dibodoh-bodohi orang bule kan? Kirim komplen ngga ya? hihihihi (segitunya…. tapi terus terang aku paling malas loh komplen ngga seperti temanku yang sedang berwisata ke Lombok tuh. Mungkin karena aku sudah tua kali ya jadi energinya sudah sedikit? :D)

Diambil dari :http://intheircloset.com/proenza-schouler-ps1-large-leather-satchel Bener kan ransel dan satchel berbeda sekali 😀

 

Nasi Menjadi Bubur

21 Jan

Sedikit intermezo di pagi hari yang mendung di Tokyo, setelah kemarin turun salju. Dinginnya masih menusuk sampai ke tulang, sehingga malas untuk pergi ke luar rumah. Lebih menyenangkan tinggal dalam rumah yang hangat sambil makan yang panas-panas.

Nah kebetulan aku ada satu wadah berisi nasi kering. Ya karena di sini dingin, sering kalau lupa dibiarkan di luar, nasi cepat sekali menjadi kering. Belum lagi sisa-sisa nasi anak-anak yang tidak termakan. Biasanya nasi yang masih bersih aku kumpulkan dalam satu wadah tupperware dalam lemari es. Kebetulan pagi ini, waktu aku memeriksa lemari es, masih ada bayam, mitsuba (daun seperti kemangi di Jepang, bisa juga pakai mizuna) waluh, singkong dan jagung kaleng (kalau musim dingin tidak ada jagung segar). Jadi deh nasi keringku menjadi bubur manado (bubur tinutuan) . Bumbunya bubur tinutuan itu sebenarnya apa sih? Kalau aku paling suka yang gampang yaitu hanya garam dan…. daun kunyit. Ternyata daun kunyit itu yang menentukan bau bubur itu harum dan rasanya enak. Kalau pakai daun sereh terlalu pedas. Karena itu aku selalu ada persediaan daun kunyit dalam freezer.

from deMiyashita's Kitchen

Tapi bubur manado itu belum lengkap kalau tidak ada sambal dan ikan asin! Untuk ikan asin aku lebih suka ikan jambal roti atau ikan gabus. Padahal orang manado asli mungkin pakai ikan roa ya. So, yang suka makan bubur manado, masak sendiri aja! (Menjawab reply nya Nique di postingnya “Kerupuk Getas“.

Tongcai yang sering dipakai untuk bubur ayam. Kalau lihat kanjinya ya artinya : Sayur (Musim) Dingin

Selain bayam yang harganya melangit di musim dingin, waluh dan ubi banyak dan murah. Kecuali sawi putih yang memang banyak dipanen, semua sayur yang berdaun memang naik harganya di musim dingin. Jadi biasanya untuk mengatasi kekurangan hasil panen sayur, orang Jepang banyak memakai acar dan sayur yang dikeringkan. Aku sendiri baru tahu di sini bahwa sayur kering tongcai 冬菜yang biasa dipakai untuk bubur ayam terbuat dari  sawi putih yang diacar sampai warnanya berubah…dan asin sekali.

Sayur beruang yang kubeli di "Loker Sayur" sistem penjualan tanpa penjaga. Masukkan 100 yen, padahal harganya kurang dari seratus yen, jadi oleh si empunya ladang uang kembaliannya diselotipkan pada plastik sayur itu. Praktis!

 

 

How Low Can You Go

23 Okt

Bukan mau meniru sebuah iklan, tapi aku memang mau bertanya How low or short can you go/resist?

Bagi ibu-ibu yang pernah menjahit, misalnya mengelim atau mengesom, pasti akan mengganti benang yang panjang jika benang dipakai sudah pendek. Tapi sependek apa kamu bisa bertahan? Aku selalu ingat cerita mamaku waktu kami masih bayi, dia sering menjahit baju bayi sendiri dan membuat aplikasi-aplikasi. Karena mau berhemat (jaman dulu kan semua mahal hehehe), dia selalu pakai benang itu sampai pendeeeek sekali, kalau perlu disambung (diikat). Kalau jaman sekarang mungkin tidak betah dan membuang benang-benang sisa yang sebetulnya masih bisa dipakai.

Benang sisa yang tadi kupakai

Tadi aku memendekkan celana panjangnya Riku, dan cuma bisa “tahan” memakai benang sampai segini, tidak bisa lebih pendek lagi 😀 (Ini pelit atau hemat ya? hehehe)

Tapi bicara soal hemat, suatu waktu aku pergi ke pertemuan orang tua dan guru di sekolah Riku. Guru Riku waktu itu, Chiaki Sensei mengatakan, “Saya senang sekali anak-anak yang hemat dengan pensilnya…. tapi kalau sudah terlalu pendek masih dipakai juga, saya khawatir berpengaruh pada tulisannya”. Iya juga sih, pasti berpengaruh pada jari tangannya juga tuh. Dan katanya Riku memang ada temannya perempuan yang pakai pensil sampai sekitar 3 cm… haduh…. Langsung aku ukur pensil Riku terpendek, ternyata “cuma” 6 cm. (Perlu diketahui bahwa di SD Jepang tidak memakai pensil mekanik atau bolpen di sekolah!)

Pensil terpendek Riku

Ada teman-teman yang bisa “berhemat” sampai pendeeeek sekali? Atau rendaaaah sekali 😀 Hemat apa?

Bukit Berbunga

3 Okt

by: Uci Bing Slamet

Di bukit indah berbunga
Kau mengajak aku ke sana
Memandang alam sekitarnya
Karna senja tlah tiba
Tak lama kau petik
Bunga warna ungu
Lalu kau selipkan di rambutku

Bukit berbunga
Tempat yang indah
Di sana kita pergi datang berdua
Membagi cinta…

Bukit berbunga
Bukit yang indah
Di sana kita pergi datang berdua
Di bukit berbunga

Foto ini diikutsertakan pada kontes Lagak dan Lagu di BlogCamp.

hihihi …. aku iseng banget ya? Tapi utak-utik gini jadi pengen belajar Photoshop deh…. tapi aku emang ngga sabaran sih, ngerjain editing gini kan kudu sabar 🙂

Tempat wisata Bukit Berbunga di Saitama ini sudah pernah saya posting di : Bunga-bunga di mana-mana.

Terrrrrrrr………

22 Jun

Ter+ kata sifat adalah awalan dalam bahasa Indonesia yang menyatakan paling. Dan merupakan sifat manusia untuk mencapai “Paling” ini. Saya merasa tersanjung (ter- yang ini bukan “paling”) karena diberi kesempatan oleh sahabat saya sang penulis novel, Mbak Tuti Nonka untuk tampil di TV. TV chanel mana? Coba saja Anda saksikan sendiri di sana. Saya menulis tentang “Ichiban – Nomor Satu“. Silakan berkunjung ke sana.

Nah, persis tadi pagi Riku berkata padaku:
“Ma, kata temanku Yuki-kun, Indonesia adalah negara terbesar(terluas) di dunia loh”
“Masa sih? Bukan kok….”
Gen yang mendengar itu, langung googling dan mengatakan:
“Yang terbesar Rusia, Indonesia nomor 15…” (Wahhh 15 ya? Baru tahu, pikirnya masuk 10 besar)

Memang paling asyik mencari-cari yang ter- di dunia ini. Aku ingat dulu waktu SD punya buku catatan kecil HPU: Himpunan Pengetahuan Umum, catat dari penjelasan guru atau cari sendiri dari surat kabar. HPU seperti itu dalam bahasa Jepang disebut: Mame chishiki ( 豆知識 mame = kacang chishiki = pengetahuan….pengetahuan kecil-kecil seperti kacang tapi berguna, karena dari biji/ kacang itu bisa menjadi pohon yang besar).

Dan sambil menuliskan di TV, saya juga ketemu dua informasi yang menarik yaitu:

1. Lift terpendek di Jepang: Hanya satu tingkat dari tingkat 5 sampai 6. Terdapat di Hiratsuka, Kanagawa. Saya ambil dari sini.

2. Eskalator terpendek di dunia: Udah gitu menurun lagi, setinggi 5 anak tangga, atau 83,4 dan hanya perlu 5 detik untuk “menaikinya”. Terdapat di Kawasaki More’s Dept Store, Kanagawa. (Saya pernah naik yang serupa, mungkin sedikit lebih tinggi tapi tidak sampai 1 meter, di stasiun Shibuya)

Mencari yang ter+ di dunia ini memang menarik ya…  Semoga terhibur ya!

Yang Aneh dari Tokyo

28 Apr

Judul aslinya sih “Tokyo no koko ga hen”, yaitu suara warga atau pendatang di Tokyo mengenai Tokyo sendiri. Maksudnya, kenapa sih  kok bisa begitu, dan mungkin bisa dibayangkan mengucapkannya sambil geleng-geleng kepala dan mengeluarkan suara “ck ck ck”.

Ini adalah hasil ranking yang dibuat dari responden online, dan kupikir bisa menjadi gambaran tentang kota Tokyo.

Ranking pertama, apalagi kalau bukan, “Mahalnya sewa rumah”, well semakin dekat pusat kota, dan semakin dekat stasiun semakin mahal. Tokyo terbagi dalam 23 -ku (ku = kotamadya) yang terletak di pusat dan 26 shi yang perpanjanganya Tokyo, kemudian 5 machi dan 8 mura (desa). Tentu tinggal di “23 KU”. Dan di antara warga Tokyo sendiri ada semacam pengetahuan bahwa ketenaran masing-masing KU itu berbeda. Shinjuku- ku adalah daerah padat dan terkenal, sehingga sewa rumah di situ mahal, sehingga tidak bisa menyewa apartemen yang luas. Memang tergantung lokasinya juga. Apartemen sebesar 65m persegi bisa lebih dari 20 juta rupiah perbulan jika di daerah Shinjuku. Apalagi jika dekat stasiun.

Peta Tokyo, bagian berwarna ungu adalah KU, sedangkan sebelah kiri berwarna hijau adalah perpanjangan Tokyo terdiri dari SHI. Ada beberapa pulau yang dikategorikan shi dan mura

Sumber : http://www.metro.tokyo.jp/PROFILE/map_to.htm

Ranking ke 2 adalah Banyaknya orang. Jelas saja, persis tadi pagi tgl 27 April dilaporkan penduduk Tokyo per 1 April 2010 sudah mencapai 13.010.279 jiwa. Bertambah 25.619 dari bulan Maret. Dan…. dari jumlah penduduk itu 20 persen adalah warga berusia 65 tahun ke atas.

Yang ketiga adalah  Mahalnya ongkos parkir. Well di tempat yang padat bisa sampai 10 menit 100 yen (Rp10.000 ), tapi kalau pergi ke pinggiran Tokyo, hampir semua restoran dan toko mempunyai pelataran parkir yang besar dan gratis.

Keempat:  udaranya kotor. hmmm aku sih tidak begitu merasa, mungkin karena aku bandingkan dengan Jakarta ya hihihi.

Ranking lima adalah kereta padat penumpang…. hahaha ini memang khasnya Tokyo. Bener-bener nempel deh orang kalau naik kereta terutama di jam-jam sibuk. Dan ini pula yang menyebabkan timbulnya kata chikan (orang yang ramah alias rajin menjamah tubuh wanita hihihi)

Yang ke enam adalah  mahalnya biaya makanan dan minuman. Well, kemarin minggu aku bertemu Eka di Tsukuba. Kami makan ke restoran dan ada set menu dengan harga 1050 yen. Memang di Tokyo ada juga set menu dengan harga segitu, tapi tidak pada hari Minggu, dan malam hari. Mau makan malam hari di restoran? harus siap-siap membayar 3000-4000 yen satu orang.

Ranking 7 adalah air ledengnya tidak enak. Aku sih tidak pernah minum  air ledeng, meskipun sebenarnya air ledeng di Tokyo bisa diminum (kecuali tempat/WC umum) . seperti kebiasaan di Indonesia aku selalu masak atau membeli mineral water. Sekarang aku rajin mengambil air mineral gratis di supermarket, dengan menjadi anggota dan membayar 500 yen untuk “membeli” botol 4 liter. Selanjutnya gratis terus tuh.

Yang ke delapan : tidak mengenal tetangga sebelah. Untung aku masih kenal tetangga sebelah apartemen aku…dulu sebelum Riku lahir memang tidak pernah tahu siapa tetangga sebelahku. Itu karena aku bekerja siang, sehingga tidak ada kesempatan bertemu tetangga, dan ngobrol.

Ke sembilan : ribut meskipun malam. Yaaaa kalau pergi ke daerah Shinjuku, Roppongi, Harajuku ya jelas aja. Atau ke stasiun-stasiun. Sampai pagi malah. Tapi kalau ke daerah perumahan ya ngga lah.

Ranking 10: walaupun kereta terakhir tetap saja penuh. Justru karena kereta terakhir jadi penuh, karena tidak mau ketinggalan kereta sehingga harus menginap di taman (kalau tidak mau keluar duit) atau hotel/karaoke/bar.

Yang ke 11: pintu masuk keluar stasiun yang banyak. Terutama stasiun kereta bawah tanah. Kalau salah keluar pintu, bisa-bisa nyasar deh.

Ranking ke 12: Tetap terang meskipun malam hari. Well itu benar. Dan ini kusadari waktu mudik, loh kok jakarta gelap sekali ya? heheheh

Ke 13 adalah :  Jalannya cepat! Heheheh kalau lambat ya DITABRAK! Makanya aku suka kasihan kalau ada lansia yang keluar rumah dan mau naik kereta pas jam-jam sibuk. Orang-orang tidak berperasaan sekali deh, tabrak-tabrak mereka. Dan kadang kalau aku terpaksa berada di belakang mereka juga merasa sebal karena LELET nya. Padahal kalau aku nanti tua juga sama tuh. Tokyo bukan untuk LANSIA, terutama pagi/malam hari.

Ranking 14:  banyaknya gedung pencakar langit. well namanya Metropolitan, ya wajarlah kalau banyak skyscapernya.

Ke lima belas adalah Jarak antar stasiun yang pendek. Ini di pusat kota, kalau agak menjauh juga tidak dekat kok. Aku sendiri sekarang tinggal di tengah-tengah 3 stasiun, yang bisa dicapai dengan bus.

Ranking 16 : banyaknya orang berfashion aneh-aneh. Hahaha…. memang aneh-aneh sih. tunggu saja di musim panas, ada kok yang berani memakai celana pendek macam celana dalam pendeknya hihihi/

Ke 17 adalah  banyaknya jumlah kereta dalam satu jalur. Misalnya untuk jalur yamanote line yang memutar Tokyo, setiap 3-5 menit pasti ada kereta yang datang, sehingga tidak perlu menunggu lama.

Yang ke 18: peron stasiunnya banyak. Wahh iya, coba datang ke stasiun tokyo, Stasiun Ueno dan Shinjuku… sudah merupakan satu “kota” sendiri deh.

Ke 19. tidak perlu mobil. Well, karena kereta lebih tepat waktu, banyak dan teratur, buat apa punya mobil. Lagian sewa tempat parkir di apartemen itu mahal. setahuku di daerah Meguro sebulan bisa 40.000. Kalau Ginza? Wahhh siap-siap aja membayar 60.000 yen.

Dan yang terakhir adalah adanya gerbong kereta khusus perempuan. Seperti sudah pernah aku tulis di sini, memang karena padatnya gerbong kereta waktu jam-jam sibuk, membuat perusahaan kereta api menyediakan gerbong khusus penumpang. Biasanya di bagian ujung kereta.

Sumber ranking : http://cache001.ranking.goo.ne.jp/crnk/ranking/999/tokyo_funny_2010/p1/

Sumber berita: asahi.com

東京都は27日、4月1日現在の推計人口が初めて1300万人を超え、1301万279人となったと発表した。3月より2万5619人(0.2%) 増えていた。都は「都心部のマンション増に加え、求人が減った地方から仕事を求めて移住する人が増えたためでは」とみている。

都の人口は1967年に1100万人を超え、33年後の00年に1200万人に到達。その後は年10万人程度のペースで増加し続けた。97年以降は毎 年、転入者数が転出者数を上回っている。

地域別では、23区が882万440人、多摩地区が416万2592人、島しょ部が2万7247人。人口増は区部で目立ち、前年同月比で最多だったのは 高層マンション建設が相次いだ江東区の7470人増。次いで足立区が4840人増だった。asahi.com

From Paris with Love

27 Apr

Ya, sebuah judul film yang dibintangi John Travolta, Sabtu lalu  menjadi tema perbincangan aku dan Gen dalam kereta. Tidak biasanya Sabtu pagi Gen harus dinas luar dan harus menggunakan kereta. Dalam hujan, Gen, aku dan Kai naik bus menuju stasiun. Setelah menitipkan Kai, kami berdua naik kereta sampai Shinjuku. Canggung juga rasanya berduaan naik kereta, kapan terakhir kami berdua naik kereta ya? Mungkin sebelum Riku lahir…lebih dari 7 tahun yang lalu.

Kesempatan ini kami pakai untuk bercerita macam-macam dengan suara lirih tentunya. Tentang apartemen-apartemen yang baru dibangun, tentang tempat tujuan kunjungan di liburan golden week (29 April-5 Mei) nanti (yang sepertinya dia tetap harus bekerja–dan akhirnya aku juga ada terjemahan baru)…dan saat itu kami melihat poster filmnya John Travolta, From Paris with Love di dalam kereta.

bukan ini sih poster yang kami lihat. yang ini masih pakai alfabet semua

Bukan, bukannya kami mau menonton. Selain membicarakan John Travolta yang sudah “gaek” (duh filmnya yang dulu Saturday Night Fever… waktu itu aja kita sudah SMP kan, sekarang  dia masih juga main film), terlambatnya film-film hollywood diputar di Jepang (bahkan lebih cepat Indonesia daripada Jepang untuk hal penayangan begini. sebabnya bisa dibaca di sini) , kami juga membicarakan tentang terjemahan JUDUL film.

Judul filmnya si Travolta itu dalam bahasa Jepang adalah パリより愛をこめて (Pari yori ai wo komete), dan setelah aku cari info di HP, memang benar jika diterjemahkan kembali adalah “From Paris with Love”. OK berarti terjemahan judul bahasa Jepangnya sama dengan judul aslinya. TAPI hal ini jarang terjadi! Maksudku, jika kita menonton film Hollywood atau yang aslinya bahasa Inggris di Jepang, harus siap-siap BINGUNG dengan judul bahasa Jepangnya. Karena biasanya jika diterjemahkan kembali maka tidak sama bahkan jauh dari judul aslinya. Dan …itu cukup membuat pusing kepala orang-orang asing alias gaijin di Jepang.

Yang aku tahu misalnya film “Basic Instinct” nya Sharon Stone, judulnya menjadi 「氷の微笑」(Koori no bishou – Senyum Es) 1992. Atau “Sliver” menjadi 「硝子の塔」 (Garasu no Tou – Menara Kaca 1993). Atau untuk film baru, contohnya film Disney yang di dalam bahasa Inggris hanya “UP”, diterjemahkan menjadi 「カールじいさんの空飛ぶ家」(Ka-ru jiisan no Soratobu ie — Rumah Terbang Kakek Carl  2009).

Well, memang akan kaku rasanya jika semua film berbahasa Inggris diterjemahkan secara harafiah, atau memakai tulisan katakana semua.” Blue Pasific Stories” ditulis katakana semua : ブルー・パシフィック・ストーリーズ, “Alice in Wonderland” アリス・イン・ワンダーランド, kalau pendek seperti “Avatar”  アバータ sih masih mudah membacanya, tapi kalau panjang, bisa puyeng juga (yang puyeng emang aku yang gaijin orang asing sih…orang Jepang ngga puyeng karena katakana kan tulisannya mereka juga). Tapi pusing juga kalau harus mengira-ngira judul dengan tulisan kanji itu judul aslinya apaan. Sering aku pikir, kenapa sih tidak “begitu saja” tulis judul dalam bahasa Inggris dengan alfabet? Supaya orang Jepang terbiasa baca alfabet nih! Katanya mau globalization…jangan nanggung hehehe.

Aku jadi berpikir, orang Indonesia ternyata tidak mempunyai masalah dengan penerjemahan film seperti di Jepang ya? Ah, aku juga sudah lama sekali tidak menonton di Jakarta, jadi tidak tahu kondisi film asing sekarang. Apakah juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dan apakah memakai subscript atau dubbing? Yang pasti kita tidak harus pusing menerjemahkan judul.

foto jadulku yang aku kasih judul: from rusia with love..tuh kan narsis, bilang aja mau mejeng foto hahaha