Apa yang kamu lakukan bila patah hati?

30 Agu

Kemarin pas browsing dan masuk ke SNS bahasa Jepang yang aku ikuti, ada sebuah artikel yang masuk ke mata yaitu survey mengenai “Apa yang kamu lakukan bila patah hati”? Hmmm ingin tahu juga, apa sih yang orang Jepang lakukan jika broken heart? Hasilnya sbb:

  1. Nangis sekencang-kencangnya
  2. Minum alkohol
  3. pasang lagu yang gembira
  4. Curhat pada teman
  5. Melakukan hobby dengan penuh konsentrasi
  6. Menghapus memori yang ada di handphone (nomor, sms, foto dsb)
  7. Potong rambut
  8. Pergi ke karaoke dengan teman
  9. Makan yang manis-masin sebanyak-banyaknya
  10. belanja baju baru
  11. Buang semua barang yang berhubungan dengan mantan
  12. melakukan perjalanan wisata sendirian
  13. pergi ke pesta-pesta utk bertemu cewe/cowo baru
  14. konsentrasi pada pelajaran atau pekerjaan
  15. drive naik mobil
  16. sama sekali tidak ngapa-ngapain
  17. mengubah interior kamar
  18. berteriak kencang2
  19. berwisata dengan teman-teman
  20. melempar barang-barang.

Nah…. nomor satu yang menangis itu yang milih kebanyakan wanita, kalau pria nomor satunya minum alkohol. Kalau saya? Meskipun jarang patah hati (seringnya matahin ….gubrakkk)  tapi kalau lagi sedih biasanya 1,3,4,20. hehehhe.

Pameran Pendidikan Jepang 2008

30 Agu

Wah saya terkejut waktu membaca bahwa tanggal 31 Agustus ini akan diadakan Pameran Pendidikan Jepang 2008. Kenapa? Karena saya tidak mendengar beritanya, atau selentingannya, atau bau-baunya sedikitpun. Apa mungkin karena saya tidak baca koran Indonesia lagi ya? Anyway saya berharap akan banyak datang pengunjung ke pameran pendidikan tersebut. Dan semoga, pengunjung tidak disambut dengan board NARUTO di pintu gerbang (entah kenapa saya muak melihat Naruto dimana-mana. hey…. Jepang bukan Naruto saja!!!) Pelajari dong di belakang Naruto nya.

Saya punya kisah tersendiri dengan Pameran Pendidikan Jepang ini. Di tahun 1992, juga diadakan Pameran Pendidikan Jepang tapi bukan di tempat bergengsi seperti sekarang. Tempatnya di Universitas Dharma Persada yang di samping Komdak itu (dulunya). Universitas yang kecil, ruangan kelas kecil, pamerannya dihadiri paling oleh 20-an universitas Jepang. Berpanas-panas karena tidak ada AC waktu itu. Diselenggarakan selama 2 hari kalau tidak salah. Dan pengunjungnya sedikit (bisa bayangkan mungkin class meeting sekolah lebih banyak pengunjungnya), mungkin juga karena pamor Jepang di tahun itu belum semarak sekarang ini.

Tapi Pameran Pendidikan Jepang 1992 itu (mustinya sih sekitar Februari 1992) yang mengubah jalan hidup saya menjadi seperti sekarang ini. Dengan membawa beberapa berkas seperti transkip nilai, sertifikat ujian bahasa Jepang dll dalam sebuah map, saya datangi pameran itu. Sebelum pameran memang saya sudah mengadakan korespondensi dengan seorang dosen di Tokyo (Rikkyo Univ) tapi karena universitas swasta mahal, saya pikir saya bisa cari universitas lain yang lebih murah dan mempunyai bidang yang ingin saya perdalam.

Adalah papa yang menggerakkan saya untuk mengumpulkan informasi mengenai melanjutkkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena pada tahun 1989-1990, Papa dipindahtugaskan ke London, untuk menjadi kepala perwakilan Pertamina wilayah Eropa yang berpusat di sana. Dan waktu itu saya sedang mencari tema skripsi, sehingga waktu berkunjung ke sana, saya sempatkan datang ke University of London, tepatnya ke SOAS (School of Oriental and African Studies) dan ke toko bukunya dan menemukan buku yang bisa menjadi sumber pustaka utama penulisan skripsi saya. Karangan R.P. Dore “Education in Tokugawa Japan” (masih ada tuh harganya 32 pound…. mahal euy). Dan ternyata setelah saya mencari informasi, juga papa mencari informasi ke teman-temannya di London… diketahui bahwa SOAS adalah sekolah yang terkenal jika Anda mau mempelajari Asia dan Africa. Mungkin aneh ya kok mau mendalami Jepang tapi di negara lain. In some cases, bahkan lebih baik mendalami pengetahuan ttg suatu negara bukan di negaranya. Contohnya saja, jika Anda mau mendalami sejarah kebudayaan Jawa, belajarlah ke Leiden University, karena sumber dokumen mereka mungkin jauh lebih banyak daripada di Jawa nya sendiri (Dan ada memang teman saya dari sastra Jawa yang ambil master di Leiden). Juga saya pernah disarankan oleh Prof Kurasawa untuk mengambil PhD di Cornell Universiy….. she said go internasional… selain dari kenyataan bahwa mengambil PhD untuk bidang humaniora di Jepang itu amat sangat sulit.

Jadi papa menganjurkan saya supaya cepat menulis skripsi, dan mendaftar saja ke SOAS, mempersiapkan diri untuk TOEFL dsb. Dan dengan tinggal bersama keluarga di London tentu akan lebih murah daripada saya pergi sendiri ke Jepang. But rencana memang tinggal rencana karena tidak lama kemudian Papa harus kembali ke Indonesia sebelum waktu tugasnya selesai, bukan karena tidak becus menjalankan tugasnya di London, tapi karena dia dipanggil oleh Bapak Emil Salim untuk menjadi wakilnya di Bapedal, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan yang akan dibentuk. Dalam segi promosi, memang papa langsung menjadi eselon satu, dan sebagai orang dari Pertamina yang dipinjamkan istilahnya, pengangkatan ini juga merupakan suatu blessing in disguise karena dalam 2 tahun lagi papa harus pensiun. Padahal dengan pengangkatan ini, seakan menjadi perpanjangan pensiun. Papa selalu berkata, “Bersyukurlah atas apa yang ada” (karena itu saya setuju ungkapan Pak Oemar “seize the day”)

So, dengan kepulangan papa ke Jakarta, mimpi saya untuk tinggal di London, menimba ilmu di kampus terkenal University of London, menikmati dinginnya dan muramnya London di taman-taman kecil yang ada di sekitar rumah, membayangkan kehidupan Sherlock Holmes, Shakespeare, or Agatha Christie, menikmati british garden dengan tea time nya, menyusuri Hyde Park dan sesekali berbaring di atas rerumputan yang menghampar di sana ditemani squirel yang berlarian ke sana kemari, sambil menunggu disapa polisi London dengan seragamnya yang kakko ii (keren) itu… hmmm I love London. Meskipun it is indeed the most expensive city in the world.

But Papa bilang, cari saja univesitas di Jepang kalau kamu mau melanjutkan ke S2nya. Padahal kalau dipikir-pikir, waktu itu aku sebetulnya tidak begitu ngotot untuk pergi ambil master. Aku bisa kok langsung bekerja, dan Asmara Mariko san, my best friend di UI sudah menyambut saya untuk bekerja bersama-sama di bussiness centre nya (dan saya enjoy bekerja selama 3 bulan di sana). Sambil saya mengajar privat bahasa Indonesia kepada orang Jepang expatriate yang bekerja di Indonesia. Kalau bukan karena papa yang menyuruh mencari informasi itu, dan mendorong saya untuk sekolah terus, mungkin saya juga tidak akan melangkahkan kaki ke Pameran Pendidikan Jepang 1992 itu.

Hhhhh, ngalor-ngidul ke sana kemari dan akhirnya sampai ke topik masalah. Gomennasai…..

Memasuki kelas tempat diadakan pameran pendidikan, berderet bangku yang bertuliskan nama Universitas yang ada di Jepang. Waktu itu tentu saja hadir perwakilan dari Tokyo University, Yokohama University, Chiba University, universitas negeri di daerah-daerah Jepang, dan beberapa universitas swasta. Dosen/perwakilan tiap universitas tidak semuanya didampingi penerjemah. Kelihatannya satu penerjemah dipakai untuk beberapa universitas. Jadi kalau perlu baru memanggil dia. Sejak awal saya sudah mencoret Tokyo University dari daftar saya. Why? Imelda ngga mau masuk the best university in Japan? Yes, aku tidak mau. Aneh kan? Yup aneh… karena saya tidak mau menjadi nerd, kutu buku…. itu saja alasannya heheheh. And  I want to be number one, dan saya tahu kemampuan saya, saya tidka akan bisa bersaing di sana. Saya akan mati-matian untuk suatu goal yang belum tentu ada. Program Master hanya 2 tahun. Saya tidka mau menjadikan 2 tahun itu penuh penderitaan. I want to enjoy life also.

So saya hampiri booth Yokohama National University. Seakan Tuhan membimbing saya ke situ. Karena sebelumnya saya datangi booth sekolah bahasa Jepang dan ditolak (“Anda sudah bisa berbahasa Jepang, kenapa mau belajar lagi dengan kami…. pelajarilah yang lain…” “Hai, wakarimashita!”, dan disarankan ke YNU itu. ) Dua orang lelaki setengah baya menyambut saya, dan dengan memakai bahasa Jepang saya memperkenalkan diri, dan mengatakan bahwa saya ingin melanjutkan pendidikan di bidang sejarah pendidikan sesuai tema skripsi saya Terakoya, dan atau bahasa Jepang. Watanabe sensei dari kantor administrasinya dan Sato sensei, professor bahasa dan sejarah Jerman itu melayani saya dan langsung Sato sensei berkata, “Kami tidak ada program studi sejarah, tapi kami terkenal dengan fakultas pendidikannya. (dan memang benar YNU terkenal dengan Fakultas pendidikannya). tinggal sekarang kamu mau meneliti dari sejarahnya atau pendidikannya.”  Ok terus terang saya tidka mau dari sejarahnya. Saya tidak mau jadi ahli sejarah, but untuk pendidikan saya juga tidak ada latar belakang yang kuat. Tapi pendidikan itu amat berguna di kemudian hari. So saya putuskan untuk mulai dari bawah belajar pendidikan sambil meneliti sejarah pendidikan Jepang. Sato sensei langsung mencari dosen mana yang kira-kira bisa menjadi dosen pembimbing saya jika saya belajar ke sana. (FYI, belajar di jepang = belajar pada seorang dosen, jadi harus mencari dosennya dulu yang kira-kira bisa dan mau menerima kita+ usulan penelitian kita…. dna mencari dosen pembimbing itu yang sulit). Dan dengan seenak perut (maaf ya sensei) dia bilang…. yah kita suruh si S.M.  ini membimbing Imelda. Dia kan thesisnya tentang sejarah pendidikan Manchuria, dan dia punya mata kuliah sejarah pendidikan Jepang… dia yang paling cocok untuk Imelda.

OK Imelda, saya pikir bahasa Jepang kamu sudah cukup, dan saya bisa kenalkan  kamu dengan si SM ini, Kapan kamu bisa datang? Untuk masuk program Master kamu harus jadi mahasiswa pendengar/peneliti (Kenkyuusei) dulu minimal 6 bulan (biasanya 1 tahun).  Untuk menjadi mahasiswa di April 1992 ini tidak bisa karena pendaftarannya baru saja ditutup. Tapi kami minta fotocopy berkas untuk kami bawa supaya bisa dipersiapkan kamu masuk bulan September 1992.

Oi..oi..oi… saya harus bicarakan dulu dnegan papa. Berapa biaya segala…. Saya tidak bisa putuskan saya mendaftar ke YNU saat ini juga. “OK… kan pameran masih ada sampai besok, bicarakan dulu kalau memang berminat, bawa saja berkasnya besok ke sini lagi”……… aku terdiam…. begini cepatkah prosesnya? sambil aku lihat disekelilingku, booth universitas lain yang kurang pengunjung, sementara booth Tokyo University yang dipenuhi mahasiswa… tapi muka dosen yang menyambutnya amat sangat tidak ramah. Muka-muka dosen lainnya yang terlihat bosan dan kepanasan, dan seakan terus menerus melihat jam … kapan berakhirnya sih pameran ini. Saya pulang ke rumah masih dalam keadaan “bengong”. Dan menceritakan hasil pameran kepada papa, dan keputusannya…. daftarkan saja, siapkan berkas untuk diberikan besok. Tapi kata papa, kamu pergi shitami (survey) bulan April-Mei selama 3 bulan dengan visa turis, untuk lihat-lihat Tokyo dan cari informasi, dan kalau perlu belajar bahasa Jepang lagi. Nanti saya minta info dari Hatakeyama san (teman papa).

So…. dengan kilat, saya serahkan berkas keesokan harinya, sambil persiapkan survey bulan Aprilnya, dan bulan Septembernya saya sudah di Jepang memulai hidup yang baru. Speedy…. what a preparation.

Jadi bagi saya Pameran Pendidikan Jepang ini sangat berarti, karena dia yang membuka jalan ku menuju masa depan. Karena itu waktu tahun 2004 almamaterku Yokohama National University bermaksud untukmengikuti pameran pendidikan Jepang di Jakarta, saya menawarkan diri untuk menjadi penerjemahnya dan mengatur liburan saya ke jakarta  bertepatan dengan waktu pelaksanaan Pameran tersebut.

Di Tahun 2004 itu juga didorong oleh keinginan pihak universitas untuk membuat network bagi alumni YNU, saya mengumpulkan alumni YNU dan mengadakan reuni yang pertama serta memikirkan apa dan bagaimana kita bisa membantu almamater kita dalam melaksanakan kegiatan2 terutama karena mulai tahun 2005, universitas negeri di seluruh Jepang di swastanisasi. Jadi mereka harus “menghidupi” diri sendiri dan tidka mendapatkan tunjangan dari pemerintah. Jadi pihak Universitas juga yang harus mempromosikan diri dan mencari calon mahasiswa sebanyak-banyaknya termasuk dari luar negeri.

Jadi di malam pertama sesudah pameran, hanya ada 7 orang yang berhasil berkumpul. Namun ini menjadi awal reuni ke dua, setahun sesudahnya (8 maret 2005) yang dihadiri 20 an orang dan terakhir tahun berapa ya (soalnya kalau bukan saya yang nanya2 atau pas datang ke jkt, pada ngga ngumpul sih…)

Semoga saja ikatan alumni YNU ini bisa terus exist dan bisa membantu almamater kita, tempat kita menimba ilmu di negeri matahari terbit.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Berikut undangan dari Japan Foundation untuk Pameran Pendidikan Jepang 2008:

APAKAH ingin coba membuat Origami (melipat kertas khas Jepang), menulis
Shuji (menulis indah huruf Jepang), bermain Igo atau ingin tanya tentang
program-program The Japan Foundation, Jakarta ?

Tidak usah susah-susah…

DATANG saja ke booth THE JAPAN FOUNDATION, Jakarta
di “Pameran Pendidikan Jepang” oleh JASSO yang diselenggarakan pada,
Hari/Tanggal : Minggu, 31 AGUSTUS 2008
Jam : 11.00 s.d 17.00 wib
di : Jakarta Convention Center (JCC)
Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
**** Pengunjung tidak perlu tanda masuk dan tidak dipungut biaya.

Welcome Back Home

29 Agu

Setelah hujan dan kilat menyambar, serta guruh yang menggelegar semalaman. Setelah berita banjir dan peringatan tanah longsor di beberapa tempat, termasuk di Ibaragi ken, tempat Riku menginap. Setelah papanya Riku khawatir semalaman membaca perintah waspada untuk daerah Ibaragi. Setelah aku bilang, “Kalau ada apa-apa pasti kita dihubungi”…. Setelah kekhawatiran akan cuaca dan keadaan Riku yang sedang pergi itu memuncak, akhirnya tadi jam 2:40 siang bus yang mereka tumpangi berhenti di tempat untuk menurunkan anak-anak.

SEtelah mengucapkan salam kepada gurunya, mereka mencari orang tua masing-masing. Riku tidak lihat aku sudah ada di situ, dan dia cari-cari. Tapi begitu ketemu dia tidak langsung berhambur ke arahku tuh hehehhe. Dia cuma bilang “Mama aitakatta yo (Mama aku kangen loh)”. Karena hujan jadi rencana mereka yang mau hiking diganti dengan berkunjung ke museum dan langsung ke hotel, dan pagi hari ini mereka pakai dengan bermain game di dalam hotel. Sayang sekali cuaca tidak mendukung.

Sesuai janji aku, setelah bubar aku ajak dia pergi ke Baskin Robins untuk makan es krim. Rupanya di Baskin sampai dnegan tanggal 31 Agustus besok ada kampanye “Snowman-ice”. Dengan harga 390 yen bisa beli eskrim ukuran king dan gratis 1 ukuran small.  Di baskin yang tadinya kosong, langsung penuh dengan anak-anak TK nya Riku.. Rupanya banyak ibu yang berpikiran seperti saya hehehe.

(uhhh Kai belepotan es krim ————— Karya Kai ..mengeluarkan tissue dari kotaknya)

Sesampai di rumah baru Riku nangis dan bilang…Mama aku bener-bener kangen mama loh. (Tapi kamu senang bisa bermain kemarin kan? sedikit….) Anyway welcome home little mister!!

Please have fun son!

28 Agu

Pagi jam 8:33 aku antar Riku dengan mobil ke tempat berkumpul dekat TK nya. Sebelumnya aku sempat telepon Miki san, tetangga mansion aku  yang anaknya juga akan ikut meskpiun tidak sekelas (satu bis). Karena pagi waktu bangun turun hujan, aku pikir aku antar dengan mobil saja. Dan kemarin juga sudah janjian kalau hujan kita berangkat sama-sama naik mobil. Ternyata Miki san akan pergi naik sepeda, karena Kento-kun kakaknya Kaede-chan akan ikut antar. Apa pasal? Ternyata Kaede chan juga sama seperti Riku, tidak mau pergi, dan nangis terus. Hmmmm

Sesampai di lap parkir TK nya, aku lihat masih banyak ibu-ibu yang santai, padahal sudah waktunya untuk berkumpul di taman, menurut bus nya masing-masing, Huh ternyata ibu-ibu Jepang juga tidak tepat waktu…(Aku sampai jam 8:41, jadwal ngumpul 8:40…. itu saja aku sudah merasa bersalah ….). Langsung lapor kehadiran pada guru TK nya Riku dan kita harus menyerahkan angket kesehatan yang harus diisi sejak 3 hari sebelum keberangkatan. Kartu angket itu berisi suhu badan pagi hari-suhu badan malam hari, ada nafsu makan atau tidak, sembelit atau tidak, dan jam tidur malam.  Kadang-kadang aku sebal juga dengan segala detil yang harus dilakukan. Memang isian ttg laporan kesehatan ini akan menjadi reference gurunya tapi kalau yang lain, misalnya pajama harus ditaruh di satu kantong, handuk dan baju ganti satu kantong, sikat gigi dan peralatan mandi satu kantong, mendokusai… merepotkan. Belum lagi semuaaaaaaaa harus dikasih nama dan nama kelas.

Jam 8:50 kelompoknya Riku dipimpin Maiko sensei sejumlah 9 anak yang paling rapi dan cepat selesai berbaris, sehingga duluan masuk bus. Mereka berbaris dari taman masuk ke bus. Dan seharusnya ibu-ibu hanya mengantar sampai taman saja. Tapi dasar ibu-ibu dari negara manapun susah diatur deh kalau berurusan dengan anak-anak. Karena hampir semua ibu-ibu ikut jalan ke arah bus, dan mau kasih dadah dari pinggir jalan, aku akhirnya ikut dengan arus. Tadinya ngga mau, kasian Rikunya kalau dia tambah sedih. Tapi kalau aku tidak pergi dan dia lihat ibu-ibu yang lain ada, dia akan merasa bahwa dia benar-benar tidak diperhatikan olehku. Jadi deh aku ikut ke pinggir jalan, dan melambai2…padahal terus terang aku ngga tau Riku duduk di mana, dan apakah Riku lihat aku atau tidak.Dan sambil aku perhatikan bus pergi, aku berpikir, ini yang nangis anak-anak atau sebetulnya ibu-ibu ini semua sedang menangis dalam hatinya melepas kepergian putra/putri tersayang untuk pertama kali. Terus terang aku ingin menitikkan air mata di situ… “Anakku sudah mulai menjadi dewasa…dan akan tiba waktunya dia tidak memerlukan kehadiran aku lagi…”. And kalau waktu itu datang aku akan berbuat apa? My plan is…. aku akan pergi journey sendirian, kalau bisa backpack dan hunting foto. Ngga outdoor camp, karena aku ngga bisa tidur di alam terbuka, but aku akan mencari dan mendokumentasikan pertemuan-pertemuan ku dengan alam dan manusia di manapun. Kalau bisa sampai belanda asyik juga kali ya…. Aku mulai travelling ke luar negeri sejak umur 22 tahun, but never alone. bagaimana rasanya kalau pergi sendiri ya? HItoritabi. Akogareteiru.

Kaede chan sampai dengan anak-anak lain naik bus tetap menangis dan akhirnya dipaksa untuk naik. Kasihan juga dia. Ada beberapa ank yang memang menangis dan tidak mau pergi, terutama anak perempuan. Waktu Riku sudah hampir menangis aku bisikin dia “Eh Riku jangan nangis sekarang, nanti teman-teman laki-laki kan lihat malu…. dan ingat janji mama, besok mama jemput dan kita langsung pergi sama-sama ke Baskin Robbins dan makan es krim banyak..OK?”

Mukanya sih masih cemberut, tapi smeoga dia bisa menikmati perjalanan bersama teman-temannya naik bus dan karena cuaca tidak menentu ,aku juga tidak pasti apakah masih jadi pergi hiking ke gunung sesuai rencana semula, atau pergi ke Museum. Anyway please have fun my lovely son!

Aku tidak mau pergi!

27 Agu

Hari ini Riku pertama kali ke TK setelah liburan panjang di Jakarta. Seharusnya sejak hari Kamis minggu lalu. Tapi aku lupa! Aku pikir baru mulai hari Senin tgl 25. Setelah hari seninnya, baru aku liat kertas pengumumannya ternyata sudah sejak hari Kamis lalu…. Ada acara memecahh buah semangka, finger painting, berenang dan menonton film. Hanya 2 jam dari jam 9:30 sampai 11:30. Memang sih tidak wajib hadir. Tapi aku sudah mendaftar akan hadir jauh-jauh hari.

Hari ini temanya: Body painting. Jadi kemarin sudah ada telepon beranting yang mengingatkan untuk membawa CD dan handuk. Pagi jam 8 Riku sudah siap. Semangat sekali dia mau pergi karena dia tahu hari ini juga Tante Marikonya akan datang (duh udah kayak pacaran aja deh…. kemarin sudah bermain seharian —sampai aku marahin karena bongkar akuariumnya— jam 8 malam masih telepon juga ke Tantenya… dan…. main jankenpong (suit) di telepon !!! duh duh duh). Jam 9:10 Mariko san datang, dan Mereka langsung berangkat ke TK. Hari ini aku tidak usah mengantar Riku, digantikan Mariko san. Hmmm ada rasa kehilangan juga, tapi sekaligus kesempatan untuk membereskan rumah, terutama pakaian yang belum kering karena hari ini cerah sekali. Aku sampai nyuci 3 kali!.

Begitu Mariko san kembali ke rumah, aku siapkan makanan untuk Kai, dan aku naik sepeda ke arah stasiun untuk mengurus Bank dan belanja. Ternyata setelah dari Jakarta, baru hari ini aku keluar rumah sampai sini. Hmmm tidak ada perubahan yang berarti tapi…. ada satu toko sayuran yang murah, menempelkan kertas di depan tokonya, “Libur untuk waktu yang tidak ditentukan”. Ada apakah gerangan? Saya selalu curiga dengan perkataan itu, karena seakan-akan toko itu akan tutup.

Setelah dari Bank, aku sempat mampir di tempat penitipan anak “Baby Station”, untuk menanyakan tentang peluang untuk menitipkan Kai di situ. Ternyata di situ juga penuh. HMmm jelas lah, bulan september begini biasanya pasti sudah penuh. Jalan satu-satunya…. minta kesediaan Tante Mariko jadi baby sitter hehehe mumpung Kai mau sama Mariko san … Kai bilang ” mbakkkk… mau”.  (ngga juga deh… soalnya tante Mariko sudah sibuk dengan pacara barunya…aku bisa titip Kai sebagai visitor di HImawari, tempat Riku dulu). Setelah belanja sayur dan buah-buahan aku cepat-cepat pulang karena sudah jam 11… Riku harus dijemput jam 11:30.

Sebetulnya aku ada janji dengan dokternya Kai untuk check up dan vaksin MR jam 2:30. Tapi karena Kai persis tidur dan sebelumnya ada kecelakaan kecil (lantai basah kuyup akibat kai main air yang dibawa Riku) jadi aku tidak siap pergi. Kepala juga rasa mau meledak karena aku masih harus siapkan perlengkapan yang harus dibawa Riku untuk pergi menginap besok. Semua perlengkapan harus diberi nama dan dimasukkan dalam kantong plastik terpisah-pisah. Pokoknya banyak banget aturannya. Sibuk deh. Aku batalkan dokter hari ini dan ganti jadwal ke minggu depan.

Nah… yang menjadi masalah adalah… tiba-tiba Riku menangis…

“Mama besok Riku tidur sendiri? ngga sama mama?”

“Iya sama teman-teman loh, dan sama Maiko sensei. Riku kan sayang pada Maiko sensei…. besok bisa sama-sama main dan sama-sama tidur loh”.

“Riku mau sama mama terus. Sama papa sama Kai. Aku ngga mau pergi”.

“Hmm Riku besok itu menyenangkan loh. pasti Riku lupa sama mama dan papa saking senangnya bermain dnegan teman-teman. Ada campfire nya juga loh. ”

Dia menunduk dan di pipinya bergulir air mata…..

Aku peluk dia erat-erat dan aku bilang,

“Biarpun mama tidak ada di depan Riku, mama selalu ada di dalam hati Riku. selalu. ”

dia masih diam

“Gini Riku bawa deh saputangan mama pakai minyak wangi mama… mau?”

“Aku mau bawa notesnya mama aja sama bolpennya”

“OK….! (sambil pikir anakku ini kok praktis banget —mirip ibunya — taelah.)

Alhasil, sampai dengan detik dia bobo malam ini, terus mengatakan aku tidak mau pergi,

tidak mau berpisah sama mama dan papa….

Semoga besok pagi, dia tetap mau pergi begitu bertemu taman-temannya di depan bis yang akan mengantar mereka ke gunung Tsukuba. Anakku yang berumur  5tahun pertama kali perpisah dengan orang tua dan menginap dengan orang lain yang bukan saudara. Tujuan dari sekolahnya memang bagus, anak-anak dilatih untuk bisa menjadi “mandiri”, karena bulan April nanti, mereka akan menjadi siswa kelas 1 SD.

Susah deh jika si Riku sudah dalam kondisi “nangis” begini. Karena sebetulnya beberapa hari yang lalu, Riku juga sambil menangis bertanya,

“Ma, kenapa sih mama selalu pikirkan Kai saja?”

“Kai kan belum bisa apa-apa Riku. Berdiri saja belum bisa. Jadi mama harus bantu kai. Riku sudah bisa semua sendiri kan? Jadi sekarang Riku memang harus sabar karena Mama terlalu banyak pikir Kai. Tapi kalau Kai sudah bisa apa-apa sendiri, pasti mama juga pikir Riku dan Kai yang sama besarnya. Sabar ya….”

“Abis waktu itu aku harus tidur di tempat A-chan sendirian. Papa ngga ada, Mama ngga ada…. lama lagi. ”

“Loh Riku, Riku sayang A-chan ngga? Waktu itu mama kan masuk Rumah sakit. Mama ngga bisa berbuat apa-apa. Mama di atas tempat tidur terus loh. Ngga bisa kemana-mana. Kalau Riku ikut mama, Riku pasti tidak dapat makan loh. Papa juga kerja. Jadi Riku tidak bisa tunggu di rumah sendiri kan? Nanti kalau ada pencuri masuk, dan bawa pergi Riku, Mama nangis loh. Jadi lebih baik Riku tinggal sama A-chan. ”

“Huh …coba Kai tidak ada, aku bisa terus sama papa dan mama…”

Keluar deh penyataaan itu. 4 tahun semua perhatian cuma ke Riku saja. Sekarang harus berbagi (untuk bukan berbagi suami…gubrak)

Susah juga ya mempunyai anak lebih dari satu. Tapi aku kemudian menjelaskan begini,

“Riku kalau Kai tidak ada susah loh. Riku terus jadi besar, ikut mama dan papa terus….. Tapi nanti papa mama kan juga jadi kakek-nenek (kayaknya sudah mulai deh hihihi) lalu meninggal. Kalau tidak ada Kai wkatu itu, Riku sendirian loh kesepian. Makanya Riku harus baik-baik sama Kai, dan berteman. Jadi kalau ada apa-apa dengan papa dan mama, Riku selalu ada temannya, Kai.”

“Riku mau terus sama mama… terus …”

Waduh gawat dong, padahal aku sudah berusaha dengan segala macam penjelasan, sampai bisa dimengerti.

Backpacker ala Jepang

27 Agu

Apa sih definisi Backpacker? Backpack itu kan ransel ya? Jadi mereka yang menyandang ransel di punggung lalu melakukan perjalanan (dengan biaya murah) itu yang disebut Backpacker. Buat Mang Kumlot…benar tidak pengertian saya ini? Nah, kali ini saya mau bercerita tentang backpacker ala Jepang, atau sebenernya cerita tentang seseorang Jepang yang backpacker. Bedanya, dia tidak menyandang ransel di punggungnya, tapi membawa sebuah koper kecil berwarna coklat ( mungkin sebesar kopernya tukang obat ya) dan melakukan perjalanan ke seluruh Jepang. Istilah bahasa Jepangnya sih Futen, tapi kalau futen lebih cocok diterjemahkan dengan menggelandang. Padahal di Indonesia konotasi gelandang(an) itu adalah pengemis. Nah si Torajiro-san ini bukan pengemis. Dia juga tidak miskin, tidak kaya, tapi senangnya melakukan perjalanan ke mana-mana. Dan dalam perjalanannya pasti dia bertemu dengan seorang wanita, yang menjadi “Madonnanya”. Hmmm kalau dilihat dari “ketemu perempuan”nya kok jadi cocok kalau disebut Don Juan ya??? Tapi…dia tidak pernah berhasil mendapatkan si Madonna itu, dan dia selalu kembali ke rumahnya yang terletak di Shibamata, Katsushika-ku Tokyo. Di rumahnya dia selalu disambut oleh adik perempuannya, Suwa Sakura (Baisho Chieko).

Torajiro ini adalah tokoh film “Otoko wa tsuraiyo…” yang saya artikan sebebas-bebasnya dengan “Jadi lelaki itu susah!”, “It’s tough being a man”. Film ini pertama kali diputar di layar perak tanggal 27 Agustus 1969, terus diputar menjadi film seri dengan lokasi dan madonna yang berbeda sampai tahun 1995. Saya juga merasa hebat dengan perfilman Jepang yang bisa membuat seri dari film sampai sekian lama (hampir 40 tahun) dan dengan tokoh yang sama, yaitu si Torajiro atau nama aslinya Kiyoshi Atsumi. Dalam kurun waktu itu 48 film telah dibuat dan dinyatakan sebagai film berseri yang terpanjang di dunia, dan tercatat dalam buku the Guinness Book of World Records, tetapi akhir-akhir ini digantikan kedudukannya oleh Huang Fei-Hong series.

Apa sih yang menarik dari film ini? Satu kata saja sebetulnya, yaitu lucu!. Si Tora san (Atsumi san) ini memang komedian. Tidak banyak lagak, tapi di kecanggungannya itu menggelikan. Senyumnya juga menarik, meskipun wajahnya tidak bisa dibilang tampan. (Frankly speaking, tidak menarik, dan aku pernah bertemu seseorang wanita dengan muka yang mirip si Atsumi san ini…. aku langsung merasa kasihan…. maaf….). Saya sendiri masih ingat waktu menonton salah satu seri Torajiro ini di Kedutaan Besar Jepang di MH Thamrin…. pengalaman tuh nonton film di dalam kedutaan (pakai pemeriksaan segala) mungkin sekitar tahun 1988-89 an. Dan salah satu scene yang masih saya ingat adalah, waktu si Tora san ini harus berjalan dalam terik matahari di musim panas jepang. Dia ingin berteduh, tapi bukannya cari pohon atau apa gitu, dia berteduhnya di bawah bayangan tiang listrik!!! stupid banget deh (Bayangin gimana caranya berteduh di bayangan tiang listrik? Ya kaki kanan dan kirinya saja ditaruh di bayangan $#&#$&$’). Dalam film ini tokoh Sakura san juga membuat cerita seimbang. Sakura san selalu menyambut kedatangan kakaknya dengan gembira, meskipun kakaknya selalu pulang tanpa membawa uang dan dalam keadaan patah hati. Wajah Baisho Chieko memang lembut menurut saya. Dan saya tambah fans pada Baisho karena dia juga menjadi penyulih suara tokoh Sophie dalam film “Howl the moving Castle”. Tokoh Sophie mempunyai dua jenis suara berbeda, yaitu Sophie waktu gadis dan Sophie yang nenek. Mungkin memakai teknik-teknik tertentu tapi suaranya memang memukau.

Atsumi san meninggal pada tahun 1996, dan sejak itu pembuatan film Otoko wa tsurai yo selesai. Memang saya setuju bahwa Menjadi laki-laki itu sulit, banyak tuntutannya…yang terutama datang dari tatanan masyarakatnya. Apa salahnya laki-laki menjadi “bapak rumah tangga ” misalnya. Sudah mulai ada bapak rt di Jepang juga. Kemudian dengan kesempatan mendapatkan cuti bergaji demi membesarkan bayi selama 3 bulan bagi suami (Baca juga sertifikat untuk menjadi papa yang baik). Otoko wa tsurai yo, demo Onna mo tsurai yo. Wanita pun susah loh!!!. Hendaknya kita jangan menyalahkan gender, karena bagaimanapun juga kita kan tidak bisa merubah jenis kelamin kita (kecuali yang memang operasi dll).

Sweet Cherry Pie

27 Agu

Cherry Pie? manis lagi…. ngga deh. Saya untuk membayangkannya saja tidak mau. Mungkin saya akan lebih suka Apple Pie deh…

Lalu …kenapa posting tentang itu?  Sweet Cherry Pie ini adalah sebuah lagu yang dinyanyikan White Snake,  kelompok Band Hard Rock/Metal (dari Warrant juga sih). Padahal saya tidak suka musik metal…. Tapi lagu ini amat sangat membantu saya untuk membuat mata saya melek selama menyetir.

Mungkin saya jarang bercerita di sini bahwa saya mempunyai seorang adik laki-laki. Dia yang paling bontot dari 4 bersaudara. Jarak antara saya dan dia 9 tahun, karena memang dia bisa disebut sebagai naar kommertje (hmmm ngga tau tulisnya bener ngga tapi seorang anak yang lahir terlambat sehingga jarak dengan kakak langsungnya cukup jauh). Karena beda antara saya dan dia itu 9 tahun, saya banyak membantu ibu saya dalam mengurus dia. Mulai dari ganti popok, sampai kasih susu dan menidurkannya, sehingga banyak yang mengatakan saya seperti “ibu”nya.  Dengan jarak 9 tahun ini juga, waktu dia SMP, saya hampir selalu mengantarkan dia ke sekolahnya yang terletak di Haji Nawi itu. Sekitar jam 6:20 kalau dia tidak pergi sendiri, dia pasti membangunkan saya dan saya yang masih terkantuk-kantuk langsung mengantar dia. Supaya jangan terjadi “apa-apa” di jalan, dia memutarkan lagu-lagu yang waktu itu sedang nge-trend juga…. Dan diantaranya ada Duran-duran (tapi emang kurang keras sih), dan White Snake ini. Jadilah kita berdua teriak-teriak dalam mobil. Hmmm sweet memories.

But, ada satu yang membuat saya sebel bener setelah dia mengatakan begini ke saya, “temen aku ada loh yang bilang gini…. Andy nyokap kamu baik banget ya selalu anter kamu ke sekolah. Keliatannya dia cool juga ya, masih mau ngikutin trend anak muda. ” WHAT????? Aku ini NYOKAP kamu? siapa tuh yang bilang? masak umur 9 tahun aku sudah beranak? Emang gue tampang tua ya????

And u know what, hari itu, tanpa ada alunan Sweet Cherry Pie pun saya tetap “melek” nyetir pulang ke rumah, padahal harus lewat jalan gang-gang dengan mobil besar ku. Gara-gara mangkel disebut sudah NYOKAP-NYOKAP. Huh!!!

Menurut milis 80-an sekitar Oktober, si grup White Snakw ini akan datang ke Jakarta. Makanya teringat akan lagu ini. Grup dr Inggris yang memulai debutnya di tahun 1977 (pas lahirnya Andy tuh) akan bawakan lagu2 keras? mustinya membernya kan udah tua-tua juga ya? Hmmm kebayang ngga ya Opa-opa yang gaek menyanyikan ….

She’s my cherry pie
Cool drink of water
Such a sweet suprise
Taste so good
Make a grown man cry
Sweet cherry pie
Well, Swingin’ on the front porch
Swingin’ on the lawn
Swingin’ where we want
Cause there ain’t nobody home
Swingin’ to the left
And swingin’ to the right
If I think about baseball
I’ll swing all night, yeah
(yeah, yeah)

Swingin’ in the living room
Swingin’ in the kitchen
Most folks don’t
Cause they’re too busy bitchin’
Swingin’ in there
Cause she wanted me to feed her
So I mixed up the batter
And she licked the beater
I scream, you scream
We all scream for her
Don’t even try
Cause you can’t ignore her

dengan suara gitar elektrik yang melengking dan gedubag-gedebug drum …..hmmm

[DEWASA] Cinta adalah yang terpenting!

26 Agu

Warning!!! Khusus untuk 18 th ke atas!!! (Posting khusus untuk Jeung Lala, dan saya sertakan sekuntum mawar kuning untuk my sis)


********************************************************************
Sepasang kekasih yang hendak menikah sedang berkencan.
Cewek berbisik pada kekasihnya, “Sekarang waktunya kita saling jujur agar kelak kita tidak kecewa.”

Cowok mengangguk.

“Sesungguhnya dada saya rata..seperti papan…kalau kau tidak suka katakan saja. Kita bisa batalkan rencana pernikahan ini.

“Saya siap menghadapinya”, kata cowok.

Cowok dengan lemah lembut menjawab, “Itu tidak masalah. Bagiku seks bukanlah hal yang penting. Tetapi cinta kasih”

Cewek pun lega mendengarkannya.

Saya juga perlu mengatakan sesuatu sejujurnya padamu.”,sambut cowok.

Cewek mengangguk tersenyum.

“Sesungguhnya ‘anu’ saya seperti bayi…”, kata cowok.

“Sstt…sudahlah itu tidak soal. Bagiku seks bukanlah hal yang penting. Tetapi cinta kasih.”, sahut cewek. Cowok pun lega mendengarkannya.

Malam pengantin tiba. Cewek mulai membuka baju dan tampaklah dadanya yang memang…memang…benar-benar rata. Cowok hanya tersenyum melihatnya.

Kemudian cowok mulai membuka celananya sehingga tampaklah ‘anu’nya.

Melihat itu cewek menjerit dan pingsan.

Setelah siuman si cewek bertanya, “Kau katakan punyamu seperti bayi..?”

:
:
:
:
:
:

:

“Yah memang seperti bayi,……….panjang 50 cm dan berat 3 kg”

Where has the Summer Gone

26 Agu

Sudah sejak hari Sabtu minggu lalu,  cuaca di Tokyo tidak menentu. Dalam arti yang biasanya suhu tertinggi adalah 34 derajat, mendadak mejadi sekitar 24-28 derajat saja…dan hujan. Bahkan kalau melihat prakiraan cuaca seminggu ini kita dapat melihat sederet

Seakan musim musim panas sudah pergi dan datanglah musim gugur… Dan biasanya di bulan September akan banyak hujan dan…. badai topan (bukan topan badai, kutu busuk, sapi dekil dsb sumpah serapahnya si Kapten Haddock). But musim gugur adalah musim yang paling saya sukai karena…. makanannya enak-enak. Hasil tangkapan ikan juga banyak jenisnya. Jenis jamur-jamuran, buah pear yang merupakan buah kesayangan aku. Lalu nuansa hijau lumut, kuning, dan merah dapat dilihat di mana-mana. Warna autumn juga mempengaruhi fashion.

Hanya ada satu yang paling aku tidak sukai, yaitu di musim ini aku sering batuk, dan terkadang akibat batuk tersebut, aku terpaksa “mengeluarkan” makanan-makanan enak yang tadinya sudah ada dalam perutku.

Masih ada 25 hari dari bulan September yang bisa aku nikmati sebelum mulai semester genap di dua Universitas….dan mulailah my buzy days.

Waktu memikirkan judul postingan ini aku teringat pada sebuah lagu, yang dinyanyikan the Brother Four, Where have all the flowers gone. Ternyata lagu karangan Pete Seeger ini termasuk dalam lagu “perdamaian/menolak perang”. Dalam CD nya Brother Four ini aku juga suka sebuah lagu yang berjudul Greenfields. Seperti komentarnya Daffa di posting “Tanpa sadar Anda lakukan ini di …toilet”, semoga jangan lagi ada orang yang berpikir untuk memulai perang. May all peace prevail on earth!!

WHERE HAVE ALL THE FLOWERS GONE 
words and music by Pete Seeger
performed by Pete Seeger and Tao Rodriguez-Seeger

Where have all the flowers gone?
Long time passing
Where have all the flowers gone?
Long time ago
Where have all the flowers gone?
Girls have picked them every one
When will they ever learn?
When will they ever learn?

Where have all the young girls gone?
Long time passing
Where have all the young girls gone?
Long time ago
Where have all the young girls gone?
Taken husbands every one
When will they ever learn?
When will they ever learn?

Where have all the young men gone?
Long time passing
Where have all the young men gone?
Long time ago
Where have all the young men gone?
Gone for soldiers every one
When will they ever learn?
When will they ever learn?

Where have all the soldiers gone?
Long time passing
Where have all the soldiers gone?
Long time ago
Where have all the soldiers gone?
Gone to graveyards every one
When will they ever learn?
When will they ever learn?

Where have all the graveyards gone?
Long time passing
Where have all the graveyards gone?
Long time ago
Where have all the graveyards gone?
Covered with flowers every one
When will we ever learn?
When will we ever learn?

©1961 (Renewed) Fall River Music Inc
All Rights Reserved.