Meniti Kenangan #3 Pisa Cafe

9 Agu

Kamis malam ini (7 Agustus) aku pergi ke Pisa Cafe, Mahakam dengan Ira. Begitu aku mendarat di Jakarta, Ira adalah satu-satunya orang yang langsung kukabari kedatanganku. Karena aku pernah dimarahi waktu datang ke Jakarta dan memberitahu dia tiga hari sebelum kepulangan ke Jepang. Waktu itu aku beralasan, “Ra, aku kan tahu kamu sibuk….”. Lalu dia jawab,”Ehhh sama temen tuh ngga ada kata sibuk…awas loh lain kali ke Jakarta lagi harus kasih tahu. ” Ahhh baik sekali temanku ini. Biarpun dia sudah terkenal, tetap bersahaja, sama seperti suaminya. Tahun sebelumnya juga aku terpaksa membatalkan janji makan malam dengan mereka karena Riku demam, beberapa hari sebelum kembali ke Jakarta.

Di Pisa Cafe itu ternyata tiap malam ada pertunjukan music livenya, dan hari ini Kamis, yang main adalah Beda Band membawakan lagu-lagu eighties. Hmmm suaranya bagus, ambiencenya bagus, lagu-lagu yang direkues juga bagus-bagus.
—together forever —Just once — Have I told you lately that I love you– careless whisper– against all odds–hotel california–Overjoyed….. and seperate life (Phil Collins)…

You have no right to ask me how I feel 

You have no right to speak to me so kind 

We can't go on just holding on to time 

Now that we're living separate lives

lagunya sih enak tapi sedih amat…. Untung aku pergi dengan Ira, bisa sambil ngobrol, dan menikmati pizza dan ice cream yang enak. Kalau misal sendiri bisa nangis deh…(mana ada sih cewe ke Cafe sendirian mel?) Tapi kata Ira kelompok Band yang main Rabu, Romantic Four juga bagus. Sayangnya Rabu depan dia ada acara jadi tidak bisa menemani. So, aku akan pergi sendiri…hihihi kok dibela-belain banget sih? Seandainya ngga ada yang perlu dipikirin (anak-anak dan jam malam) mungkin cuek aja juga pergi sendiri. Nangis… nangis deh sana. Sometimes we need to let the feelings flow…..

Ngomong-ngomong soal nangis, tadi sore aku pergi ke Carrefour untuk mulai nyicil belanja barang-barang yang mau dibawa pulang. Kopi, bumbu-bumbu, Nutrisari (ngga ada sih di sana) dll. Sebetulnya begitu masuk carrefour permata hijau itu, aku langsung pusing dan mual. Ntah karena emosi atau karena warna. Warna barang-barang, kemudian terletak di lantai basement, membuat aku teringat kembali phobiaku. Dan aku harus menahan airmata yang ingin keluar tiba-tiba. Akhir-akhir ini penyakit ini mulai menghantuiku lagi. Psikis memang. Setiap menaruh barang ke kereta dorong, aku teringat bahwa aku harus kembali ke kenyataan, back to normal life dan yang sebenarnya melelahkan. (Hey, Wonder Woman juga bisa capek kan? and I have right to feel exhausted also)

Tapi ada satu hasil “panenan” belanja kali ini, yaitu aku bisa menemukan kopi yang “pas” buat aku. Dan ternyata si adikku Lala juga suka hehehe (aku ngga sadar bahwa kopi merek ini yang suka dia tulis di blognya). Biasanya aku tidak suka coffe campuran yang dijual di Indonesia. Terlalu manis, atau terlalu banyak creamnya. Biasanya aku campur 1 sachet kopi mix berbagai merek dengan kopi instant 1 sendok teh sehingga pahitnya kopi akan menutupi manisnya. Tapi untuk yang satu ini, aku bisa minum begitu saja (airnya dikurangi tapi). Hmmm karena aku cuma beli 1 kotak, dan langsung habis…kayaknya musti beli lagi deh kalau mau bawa ke Jepang.

Ada lagi ngga tempat-tempat Cafe yang tidak ramai, ada music live tapi jangan disco-discoan, makanan enak dan suasananya enak…. Maunya sih nonton Katon yang akan ngadain show tanggal 21 nanti, tapi aku sudah di Jepang tuh…. Dulu aku sering ke Fashion Cafe karena sepupu saya, Arbian sering nyanyi di sana. Tapi dia sekarang katanya sih di Surabaya….jadi ngga bisa dengar dia nyanyi deh…. (hmm telpon dia dulu ahhh)

Thank you Ira for a great evening. Padahal keesokan harinya Ira harus pergi ke Yogyakarta untuk 3 hari…. Kita dulu di SMA tidak begitu dekat ya…tapi aku senang sekarang kita bisa ngobrol santai, bicara masa lalu dan masa sekarang even for once a year. Dan siapa tahu tahun ini bisa ketemu di Jepang ya…..

Personality

7 Agu

Duluuu banget pernah liat di blognya mas trainer tentang test personality. Waktu itu mau coba tapi tidak ada waktu yang cukup. So kemarin iseng-iseng kerjain testnya dan ternyata hasilnya seperti ini:

Click to view my Personality Profile page

ternyata saya itu begitu ya? Musical yang tidak bisa main instrument dan baca not balok….

Ok what should I do next? Plan for 5 years ahead?

1. Besarin anak-anak

2. Jadi ibu RT yang baik

3. Jadi ibu Dosen yang baik (sambil belajar dari Mas Trainer)

4. Jadi webmaster yang baik (Sambil minta bantuan Marten)

5. Jadi editor yang baik (sambil ngelirik MY)

6. Jadi penulis yang baik (sambil ngelirik Bang Hery)

7. Jadi Wonder Woman dengan pakaian yang pantas dipake (diet…diet… sambil kedipin mata ke Lala)…. dan siapin rok mini (or baju minim) untuk hadir di kawinannya my sister di sby hehehe.

8. Launching proyek besar dengan dana kecil tapi konsentrasi besar…. yang sudah tertunda hampir 7 tahun …. apa tuh ya?

hmmmm apa lagi ya?

Pujian kepada wanita

7 Agu

Kebetulan ada sebuah survey di Jepang yang membuat ranking yang mungkin bisa menjadi masukan bagi para pria yang sedang mencari pendamping. Ceritanya kalau mau merayu, perlu juga mengetahui, wanita itu sebetulnya senang dipuji apanya. Jangan sampai salah muji dan akibatnya malah dibenci. Dan ternyata wanita Jepang paling suka dipuji dalam hal:

1. Pintar memasak
2. Kulitnya halus
3. cepat tanggap
4. bersihan
5. wajahnya manis kalau tersenyum
6. tulisannya (huruf) bagus
7. kelihatan muda
8. rambutnya bagus
9. gayanya chic
10. Baik
11. Tutur bahasa yang halus
12. jujur
13.pandai beberes
14. postur tubuh yang indah
15 sense of fashion
16. pintar
17. tangannya halus
18. pendengar ulung
19. gerak tubuh gemulai
20. bisa bekerja
21. berbau harum
22. pandai berbicara
23. tata cara (manner) waktu bersantap
24.  cara menuang teh/kopi
25. pandai berhemat
26. matanya bagus
27. pandai belanja (yang murah gitu)
28. suaranya merdu
29. kosmetik
30. transparan

Hmmm saya rasa wanita Indonesia juga sama ya, senang kalau dipuji, “Wah kamu masakannya enak”. Birapun masakannya mungkin biasa-biasa saja, tapi dnegan dipuji akan berusaha memasak yang lebih enak lagi”. Di ranking kedua senang jika dipuji, “Kulitnya halus” atau “kelihatan muda”, “Rambutnya bagus”, segala yang kasat mata namun harus hati-hati jangan mengatakan “Pintar bermake-up ya”, karena seakan-akan secara tidak langsung berkata “tanpa make up kamu jelek” hehehe.

Memang setiap orang akan berbeda, misalnya sudah pasti dia tidak bisa masak, lalu dikatakan “Masakannya enak ya”….marah lah ya…. Nah, untuk yang pria-pria silakan coba untuk memuji wanita yang disukai dengan berpatokan pada daftar tadi…. Tapi kalau saya pribadi terus terang akan lebih suka jika dipuji dengan nomor 16 daripada yang lainnya. (hayoooo siapa yang mau muji saya???)

Have a good day….

Hana = hidung

7 Agu

Mulai deh posting isengnya. Gara-gara baca di display widget laptop aku bahwa hari ini adalah Hari Hidung. Kalau mengucapkan bahasa Jepang “hana” saja memang tidak bisa langsung mengerti apakah yang dimaksud itu Hana yang berarti Hidung atau Hana yang berarti bunga. Tapi yang jadi peringatan hari ini adalah yang Hidung, karena hari ini tanggal 7 Agustus (8-7 dibaca HAchi –NAna) dan ditetapkan oleh Asosiasi Dokter THT Jepang.

Ada hidung mancung, ada hidung pesek, hidung bangir. Apapun bentuk hidung Anda, kita memang mesti bersyukur bahwa kita masih bisa mempunyai hidung, indra penciuman yang memungkinkan kita membaui sesuatu. Membaui makanan yang enak, parfum yang harum, atau bahkan bau tanah basah karena hujan (saya merasa ini adalah Aroma Terapi bagi saya…tanah basahnya Indonesia karena di Jepang sudah pavement semua). Coba bayangkan kalau tiba-tiba kita tidak bisa membaui sesuatu… betapa tsumaranai (membosankan)nya hidup kita. Tapi jangan sampai menjadi hidung belang ya….

asal-usul hidung belang menurut Remy Sylado : (Kompas 17 November 2001):

pada abad 17 di Batavia, seorang serdadu Pieter Cortenhoeff menjalin cinta dengan anak  GUbernur Jendral Belanda Jan Pieterzoon Coen yang bernama Saartje Specx. Rahasia cinta mereka diketahui sang GubJend, dan murkalah dia, ditangkapnya pemuda Cortenhoeff itu dan dicorengnya hidungnya dengan arang sebelum dihukum mati. Sejak itu orang yang ketahuan ‘bermain’ dengan wanita lain dicoreng dengan arang mukanya. Sekarang hidung belang dipakai sebagai sebutan laki-laki “playboy”. Satu lagi kata yang sering dipakai yaitu mata keranjang, yang artinya setali tiga uang, alias sami mawon. Dari mata…pikirannya langsung ke ranjang (tempat tidur) saja  alias ngeres deh…hehehe.

Keterangan berbahasa Jepang bisa dibaca di webnya Bapak Sasaki:


Kala satu ditambah satu sama dengan satu

5 Agu

Pasti saya akan dimarahi ahli matematika, karena sudah pasti 1+1 =2, bukan satu. Tapi jika Anda pernah mengikuti upacara pernikahan dengan cara agama katolik, maka pasti Anda pernah mendengar “sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.”(Markus 10:7)”

Bertambah lagi pasangan suami-istri di dalam keluarga besar Mutter, karena keponakan saya, Imma menikah dengan Ryggo, hari Minggu tanggal 3 Agustus yang lalu. Sudah lama saya tidak hadir dalam upacara pernikahan dalam keluarga besar kami karena saya berdiam di negeri lain. Dan dalam kesempatan ini, saya bisa menyegarkan kembali hubungan akrab yang pernah ada dalam keluarga kami. Memang biasanya pertemuan keluarga besar secara lengkap terjadi dalam dua “peristiwa” besar, yaitu kematian dan perkawinan. Hal ini sama juga dengan masyarakat Jepang, namun bedanya, jumlah anggota keluarganya berbeda. Sehingga terasa lebih cepat kita berjumpa dengan keluarga di Indonesia daripada dengan keluarga di Jepang.

Misa pernikahan dilaksanakan di gereja St Monika, BSD. Untung saja jalan menuju BSD dari rumah tidak macet, sehingga otomatis dalam 45 menit kami bisa sampai di sana (tentu saja dengan bertanya kanan-kiri untuk kepastian letak gereja). Misa dimulai pukul 1 siang, dan terus terang…. panas. Gereja ini tidak ber-AC, sehingga setelah sepuluh menit mengikuti misa, Riku menjadi gerah dan mulai merayuku untuk diperbolehkan pergi ke luar (sabar nak, di luar lebih panas daripada dalam ruangan!). Misa selama 2 jam ini dimeriahkan dengan alunan lagu-lagu dari paduan suara yang katanya sering menjuarai festival choir. Bagus… tapi menurut saya terkadang lagu yang dinyanyikan tidak cocok untuk dinyanyikan dalam gereja. Teringat akan Oma Poel F, pemimpin paduan suara Cavido, yang boleh dikatakan “cerewet” dalam pemilihan lagu. Misalnya lagu “Tonight I celebrate my love” rasanya tidak pantas dinyanyikan dalam misa…. entahlah, mungkin saya ini oldefo. Tapi memang perlu memikirkan juga kepantasan suatu lagu, untuk dinyanyikan pada suasana yang sakral itu.

Tapi ada satu lagu pop yang saya suka, dan karena dinyanyikan pada akhir misa, saya rasa tidak menjadi masalah. Berjudul “Congratulation” (dan ternyata berkat bantuan Mas Google ku…lagu dari Cliff Richard)

Congratulations and celebrations
When I tell everyone that you’re in love With me
Congratulations and jubilations
I want the world to know I’m happy as can be.

Who could believe that I could be happy and contented
I used to think that happiness hadn’t been invented
But that was in the bad old days before I met you
When I let you walk into my heart

Congratulations…

I was afraid that maybe you thought you were above me
That I was only fooling myself to think you loved me
But then tonight you said you couldn’t live without me
That round about me you wanted to stay

Congratulations…

Tak terasa badan ingin ikut bergoyang menyanyikan lagu ini. Hey, memang upacara pernikahan itu haruslah menggembirakan. Tapi….. jangan sampai mengikuti misa tanpa makan deh. Aku sendiri baru sadar bahwa aku belum makan apa-apa sejak pagi dalam misa, karena merasa pusing. Tapi dasar anak-anak, Riku terus-terusan berkata,”Mama kapan pulang? aku lapar…” Dan celakanya aku tidak bawa apa-apa dalam tas. Repot deh membujuk dia untuk bisa sabar. Dan memang misa 2 jam lama untuk dia, yang masih anak-anak, dan yang otomatis tidak mengerti apa-apa karena semuanya bahasa Indonesia.

Tapi laparnya seketika hilang, ketika dia bertemu misan-nya (katanya tidak boleh pakai istilah sepupu untuk anak-anak dari dua saudara sepupu, hmmm bahasa Indonesia ribet juga yah) bernama Timmy. Lalu dia tanya,

” Mama aku punya banyak misan?”

“Iya dong, kan mama punya banyak sepupu. Itu kakak-kakak yang dududk di situ semua misan-nya Riku.”

“E……. Yatta…. Aku punya banyak misan…. ”

Hmmm kalau dipikir, senang ngga sih punya banyak misan, banyak saudara? Kalau di Jepang memang ‘jumlah’ saudara itu sedikit, dan jaraaaaaaang sekali bisa bertemu. Kalau di Indonesia, keluarga dekat saja setiap ada pesta keluarga minimum datang 50 orang -100 orang. Jadi saya juga terbiasa masak untuk 100 orang (hmmm dulu pertama nikah sulit sekali masak “sedikit”) . Untuk Riku, punya misan/saudara banyak menggembirakan karena bisa bermain.

Riku senang sekali waktu keluar dari gereja mendapatkan “bekal” dalam kotak yang apik. Dia bilang,

“Mama, nanti di jepang, aku mau bawa bento pake ini aja”

“Ok,nanti mama taruh di situ ya makanannya Riku.”

“Tapi aku mau minta satu lagi untuk Kai”

Opanya dengar jadi jatah Opanya dikasih ke dia…. Lucu juga dengarnya. Tapi memang kemasannya apik sih, aku juga suka lihatnya.

Karena Opa masuk angin dan Oma kecapekan dua hari berturut-turut ikut acara, jadi malamnya Aku, Riku, Novi dan Chris saja yang pergi ke resepsinya. Di situ bertemu dengan Kepala Clan Mutter, Om Lody, opanya pengantin wanita. Dari Keluarga Mutter yang sepuh tinggal Om Lody, mama, Tante Dina dan tante Reny yang di USA. Terasa banget sepinya….soalnya biasanya kalau keluarga Mutter kumpul pasti ramai oleh canda tawa, meskipun dalam upacara kematian. Tinggal generasi aku yang boleh dibilang jarang ngumpul juga yang harus menjaga kerukunan keluarga besar Mutter ini.

Yang mngejutkan aku adalah aku tidak bisa mengenali beberapa saudara yang memang sudah lebih dari 20 th pindah ke luar negeri. Sesudah acara foto-foto bersama keluarga selesai aku heran juga ada seorang pemuda bule ganteng yang dikerubuti cewe-cewe pager ayu…hmmm coba masih muda akunya, pastilah aku ikutan ngerubutin hehehe. Wah ternyata si pemuda bule itu adalah keponakan jeh…. ngga jadi lah…. hehehe.

Berhubung bapaknya sang manten wanita bekerja di Bir Bintang, tersedialah stand BIr Bintang dan Green Sands. So Mama kampai dengan Riku deh. Tentu saja Riku tidak boleh minum bir ya (kalau mama boleh karena sudah 20th ke atas….–di Jepang merokok dan minuman keras baru boleh setelah 20 th ke atas)

Entah kapan kita bisa bertemu lagi, tapi yang penting sekarang saya harus menghafal nama keponakan-keponakan dan bersiap dipanggil “Oma” huh.

Meniti kenangan #2

4 Agu

Hari Jumat tanggal 1 Agustus yang lalu akhirnya aku bisa bertemu lagi dnegan teman-teman waktu SMP. Terakhir buat acara gini th 2006. Dan katanya sih setelah itu belum ada pertemuan lagi. Berhubung ibu Lurah, si monica hamil dan melahirkan (then aku juga hehehe). Reuni terakhir yang aku hadiri di Izzi Pizza, dan th 2008 ini bertempat di Urban Kitchen Pasific Place lantai 5…dari jam 7 malam sampai beberapa orang tinggal nongkrong di Starbuck yang tutup jam 11 malam….gelaaaap banget satu lantai tuh…. Ngga mau deh ke WC sendirian kalau udah jam segini.

Ada sekitar 20 orang yang berhasil dikumpulkan (hihihi kayak barang aja), but ternyata masih banyak yang terlewatkan, alias tidak tercover SMS-an aku. Sorry untuk Shinto kalau baca blog ini, juga Paulina… karna nomor kamu hilang ngga tau kemana (PDA aku ke-reset sih). Juga ada 2 orang yang terpaksa membatalkan karena sakit (Palupi) dan Shinta Ambar karena harus ke bandung urusan Dharma Wanita (huh untung aku tidak ada harus ikut kegiatan DW gitu hihih). But Sinta masih sempet-sempetnya anterin rendang yang top markotop itu ke rumah hari Sabtunya. (Nta…kayaknya rendangnya bakal habis sebelum aku balik ke Tokyo nih)

Entah kenapa aku memang lebih senang reunian dengan teman SMP daripada SMA. Mungkin, karena SMA saya cewek semua, sehingga membosankan hihihi. Dan jumlah 3×50 orang per angkatan masih lebih memungkinkan kita mengenal wajah teman seangkatan. Tentu saja banyak kenangan selama di SMP (baca : Who am I). Dan setelah sekian tahun (hmmm dari sejak masuk SMP th 1979 -lulus 1983 ***ada perpanjangan 6 bulan nih di sini) wajah tidak berubah, tapi memang banyak yang bertambah subur….termasuk saya tentunya.

Tapi ada juga yang malah bertambah kurus, seperti Devi (bener-bener kita 25 th tidak ketemu ya Dev), Siswi (kalo siswi mah setiap aku ke Jakarta pasti aku laporan —alias berobat ke RSPP), dan Dede kuda (iya deh de,… Aku suka khawatir liat badan kamu apalagi kamu suka ngerokok gitu… makan banyakan dong jangan kasih ke kuda kamu mulu hihihi. Masih suka nge jocki ngga sih? === goblok kok tanya di sini, tanya langsung ke orangnya atuh)

Romo Ari yang pertama hadir… bahkan katanya sudah sempat menonton film dulu (aduh Romo… sempet-sempetnya, eh tapi sekalian ya keluar dari Klender). Beliau ini merayakan 10 tahun Imamat tgl 14 Agustus nanti. Selamat ya mo…., but kayaknya aku masih belum bisa deh ngaku dosa sama kamu hihihi. Romo Ari bermaksud mengadakan reuni keluarga yang pake nginep (aku tahu tuh si Romo maunya ngurusin anak2 aja kan…udah yang lain kalo ngga mau bawa spouse dan anak, Romo urus anakku saja deh. Untuk itu belajar bahasa Jepang standar ya…) So… tahun depan kita akan nginep bareng ya….  but jangan di Wisma Samadi ya Rom. ngga bisa hahahihi. Nanti saya bantu arrange dari Tokyo.

Sudah minum “Sapporo” setengah gelas… (hei, aku baru ketemu tempat yang jual Sapporo tuh di situ… 35.000 rupiah kalau di Jepang 350 yen, so so) si Fara Sasanti datang…. duh bener deh 25 tahun ngga ketemu. Dulu aku dan Santi ini satu mobil jemputan om Dharmaji rutenya mtb-dempo-singgalang-lamandau-barito… Kangen sama si Om yang kebapakan gitu (tapi supir-supirnya genit-genit, novi pernah tabok satu supir gara-gara colek aku hahaha, novi emang galak…or…akunya yang terlalu takut/diem)

Sesudah it ibu Uti datang, Siswi dan Nanik. Aku tidak sangka Nanik datang sebenernya. Sejak aku rubah tempat pertemuan dari Gd Karya ke PP sini, dia tidak kasih kabar akan datang. Soalnya Nanik ini bener-bener masih anak mami, pulang harus diantar. Untung ada yang antar dia pulang sehingga aku ngga usah antar naik taksi hehehhe.

Tapi kayaknya lain kali jangan di Urban Kitchen deh…ngga bisa ngobrol kecuali sama temen samping kamu, karena terlalu ribut BGM nya, musti teriak-teriak ngomongnya. Meskipun sistem pembayarannya praktis, kamu bayar apa yang kamu makan/minum. Ngomong-ngomong soal makanan, aku malam itu praktis tidak makan, hanya minum saja. Soalnya aku beli Sop Buntut, niatnya makan berdua Siswi… eeee asiiiiiiiiiiiin sekali. No way deh… Jadi deh isi perut aku malam itu cuma cairan + kopi Starbuck deh. Sampai di rumah jam 11:30, dianter Pak Coca-cola, mantan ketua kelas all the years, Wawam. Sayang tahun ini aku ngga sempat kumpulin gimmicks dari cola di Jepang.

buat yang mau lihat foto-foto lainnya bisa dilihat di : Multiply aku

Kalau bisa kembalikan waktu…

4 Agu

Kalau mama bisa jadi kecil lalu besar sekali lagi mama mau jadi apa? …demikian Riku bertanya padaku pagi ini.

Hmmm apa ya?

“Mama mau jadi orang kaya aja Riku, biar bisa punya pesawat pribadi, punya rumah di Jakarta dan Jepang….”

“Kalau Riku?”

“Riku mau jadi semua… orang kaya, hero, polisi, pemadam kebakaran, pokoknya SEMUA…. trus jadi orang kaya…”

“Aku ingin cepat-cepat umur 6 tahun … Kan Dharma sudah besar…Aku ingin cepat-cepat ulang tahun mau cepat-cepat umur 6 tahun…”

Dia ngga tahu, kalau dia 6 tahun berarti mulai masuk SD, dan belum tentu setiap musim panas kita bisa mudik ke Jakarta, apalagi di kelas5-6 an, karena harus prepare masuk SMP. Battle of life start on 6 y.o. Yang pusing ibunya deh hehehe.

———Apakah kamu mau me-rewind waktu yang telah lewat? Aku tidak. Aku bahagia dengan keadaanku ini. Dan waktu yang telah berlalu itulah yang membuatku begini. Meskipun ada getir, perih dan putus asa… aku tidak mau me-rewind waktuku meski untuk 1 hari atau 1 minggu saja. Biarlah semua berlalu dan menjadi tunas untuk sesuatu yang baru, dengan airmata cinta dan sinar kasih, serta bekal pengalaman. ——

Bukan Sabtu Biasa

3 Agu

Pagi-pagi aku sudah terbangun, dan membuka laptopku. Baca berita Jepang, dan buat satu posting ringan. Hari Sabtu ini bukan Sabtu Biasa. Karena Sabtu ini Tina akan kembali ke Jepang. My lovely sister ini sudah berkorban mengambil jatah cutinya untuk temani aku ke sini, dan tentu saja untuk bersama-sama merayakan ulang tahun papa. Dia worried bagaiman jika aku pulang sendirian nanti. Tidak ada yang membantu check in dsb dsb. Hei sister, aku harus bisa sendiri meskipun itu sulit. Malah aku worry sama kamu, apakah kamu bisa melewati perjalanan panjang sendiri tanpa merasa panik. Kita memang harus saling membantu ya. Sama-sama punya penyakit “jiwa” yaitu Panic Syndrome. How I hate that condition.

Mama juga belum apa-apa sudah khawatir… bagaimana aku bisa pulang sendiri. Duhhh masih lama ini (hmm and its ticking) And she said, “Tina kamu datang lagi jemput Imelda”. Huh… mending tiketnya dibeliin untuk my husband lah…or tante Mariko (eh Mariko bercanda loh… Aku tahu kamu juga worry, dan kalau kamu nekat mungkin kamu sudah beli tiket… but I’ll be ok!!)

Sabtu ini juga ada acara siraman/midodareni dari Ima, keponakan kami (duh berasa tua deh) anak dari Uud, Udiman. Dan itu siraman itu mama harus pakai kebaya. Jadi aku temani mama ke salon untuk set rambutnya. Jam 10 pagi sudah nongkrong di Kumarii. Sementara mama ditangani mbaknya, aku tanya apakah rambutku yang nanggung itu bisa ditangani juga. Soalnya ada warnanya jadi tidak bisa pake tempelan…. And tada…. si mbaknya buat modelnya berjambul gitu sih… Aku kaget juga waktu buka mata setelah memejamkan mata barang 10  menitan (dia pakai banyak sekali hairspray, and its itchy u know) Hmm jadi ingat fotonya si Audry Hepburn (Tina bilang…..jauhhh mel hahahah)

Selesai sekitar jam 11, pulang ke rumah sambil tunggu Lala dan mbak Neph. Mereka mau belanja di Melawai katanya. Tahu-tahu lala telpon, ngga jadi ke Melawai karena macet, so langsung ke rumah aja. Aku memang niat bawa Riku dan Kai hari ini. Penebus dosa aku telantarin Riku… Dia tidak mau makan kemarin malam, hanya karena tunggu aku dan mau makan dengan aku saja. Waktu aku pulang kemarin pukul 11:30 Mama langsung cerita bahwa dia tungguin aku di pagar rumah… Maafkan mama anakku.

Ootoya

So, kami berlima akhirnya sampai juga di Senayan City. Yang mengherankan Riku ingat tempat ini. Padahal baru satu kali kita ke sini, sekitar 2 tahun yang lalu, waktu aku belum hamil Kai, dan Senayan City baru dibuka, masih sepi, masih under construction sebagian. Dia ingat pernah makan es krim Baskin Robbins di sini. Hmmm Riku benar-benar seperti aku, he still remember the details. Dan aku tunjukkan dia restoran yang kita bersama Opa dan Oma dulu masuki.

Tujuan utama adalah Ootoya. Rupanya restoran Jepang itu terletak di lantai 5. So, kita naik lift yang ada. (Hmmm aku heran untuk tempat yang segini luas, kenapa liftnya hanya ada 2… dan selalu penuh. Sulit dong untuk yang bawa baby car kalau harus naik eskalator. Kayak gini ini Indonesia harus belajar. Kalau di Jepang Lift diutamakan untuk baby car dan disable person. Manusia-manusia sehat harus memberikan prioritas pada bayi dan orang tua… dimana saja).

(La…. I am not Wonder Woman kok… I am a woman wondering something maybe)

Makanan di Ootoya itu enak. Sama lah dengan Jepang. Harganya juga sama dengan Jepang, so mahal untuk ukuran Indonesia (eh ngga tau deh mahal atau ngga hehehe kan standar orang beda-beda). Tapi aku rela kok keluarin duit kalau makanannya enak. Sayang mereka tidak punya sushi/sashimi, dan belum ada soba dinginnya. Baru ada Udon saja. Pesen makanannya ngga tanggung-tanggung (as usual) sempet khawatir juga kalau tidak habis, but habis loh saudara-saudara. Riku banyak makan juga. Yappari Menrui ga suki dane. Kai juga makan nasi tororo/jako. Dan si Lala juga menikmati nasi Jepang (la, bener loh, kalo kamu di Jepang, kudu hati-hati dengan your appetite begitu). Mungkin Lala juga heran kali ya kok aku jarang makan tapi bisa segede gini heheheh. Otomatis kemarin aku ngga makan nasi. Ngga nafsu makan juga.

Anyway, kita meninggalkan Ootoya dengan piring yang bersih (hampir licin deh) dan menuju ke lantai 1, karena Riku mau main. Nah… dalam lift itu aku bertemu seorang bapak yang familiar, yang sedang mengetik PDA nya. Hmmm I’ve met him somewhere. Karena dia liatin Kai, saya tegur dia,

“Pak…. masih ingat saya?”

Dia liat ke mukaku, dan aku tahu dia tidak ingat. Ya jelas saja dong…. aku kan bersanggul hahhaah.

“Bapak dulu di KBRI kan… saya Imelda”

“Astaga… loh kamu sudah di sini?””Ini anak kamu””Masih di Radio?” bla bla bla. Akhirnya sempat bercakap-cakap.

But sesungguhnya sampai aku tegur dia, aku lupa namanya. Pak Sakidin? maybe. Yang pasti bapak mantan Atase Penerangan karena beliau pernah minta aku jadi MC untuk suatu acara. Duh gitu deh sekarang, I forgot the names. Too many people I’ve met.

Riku bermain sebentar di lantai 1 itu. Tadinya aku mau ajak kembali ke lantai 4 or 5 untuk main game, but… liftnya penuh terus jadi kita ngga bisa masuk lift. Akhirnya akirameru dan pulang. Senin or Selasa aku ajak kamu ke Kidzania kiddo. Just the two of us. It will be a date.

Sambil pindahin foto-foto dan ngobrol-ngobrol di rumah, menunggu waktu Tina harus diantar ke Cengkareng. Aku dan anak2 tinggal, karena Novi sekeluarga, opa, oma semua akan mengantar Tina. (Dan semua tumplek dalam satu kijang….) Kira-kira jam 7 malam, sesudah berdoa bersama Tina leave for Tokyo. Terima kasih banyak sis, untuk kehadiran kamu selama 2 minggu ini.

And jam 8 malam, aku harus melepas lagi kepergian my new sister, Lala. Dia akan pulang kembali ke Sby besok pagi. It was too short …our time together… Tapi begitu dipenuhi oleh emosi yang sulit dimengerti. Enggan melepaskan pelukan itu…but… as you said… Life goes on. Next year? I don’t know… I’ll try. Sarainen?  Or maybe this christmas? Nobody knows. Yang pasti, kita punya kehidupan yang harus dijalani. Time will tell…

Time will heal…

Que sera sera.

Yang pasti, setelah semua sepi. Aku masuk kamar karena Kai menangis. Biar aku gendong, biar aku bujuk, biar aku kasih susu, dia menangis terus. Seakan dia tahu bahwa Tantenya Titin tidak ada. And … Aku jadi menangis juga… sambil memandang tempat tidur di sebelahku. Dan Riku berkata,

“Mama jangan nangis…masih ada Riku”…

“IYa sayang…mama tahu.”

dan Riku juga menangis…. Jadi deh bertiga ibu-anak berpelukan dan menangis tersedu-sedu. Sambil dalam pikiranku, aku membayangkan tgl 18 nanti… duh apa kuat ya aku? Lalu aku tanya,

“Kenapa Riku nangis?”

“Kangen tante Titin… kangen semua yang di Jepang”

“Papa? Tante Mariko? A-chan? Ta-chan?”…

“Iya semua….”

HOMESICK.

Ok, kita telepon papa yuukk. Lalu aku biarkan dia bicara dengan papanya. Bercerita tentang satu hari kegiatan dia. Dia sempat berenang dengan Opa pagi-pagi sementara aku ke Salon.

Riku tertidur jam  9 malam, tapi Kai baru tidur jam 11:30 malam…. Padahal aku juga sudah capek dan ngantuk. Tapi setelah Kai tertidur, aku ngga bisa tidur. Sambil dengar The Lighthouse Family…. sambil chatting dengan Lala…sambil edit foto-foto…Sampai Lala memutuskan percakapan di YM, aku masih tidak bisa tidur…. Too much for today. But aku paksa tidur ketika jam di komputerku menunjuk waktu 4:30 (2:30 WIB) Sabtu ini memang bukan Sabtu BIASA.