Mendoakan Orang Sakit

12 Feb

Satu hal yang paling aku sukai sekaligus tidak sukai dari Facebook adalah mengetahui kejadian-kejadian dalam kehidupan teman-teman dan saudara-saudaraku. Kalau berita gembira, tentu aku ikut bergembira. Tapi jika itu berita sedih mengenai kematian atau seseorang yang sakit, aku suka karena aku bisa tahu beritanya, tapi tidak suka karena menjadi sedih dan kepikiran mengenai keadaan orang tersebut.  Benar kata penelitian bahwa facebook membuat orang lebih emosional dan mempengaruhi psikologis seseorang. Tinggal kita saja yang memilah-milah, memfilter segala informasi yang masuk. Dan jika aku membaca berita bahwa keluarga seorang teman atau saudara sakit, dalam hatiku aku mengucapkan doa untuk kesembuhan mereka. Aku juga perhatikan bahwa teman-teman yang lain langsung berinteraksi, paling sedikit dengan menuliskan komentar “supaya lekas sembuh”.

Mendoakan orang sakit tentu saja bisa kita lakukan setiap hari, setiap kali kita mengetahui informasi jika ada yang sakit. Tapi hari Sabtu tanggal 11 Februari ini merupakan Hari Orang Sakit Sedunia bagi umat Katolik. Pada hari ini kami khususnya mendoakan  mereka yang memikul beban berat karena sakit, para pekerja,  kaum biawarawati dan biarawandan sukarelawan di bidang kesehatan yang mengabdi  penuh peduli untuk melayani, dengan jiwa dan raga, orang-orang sakit  dan yang sangat memerlukan bantuan.

Mengapa tanggal 11 Februari? Karena pada tanggal ini pada tahun 1858, Bernadette  Soubirous pertama melihat penampakan dari Bunda Maria, Bunda Yesus di sebuah tempat yang bernama Lourdes, Perancis Selatan. Di sebuah gua di Massabielle itu Bunda Maria meminta agar sebuah kapel dibangun di tempat penampakan serta meminta Bernadette minum dari sebuah sumber air di gua padahal tidak ada sumber air sama sekali di sana.  Tetapi ketika Bernadette menggali di suatu tempat yang ditunjukkan kepadanya, sebuah mata air mulai memancar. Air yang hingga kini masih memancar itu mempunyai daya penyembuhan yang luar biasa, meskipun para ahli ilmu pengetahuan tidak dapat menemukan adanya zat-zat yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit. Lourdes yang berpenduduk 15.000 jiwa telah menjadi suatu tempat ziarah Bunda Maria yang paling terkenal didunia dan dikunjungi oleh kurang lebih 5 juta peziarah. Mereka selain berziarah dan berdoa, tapi juga memohon kesembuhan penyakitnya dengan meminum air dari sumber di gua tersebut.

Meskipun bukan kewajiban bagi umat katolik untuk mengunjungi Lourdes, tentu banyak umat yang ingin pergi ke Lourdes. Aku sendiri pernah pergi ke sana pada usia belia, waktu masih mahasiswa sekitar 22 tahun lalu, dengan biaya orang tua. Kami berempat, aku, dua adik perempuan dan pacardari adikku (sekarang suaminya) yang waktu itu sedang kuliah di USA. Kami berangkat dari London, yang menjadi base liburan kami waktu itu ke Paris naik pesawat kecil. Pertama kali naik British Airways dan bengong waktu semua diberi minuman wine dalam botol kecil. Loh, kok tidak pakai acara nanya ya, mau atau tidak? hehehe Akhirnya wine itu kami bawa terus masukkan ke tas. (Sayang waktu itu memang aku belum bisa minum minuman keras sama sekali).

Menaiki boat menyusuri Sungai Seine di Paris. Masih tertera tanggalnya tuh hehehe

Begitu sampai di Paris, kami langsung menuju hotel entah ibis, atau mercure yang sudah dipesankan papa. Dari bandara naik kereta sampai pusat kota, lalu dari stasiun kami mencari letak hotel tersebut di peta. Nah, saat itu kami melihat peta kota Paris, seakan-akan hotel itu dekat sekali dengan stasiun. Takut naik taxi, kami berjalan mengikuti peta…dan… kecewa, capek sebel dsb, karena ternyata jauh sekali. Ada kali 3 km… bayangkan seret koper sejauh itu :D. Cerita mengenai Paris aku pending dulu.

Untuk pergi ke Lourdes kami harus naik pesawat lagi dari Paris atau naik kereta malam menuju ke arah selatan. Oleh papa kami dibookingkan naik kereta malam menuju Tarbes, stasiun terdekat Lourdes. Kereta malam itu berupa gerbong tempat tidur dengan kompartemen bertingkat untuk 4 orang. Untung saat itu aku masih langsung eh langsing, jadi aku mendapat tempat tidur teratas. Kami bertiga perempuan sekamar dengan seorang ibu dari Vietnam,sedangkan Chris di kompartemen lain yang laki-laki. Dasar orang Indonesia, selalu mau berkenalan dengan orang, kami menyapa orang vietnam itu, tapi dia tidak bisa berbahasa Inggris. Hanya bisa berbahasa Vietnam dan Perancis. Kami? Tentu saja tidak bisa berbahasa Perancis. Coba saat itu ada Mbak Susi, bisa jadi penerjemah kami deh. Dengan kata isyarat, kami tahu  bahwa dia juga mau berziarah ke Lourdes.

Berpose dulu sebelum berangkat.... Tahu kan yang mana aku? 😉

Sesampai di stasiun Tarbes pagi harinya, kami turun dan melihat peta. Di peta hotel kami terlihat dekat. TAPI kami tidak mau melakukan kesalahan kedua kalinya, jadi kami naik taxi saudara-saudara! Sang supir taxi berusaha menjelaskan pada kami bahwa hotel kami itu dekaaaaat sekali. Tapi dia bicara bahasa Perancis, not English ya…siapa mau ngerti. Jadilah koper kamu diangkat dan dimasukkan bagasi, dan seakan dia bilang: “Ya sudah naik saja!” Dan….. dia hanya menjalankan mobilnya 300 atau 500 meter (lupa) hahaha. Tersenyum kecut 😀

Setelah cek in dan bebersih badan, kami cari sarapan dan langsung berziarah menuju gereja utama. Begitu banyak peziarah dari berbagai belahan dunia yang datang ke situ. Kami bisa mendapatkan penerjemah sukarela di mana saja dan bertanya pada mereka dalam bahasa Inggris. Katanya sih ada juga penerjemah bahasa Indonesia tapi kami tidak menemukannya. Well, kami mencari jadwal misa dalam bahasa Inggris dan ada pula tur serta jalan salib dalam bahasa Inggris. Daripada bengong dan tersasar lebih baik ikut rombongan bahasa Inggris, meskipun katanya ada juga banyak rombongan orang Indonesia yang kecil-kecil.

Gereja di Lourdes, diambil dari wiki

Meskipun aku sendiri tidak pede dengan bahasa Inggrisku, aku sempat ditunjuk oleh pastor bule itu untuk membawa papan yang bertuliskan “English day pilgrim” serta menjadi “asisten”nya. Dan saat itu aku merinding, saat aku dan sang pastor menuju altar utama di depan gereja sebagai wakil umat. Dari atas altar kami bisa melihat lautan manusia dari berbagai bangsa, berdoa yang sama “Salam Maria” dalam bahasa masing-masing, tapi bisa teratur mulai dan berhenti yang sama. Tanpa sadar airmataku mengalir. Tuhan menciptakan semua manusia sama, dan aku salah satunya bisa berada di sini karena anugerah Tuhan. Aku sangat berterima kasih mempunyai orang tua yang bisa dan mau membiayai kami ke sini. Semua yang kurasakan di situ begitu magis.

Kebetulan tak terduga, bertemu teman yang sedang bersekolah di Belanda

Dan satu kebetulan terjadi saat itu, rupanya seorang kakak kelas di SMA melihat aku membawa plang berbahasa Inggris itu, dan berteriak menyapaku. Dia dan suaminya sedang belajar di Belanda, kok bisa bertemu di Lourdes. Kebetulan memang terjadi kapan saja!  Masih takjub dengan pertemuan itu, kami berfoto bersama dan melanjutkan ziarah kami.

Karena waktu itu musim panas yang bisa mencapai 40 derajat, kami tidak mau memaksakan kegiatan kami, sehingga kami pasti pulang sebentar ke hotel untuk istirahat siang. Paling sedikit mandi dan makan siang. Soal makan siang juga selalu menjadi masalah… masalah bahasa tentu saja, karena kami tidak bermasalah dengan rasa atau bahan makanannya. Suatu siang kami masuk restoran Italia dan bermaksud memesan pizza. Kami memesan pizza besar untuk berempat plus salada. Kami selalu diwanti-wanti papa untuk berhati-heti kalau memesan makanan di eropa karena porsi mereka tidak tanggung-tanggung. Papa sering makan satu porsi berdua dengan pak supir karena tidak bisa habis kalau sendiri. Jadi begitulah, kami HANYA memesan satu lembar pizza ukuran large dan salad. Si pelayan sampai menegaskan, “Only pizza? No spaghetti or what else?” Sampai aku jelaskan ya kalau kurang kami akan pesan lagi. Rupanya pizza untuk mereka HANYA appetizer… ampuuun deh. Dan tentu saja kami berempat cukup makan pizza itu saja. Coba kalau pesan spaghetti juga bisa begah deh hehehe. Jadi ingat ya hati-hati dengan porsi makanan di Eropa 😀

Kami menginap dua malam di sini, dan kemudian kembali lagi ke Paris untuk menuju Roma dan bergabung dengan adik laki-laki terkecil, Andy di Roma. Orang tua kami memang tidak ikut bersama karena papa ada pekerjaan di London (memang papa waktu itu sedang bertugas di London) dan mungkin mereka menganggap kami sudah cukup dewasa dan cukup bisa bahasa Inggris untuk bepergian sendiri tanpa orang tua. Ziarah kami ke Lourdes dan Roma memang juga mempunyai misi mendoakan papa yang akan dioperasi bypass jantung di London begitu kami kembali ke London.

Santa Bernadette yang diresmikan menjadi santa (orang suci) oleh gereja katolik. Jenazahnya tidak membusuk.

Ziarah atau perjalanan rohani memang sedapat mungkin dilakukan bagi penganut agama. Dan aku ingin sekali mengulang ziarah yang telah kami lakukan 22 tahun lalu, entah kapan, jika mungkin dengan suamiku dan anak-anakku. Mungkin kalau bisa ke Fatima di Portugal atau tapak tilas kehidupan Yesus ke Yerusalem. Tapi untuk hari ini aku ingin mendoakan semua teman-teman dan saudara-saudara yang sedang sakit dari Tokyo saja. Semoga Tuhan menguatkan mereka, memberikan yang terbaik bagi mereka dan membantu semua orang yang bekerja untuk menghilangkan penyakit mereka. Amin

(Foto-foto masih dalam bentuk hardcopy yang belum bisa aku scan, jadi fotonya sedikit saja ya. Oh ya terima kasih juga atas perhatian teman-teman terutama Henny Gunawan yang menanyakan, “kok belum ada posting baru”? hihihi. Ya seminggu ini aku lebih banyak blogwalking dan menyelesaikan pekerjaan di universitas, selain Kai berada di rumah terus karena penutupan kelasnya di TK akibat influenza. Mungkin hiatus yang terpanjang – 5 hari- dalam tahun ini ya)

 

Tega dan Tegas

6 Feb

Jumat lalu aku ada kelas mendadak di Meguro, sehingga sejak Kamisnya aku pikirkan bagaimana cara yang enak pergi bersama ke dua anakku. Tadinya sih mau seperti biasa naik mobil karena Gen tadinya mau ambil cuti. Tapi karena banyak kerjaan yang pending, akhirnya dia batalkan cutinya dan harus ke kantor. Kebetulan Riku tidak sekolah karena karantina (gakkyu heisa) sehingga bisa pergi lebih cepat dari biasa yaitu pukul 2 siang. Kebetulan juga kedua mertuaku sedang ada urusan di Shinjuku, sehingga bisa janjian bertemu di Shibuya. Aku menyerahkan ke dua anakku di Shibuya pukul 4 sore, lalu aku pergi mengajar. Dengan rencana pulangnya akan menginap di rumah mertua.

Karena masih ada banyak waktu, aku menghabiskan waktu (sekaligus makan malam) dengan pergi ke sebuah toko roti. Aku memang lebih suka roti daripada nasi, dan aku pilih bakery ini karena ada paket tabehoudai, makan all you can eat dan all you can drink. Aku tidak tahu apakah di Indonesia sekarang sudah ada all you can drink? Kalau di restoran keluarga di sini, sudah banyak yang menerapkan all you can drink dengan nama “drink bar” seharga 190 yen (Rp 19rb)  jika sudah pesan makanan. Minuman yang tersedia biasanya bermacam teh, bermacam kopi, bermacam jus dan soft drink. Murah kalau mengetahui 1 kaleng soft drink di sini harganya 120 yen.

(kiri) Roti all you can eat dan (kanan) Drink Bar di sebuah restoran keluarga.

Setelah selesai mengajar, cepat-cepat aku pulang ke rumah mertua. Memang rumah mertuaku ini jauh lebih dekat daripada aku mesti pulang ke apartemenku sendiri. Tapi aku tak bisa pindah ke rumah mertua, karena lokasi kantornya Gen akan menjadi jauh sekali. Untuk saat ini kami tidak mau punya keluarga yang terpisah. Naik kereta 30 menit dan naik taxi 15 menit, sampai deh. Aku maksa naik taksi karena…aku mau cepat-cepat sampai rumah, karena ada satu pekerjaan mendadak yang harus selesai sampai pukul 12 malam itu. Berarti aku hanya punya waktu 2 jam. Kasihan juga jadinya begitu aku sampai rumah, langsung buka komputer dan konsentrasi bekerja. Padahal bapak ibu mertuaku sudah menungguku untuk minum bareng. Tapi karena aku buru-buru begitu ya mereka maklum.

Nah saat itulah terjadi peristiwa besar bagi Kai. Kai yang memang sedang keras kepala, sedang dalam masa perlawanan , memainkan pegangan lemari hingga copot. Memang bisa diperbaiki, tapi …. maunya kami, dia minta maaf atas kesalahannya. Tapi dia tidak mau minta maaf, tidak mau mengaku bahwa dia yang membuat copot pegangan itu. Langsung deh kena kuliah bapak dan ibu mertuaku. Dimarahi! Tapi… dia tetap keras kepala tidak mau berkata apa-apa bahkan melihat seperti menantang…. Aku terus menghadap komputer meskipun aku mendengar mereka memarahi Kai. Tapi aku pikir, aku tidak mau ikut campur. Misalnya aku datang pada Kai, Kai akan mengharap aku mendukung dia. Padahal aku sedang sibuk, dan aku tidak mau mendukung Kai. Aku juga akan marah…. tapi aku sedang sibuk dan saat itu aku benar-benar tidak bisa marah. Pasti aku akan berkata, ya sudah… mama mau kerja dulu! Dan itu bukan jalan yang baik. Jadi… aku TEGA untuk mendengar kedua mertuaku memarahi Kai dan berharap mereka bisa mengubah sifat Kai yang keras itu. Akhirnya…. bapak mertuaku membawa Kai ke kamar mandi yang gelap. (Aku jadi teringat dulu waktu aku kecil dan nakal juga pernah dimasukkan ke gudang oleh mama, dan aku takut sekali, sampai aku minta maaf terus serta tidak mengulang kesalahan yang sama).

Akhirnya setelah meraung-raung dan akhirnya minta maaf, Kai dikeluarkan dari kamar mandi gelap itu dan bapak mertuaku memeluk Kai dan menjelaskan tindakan itu, kenapa dan apa tujuannya. Kai mengerti dan semua memuji Kai. Aku masih terus bekerja di kamar tamu yang sama. Kai mendatangiku dan aku puji dia, tapi aku bilang, “Maaf Kai mama kerja dulu ya. Kai bobo sama kakak ya”.

Jam 12:00 pekerjaanku selesai. Semua sudah tidur. Aku pun merasa lega pekerjaan selesai, dan masalah Kai yang  stubborn selesai dengan baik. KETEGASAN bapak mertuaku membuahkan hasil yang positif. Karena setelah itu, kami tinggal mengulang cara bapak mertuaku, dan Kai langsung mengerti (Setelah kembali ke rumah, kami sudah 1 kali masukkan dia ke WC gelap hehehe. Untung dia langsung minta maaf). Dan keesokan paginya, aku mengucapkan terima kasih kepada ibu mertua yang sedang menyapu di dapur. Lalu ibu mertuaku berkata, “Maaf ya Imelda, kemarin kami memarahi Kai. Kamu pasti tidak tega mendengar kami memarahi Kai waktu sedang bekerja”
“Oh tidak apa-apa. Malah saya merasa bersalah seakan membiarkan saja. Soalnya kalau saya ikut campur, nanti Kai merasa ada pendukung. Saya malah mau kalau Kai dititipkan di sini 1 minggu supaya dia bisa belajar 😀 Saya justru berterima kasih ”

Untuk mendidik anak memang harus TEGA dan harus TEGAS. Kalau salah ya salah, kalau benar ya benar. Jangan berubah-ubah nanti anaknya bingung. Tapi selama bapak ibu mertuaku memarahi Kai, mereka juga menegur Riku yang “baik” terhadap Kai. Memang Riku terlalu baik pada Kai :D, sehingga Kai sering berani melawan Riku.

 

 

Nasi Jadi

2 Feb

Aku menulis tentang persiapan gempa di postingan kemarin tentang nasi jadi. Dan ditanya bagaimana sih bentuk nasi jadi itu oleh Nicamperenique. Maka hari ini aku akan menjawab pertanyaannya.

Sebetulnya mau dikatakan “jadi” juga tidak tepat, karena masih perlu diolah lagi sedikit. Tapi bukan dalam bentuk beras biasa. Ada 2 jenis yang biasanya aku sediakan,yang pertama adalah nasi dalam pack plastik. Merek yang terkenal adalah satou no gohan (nasi satou-nama), tapi sebetulnya banyak merek lain yang sama persis tapi lebih murah. Bentuknya sudah nasi, seperti nasi setengah matang yang divakuum. Rata-rata nasi ini tahan untuk 6 bulan. Tentu saja nasi ini tidak bisa langsung dimakan, harus dipanaskan dengan microwave selama 2 menit. Tapi kalau tidak ada microwave (listrik) bisa direbus (tanpa dibuka) dalam air mendidih selama 15 menit. Karena waktu gempa,  lifeline (air, listrik, gas) tidak bisa dipakai selama kurang lebih 3 hari, kami harus menyiapkan kompor portable dengan gas tabung juga. Waktu mempersiapkan barang-barang dan simulasi gempa, baru disadari bahwa kebanyakan kita tergantung sekali pada listrik.

Nasi (setengah) jadi yang tahan 6 bulan

Rasa nasi jadi itu bagaimana? Tentu saja enak, meskipun Gen tidak begitu suka. Nasi jadi ini memang praktis sekali, karena jika tidak sempat masak nasi, nasi jadi ini bisa langsung disiapkan. Cukup 2 menit dengan microwave. Karena batas kedaluwarsanya 6 bulan, biasanya menjelang habis waktunya aku pakai untuk makan sehari-hari, dan beli lagi yang baru.

Jenis nasi jadi kedua disebut dengan alfa mai (beras alfa). Konon beras ini banyak disediakan pemerintah daerah Tokyo bagi warganya yang dipool di tempat-tempat pengungsian (sekolah pemda). Beras alfa ini lain dengan beras biasa, bentuknya kering dimasukkan dalam kantong plastik (100g).

Beras alfa untuk persediaan waktu gempa

Kalau nasi jadi hanya perlu dipanaskan, beras alfa ini perlu air. Cukup memasukkan air panas sekitar 160ml (atau sampai garis) dan tunggu sekitar 20-30 menit. Kalau tidak ada air panas bisa pakai air biasa, tapi tentu saja butuh waktu lebih lama yaitu sekitar 60-70 menit.

masukkan air panas atau air biasa sampai garis

Rasanya? Yah bolehlah kalau untuk keadaan darurat. Kalau waktu biasa, mungkin nasi jadi yang di atas lebih enak daripada beras alfa. Tapi beras alfa keunggulannya hanya perlu air saja.

Kalau nasi jadi, hanya punya variasi lain nasi merah (nasi ketan merah). Sedangkan beras alfa punya juga beras merah, atau nasi kare, nasi dengan campuran sayur, dll. Memang kalau darurat kita tentu tidak bisa memasak lauk yang beragam kan? Jadi sekaligus saja dicampur “rasa” lauk ke dalam berasnya.

Aku sudah sediakan nasi jadi sebanyak 20 biji, tapi beras alfaku sudah kedaluwarsa sehingga masih perlu beli lagi yang baru. Harga satu  pak satou no gohan(1 kali makan = 1 mangkuk) kira-kira 150-200 yen tergantung jenis berasnya.  Sedangkan beras Alfa seharga 340-350 yen.

Begitulah jawabanku mengenai nasi jadi. Jadi deh posting baru hari ini hehehe. Eh tapi sebetulnya hari ini aku juga jadi membuat blog khusus foto anak-anak untuk diikutsertakan pada kontes blog foto anak-anak yang diadakan Pakdhe Cholik. Tinggal daftar aja sebelum tanggal 12 Februari nanti. Buat yang mau mengintip silakan berkunjung ke : Usagigoya.

Karantina dan Ketakutan

1 Feb

Musim dingin tahun ini rupanya memang dingin sekali. Kemarin aku mendengar dari muridku bahwa ada temannya dari Sapporo mengatakan bahwa Tokyo dingin! Padahal semestinya Sapporo jauuuh lebih dingin dari Tokyo, karena letaknya lebih di utara Jepang. Tapi aku mesti bersyukur bahwa Tokyo tidak seperti tempat-tempat di daerah pesisir Laut Jepang yang bersalju sampai 2, 5 meter! Atau kalau membaca status teman-temanku di Belanda yang menggerutu karena di sana minus 6 derajat saja.

Karena dingin dan kering, virus influenza mudah menjalar ke mana-mana. Dan akibatnya tadi waktu pulang sekolah, Riku menyerahkan surat pemberitahuan bahwa kelas dia, kelas 3-2 ditutup mulai besok sampai hari Minggu 学級閉鎖. Dikarantinakan karena ada 5 murid yang positif mengidap influenza. Tindakan pengliburan kelas ini biasa dilakukan pihak sekolah untuk mencegah mewabahnya penyakit menular kepada seluruh warga. Bahkan jika banyak kelas yang diliburkan, bisa jadi satu sekolah akan diliburkan 学校閉鎖.

Aduuuh langsung terbayang aku harus mengurus dua anak yang kerjanya bertengkar, menonton film terus (berarti aku tidak bisa konsentrasi menulis) dan menyiapkan makan untuk mereka. Bayangin 4 hari! huhuhuhu. Nah…. masalah pertama sudah timbul tadi sore. Aku mau pergi ke supermarket untuk mengambil air minum, tapi tidak dibolehi oleh Riku! Untung aku sudah prepare bahan masakan daging-dagingan untuk 4 hari-an, dan masih bisa beli online.

Ya, terus terang, anak-anakku sekarang menjadi penakut! Padahal sebelumnya sudah bisa aku tinggal sendiri, tapi sekarang tidak bisa! Mulai sekitar 10 hari lalu, ketika di berita televisi mulai disiarkan : “Gempa bumi dasyat tepat di bawah Tokyo akan terjadi dalam EMPAT tahun ini dengan kemungkinan 70%”… Hiiii ngeri. Tadinya kemungkinan 70% itu dalam jangka waktu 30 tahun, sekarang menciut jadi 4 tahun. Jelas anak-anak yang mendengar ini jadi ngeri. Mereka sama sekali tidak mau tidur sendiri, atau kalau mereka sedang di kamar makan, dan tiba-tiba sadar aku tidak ada, akan berteriak, “Mamaaaaa…” Dan tentu saja aku harus langsung menjawab. Pernah aku mau mandi, tidak bisa karena Kai terus ngintil (ngikut) aku. Kalau dalam keadaan biasa, aku sering mandi bersama anak-anak, tapi kalau sedang kedatangan “tamu bulanan” tentu saja tidak bisa. Terpaksa aku tidak mandi!

Prediksi gempa akan terjadi dalam 4 tahun juga membuat kami was-was. Aku langsung memeriksa persediaan nasi jadi untuk darurat, air mineral, alumunium sheet untuk menghangatkan badan, lampu senter dan persediaan batere, kairo, dll. Dan ini juga alasan kami untuk tetap tidur bersama, berempat dalam satu kamar. Setidaknya sampai 4 tahun ke depan.

Yah, aku tidak tahu apa yang akan terjadi dalam 4 tahun ke depan. Yang pasti untuk 4 hari ke depan, aku harus lebih kuat dari biasanya 😀  Sepertinya TE tahun ini akan  dipenuhi angka 4 deh hehehe.