Satu hal yang paling aku sukai sekaligus tidak sukai dari Facebook adalah mengetahui kejadian-kejadian dalam kehidupan teman-teman dan saudara-saudaraku. Kalau berita gembira, tentu aku ikut bergembira. Tapi jika itu berita sedih mengenai kematian atau seseorang yang sakit, aku suka karena aku bisa tahu beritanya, tapi tidak suka karena menjadi sedih dan kepikiran mengenai keadaan orang tersebut. Benar kata penelitian bahwa facebook membuat orang lebih emosional dan mempengaruhi psikologis seseorang. Tinggal kita saja yang memilah-milah, memfilter segala informasi yang masuk. Dan jika aku membaca berita bahwa keluarga seorang teman atau saudara sakit, dalam hatiku aku mengucapkan doa untuk kesembuhan mereka. Aku juga perhatikan bahwa teman-teman yang lain langsung berinteraksi, paling sedikit dengan menuliskan komentar “supaya lekas sembuh”.
Mendoakan orang sakit tentu saja bisa kita lakukan setiap hari, setiap kali kita mengetahui informasi jika ada yang sakit. Tapi hari Sabtu tanggal 11 Februari ini merupakan Hari Orang Sakit Sedunia bagi umat Katolik. Pada hari ini kami khususnya mendoakan mereka yang memikul beban berat karena sakit, para pekerja, kaum biawarawati dan biarawandan sukarelawan di bidang kesehatan yang mengabdi penuh peduli untuk melayani, dengan jiwa dan raga, orang-orang sakit dan yang sangat memerlukan bantuan.
Mengapa tanggal 11 Februari? Karena pada tanggal ini pada tahun 1858, Bernadette Soubirous pertama melihat penampakan dari Bunda Maria, Bunda Yesus di sebuah tempat yang bernama Lourdes, Perancis Selatan. Di sebuah gua di Massabielle itu Bunda Maria meminta agar sebuah kapel dibangun di tempat penampakan serta meminta Bernadette minum dari sebuah sumber air di gua padahal tidak ada sumber air sama sekali di sana. Tetapi ketika Bernadette menggali di suatu tempat yang ditunjukkan kepadanya, sebuah mata air mulai memancar. Air yang hingga kini masih memancar itu mempunyai daya penyembuhan yang luar biasa, meskipun para ahli ilmu pengetahuan tidak dapat menemukan adanya zat-zat yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit. Lourdes yang berpenduduk 15.000 jiwa telah menjadi suatu tempat ziarah Bunda Maria yang paling terkenal didunia dan dikunjungi oleh kurang lebih 5 juta peziarah. Mereka selain berziarah dan berdoa, tapi juga memohon kesembuhan penyakitnya dengan meminum air dari sumber di gua tersebut.
Meskipun bukan kewajiban bagi umat katolik untuk mengunjungi Lourdes, tentu banyak umat yang ingin pergi ke Lourdes. Aku sendiri pernah pergi ke sana pada usia belia, waktu masih mahasiswa sekitar 22 tahun lalu, dengan biaya orang tua. Kami berempat, aku, dua adik perempuan dan pacardari adikku (sekarang suaminya) yang waktu itu sedang kuliah di USA. Kami berangkat dari London, yang menjadi base liburan kami waktu itu ke Paris naik pesawat kecil. Pertama kali naik British Airways dan bengong waktu semua diberi minuman wine dalam botol kecil. Loh, kok tidak pakai acara nanya ya, mau atau tidak? hehehe Akhirnya wine itu kami bawa terus masukkan ke tas. (Sayang waktu itu memang aku belum bisa minum minuman keras sama sekali).
Begitu sampai di Paris, kami langsung menuju hotel entah ibis, atau mercure yang sudah dipesankan papa. Dari bandara naik kereta sampai pusat kota, lalu dari stasiun kami mencari letak hotel tersebut di peta. Nah, saat itu kami melihat peta kota Paris, seakan-akan hotel itu dekat sekali dengan stasiun. Takut naik taxi, kami berjalan mengikuti peta…dan… kecewa, capek sebel dsb, karena ternyata jauh sekali. Ada kali 3 km… bayangkan seret koper sejauh itu :D. Cerita mengenai Paris aku pending dulu.
Untuk pergi ke Lourdes kami harus naik pesawat lagi dari Paris atau naik kereta malam menuju ke arah selatan. Oleh papa kami dibookingkan naik kereta malam menuju Tarbes, stasiun terdekat Lourdes. Kereta malam itu berupa gerbong tempat tidur dengan kompartemen bertingkat untuk 4 orang. Untung saat itu aku masih langsung eh langsing, jadi aku mendapat tempat tidur teratas. Kami bertiga perempuan sekamar dengan seorang ibu dari Vietnam,sedangkan Chris di kompartemen lain yang laki-laki. Dasar orang Indonesia, selalu mau berkenalan dengan orang, kami menyapa orang vietnam itu, tapi dia tidak bisa berbahasa Inggris. Hanya bisa berbahasa Vietnam dan Perancis. Kami? Tentu saja tidak bisa berbahasa Perancis. Coba saat itu ada Mbak Susi, bisa jadi penerjemah kami deh. Dengan kata isyarat, kami tahu bahwa dia juga mau berziarah ke Lourdes.
Sesampai di stasiun Tarbes pagi harinya, kami turun dan melihat peta. Di peta hotel kami terlihat dekat. TAPI kami tidak mau melakukan kesalahan kedua kalinya, jadi kami naik taxi saudara-saudara! Sang supir taxi berusaha menjelaskan pada kami bahwa hotel kami itu dekaaaaat sekali. Tapi dia bicara bahasa Perancis, not English ya…siapa mau ngerti. Jadilah koper kamu diangkat dan dimasukkan bagasi, dan seakan dia bilang: “Ya sudah naik saja!” Dan….. dia hanya menjalankan mobilnya 300 atau 500 meter (lupa) hahaha. Tersenyum kecut 😀
Setelah cek in dan bebersih badan, kami cari sarapan dan langsung berziarah menuju gereja utama. Begitu banyak peziarah dari berbagai belahan dunia yang datang ke situ. Kami bisa mendapatkan penerjemah sukarela di mana saja dan bertanya pada mereka dalam bahasa Inggris. Katanya sih ada juga penerjemah bahasa Indonesia tapi kami tidak menemukannya. Well, kami mencari jadwal misa dalam bahasa Inggris dan ada pula tur serta jalan salib dalam bahasa Inggris. Daripada bengong dan tersasar lebih baik ikut rombongan bahasa Inggris, meskipun katanya ada juga banyak rombongan orang Indonesia yang kecil-kecil.
Meskipun aku sendiri tidak pede dengan bahasa Inggrisku, aku sempat ditunjuk oleh pastor bule itu untuk membawa papan yang bertuliskan “English day pilgrim” serta menjadi “asisten”nya. Dan saat itu aku merinding, saat aku dan sang pastor menuju altar utama di depan gereja sebagai wakil umat. Dari atas altar kami bisa melihat lautan manusia dari berbagai bangsa, berdoa yang sama “Salam Maria” dalam bahasa masing-masing, tapi bisa teratur mulai dan berhenti yang sama. Tanpa sadar airmataku mengalir. Tuhan menciptakan semua manusia sama, dan aku salah satunya bisa berada di sini karena anugerah Tuhan. Aku sangat berterima kasih mempunyai orang tua yang bisa dan mau membiayai kami ke sini. Semua yang kurasakan di situ begitu magis.
Dan satu kebetulan terjadi saat itu, rupanya seorang kakak kelas di SMA melihat aku membawa plang berbahasa Inggris itu, dan berteriak menyapaku. Dia dan suaminya sedang belajar di Belanda, kok bisa bertemu di Lourdes. Kebetulan memang terjadi kapan saja! Masih takjub dengan pertemuan itu, kami berfoto bersama dan melanjutkan ziarah kami.
Karena waktu itu musim panas yang bisa mencapai 40 derajat, kami tidak mau memaksakan kegiatan kami, sehingga kami pasti pulang sebentar ke hotel untuk istirahat siang. Paling sedikit mandi dan makan siang. Soal makan siang juga selalu menjadi masalah… masalah bahasa tentu saja, karena kami tidak bermasalah dengan rasa atau bahan makanannya. Suatu siang kami masuk restoran Italia dan bermaksud memesan pizza. Kami memesan pizza besar untuk berempat plus salada. Kami selalu diwanti-wanti papa untuk berhati-heti kalau memesan makanan di eropa karena porsi mereka tidak tanggung-tanggung. Papa sering makan satu porsi berdua dengan pak supir karena tidak bisa habis kalau sendiri. Jadi begitulah, kami HANYA memesan satu lembar pizza ukuran large dan salad. Si pelayan sampai menegaskan, “Only pizza? No spaghetti or what else?” Sampai aku jelaskan ya kalau kurang kami akan pesan lagi. Rupanya pizza untuk mereka HANYA appetizer… ampuuun deh. Dan tentu saja kami berempat cukup makan pizza itu saja. Coba kalau pesan spaghetti juga bisa begah deh hehehe. Jadi ingat ya hati-hati dengan porsi makanan di Eropa 😀
Kami menginap dua malam di sini, dan kemudian kembali lagi ke Paris untuk menuju Roma dan bergabung dengan adik laki-laki terkecil, Andy di Roma. Orang tua kami memang tidak ikut bersama karena papa ada pekerjaan di London (memang papa waktu itu sedang bertugas di London) dan mungkin mereka menganggap kami sudah cukup dewasa dan cukup bisa bahasa Inggris untuk bepergian sendiri tanpa orang tua. Ziarah kami ke Lourdes dan Roma memang juga mempunyai misi mendoakan papa yang akan dioperasi bypass jantung di London begitu kami kembali ke London.
Ziarah atau perjalanan rohani memang sedapat mungkin dilakukan bagi penganut agama. Dan aku ingin sekali mengulang ziarah yang telah kami lakukan 22 tahun lalu, entah kapan, jika mungkin dengan suamiku dan anak-anakku. Mungkin kalau bisa ke Fatima di Portugal atau tapak tilas kehidupan Yesus ke Yerusalem. Tapi untuk hari ini aku ingin mendoakan semua teman-teman dan saudara-saudara yang sedang sakit dari Tokyo saja. Semoga Tuhan menguatkan mereka, memberikan yang terbaik bagi mereka dan membantu semua orang yang bekerja untuk menghilangkan penyakit mereka. Amin
(Foto-foto masih dalam bentuk hardcopy yang belum bisa aku scan, jadi fotonya sedikit saja ya. Oh ya terima kasih juga atas perhatian teman-teman terutama Henny Gunawan yang menanyakan, “kok belum ada posting baru”? hihihi. Ya seminggu ini aku lebih banyak blogwalking dan menyelesaikan pekerjaan di universitas, selain Kai berada di rumah terus karena penutupan kelasnya di TK akibat influenza. Mungkin hiatus yang terpanjang – 5 hari- dalam tahun ini ya)