Monjayaki

28 Des

Aku sudah pernah menulis tentang salah satu kuliner Jepang yang bernama Okonomiyaki di  Di atas lempeng besi panas. Ya masakan sejenis dadar/martabak telor. Tapi ada satu lagi yang mirip, namanya Monjayaki.

Kemarin setelah berbelanja dengan anak-anak, aku mengajak mereka ke rumah makan Monjayaki dekat stasiun. Kebetulan Gen makan bersama atasannya di Shinjuku, jadi aku malas masak. Kebetulan juga aku melihat ada meja kosong di resto itu, yang biasanya penuh terus. Memang waktu itu belum jam 6 sore, tapi selain kami, dua meja yang lain sudah ditempati orang. (Ternyata dalam resto itu ada 4 meja di atas tatami yang tidak terlihat dari luar).

Pemilik resto itu sangat ramah dan suka pada anak-anak. Rupanya dia juga mempunyai anak berusia 5 tahun (setahun lebih tua dari Kai), jadi Riku dan Kai sangat merasa at home di restoran itu. Belum lagi pasangan setengah abad yang duduk di meja kami sering mengajak anak-anakku bicara. Pemilik resto itu juga menyarankan mencoba monjayaki yang biasa saja dulu, dan dia membuatkannya untuk kami.

Monjayaki itu adalah adonan seperti okonomiyaki yaitu campuran sayuran (kol) dan seafood/daging dengan kaldu. Adonan yang kami pesan juga dicampur dengan mie kuning. Yang membedakannya hanya pada jumlah tepung. Tepung yang dipakai sedikit sekali, sehingga hasilnya…. berair, tidak bisa melekat seperti telur dadar/martabak. Adonan yang sudah dicampur menjadi satu, ditaruh di atas lempeng besi panas. Kalau sudah masak, tidak bisa dipotong, jadi makan dengan mengambilnya dengan spatula mini dan makan panas-panas. Tentu saja untuk Riku dan Kai perlu menunggu sebentar sebelum makan.

Sambil menunggu Monjayakinya matang, Riku sibuk dengan agenda barunya. Gaya deh!

Monjayaki ini makanan khas Kanto (daerah Tokyo dan sekitarnya) terutama di daerah pasar Ikan Tsukiji. Aku pertama kali makan monjayaki ini memang di Tsukiji bersama murid-murid bahasa Indonesia sekitar 12 tahun lalu. Dan monjayaki di sana memang enak, yang kemarin kurang bumbu….entah apa. Karena porsinya kecil, aku minta tambah okonomiyaki. Nyesal juga coba minta yakisoba (mie goreng Jepang) saja. Karena okonomiyaki yang enak adalah okonomiyaki ala Hiroshima, yang ada di restoran lain.

Kami keluar restoran itu pukul 7:30 dan pulang ke rumah dalam dingin. Baru setelah sampai di rumah aku tanya anak-anak apakah suka makan Monjayaki? Riku bilang, “Enak kok ma….” Lalu aku bercanda…. “Tau ngga Rick, ada teman mama yang tidak suka makan monjayaki karena kelihatan seperti…… (hayo tebak!! 6 kata) . Untungnya anakku kebal seperti mamanya, dan tidak membayangkan yang nggak-nggak, apalagi sampai mengeluarkan makanan yang sudah masuk tadi  hehehe.

Sebelum pulang sempat berfoto dulu depan rumah makan. Kai memeluk boneka kucing yang selalu duduk di situ!

Get Old With Me

28 Des

Masih dalam suasana tulisan yang kemarin, aku ingin memperkenalkan sebuah iklan dan lagu yang akhir-akhir ini aku senangi.  Iklannya sebetulnya adalah iklan majalah untuk segala persiapan pernikahan dari gedung, gaun pengantin sampai interior rumah pengantin baru, yang bernama Zexy. Intinya sih, seperti  catch phrasenya: Menjadi tua denganku.  Iklan selama 30 detik itu benar-benar membuat orang berpikir untuk melewati harinya bersama….daripada sendirian menghadapi hari tua. Atau berpikiran kalau toh nanti harus sendirian, akan lebih bahagia jika mengisinya berdua… dan beranak-cucu. Aku tidak tahu apakah di Indonesia ada majalah seperti itu. Jadi seperti EO pernikahan yang menyusun berbagai plan upacara pernikahan tapi dicetak dalam majalah dan menjadi referensi bagi mereka yang akan menikah. Hmmm untuk mudahnya bayangkan seperti buku model rambut di salon deh. Tinggal tunjuk mau yang bagaimana, lalu telepon, (bayar) dan laksanakan. Bisnis pernikahan di Jepang memang amat berkembang, karenanya urusan nikah-menikah ini cukup menguras dompet 😀

Nah iklan ini memakai lagu dari seorang penyanyi dan pemain film Fukuyama Masaharu yang berjudul : Kazokuni narou (Mari membangun keluarga)

Meskipun telah membuatku bingung dengan berkata
“100 tahun berlalu tetaplah suka padaku”
Tetap tertawa di sebelahku
Terima kasih telah memilihku

Seberapapun kita saling percaya
Pasti akan ada hal yang tidak kita ketahui
Berdampingan hidup dengan “kesendirian”
Di situlah mungkin ada “cinta”

Suatu hari aku akan menjadi seperti papa yang tangguh sebagai sandaran keluarga
Suatu hari aku akan menjadi seperti mama yang lembut hatinya
Menjadi keluarga dan melewati segala yang akan menghadang

Waktu kecil aku amat lemah
sangat cengeng dan manja
sibuk dengan urusan sendiri
aku belum bisa membalas budi
Tetapi esok meskipun tak bisa langsung berubah
selangkah demi selangkah akan berubah dari orang yang menerima
bisa menjadi orang yang memberi 

Suatu hari aku menjadi seperti kakek yang pendiam tapi kuat
Suatu hari menjadi seperti nenek yang tersenyum manis
dapat hidup bersama kamu, menjadi seperti mereka

Suatu hari bersama seorang anak lelaki dengan senyum seperti kamu
Suatu hari bersama seorang anak perempuan yang cengeng seperti aku
Menjadi keluarga dan melewati segala yang akan menghadang
Jika bersama kamu pasti bisa
Mari kita meraih bahagia…. 

(diterjemahkan bebas oleh Imelda, dengan beberapa penyesuaian)

「100年経っても好きでいてね」
♪みんなの前で困らせたり
♪それでも隣で笑ってくれて
♪選んでくれてありがとう
♪どれほど深く信じ合っても
♪わからないこともあるでしょう
♪その孤独と寄り添い生きることが
♪「愛する」ということかもしれないから…
♪いつかお父さんみたいに大きな背中で
♪いつかお母さんみたいに静かな優しさで
♪どんなことも越えてゆける 家族になろうよ

♪小さな頃は身体が弱くて
♪すぐに泣いて甘えてたの
♪いつも自分のことばかり精一杯で
♪親孝行なんて出来てないけど
♪明日のわたしは
♪それほど変われないとしても
♪一歩ずつ 与えられる人から
♪与える人へかわってゆけたなら
♪いつかおじいちゃんみたいに無口な強さで
♪いつかおばちゃんみたいに可愛い笑顔で
♪あなたとなら生きてゆける そんなふたりになろうよ

♪いつかあなたの笑顔によく似た 男の子と
♪いつかわたしとおなじ泣き虫な 女の子と
♪どんなことも越えてゆける 家族になろうよ
♪あなたとなら生きてゆける
♪しあわせになろうよ

Satu lagi lagu untuk pernikahan yang sering dinyanyikan di pesta-pesta pernikahan yang liriknya cukup bagus (menurutku). Tentu saja selain lagu Kampai yang pernah kutulis di sini. Kalau di gereja memang banyak lagu-lagu yang cocok dinyanyikan untuk pesta pernikahan tapi apakah teman-teman tahu lagu umum berbahasa Indonesia yang cocok untuk pesta pernikahan. Kalau bahasa Inggris memang banyak yang memilihnya untuk dinyanyikan pada pesta pernikahan, tapi bahasa Indonesia? Aku sendiri waktu pesta pernikahanku memilih lagunya “Bawa daku pergi”nya Ruth Sahanaya dan “Serasa” nya Chrisye untuk diputar di pesta pernikahanku 12 tahun lalu.

Jika mau mendengar lagunya Fukuyama Masaharu ini, silakan matikan lagu di sidebar sebelah kiri dan tekan tombol play pada link YouTube di bawah ini: